01sejarahisrael

  • Uploaded by: Yeni
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 01sejarahisrael as PDF for free.

More details

  • Words: 3,071
  • Pages: 8
Loading documents preview...
SEJARAH ISRAEL SESUDAH PEMBUANGAN DI BABEL SAMPAI KELAHIRAN YESUS (c. 538 sM – 4 sM) I PERIODE PERSIA (c. 538-332 sM) Peristiwa dan tahun penting: •

587/586 sM Yerusalem ditaklukkan oleh Nebukadnezar, raja Babel. Bait Suci dan tembok Yerusalem dihancurkan. Sebagian besar penduduk Yerusalem ditawan dan dibawa ke Babel (2 Raja 25; 2 Taw 36:11-21; Yer 25).



539 sM Koresh, raja Persia, menaklukkan Babel.



538/537 sM Atas perintah Koresh, sebagian orang Yahudi yang tertawan di Babel kembali ke Palestina di bawah pimpinan Zerubabel dan imam Yesua. Koresh memerintahkan mereka untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem (2 Taw 36:22-23; Ezra 1-6; bdk Yes 44:21-45:13).



Mereka yang kembali dari pembuangan mengumpulkan dan mempelajari hukum Taurat sebagai pegangan hidup umat. Imam Yesua dan saudara2nya melayani ibadah kepada Allah dan upacara persembahan korban serta perayaan hari2 raya.



517/516 sM Bait Allah II selesai dibangun dan ditahbiskan (Ezra 6). Periode “Bait Allah II” dalam sejarah orang Yahudi dimulai.



Rombongan kedua kembali dari Babel di bawah pimpinan imam Ezra (Ezra 7-10). Ini terjadi dalam masa pemerintahan raja Artahsasta I (464-424), meskipun tanggal yang tepat tidak bisa dipastikan.



Di antara umat Tuhan yang kembali dari pembuangan berkembang kelompok “ahli Taurat” yang terdiri atas imam2 seperti Ezra, yang adalah seorang “ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa” (Ezra 7:6). Kelompok ini merupakan pemimpin religius yang berperan besar dalam masa selanjutnya dari sejarah Yahudi. Sebelum pembuangan, para pemimpin religius umat Tuhan adalah imam2 dan nabi2. Sekembali dari pembuangan, nubuat para nabi berhenti sesudah Bait Allah II selesai dibangun. Umat Tuhan sekarang dipimpin oleh para imam, yang menangani upacara2 Bait Allah serta semua keperluannya, dan ahli2 Taurat, yang penafsirannya atas hukum Taurat menjadi otoritas tertinggi bagi kehidupan religius orang Yahudi.



Karya utama Ezra ialah memulihkan kembali pembacaan hukum Taurat (Neh 8-10). Umat Yahudi pasca-pembuangan berdedikasi untuk mempelajari Taurat, dan kesalehan mereka berkisar seputar ketaatan kepada Taurat, khususnya dalam hal Sabat, sunat, dan hukum2 tentang makanan. Orang Yahudi menjadi bangsa yang unik dalam dunia masa itu dalam usaha mereka untuk mendidik seluruh bangsa sebagai umat yang ber”kitab” (book religion).

1



445/444 sM Nehemia kembali ke Yerusalem sebagai gubernur di bawah Artahsasta I. Ia memimpin pembangunan kembali tembok Yerusalem yang dirobohkan oleh tentara Nebukadnezar.



Masalah religius yang dihadapi umat Tuhan pasca-pembuangan ialah kawin campur dengan bangsa2 lain, tidak memberi perpuluhan, pelanggaran Sabat, dan membungakan uang dengan bunga tinggi. Satu-satunya masalah yang tidak pernah lagi timbul di antara orang Yahudi ialah penyembahan berhala.



Banyak orang Yahudi tidak kembali ke Palestina dan terus menetap di Babel (bdk Yer 29:7). Mereka membentuk koloni Yahudi yang besar di sana. Menjelang pembuangan, sejumlah besar orang Israel lari dan menetap di Mesir.

Tokoh-tokoh penting: • Koresh (550-529), raja Persia, menaklukkan Babel pada tahun 539 sM dan menitahkan orang Yahudi yang tertawan di Babel untuk kembali ke Palestina serta membangun kembali Bait Allah. Raja2 Persia berikutnya adalah: • Cambyses (529-522) menggantikan Koresh dan menaklukkan kerajaan Mesir; • Darius (522-486): pemerintahannya memantapkan dinasti kerajaan Achaemenid, yang meluas “dari India sampai Etiopia” (Ester 1:1), kerajaan terbesar di Timur Tengah hingga saat itu; • Xerxes (485-465) adalah Ahasyweros dari kitab Ester; • Artaxerxes (464-424) atau Artahsasta I, yang dilayani oleh Nehemia ketika bertugas sebagai pembawa minuman raja (Neh 2:1). • Di bawah raja2 berikutnya kerajaan Persia mengalami kemunduran. • Nabi-nabi yang bernubuat pada masa pasca-pembuangan sampai Bait Allah II selesai dibangun adalah Hagai (Ezra 5:1; 6:14; Hag 1:1ff) , Zakharia (Ezra 5:1; Zakh 1:1ff), dan Maleakhi (Mal 1:8 “gubernur” menyatakan masa pemerintahan Persia; Mal 4:4 penekanan pada hukum Taurat menyatakan masa pelayanan Ezra untuk memulihkan wibawa dan otoritas Taurat; lih Ezra 7:14, 25, 26; Neh 8:18). Literatur penting: • Kitab Taurat Musa (bdk Neh 8:1-9), dengan pengajaran dan penjelasannya. II PERIODE YUNANI (c. 332-167 sM) Peristiwa dan tahun penting: •

Alexander III (356-323) atau Alexander Agung mewarisi kerajaan Makedonia dan kegemaran berperang dari ayahnya, Philip II (359-336). Pada tahun 334 Alexander mulai menaklukkan Asia Kecil, kemudian Fenisia, Palestina (332), dan Mesir. Akhirnya kerajaan Persia di bawah Darius II dikalahkan pada tahun 331. Alexander meninggal di Babel pada tahun 323 karena demam. Sesudah kematiannya, kerajaannya jatuh ke tangan 4 orang jenderalnya (Yun. diadokhi); pada tahun 280 sM seluruh wilayah kekuasaan Yunani diperintah oleh tiga dinasti keturunan para jenderal tersebut: Ptolemeus menguasai Mesir, Seleucus menguasai Babel hingga Syria dan Asia Kecil, dan Antigonus menguasai Makedonia.

2



Era Helenistik dan proses Helenisasi di wilayah Mediterania timur: Penyebaran budaya dan gaya hidup Yunani dipercepat melalui penempatan koloni serdadu di kota-kota yang didirikan mengikuti pola perkotaan Yunani; pembangunan gymnasium, stadion, hippodrome (stadion balap kuda atau kereta kuda), teater, dan perayaan festival2 Yunani; penggunaan satu mata uang perak Yunani; dan terutama penyebaran bahasa, sastra, serta sistem pendidikan Yunani. Meskipun bahasa Aram tetap dipakai di bekas wilayah kerajaan Persia dan bahasa Ibrani dipakai secara terbatas di antara orang Yahudi, namun bahasa Yunani menjadi bahasa perdagangan, pemerintahan, dan sastra. Budaya Yunani diterapkan di seluruh Mediterania bagian timur, terutama di kota2 dan masyarakat kelas atas, di antara para bangsawan Yahudi, dan bangsa2 lain.



Diaspora Yahudi juga meluas dengan cepat: Selain Babel, pusat2 koloni Yahudi yang besar adalah kota Alexandria di Mesir dan kota perdagangan Antiokhia di Syria. Para penguasa Yunani memindahkan orang Yahudi dalam jumlah besar ke seluruh Asia Kecil. Diaspora Yahudi semakin meluas.



Sejak 301 sM dinasti Ptolemeus berhasil menguasai Palestina selama satu abad. Palestina menikmati masa damai secara politis. Hak untuk mengumpulkan pajak kerajaan diberikan kepada keluarga Tobias, yang juga menjadi perwakilan orang Yahudi. Banyak orang Yahudi dipindahkan ke Mesir, dan Alexandria menjadi pusat utama koloni Yahudi.



Pada masa dinasti Ptolemeus terjadi salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah agama, yaitu penerjemahan PL ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta, disingkat LXX), sekitar tahun 200 sM.



Pada tahun 200 sM raja Seleucus, Antiokhus III yang Agung (223-187), mengalahkan kekuatan Ptolemeus dan sejak 198 sM menduduki provinsi Fenisia dan Syria. Palestina jatuh ke tangan dinasti Seleucus.



Di antara orang Yahudi terjadi perpecahan antara para pendukung budaya Yunani dan para penentangnya, yaitu kaum Hasidim (“orang saleh”). Kaum Hasidim adalah para pemimpin rakyat yang setia kepada Taurat dan menentang keras proses Helenisasi. Pada masa itu jabatan imam besar dapat dibeli dengan jumlah uang yang besar.



Antiokhus IV Epifanes (175-163) merampok Bait Allah di Yerusalem untuk membiayai peperangan melawan Mesir.



168/167 Antiokhus IV mengeluarkan dekrit yang melarang praktik agama Yahudi: Kitab Suci harus dimusnahkan; Sabat, hari-hari raya Yahudi, dan sunat dilarang; hukum2 tentang makanan dihapuskan (1 Makabe 1:41-64). Pada akhir tahun 167 sM ia mempersembahkan babi sebagai korban bakaran di Bait Allah.



167-163 sM Periode Makabe (= Hasmoni): Imam Matatias dan kelima putranya memimpin pemberontakan orang Yahudi terhadap penjajah. Putranya yang terkenal ialah Yudas (meninggal 160 sM), yang dijuluki “Makabe” (= palu), julukan yang juga diberikan kepada seluruh gerakan ini. Nama keluarga ini sesungguhnya adalah Hasmoni, dari nenek moyang mereka Hashmon.

3



Kaum/Partai Farisi: mungkin berasal dari kelompok Hasidim; pertama kali disebut selama masa pemerintahan Yonatan (160-143 sM), saudara Yudas Makabe. Di bawah pemimpin Makabe berikutnya, Alexander Janneus (103-76 sM), kaum Farisi dianiaya karena menentang kebijakannya, tetapi mereka kemudian berkuasa ketika janda Janneus, Alexandra (76-67), menggantikan suaminya. Kaum Farisi terus memegang kekuasaan selama masa hidup Yesus. Jumlah mereka sekitar 6000 orang pada abad pertama Masehi.



Kaum/Partai Saduki: bermula dari imam-imam yang kaya dan kaum bangsawan awam yang memerintah wilayah Yahudi sejak awal periode Yunani, bahkan sejak periode Persia sebelumnya. Ciri utama keanggotaannya ialah kebangsawanan; imam-imam termasuk kaum bangsawan dan kelas atas masyarakat Yahudi karena merekalah yang “memerintah” umat ini pada masa pasca-pembuangan. Jumlah kelompok ini kecil, tetapi kekuasaannya besar.

Tokoh-tokoh penting: • Alexander Agung (356-323 sM) • Antiokhus IV Epifanes (175-163 sM) • Yudas Makabeus (meninggal 160 sM) berhasil mengalahkan tentara Syria (162 sM) dan mendapatkan kebebasan beragama bagi orang Yahudi. • Yonatan (160-143 sM), saudara Yudas, diangkat menjadi imam besar oleh seseorang yang mengaku diri sebagai anak Antiokhus IV. • Simon (143-134 sM) adalah yang terakhir hidup dari lima bersaudara keluarga Hasmoni. Ia membawa bangsa Yahudi kepada kemerdekaan dari Syria. Ia menjadi penguasa bangsa dan menjabat sebagai Imam Besar (140 sM). Literatur penting: • Septuaginta (sekitar 200 sM) • Kitab2 apokaliptik (Yes 24-27; Zakh 12-14; Dan 2, 7-12; 1 Henokh) • Apokrifa dan Pseudepigrapha III PERIODE ROMAWI (mulai 63 sM) Peristiwa dan tahun penting: •

Sejak abad kedua sM kekaisaran Romawi semakin lama semakin berkuasa di dunia Mediterania. Selama abad pertama sM tentara Romawi di bawah jenderal2nya yang terkenal (Pompey, Julius Caesar, Anthony, dan Octavian, yang kemudian menjadi kaisar dengan gelar Agustus) mengambil alih wilayah yang tadinya dikuasai oleh kerajaan Alexander Agung – dari Asia Kecil sampai ke Syria dan Mesir. Makedonia menjadi provinsi Romawi pada 148 sM, Syria pada 63 sM, dan Mesir pada 31 sM. Pada tahun 63 sM Pompey memasuki Yerusalem, termasuk Tempat Mahakudus di Bait Allah. Suatu kekuasaan baru kini menaungi bagian-bagian utama dari kerajaan Alexander Agung. Dengan demikian Roma mengambil alih warisan budaya dan politik Alexander dan menjadi penerusnya yang sesungguhnya. Roma berhasil mewujudkan secara politis visi Alexander untuk mempersatukan dunia.

4



Kaisar-kaisar Romawi pada abad pertama: Agustus (27 sM-14 M); Tiberius (17-37 M); Caligula (37-41); Claudius (41-54); Nero (54-68); Galba, Otho, Vitellius (68-69); Vespasian (69-79); Titus (79-81); Domitian (81-96); Nerva (96-98); Trajan (98-117).



Tujuan utama pemerintah Romawi ialah mempertahankan pax Romana (“damai Romawi”) di dalam batas2 wilayah kekuasaannya, dan sesekali memperluas atau melindungi batas2 tersebut. Tujuan kedua ialah memelihara sistem pengiriman makanan serta penghasilan dari pajak ke kota Roma, pusat dunia Romawi. Kedua tujuan ini dicapai melalui sistem transportasi dan komunikasi yang efisien, baik di darat maupun di laut. Dengan keahliannya dalam membangun, bangsa Romawi menyempurnakan pembangunan sistem jalan raya di atas jalan yang telah dibangun sebelumnya pada masa Persia maupun Makedonia untuk tujuan2 militer.



Selain mendatangkan keamanan dan pembangunan jalan raya ke wilayah Timur Tengah, kekaisaran Romawi tidak membawa budaya baru. Bahasa Yunani tetap menjadi bahasa internasional pada waktu itu, dan budaya Yunani tetap bertahan di bagian timur Mediterania, sedangkan wilayah barat mengikuti budaya Latin. Di abad kedua sM, orang yang terpelajar menguasai bahasa Yunani maupun Latin. Ketika kekuasaan militer Roma dan administrasi politiknya bergerak ke arah timur, budaya Yunani mengalir ke barat dan berhasil menguasai kota Roma.



Kejeniusan politik Roma tercermin dalam kemahirannya di bidang hukum. Segala sesuatu di Roma bergantung pada hak atau yurisdiksi. Pejabat pemerintahan memiliki imperium atau kuasa penuh. Ius (kata Latin untuk “kuasa,” atau “hukum sipil”) dan fas (“hukum agama,” yaitu apa yang memiliki kuasa ilahi di luar negara) digabungkan dalam lembaga2 pemerintahan. Dalam pemerintahan Romawi segala sesuatu didasarkan pada hukum.



Sistem perpajakan yang dibebankan kepada provinsi2 dipakai untuk membiayai keperluan militer. Penyalahgunaan dalam penarikan pajak merajalela. Di luar Italia, orang kaya di kota2 dapat menghindari pajak, sehingga beban untuk pembiayaan kerajaan jatuh kepada massa rakyat miskin, yang hidup pada garis kemiskinan atau di bawahnya. Orang Yahudi di Palestina, selain dibebani oleh pajak negara, juga harus membayar iuran Bait Allah dan berbagai jenis pajak religius lainnya.



Di bawah kekuasaan Romawi, Palestina diperintah oleh keluarga Herodes. Herodes Agung (Antipater) (37-4 sM) terkenal karena proyek pembangunannya: dalam masa pemerintahannya ia membangun beberapa benteng (a.l. Masada), istana, kuil, dan teater. Karyanya yang paling menonjol ialah pemugaran dan perluasan Bait Allah, yang dimulai sekitar tahun 19 sM dan terus berlangsung hingga 63 M, tidak lama sebelum dihancurkan oleh pasukan Romawi pada tahun 70 M.



Ketika Herodes Agung meninggal, wilayah kekuasaannya dibagi-bagi oleh pemerintah Romawi di antara ketiga anaknya: Archelaus menerima Yudea, Samaria, dan Idumea, dan memerintah hingga tahun 6 M; Filipus memerintah Iturea dan Trachonitis di utara Danau Galilea hingga 34 M; dan Herodes Antipas memerintah Galilea dan Perea selama kurang lebih 40 tahun. Dialah yang membunuh Yohanes Pembaptis karena Yohanes mengecam pernikahannya dengan Herodias (Mk 6:17-28). Pemerintahan Archelaus sangat buruk sehingga pemerintah Romawi menyingkirkan dia pada tahun 6 M dan menggantikannya dengan seorang gubernur Romawi. Pontius Pilatus adalah gubernur kelima yang bertugas di Yudea (26-36 M).

5

IV AGAMA YAHUDI (YUDAISME) •

Yesus hidup, mengajar, dan mati di Palestina pada abad pertama, dan gereja lahir dalam konteks sosial, budaya, dan agama pada masa itu. Untuk mengerti tentang hidup dan karya penyelamatan Yesus serta kehidupan gereja mula-mula, kita perlu mengenal latar belakang ini, khususnya tentang agama Yahudi pada masa itu.



Agama Yahudi, yang juga dikenal sebagai Yudaisme “Bait Allah kedua” (537 sM–70M): - Bait Allah I dibangun oleh raja Salomo pada abad ke-10 sM, dihancurkan oleh tentara Babel pada tahun 587 sM (peristiwa ini dicatat dalam kitab Ratapan) - Bait Allah II dibangun setelah orang Yahudi kembali ke Palestina dari pembuangan di Babel (dicatat oleh kitab Ezra dan Nehemia). Pembangunan berlangsung dari c. 537 – 517 sM. - Renovasi Bait Allah II dilaksanakan oleh Herodes Agung, 19 sM – 64 M. Sangat megah dan indah (Mk 13:1). Bait Allah II dihancurkan oleh tentara Romawi pada tahun 70 M.

Lima ciri utama Yudaisme BA II: (1) Monotheisme: Hanya ada satu Allah yang sejati (one true God), Yahweh (Kel 3:13-15). Ini keunikan agama Yahudi dibandingkan agama-agama lain pada masa itu, yang mempercayai banyak dewa dan menyembah patung-patungnya dalam kuil-kuil. Monotheisme Yahudi mempunyai dua ciri utama: (a) Creational monotheism: Allah adalah Pencipta alam semesta dan segala sesuatu yang ada, dan oleh karena itu setiap orang harus menyembah Dia saja, yang Maha Kuasa; (b) Providential monotheism: Allah yang Maha Kuasa itu memerintah. Dialah yang memerintah atas seluruh alam semesta dan memeliharanya. Dia mewujudkan rencana-rencana serta tujuan-tujuan-Nya bagi mereka (mis. Mz 10:6; 22:28; 93:1; 96:10). (2) Pemilihan Allah (Election): Allah Pencipta telah memilih Israel sebagai umat-Nya, dan mengikat perjanjian (covenant) dengan mereka (mis. Kej 15:17-21). Allah telah menebus (= “membeli kembali”) Israel dari perbudakan di Mesir dan membawa mereka ke tanah perjanjian, yaitu Kanaan, di bawah pimpinan Musa (Keluaran). Kembalinya orang Yahudi dari Babel dipandang sebagai “Keluaran baru” (new Exodus), Yes 40-55. Hari-hari raya Yahudi memperingati peristiwa2 besar ini, dan tahun demi tahun orang Yahudi diingatkan akan tujuan hidup mereka sebagai umat Allah, dengan mengenang kembali apa yang Allah telah lakukan untuk menyelamatkan mereka (bdk Zakh 8:20-23). (3) Hukum Taurat: Hukum Taurat adalah anugerah Allah bagi umat pilihan yang telah ditebus-Nya, untuk menunjukkan bagaimana mereka harus hidup sesuai dengan kehendak-Nya (Ul 7:7-11), baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Hukum Taurat dijunjung sangat tinggi oleh orang Yahudi abad pertama. Selama pembuangan di Babel, ibadah Yahudi mulai dipusatkan kembali kepada membaca kitab Taurat dan doa. Setelah kembali dari pembuangan, di bawah pimpinan imam Ezra, pembacaan Taurat dan doa menjadi pusat ibadah Yahudi (Neh 8). Tiga aspek dari hukum Taurat mencirikan religiusitas Yahudi pada masa hidup Yesus, yaitu sunat, Sabat, dan peraturan tentang makanan. Ketiganya merupakan “boundary markers” yang

6

memisahkan orang Yahudi dari bangsa-bangsa non-Yahudi, untuk menunjukkan siapa yang benar-benar adalah milik Allah. (4) Negeri Perjanjian dan Bait Suci: Salah satu unsur kunci dalam covenant Allah dengan Abraham adalah janji Allah untuk memberikan “tanah” atau “negeri” (Kej 12:1; 15:18-21; Ul 7:1; Kis 13:19). Covenant ini diperbarui kembali oleh Allah dengan Musa (Kel 3:8), dan menjadi unsur kunci dalam Yudaisme. Peringatan-peringatan jika Israel melanggar covenant berkaitan dengan “negeri” diberikan dalam Ul 28:64; 30:1-5; bdk 1 Raja 8:33,34). Pembuangan ke Babel dimengerti oleh orang Yahudi sebagai hukuman Allah atas mereka berkaitan dengan pelanggaran terhadap covenant, dan kembalinya mereka ke negeri perjanjian di bawah Ezra dan Nehemiah merupakan tindakan pemulihan dan pengampunan Allah yang Maha Pemurah terhadap umat-Nya yang berdosa. Bagi orang Yahudi, negeri perjanjian dipandang kudus karena Allah berada di sana di tengah-tengah mereka (Bil 35:34). Kehadiran bangsa-bangsa kafir, termasuk bangsa Romawi pada abad pertama, membuat negeri perjanjian menjadi tercemar dan najis. Di Negeri Perjanjian itu, kota Yerusalem merupakan tempat istimewa, dan di tengah kota Yerusalem, Bait Allah merupakan permatanya. Bait Allah didirikan di Bukit Sion, dan Allah menempatkan nama-Nya di sana. Bagi orang Yahudi, Bait Allah dan khususnya Tempat Mahakudus, merupakan lambang kediaman Allah di tengah umat-Nya (bdk Mat 23:21). Oleh karena itu, orang Yahudi merasakan kehilangan yang sangat dalam ketika mereka dibuang di Babel dan Yerusalem serta Bait Allah tidak terhampiri oleh mereka (Mz 137; lihat 1 Raja 8:48; 9:3; Yes 18:7; Mat 23:21). Bait Allah juga merupakan pusat ibadah dan persembahan korban dalam agama Yahudi. Upacara korban pada Hari Pendamaian (Yom Kippur) merupakan puncak upacara korban persembahan, ketika satu kali setahun Imam Besar masuk ke Tempat Mahakudus dengan membawa darah lembu dan kambing untuk penebusan dosa bagi dirinya sendiri dan seluruh umat Israel. (5) Pengharapan untuk masa depan: Sejak abad ke-2 sM, bangsa Yahudi yang terjajah dan menjadi tahanan di negeri mereka sendiri mengalami banyak penderitaan karena penjajah menajiskan negeri dan agama serta cara hidup mereka. Tidaklah mengherankan jika mereka mulai merindukan suatu masa depan di mana Allah membebaskan mereka dari penjajahan dan menegakkan kembali kerajaan Daud yang jaya. Janji-janji pemulihan oleh Allah dalam Yes 40-66, Yeremia, dan Yehezkiel sangat mereka sadari. Sebagian janji tersebut telah digenapi ketikan mereka kembali dari pembuangan di Babel, namun dalam tahun-tahun selanjutnya mereka dijajah oleh bangsa-bangsa kafir lainnya dan tidak memiliki kebebasan sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah (bdk Neh 9:36-37; juga 2 Makabe 1:27-29, yang ditulis sekitar abad kedua atau pertama sM). Lima unsur kunci dalam pengharapan masa depan (eskatologi) ini: (a) Pengharapan untuk pemulihan seluruh 12 suku Israel yang kembali ke negeri perjanjian; (b) Pertobatan, kekalahan atau penghancuran orang kafir, sehingga pemerintahan satu Allah yang sejati akan terlihat di seluruh dunia (Yes 49:6b; 60:12). Hal ini bukan mendorong orang Yahudi untuk “menginjili” orang kafir, melainkan mengharapkan bahwa orang kafir akan datang ke Yerusalem, ke Bukit Sion, untuk menjumpai Allah di sana (mis Zakh 8:20-23; Yes 2:1-3). (c) Bait Allah yang baru, yang dimurnikan kembali, karena negerinya telah dinajiskan oleh kehadiran pemerintah kafir (Yes 60:13; bdk 54:12). (d) Ibadah yang murni, yang tidak dinajiskan oleh kehadiran orang kafir sebagai tuan-tuan tanah di tanah mereka. Ibadah ini bukan hanya menyangkut persembahan korban secara benar di Bait Allah, tetapi juga hidup umat dalam totalitasnya yang membawa penghormatan kepada Allah (mis. Yes 60:21).

7

(e) Pengharapan mesianik: Orang Yahudi abad pertama menanti-nantikan Allah untuk mengutus hamba(-hamba)-Nya yang akan membawa pembebasan bagi umat-Nya. Orang ini disebut Mesias (“orang yang diurapi”), yang adalah raja keturunan Daud, seorang pemimpin militer yang akan mengusir penjajah dari negeri perjanjian. Sebagian orang Yahudi lainnya mengharapkan seorang tokoh imam yang akan memulihkan kembali ibadah yang murni. Di kalangan Farisi timbul pengharapan untuk seorang tokoh nabi dan ahli Taurat yang akan mengajarkan penafsiran yang benar dari hukum Taurat. Kelompok Qumran mengharapkan dua tokoh mesianik, yaitu imam dan nabi. Berbagai pengharapan ini terungkap dalam kitab-kitab apokrifa dan pseudepigrapha, antara lain Maz Salomo 17:23; 1 QS 9:10f; 4 Ezra 12:31-34; Testament of Levi 8:11-15; bdk Mat 2:1-4, 7f, 16).

8

Related Documents

01sejarahisrael
February 2021 0

More Documents from "Yeni"

01sejarahisrael
February 2021 0
February 2021 0
Pb03 Kanon Pb
February 2021 1
Pb-peng Masa Depan 1
February 2021 1