2014 Shonhaji Karakteristik Studi Agama

  • Uploaded by: Ananda Prabu
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 2014 Shonhaji Karakteristik Studi Agama as PDF for free.

More details

  • Words: 25,894
  • Pages: 173
Loading documents preview...
Sanksi Pelanggaran

P

asal

72

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barang slopa dengan sengaia dan tanpo hak melokttkan perbuatan sebagaimana dimqksud dalam Pasal 2 oyat (1) atatt Pasal 49 oyat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana pettjaro masirtg'rnosing

dan / atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu iuta), otau pidana penjaro pallng lamo 7 (Tujuh) tahun dan / atau denda paling banyok Rp,5,000,000.000,00 (lima milyar rupiah).

poting singkat

1 (satu) bulan

Z, Barang siapa dengan sengaia menyiorkan, ,

mengedarkan

memamerkan,

otou menjuol kepado umum suatu Ciptaan atau

barang hasil pelanggaran Hak Cipto atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengon pidano penjara paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling iah). bonvak Rp. 500.0 0 0. 00 0,0 0 (lim o ratus pada @ Hak cipta Pengarang Dilarang mengutip sebagian atau memperbanyak sebagian atau seluruh rsi buku ini dengan cara apapun tanpa seizin penerbit, kecuali untuk kepentingan penulisan artikel atau karangan ilmiah.

.ludul

:

Buku

:

Penulis

KAMKTERISTIK STUDI AGATUA-AGAN'IA Ghazali, lbnu Tayuiyah dan ibnu Qay'f

Shonhaji, dkk

: 201'4 Desain Cover : Permatanet : Permatanet Layout oleh

Cetakan Pertama

Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) lAlN Raden lntan Lampung Jl. Letkol H. Endro Suratmin Kampus Sukarame Telp. (0721) 780887 Bandar Lampung 35131

ISBN

PADA

ABAD PERTENGAHAN (Studi Perbandingan Naskah lbnu Hazm, Imam Syahrastani, Imam

: 978-602-1067-07-9

ll

inli

ABSTRAK

Kajian agama-agama pada Pra dan Pasca ribaci Pertengahan di dunia Barat maupun di dunia Timur yang menunjukkan kemajuan yang cukup pesat menarik untuk diungkap bagaimanakah karakteristik karya-karya ilmiah yang

telah mereka tulis, oleh karena itu penelitian ini hanya akan difokuskan pada karakteristik studi agama-agama pada abaad pertengahan dan kajiannya akan dibatasi pada lima karya studi agama yang dilakukan oleh para ulama besar di dunia timur.

I

I

I

iii

iv

SATTBUTAN I(tr',TUA LEDIBAGA PENELITIAN IDAN PDNGABIITAN I(BPADA DIASYAITAI(AT rATIT NAIDEIT TNTA]T LAITPUNG Assalamu' aloikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, kegiatan penelitian di lingkungan IAIN Raden Intan Lampung Tahun 2014, yang dilaksanakan di bawah koordinasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat IAIN Raden Intan Lampung dapat terlaksana dengan baik. pelaksanaan kegiatan penelitian ini dibiayai berdasarkan Daftar Isian pelaksanaan Anggaran IDIPA) IAIN Raden Intan Lampung Tahun 2014. Kami menyambut baik hasil penelitian kelompok yang dilaksanakan oleh Shonhaji, dkk dengan judul KARAKTERISTIK STUDI AGAMA-AGAMA PADA ABAD PERTENGAHAN (Studi

Perbandingan Naskah lbnu Hazm, Imam Syahrastani, Imam Ghazali, Ibnu Tayrniyah dan Ibnu eayyim) yang dilakukan

berdasarkan SK Rektor Nomor 171.b Tahun 201,4 tanggal B Mei 2014 Tentang Penetapan fudul Penelitian, Nama peneliti, pada penelitian Kelompok Dosen IAIN Raden Intan LampungTahun 2014. Kami berharap, semoga hasil penelitian ini dapat meningkatkan mutu hasil penelitian, menambah khazanah ilmu keislaman, dan berguna serta bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan yang berbasis irnan, ilmu, dan akhlak mulia, Bandar Lampung, Desember 2014 Ketua Lembaga Penelitian Dan Pengabdian

amsuri Ali, M.Ag NIP 19611125 198903 L 003

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikumWr.Wb

Alhamdulillah wa syukru lillah atas berkat rahmat dan inayah serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan pelaksanaan penelitian dan laporan hasil penelitian sesuai dengan proposal yang telah kami ajukan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Penuntun Ummat Nabi Muhammad SAW, semoga kita mampu meneladani dan menjalankan sunnah-sunnah nya. Pelaksanaan

penelitian ini sebagai sarana melestarikan

budaya ilmiah, diharapkan mampu memperkaya wawasan dan wacana ilmiah dilingkungan civitas akademika IAIN Raden Intan Lampung umumnya dan Fakultas Ushuluddin khususnya dan program studi Perbandingan Agama dimana tim peneliti berkecimpung didalamnya. Pelaksanaan penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan berbagai pihak dan khususnya Lembaga Penelitian IAIN Raden Intan Lampung. kami berharap, laporan penelitian ini dapat memberikan sumbangan keilmuan dan berguna bagi dunia keilmuan pada umumnya. dan pada akhirnya semoga hasil penelitian ini dapat jadi amal ibadah kami, memperkaya keilmuan Islam khususnya dibidang Perbandingan Agama dan bermanfaat bagi masyarakat umum. Wassal amu

alaikum Wr.Wb Bandar Lampung, Oktober 2014 Tim Peneliti

\1

BAB II. LANDASAN TEORI A. Definisi Studi Agama-agarna

B.

............ .....13 Studi Agama-agama dalam Islam .........26 Barat dan Studi Agama-agama ................................ 3 g Metodologi Studi Agama-agama ........... .................52

C. D. BAB III. METODE

PENELITIAN......... ......,77 A. Jenis dan Sifat Penelitian .....77 B. Sumber Data.......... ...............7g C. Alat Pengumpul Data.......... .... ..............79 D. Metode Analisis Data.......... ...................79

BAB IV. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA.............81

A. Penyajian Data...... B. Analisis Data

................g1

........ DAFTAR PUSTAKA BTODATA PENELITr................ BAB V. KESIMPULAN

vii

......146 .......1s9 ....161 ....16s

BAB

I

PENDAHULUAN

A. Latar

Belakang Masalah

Perbedaan pandangan antara

Timur dan Barat

dalam

melakukan studi agama-agama menjadi perhatian utama dari para

pemerhati kajian-kajian keagamaan terutama sejak

zam^n

pencerahan dimana studi agama-agama dibarat menurut Mukti

Ali

telah tumbuh dengan kategori-kategori yang telah ditentukan oleh

mereka, sekalipun ada prinsip-prinsip yang katanya mereka pegang teguh tentang netralitas dan obyektifitas, namun demikian, kita tahu bahwa agama-agama dunia adalah gerakan-gerakan yang berkembang yang berdasar pada komunitas-komunitas historis. Jadi asumsi-asumsi terakhir dari tiap agama sudah barang tentu dipengaruhi oleh komunitas-komitas historis.

I

Perbedaaan pandangan antara ahli-ahli ilmu Timur dan Barat

rupanya menurut Mukti

Ali

makin hari makin besar terutama

dalam hal metodelogi, tujuan dan jangkauan ilmu itu, terutama di

abad

ke 19 didunia Timur dibawah

pengaruh Barat dan

moderenitas, memberi reaksi terhadap Barat dalam segala

' Ali,Mukti.Z- u p erbandingan Ag ama d.i I nd.ones ia,yogyakarta,IAlN

Sunan Kalijaga Press, 1988,

h.l3

2

minoritas kecil yang dalam entuasiasmenya pada segala sesuatu yang barat menjadi "a nasioanal" rmtuk hal-hal yang praktis. Sebaliknya a,Ja ju_ea

hal.diantara mereka terdapat

minoritas yang kembali nelihat ajaran agama mereka sendiri dan tradisi-tradisi kulturalnya dengan kesadaran nasional tipe barat yang baru diperolehnya, menjadi sangat konservatif dan menolak

barat in toto. Dalam situasi

latihan

barat

ini

ahli-ahli ilmu agama Timur yang dapat

dicurigai elemen-elemen konservatif

di

Timur,

karena penekanan mereka pada "metodologi ilmiah barat" dalam

studi agama-aganru tradisional. Lebih lanjut menurut Mukti Ali Para sarjana yang dilatih

di

Barat itu "menemukan "kembali arti

agama-agama."Timur" akibatnya mereka tidak bisa diterima oleh

orang-orangyang progesif yang menolak segala sesuatu yang

tradisioanal.2 Ephoria para sarjana lulusan Barat perlu dikritisi begitupun kecurigaan para elemen-elemen konservatif

di Timur

harus didasari fakta-fakta ilmiah yang nyata tentang perkembangan

studi agama -agama pra abad ke sembilan belas terutama perkembangan pertenghahan.

'nia,

n.t6

studi

agama-agama

ditimur pada

abad

-

J

Abad Pertengahan merupakan era terakhir kekuaslan urnat Islrm

di

keemasaan

Barat. nanlun ternvata pada masa ini

banyak melahirkan tokoh-tokoh ataupun ulama-ulama studi agama-agama dengan karya-karya ilmiah nereka yang sampal sekarang

ini digunakan dan

di

manfaatkan oleh ulama-ulama dari

Timur diantara mereka adalah: Ibnu Hazm(994-1064 M), Imam Syahrastani dengan (1017-1143 M), Imam Ghazali(1058M), Ibnu

Taymiyyah dan Ibnu Qayyim. Ibnu Hazm dengan karyanya Al-Fasl

fil milal Wal Ahvvai vvan

nihal (994-1064 M) yang hidup dalam kondisi social keagaaman yang dinamis pada abad pertengahan di akhir kekuasaan kerajaan Islam di Andalusia dimana masyarkatnya dikelompokkan menjadi dua kelompok, (1) Umat dan Barbar. (2)

Islam yang merupakan keturunan Arab

Ahli Dzimmi:, yaitu Nasrani dan Komunitas Barat

yan-q berada dalam lindungan kekuaasaan kerajaan Islam di

Cordoba.3 Begitupun keempat tokoh lainnya (Imam Syahrastani dengan karyanya

Al-milal

wcut nihal(1017-1143), Ibnu Taymiyyah

dengan karyanya Aljawab asshahi, dan Ibnu Qayyim dengan karyannya hidayatul hiyar) begitupun Imam Ghazali yang selama

ini

dikenal sebagai seorang filosof, ahli tasawwuf, ahli fikih I

Mttslimin

Assayuthi, Khaiid Abdul Halim Abdurrahim, At-laclal Atldini Baina Ahlil Kirab bil Andalus,Kairo, Mesir,Daru Quba', h. 20

w,a

4

ternyata dengan karyanya dalam kitab

Arrdu Jamil li ilahfiati Isa

juga bisa dikatakan sebagai seorang Kristolog.

B.

Identifikasi dan Batasan Masalah

Kajian Pertengahan

agama-agama

di

pada Pra dan Pasca

Abad

Timur

yang

dunia Barat maupun

di

dunia

menunjukkan kemajuan yang cukup pesat menarik untuk diungkap bagaimanakah karakteristik karya-karya ilmiah yang telah mereka

tulis, oleh karena itu penelitian ini hanya akan difokuskan pada karakteristik studi agama-agama pada abaad pertengahan, oleh sebab

itu kajiannya akan dibatasi pada lima karya studi

agama

yang dilakukan oleh para ulama besar di dunia timur.

Kelima Tokoh yang akan akan menjadi fokus penelitian ini, mereka mengalami perjumpaan dengan pemikiran filsafat Yunani

dan era kebangkitan Barat, sehingga dengan perjumpaan inipun melahirkan sebuah dialektika lintas agama dan budaya yang sangat

menarik untuk

dikaji.

Oleh karena

itu

karya-karya para ulama

diatas perlu dikaji lebih mendalam dan perlu pembuktian secara

ilmiah dalam rangka mengkritisi para sarjana lulusan barat yang memandang sebelah mata karya-karya ulama-ulama dari timur dengan meneliti kembali karya-karya mereka tentang studi agamaagama

5

C.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka Secara iebih spesifik, penelitian

ini

akan berusaha memperoleh

penjelasan tentang:

l.Bagaiamana karakteristik Studi agama-agama pada abad pertengahan?

2,Bagaimanakah dampaknya terhadap Dialektika antar umat beragama pada abad pertengahan

?

D. Tujuan Penelitian Penelitian tentang pandangan-pandangan Kelima Tokoh dari Abad Pertengahan yang dituangkan dalam lima karya tulis

(al-Fashlfi al-Milalwa al-Ahwd' wa an-Nihal, Atmilal wan nihal, Aljawab asshahi, hidayatul hiyar, Arrdu Jamil li itahiyati Isa) rnt

bertujuan untuk mengambil pelajaran dan mengetahui dan membandingkan beragam karakteristik

studi

agama-agama,

sehingga diketahui perkembangan pemikiran studi agama-agama

yang berdampak pada berlangsunya diaiog antar agama dari pribadi-pribadi yang menonjol dalam sejarah Islam pada Abad Pertengahan

ini; dan memahami gagasan-gagasan kelima tokoh ini

tentang agama-agama, demi mencari gagasan-gagasan alternatif

5

C.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakan_u masalah tersebut, maka Secara iebih spesifik, penelitian

ini akan berusaha

memperoleh

penjelasan tentang:

l.Bagaiamana karakteristik Studi agama-agama pada abad pertengahan?

2.Bagaimanakah dampaknya terhadap Dialektika antar umat beragama pada abad pertengahan

?

D. Tujuan Penelitian Penelitian tentang pandangan-pandangan Kelima Tokoh dari Abad Pertengahan yang dituangkan dalam lima karya tulis (al-Fashl

fi al-Milal wa al-Ahwa'

wa an-Nihal, Almilal wan nihal,

Aljawab asshahi, hidayatul hi1,ar, Arrdu la.mil li ilahiyati Isa) rni

bertujuan untuk mengambil pelajaran dan mengetahui dan membandingkan beragam karakteristik

studi

agama-agama,

sehingga diketahui perkembangan pemikiran studi agama-agama

yang berdampak pada berlangsunya dialog antar agama dari pribadi-pribadi yang menonjol dalam sejarah Islam pada Abad Pertengahan

ini; dan memahami gagasan-gagasan kelima tokoh ini

tentang agama-agama, demi mencari gagasan-gagasan alternatif

6

tentang metode studi agama; serta menambah informasi dalam memperkaya teori ilmu perbandingan agama.

E. lrlanfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan dilihat dari aspek akademis dan aspek praktis.

Dilihat dari aspek akademis, setidaknnya penelitian

ini akan mengkaji karya-karya para tokoh dari Timur yang membahas tentang studi agama-agama dan diharapkan dapat menjadi sebuah rintisan pembahasan tentang

metodologi

perbandingan agama yang saat ini terus berkembang oleh karena

itu

tulisan-tulisan yang baru berdasarkan penelitian, baik itu

peneli tian lapan gan maupun perpustkaan perlu ditingkatkan

Sedangkan

jika dilihat dari aspek praktis,

Keadaan ilmu

khususnya ilrnu agamalslam yang terus berkembang hendaknya

didukung

oleh

tersedianya bacaan-bacaan ilmiah, selama ini

buku-buku yang tersebar sangat sedikit membahas metodologi perbandingan agama dari

tentang

Timur, hal ini disebabkan

oleh dominasi pemikiran ulama-ulama Indonesai dalam Islam lebih banyak ditekankan dalam bidang Fiqih dengan pendekatan secara norrnative dan juga kecenderungan pendekatan tasawuf

yang tentunya sangat jauh berbeda pendekatan secara ilmiah terhadap agama pada umumnya.

1

Berikutnya kendala mendasar yang dihadapi para dosen dan mahasiswa adalah persoalan bahasa asing yaitu bahasa Arab,

oleh karena itu

derr-carr nrelakukan

penelitian

ini

diharapkan

mampu memberikan sumbangsih pemikiran studi agama-agama

yang telah dilakukan oleh para tokoh dari timut

yang

pembahasannya dilakukan secara analistis.

F. Kerangka Teori dan Pikir

Kondisi social keagamaan dan sosial politik yang terus berkembang dalam fase sejarah membuat studi agama-agama

niemilik corak dan karateristik yang dinamis, oleh karena itu beragam bentuk studi agama telah dihasilkan para tokoh dalam sepanjang sejarah peradaban manusia telah rnemberikan kontribusi

teori yang cukup menarik untuk dikaji dan didalami

unruk

nenciptakan kehiduapan beragama yan dinamis. Oleh karena itu

ketika studi agama-agama berkernbang menjadi sebuah ilmu perbandingan agama, ilmu inipun memiliki beragam metode dan pendekatan dalam melakukan studi agama.

Dalam hal ini Mukti Ali mengutip pendapar Joachim Wach

yang menyatakan bahwa tidaklah terdapat satu jalan atau satu metode untuk mengajar agama, Karena pendekatannya harus disesuaikan dengan keperluan-keperluan khusus dan keadaankeadaan yang berbeda-beda, namun disini patut di sebutkan tujuh

8

prisnsip yang dapat ditempuh dalam mengajarkan ilmu perbandingan agama: l)integral, (2)kornpeten, (3) dihubungkan riengan kepentingan yang eksistensial, (zl)selektif,

(-5)seimbang.

(6)imajinatif dan (7)disesuaikan dengan tingkat-tingkat pelajaran yang beranekaragam. Begitu juga Herry

M.Buck menurut Mukti

Ali juga memberikan anjuran yang berguna yang menekankan pentingnya: (1)seletifitas.(2)mendalam dalam

konteksnya,

(3)menyeluruh, dan (4)presfektik yang seimbang.a Jauh sebelum Mukti

Ali

mengutarakan pendapatnya diatas,

Dalam rekomendasi kongres Internatiot'tal Association For tlrc history of Religion (I.A.H.R) yang diadakan pada bulan September 1950

di Jepang dengan dihadiri oleh kurang lebih 610 utusan dari

-Afrika dan 15 negeri barat, dinyatakana bahwa: Mempelajari agama hendaknya disini diartikan bukan

16 negara Asia

sebagai dogma atau pernyataan suatu mazhab atau sekte

tertentu, dan mempelajari agama disini bukanlah akan menyinggung sesuatu agama atau kepercayaan lain, tetapi agama disini hendaknya diartikan sebagai suatu factor yang esensi daripada kebudayaan yang beraneka ragam,

yang member corak tertentu kepada bermacam-macam oAli,Mukti. ILmu Perbandingan Agama di Indonesia,Yogyakarta,IAlN Sunan Kalijaga Press,1988,

h.l8

9

kebudayaan itu, menentukan cara berfikir, cara hidup dan

cara menimbulkan nilai-nilai baik bagi perseorangan nteupun bagi goiongan umat nranusia. Persamaan-persamaan

dan

perbedaan-perbedaan yang

terdapat diantara agama-agama hendaknya dengan secara jujur ditunjukkan, agar supaya orang-orang dan lembaga-lembaga yang bertanggung jawab dapat menambah kerjasama yang bermanfaat, dengan memperhatikan bentuk yang tertentu daripada background agama

dari kebudayaan yang bermacam-macam itu. .5 Teori-teori yang diutarakan diatas tentunya berdasarkan

kepada kondisi historis yang berkembang di Barat di;Ldopsi dan dikembangkan

di

dan kemudian

Indonesia dengan kemajemukan

didalamnya tentunya teori-teori diatas tidak serta-merta dapat diterima oleh umat Islam di Indonesia yang merupakan mayoritas. oleh karena itu perlu teori-teon penyeimban_e dengan mengungkap

teori-teori studi agama-agama yang pernah berkembang di timur G. Definisi Operasional Konsep Studi Agama terdiri dari dua kata stLtdi dan agama.

Studi berarti pelajaran. penyelidikan, bahan pelajaran, belajar atau mempelajari dan menyelidiki. Sehingga studi agama dapat dimak-

'Mukti h

13

Ali, Dialog Antar AganLa, Yogyakarta, Yayasan Nida,

1970,

l0 nai sebagai pengkajian, penyelidikan dan peneiitian tentang

atau

terhadap agama.

Daiam arti yang lebih luas la-ui dapat dimaknai dengan pembahasan atau perbincangan soal agama atau keagamaal. Studi

agama

ini lebih dipahami sebagai

pengkajian dan penyelidikan

atau penelitian terhadap agama atau agama-agama dengan berbagai

pendekatan keilmuan, sebagaimana telah dikembangkan dalam

ilmu agama atau ilmu perbandingan agama atau pun yang dikenal dengan istilah science of religiorts atau religionswissenschaft.6

Pengertian lain studi agama adalah sebagai suatu kajian

atau penelitian ilmiah yaitu kajian sistematis dan metodologis terhadap agama-agama yang ada sebagai kajian yang terbuka dan

netral, studi.- agama mengkaji baik dari segi asal

usul

keberadaannya sebagai suatu sistem keyakinan dan kepercayaan dalam konteks hubun-ean antar agama.

Studi Agama juga diartikan pengkajian secara ilmiah yang menyangkut masalah agama sebagai suatu sistem ilmu'7 Awal perkembangannya, agama dipelajari melalui ilmu-ilmu agama,

diawali dal History of Religion (sejarah agama), Sociology of

u

Mukti Ali, Itmu Perbandingan Agama, (Yogyakarta: IAIN

Kalijaga, 1992),h.13.

' Abdrliah

Ali, op. cit. H.28.

Sunan

11

ReLigion (sosiologi Agama), psychology

of Retigion (ilmu jiwa

Agama) dan Comparison of Religion (perbandingan Agama).

wilayah kajian caram peneiitian i,i adalah

pandangan

kelima tokoh Islam dari abad pertengaha tentang asal-asul agama serta sistem keyakinan dan kepercayaan agama yang telah mereka

kritisi dalam kitabnya masing-masing.

12

BAB II LANDASAN TEORITIS

A.

Definisi Studi Agama-agama

Tidak ada suatu masyarakat manusia yang hidup

tanpa

suatu bentuk agama, seluruh agama merupakan perpaduan kepercayaan dan sejumlah upacara yang diselenggarakan oleh masyarakat. Berdasarkan sejarahnya agama adalah masalah sosial, karena menyangkut kehidupan masyarakat yang tidak bisa terlepas

dari kajian ilmu-ilmu sosial. Oleh sebab itu, ilmu-ilmu

agama

hakikatnya merupakan rumpun bagian dari ilmu sosial, yang pada awalnya berinduk pada ilmu sosiologi. Bagaimanapun studi agama menyangkut hakikat kehidupan

nasyarakat pemeluk suatu agama, yatg apabila dipelajari akan merupakan hal yan-e sangat kompleks, karena berkaitan dengan masalah-masalah sosial dan kellakinan. Berkaitan dengan masalah

sosial, masalah agama tidak bisa terlepas dari kehidupan rnasyarakat. sedangkan masalah keyakinan berkaitan hubungan manusia dengan Tuhan yang disembah dan dipuja berdasarkan

kepercayaan agamanya. Secara sosiologis, agama yang mengandung kepercayaan dengan berbagai praktek pengamalan

ibadahnya dalam kehidupan masyarakat, merupakan masalah sosial, karena agama adalah bagian dari masyarakat. Tidak ada

i3

t4 agama tanpa masyarakat, atau dalam pandangan antropologis,

tidak ada masyarakat yang tidak beragama'

Agarna dengan ek:;istensinya telarh membuatnya berbeda dengan segala apa yang pernah ada, mernbuatnya berbeda dengan

segala yang pernah dimiliki manusia. Agarna membuat orang melakukan aktifitas yang harus bersesuaian dengan apa yang diajarkannya,

baik tuntunan itu berat ataupun ringan'

Agama

menjadikan kehidupan manusia lebih teratur dalam kehidupannya,

karena segala dorongan dan keinginannya menjadi lebih terarah. Agama menjadi pemimpin roh jiwa manusia. Ia juga berperan aktif

membimbing manusia untuk mernahami

ajaran-ajaranya.

Diibaratkan seorang manusra layaknya seorang yang berada diujung pedang, jika salah maka orang telsebut mati olehnya, tetapi agama-agama datang sebagai penyelamat' Apapun yang terjadi pada manusia, ia tidak akan bisa terlepas dari agama. Sangat

mustahil rnemisahkan kehiclupan manusia dari agama. Seperti halnya menghilangkan luka bekas operasi clari kulit manusia.l Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern telah menyudutkan kita ke

titik di

mana keserasian hidup

di

antara

sesama bergantung banyak kepada pengenalan akan keyakinan sesama manusia. Dalam kenyataannya manusia pada umumnya

t

M.,ham*ad Abduh, Islam; Ilnur Pengetahuan dan Masyarakat

Madani, (Jakarta: Raja Grafindo, 2004), h' 4'

15

mempunyai pengertian yang dangkal perihal agamanya sendiri maupun agama sesamanya. maka wajar apabila ketegangan kerap

kali timbul disebabkan oleh kesalahpahaman

yan_e

rak r.r.ienrpunyai

dasar agamawi sama sekali. Itulah sebabnya maka Ilrnu Agama merupakan suatu studi yang sallgat diperlukan dewasa ini. Namun

suatu sistem dan metode yang relevan dengan

isi

agama perlu

dikembangkan.2

Begitu sensitifnya suatu keyakinan yang dianut oleh pemeluk masing-masing agama, maka sebelum mempelajari suatu

agama, terlebih dahulu pemahaman yang luas dan mendalam tentang hakikat agama tersebut, walaupun orang n-rasih berbeda paham tentang agama itu sendiri, mana yang disebut agama dan mana yang bukan (budaya dari suku bangsa). Menurur Mukti

Ali

hal ini disebabkan "pertama, karena pengalaman agama itu adalah

soal batini dan subyektif, juga sangat individualistis, tiap

oran_q

mengartikan agama itu sesuai dengan pengalamannya sendiri, atau sesuai dengan pengalaman agama sendiri. Kedua, barangkali tidak

ada orang yang begitu bersemangat dan emosional lebih daripada

membicarakan agama. Ketiga, konsepsi tentang agarna akan

'ZuiniMuchtarom, Ilmu Perband.ingan Agama di Indonesia 'Beberapa Permasalahan' (Jakarta, INIS,l990), h. 37.

t6 dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian agama

ltu

."

Terkait deiigari perreiitiatt itri, iral yang pertama perlu diperjelas adalah mengenai pengertian "agama" dan "studi agama", upaya membedakan keduanya, serta karakteristik studi agama, baik

dalam hal orientasi maupun objek studinya. Mendefinisikan istilah

"agama" dan "studi agama" bukanlah hal yang mudah, mengingat anasir-anasir pengertian di antara kedua istilah tersebut Senantiasa

beriringan dengan perkembangan kehidupan manusia.

Pada

umumnya istilah "agama" diartikan berasal dari dua kata, yaitu

a

dan gam. a diartikan tidak, sedangkan gam diartikan kacau. sehingga berarti tidak kacau (teratur).4 Harun Nasution mengartikan a adalah tidak sedangkan gam diartikan pergi, berarti

tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun temurun.s Penjelasan

lain bahwa agama berarti taat dan balasan

(hisab) atau agama dapat dipahami sebagai suatu ikatan pelasaan

mengakui hak-hak Tuhan dengan perasaan takut dan hormat.6

t A. Mukti Ali, Agama dan Pembangunan di Indonesict' Bagian I' (Jakarta: Departemen Agama RI., 1972), h. 48. t Mudiahid Abdul Manaf, llmu Perbandingan Agama, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994), h.3. t Harun Nasution, Islam ditiniau dari Berbagai Aspeknya, Jilid III, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1985), h.5. u Abduluh Lli, Agama dalam llmu Perbandingan Agama, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007), h. 23.

t7

Zakiah Darajat mengartikan agama adalah perasaan

dan

pengamalan bani insan secara individual, yan-e menganggap bahwa

nrereka berhuburtsan dengan apa yang ciipancian-enya sebagai Tuhan.T

Emile Durkheim mengartikan, agama sebagai suatu kesatuan sistem kepercayaan dan pengalaman terhadap ia suatu kepercayaan yang sakral, kemudian kepercayaan dam pengalaman tersebut menyatu kedalam suatu komunitas moral. John R. Bennet

nengartikan agama sebagai penerimaan atas tata aturan terhadap kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi daripada kekuatan-kekuatan

yang dimiliki oleh manusia sendiri. Frans Dahler mendefinisikn agama sebagai hubungan manusia dengan sesuatu kekuatan suci

yang lebih tinggi daripada manusia itu sendiri, sehingga ta berusaha mendekatinya

dan memiliki rasa

ketergantungan

kepadanya. Karl Mark berpendapat bahwa agama adalah keluh

kesah dari makhluk yang tertekan hati dari dunia yang tidak

jiwa dari keadaan yang tidak berjiwa bahkan menurut pendapatnya pula bahwa agama dijadikan sebagai candu berhati,

masyarakat. Para Ulama Isiam mendefinisikan agaffra adalah sebagai undang-undang kebutuhan manusia dari Tuhannya yang

' Ibid.

18

mendorong mereka untuk berusaha agar tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.8 Pendapatyangmenarikjuga
pada yang suci (sacred) wilayah transempiris dan

berbagai

perilaku yang dimaksudkan untuk mempengamhi relasi seseorang dengan wilayah transempiris itu. Barangkali istilah yang paling tepat untuk menyebut prilaku tersebut adalah spiritualitas. Maka

agama dapat bersifat komunal atau individual. satu-satunya elemen yang benar-benar penting dalam agama adalah keyakinan pada wilayah yang slci(the sacred), transenden atau transemplns.

jika hal itu ada maka kita beragama, jika tidak

ada. kita tidak

beragama.e

Berdasarkan pengertian tersebut, pada prinsipnl'a konsep

agama bertitik tolak pada dasar yang sama' yakni adanya pengakuan dari manusia terhadap kekuasaan yang berada

dirinya, yang disebut Tuhan. Pengakuan tersebut

di luar

mendorong

manusia untuk melakukan hubungan spiritual dengan zat Tuhan

yang diyakininya, dengan pengertian bahwa sepanjang aktivitas 8 Dikutip oleh Ali Anwar Yusui Studi Agama Islara, (Bandung: pustaka Setia, 2003), h. 17-19. Juga baca H. M. Rasyidi, Empat Kulialt Agarna Bintang, 1984), h'49' Islam patla - e Perguruan Tittggi, (Jakarta: Bulan Studi Agamn, (Yogyakarta: LKIS, Peter Connolly, Aneka Pendekatan 1999), h. 10.

t9 masyarakat mengandung unsur kepercayaan terhadap kekuasaan

zat yang Maha suci yan-e disebut Tuhan, sudah dapat dikatakan bahwa itu adalah agama. Akan tetapi a_earrra ticlak cukup berhenti

sampai pada batas keyakinan semata. Konsekuensi dari adanya keyakinan, pengakuan dan hubungan dengan Tuhan, melahirkan berbagai bentuk pengabdian dan persembahan. Wujud pengabdian dalam agama itulah yang dikenal sebagai ibadah, yang merupakan aspek ritual yang sakral.

Menurut Endang Saefudddin Anshari setidaknya ada tiga aspek pokok yang terkandung dalam suatu agama; Pertama, agama

adalah sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) terhadap adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia. Kedua, agama adalah

juga suatu sistem ritual (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak. Ketiga, disarnping merupakan suatu sistem

credo dan sistem ritual, maka agama juga adalah suatu sistem

norrna (tata kaidah)yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatannya.l0

Oleh karena itu dapat dikatakan juga bahwa eksisrensi

agama

selain sebagai sistem kepercayaan yang mengharuskan adanya kebenaran, to

juga sebagai tindakan praktis terhadap

aplikasi

Endang Syaefuddin Anshari, Itmu, Filsafat dan Agama, (Bandung:

Mizan, 1989), h. 120.

20

kepercayaan

(iman) yang telah diakui

Sehubungannya dengan hal

ini

kebenaraanya'

Ibnu Sina memiliki dua

aspek

nrissi. yaitu missi teoritr: dan praktrs. Mi.s.sr teonrrs-treriungsi mengarahkan

jiwa manusia menuju kebahagiaan abadi dengan

mengajarkan ajaran dasar keimanan terhadap eksistensi Tuhan,

realitas wahyu, dan kenabian serta kehidupan sesudah mati. Adapun missi prahis mengajarkan aspek-4spek praktis agama sebagai tindakan ritual untuk dilaksanakan oleh seseorang yang

beriman.ll Agama adalah sesuatu yang tidak dapat berubah, bersifat abadi. dan diberikan sekali untuk selamanya. Agama adalah wahyu

yang diturunkan Tuhan kepada manusia. Fungsi dasar

agama

adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia

untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang sakral- Lewat pengalaman beragama (religion experience) yang penghayatan

kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

kesanggupan,

kemampuan dan kepekaan rasa untuk mengenal dan memahami eksistensi sang Ilahi, kesemuanya

ini dikaji oleh ilmu studi agama.

Perkembangan dalam bidang studi agama sekitar antara

rahun 1859 hingga tahun 1869 yang ditandai dengan terbitnya buku Darwin "the origin of species ". Setelah tahun 1869 muncul rr

Seyyed Hossein Nasr, Tiga Mazhab Lltama Filsafat Islam' (Jakarta" Raja Grafindo, 2004), h.4.

2t

istilah "Perbandingan Agama"(comparative relegion), padanan kata bagi istilah "Studi Agama', (the science

sebagai

of religion).

Akan tetapi sebagai sebuah disiplin ilmu, studi

a_qama mulai

mendapat perhatian yang luas dan sungguh-sungguh

dirintis sejak

tahun 1960-an dan 1970-an, tapi munculnya tidak secara tiba-tiba pada kurun waktu tersebut, sebab kemunculannya telah didahului

menurut proses yang telah berlangsung berabad-abad, proses ini

dapat dianggap sebagai kejadian terdahulu Ilmu perbandingan Agama, yang ber-aneka ragam." R"ligio.rswissenschaft atau ilmu

agama sejak kemunculannya sebagai suatu disiplin keilmuan setahap demi setahap memperkuat dan memperluas statusnya sebagai "pengetahuan ilmiah

"

atau "ilmu,, sejak awal rnula

kemunculannya, disipiin keilmuan

ini

berbeda dengan teorogi.

Obyek kajian ilmu agama adalah semua agama, baik agama-agama

masa lalu, maupun agama-agama masa sekarang. Sedangkan teologi sebenarnya hanya mengkaji satu agama tertentu saja, yaitu agama yang diyakini kebenarannya. Jika teologi mengkaji aganTa

lain, itupun dengan menggunakan norrna agama yang diyakini

t'Djam'annuri,

Studi Agarna-agama; (Yogyakarta: Pustaka Rihlah, 2003), h.l

Sejarah dan Penikirannl,a

22

kebenarannya sebagai tolak ukur dalam mengkaji agama-agama lain.l3

Agama merupakan suntber aspirast ulanusia yeng paling dalam, karena ia memiliki perangkat pengetahuan, kepercayaan,

nilai-nilai moral, dan norma-nofina sebagai sumber

tatanan

masyarakat yang dapat menumbuhkan ketentraman bagi individu

serta membuat manusia menjadi beradab. Sebagai sistem ilmu pengkajian agarna tidak bisa terlepas dari ilmu pengetahuan lain, khususnya ilmu sosial seperti ilmu sosiologi, psikologi, Arkeologi,

Filologi dan Antropologi. Secara struktur keilmuan, studi sebagai bagian

agama

dari ilmu agama. Menurut latar belakang

tumbuhnya, termasuk dalam kelompok ilmu sosial, karena agama yang telah berada ditengah kehidupan manusia msllr.pakan aspek

yang tidak bisa dipisahkan dari pribadi dan masyarakat. Oleh karenanya Studi Agama juga berarti mempelajari hubungan agama

dengan struktur sosial dan pengaruh struktur sosial

atas

kepercayaan dan amalan-amala-n keagamuur.''

Dalam pandangan saintis, agama dan ilmu pengetahuan mempunyai perbedaan. Bidang kajian agama adalah metafisik, sedangkan bidang kajian sains

/ ilmu pengetahuan adalah alam

rr Burhanuddin Daya, ILmu Perbartdingan Agama di Indonesia dan Belanda (Jakarta: INIS, 1992), h.24 'o

tbid.,h. zo.

23

empiris. Sumber agama dari tuhan, sedangkan ilmu pengetahuan dari alam. Dari segi tujuan.

umat manusla

a_sar

a_qama

berfungsi seba_uai pembimbing

hidup tenang dan bahagia didunia dan di

akhirat. Adapun sains / ilmu pengetahuan berfungsi sebagai sarana mempermudah aktifitas manusia

di dunia. Kebahagiaan di dunia,

menurut agama adalah persyaratan untuk mencapai kebahagaian di akhirat.

Menurut Amtsal Bakhtiar agama

cenderung

mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan,

eksklusif dan subjektif. Sementara ilmu pengetahuan selalu mencari yang baru, tidak terikat dengan etika, progesif, bersifat

inklusif, dan objektif. Meskipun keduanya memiliki perbedaan, juga memiliki kesamaan, yaitu bertujuan memberi ketenangan. Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati, Sedangkan ilmu memberi ketenangan dan

sekaligus kemudahan bagi kehidupan

di

dunia.l5 Misalnya,

Tsunami dalam Konteks agama adalah cobaan Tuhan dan sekaligus rancangan-Nya tentang alam secara keseluruhan. Oleh

itu, manusia harus bersabar atas cobaan tersebut dan mencari hikmah yang terkandung dibalik Tsunami. Adapun menurut ilmu pengetahuan, Tsunami terjadi akibat pergeseran karena

''

Amt.ul Bakhtiar, Filsafat llmu (Jakarra: Raja Grafindo persada,

2004),h.231.

24 lempengan bumi, oleh karena itu para ilmuwan harus mencari ilmu pengetahuan untuk mendeteksi kapan tsunami akan terjadi dan bahkan kalau perlu mencari cara mengataslnya'

Karekteristik agama dan ilmu pengetahuan tidak selalu harus dilihat dalam konteks yang berseberangan, tetapi juga perlu

dipikirkan bagaimana keduanya bersinergi dalam membantu kehidupan manusia yang lebih layak. Osman Bakar mengatakan

bahwa epistemology, metafisika, teologi dan psikologi memiliki peran penting dalam mengembangkan intelektual untuk merumuskan berbagai hubungan konseptual agama dan ilmu pengetahuan.l6 Peran utamanya adalah memberikan rumusanrumusan konseptual kepada para ilmuan secara rasional yang bisa dibenarkan dengan ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan

untuk digunakan sebagai premis-premis dari berbagai jenis sains' Misalnya kosmoiogi, dengan adanya kosmologi dapat membantu meringankan dan mengkonseptualkan dasar-dasar ilmu pengetahuan seperti fisika dan biologi.

Para ahli filsafat dan ilmuan muslim berkeyakinan bahwa

dalam tindakan berpikir dan mengetahui, akal manusia mendapatkan pencerahan dari Tuhan Yang Maha mengetahui sesuatu yang belum diketahui dan akan diketahui dengan lantaran Bakar, Tawhid and Science; Islamic Perspective on Religiott and Science, (Malaysia: SDN BHR. 2008), h. 60. 'u

Ot.u

25

modei dan metode bagaimana memperolehnya. Agama dan ilmu pengetahuan memang berbeda metode yan-s digunakan, karena masing-masing berbecia fun-esinya. Dalam iln-ru pengetahuan kita

berusaha menemukan makna pengalarnan secara lahiriyah, sedangkan dalam agama lebih menekankan pengalaman yang

bersifat ruhaniah sehingga menumbuhkan kesadaran

dan

pengertian keagamaan yang mendalam. Dalam beberapa hal, ini

mungkin dapat dideskripsikan oleh ilmu pengetahuan kita, tetapi tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan rumus-rumus ilmu pasti.

Agama adalah sesuatu yang tidak dapat berubah, bersifat abadi, dan diberikan sekali untuk selamanya sedangkan ilmu pengetahuan

sebaliknya.'' Sekulipun demikian, ada satu hal yang sudah jelas, bahwa kehidupan jasmani dan rohani tetap dikuasai oleh satu tata aturan hukum yang universal, baik menurut agama maupun ilmu

pengetahuan,

yaitu Allah. Keduanya

salin_q melengkapi dan

membantu manusia dalam bidangnya ntasing-masing dengan caranya sendiri.

Fungsi agama dan ilmu pengetahuan dapat dikiaskan seperti hubungan mata dan mikroskop. Mikroskop telah membantu

indera mata kita yang terbatas, sehingga dapat melihat bakteri-

bakteri yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata telanjang. 17

Burhanuddin Daya, Op. Cir., h. 14.

26

Demikian pula benda langit yang sangat kecil dilihat dengan mata telanjang, ini bisa dibantu dengan teleskop karena terlalu jauh.

Demikialt halnya dengan wahyu Ilahi, telah urembantu akal untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang diamati oleh indera.t8

Di dalam doktrin

agama, terdapat beberapa landasan yang

menunjukan, bahwa di samping ada kebenaran yang muthlak yang Iangsung dari Aliah swt. diakui pula eksistensi kebenaran relatif

yang merupakan hasil usaha pencapaian budaya manusia, seperti:

kebenaran spekulatif filsafat

dan kebenaran positif

pengetahuan serta kebenaran pengetahuan biasa kehidupan sehari-hari.

B.

di

ilmu

dalam

1e

Studi Agama-agama dalam Islam Kajian- keagamaan dalam berbagai perspektifnya akhir--

akhir ini terasa cukup mewarnai perkembangan dunia ilmu pengetahuan

dan memiliki

perkembangan

yang pesat secara

metodologis, Fenomena ini cukup terasa oleh semaraknya berbagai

forum diskusi keagamaan yarlg diselenggarakan oleh kaum intelektual, terutama di Indonesia. Mukti Ali, sebagai perintis Ilmu Perbandingan Agama

di

lndonesia. dalam sebuah tulisannya

mengatakan bahwa kecenderungan tersebut menggejala diSoedewo, Ilmu Pengeruhuan dan Agama' (Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2007), h. 61. t'Endang Saefuddin Anshari, Op. Cit',h' 141 ' 18

21

karenakan oleh runtuhnya anggapan bahwa studi tentang agama sebagai suatu yang tidak ilmiah. A-qama, menurut pandangan yang

berkembang akhir-akhii-

ini. di

samping mengandung doktrin--

doktrin keyakinan, juga berisi hal-hal yang bisa dikaji dan didekati secara ilmiah.2o Bahkan menurut

Mukti AIi, bila dikaji

secara

historis, peletak dasar ilmu studi agama-agama justru dari kalangan

Islam, yakni Ali ibn Hazm al-Andalusi (994-1064) yang terkenal dengan kitabnya Al-Fashl Fi

Al-Milal

Wa

Al-Ahwa' Wa An-Niha[

atau Muhammad Abd al-Karim al-Syahrastani (1071-1153) dengan

kitabnya Al-Milal wa al-Nihal, tokoh-tokoh yang dipandang sebagai peletak dasar ilmu studi agam a-agamadi dunia Islam.2l

Tantangan yang dihadapi setiap agama sekarang ini termasuk juga Islam sekurang-kurangnya ada tiga. Pertama,

dalam menghadapi persoalan kontemporer yang

ditandai

disorientasi niiai dan degradasi moralitas, agama ditantang untuk

tampil sebagai suara moral yang otentik. Kedua, agama harus menghadapi kecenderungan pluralisme, mengolahnya dalam kerangka "teologi" baru dan mewujudkannya dalam aksi-aksi

2o

A. Mukti Ali, "Penelitian Agama di Indonesia" dalam

Mulyanto

Sumardi (ed), Penelitian Agama, Masalah dan Pemikiran, (Jakarta: Sinar Harapan, 1992).h.20.

2t A. Mukti Al;., Itmu Perbandingan Agamn di lndonesict, dalam Burhanuddin Daya dan Djam'annuri (ed.), Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia (Beberapa Pentnsalahan), (Iakarta; INIS, 1990), h.

-5.

28

kerjasama plural. Ketiga, agama

tampil sebagai

pelopor

perlawanan terhadap segala bentuk penindasan dan ketidaka,iiiar=r.22 Ketiga taiitangan ini menjadi lebih sulit dijawab karena; pertanna, kemelut dalam masing-masing tubuh agama

seringkali muncul kepermukaan. Sikap agresif yang berlebihan terhadap pemeluk agama lain sering kali merupakan ungkapan

yang tidak disadari akibat ketegangan dalam tubuh agama itu

sendiri. Kedua, paham tentang kemutlakan Tuhan juga memudahkan orang untuk mengidentiflkasi kemutlakan itu dengan

kemutlakan agamanya. Ketiga, Keyakinan bahwa segala tindakan

atau perbuatan baik akan dibalas Tuhan dengan pahala, menyebabkan kekerasan terhadap pemeluk agama lain justru dianggap sebagai bagian dari keutamaan moral-suatu ironi bukan

saja kontradiktif, melainkan juga berbahaya, baik bagi pemeluk agama lain maupun agamanya sendiri, sebab agama yang terus

menerus tampil bertentangan dengan nurani kemanusiaan akan

kehilangan kredibilitasnya. Keempat, dengan meningkatnya pemerhati agama dalam konstelasi peradaban

kini,

agamapun

menjadi rawan ditunggangi kepentingan politik, ekonomi dan

kultur kelompok-kelompok tertentu ataupun pribadi. Jika inr terjadi, agama yang pada awalnya diharapkan menjadi terapi bagi Andito, Atas Nama Agama: Waca.na Agama dalam Dialog "Bebas" Konflik, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1998), h.29-30.

"

29

kemelut modernitas, justru akan semakin dirasa seba_eai penyakit berbahaya.23

Pernyataan

yang telah diungkap

meng-earnbarkan agania berada dalam posisi yang sulit:

diatas

di satu sisi,

agama diharapkan menjadi problem solver terhadap sesuaru yang

diakibatkan oleh modernitas, sedangkan disisi lain, konflik antar agama, bahkan intra-agama, belum berhasil diselesaikan. oleh karenanya, kita perlu mempelaj ari tipologi keberagamaan.

Menurut Komaruddin Hidayat yang dikutip oleh Atang

Abdul Hakim, ada lima tipologi sikap

keberagamaan;

el<sklusivisme, inklusivisme, pruralisme, eklektivisme, dan universalisme. Kelimanya masing-masing, tidak terlepas atau terputus dari yang lain, dan tidak pula bersifat pernanen, tetapi lebih dekat dikatakan sebagai sebuah kecenderun gan.24 Eksklusivisme melahirkan pandangan bahwa ajaran yang paling benar hanyalah agama yang dipeluknya. Agama lain sesat dan wajib dikikis, atau pemeruknya dikonversi, sebab baik agama

maupun pemeluknya dinilai terkutuk dalam pandangan fuhan. Inklusivisme berpandangan bahwa diluar agama yang diperuknya,

juga terdapat kebenaran meskipun tidak seutuh dan sesempurna pluralisme agama yang dianutnyaberpandangan bahwa

secara

23

tbtd.,h.32.

'o Aturg Abdul Hakim &

Jaih Mubarok, Metodologi Studi IsLam,

(Bandung: Remaja Rosda Karya,2Ol2), h. 6

I

30

teologis, pluralitas agama dipandang, sebagai suatu reaiitas niscaya

yang masing-masing berdiri sejajar sehingga semangat misionaris atau dakwah dianggap "tidak relevan". Eklektit'isrtte adalah sikap

keberagamaan yang berusaha memilih

dan

nlempertetllukatl

berbagai segi ajaran agama yang dipandang baik dan cocok untuk

dirinya sehingga format akhir dari sebuah agama menjadi sellacam

mozaik yang bersifat eklekti. Universalisme betanggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama. Hanya faktor historis-antropologis, agama tampil dalama format plural' Ummat

Islam Indonesia nampaknya masih didominasi

pandangau

ekskhtsivistne.Hal ini disatu sisi dipandang wajar, karena warisan historis tentang persentuhan Islam-Kristen, oleh karena itu kita

perlu mempertimbangkan format-format lain sebagai altematlf wajah keberagamaan Islam di Indonesia.

Berkenaan dengan studi agama dalam Islam' islam mengajarkan sikap terbuka menerima perbedaan keyakinan dan kepercayaan yang dianut orang

lain,

seorang muslim harus

memiliki wawasan berpikir yang luas untuk menatap hikmah perbedaan keyakinan dan kepercayaan dikalangan manusia. Meskipun secara intern, sesuai kriteria Ilmu Perbandingan Agama, diperlukan ketahanan mental dan keteguhan pendirian bagi setiap

muslim, agar tidak tergelincir iman, karena mengetahui

3t kemungkinan kelebihan yang

dimiliki

agama

lain. Maka

sikap

yang seharusnya ditunjukkan seorang muslim terhadap agama lain

adalah; pertanta, seorang muslirn harus menghargai dan menghormati kepercayaan yang dianut oleh agama lain, meskipun

k jelas kepercayaan itu pasti berbeda dengan kepercayaan yang diajarkan oleh Islam. Menghormati dan menghargai, bukan berarti menerima kebenaran yang dianut berdasarkan kepercayaan agama

lain, tetapi bersikap sabar untuk menerima perbedaan antara Islam dengan agama lain, serta membiarkan kenyataan berbeda itu selama tidak saling mengganggu. Menghormati dan menghargai

juga bukan berarti seorang muslim harus mengikuti kegiatankegiatan upacara agama lain, apalagi larut di dalarn agama lain itu

tanpa menyadan identitas dirinya sebagai muslim. Menghormati dan menghargai, memiliki arti bahwa seorang muslim harus bisa bergaul dengan orang lain yang berbeda agama secara baik, dalam

batas-batas kehidupan sosial kemasyarakatan seperti gotong royong sesama warga. Akan tetapi dalam hal-hal lain yang bersifat

ritual, yakni jenis peribadatan yang secara sakral ditetapkan sebagai upacara ibadah keagamaan, semacam menyalakan

lilin

dan

nyanyian gereja(Kristen), sesajen untuk persembahan para dewa dan penghormatan terhadap arwah (Hindu), atau kegiatan meditasi I

dengan cara samadhi (Budha), seorang muslim cukup

32

menghormati dan menghargai upacara ibadah ritual tersebut, dengan cara membiarkan kegiatan mereka sesuai kepercayaan

yang diyakininya, sepeni pernyataan al-Qur'an:

"bagitntr

ctgatnamu dan bagiku agctmaku" (QS. Al-Kafirun;6).

Kedua, sikap muslim terhadap agama lain hendaknya tidak bermaksud memaksakan kehendak ajaran Islam terhadap mereka,

meskipun seorang muslim yakin bahwa agama yang dianggap benar adalah Islam; "sesungguhnva agama ltang diakui (diridhai)

Attah adalah Islam" (QS. Ali Imran;19), namun tidak semestinya Seorang muslim memaksakan kebenaran Islam

itu untuk diterima

oleh agama lain, sesuai pesan al-Qur'an: "tidak ada palcsaan daLaru ag anna" (Q S.

AI-B aqarah;25 6).

Ketiga,, sikap muslim terhadap agama lain haruslah netral,

tidak apriori dalam menyukai atau membenci penganut agama lain.

Setiap agama, sesuai dengan normanya, tentunya mempunyar kelebihan dan kelemahan. Secara netral seorang muslim menatap kelebihan

itu sebagai sesuatu yang wajar

sebagaimana adanya.

Demikian pula halnya, kekurangan yang mungkin banyak dijumpai

dalam ajaran agama lain, tidak seharusnya mendorong seorang muslim menghina atau mengejek agama lain tersebut, sebagaimana sikap netralitas yang dijelaskan dalam al-Qur'an: "barang siapa

33

yang mau beriman, berimanlalt; dan siapa yang memilih kafir, silahkan kc1fir" (QS. Al-Kahfi,z9).

Perspektif kebudayaan a,qama seba_eai sebuah studi nrerupakan universal cultural, dalam prinsip teori fungsional menyatakan bahwa segala,/sesuatu yang tidak berfungsi akan

lenyap dengan sendirinya. Karena sejak dulu hingga sekarang

agama dengan tangguh menyatakan eksistensinya, berarti ia mempunyai dan memerankan sejumlah peran dan fungsi di masyarakat.'s Oleh karena itu secara umum, studi agama menjadi

penting karena agama termasuk Islam, memerankan sejumlah peran dan fungsi dimasyarakat.

Situasi keberagamaan khususnya

di

lndonesia, cenderung

menampilkan kondisi keberagamaan yang legalistik-formalistik.

Agama harus dimanifestasikan dalam bentuk ritual-formal, sehingga muncul formalisme keagamaan yang lebih mementingkan

"bentuk" daripada "isi". Kondisi seperti ifu menyebabkan agama kurang dipahami sebagai seperangkat paradigma moral dan etika

yang bertujuan

membebaskan manusia

keterbelakangan dan kemiskinan.

Di

dari

samping

kebodohan,

itu, formalisme

gejala keagamaan yang cenderung individualistik daripada kesalehan sosial mengakibatkan munculnya sikap kontra produktif 25

D.lamari, Agama dalam Perspektif Sosiotogi, (Bandung: Alfabeta,

1993), h.19

34

seperti nepotisme, kolusi dan korupsi.26 Menurut Masdar

F.

Mas'udi, kesalahan ummat Islam Indonesia adalah mengabaikan

nii.ri etika ,ian inoral yang relevan bagi lllt_ern kehidupan manusia sebagai makhluk yang bermartabat dan berakal agama sebagai

budi.27 Agama Islam

di Indonesia belum sepenuhnya dipahami dan

dihayati oleh ummat Islam. Oleh karena itu signifikansi studi Islam

di Indonesia adalah

mengubah pemahaman dan penghayatan ke-

Islaman masyarakat muslim Indonesia secara khusus,

dan

masyarakat beragama pada umumnya. Adapun perubahan yang

diharapkan adalah format formalisme keagamaan Islam diubah

menjadi format agama yang substantif. Sikap enklusivisme, kita

ubah menjadi sikap universalisme, yakni agama yang tidak rnengabaikan nilai-nilai spiritualitas dan kemanusiaan karena pada

dasarnya agama diwahyukan untuk manusia. Studi Islam diherapkan dapat melahirkan suatu komunttas yang mampu melakukan perbaikan secara intern dan ekstern. Secara intern, komunitas itu diharapkan dapat mempertemukan dan mencari jalan

keluar dari konflik intra-agama Islam, tampaknya konflik internal ummat Islam yang didasari dengan organisasi formal keagamaan belum sepenuhnya final. Studi Islam diharapkan melahirkan suatu masyarakat yang siap hidup toleran (tasamuh) dalam wacana Abdrrl Hakim & Jaih Mubarok, Op.Ci., 'u 2' Ibid.

h.8

35

pluralitas agam4 sehing,ea tidak melahirkan muslim ekstrim yang membalas kekerasan, agama dengan kekerasan pula. Oleh karena

itu, dalam situasi hidup keberagarnaan di incionesia, studi

agama

terutama Islam sangat penting dilakukan karena merupakan a_qama yang dianut oleh mayoritas penduduk.

Ada berbagai cara memahami Isiam sebagaimana

dikatakan

Ali Syari'ati, pertama.

mengenal

yang

Allah

dan

membandingkan-Nya dengan sesembahan agama-agama lain. Kedua, mempelajari kitab al-Qur'an dan membandingkan dengan

kitab-kitab samawi lainnya. Ketiga, mempelajari kepribadian Rasul

Islam dan

membandin-ekannya dengan tokoh-tokoh besar

pembaharuan yang pernah

hidup dalam sejarah.

mempelajari tokoh-tokoh Islam

Keempat.

terkemuka

dan

membandingkannya dengan tokoh-tokoh utama agama maupun

aliran-aliran pemikiran 1ain.28 Seluruh cara yang ditawarkan Ali

Syari'ati

ini

adalah metode komparasi (perbandingan). Selain

metode komparasi

Ali Syari'ati juga

menawarkan cara memahami

Islam meialui perrdekatan aliran. Ia mengatakan bahwa

tugas

intlektual sekarang ini adalah mempelajari dan memahami Islam sebagai aliran pemikiran yang membangkitkan kehidupan manusia, 28

Ali Syari'ati, On The Sociology of Islam, diteqemahkan oleh Saifullah Mahyuddin, Tentang Sosiologi Islaru (Yogyakarta: Ananda, 1982), h. 12.

36

perseorangan maupun masyarakat, sebagai intlektual ia memikul

anlanah demi masa depan ummat manusia yang lebih baik. Dan harus disadari bahwa tugal

ini

sebagai tugas pribadi dan apapun

bidang studinya dia harus senantiasa menumbuhkan pemahaman yang segar tentang Islam dan tentang tokoh-tokoh besamya, sesual

dengan bidangnya masing-masing. Karena Islam mempunyai berbagai dimensi dan aspek, maka setiap orang dapat menemukan sudut pandangan yang paling tepat sesuai dengan bidangnya"2e

Nasruddin Razak mengemukakan, untuk memahami Islam secara benar,

ia mengajukan empat cara,30 Pertama,Islam harus

dipelajari dari sumbernya yang asli yaitu Al-Qur'an dan al-Sunnah

Rasululiah, hal

ini untuk menghindari

sikap sinkritisme yang

mencampurkan ajaran Islam dengan hal-hal yang tidak Islami. Kedtta, Islam harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara

parsial, artinya Islam dipelajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak secara sebagian saja. Ketiga, Islam clipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh ulama besar, kaum zu'ama dan sarjana-sarjana Islam, karena pada umumnya mereka

memiliki pemahaman Islam yang baik, yaitu pemaharnan yang lahir dari perpaduan ilmu yang dalam terhadap al-Qur'an dan 2' Abuddin Nuta, MerodoLogi Studi Islcun, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h. 106. 'o

lbid..h.

108-109.

37

Sunnah Rasulullah dengan pengalaman yang indah dari praktek

ibadah y'5.ng dilakukan setiap hari. Keempot, Islam hendaknya

dipelajari dari ketentuan nolmatif teoiogis yzuig ada daiam alQur'an, baru kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis.

empiris dan sosiologis yang ada

di

masyarakat. Dengan cara

demikian dapat diketahui tin-ekat kesesuaian atau kesenjangan antara Islam yang berada pada dataran normatif teologis yang ada

dalam al-Qur'an dengan Islam yang ada pada dataran historis, sosiologis dan empi ris. Secara garis besar metode untuk memahami agama dalam

Islam ada dua macam yakni metode komparasi dan

metode

sintesis. Metode komparasi dengan cara memahami agama dengan

rnembandingkan seluruh aspek yang ada dalam suatu agama

den-ean agama lainnya, dengan cara

ini akan dihasilkan

pemahaman agama yang objektif dan utuh. Sedangkan metode sintesis, memahami agama yang memadukan antara metode ilmiah

dengan segala cirinya yang rasional, objektif,

kritis,

dengan

metodologi teologis normatif. Metode ilmiah digunakan untuk memahami Islam yang nampak dalam kenyataan historis, empiris

dan sosiologis, sedangkan metode teologis normatif digunakan untuk memahami Islam yang terkandung daiam kitab suci.

38

C.

Barat dan Studi Agama'agama

Studiagamadiduniabaratdapatditelusurisejakpada masa yunani-Romaivi'sekitar abarl ke-5 S.M.yang

di

dalamnya

terdapat beberapa tokoh yang melakukan studi terhadap agama-

agama.,t Berdasarkan corak kepercayaan Yunani-Romawi yang

bersifat antropomorfis dan politeistis, maka karakteristik studi yang agama pada masa itu menggambarkan religiusitas masyarakat

bersangkutan, yang dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui

catatan-catatan perjalanan yang mencakup deskripsi pemujaan dalam agama bukan-Yunani dan perbandingannya dengan praktekpraktek keagamaan Yunani. Kedua, dengaan cara kritik filosofis terhadap agarrra tradis ional.

32

Ilmuan.agamayangmemberikansketsatentangsejarah berbagai agama dan menggambarkan adat-istiadat bangsa-bangsa lain yang diketahui pada waktu itu. adalah; Herodotus (481 SM), beroros (250 SM), Cicero (106-38 SM), Sallustius (86-34 SM)

telah memberikan sketsa tentang sejarah berbagai agama menggambarkan adapt kebiasaan bangsa-bangsa diketahuinya pada waktu itu. Strabo (63 SM

3t Mukti Ali, Ilmu

-

lain

dan

yang

21 M) telah menulis

Perbandingan Agama, (Jakarta: Tinta Mas

Indonesia, 1990), h. 10. t' M.rd.lahid Abdul Manaf , Op-

Cit.,h.38'

39

dengan kritis agama-agama di dunia Timur. Ia diikuti oleh Varro (116-27 SM) dan Tacitus(55-117 M).31

Selanjutnya beberapa penulis Kristen apoiogis pada abad-

abad pertama seperti Aristides telah memberikan interpretasi

kafir, Yahudi dan Kristen. dari Alexandrra (202 M) menulis tentang

tentang hubungan antara agama Berikutnya Clement

agama Buddha. Saxo (1220

agama-agama

M) dan Snorri (L241) menulis

tentang

di Eropa Utara. Marco Polo (1254-1324 M)

telah menjelajahi Asia Tengah pada tahun

l27l

yang

dan Negeri

Tiongkok pada tahun 1275 telal't menulis tentang agama-agama Timur di Eropa pada masa itu. Pada masa Refornnsi dan Renaissanlse, Erasmus (1469-1536

M) menulis tentang

elemen-elemen agama

kafir yang

terdapat

dalam peribadatan agama Roma Katolik dan ajaran-ajarannya. Kemudian diikuti oleh Toland dalam bukunya Chrisrianity not Mysterius (i696).

Sejalan dengan semangat Rasionalisme, maka mulailah

teori evolusi tentarrg asal-usul agama, dengan menolak

adanya

revelation (wahyu). Hal ini tampak dalam bukunya David Hume dengan

judul Narural History- of Religion (1757) dan

bukunya Voltair berjudul Essay (1780).

"

Ibid

dalam

40

Selanjutnya diikuti dengan penelitian agama yang historis dari Duperon tentang agama Persia; William Jones tentang agama Sanskrit; Champollion tentan_s agama Vlesrr Lama; R.ask tentan-e agama Persia dan tndia; Niebuhr. Botta. Layard dan lainnya menulis tentang agama Babilonia. Kemudian Ernest Renan (1822-

l8g2) menjadi orang pertama yang menciptakan

istilah

"Comparative Study of Religion." Setelah

itu ilmu baru ini mendapat sambutan yang hangat di

berbagai Universitas di Barat. Sebelum penutup abad ke-19 sudah

terdapat ahli-ahlinya

di

Belanda, Switzerland, Perancis, Italia,

Denmark, Belgia dan Amerika. Setelah itu diterbitkanlah beberapa buku. majalah, dan diadakan beberapa konggres internasional.3a

Namun studi Agama dalam arti yang sebenarnya lahir pada

saat Max Muller (1823-1900) menulis beberapa karangannya tentang agama-agama. Studi Agama

di Barat dapat berkembang

dengan baik karena didukung oleh suasana dan semangat ilmiah yang baik dan dana yang memadai. Secara garis besar sejarah studi agama di Barat dapat dibagi

menjadi tiga bagian;

l.Zaman Yunani dan Romawi

3o

Mukti Ati, op. cit.,h.

tt-t3

4t Herodotus (484-425 berkebangsaan Yunani,

SM) adalah seorang sejarawan

ia bisa dikatakan orang pertama

yang

nlenganggap pentrngnya lnentperhatikan masalah agalna agama

orang

lain yang bukan bangsa Yunani. Herodotus secara

mengejutkan telah mencatat dengan cukup akurat deskripsi mengenai berbagai agama barbar dengan agama eksotik lain

(Mesir, Persia, Trasia, Sintia dan lain-lain), bahkan mengemukakan hipotesis mengenai asal mula agama-agama tersebut dan hubungan mereka dengan kultus dan

mitologi yunani.

Para pe,ulis pra-Socrares mencoba mengkaji hakikat dewa-dewa

dan nilai mitos-mitos, dan mulai mengajukan berbagai kritik rasional terhadap agumu.tt

Herodotus

tidak merumuskan suatu teori

tentang

perbandingan agama, tetapi dia mengusulkan suatu teori yang

disebut teori perkembangan tarikh tiga taraf. Taraf pertama pertama rnanusia, taraf kedua taraf pahlawan dan taraf ketiga taraf

dewa-dewa. Namun demikian

di

dalam teorinya

itu dia tidak

memberikan perincian, juga tidak pernah berspekulasi tentang asalusul dewa-dewa ataupun asal-usul agama pada umumnya.36

tt Zrkiah Darad.iat. d].l.., perbarttlingan Agama, (Jakarta: Bumi Aksara.

1996), h.2.

'6 Ibid..h.3.

42

Karya tulis Herodotus meskipun lebih

banyak

menunjukkan catatan data daripada menerangkan data, tetapi dia

telah memberikan suatu surnbangan besa.r bagi studi

aganla

selanjutnya. Dia telali membina prinsip "persamaan dewa-dewa"

yang kemudian terkenal sebagai Interaretatio Romana. Di dalam

prinsip ini Herodotus sambil mempergunakan apa yang sekarang disebut metode perbandingan telah menunjukkan betapa para dewa

yang terdapat di dalam system keagamaan dengan berbagai nama serta sifat yang berbeda-beda itu sebetulnya memiliki funngsi yang

sama. Dengan dipertemukannya persamaan-persamaan menetapkan bahwa para dewa semacam

karena

ini

itu dipersamakan.

itu di dalam bukunya jilid II dewa Bapatis di

dia

Oleh

kalangan

orang Mesir sama seperti dewa Artunis di kalangan orang Yunani, Heros sama dengan Apollo dan Orisis sama dengan Dicnysus"3T

Bagi Parmenides (lahir 520 SM) dan Empedokles (495435) misalnya, dewa-dewa itu tidak lain hanyalah personifikasi

dari berbagai kekuatan alam. Plato (429-347 SM)

seringkali

membandingkan agama-agama Barbar. Sedangkan Aristoteies

(384-322 SM) adalah orang pertama

kali secara sistematis

merumuskan kemerosotan agama-agama manusia pemikiran yang seringkaii dihidupkan kembali

"

Ibid.

sebuah

di waktu-waktu

43

kemudian. Theoprastus (372-287

SM) yang menggantikan

Aristoteles sebagai pernimpin Liciurn, baran_ekali dapat dianggap sebagai sejarahwan agama pertama dari Yunani. menurut Diogenes

Leartius (V, 48), Theoprastus telah menulis buku tentang agamaagama tidak kurang dari enam buku.

Pada zaman pemerintahan Iskandar Agung,

Berossus,

seorang pendeta Bel dari Chaldea telah menerbitkan buku berjudul

Babylonikn Sebagai seorang sejarawan dia tidak menolak pertimbangan-pertimbangan teoretis. Ia telah mengumpulkan mite-

mite bangsa Assiria serta menguraikan praktek-praktek keagarnaan bangsa Assiria yang kemungkinan besar dasar-dasar informasinya

berasal dari inskripsi-inskripsi ataupun dokumen-dokurnen asli

lainnya. Antara tahun 302 dan 297 SM, Megasthenes diutus sebagai duta besar untuk kerajaan Chandragupta olehe Seienous

Nicator telah menerbitkan

btkt

Indica. Hecatasus dari Abdera

(365-275 SM) telah menulis Aegypta yang merupakan sumbangan

bagi teologi agama orang Mesir. Manetho (abad 3 SM) seorang pendeta Mesir telah menggarap masalah teologi agama Mesir dengan judul yang sama, Aegyptica. Sehingga dengan demikian

44

orang-orang

di Iskandariyah telah menjadi paham betul

masalah

mite, ritus serta kebiasaan agama mereka.38

Di

,A.thena, pada

awal abad ke-3' trpikurus (340-270 SM)

melakukan kritik radikal terhadap agama' Dalam pandangannya' ..consensus universal" menunjukkan atau membuktikan bahwa para dewa memang benar-benar ada, namun ia menganggap dewa-

dewaitusebagaiwujudyangmahatinggi,jauhterpisahdantidak memiliki sambung-hubung apapun dengan manusia' Pendapatnya ini kemudian menjadi sangat popuiar di dunia Latin di abad terakhir Sebelum Masehi

di bawah pengaruh Lucretius

(98-53

SM).., Namun, golongan Stoic-lah yang sangat mempengaruhi keseluruhan zarrran

kuno dengan jalan

memperkembangkan

metode interpretasi alegoris yang memungkinkan mereka bisa memelihara (mempertahankan) dan dalam waktu yang bersamaan

menilai kembali peninggalan-peninggaian mitologis. Menurut golongan Stoic baik dari sudut pandangan filosofrs ataupun dari sudut pandangan ajaran etika, mite itu muncul atas dasar tabiat

daripada benda-benda. Banyak nama-nama

dari

dewa-dewa

menun;uk kepada satu-satunya Tuharl Esa dan semua agama itu 38

agaftru-

Jirhanuddin, Perbandingan Agama (Pengantar Studi Memahami 24' a gama), (Yogyakarta: Pustaka Pelaj ar, 210)' h' 3n lbid.

45

mengutarakan kepercayaan fu ndamental yan_q sama, hany a berbeda dalam terminology. Metode alegoris Stoic membuat kemungkinan

uniuk menterlernahkan setiap tradisi kunci kuno dan tradisi-tradisi yang aneh-aneh di dalam suatu bahasa yang universal dan bahasa yang dengan mudah dapat dipahami.

Dikalangan para eklekris roma, Cicero (106-43 SM) dan

Varro (116-27 SM) perlu disebutkan secara khusus karena nilai historis keagamaan dari karya-karya mereka. Dalam karyanya On The Nature Of The Gods (Tentang Hakikat pctra Dewa), Cicero memberikan suatu deskripsi yang cukup akurat tentang keadaan ritus-ritus dan kenyakinan-kenvakinan yang ada pada abad terakhir zafi.,aLT

pugun.*o

Cicero menunjukkan kesan yang jelas fungsi agama itu sebagai suatu disipilner, ajaran etika dan da1,a kekuatan yang

bersifat integratif.

Di dalarn buku oz Divination, Cicero

telah

mengkritik dan bahkan mencemooh praktek-praktek ke-Tuhanan Romawi, padahal ia sendiri sebagai seorang juru ramal resmi. Ia dikenal sebagai orang yang mencaci maki dan tidak mengamalkan

praktek-praktek keagamaan pada zamannya.

Hal inilah

yang

menyebabkan ia memisahkann masalah ke-Tuhanan dari masalah

*o

Mud;ahid Abdul Manaf. Op. Cit., h. 40-41

46

lembaga-lembaga keagamaan serta praktek-praktek keagamaan lalnnya.

4t

Selama dua abad pertama era Masehi, seoi'aiig penganut euhemers bernama Herennius Philon menulis btk:u Phoenician

History dan Pseudo Apolodorus menulis Library-,

se.buah karya

tentang mitologi. Neo Phitagoreanisme dan Neo-Paltonisme mulai

juga ikut serta membangkitkan interpretasi spiritual

terhadap

mitos-mitos dan ritus-ritus. Contoh dalam tipikal dari madzhab penafsiran

ini

adalah Plutrach (45150-125). khususnya dalam

karyanya On Isis And Osiris (Tentang Isis Dan Osiris). Dalam pandangannya, keregaman berbagai bentuk agama hanyalah penampakan luar semata, symbol-simbol menunjukkan adanya kesatuan fundamental agama-agama.

Sedangkan pandangan orang-orang Stoa kembali lagi

dihidupkan oleh Seneca (2-66): berbagai dewa-dewa adalah beragam aspek dari Tuhan yang satu. Sementara itu, deskripsi tentang agama-agama asing dan kultus-kultus esoteric semakin bertambah banyak. Julius Caesar (104-44 SM) dan Tacitus (55-

120) memberikan informasi yang sangat berharga agama-agama orang gaul dan orang-orang Jerman.a2

o'

Ibid.

o'ZakiohDarajat, Op. Cit.,h.

ll.

mengenai

47

Selanjutnya penulis-penulis Kristen apologist, diantaranya adalah Aristides dalam tulisannya ia mencoba menginterpretasikan renLang agama

kafir, Yahudi dan Kristen. Ciemant dari Alexandi'ia,

menulis tentang agama Budha. Roger Bacon (1214-1249) menulis tentang agama-agama kafir dan Islam. Selanjutnya Marco Polo yang menjelajah Asia Tengah pada tahun 1275 dan menghabiskan

kurang lebih

ll

tahun masa pengembaraannya telah banyak

menambah wawasan tentang agama-agama Timur

di Eropa

pada

waktu itu. Ketertarikan kepada agama-agama asing juga telah bangkit

di Barat selama Abad Pertengahan dengan kehadiran Islam yang mengancam. Tahun

ll41

Peter the Venerable telah memiliki al-

Qur'an yang dite{emahkan oleh Robert de Retine. Saat itu Islam telah memiliki karya-karya penting dalam kajian agama Pagan. Al-

Biruni (913-1048) telah memberikan uraian yang cukup berharga mengenai agarna.

Namun terutama adalah Ibnu Rusyd yang setelah secara mendasar mempengaruhi pemikiran Islam, juga ditakdirkan untuk

memberikan rangsangan pertama bagi trend intelektual

di

negeri

Barat. Dalam menafsirkan agama, Ibnu Rusyd menggunakan metode simbolik dan alegorik. Ia menyimpulkan bahwa semua agama-agama monoteis adalah benar, namun

ia

mengambil

48

pendapat Aristoteles bahwa dalam dunia abadi, agama-agama muncul dan lenYaP silih berganti.

2.

Zantan Pencerahan

Padazaman pencerahan telah mulai dijumpai penyelidikan-

penyelidikan agama pagan terutama disebabkan karena cara interpretasi Neo Paltonisme yang bersifat alegoris.

Marcilio Fecino (1433-1499) telah menyusun suatu karya berjudul Platenio Teology, ia menganggap dari ajaran Plotinus yang paling akhir itu menunjukkan bahwa Plotinus

itu

adalah

merupakan penerjemah ajaran Plato yang paling berwenang. Para

humanis berkeyakinan bahwa terhadap seluruh agama terdapat suatu kebiasaan tradisional, bahwa untuk mendapatkan selamat cukup mengetahui tradisi tadi. Pada tahun 1520 telah muncul buku

yang pertama tentang sejarah agama secara umum yang berjudul The Costtut5, Laws and Rites of all Peoplekarya Jean Boem dari

ordo Teutonik. Buku ini berisi kepercayaan orang-orang Eropa, Asia dan Afrika.a3

Kemudian

diikuti oleh Letters dan Relations

yang

diterbitkan oleh misionaris ke Amerika dan Cina. Sebuah usaha

awal untuk menstudi agama-agama Dunia Baru dengan agama zamal antic telah dilakukan oleh misionaris J.F. Lafitau dalam

'r Zakiah Daradjat,

Op. Cit.,h. 13

49

karyanya Custonts

of the Americant

Savages compared

to

the

Cttstoms of the EarlierAges, diterbitkan di Paris tahun 1724.44

Tokoh yang merupakan mata rantai

yan_e menghubungkan

antara zaman perten-eahan dan Renaissance adalah Giovani Boccaccio (1313-1375) dengan karyanya yang berjudul Genelogy

of the Gods. Buku ini

merupakan suatu usaha untuk

mensistematiskan keseluruhan mitologi klasik yang dikenal pada

zarnannya. Setelah

itu

bermunculan compendium-compendium

baru yang sering-sering secara luas mencakup dewa-dewa dari daerah-daerah Timur, dewa-dewa Celtio, Germanie dan dewadewa suku terasing lainnya.a5

Lord Hebert dari Cherbury

(1583-1648)46 adalah

merupakan salah seorang tokoh penting sebagai pengkritik agama pada zamannya. Lord Hebert adalah salah seorang rasionalis yang

mula-mula menyatakan secara sistematis bentuk-bentuk prinsip dewa dalam agama. Yang menjadi dasar teorinya adalah hubungan

ide "insting alam" dengan "pengefiian umum". Agama itu seharusnya

memiliki pengertian umum, oleh karena itu dijumpai

pada segala bangsa dan didalam segala periode.

3.

Zaman Modern aa

http :i/ejournal.sunan-ampel.ac.id/indek.php/islamica/ articel/viewfilei5 3 8 ^t Zakiah Daradjat, Loc. Cir.

'u tbid. h.t4.

50

Nama Ilmu Perbandingan Agama

itu

sebenartya baru

muncul pada bagian akhir'perlen-eahan abad ke 19 pada waktu F' Max Muller (1823-1900;47 seorang penulis Jerman menulis dengan regas nama Religion wissenchaft didalam karyanya chips

from

a

German worl<shop yang terbit tahun 1867. Dengan studi Agama ini Max Muller bermaksud ingin menekankan bahwa ilmu baru ini

terlepas dari filsafat agama dan terutama terlepas dari ilmu teologis. Namun menjelang akhir abad 19 ketenaran teori Max

Muller ini mulai pudar. Teori itu ditentang oieh pafa ahli sezamannya, terutama dari w. Maunhardt (1831-1880) dan Andrew Lang (1844-19 12).48

Max Muller menemukan asal-usul mitos dalam fenomena alami, dan menjelaskan kelahiran para dewa-dewa sebagai sebuah

"penyakit bahasa" yang pada awalnya ahanyalah sebuah nama (nomen) menjadi sebuah keilahian (numen).

W. Maunhardt dalam karya utamanya, Cults of Forest cnd

Field, menunjukkan niiai penting dari "mitologi rendah" yang masih rendah dalam kultus dan ritus kaum petani yang dalam pandangan

t'

w.

Maunhardt keyakinan-keyakinan

Mud.lahid Abdul Manaf , Op. Cn.,h.44.

ini

lebih

51

menggambarkan tahap lebih awal dari agarna ketimabng mitologi-

mitologi natural sebagaimana

yan_q

dikaji Max Muller.

Tahun 1871 rnuncul karya E.B Tylor,ae primitive Cultur-e,

yang merupakan pencipta epos dirnana ia memunculkan suatu trend baru, yaitu tentang animism. Menurut teori animistisnya

Tylor, manusia primitive meyakini bahwa segala sesuatu ia memiliki jiwa dan bahwa keyakinan yang fundamenral dan universal ini tidak hanya dapat menjelaskan kultus terhadap orang-

orang mati dan nenek moyang, namun juga kemunculan dewadewa.

Gerakan lain pada akhir abad

19 adalah yang oleh

dilakukan Emile Durkheim (1858-1917), yang meyakini bahwa ia

telah menemukan penjelasan sosiologis bagi agama totemisme (dikalangan orang Indian Owijiba di Amerika Utara torem menunjuk kepada bintang yang namanya dijadikan nama suku/klan dan dianggap sebagai nenek moyang mereka).sO

Namun pada penyelidikan selanjutnya, terutama dalam

karya agungnya, I.G. Frazer (1854-1941) menunjukkan bahwa totemisme itu tidak menyebar secara universal dan bahwa

*n Dadung Kahmacl. Metode Penelitian Agama, (Bandung: pustaka Setia, 2000), h. 39.

'o Ibirr.. h. 43

52

totemisme itu tidak bisa dipandang sebagai bentuk agama mulamula.

Sarjana

lain yang

sezalnan den-ean Durkheirn adr'lah

seorang filosof Perancis bernama Lucian Levy-Bruhl (18571939).s1 Yang menyatakan bahwa orang-orang primitive itu

memiliki mentalitas yang berbeda baik dalam derajat maupun dalam kualitas yang disebut prologic- Menurut Levy, ciri masyarakat sivilisasi adalah mencari penjelasan ilmiah terhadap

fenomena alam. Sedangkan primitive tidak menuntut penjelasan sebab akibat hokum alam.

Menurut Levy-Bruhl bentuk pemikiran prologic manusia

dulu itu dengan jelas sekali diperlihatkan dengan melalui kepercayaan .magico-religious. Terhadap segala yang ada itu ditanggapi secara mistis. Demikian pula dalam masalah keagamaan

terdapat suatu suasana pertisipasi bersifat mistik baik antara manusia dengan manusia maupun antara manusia dengan totem.

D. Metodologi Studi Agama-agama Menurut Mariasusasi Dhavamony metodologi adalah studi tentang metode yang digunakan dalam suatu bidang ilmu untuk memperoieh pengetahuan mengenai pokok persoalan dari ilmu itu,

"

Zakiah Daradjat, Op. Cit.h.32

53

menurut aspek tertentu dari penyelidikan.-s2 Metodologi berhubungan densan proses-proses kognitif yang dituntut oleh persoalan-persoalan yar1g muncul dari ciri pokok studi

jtu.

Dapat

dikatakan bahwa suatu metode adalah kombinasi sistematik dari pro ses-pros e s ko gni

tif, dengan

men g_eunakan

teknik-teknik khusus.

Klasifikasi, konseptualisasi, abstraksi, penilaian, observasi, eksperimen, generalisasi, induksi, deduksi, argumen dari analogi, dan akhirnya pemahaman itu sendiri adalah proses-proses kognitif.

Metode yang satu berbeda dengan yang lain, sesuai dengan perbedaan cara yang digunakan untuk mengatur pikiran manusia

dan tugas-tugas yang dijalankan oleh pikiran tersebut. Dalam setiap metode ilmiah diandaikan adanya hubungan dekat dan sistematik antara berteori dan pengalaman. Pengamatan dan eksperimen membantu

kita

dengan evidensi untuk membuat

generalisasi dan hipotesis-hipotesis yang dites (dibenarkan atau

disalahkan),

lewat

membandingkan semua

deduksi-deduksi daripadanya

serta

ini dengan akibat-akibat dari pengamatan-

pengamatan dan eksperimen-eksperimen lebih lanj ut.

a). Metode Teologi Pendekatan teologis berarti pendekatan kewahyuan atau pendekatan keyakinan peneliti

itu sendiri, dimana agama tidak lain

52Mariasusai Davamony, Fenomenologi Kanisius, 2001),h.32.

Agarw,

(Yogyakarta:

54

merupakanhakprerogatiftuhansendiri.Realitassejatidariagalna ugurnu't' adalah sebagaimana yang dikatakan oleh rnasing-masing suatu pendekatan seperli ini btasanya dilakukan dalarn penelitian

agamauntukkepentinganagamayangdiyakinipenelititersebut untuk menambah pembenaran keyakinan terhadap agama yang dipeluknya itu-

Yangtermasukkedalampenelitianteologisiniadalah pendeta, penelitian_penelitian yang diiakukan oleh ulama-ulama, terhadap suatu subjek masalah dalam agama yang menjadi

rahib

pertanyaan mnggung jawab mereka, baik disebabkan oleh adanya jamaah maupun dalam rangka penguatan dan mencan

dari

ada' landasan yang akurat bagi suatu mazhab yang sudah atau Pendekatan teologis memahami agama secara harfiah

yang pemahaman yang menggunakan kerangka ilmu ketuhanan suatu bertoiak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan

dengan yang lainnYa-sa

AminAbdullahdalambukunyametodologistudyislam tidak bisa mengatakan, bahwa teologi, sebagaimana kita ketahui' tidak,pastimengacukepadaagamatertentu.Loyalitasterhadap 53M.Amin Abdullah, Metodolo Pelajar, 20C0),h.22-

toH.Abuddin

Grafindo,2008), h.28.

Nata,

gi

SttrdY Agama

Metodologi

studY

(Yogyakarta: Pustaka

Islam

(akarta,Raja

55

kelompok sendiri, komitmen, dan dedikasi yang tinggi pen_qgunaan bahasa yan_e

serta

bersifat subjektif, yakni bahasa sebagai

pelaku, bukan sebagai pengamat adalah merupakan

ciri

yang

melekat pada bentuk pemikiran-teologis. Pendekatan teologi dalam pernahaman keagamaan adalah

pendekatan yang menekankan pada bentuk forma atau simbolsimbol keagamaan yang masing-masing bentuk forma atau simbolsimbol keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang paling benar sedangkan yang lainnya adalah salah. Aliran teologi yang satu

begitu yakin dan fanatik bahwa pahamnyalah yang

benar

sedangkan paham lainnya salah, sehingga memandang paham orang

lain itu keliru, sesat, kafir, murtad dan seterusnya. Dernikian pula paham yang dituduh keliru, sesat, dan kahr

itu pun

menuduh

kepada lawannya sebagai yang sesat dan kahr. Dalam keadaan demikian. maka terjadilah proses saling meng-kafir-kafirkan, salah menyalahkan dan seterusnya. Dengan demikian, antara satu aliran dan aliran lainnya tidak terbuka dialog atau saling menghargar. Yang

ada hanyalah lketertutupan (el<sklusifisrne), sehrngga yang terjadi adalah pemisahan dan terkotak-kotak.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa pendekatan teologi semata-mata tidak dapat memecahkan masalah esensial pluralitas agama saat sekarang

ini. Terlebih-lebih lagi kenya-

56

taan demikian harus ditambahkan bahwa doktrin teologi, pada dasarnya memans tidak pernah berdiri sendiri. terlepas dari

jaringait institusi atau kelemba-eaan sosial kemasyarakatan ynng mendukung keberadaattnya. Kepentingan ekonomi, sosial, politik, pertahanan selalu rnenyertai pemikiran teologis

yang

sudah

mengelompok dan mengkristal dalam satu komunitas masyarakat

tefieltu. Bercampur aduknya doktrin teologi dengan

historisitas

institusi sosial kemasyarakatan yang menyertai dan mendukungnya menambah peliknya persoalan yang dihadapi umat beragama.ss

Uraian

di

atas bukan berarti kita tidak memerlukan

pendekatan teologi dalam memahami agalna, karena tanpa adanya pendekatan teologis, keagamaan seseorang a-kan mudaLh cair dan tidak

jelas identitas . dan pelembagaannya. Proses pelembagaan perilaku keagamaan melalui mazhab-mazhab sebagaimana halnya yang terdapat dalam teologi jelas diperiukan. Antara lain berfungsi untuk merrgawetkan ajaran agama dan juga berfungsi sebagai pembentukan

karakter pemeluknya dalam rangka membangun masyarakat ideal

menurut pesan dasar agama. Tetapi, ketika tradisi agama

secara

sosiologis rnengalami reifikasi atau pengentalan, maka bisa jadi spirit

agama yang paling "hanif lalu terkubur oleh sirnbol-simbol yang diciptakan dan dibakukan oleh para pemeluk agama itu sendiri. Pada

5s

Anrin Abdullah, MetocktLo Studi Agarna. Op. Cir..h.3\

57

taraf

ini

sangat mungkin orang lalu tergelincir rnenganut dan

meyakini agama yan-e mereka buat sendiri, bukan lagi agama yang asli, rneskipun )ang bei'sangkutan tidak ntenyadari.

Sikap eksklusifisme teologis dalarn rnemandang perbedaan

dan pluralitas agama sebagaimana tersebut

di atas tidak saja

merugikan bagi agama lain, tetapi juga merugikan

diri

sendiri

karena sikap semacam itu sesungguhnya mempersempit masuknya kebenaran-kebenaran baru yang bisa membuat hidup ini lebih lapang dan lebih kaya dengan pengetahuan.

b). Metode Historis Sejarah atan historis adalah suatu ilmu yang

di

dalamnya

dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsure ternpat,

waktu, obyek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut.56

Menurut ilmu ini segala peristiwa dapat dilacak dengan rnelihat kapan peristiwa itu terjadi, di rnana, apa sebabnya, siapa yang

terlibat dalam peristiwa tersebut. Melalui pendekatan

sejarah

seorang diajak menukik dari alam idealis ke alzLrn yang bersifat

empiris dan mendunia. Dari keadaan

ini

seseorang akan melihat

adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan histories. s6

Tautlk Abdullah (ed.), Sejarah dan Masyarakal, (Jakarta; pusraka

Firdaus. 1987), h. 105.

59

diangkat dari konsep-konsep yang telah dikenal oleh masyarakat

Arab pada waktu al-Qur'an diturunkan, atau merupakan istilah-

istilah baru

yan_g

dibcntuk untuk mendukung adanya konsep-

konsep rele-rius yang ingin diperkenalkannya. yan_e jelas istilah

itu

kemudian dintegrasikan ke dalam pandangan dunia al-eur'an, dan dengan demikian, lalu menjadi konsep-konsep yang otentik.

Dalam bagian pertama ini, kita mengenal banyak sekali konsep baik yang bersifat abstrak maupun konkret. Konsep tentang

Allah, Malaikat, Akherat, ma'ruf, munkar, dan sebagainya adalah termasuk yang abstrak. Sedangkan konsep tentang fuqara,, masakin, termasuk yang konkret. Selanjutnya,

jika pada bagian

yang berisi konsep, al-Qur'an bermaksud membentuk pemahaman yang komprehensif mengenai nilai-nilai Islam, maka pada bagian yang kedua yang berisi kisah dan perumpamaan. al-eur,an ingin mengaj ak dilakukannya perenungan untuk memperoleh hikmah.

5e

Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan

suatu peristiwa. Dari sini maka seseorag tidak akan memaharai agama keluar dari konteks historisnya. Seseorang yang ingin memahami al-Qur'an secara benar misalnya, yang bersangkutan

harus memahami sejarah turunnya al-eur'an atau kejadian'n H. Abrrddin Nara. Op. Cit.h. 48

60

kejadian yang mengilingi turunnya al-Qur'an yang selanjutnya disebut dengan ilmu asbab al-nuzul yang pada intinya berisi sejarah turunnya ai'at al-Qur'an. Dengan ihnu ini seseoran-s akan dapat mengetahui hikmah yang terkadung dalarl suatu ayat yang

berkenaan dengan hukum tertentu,

dan ditujukan

untuk

memelihara syari'at dari kekeliruan memahaminya. c). Metode Fenomenologis

Pendekatan atau metode yang paling dekat

dan

berhubungan dengan pendekatan historis adalah pendekatan itu fenomenologis. Hal ini dikarenakan fenomenologi dan sejarah

saling melengkapi. Fenomenologi tidak dapat berbuat

tanpa

etnologi, filologi, dan disiplin kesejarahan lainnya. Sebaliknya. fenomenologi memberikan disiplin kesejarahan untuk memberi arti

keagamaan yang tidak dapat mereka pahami. Oleh sebab itu, memahami agama dalam kajian fenomenolo-ei berarti memahami agama dari sejarah, memahami sejarah dalam arti menurut dimensi

keagamaannya.60 Fenomenologi sebagai metode bertujuan

memahami pemikiran-pemikiran, tingkah laku, dan lembagalembaga keagamaan tanpa mengikuti teori-teori filsafat, teologi,

metafisika, ataupun psikologi. Salah satu cara untuk memahami

fenomenologi agama adalah menganggapnya sebagai reaksi

*

Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu Perbandingan Agarua, (Bandung:

Pustaka Setia, 2000), h. 41.

61

terhadap pendekatan-pendekatan historis, sosiologis, dan psikologis. Kebanyakan ahli fenomenolo-9i men-ganggap semua pendekatan semaca[l itu untuk inereduksi agama rnenjadi sematamata aspek sejarah, atau aspek sosial atau aspek kejiwaan.6l

Pendekatan fenomenologis berusaha mempelajari dan memaharni berbagai gejala keagamaan sebagaaimana apa adanya

dengan cara membiarkan manifestasi-manifestasi pengalaman agama berbicara bagi dirinya sendiri.Pendekatan

ini muncul

pada

akhir abad ke-20, terutama karena pengaruh filsafat yang dikembangkan Edmund Husserl. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang fenomenologi sebagai disiplin filsafat juga diperlukan agar

dapat menerapkan pendekatan fenomenologis tadi secara baik ketika mempelajari suatu gejala keagamaan.62

Pendekatan fenomenologis merupakan upaya untuk membangun suatu metodologi yang koheren bagi studi agama. Terdapat beberapa filsafat yang dapat digunakan sebagai clasar dibangunnya pendekatan

ini

seperti; filsafat Hegel dan filsafat

6t

D.lam,annuri (ed.), Agama Kira:prespektif Sejarah Agamct-agama, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesra. 1998), h. 21. u'

D.lam'annurr, Ilmu Perbandingan Agama: pengerrian dan Obyek

Kajian, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesra, 1998). h. 20.

62

Edmund Husserl.63 Filsafat Hegel, dalam

karyanya

The

spirit mempunyai tujuan untuk menunjukkan pada pemahanu.n t'ah'.1'a selur'lh fenomena dalam berba-sai keragamannya tapi hanya didasarkan pada satu esensi atau Phenomenology of

kesatuan dasar. Filsafat Edmund Husserl, terdapat dua konsep yang

mendasari karyanya dan menjadi

titik tolak metodologis

yang

bernilai bagi studi fenomenologis terhadap agama yaitu; epoch yang terdiri dari pengendalian atau kecurigaan dalam mengambil

keputusan, dan pandangan eidetic yaitu pandangan yang terkait dengan kemampuan melihat apa yang ada sesungguhnya.

Tugas pendekatan ini adalah

mendeskripsikan,

mengintegrasikan atau menyusun tipologi dari semua data yang diperoleh dari seluruh agama dunia. Ada tiga tugas yang harus

dipikul oleh fenomenologi agama, yakni: Mencari hakikat ketuhanan, menjelaskan teori wahyu, meneliti tingkah laku keagamaan.6a Bleeker menguraikan suatu cara kerja ganda yang

menjadi karakteristik dari pendekatan fenomenologt, yaitt: teori

epoche, yakni penangguhan sementara dari semua penelitian terhadap masalah kebenaran, dan eicletio'vision yang dapat

dijelaskan sebagai penelitian terhadap esensi-esensi. Prinsip u3

P"ter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agamn' (Yogyakarta: LKiS,

2011), h.110

s

Adeng Muchtar Ghazali, Op. Cit.,h.42.

63

eidetik menjadikan eidos sebagai tujuan penelitian, yakni apakah yang menjadi esensi dalam fenomenologi agama.

Van der Leeuw memberikan catatan tujuh fase penelitian fe no me no lo g 1.

is,6

s

y

aitu:

Memberikan nama gejala

2. Menyisipkan ke dalam kehidupan

itu sendiri

3. Memperdalam pengertian-pengertian agamis tentang hakikat

di

dalam epoche

4. Memberikan pengertian agamis yang telah diperdalam 5. Mengetahui pengertian-pengertian agamis

yang

telah

diperdalam

6. Mengoreksi

dengan menyelidiki kebenarannya, pengertian, atau

tujuan bahanfenomenologis yang umum atau yang lazim 7. Memperkenalkan pengertian agamis yan-q

telah diperdalam

beserta maksudnya.

Fenomenologi

tidak berusaha untuk

membandingkan

agama-agama sebagai unit yang luas, tetapi memisahkan diri dari

setting historis. Fakata-fakta dalam fenomena yang sama yang didapati pada berbagai macam agama, dibawanya bersama, dan dipelajarinya di dalam kelompok-kelompok. Tugas pendekatan ini adalah mengklasihkasikan data yang sangat banyak dan beragam

ut

Ibirt.,h.43.

64

dengan cara tertentu sehingga memperoleh gambaran menyeluruh

tentang isi keagamaan yang terkandung di dalamnya' Gamharan

yang menyeluruh

ini

bukaniah merupakan ringkasan

sejarah

agama, tetapi sLtrvei yang sistematis tentang data-data agama'

Fenomenologi tidak boleh membuat suatu kontradiksi di antara agama yang benar dan yang tidak benar. Dalam keadaan

terpaksa, fenomenologi dapat dengan penuh

kewaspadaan

membed'ikan religiusitas murni dan yang tidak murni. Oleh karena

itu, bidang garapan fenomenologi adalah:66

1. Menerangkan apa yang sudah diketahui yang terdapat dalam sejarah agama, dengan caranya sendiri. Fenomenologi agama

tidak membedakan dirinya dengan macam-macarl agarla'

2. Menyusun.bagian pokok

agama atau sifat alamiah agama, yang

juga merupakan faktor penamaan dari semua agama' 3.

Tidak mempersoalkan apakah gejala keagamaan itu

benar,

apakah ra bernilai, dan bagaimana bisa terjadi demikian, atau

menentukan lebih besar atau lebih kecilnya nilai keagamaan

mereka. Sekalipun keagamaannya,

ia

berusaha untuk menentukan nilai

nilai tersebut yang dimiliki oleh

pemeluk-

pemeluk agama itu sendiri dan nilai semacam ini tidak pernah bersifat relatif, tetapi selalu absolute. Oleh karena itu, titik berat

uu

lbid.

65

yang dibicarakannya adalah bagaimana kelihatannya dan dengan cara apa ia menempatkan

diri kepada kita.

d). Metode Sosiologis Dalam disiplin Sosiolo_ei Agama, ada tiga perspektif urama

sosiologi

yang

seringkali digunakan sebagai landasan dalam

melihat fenomena keagamaan

di

masyarakat, yaitu: perspektif

fungsionalis, konflik dan interaksionisme simbolik. Masingmasing perspektif memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri bahkan bisa

jadi penggunaan perspektif yang berbeda dalam melihat suatu

fenomena keagamaan akan menghasilkan suatu hasil yang saling bertentangan. Pembahsan berikut ini akan memaparkan bagaimana

ketiga perspektif tersebut dalam melihat fenomena keagamaan yang terjadi di masyarakat. 1. Perspektif Fungsionalis.

Perspektif fungsionalis memandang masyarakat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerjasama secara terorganisasi yang bekerja dalam suatu cara yang agak teratur menurut seperangkat peraturan dan nilai yang dianut oleh seba_eian besar masyarakat tersebut. Masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang stabil dengan suatu kecenderungan untuk mempertahankan sistem kerja yang selaras dan seimbang.

66

Secara esensial, prinsip-prinsip pokok perspektif

berikut

l)

ini adalah

sebagai

:67

Masyarakat merupakan sisiem yang kompleks yang terdiri dari bagian-bagian yang salin-e berhubungan dan saling tergantung, dan setiap bagian-bagian tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap bagian-bagian lainnYa.

Setiap bagian dari sebuah masyarakat eksis karena bagian

2)

tersebut memiliki fungsi penting dalam memelihara eksistensi

dan stabilitas masyarakat secara keseluruhan; karena itu, eksistensi dari satu bagian teftentu dari masyarakat dapat diterangkan apabila fungsinya

bagi masyarakat sebagai

keseluruhan dapat diidentifikasi.

3) Semua masyarakat

mempunyai mekanisme untuk mengintegrasikan dirinya, yaitu mekanisme yang dapat merekatkannya menjadi satu; salah satu bagian pentin-q dari mekanisme

ini

adalah komitmen anggota masyarakat kepada

serangkaian kepercayaan dan nilai yang sama'

4)

Masyarakat cenderung mengarah pada suatu keadaan

ekuilibrium, dan gangguan pada salah satu bagiannya cenderung menimbulkan penyesuaian pada bagian lain agar tercapai harmoni atau stabilitas.

6'Thomas F O'Dea, Op. Cit.\.26-28

67

5) Perubahan sosial merupakan kejadian yang tidak biasa dalam masyarakat, tetapi apabila hal tersebut terjadi, maka perubahan

itu pada umunrnya akan rneii-ibawa konsekuensi-konsekuensi yang menguntungkan masyarakat secara keseluruhan. Sebagai konsekuensi logis dari prinsip-prinsip pokok diatas, perspektif

ini berpandangan bahwa segala hal yang tidak berfungsi

akan

lenyap dengan sendirinya. 6) Karena agama dari dulu hingga sekarang masih tetap eksis maka

jelas bahwa agama mempunyai fungsi atau bahkan memainkan

sejumlah fungsi

di

masyarakat. Oleh karenanya, perspektif

fungsionalis lebih memfokuskan perhatian dalam mengamati fenomena keagamaan pada sumbangan fungsional agama yang

diberikan pada sistem sosial.

Melalui perspektif ini. pembicaraan tentang agama

akan

berkisar pada permasalahan tentang fungsi agama dalam meningkatkan kohesi masyarakat dan kontrol terhadap perilaku individu. 2. Perspektif Konflik68

Tidak ada seorang sosiolog pun yang menyangkal bahwa perspektif konflik dalam kajian sosiologi bersumber pada ide-ide

yang dilontarkan oleh Karl Mark seputar masalah perjuangan 68

Josefh

5.,

Sosiologi Sebuah pengenalan, terj. Sahat Simamora,

(Jakarta: Bina Aksara. 1984), h.22-23.

68

kelas. Berlawanan dengan perspektif fungsional yang melihat keadaan normal masyarakat sebagai suatu keseimbangan yang nlantap, para penganut perspektif konflik berpandangan bahw'a masyarakat berada dalam konflik yang terus-menerus diantara

kelompok dan kelas, atau dengan kata lain konflik dan pertentangan dipandang sebagai determinan utama dalam pengorganisasian kehidupan sosial sehingga struktur dasar masyarakat sangat ditentukan oleh upaya-upaya yang dilakukan berbagai individu dan kelompok untuk mendapatkan sumber daya

yang terbatas yang akan memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.Salah satu pertanyaan menarik yang terlontar sebagai konsekuensi dari penempatan konflik sebagai determinan utama dalam kehidupan sosial adalah masalah kohesi sosial. Kalangan

teoritisi konflik setidaknya memandang dua hal yang menjadi faktor penentu munculnya kohesi sosial diten-qah-tengah konflik yang terjadi, yaitu melalui kekuasaan dan pergantian aliansi. Hanya melalui kekuasaanlah kelompok yang dominan dapat memaksakan kepentingannya pada kelompok memaksa kelompok

lain

lain untuk mematuhi kehendak

sekaligus

kelompok

dominan. Kepatuhan inilah yang pada akhirnya memunculkan kohesi sosial. Adapun pergantian aliansi disini berarti berafiliasi pada beberapa kelompok untuk maksud-maksud yang berbeda. Hal

69

ini sangat mungkin untuk dilakukan mengingat suatu isu spesifik seringkali mampu menyatukan kelompok yang

sebenarnya

meniiliki berbagai macanl perbedaan.

Dalam kaitannya dengan kekuasaan. kalangan teoritisi

konflik

memandang agama sebagai ekspresi penderitaan,

penindasan, dan rasionalisasi serta pembenaran terhadap tatanan

sosial yang ada. Oleh karena itu, dalam perspektif konflik agama

dilihat sebagai "kesadaran yang palsu", karena hanya berkenaan dengan hal-hal yan-s sepeie dan semu atau hal-hal yang tidak ada

seperti sungguh-sungguh mencerminkan kepentingan ekonomi kelas sosial yang berkuasa. Dalam pandangan Marx, agama tidak

hanya membenarkan ketidakadilan tetapi juga mengilustrasikan kenyataan bahwa manusia dapat menciptakan institusi-institusi sosial, dapat didominasi oleh ciptaan mereka dan pada akhirnya percaya bahwa dominasi adalah sesuatu yang sah. Jadi, dalam perspektif konflik agama lebih dilihat dalam hubungannya dengan

upaya untuk melanggengkan status quo, meskipun pada tahap selanjutnya ticiak sedikit kalangan yang menganut perspektif ini

justru menjadikan agama sebagai basis perjuangan untuk melawan status quo sebagaimana perjuangan bangsa Amerika

teologi liberal mereka yang populer.

Latin melalui

70

3. Perspektif Interaksionisme Simbolik6e

Dalam wacana sosiologi kontemporer, istilah inreraksionisme simbolik riiperkerralkan

oleh Herbert Blumer

melalui tiga proposisinya yang terkenal:

a) Manusia berbuat terhadap Sesuatu berdasarkan makna-makna yang

dimiliki

sesuatu tersebut bagi mereka;

b) Makna-makna tersebut merupakan hasil dari interaksi sosial;

c) Tindakan sosial diakibatkan oleh

kesesuaian bersama dari

tindakan-tindakan sosial individu.

Dengan mendasarkan pada ketiga proposisi

diatas,

perspektif interaksionisme simbolik melihat pentingnya agama bagi manusia karena agama mempengaruhi individu-individu dan hubungan-hubungan sosial. Pengaruh paiing signifftan dari agama

terhadap individu adalah berkenaan dengan perkembangan sosial.

identitas

Dengan menjadi anggota dari suatu agama. seseorang lebih dapat

menjawab pertanyaan "siapa

saya?"

'

Dengan demikian bisa

dikatakan bahwa identitas keagamaan, dan kepercayaankepercayaan dan nilai-nilai yang diasosiasikan dengan a-qama meruprkan produk dari sosialisasi. oleh karenanya, kalangan interaksionis tebih melihat agama dari sudut peran yang dimainkan

u' Ilyu, Ba-Yunus dan Farid Ahmad,

SosioLogi

Islam;

Pendekatan, terj. Hamid Ba-Syaib (Bandung: Mizan, 1996), h' 20'

Sebuah

7I agama dalam pembentukan identitas sosial dan penempatan individu dalam masyarakat.

Luasny:r cakupan dimensi agxna yang

ada

sebagai

konseskuensi dari kecenderungan para sosiolog mendefinisikan agama secara inklusif sebenamya telah rnembuka kesempatan yang

luas bagi berbagai perspektif yang ada dalam sosiologi untuk bisa memberikan kontribusi maksimal bagi upaya memahami perilaku-

perilaku sosial masyarakat sebagai perwujudan dari pelaksanaan beragam keyakinan dan doktrin-doktrin keagamaan

yang

ad,a.

Namun demikian, pembahasan sosiologis tentang berbagai fenomena keagamaan yang berkembang dimasyarakat selama ini

cenderung terpusat disekitar permasalahan fungsi ganda agama bagi masyarakat. yaitu fungsi integratif dan disinte grattf . e). Metode Antropologi

Budaya seba-sai produk manusia yang bersosial-budaya pun

dipelajari oleh Antropologi. Jika budaya rersebut dikaitkan dengan agama, maka agama yang dipelajari di sini adalah agama sebagai fenomena budaya, bukannya agama (ajaran) yang datang

dari Tuhan.

12

Menurut Atho Mudzhar,lo fenomena agzma -yang dapat dikaji- ada lima kategori. Meliputi:

l. 2.

Sc:ripture atau naskah atau sumber ajalan dan slrlrbol agama.

Para pengarlut a[au peminrpin atau pemuka agama. Yakni sikap, perilaku dan penghayatan para penganutnya.

3.

Ritus.lembaga dan ibadat. Misalnya shalat, haji. puasa, perkawinan dan waris.

4.

Alat-alat (dan sarana). Misalnya masjid, gereja, lonceng, peci dan sernacamnya.

5.

Organisasi keagamaan tempat para penganut

agama

berkumpul dan berperan. Misalnya seperti Nahdatul Ulama. Muhammadiyah. Persis, Gereja Protestan, Syi'ah dan lain-lain.

Kelima fenomena (obyek) di atas dapat dikaji densan pendekatan antropologis, karena kelima fenomena (obyek) tersebut memilikr unsur budaya dari hasil pikiran dan kreasi manusra.

Menurut Amin Abdullah,Tl lan-skah dan

tahapan-

pendekatan antropolo-uis pada penelitian agama memiliki empat

ciri fundamental. Meliputi: 'o M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam Dalatn Teori Dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 15.

73

1.

Deskriptif .' Pendekatan antropologis bermula dan diawali dari kerja lapangan (field work), berhubun,gan dengan orang

dan -atau-

masyarakat (kelornpok) selcnlpat yang diamati dalam jangka waktu yang lama. Inilah yang biasa disebut dengan (thick description). 2.

Lokal Praktis : Pendekatan antropologis disertai praktik konkrit dan nyata di lapangan. Yakni, dengan ikut praktik di dalam peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan, semisal kel ahiran,

-)

p

erkawin an. kematian dan pemakaman.

Keterkaitan antar domain kehidupan secara lebih utuh (connections across social domains) : Pendekatan antropologis

mencari keterkaitan antara domain-domain kehidupan sosial

secara

lebih utuh. Yakni,

hubungan antara wilayah

sosial, a-qama, budaya dan politik. Hal ini dikarenakan hampir tidak ada satu pun domain wilayah ekonomi,

kehidupan yang dapat berdiri sendiri cian terlepas tanpa terkait dengan wilayah domain kehidupan yang lainnya. 4.

Komparatif (Perbandingan)

:

Pendekatan antropologis

-

perlu- melakukan perbandingan dengan berbagai tradisi, sosial, budaya dan agama-agama.

7|

htrp : //aminabd.wordp ress.con r20 I t /0 I / I 4/urgens i-pendekatanant ro p o lo g i - unr uk- s tud i - a g a ma - dan- s t udi - is lam

14

f). Metode Psikologis

ini

bermaksud mencari hubungan pengaruh agama terhaclap kejiwaan pemeluk a'salna Pendekatan

atau atau

sebaliknya pengaruh kejiwaan sang pemeluk terhadap keyakinan yang keagamaannya. Para psikolog religius meyakini ada dimensi

sakral, spiritual, divine, transenden' super-natural yang tidak para empiris yang dapat mempengaruhi kejiwaan manusia' Namun' psikolog non-religius menolak dimensi-dimensi itu atau paiing

tidak sangat meragukannya. Psikolog non-reiigius biasanya

akan

perlu berusaha menjelaskan fenomena keagamaan seseorang tanpa

merujuk kepada realitas-realitas yang super-natufal itu, sementara psikolog religius ingin tetap membuka kemungkinan realitas itu

menjadi satu- faktor yang berpengaruh terhadap kejiwaan '72

seseorang.

Interpretasi agama melalui pendekatan psikologis ini memang berkembang dan dijadikan sebagai cabang dari psikologi dengan nama psikologi agama- Objek ilmu

ini

adalah manusia'

dalam pengertian tirrgkah laku manusia yang beragama' gejalagejala empiris dari keagamaannya. Karena ilmu ini tidak berhak mempelajari betul tidaknya suatu agama, metodenyapun tidak P.t". Connoly, "Psychr'tlogical Approaches", dalam Approaches to the Peter Connoly (ed')' study o.f Religiort, terj, Anela Peidekata''' Stutli Agama' (Yogyakarta: LKiS, 1999), h. 136.

"

75

berhak untuk menilai atau rnempelajari apaknh agall:ra itu diwahukan Tuhan atau tidak, dan juga tidak berhak mempelajari masalah-masalah vang tidak ernpiris lainnya.

Oleh karena itu, metode psikologis tidak

berhak

menentukan benar salahnya suatu agama karena ilmu pengetahuan

tidak memiliki teknik untuk mendemonstrasikan hal-hal seperti itu,

baik sekarang maupun waktu yang akan datang. Selain itu sifat

ilmu pengetahuan sifatnya adalah empiricaL science, yakni mengandung fakta empiris yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan metode ilmiah. Fakta empiris

ini adalah fakta yang

dapat diamati dengan pola indera manusia pada umumnya, atau

dapat dialami oleh semua orang biasa, sedangkan Dzat Tuhan,

wahyu, setan, dan fakta ghaib lainnya tidak dapat diamati dengan

pola indera orang umum dan tidak semua orang

mampu

mengalami nya.t3 Sumber-sumber pokok untuk mengumpulka data

ilruiah melalui pendekatan psikologi ini dapat diambil dari:

1. Pengalaman dari orang-orang yang masih hidup.

2.

Apa yang kita capai dengan meneliti

diri kita sendiri.

3. Riwayat hidup yang ditulis sendiri oleh yang bersangkutan, atau

yang ditulis oleh para ahli agama.'"4

" L. Ari, Ahyadi, Psikologi Aganut, (Bandung: Martiana, 1981), h. 9. dan Za\iah Daradjat, ilmu Jiwa Agcurn, (Jakarta:Bulan Bintang,1919), h. l1 -19. " Zakiah Daradjat, Ibid.,h.20.

16

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian

ini

berusaha

untuk mengkaji dan

men-eali

pemikiran lima tokoh dari timur pada abad pertengahan tentunya

akan menggali pemikiran seseorang, oleh karena

itu

menurut

Kuntowijoyo, penilaian yang berusaha menggali pemikiran seseorang maka penelitian

ini termasuk pada kategori penelitian

sejarah pemikiran. Jenis penelitian sejarah terkait dengan pelaku

dan tugas. Pelaku adalah pemikiran yang dilakukan seseorang,

isme, gerakan intelektual, periode dan pemikiran kolektif. Sedangkan tugas sejarah pemikiran ialah

(l)

membicarakan

pemikiran-pemikiran besar yang berpengaruh pada kejadian sejarah, (2)melihat konteks sejarahnya tempat ia muncul, tumbuh

dan berkembang(sejarah di permukaan, (3) pengaruh permikiran pada masyarakat bawah. i I

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (Library research) dengan bertumpu kepada sumber-sumber data pustaka terkhusus lima buku utama yang akan menjadi objek utama kajian

I

Kuntowijoyo, Metoclologi Sejarah, edisi kedua (Yogyakarta:Tiara Wacana,2004),h. 190. l9 I

17

78

dalam penelitian

ini ditambahkan

dengan buku-buku dan artikel,

jumal yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Sedangkan sifat penelrtian

ini

adtrlah deskriftif, yaitu berusaha

menjelask-an

berbagai masalah secara cermat dan detail dengan menghubungkan

berbagai data, sehingga diperoleh suatu gambaran yang jelas, akurat dan factual sesuai dengan fokus penelitian.

B. Sumber Data Sumber data utama atau primer dalam penelitian

ini

adalah

karya dari Ibnu Hazm, Syahrastani dan Ibnu Taymiyyah, Ibnu

Qayyim serta Imam Ghazali terutama tentang studi agama-agarna ataupun ajaran-ajaran agama non Islam. Sedangkan data sekunder

adalah tulisan-tulisan orang lain yang membahas dan mengkaji tentang lima tokoh C.

ini dan studi agama

agatna.

Alat PengumPul Data

Dokumen berupa kitab yang telah ditulis oleh lima tokoh diatas akan diolah dan ditelaah dan selanjutnya dianalisis secara

kritis.

Untuk mengkaji dan mengenalisi karakterisitik studi

agama-

agama yang telah dilakukan oleh kelima tokoh diatas maka penelitian tni melakukan pendekatan sosio cultural dan historis

kritits. Perdekatan pertama digunakan untuk menafsirkan konteks social budaya yang melingkupi dan melatar belakangi para tokoh

79

ini menulis karya tentang studi agama-agama. Hal ini dilakukan untuk melihat fenomena yang ada sehin-uga lahirnya karya-karya

iiiereka. Penggabungan antara sosialogis dan

cultur-al

dimaksudkan agar titik tekan kajian tidak hanya meriputi aspek

social semata tetapi aspek cultural yang berkembang pada abad pertengahan

jrgu harus menjadi perhatian peneliti.

Adapun

pendekatan kedua yaitu historis kritis, digunakan untuk mengamati dan menelusuri proses sejarah penulisan karya-karya mereka latar

belakang yang menyebabkan lahirnya tulisan tentang studi agamaagama.

D. Metode Analisis Data Data-data yang relah didapat berkaitan dengan penelitian ini

diolah dan dikritisi secara mendalam baik berasal dari sumber primer ataupun sekunder dengan mengunakal content analil,sis dan

discourse analysis yang banyak di-gunakan oleh kalangan

hermeneutika kritis. Pandangan kelima tokoh

diatas yang

ada

didalam kitabnya masing-masing dikumpulkan dan dilakukan pemilahan dan pemetaan data-data yang terkait dengan studi agama-agama lalu dianalisa karekteristik studi yang telah terjadi pada abad pertengahan.

Langkah pertama yang dilakukan dalam menganalisi data ini adalah dengan mendeskripsikan pandangan

kelima tokoh diatas

80

berkaitan dengan studi agama-agama dan diungkaplatar belakang yang mendorong mereka melakukan studi agama-agama' Langkah

selanjutnya adalah rnentelaah data-data yang dipaparkan untuk dikenali karakteristiknya dengan menggunakan pendekatan analisis wacana(drs course

analisis). Dengan pendekatan

ini

maka akan

dikaji situasi dan kondisi yang melatar belakangi masing-masing kelima kitab ini.

penulisan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA A.Penyajian Data Baik di dunia Barat maupun di dunia Timur, kajian agamaagama pada abad pertengahan menunjukkan kemajuan yang cukup pesat. Penelitian ini hanya akan difokuskan pada karakteristik studi

agama-agama pada abad pertengahan, oleh sebab

itu

kajiannya

akan dibatasi pada lima karya studi agama yang dilakukan oleh para ulama besar di dunia timur sebagaimana yang akan diurakan pada bab ini.

I.

Kitab al-Fashl al-Mitsr wa an-Nihalkarya rbnu Hazm a. Latar Belakang penulisan kitab ar Fashl al Milal rvan Nihal.

Kitab alFashl al Milal wa an-Nihal merupakan salah satu karya studi agama abad pertengahan yang dikarang oleh ulama, besar Ibn Hazm, yang memiliki nama rengkap Ali bin Ahmad bin

Sa'id Hazm bin Ghalib bin Shalih bin Kholaf bin Ma,ad bi, Sufyan bin Yazid Mawla yazid bin Abu Sufyan Sokhr bin Harb al-

Umawy. Ia terlahir dari keluarga bangsawan, ayahnya Ahmad bin Sa'id bin Hazm pernah menjabat Menteri Keuangan pada rnasa pemerintahan Khalifah al-Manshur bin Abu Amir dan berlanjut

81

82

hingga Khalifah Hisyam al-Muayyad (w. 399 H.) Ia dibesar di lingkungan istana kementerian yang megah, dihuni keluarga yang menjunjung tinggi kebudayean iuhur dan keilmuan. Suatu yang

unik, ia banyak belajar berbagai hal dari wanita-wanita pekerja di Istana ayahnya. Ia belajar dari rnereka membaca Al-Qur'an, syi'ir, seni kaligrafi dan lain-lain.

Karya monumental studi agama Ibnu Hazm Al-Fasl Wal Ahwai wan nihal (994-1064

M) tentu

fil

milal

saja tidak muncul secara

serta merta tanpa dipengaruhi oleh latar belakang sosio-religious. Sejarah telah mencatat bahwa kondisi social keagaaman pada abad pertengahan di akhir kekuasaan kerajaan Islam di Andalusia cukup

dinamis. Dinamika kehidupan social keagamaan dipengaruhi oleh kemajemukan masyarakat, dimana masyarakatnya dikelompokkan

menjadi dua kelompok,

(1) Umat Islam yang merupakan

keturunan Arab dan Barbar, (2) Ahli Dzimmi, yaitu Nasrani dan

Komunitas Barat yang berada dalam lindungan kekuaasaan kerajaan Islam di Cordoba.l

Ibn Hazm tumbuh ditengah lingkungan agama yang plural', bahkan dibesarkan di tengah keberagaman pemeluk agama-agama

samawi, Yahudi, Kristen dan Islam. Pertarungan teologis antara tAssayuthi, Khalid Abdul Halim Abdurrahim, Al-Jadql Acldini Baina Muslinrin u.'a Ahlil Kirab bil Andalus,Kairo, Mesir,Daru Quba', h. 20

83

agama-agama tersebut pada saat

itu cukup tajam, sehingga

meninggalkan bekas yang rnendalarn

di dalam dirinya.

Dengan

dilatari oleh kera-eanran aqarlta den-rikian, maka tatkala telah beranjak dewasa Ibn Hazm termotivasi untuk menekuni kajian agama-agama besar dunia pada masa

Injil

itu. Dia mempelajari Taurat,

dan tentunya al-Quran. Dia membandingkan teks-teks tersebut

dengan al-Qur'an. Ketertarikan membandingkan dernikian dilatari

oleh dia adanya perbedaan yang cukup besar pada kitab-kitab suci tersebut padahal sumber teks-teks suci itu satu, yaitu Allah.

Keseriusan Ibn Hazm dalam kajian perbandingan demikian menghantarkan dirinya banyak terlibat dalam pelbagai diskusi dan

perdebatan dikalangan intelektual Andalusia, khususnya

di

kota

Almeria. Diskusi-diskusinya dengan para tokoh tersebur tertuang pula dalam ratusan lembar kertas, yang pada gilirannya menjadi risalah ilmiah dan buku-buku rujukan dalam bidang keagamaan.

Tak pelak, Ibn Hazm pun

mendapat gelar pendiri Ilmu

Perbandingan Agama; yang diakui para tokoh cendekiawan agama

terdahulu maupun sampai sekarang, meskipun ada juga orangoran_s yang

tidak setuju pemberian gelar itu kepadanya.

Gelar sebagai pendiri Ilmu perbandingan Agama yang diberikan kepada Ibn Hazm tentu saja bukannya tanpa alasan,

84 sebab faktanya beliau banyak menulis dan mengadakan penelitian

tidak saja terbatas pada kajian terhadap agama islam tetapi juga Lerhaciap agama-agama

lain. Karya berikut, paling tidak

menggambarkan dengan

jelas konsens beliau dalam

bidang

perbandingan agama.

Karya Ibnu Hazm diantaranYa

l. Al-Fishal fi al-Milal 2.

:

wa al-Ahwa wa An-NihaL'

Ar-Radd 'ala lbnu Nagrila al-Yahudi

3. Idzhar Tabdil al-Yahud, wa An-Nashara

li al-Kitabain

at-

Taurat wa al-Injil. 4. Al-Ushul wa 5.

al-Furu'

Ar-Radd 'ala Anajil an-Nashara.

6. Aswaq al-Arab

7. Mandzumat

fi

Qawaid Fiqh azh-Zlruhiriyah'

Karya Ibn Hazm, pada umumnya ditulis secara sistematik yang dibangun dengan dialektika yang kritis, tajam, jelas dan

tegas. Pola studi

agama demikian terlihat sekali tatkala beliau

menuliskarya monumentalnya

al Fashl al Milal wa an Nihal,

sebagimana tampak jelas pada uraian berikut.

b.Deskripsi Kitab al-Fashl al'Milal Wa an-nihal

Dalammelakukanpenelitianinibukuyangdijadikantim sebagai bahan kajian penelitian adalah Edisi yang diterbitkan oleh

85

Dar Ehia Al-Tourath Al-Arabi terbit pada tahun 2002 cetakan pertama dan di Tahqiq oleh Dr Yusuf Biqa'i, edisi ini terdiri dari tiga jiiici. Pacia jiiiri pertama buku ini, terdiri atas 367 halaman berikut daftar isinya Dipilihnya edisi ini sebagai rujukan utama, karena edisi al-Fashl yang paling baru dan ditahqiq oleh tokoh yang kompeten dibidangnya.

Dalam muqaddimah bukunya Ibnu Hazm mengkritisi bukubuku yang ditulis para ilmuwan tentang agama-agama dizamannya

Ibnu Hazm menganggap karya mereka terlalu panjang sehingga

sulit dipahami, atau

sebaliknya, terlalu singkat

dan

menghilangkan bagian-bagian penting dari studi tentang agama tersebut, yang berdampak pada tidak utuhnya gambaran tentang agama yang lainnya, oleh karena

ini

dengan beristiharah kepada

Allah swt Ibnu Hazm memutuskan untuk menulis dengan

tema

yang ada saat ini.2

Dalam Muqaddimahnya Ibn Hazm menjelaskan tentang enam kelompok utama yang dianggap menyimpang dari Islam,

yang masing-masing kelompok melahirkan kelompok baru di bawahnya3:

2

Ibn Hazm, 2002, al-Fashl Fil Milal LVal Ahwa'i Wannihal,Dar Ehia Al-Tourath Ai-Arabi,Beirut Lebanon, Cet I, T Jilid 1, Hal.9 3

tra ,litia 1, Hal.lo

86

1. Kelompok yang mengingkari beragam kebenaran, para teolog (al - mut akal Limun) me

n

yebutnya kelo mpok s ofisme.

2. Kelompok yang mempercayai adanya berbagai

kebenaran.

retapi berpendapat bahwa alam tidak abadi dan tidak memiliki pemelihara.

3. Kelompok yang mempercayai berbagai kebenaran' keabadian alam dan pemeliharanYa abadi.

4. Kelompok yang mempercayai beragam kebenaran' sebagian percaya pada keabadian alam dan sebagian lagi berpendapat alam diciptakan, dan sepakat akan adanya pengatur alam yang

jumlahnya lebih dari satu sekalipun-berberbeda

dalam

keberagantannya..

5. Kelompok.yang mempercayai beragam kebenaran dan alam diciptakan oleh pencipta yang tung-eal dan abadi namun menolak adanya kenabian.

6. Kelompok yang mempercayai beragam kebenaran, dan

alam

diciptakan oleh pencipta tunggal yang abadi, kelompok ini

mengakui beberapa kenabian, tetapi dan menolak

sebagian

lainnya. Selanjutnya Ibn Hazm mendiskusikan kelompok-kelompok tersebut diatas dengan membagi pembahasannya menjadi empat bagian:

87

Bagian pertama, dia mulai dengan menjelaskan tentang kelompok shofismea:

Bagititr keduci, dia berbicara tentangKelompok yang mempercayai berbagai kebenaran, keabadian alam dan pemeliharanya abadi.

Bagian ketiga, men_euraikan tentang kelompok yang mempercayai keabadian alam, dan

ia memiliki

pencipta

yang abadi; dan bagian keempat mendiskusikan tentang kelompok yang mengatakan bahwa alam memiliki pencipta yang abadi, tetapi berpendapat bahwa ruang dan waktu juga abadi.

Bagian keempat, ini Ibn Hazm berbicara agak panjang. Dia juga menyinggung kelompok yang percaya bahwa pencipra

dan pemelihara alam

ini lebih

daripada satu; kemudian

memberikan uraian tentang agama Kristen; lalu kelompok yang mengatakan bahwa Tuhan menciptakan alam semesta

ini sekaligus; serta kelompok yang mengingkari kenabian dan malaikat; dan kelompok yang mempercayai adanya inkarnasi. Pembahasan berikutnya yang diiakukan

Ibn Hazm adalah memaparkan uraian tentang pandangannya terhadap orang yahudi u

tuia,Jilia

I

Hal.16-17

88

dan kelompok yang mengingkari Trinitas dari kalangan Kristen;

kelompok Sabean dan kelompok yang mempercayai kenabian Zai.atustra cari kalangan Majusi. Selanjutya juga diungkapkan pandangannya tentang agama Yahudi dan

Nasrani' Kajiannya

yang panjang dan lebih menukikkan pandangannya tentang inkonsistensi dan kontradiksi dalam kitab Injil; dan inkonsistensi antara Injil dan Taurat terurai mulai halaman 119 hingga 315 jilid pertama.

s

Ibn Hazm diakhir Jilid pertama dari bukunya ini berbicara tentang kelompok-kelompok yang terdapat dalam Islam; yaitu kelompok-kelompok Islam yang dianggap menyimpang dari Al-

Quran dan Sunnah Nabi, karena terpengaruh oleh ajararr-ajaran yang ada pada kelompok-kelompok yang terdapat pada agurra

yahudi dan Nasrani, atau mendapatkan pengaruh dari

rnazhab

pemikiran lainnya. Dia menghimbau mereka untuk men-uikuti apa yang digariskan oleh al-Quran al-Karim; dan kepada non Muslim

unruk kembali kepada ajaran Kitab Suci mereka. Menurut Ibn

Hazm ketika mereka menyimpang dari al-Quran dan tidak mempercayai Muhammad s.a.w, mereka juga menyalahi ajaranajaran yang ditetapkan oleh kitab-kitab suci mereka.6

5 tbid, Jlid t, Hat.l l9-315 u Ibia, Jitid 2, Hat.3t6-367

89

Berikutnya dari Jilid kedua bukunya, edisi yang sama terdiri atas 343 halaman berikut daftar isi, pembahasan panjang dilakukan oieir ibiiu Hztzrrtdengan memaparkan kajian teologis di seputar sifat-sifat Tuhan, tempat dan singgasana-Nya, rtr'1,ah, al-

Quran sebagai kalam Tuhan, kemukjizatan al-Quran, istitha'ah,

janji

cladha dan cladhar, perbuatan manusia, iman dan kafir,

ancaman Tuhan

serta

masalah-masalah

teologis

dan

tentang

kemungkinan malaikat dan nabi melakukan perbuatan maksiat.

Berikutnya juga di uraiankannya tentang Nabi Adam, Nuh,

Ibrahim, Luth, Yusuf dan saudara-saudaranya, Musa, Yunus,

Buku jilid kedua Ibn Hazm ditutup dengan pembicaraan tentang apakah dianggap mukmin orang yang beriman tanpa argumentasi; orang yang belum

Dawus, Sulaiman dan Muhammad.

tersentuh dakwah; orang yang bertobat. Disamping diletakkan pada akhir

jilid ini tentang

itu, juga

syafa'at, timbangan

,

telaga,

sirath, azab kubur dan anak-anak orang muslim atau kafir yang

meninggal dunia sebelum

akil balig;

tentang kiamat

dan

kebangkitan, penciptaan surga dan neraka,serta kehidupan abadi di surga dan neraka.

T

Sedangkan

jilid

ketiga, terdiri aras 366 halaman berikut

daftar isinya. Ibn Hazm mengawali bahasannya dalam

'tbid,litio

2. Hal. 3t6-361

jilid ini

90 tentang kepemimpinan umat Islam. Menumtnya ulama Ahlusunnah

clan semua aliran dalam Islam (Murji'ah, Mu'tazilah. Syi'ah, Khawarij)

sepaka^r tentang

kewajiban bagi un-rat mengikuti seorang

pemimpin yang adil yang mau menegakkan hukum-hukum Allah'S Selanjutnya kajian berikutnya tentang peperangan yang

terjadi

dikalangan sahabat, antara

Ali dan orang-orang

yang

memeranginya; amar makruf dan nahy mungkar; uraian tentang

aliran-aliran dalam teologi Islam, seperti Murji'ah, Mu'tazilah, Syi'ah, Khawarij;

jin

dan setan, serta kenabian wanita.Ibn Hazm

mengakhiri kajiannya dengan membahas topic-topik fllsafal, misalnya tentang penciptaan alam, gerak dan diam, perbuatan

Allah, substansi dan aksiden, jasad dan jiwa, pengetahuan

dan

warna.

Demikian gambaran isi buku Al-Fashl Fi Al-Milal wa AlAhwa'wa An-Nihal. Ttmtidak akan mengkaji seluruh uraian yang dipaparkan dalam kitab al-Fashl rni, hanya bagian-bagian yang relevan dengan tema pokok penelitian

ini

saja yang dikaji, yaitu

Karakter studi agama-agama yang dilakukan Ibn Hazm dalam bukunya ini.

t

Ibi,i, Jilid 3, Hal.

5

9t c.Karakteristik Studi Agama-agama dalam al-Fashl Disaat mengka.ii kitab al-Fashl Fi al-Milal wa al-Ahy,a' u,a

an-Nilnl, Tim peneliii menciniikaii bahwa perhatian penulis buku

ini

terfbkus pada studi agama dan upayanya untuk melakukan

kajian yang mendalam dan melakukan verifikasi terhadap Internal teks dengan melakukan kritik terhadap kelemahan teks-teks Injil

tersebut dan memberikan penjelasan mengenai dimana letak penyimpangan, pengubahan, dan penggantian dari teks-teks aslinya dan ekstemal teks

Injil

yang berkaitan dengan proses periwayatan

teks-teks Injil

I. Kritik Ibn Hazm Terhadap Agama

Nasrani

Ibn Haznt memulai kajian agama-agananya dengan pembicaran tentang agama Nasrani yaitu berbicara teutang sektesekte yang ada dalam agama Nasrani yang menurutnya meskipun diang-eap sebagai

Allah

Ahli Kitab sebagian ada sekte

ada menrauhidkan

yaitu Sekte Ariuisme dan sebagian besar penganut dan

sekte-sekte (Mulkisme, Nasturisme, Ya'kubisme. Romanisme, dan

Polaqonisme-) yang ada dalam agama

ini

menyakini ajaran

Trinitas. Latar belakang sejarah dan landasan filosofis adanya keyakinan Trinitas dan keterkaitannya dengan keyakinan Majusi

92

yang juga meyakini akan adanya Trinitas menjadi landasan kritik Ibnu Hazm ketika berbicara tentang Trinitas.e Fertgakuarr sejumi:rh sekte dalam agama Kristen ketika itu-

Ariuisme, Mulkisme, Nasturisme, Ya'kubistne, Rotnanisme, dan Polaqonisme-bahwa tidak mengklaim bahwa Injil diwahyukan dari

Allah kepada al-Masih; atau a|-Masih membawa kitab suci itu kepada mereka. Mereka sepakat bahwa keempat

Injil

dalarn

Kristen merupakan biografi (tarikh) yang ditulis oleh empat orang yang hidup padazaman yang berbeda.l0

Injil Matius (murid al-Masih) ditulis dalam bahasa Ibrani diwilayah Yude

di

Syam. sebanyak dua puluh delapan lembar

kertas dan tulisan dengan ukuran sedang, Sembilan tahun setelah

ai-Masih diangkat ke langit; Injil Markus (murid Simon) ditulis dalam bahasa Yunani,

di Antiokia dua puluh tahun setelah

al-

Masih diangkat ke langit; Injil Lukas (seorang dokter dari Antilokia, yang juga murid Simon) ditulis dalam bahasa Yunani dikota Icea sebuah kawasan yang ada di pinggiran dan

Injil

Syam; "vilayah Yohanes (anak Zebedeus murid al-Masih) yartg ditulis

dalam bahasa Yunani di kawasan Astia (suatu tempat yang terietak

di antara pegunungan Heart dan Ghazna), enam puluh tahun lebih setelah al-Masih diangkat ke langit, dan terdiri dari dua puluh e tuid, Jilid r, Har.56

'o Ibid, Jilid

1, Har.57-58

93

empat lembar keftas dengan ukuran dan tulisan sedang. Selain itu,

Ibn Hazm menyebutkan tujuh surat kanokik, tiga surat Yohanes, dua surat Sarnon PeirLis, saili sui-at Ya'kub, dan satu surat Yudas.

Masing-masing surat terdiri atas satu

hin_q-ea

dua lembar kertas

tipis; dan masih ada lagi surat-surat lainnya, seperti

surat

Paulus.Ibn Hazm menyebutkan bahwa semua tulisan tersebut, yang

dia sebutkan dari awal hingga akhir bersumber dari tiga orang

yaitu Paulus, Markus dan Lukas; sedangkan tiga orang yang disebut terakhir merujuk pada lima orang, yaitu Petrus, Matius, Yohanes, Ya'qub, dan Yudas. Ibn Hazm menambahkan: "Orang-

orang itu adalah manusia paling bohong, dengan bukti-bukti dan penjelasan yang akan saya jelaskan pada bagian setelah ini, insya

Allah".

11

Berkaitan dengan penulisan kitab suci

itu, Ibn

Hazm

membandingkan antara apa yang penah dilakukan oleh orang

Yahudi dan orang Kristen yang datang sesudah mereka. Dia mengatakan:

"Sesungguhnya orang Nasrani dalam banyak hal jauh lebih

lemah dibandingkan oleh orang Yahudi, karena orang-orang Yahudi memiliki kekuasaan dan tokoh-tokoh besar setelah nabi Musa a.s Mereka pernah dibina oleh para nabi yang menonjol,

"

Lihat Ibn Ha2m,2002, al-Fashl, Jilid l, Hal.218

94

yang berkuasa dan di taati, seperti Musa, Harun, Yusac, Samuel,

Dawud, dan Sulaiman a.s. ketika mereka mulai ingkar terhadap

ajaran Taurat, menyem'bah berhala, nrembunuh para nabi. membakar Taurat, merusak rumah ibadah sedikit demi sedikit. yang pada akhirnya mereka kehilangan kedaulatan.l2

Kondisi yang berbeda dialami orang orang Nasrani yang sangat jauh berbeda keadaannya dengan orang

Yahudi. Disaat al-

Masih hidup, hanya terdapat seratus dua puluh orang yang beriman

padanya. Itupun dengan sembunyi-sembunyi karena khawatir terhadap resiko yang harus mereka hadapi ketika ketahuan memeluk dan mengajarkan agama ini.r3 Resiko besar dihadapi berupa hukuman misalnya dilempari batu sampai mati. dibunuh.

dan disalib, seperti yang disebutkan Ibn Hazm pada baris-baris

berikut ini: "setiap orang yang menyatakan memeluk agama ini akan dilempari batu sampai mati seperti Ya'qub anak Yusuf si tukang kayu, dan Estephen yang dikenal sebgai syahid pertama;

atau disalib seperti Petrus, Andreas, Simon (saudara Yusuf si tukang kayu). atau dibunuh dengan pedang seperti Ya'qub saudara

Yohanes, Thomas, Bartolomeus, Yudas anak Yusuf kayrt."

14

t'

Ibid, Jilid 1. Har.22o '3 Ibid, Jitid 1, Hat.22l '* Ibid, Jilid 1, Har.Z2o

si

tukang

9s

Situasi yang kurang menguntungkan yang dialami orangorang Nasrani itu berdampak menurut Ibn Hazm pada keberadaan

Injil yang dirvahvukan kepada Nabi isa as. ibn Hazm bahrva kitab

Injil

yan-e diwahyukan oleh

nrengataken

Allah lama kelamaan

nienghilang ditelan zaman dan hanya beberapa ba-eian kecil saja

yang tersisa, hal itu kata Ibn Hazm, dikemudian hari menjadi sarana data historis untuk menghujut kaum Nasrani dengan penyimpangan yang mereka lakukan terhadap Nabi merekals

Kajiannya tentang agama Nasrani dilanjutkan dengan verifikasi tentang kenabian Nabi Muhammad saw. yang disebut dalarn

Injil. Dengan kajian yang dilakukannya tampak

keseriusannya dalam melakukan kajian terhadap

jelas

Injil. Dia betul-

betul menguasai teks-teks kitab suci ini. Dia menemukan bahwa

kitab suci ini memiliki riwayat yang berbeda. Dia mengatakan

bahwa meskipun berbeda, tetapi riwayat-riwayat tersebut sebetulnya berdekatan. Ia bisa berbeda karena banyaknya orang Hawariyun yang menukilnya dari al-Masih dalam

hjil...

siapa

yang mengabarkan tentang kebenaran dan hal-hal ghaib, seperti keluarnya Dajjal, kiamat, hari perhitungan, surga dan neraka. Dalam Zabtr, Taurat dan

"

Ibid, Jilid 1, Hat22:,

Injil tidak disebutkan hal-hal itu. Yang

96

menyebutkan perkara-perkara itu hanya nabi kita Muhammad Saw. l6

Pada bagirin-bagiarr berikutnya dalam buku n1-Fasli1

ini Ibn

hazm mendiskusikan tentang sesuatu yang diyakini orang Nasrani

yang bertentangan dengan teks Taurat; serta anggapan mereka tentang ketidakbenaran teks-teks Taurat yang ada ditangan orang

yahudi. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi, kritik, dan pandangannya tentang kontradiksi antara empat injil, yang dilanjutkan dengan subbab-subbab tentang pertemuan iblis dengan

Yesus; kontradiksi

injil;

pembahasan tentang ucapan al-Masih

kepada murid-muridnya: 'Jangan berharap aku datang untuk berbeda dengan taurat", "setiap orang yang dengki dengan saudaranya tanpa alasan yang jelas, harus dibunuh", dan lima rsu-

isu lainnya.

17

Dengan membandingkan dan menganalisis ayat-ayat injil satu Sama lain, antar ayat dalam satu bagian maupun antar satu bagian dengan bagian yang lainnya, melalui metode ini Ibnu Hazm

mengkritis

Injil

dari aspek sejarah mengalami fase sejarah yang

bermasalah. contoh,

Ibn Hazm menemukan

ayal-ayat yang

memperlihatkan inkonsistensi dan kontradiksi dalam teks, selain mengandung makna yang bertentangan dengan realitas. Ada '6 rbio, Jilid l, Hal.249

t'

tuid, litict

1.

Hal 250-280

97

baiknya kita melihat analisis Djam'annuri terhadap kajian kritis yang dilakukan Ibn Hazm terhadap

Injil:

"Men-eutip ayat-ayat ,vang lnenceritakan pefiemuan Yesus dengan murid-muridnya yan-s pertama, seperti tercantum dalam

Mat. 4:12-22; Mark. l:14-20, Luk. 5:1-11; dan Yoh. l:35-42 secara apa adanya,

ia mengemukakan bahwa dalam ayat tersebut

didapati berbagai inkonsistensi. Matius dan Markus sama-sama melaporkan bahwa Yesus pertama kali bertemu Simon Petrus dan saudaranya, Andreas sesudah Yohanes pembaptis ditangkap, ketika

mereka "sedang menebarkan jala didanau" untuk mencari ikan di danau Galilea. Lukas menceritakan bahwa Yesus melihat mereka

ketika membasuh jala sesudah sepanjang malam bekerja keras tanpa memperoleh apa-apa. Yohanes menceritakan bahwa Yesus

melihat Andreas berdiri bersarna Yohanes Pembaptis , yang setelah melihat Yesus, berkata kepada orang-orang: "Lihatlah anak domba

Allahl" Matius

dan Markus menceritakan bahwa Simon Petrus dan

saudaranya, Andreas menjadi rnurid Yesus sesudah Yohanes

Pembaptis ditahan, sementara Yohanes melaporkan sebelum Yohanes Pembaptis ditahan.

r8

ttD.iu*'an u.i,I996,Ibnu Hazm(994-1064) Tentang Perjanjian Lama dan Perjanjian Bar-u:Studi al-Fashl v,al Ahwal wa an-Nihal, Disertasi Doktor IAIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta, Hal.l44

98

IbnHazm,sebagaimanadisebutkanolehDjam'anuri' melihat ada empat kontradiksi dalam periwayatan diatas; yaitu saat mereka berlemu dengan Yesus Can rnenjadi muridnya; tempat

pertemuan mereka; cara rnereka menjadi murid Inkonsistensi dan kontradiksi dalam

dalam

Injil

Yohanes dan

Iaporan-laporan

Injil

Yesus'

Injil tidak hanya ditemukan

Injil Sinoptik saja, tetapi juga dalam

Sinoptik. 'n Ibn Hazm juga mengemukakan

berbagai inkonsistensi dalam cerita-cerita tentang kedudukan Yohanes Pembaptis, terutama peranannya dalam meramalkan kedatangan Yesus. Ibn Hazm menggunakan ayat

Mat' 1 1:11 untuk

mernbuktikan segi kemanusiaan Yohanes Pembaptis dan untuk memberikan kritiknya terhadap teks dan konteks ayat Mat' 11:9-10 tersebut.

20

Berikut penulis kemukakan daftar ayat-ayat

yang

didiskusikan dan dikaji secara kritis oleh Ibn Hazm yang telah dirangkum oleh Dj am' anuri didalam Disertasinya

'elbid, Hal.145

'olbid. Hal.146

99

Tabel

1

Kritik Ibn Hazm terhadap Inkonsistensi Ayat-Ayat Injil.2t No

Nama Kitab dan Ayat

Kritik Ibn Hazm Dalam ayat Mat. 11:11 tadi pertama-tama

I

Matius. 1l:11

Matius, 11:92

13; Yohanes,

3

Matius, 1 1: 18-20

4

Matius. 16:19

5

Matius, 1621-23; 17:22-23; Markus, 9:30-

2:21'.Kis, 2l:10

2'

dianyatakan bahwa Yohanes adalah terbesar diantara seluruh manusia. tetapi dalam bagian kedua Cikatakan "yung terkecil dalarn keraiaan Sorga lebih besar daripadanya." Ibn Hazm membandingkan bahwa Yohanes kadang-kadang dikatakan lebih daripada

nabi, seperti disebut dalam Mat. sementara dalam

Mat. 1 l:13

1

1:9

dikatakan bahwa semua kenabian akan berakhir dengan tampilnya Yohanes, dan ditentpat lain lagi dikatakan bukan nabi. Ibn Hazm mengutip dan membandingkan dengan Markus, 1:6 bahwa antara kedua bagian tadi terdapat kontradiksi yang sangat ielas sehingga salah satunya tentu salah. Ibn Hazm mengemukakan "kekuasaan mengikat dan melepas" hanya diberikan kepada Petrus saja, tetapi dalam Matius. 18:18 dan Matius. 10:1-6 disebutkan bahwa hak istimewa tadi diberikan kepada semua murid Yesus Ibn Hazm melihat adanya laporan yang berbeda, sebab disatu pihak disebutkan bahwa Yesus telah berkata ia akan dibunuhyang berarti sungguh-sung_euh matitetapi

Dj am' annuri,lgg 6,Hal. 1 46 - 184

100

32; dan Lukas, 18:31-

dilain pihak para Penginjil

34

il.

tidak Matius, Menurut melaporkannya demikian'

pada waktu Yesus

mengetnukakan kepada tlenimpanya akan pencieritaarl yang

murid-muridnya itu,

mereka

memahamainya dan t.nereka

tar!P4\194ih

Kajian Tentang Yahudi dan Kitab Taurat Kajian Ibn Hazm tentang Agama Yahudi diawali

daPat

dengan

mendiskusikan tentang lima kelompok yang terdapat dalam agama

Yahudi sebagai berikut: 7. as-Samiriyyah, Kelompok ini berpendapat bahu,a kota Nablus adalah kota suci mereka, yang jaraknya 18

mil dari Bait

al-

Maqdis, dan tidak mengakui Bait al-Maqdis sebagai kota suci mereka serta tidak mau menghormatinya. Kitab Taurat mereka

berbeda dengan kitab Taurat orang Yahudi pada umumnya' Mereka juga tidak mengakui semua Nabi Bani Israel setelah

Musa dan Yosua, serta tidak mempercayai adanya hari kebangkitan.

2. ash-Shaduqiyyah, kelompok ini dipimpin Shaduq yang

di negara Yaman. Kelompok ini

berada

berkeyakinan bahwa Uzat

adalah anak Allah.

3. al-Ananiyah, yail't kelompok pengikut 'Anan ad-Dawudi alYahudi, yang oleh orang-orang Yahudi disebut al-Qarra'in dan

101

al-Min. mereka mengatakan bahwa diri mereka sama sekali tidak pernah melanggar hukum yang ditetapkan oleh Taurat dan kitab-kitab suci para nabi. Mereka ti,Cak iiicngakui dan berlepas

diri dari pandangan yang dikemukakan oleh para pendeta Yahudi. Pengikut kelompok ini tersebar di Irak, Mesir, Syiria dan Andalusia.

4. Ar-Rabbaniyyah, atau a1-Asy'aniyyah, yang mau menerima pandangan para pendeta Yahudi. Kebanyakan orang yahudi berasal dari kelompok ini.

5. Al-'Isawiyyalt, yaitu kelompok yang dipimpin oleh Abu .lsa alIshbahani, seorang Yahudi yang berasal dari kota Isbahan. Nama aslinya adalah Muhammad Ibn Isa. Mereka mengakui

kenabian Isa dan Muhammad; dan mengatakan bahwa Isa diutus oleh Allah Swt. kepada bani Israel dengan membawa syariat yang terdapat dalam kitab Injil, sedangkan Muhammad

diutus oleh Allah kepada keturunan Ismail dan bangsa Arab dengan membawa syariat yang terdapat dalam al-eur,an. Sebagaimana Ayub diutus kepada bani kepada bani Mu'ab.

22

I

I

22Djarn'arururi, 1

996,Ha|. I 02

'Ish; dan Bal,am diutus

102

Kemudian Ibn Hazm berbicara tentang Taurat-termasuk

Zabrr dan berita tentang Nabi Muhammad Saw. Di dalam kitab suci ini. Ibn Hazm menvebutkan bahwa pemeluk xsallla Yahudi

terbagi menjadi dua bagian. Pertamu, bagian yang tidak

dan tidak mengharuskannya. mustahil bagi Allah mengeluarkan

menganggap adanya Nasakh Alasannya, sesungguhnya

sebuah perintah dan kemudian Dia melarangnya. Kedua, bagian

yang memperbolehkan adanya Nasakh tetapi mengatakan bahwa hal itu belum pernah terjadi.23

Ibn Hazm juga mendiskusikan tentang mukjizat para nabi, termasuk mukjizat Nabi Muhammad Saw. Kedudukan mukjizat para nabi itu sama dengan mukjizat yang dimiliki oleh nabi Musa. Semua pemeluk agama semestinya membenarkan mukjizat yang

dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw. sebagai pengikut Muhammad membenarkan mukjizat yang dimiliki oleh para nabi lainnya.2a

Teks-teks keagamaan yang merupakan kitab suci umat

Yahudi menjadi fokus Ibn Hazm dalam kajiannya, kritik

teks

dengan menolak kelemahanrrya baik dari aspek periwayatan ataupun

isi darr

pada teks dan deskripsi letak penyimpangan,

pengubahan dan penggatian yang terjadi terhadap teks. Berikut

ini contoh daftar kritik teks ttDju-'un r.i, I996,Ha1. 2aDj

1

yan-e dikemukakan oleh Ibnu Hazm 05

am' annuri, I 996,Hal. 8 1

103

terhadap kitab suci umat Yahudi yang telah dirangkum oleh Djam' anuri didalam Disertasinya

Tabel2

Kritik Ibn Hazm Terhadap Inkonsistensi Ayat-Ayat Taurat No

25

Kritik Ibn Hazm

Nama

Kitab dan Avat 1

2

Kejadian, 3:24

Kejadian, 4:2 dan Kejadian 4:19-20

3

Kejadian, 6:3

4

Kejadian, 9:22-25

5

Kejadian,

Ibn Hazm melihat adanya perbedaan dalam penerjemahan teks ayat kejadian ini. Dalam sebuah naskah ia membaca di sebelah timur taman Eden, Tuhan menempatkan alKirubim dan sebuah pedang yang menyalanyala, tapi dalam naskah Arab lain dia menemukan bahwa ditempat kata alKirubim terbaca kata Israfil.

Ibn Hazm

membandingkan

dan

menemukan perbedaan antara keduanya dalam penyebutan nama orang yang

pertama kali

disebutkan

menjadi pemelihara ternak atau penggembala. Ibn Hazm melihat ayat ini bertentangan dengan berbagai ayat lain dalam Taurat yang menyebutkan usia para patriarch. Ibn Hazm melihat sumpah Nuh dalam ayat ini sebagai sebuah pernyataan yang mengandung kontradiksi dengan teks ayat lainnya dalam Taurat. Pernyataan-pernyataan kontradiktif dalam

"Dlam'an rrri, I 996,HaI.

1

08- 1 33

t04 10:8-11

6

Kejadian,

l7:

l0-ll

ayat-ayat

ini menurut Ibn

Hazm

menimbulkan masalah yang tidak dapat cliternukan. dan jelas tidak dapat dikatakan nrerupakan bagiaii daris cbuah kitab yarlg diwahyukan. (dikutip oleh Djam'anuuri dari buku al-Fashl. 1. hal. 123-124) Ibn Hazm menemukan inkonsistensi dalam masalah sunat atau khitan. Dalam Yos. 5:2disebutkan bahwa orang-orang Israel yang dilahirkan dipadang gurun dalam

7

perjalanan mereka sejak keluar dari mesir tidak disunat. 7

Kejadian,

25:l-6

8

Kejadian, 32:28 dan Keluaran,

Ibn Hazm

menemukan

Perbedaan

informasi. Bagi Ibn Hazm hal ini merupakan salah satu bukti adanYa pengubahan dalam kitab Taurat. Terdapat inkonsistensi antar kedua ayat ini. yaitu berkaitan dengan pen-qgantran nama

19:3

Ya'qub menjadi Israel. Ibn Hazm melihat ayat terakhir bertentangan denga ayat

Keluaran.

Menurut Ibn Hazm terdapat inkonsistensi

sebelumnya. 9

l6:31 dan

dalam kedua ayat ini. AYat Pertama menyebutkan bahwa nama manna dikatakan

10

Bilangan,

l:9

Berwarna putih dan memiliki rasa kue

madur; sedangkan dalam

bilangan

dikatakan berwarna agak kuning memiliki rasa roti goring.

dan

105

dan masih banyak lagi contoh inkonsistensi dan kontradiksi yang

ditujukan oleh Ibn Hazm dalam teks keagamaan orang yahudi ini. ?6

III. Kitab al-Milal Wan Nihal A. Latar Belakang penulisan Kitab al Milal wqn Nihal

al

Syahrastani Nama lengkap tokoh

ini

adalah Muhammad ibn Ahmad

Abi Al-Fatah asy-Syahrastani asy-Syaf i dilahirkan dan dibesarkan di Syahrastan. Didaerahnya ini beliau menuntut ilmu kepada para ulama dizamannya, seperti Ahmad al-khawafi, Abu al-

Qasim al-Ansyari, Aou Hasan Al-madayani. Abu Nashir ibn qasim

al-Qusyari. Di usia

30 tahun

tepatnya pada tahun 510 H, beliau

berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah Haji, dan menetap

di

Baghdad selama

3

tahun dan mengajar

di

universitas

Nizamiyah. Syahrastani mempunyai beberapa karya tulis:

1. Al-Mushara'ah, Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah

menyebutkan

dalanr bukunya Aghasah al-Lihfan: "Muhammad Syahrastani

rnengkritik pendapat Ibnu Sina yang mengatakan bahwa alarn

itu

kekal(Qadim)

dan tidak mengakui ad.anya

'ulbn Hazm, 2002, al-Fashl, Rosa'il lbn Hazm al-Andalusi

hari

,

Mu'assasah al-Arabiyyah li ad-Dirasat wa an-Nasyr, Beirut, Cetakan II, Jilid hal 14:Jilid 2,378; Jilid 3, hat.344.

al1,

106

Sina juga menolak ilmu Allah dan Allah dalam menciptakan alam semesta ini.

kebangkitan. Ibnu kekuasaan

Kemudian pendapat ini didukung oleh i'iasirir'utidrn ath-Thusi

yang memberikan kritik terhadap karya Syahrastani dalam bukunya yang berjudul "Mushara' ah al-Musharaah.' 2.

Nihaltah al-Iqdam

fi ilm al-kalam.

Buku ini diterbitkan oleh

seorang orientalis Inggris bernama Alferd Guillaume

pada

tahun I934M. a

J

AlJuz'u allazi la yatajazzau. Bttktt ini diterbitkan

oleh

Alfred Guillaume dengan buku Nihayah at-Iqdam h ilm alKalam. 4

Ar-Irsayad ila A'qaid al-Ibad. Kitab ini

disebutkan

Syahrastani dalam bukunya Nihayah al-Aqdam. 5

Syuhbah Aristatalis wa

lbn Sina wa Naqdhiha, yang juga

disebut oleh Syahrastani sendiri dalam bukunya yang lain. 6.

Nihayah al-Auham, yang disebut

oleh

Syahrastani dalam

bukunya Nihayah al-Iqdam.

B. Deskripsi

Kitab al-Milal Wan Nihal

Menurut Muhammd Said Al-Kailani, Buku Al-Milal wa an-

Nihal sudah diterjemahkan ke pelbagai bahasa; diantaranya kedalam bahasa Pahlevi, Turki, Jerman dan sudah diterbitkan

r07

kali di Paris, India, Turki dan Inggris sumber

beberapa

yang

menjadi rujukan adalah naskah yang terdapat di penerbitan Dar al - Ku

tub

a

L

-

M

i,s

hr

it, cth. a

I-

M akrab ah al - Taintu riy al1 da.n iv[ akr cLb a lt

al-Janti'ah al-Azlnriyah. Menurutnya naskah yang ada di alMaktabah aL-Taimuriyalz tulisannya cukup baik, tercantum pada halaman penutup bahwa naskah itu 1184

H.

ditulis di Istanbul pada tahun

adapun naskah yang tersimpan di maktabah aL-Jamialt

al-Azhar yang disalin pada tahun l7O9

H

dari naskah yang ditulis

pada tahun 598 H.

Dalam melakukan penelitian

ini buku yang dijadikan tim

sebagai bahan kajian penelitian adalah Edisi yang diterbitkan oleh

Darul Kutub Al-Ilmiah terbit pada tahun 2OO2 cetakan pertama dan

di Tahqiq oleh Dr Yusuf Biqa'i, edisi ini satu buku yang terbagi

3 Jtz, terdiri atas 734 halaman berikut daftar isinya. Dipilihnya edisi ini seba-qai rujukan utama, karena edisi ini menjadi

i

merupakan yang paling baru dan ditahqiq oleh tokoh yang kompeten dibidangnya.

Kondisi keilmuan yang berkembang dizamannya dengan kecenderungan mempelajari ajaran agama dan kepercayaan untuk

keperluan pribadi yang mereka pergunakan untuk membuktikan

kebathilan agama dan kepercayaan selain Allah, oleh karena itu Jika diinventarisasi secara berurutan berdasarkan waktu penulisan,

108

setidaknya ada

tiga kitab yang saling berkaitan, yaitu

kitab

Maclalat al-lslamb:tin wa ikhtila.f al-Mushallin karangan Abu AlHasan

Ali bin

Isn-rail Al-Asy'ari, Al-Farclu bain Al-P'iraq karyt'

Abu Manshur Abd Al-Qahir bin Thahir Al-Baghdadi, dan AL-Fashl

fi

Ali

Ibn

btku aL-milal

wan

Al-MiLat vva Al'Ahv,a w'a Al-Nihal yang ditulis oleh

Hazm Al-Andalusi

.

Menurut Muhammad Said Al-Kailani

nihal karya syahrastani berbeda dengan buku-buku terdahulu. Karena buku syahrastani

yang

ini berbentuk ensiklopedi

ringkas tentang agama, kepercayaan, sekte dan pandangan para

filosof yang erat kaitannya dengan metafisika yang dikenal pada masanya. Buku sangat

rni mendapat perhatian yang cukup besar

dihargai di Timur dan Barat. Seorang pakar

Jerman

bernama Haarbrucker menerjemahkan buku Syahrastani bahasa Jerman

dan

ini

ke

dan pada pengantarnya dia berkata: ",..melalui

buku Syahrastani yang berjudul al-milal wan an-nihal

ini

kami

mengetahui sejarah filsafat Yunani, kebenaran yang ditulis oleh Syahrastani tentang ucapan-ucapan

yang

dinisbatkan kepada

democrats tidak bisa diragukan lagi, sekalipun ucapan-ucapan itu

109

tidak kami temukan dalam buku filsafat Yunani dari Democrates. 2't

Infonr-rasi tentanq sekte-sekte berikut

jumlahnya

buku-

dar-i

buku yang ditulis para pendahulunya dikupas secara metodologis

dan sistematis dengan uraian pemikiran yang berkembang dimasanya dan masa sebelumnya. Sebagai contoh, untuk menghindari pengulangan ulasan yang tidak perlu dalam bab dan sub-bab, di permulaan kitabnya, A1-Syahrastani mengupas terlebih

dahulu tema-tema penting yang merupakan pengetahuan paling mendasar dan pintu masuk dalam studi agama dan sekte-sekte Islam. Yaitu:

1. Penjelasan tentang bermacam-macaltl umat manusia secara umum maupun terpenncl.

2. Pengungkapan factor pendukung lahimya beragam

sekte

dalam umat Islam.

3. Penjelasan tentang kekeliruan pertama yang terjadi di tengahtengah umat manusia dari aspek sumber dan dampaknya.

4. Penjelasan tentang awal perpecahan yang terjadi ditengah umat Islam dan bagaimana proses terjadinya perpecahan tersebut. 5. Hal-hal yang mendorong penulis menyusun buku

ini

sesuai

urutan angka.28 21 Asywadie Syukur, A-MiLat Wa Al-Nihat (Aliran-aliran Teologi Dalam Sejarah Umat Manusia),2003, Pt.Bina Ilmu. Surabaya, Hal,xvii

110

Dalam menyusun bukunya, Syahrastani sesudah masa ketiga tokoh diatas

-

-

yang hidup

banyak menjadikan buku-buku

mereka sebagai rujukan, sebagaimana pernyataannya:

"Para penulis menggunakan dua metode

penulisan,

pertama, dengan mengemukakan masalah pokok kemudian

merincinya menjadi beberapa masalah lagi yang mereka

gabungkan kedalam satu

mazhab yang kemudian

berkembang menjadi beberapa sekte. Kedua, dengan mengemukakan nama-nama tokoh pemikirnya dan hasil-hasil pemikirannya men genai beragam permasal ahan pemahaman.

Syahrastani menyatakan memilih metode kedua dalam

penulisan bukunya clengan berasaskan data yang diperolehnya akan didiskripsikan apa adanya tanpa melakukan kritik terhadap

ajaran masing-masing kelompok tersebut

sebagaimana

diunggkapkannya:

Kami berjanji kepada diri kami scndiri untuk mengemukakan pemikiran setiap sekte seperti apa yang tertulis dalam kitab-kitab mereka, dengan menyingkirkan rasa kebencian dan tidak puia dengan perasaan fanatisme yang berlebihan, tanpa memberikan komentar untuk menyatakan pendapat mana yang benar dan mana yang sesat. Namun bagi

"

Ibid, Jilid

1, Hal.3

111

orang yang dianugerahi Allah

pikiran yang kuar, dia

akan

menemukan sendiri mana yan-q benar dan mana yang salah. Kepada Allah kita memohon taufiknya.2e

Pada bab awal bukunya Syahrastani membahas dan menjelaskan arti dari agarna dan masing-masing kepercayaan.

Namun tokoh ini kurang konsisten

den-ean pernyataannya diatas,

terlihat Syahratani mengakui akan adanya pluralitas mengakui kebebasan akal akan tetapi tokoh

dengan

ini tersirat

sangat

Tektualis dan literlis dengan menganggap sesat orang-orang yang mengambil kepercayaan nenek moyang tanpa memiliki kitab suci yan g dij

adikan s andaran Orang-orang

aj

arannya.

S

eb agaiman a pern ya

taanny a;

yang bersanclarkan keyakinannya

kepada

Akal dan mengikuti pendapat pribadinya secara total adalah orang yang mengingkari kenabian seperti para Filosof, Sabiah dan Brahmaisme yang mengingkari akidah dan syariat yang

bersumber

dari Wahyu dan menjalankan keyakinannya

berdasarkan pengetahuan akalnya.

30

Syahratani juga menjelaskan tentang awal perpecahan yang

terjadi ditengah umat Islam dan bagaimana proses terjadinya perpecahan tersebut. Penjelasannya yang sangar panjang telah dilakukannnya secara tektualis dan pendekatan sejarah Syahrastani

"toIbid, Hal.6

lbid, Hal.33.

t12 mendiskripsikan pandangan para tokoh-tokoh mazhab dan sektesekte yang ada dalam sepanjang sejarah umat Islam'

Dalam melakukan penjelasan tentan-q aiiran-aliran ada dalam umat Islam tirn

menilai

y-ang

Syahrastani sangat objektik

dengan menguraikan apa adanya pandangan para tokoh-tokoh masing-masing aliran yang ada tanpa melakukan

kritik

yang

menyalahkan pandangan tokoh tersebut. Akan tetapi tim menemukan bahwa Syahrastani kurang konsisten dengan pendiriarnya tersebut, hal ini terbukti ketika dia membahas tentang

Mazhab Syiah terurama ketika membahas kelompok Imamiyah terlihat bahwa Syahrastani berusaha melakukan reinterpretasi teks

dan keutamaan AIi ra dan para Sahabat Nabi saw, Syahrastani juga mengungkap fakta sejarah yang

tentang kepemimpinan

sebenarnya dalam melakukan penafsirannya dan mempertanyakan

sikap kelompok Imamiyah khususnya dan mazhab Syiah pada

umumnya tentang sikap mereka yang berlebihan terhadap Ali dan keberanian mereka memerangi atau menghina pada sahabat

Nabi saw.3l

Dalam melakukan pembahasan terhadap agamaYahudi dan

Kristen sekilas Syahrastani melakukan kritik terhadap kedua agama ini, sebagai contoh ketika berbicara tentang Kitab suci

t'

Ibid, Har. r44-2oj

113

kedua agama

ini,

Syahrastani berkeyakinan bahwa umat Islam

telah menjelaskan kepada umat Yahudi dan Nasrani bahrva mereka

tclah

i-irengubah dan men_uganti

isi kitab suci mereka, padahal "Isa

mengakui apa yang dibawa Musa. Isa dan Musa pun telah memberihtahukan tentang kedatangan Nabi Muhammad, yakni "Sang Penghibur"(Paraclete,Comforter). Para Imam dan para nabi serta Kitab suci mereka telah memerintahkan demikian. Karena

itu

orang-orang terdahulu telah membangun benteng-benteng didekat

kota Madinah untuk melindungi dan mendukung Nabi akhir zaman. Para pemuka agarna mereka memerintahkan mereka agar

berhijrah

dari Syam ke benreng-benteng itu

sampai Sang Nabi

Muncul dan memerintahkan mereka untuk hijrah ke Yastrib. Namun, yang terjadi justru sebaliknya: mergka meninggalkan kota

Yastrib dan tidak

membantu Nabi.sikap

mereka

diterangkan

dalam Al-Qur'an dalam surat al-Baqarah :89 yang artinya: ... "Padahal sebeluntnya ntereka biasa memohon(kedatangan

Nabi) tmtuk nundapat kernenanganx atas orang-orang Kafir, nmka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanta. Maka Laknat Allahlah atas orang-

\an8

ingkar

LtLI

Berdasarkan teks Al-Quran pun Syahrastanipun menjelaskan letak

I

1t4 perselisihan antara Yahudi dan Nasrani tidaklah menonjol kecuali dalam bidang hukum:

"..Orang-orang Nasrani ttu pegangan.. . (Al-Baqarah:

1

1

s

ama

-

s

mempLu'Lloi suattt

3)

"...Orang Yahudi tidak me r e ka

tidak

mempuns;ai pegangan padahnl

atna memb aca kit ab(Al-B aqarah : 1 1 3 )

Allahpun mengingatkan mereka:

"..Kamu dipandang tidak beragama sedikitpun hingga kamu me ne g akkan aj aran- aj ar

an I nj il .. . (Al-Maidah :

68

)

Menurut Syahrastani umat Yahudi dan Nasrani mereka tidak

mungkin menegakkan ajaran Taurat kecuali mereka menegakkan ajaran Al-Quran, menerima syariat Nabi yang membawa rahmat

dan Rasul akhir zaman. namun mereka enggan menerimanya, bahkan menolak ayat-ayat Allah32, sebagaimana firman Allah: "..

Lalu ditimpahkan kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah, hal itu (terjadi) karena merekn selalu menginglcari ayat-ayat Allah (A1-Baqarah: 61)

.

Syahrastani ketika berbicara tentang Qadar, dia menganggap terdapat kemiripan dengan apa yang terjadi dengan umat Islam.

Menurutnya para rahib sependapat dengan Mu'tazilah sedangkan

t2 Ibid, Hat.229-230

115

kalangan pemikir Yahudi sependapat dengan Jabariyah dan Musabbahah33.

Menurut Syahrastani pada umumni/a isi kitab Taurat merujuk

kepada syariat Nabi Muhamrnad, sedangkan Al-euran sendiri mengakui adanya kesamaan syariat dari kedua Nabi ini. Tetapi orang-orang Yahudi telah menyelewengkannya dengan mengubah

dan mengganti tulisannya

dan juga

cerita-cerita dalam Taurat

mereka ubah melalui penfsiran dan penakwilan.3a

III. Kitab al-Raddul Jamil li llahiyati 'Isa

Karya Imarn

Ghazali

A. Bibliografi

Imam Ghazali

15

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali athThusi asy-Syaf i (lahir di Thus; 1058/ 450 H - meninggal di Thus;

llll I 14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52-53 tahun) adalah

seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan.

Gelar beliau al-Ghazali ath-Thusi berkaitan

dengan

ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan rempat

kelahirannya yaitu Ghazalah

di Bandar Thus,

Khurasan, persia

3t

Hal.234 tt Ibid, ibid, Jilid l, Hat.23t

3shttp://id.wikipedia.ore/wiki/Al-Ghazali.Diaksesl

g Agustus 2014

116

(Iran). Sedangkan gelar asy-Syaf

i

menunjukkan bahwa beliau

bermazhab Syafi'i. Ia berasal dari keluarga yang rniskin. Ayahnya

rnempunyai cita-cita 1,ang tinggt 1,ritu tngin anaknya rlenjadi orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli

pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan ba,ei perkembangan kemajuan manusia.

Ia

pernah

memegang jabatan sebagai Wakil ketua di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad.

Daya ingat yang kuat dan bijak dalam berhujjah. Membuat

Imam Ghazali digelari Hujjatul Islam karena kemampuannya tersebut. Ia sangat dihormati di dua dunia Islam yaitu Saljuk dan Abbasiyah yang merupakan pusat kebesaran Islam. Dia menguasai

pelbagai bidang ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazab sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga sanggup meninggalkan segala

kemewahan hidup untuk bennusafir dan mengembara serta meninggalkan kesenangan hidup demi mencari ilmu pengetahuan. Sebelum beliau memulai pengembaraan, beliau telah mempelajari

karya ahli sufi ternama seperti al-Junaid Sabili dan Bayazid Busthami. Imam al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Ia

telah mengunjungi tempat-tempat suci di daerah Islam yang luas

seperti Mekkah, Madinah, Jerusalem, dan Mesir.

Ia

terkenal

sebagai ahli filsafat Islam yang telah mengharumkan nama ulama

1t7 di Eropa melalui hasil karyanya yang sangat bermutu tinggi. Sejak

kecil beliau telah dididik dengan akhlak yang mulia. Hal ini nrenyebabkau beliau benci kepada sifat ii_t,a, uregah, sombong, takabur, dan sifat-sifat tercela yang lain. Ia san_eat kuat beribadat,

wora', zuhud, dan tidak gemar kepada kemewahan, kepalsuan, kemegahan dan mencari sesuatu untuk mendapat ridha

Allah SWT.

Pada tingkat dasar, beliau mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena kemiskinan keluarganya.

Pendidikan yarlg diperoleh pada peringkat menguasai bahasa

ini

membuatnya

Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh

sebab

minatnya yang mendalam terhadap ilmu. beliau mula mempelajari

ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, usul fiqih, filsafat, dan mempelajari segala pendapat keeempat mazhab hingga mahir dalam bidang

yang dibahas oleh mazhab-mazhab tersebut. Selanjutnya, beliau melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani dalam bidang

ilmu flqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di Naisabur. Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilm,r,

beliau telah diiantik menjadi mahaguru

di Madrasah Nizhamiah

(sebuah universitas yang didirikan oleh perdana menteri) di Ba-ehdad pada tahun 484

Hljrah. Ia telah mengembara ke beberapa

tempat seperti Mekkah,Madinah,Mesir dan Jerusalem untuk berjumpa dengan ulama-ulama

di

sana untuk mendalami ilmu

118

pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, beliau tnenulis

kirab IIT'a (Jlunuddin vanq rlelrlberi sumbangan

besat" kepada

ltesyarakat dan penikiran manusia ciailnt selllltll tlasa1ah.

Karya-karya Imam Ghazali Bidang Tasawuf

. Ih-ya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama). merupakan karYanYa Yang terkenal

, .

Kinlta

as-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan)

Mis:-kah al-Amvar (The Niche of Lights)

Bidang Filsafat

. .

Maqasid nl-Falasifah

Tnhartfi cil'Falasifah, buku

ini nembahas

kelemah:Ln-

kelemahan para filosof masa itu, yan-9 kemudian ditanggapi

oleh Ibnu Rushdi dalam bttkt Tahct.fii al-Taha.fitr (The lncoherence of the Incoherence). Bidang Fiqih

.

Al-Mushtasfa min'Ilm al-Uslutl

Logika

. . .

Mi'yar al-Ilm

(.The Standard Measnt'e oJ'Knotvledge)

Al-Qistas al-Mustaqim (The JLtsr Balance) Mihakk al-Nazar Logic).

fi

al-Manthiq (The Touchstone of Proof in

tL9 Selain sebagai seorang filosof, ahli tasawwul ahli fikih, dan

juga bisa dikatakan seba-eai seorang Kristolog. Ini ter-bukti lewat karyanya

B.

aL-

RaddtLL J antil.

Pola Studi Agama-agama dalam

Kitab al-Raddul Janil li

Ilahiyati'Isa Dalarn melakukan penelitian karakteristik kitab tokoh ini

peneliti merujuk kepada Naskah yang di Tahqiq oleh Muhammad Abdullah Syarqawi, Dosen Jurusan Filsafat pada Fakultas Darul Ulum Universitas Kairo, buku

ini

diterbitkan oleh penerbit Dctrul

Hidaltah pada tahun 1986, cetakan kedua. Buku dengan 183 Halaman termasuk daftar isi terbagi menjadi dua bab, Bab I (Halaman 1-88) berisi penjelasan tenrang Bibliografi Ghazah dan urgensi studi Perbandingan Agama serta pembahasan sekitar Kitab

Perjanjian Baru yang dilakukan oleh Muhammad Abdullah Syarqawi. Adapun

Bab II (halaman 91-183) berisi

pokok

pembahasan utama yaitu naskah yang ditulis oleh Imam AiGhazah.

ini merupakan terjemahan dari bahasa perancis ke bahasa Arab oleh Abdul Aziz Abdul Haq Hilmi, Naskah ini Naskah

dari

Robert

yang diterbitkan oleh UNESCO dan diterjamahkan dalam bahasa Arab. Menurut Abdullah Syarqawi amanah ilmiah dan kewajiban dakwah didapat

Pendeta

Sadyaq

t20 merupakan factor utama yang memotivasi Ghazali dalam melakukan kritik terhadap ajaran selain Is1am.36

Menurut George Jeroilie iiaskah Arrdul -lanil liilahi.tatil

Isa bisariltit injit ditulis oleh Ghazali pada tahun 492 H dan metode yang digunakannya dalam melakukan klitik tidaklah jauh berbeda dengan kritik yang dilakukkannya terhadap filsafat dalam bukunya Tahafutul F alas ifuhh-31

C. Kritik

Ghazali

Dalam bukunya ini al-Ghazali memberikan kritik terhadap

kepercayaan kaum Nasrani yang bertaklid kepada akidah pendahulunya, yang menurutnya keliru. Dalam mukaddimah

bukunya al-Ghazali berkata : "Aku melihat pembahasanpembahasan orang Nasrani tentang akidah mereka memiliki pondasi yang lemah. orang Nasrani menganggap agama mereka adalah syariat yang tidak bisa di takwil", lmam al-Ghazali juga berpendapat bahwa orang Nasrani taklid kepada para filosof dalam

soal keimanan. Misalnya dalam masaiah al-ittihad,

yaitu

menyatunya zat Allah dengan zat Yesus38.

al-Ghazali membantah teori al-ittihad kaum Nasrani' Menurutnya, anggapan bahwa Isa as mempunyai keterkaitan 36 N{uhammad Abdullah Syarqawi, 1986, ArraddujamiL Ii iLahiyatiL Isa Bisarihil Injil, Dar,il Hidayah , Cet ke II, Universitas Kairo, ,Bab I, Hal'37' 3' Mrhammad Abdullah Syarqawi, 1986, Hal.21 -28. " Ibid,B^b II, Hal.91

12I dengan Tuhan seperti keterkaitan

jiwa

dengan badan, kemudian

dengan keterkaitan ini terjadi hakikat keti_ea yang berbeda dengan dua hakikat tadr, adalah keliru. N4enuru[n5,a, bei'gabiingiiya diia zai

dan dua sifat (zs,i,rirnk), kemudian menjadi hakikat lain yang berbeda adalah hal yang mustahil yang tidak diterima akal. Dalam

pandangan al-Ghazali, teori al-ittihad

ini justru

membuktikan

bahwa Yesus bukanlah Tuhan. al-Ghazali menggunakan analogi mantik atau logika. te Iu berkata, ketika Yesus disalib, bukankah yang disalib adalah Tuhan, apakah mungkin Tuhan disalib? Jadi, Yesus bukanlah Tuhan. Penjelasannya dapat dilihat pada surat anNisa ayat 157:

"Dan tidaklah mereka mernbunuhnya (Isa AS) dan tidak

jrgc, mereka

menyalibnya akan tetapi disamarkan kepada

mereka".

Selain al-ittihad, masalah al-ltulul tak kalah pentingnya. Menurut al-Ghazali, makna al-hulnl, artinya zat Allah menempati setiap makhluk, sebenarnya dimaksudkan sebagai makna majaz atau metafora. Dan

itu digunakan sebagai perumparnaan

kata "Bapa" dan "Anak". Misalnya seperti dalam pasal l4 ayat 10:

t'

Ibid ,Bab II, Hal. 132-139

Injil

seperti

Yohannes

122

"Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan

Bapa df dalam Aku. Apa yang Aku katakan kepadantu, tidak Aktr katakan dori dit'iKLt sendiri tetapi BcLpa';ang diaiii di tlalattt Aku, D i a- Lah

y cLn g me

laktLkan p

e

ke ri

aanN ;,- a. "

Dalam melakukan kajiannya, Imam alGhazali merujuk kepada Bibel kaum Nasrani. Dalam al-Radclul Jamil, al-Ghazali

mencantumkan enam teks Bibel yang menurutnya menafikan ketuhanan Yesus, dan dikuatkan dengan teks-teks Bibel lainnya sebagai tafsiran teks-teks yang enam

dikritisi oleh alGhazali

adalah

Injil

tadi. Di

antara teks yang

Yohannes pasal 10 ayat 30-36,:

"Aku dan Baprt rtdalah satu. Sekali lagi orang-orang Yahudi rnengambil batu untuk melentpari Yesus'. Kata Yesus kepada rnereka: "banyak pekerjaan

baik

berasal dari Bapa-ku yang kuperlihatkan

kepadamu;

)'ang

pekerjaan manaknh di antaranya yang menyebabkan karrut

mau melempari aku? Jawab oranS-orang Yahudi ittr "bukan karena suatu pekerjaan baik nmka kami mnu melempari engkau, meLainkan karena engkau menghujat

Allah dan karena engkau, sekalipun hanya

seorang

manusia saja, menyamakan dirimu dengan Allah. Kata Yesus kepada

mereka: "tidakkah ada tertulis dalam kitab

Taurat kamu: Aku telah berfirmnn: knmu adalah Allah?

r23 JikaLau tnereka, kepada stapa disebut

Allah

firman itu

disampaikan,

sedangkan kitab suci tidak dapat dibatalkan,

trnsilrkclt katttLt berkatct

kepctclcL

dict t,cLttg d.iki,irltiskciii olelt

Bapo dan yang telah diutr,ts-Nya ke dal.am d.unia.,,40

Teks ini, menurut ar-Ghazari, menerangkan ,rasalah atittihad (menyatunya Allah dengan hamba-Nya). orang yahudi mengingkari perkataan Yesus ',aku dan Bapa adalah satu,'. al_ Ghazah berpendapat, perkataan yesus, Isa AS ',..aku dan Bapa adalah satu" adalah makna metafora. ar-Ghazali mengkiaskannya seperti yang terdapat dalam hadits eudsi, dimana Allah berfirman: "Tidaklah mendekatkan kepadaKu orang-orang yang mendekatkan

diri dengan yang lebih

r,rtarna

dari pada melakukan yang Aku

fardhukan kepada mereka. Kemudian tidaklah seorang hamba terus mendekatkan diri kepadaKu dengan hal-hal yang sunnah sehingga

Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengaran yang ia rnendengar dengannya, penglihatan yang ia melihat dengannya, lisannya yang ia berbicara dengannya dan tangannya yang ia memukul dengannnya."

Menurut al-Ghazali, adalah mustahil Sang pencipta menempati indra-indra tersebut atau Allah adalah salah satu dari

indra-indra tersebut. Akan tetapi seorang hamba ketika uo

Ibid ,Bab II, Hat. t32-139

t24 bersungguh-sungguh dalam taat kepada Allah, maka Allah akan

memberikannya kemampuan dan perlolongan yang

ia mampu

dengan keiluanya utttuk betbicara dengan iisan-i'iya, rnenlukul dengan tangan-Nya, dan lain-lainnya. Makna metafora dalan-r teks

Bibel dan hadis Qudsi itulah yang dimaksudkan

bersatunya

manusia dengan Tuhan, bukan arti harfiahnya.41

Al

Ghazali mengkiaskannya seperti yang terdapat dalam

hadits Qudsi, dimana Allah berfirman: "Tidaklah mendekatkan kepadaKu orang-orang yang mendekatkan diri dengan yang lebih utama dari pada melakukan yang Aku fardhukan kepada mereka.

Kemudian tidaklah seorang hamba terus mendekatkan diri

kepadaKu dengan hal-hal

yang sunnah sehingga

Aku

mencintainya.. Apabila Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengaran yang ia mendengar dengannya, penglihatan yang ia

melihat dengannya, lisannya yang ia berbicara dengannya dan tangannya yang ia memukul dengannnya.

IV. Kitab Al-Jawab as Sahih li man Baddala Din al-Masih A. Bibliografi Ibnu Taymiyyaha2 Ibnu Taimiyah lahir tahun 661H(1263 M) di zaman ketika Baghdad merupakan pusat kekuasaan dan budaya Islam pada masa

t'

Ibid,Bab II, Hal. lol-124 a2http://id.wikipedia.org/wikilIbnu Taimiyah. Diakses I 8 Agustus 20 14

t25 Dinasti Abbasiyah. Ketika berusia enam tahun (tahun 126g), Ibnu Taimiyah dibawa ayahnya ke Damaskus disebabkan serbuan

tentare N{ongo1 atas irak.

Ia

berasal dari keluarga

r-eh_sius.

Ayahnya syihabuddin bin Taimiyah adalah seorang syaikh, hakim,

dan khatib. Kakeknya Majduddin Abul Birkan Abdussalarn bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani adalah seorang ulama yang menguasai fiqih, hadits, tafsir, ilmu ushul dan penghafal

Al

Qur'an

(hafidz). Semenjak kecil sudah terlihat tanda-tanda kecerdas annya.

Begitu tiba di Damaskus, ia segera menghafaikan Al-eur,an dan mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, haftzh dan ahli hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama tersebut tercengang. Ketika umurnya belum mencapai belasan tahun, ia sudah menguasai ilmu ushuluddin dan mendalami

bidang-bidang tafsir, hadits, dan bahasa Arab. Ia telah mengkaji Musnad rmam Ahmad sampai beberapa ka1i, kemu dran KutubLt

Sitah

dan Mu

jam At-Thabarani At-Kabir.

Pendidikan dan karyanya Di Damaskus ia belajar pada banyak guru, dan memperoleh berbagai macam ilmu diantaranya ilmu hitung (matematika), khat

(ilmu tulis menulis Arab), nahwu, ushul fiqih. Ia dikaruniai kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga daram usia rnuda,

126

ia telah hafal Al-Our'an. Kemampuannya dalam menuntut ilmu mulai terlihat pada usia 17 tahun. Dan usia 19, ia telah memberi fatrva dalant masalah n-rasalah keagatlaan.

Ibnu Taymiyyah amat menguasai ilmu riialul

hadits

(perawi hadits) yang berguna dalam meneiusuri Hadits dari periwayat atau pembawanya dan Fununul hadits (macam-macam hadits) baik yang lemah, cacat atau shahih" Ia memahami semua hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah dan Al-Musnad. Dalam

mengemukakan ayat-ayat sebagai hujiah (dalil),

ia

memiliki

kehebatan yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir atau

ahli tafsir.

Tiap

malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul sambil mengomentari

para filusuf

.

Sehari semalam

ia mampu menulis

empat buah

kurrosah (buku kecil) yang memuat berbagai pendapatnya dalam bidang syari'ah.

Ibnul Wardi menuturkan dalam Tarikh Ibnul Wardi bahwa karangannya mencapai lima ratus judul. Karya-karyanya yang terkenal adalah Majmu' Fatatva yang berisi masalah fatwa fatwa dalam agama Islam

Ibnu Taimiyah wafat di dalam penjara Qal'ah Dimasyq disaksikan oleh salah seorang muridnya Ibnul Oayyim, ketika sedang membaca Al-Qur'an surah Al-Qamar yang berbunyi "Innal

r27 Muttaqina

fi jannattn wanaharin'B Ia berada di penjara ini

selama dua tahun tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit ciua

B.

puiuh hari lebih. Ia wafat pada tangg-.J 20 Dnihajah 728 H.

Kitab al-lawab as shahih liam Baddala Din al-Masih Dalam melakukan penelitian

ini tim merujuk kepada

kepada kitab yang diterbitkan oleh: Daru Ibnu Haitsam, Kairo

Mesir tahun 2003, Di dalam edisi ini terdiri pertama berisi

612

atas dua

Halarnan termasuk daftar isi,

jilid, jilid

jilid

dua 656

halaman.

Karya ini ditulis oleh Ibnu Taimiyah sebagai tanggapan terhadap situasi umat Muslim pada waktu

itu yang resah

dikarenakan sebuah surat anonim dari siprus yang berisi kritik terhadap agama Islam. Ibnu Taimiyah diketahui menerima surat tersebut pada tahun 116 Hl1316 M. Penulis surar rersebut adalah seorang Kristen yang tidak diketahui namanya, namun merupakan

penyempurnaan dari sebuah tulisan polemik yang ditulis paulus

dari Antiokhia, uskup Kristen Melkit clari Sidon, pada akhir abad

ke-12- Surat dari Siprus tersebut berisi klaim dari perspektif Kristen bahwa Kekristenan adalah agama yang benar dan menggunakan ayat-ayat al-Quran untuk melegitimasi klaim tersebut. Nada yang digunakan

di

dalam surat tersebut berisi

128 ajakan kepada umat Muslim untuk menerima agama Kristen dan meyakinkan mereka bahwa agama Islam adalah persiapan menuju agama Kristen. David Thomas men.vebutkan bahrva surat [ersebur

kemungkinan ditulis dengan tujuan yang berkaitan dengan upaya perang-perang Salib. Waktu penulisannya sekitar tahun 715 H/1315 M.

43

Ibnu Taimiyah yang melihat keresahan umat Muslim berupaya menanggapi surat dari Siprus tersebut dengan menulis al-

Jawab al-Sahih untuk menunjukkan kesalahan-kesalahan klaim buku itu. Ibnu Taimiyah menulis buku al-Jawab al-Sahih sekitar tahun 717

Hll3ll M. Ibnu Taimiyah tidak menujtkan al'Jawab

al-Sahih kepada si pengarang anonim surat dari Siprus, melainkan kepada seluruh umat Islam supaya mereka tidak mengikuti isi surat

tersebut yang akan membawa kepada jalan yang salah" Karena

itulah, Ibnu Taimiyah di dalam buku ini juga mengajak umat Islam untuk tidak mengikuti jalan-jalan yang ia anggap sebagai keliru di dalam Islam seperti sufisme yang telah keluar batas (ghttluw)"4

C.

Karakteristik Studi Agama-agama dalam al-Jawab Ashahi

Dalam bukunya ini Ibnu Taymiyyah melakukan pembahasan dengan tema yang diulang-ulang, tim menemukan "

Ibnu Taymiyyah, Hlm,3l

'u Ibnu Taymiyyah,

Hi^m.412,422

129

terdapat 115 tema di jilid perrama

dan

43 tema di

jilid

kedua.

Tentunya hal ini tidak terlepas dari apa yang melatar belakanginya

dalam menuiis buku ini, yaitu seba_eai jawaban atas klaim surat

yang datang dari salah seorang pendeta

dari

Siprus yang

mengkalim enam bukti kebenaran ajaran mereka: 1. Bahwasanya Muhammad saw tidaklah diutus untuk mereka, namun untuk orang-orang jahiliyah Arab, dan al-euran dan akal menurut mereka menunjukkan hal itu

2.

_

Bahwasanya Muhammad saw memuji-muji agama mereka dalarn al-Quran, hal ini menunjukka.n akan kebenaran agama mereka.

3. Bahwasanya berita-berita kenabian yang terdahulu seperti yang ada dalam Taurat Zabw dan Injil memperkuat keyakinan mereka tentang Trinitas dan al-Ittihad, bahwa hal

ini adalah

kebenaran yang nyata dan wajid

di imani

dan

tidak boleh dikritisi jika ridak terdapat dalil syariat.

4-

Keyakinan mereka tentang Trinitas sangatlah rasional dan sesuai dengan syariat yang ada

5. Teks-teks yang ada dalam kitab suci menunjukkan kebenaran ajaran mereka tentang trinitas

akan

r30

6. Bahwasnya al-Masih datang setelah Musa as dengan ajaran yang sempurna, dan tidak perlu disempurnakan kembali syariat yang lain walaupun banyak yang tidak rasional'

Dalam menjawab klaim

ini Ibnu Taymiyyah

mengupas

terlebih dahulu tentang dasar pembahasan yang menurutnya kefika

para pengikut ajaran para Nabi

itu

adalah orang-orang yang

berilmu dan bijak, maka umat Islam harus menjawab semuat klaim yang mereka yakini dengan Ilmu

dan Adil jauh dari

prasangka

atau praduka serta tidak dengan hawa nafsu.'5

Ibnu Taymiyyah melandasi pemikirannya ini dengan hadits Nabi saw yang diriwayatkan Bukhari hadits nomor 3360 dan Muslim Nomor 124 Yang artinYa:

Hakirn itu ada tiga, Seseorang

2 di Neraka

dan satu

di Surga,

yang tahu akan suatu kebenaran kemttdian dia

berhukum dengan nya maka baginya SaLrga dan seseorang yang

tahu akan suatu kebenaran namun dia berhukum dengart yang sebaLiknya makn baginya neraka, seseorang

yang

nrenghakimi

manusia dengan kebodohan maka baginya neraka"

Menurut Ibnu Taymiyyah jika menjadi hakim bagi manusia yang berkaitan dengan Harta, jiwa dan Haknya saja harus dengan

adil dan jika tidak maka akan masuk neraka, bagaimana dengan

tt

Ibid, Hlm,34,

131

agama dan kepercayaan- kepercayaaan yang ada, tanpa dilandasi dengan ilmu dan keadilan seperti yan_e dilakukan oleh para ahli Bid'a1-, yang berkey'akinan beradasarkan irnanjinasi dan

perlikiran

mereka senrrfa den mengklaim bahwa ajaran mereka bersumber

dari teks-teks para Nabi. Begitu juga de,gan agama Nasrani, yang menurutnya telah terkontaminasi oleh ajaran-ajaran ahli bid'ah dan

jauh dari tuntunan yang telah diajarkan oleh Nabi Isa as. Kemudian

ketika Ailah mengutus Nabi Muhammad saw maka merekapun menginkari kenabian dan kerasulan Muhammad sa\ /, maka menurut Ibnu Taymiyya pengingkari mereka

ini berawal dari

keberanian mereka mengubah agama Nabi yang pertama yaitu

Nabi Isa as, dan kemudian mereka mendustakan kenabian yang kedua yaitu Nabi Muhammad saw, hal ini seperti yang dialami oleh mereka ketika kaum Yahudi men-qingkari kenabian Isa as karena mereka telah merubah ajaran Taurat kemudian mereka mengingkari kenabian Isa as. a6 Selanjutnya Ibnu Taymiyya berpendapat bahwa persoalan

Trinitas dan al-Ittihad tidak terdapar dalilnya dalam Injil ataupun Taurat, bahkan akalpun tidak dapat menerima keyakinan seperti

ini, sikap mereka ini mengikuti kaum yahudi ketika menginkari kenabian Isa as yang menganggapnya sebagai penyihir dan ou

Ibi,r, Hlm,34

132 pendusta bahkan menuduhnya lahir sebagai anak zina sebagaimana

digambarkan dalam al-Quran surat Annisa ayat 156

Oieir karena itu Ibnu Tayrniyya berpendapat

bahwa

kejujuran merupakan prinsip dasar dalatn beragama, kejujuran dan kebenaran merupakan hal yang mendasari suatu ajaran,

Islam menurutnya tidak diperbotehkan mendustakan

aj

datl

umat

aran-aj aran

yang diajarkan oleh para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad saw.

Menurut Ibnu Taymiyya tiga hal utama yang diminta klarifikasinya oleh umat Islam kepada para Ahli Kitab: pertama, para nabi yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw semuanya membawa pesan keselamatan, kedua, Penerjernahan Kitab Suci

kedalam bahasa

Arab

sedangkan Nabi Musa,

atau bahasa lainnya seperti Romawi,

Nabi Daud dan Nabi Isa

ketiganya

berbahasa Ibrani, Ketiga, Persoalan Penafsiran Kitab suci yang

banyak bertentangan sehingga menimbulkan penyimpangan

aj

aran

yang dibawa oleh para Nabi.

Selanjutnya

Ibnu Taymiyya melanjutkan

tentang Inkonsistensi Taurat dan yang ada dalam

Injil bukan lagi

tnjil

kritiknya

yang menurutnya ajaran

ajaran Nabi Isa as melainkan

ajaran para tokoh-tokoh Kristen setelah Nabi Isa as khususnya ajaran yang bersumber dari hasi konsili di era Konstantin. Teks-

733

teks keagamaan yang merupakan kitab suci umat Yahudi menjadi

focus Taymiyyah dalam kajiannya, kritik teks dengan nenolak kelemahannya baik riari aspek periwayatan ataupun isi dari pada

teks dan deskripsi letak penyimpangan, pengubahen dan penggatian yang terjadi terhadap teks seperti redaksi yang ada dalam Taurat sangat tidaklah etis jika itu memang diucapkan oleh para Nabi.47.

Kritiknya terhadap tatacara peribadatan dalam ajaran Nasrani

Ibnu Taymiyyah mengkritisi keyakinan Nasrani tentang salib, penghalalan Babi, tata cara shalat yang menurutnya ajarang pendeta dan juga puasa,. ditiadakannya bersuci dari hadas besar

dan kecil, tidak diwajibkannya memandikan jetazah serta ritual ketempat yang suci

ke

Betlehem yang ada dalam agama Nasrani,

serta peringatan hari-hari suci kea-eamaan yang dilaksanakan oleh

umat Nasrani menurutnya semua proses peribadatan itu bukan bersumber dari Nabi Isa as., akan tetapi semua

itu

merupakan

bid'ah yang dibuat oleh para pendeta dan bukan bersumber dari Allah swt.48

o' o8

Ibid, Har.45 - t27,3 53,382 -392,426, Ibid, Har.r2i,335

t34

Kritiknya terhadap Ajaran Trinitas Menurut Ibnu Taimiyah. ajaran Trinitas tidak memiliki ciasar yang kuar, baik dasar Kitab Suci maupun dasar filosofis-

rasional.

Kritik

tersebut berkaitan dengan argumentasi

di

dalam

surat dari Siprus yang menyebutkan bahwa ajaran mengenai Trinitas dapat dibuktikan melalui kutipan ayat-ayat Qur'an. Oleh karena itu, Ibnu Taimiyah justru menunjukkan dalam buku ini bahwa ajaran

Trinitas tidak memiliki basis Kitab Suci, baik

Qur'an maupun Alkitab.

Di dalam Qur'an, jelas dikatakan

bahwa Yesus adalah

seorang nabi yang tidak dapat salah dan karena

itu

pewahyuan

yang dibawa oleh Yesus pastilah koheren dengan nabi-nabi sebelum da4 sesudahnya, termasuk

jrga Kitab Suci yang

dibawanya. Karena Qur'an menolak ajaran Allah Tritunggal dan

juga keilahian Yesus, maka Ibnu Taimiyah berkeyakinan

pasti

tidak ada dasar untuk ajaran itu di dalam Kitab Suci yang dibawa

oleh Yesus. Baginya, ajaran mengenai 'Bapa. Anak, dan Roh Kudus' tidak pemah diungkapkan di dalam Kitab Suci sebelumnya (Perianjian Lama) secara eksplisit, jadi ajaran tersebut merupakan hasil kesalahan interpretasi atau penyelewengan dari ajaran Yesus yang sebenarnya. Bahkan jika Yesus sebagai nabi yang tidak dapat salah berbicara mengenai istilah 'Bapa, Anak, dan Roh Kudus'

135

maka itu pastilah akan koheren dengan seluruh Kitab Suci yang

diwahyukan Allah. Artinya, mandat baptisan yang diungkapkan Yesus pasti nlemiliki makna sebenarnya yang bukan menunjuk

pada pengertian Allah Tritunggal. Ibnu Tairniyah rnenyebutkan beberapa contoh dari Perjanjian Lama yang mengungkapkan hubun-ean antara A1lah dan hamba-Nya dalam metafora ayah dan

anak. Sebagai contoh Allah ruenyebut Israel sebcLgai armk vang su

Ltr

ng (Kejadian 4:22).

Dengan demikian Ibnu Taimiyah menyimpulkan bahwa metafora ayah dan anak di dalam Kitab suci berarti bahwa Allah adalah Maha Pengasih yang dekat dengan hamba-hamba-Nya lebih

daripada seorang ibu dengan anaknya. Sedangkan Roh Kudus,

yang dikirimkan kepada para nabi dan orang-orang suci, aclalah wahl/u, bimbingan, dan dukungan Allah, baik dalam rupa rnalaikat ataupun bukan. Jika ada argumentasi yang membuat pembedaan

antara status Yesus sebagai Anak Allah dengan status hamba-

hamba Allah lainnya sebagai anak, Ibnu Taimiyah menolak argumentasi tersebut karena berdasar kepada interpretasi alegoris

(ta'wil), bukan pernyataan eksplisit.

ae

"tuio,lilidt,Har.z26, 237,244, 256_258,

301,309,455,464,468,416-488,505_522,532,538,558,578_586,

261_263,

Jitid 2(5_160).

t36 V. Kitab Hidayatul Hayari

fi Ajwibatil

Yahud wa al-Nasara

A.Bibliografi Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

s0

Dii..thirkan cii Damaskus, Suriah pada tang,eal 4 Februari

1292, dan meniuggal pada 23 Septen'rber 1350 adalah seorang Imam Sunni, cendekiawan, dan ahli fiqh yang hidup pada abad ke13. Nasabnya dari pihak ayah adalah Syamsuddin Abu 'Abdillah

Muhammad bin Abubakar bin Ayyub bin Su'ad bin Hariz az-Zar'i

ad-Dimasyqi, dan dikenal dengan sebutan Ibnul Qayyim AlJauzryah.Ia lahir pada tanggal 17 Safar 691 H.

Ibnu Qayyim berguru ilmu hadits pada Syihab an-Nablusi dan Qadi Taqiyyuddin bin Sulaiman; berguru tentang fiqh kepada

Syekh Safiyyuddin al-Hindi dan Isma'il bin Muhammad al-

Harrani; beqguru tentang ilmu pembahagian waris (fara'idlt) kepada bapaknya; dan juga berguru selama

Taimiyyah. Beliau belajar ilmu faraidh

l6

tahun kepada Ibnu

dai

bapaknya kerana

beliau sangat berbakat dalam iimu itu. Belajar bahasa Arab dari

Ibnu Abi al-Fath al-Baththiy dengan membaca kitab-kitab: (a/Mulakhkhas

li Abil

Balqa

'

kemudian kitab al-Jttrjaniyah,

kemudian Alfuah Ibnu Malik, juga sebagian besar Kitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian arTas-hil). Di samping itu belajar dari s0http://id.wikipedia.orgiwikilIbnu Agustus 2014

Oayyim

Al-Jauzivyah

Diaksesl8

137

syaikh Majduddin at-Tunisi satu bagian dari kitab al-Muqarrib

li

Ibni Ushfur.Belajar ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi,

Ihlu Fiqih dari SyaikhLri isiarn ionu Taiu'ri-_vah dan Syaikh Isma'il bin Muhammad al-Harraniy.

Ibnul Qayyim pernah dipenjara, dihina dan

diarak

berkeliling bersama Ibnu Taimiyah sambil didera dengan cambuk

di atas seekor onta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul eayyim pun dilepaskan dari penjara. Hal itu disebabkan karena beliau menentang adanya anjuran agar orang pergi berziarah ke kuburan para wali. Beliau peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat

kaum sufi, logika kaum filosof dan zuhud rrrodel orang-orang hindu ke dalam firqah Islamiyah. Penguasaannya terhadap Ihnu

Tafsir tiada bandingnya, pemahamannya terhadap ushuluddin mencapai puncaknya dan pengetahuannya mengenai hadits. makna

hadits, pemahaman serta istinbath-istinbath rumitnya, sulit ditemukan tandingannya. Begitu pula, pengetahuan beliau rahimahullah tentang

ilmu suluk dan ilmu

kalam-nya Ahli

tasawwuf, isyarat-isyarat mereka serta detail-detail mereka. Ia memang amat menguasai terhadap berbagai bidang

ilmu

ini.

Karena itulah banyak manusia-manusia pilihan dari kalangan para

pemerhati yang menempatkan ilmu sebagai puncak perhatiannya, telah benar-benar menjadi murid beliau. Mereka

itu adalah para

138

Ulama terbaik yang telah terbukti keutamaannya, ialah

di antaranya

:

Manhaj serta tujuan Ibnul Qayyitn rahinrahullah ialzrh kernbali kepada sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, tidak

terkotori oleh ra'yu-ra'yu (pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa' wal

bicla' (Ahli Bid'ah). Oleh sebab itulah beliau rahimahullah mengajak kembali kepada madzhab salaf; orang-orang yang telah

mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai

ulama

waratsatun nabi (pewaris nabi) shallallahu 'alaihi wa sallam" Di

samping

itu, Ibnul Qayyim juga

mengumandangkan bathilnya

madzhab taqlid. Kendatipun beliau adalah pengikut madzhab

Hanbali, namun beliau sering keluar dari pendapatnya kaum Hanabilah, dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kaj ian tentan g perb andingan madzhab-madzhab yan g m

as

yhur.

Ibnu Qayyim al-Jauziyah, wafat pada malam Kamis, tanggal

13

Rajab tahun 751 Hijriyah dalam usia 60 tahun.

Buku karangan Ibnu Qayyim

.

Ijtima' al-Juyusy al-lslamiyyah 'ala al-Mu'aththilah wa alJahmiyyah

.

Ahkam Ahli adz-Dzimmah

t39

. . . . . . .

I'lan al-Muwaqi'tn'an Rabb al-'Alamht Ighot.saru al-Lohfan min Mashcit,idi as.v-Sltaithc\n JgluTtstttLt Ltl-Lt!,fa;i

ji IIiil;nii Tli;i!,iqi cr[-Ghacll:an

Badai al-Fav,a'id Ar-Tibyan

fi Aqsanti al-Qur'an

Tultfatu al-Mattdild bi Ahkatni al-Maulud

Jalau al-AJhamfi ash-Shalati w,a as-Salcimi'ala khairi atAnatn

.

AL-Jav,ab al-KaJi liman sa

ala 'an ad-Dawa

asy-S1tafi au

Ad-Da wa ad-Dawa'

. Hadi al-Arv,ah ila biladi al-Afrah . Rattclhatu al-Mtthibm v,a huz]tattt aL-Musytaqqut . Ar-Ruh . Zadu al-Ma'ad.fi Hadl,i Khairi al-'Ibacl . $,fa'u al-'AlitJi Ma.sa ili al-Qadha' wa al-eadar yva alHikmatu wa ar-Ta'ltl

.

Ash-Shawa'iq al-lv[ursilah 'ala al-Jahniyl,ah yua al-

Mu'aththilah

. Ath-Thibb an-Nabarvz (Bagian dari Kitab Zadu al-Ma'ad) . Atlt-Thttruq al-Hukrnf,yah .'lddtttLt ash-Shabir'lrt wct Dzr.tkhriry,ah; asy-Syakirtn . Al-Farusiyah

140

. . . . . .

Al-Fawa id Al-Kafit,ah asy-Sydfiyah

fi

an-Nahwi

Al-Ka.fiyah asy-Svafbtah Ji al-lntishari lilJirqati an-Naj4,ait AL-Kalant 'ala mas'alati as-Simai

Kitab ash-Shalati wa Ahkamu Tarikuha Madariju as-Saliktn baina Manazili lyyaka Na'budtr wa Iyyaka Nasta'In

,

Miftahu Dari as-Sa'adah wa Mansyur Wilayati al-'Ihni wa

al-lradah

, . .

Al-Manar al-Mun-tff, ash-Shahth wa adh-Dha'-tf Hidayatu al-Hiyari

fi Ajwibati

al-Yahud wa an-Nashara

AL-Wabil ash-Shayyib rnin al-Kalimi ath-Thayyib Seperti. halnya Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim berpendirian

bahwa pintu ijtihad tetap terbuka. Menurutnya. siapa pun pada dasamya dibenarkan berijtihad sejauh yang bersangkutan memiliki kesanggupan untuk melakukannya.

B. Pola Studi Agama-agama dalam Kitab Hidayatul Hiyar

Dalam melakukan penelitian ini buku yang dijadikan tim sebagai bahan kajian penelitian adalah edisi yang diterbitkan oleh

Maktabah Nizar Mustafa al-Baazi Saudi Arabia, terbit pada tahun 2004 cetakan pertama dan di Tahqiq oleh Ridwan Jami' Ridwan,

t4t satu jiiid, terdiri atas 239

halaman berikut daftar isinya.

Dipilihnya edisi ini sebagai rujukan utama, karena edisi aL-Fashl

yang paliug baru dan ditahqiq oleh tol,oh i.arlg kompeten dibidangnya.

Ibnu Qayyim dalam bukunya ini mengatakan bahwa hal

ini

yang memotivasinya untuk menulis buku

adalah untuk

menjawab tuduhan yang menyatakan bahwa Islam adalah agama

yang didirikan dengan pedang bukan dengan menjawab tuduhan

ini

kitab.

Untuk

melandasi pemikirannya secara teologis

dari al-Quran yang telah memerintahkan umat Islam untuk nrenjawab segala bentuk tuduhan para non

muslim

dengan

jawaban yang baik, adapun pedang menurutnya menafikkan argumentasr, oleh karena itu menurut Ibnu Qayyim Islam datang dengan HLrjjahiargumentasi berupa Kitab Suci.

-'1

Ibnu

Qayyim membatasi pembahasan dalam bukunya ini, menjadi dua bab, bab pertama menjawab 7(tujuh) pefianyaan dan bab kedua, tentang Kenabian Muhammad saw dengan beragam argumentasi dan dalil yang menjadi

Adapun

7

pokok pembahasan.52

pertanyaan

itu. pertama buku ini

berupa

pengungkapan fakta berkaitan dengan keengganan kaum yahudi sr

Ibn qayyim,2004, Hidayatul Hiyar(Nlakkah, Maktabah Nizaral Mustafa a\-B a2,2003) Hal. 1 9

"

Ibid. Har.2o

142

dan Nasrani memeluk agama Islam. Menurut Ibnu Qayyim faktor

utamanya adalah Kekuasaan dan materi

. t1 Krdt o'

membahas

tentang bukti-bukti sejarah lslltriilya tokol-i-tokoh dan Raja-raja

Nasrani yang menurut Ibnu Qayyirn merupakan

bukti

Islam datang dengan penuh kedamaian bukan dengan

bahwa pedang

sebagaiman yang dituduhkan sebelumnya.5a. Ketiga, membahas

tentang kenabian Nabi Muhammad saw yang ada dalam kitab Perjanjian lama berikut dengan beragam argumentasi didalamnya.

Ibnu Qayyim disatu sisi berkomitmen sebagai seorang yang literlis dalam beragumen berdasarkan apa yang termaktub dalam Al-quran dan hadits Nabi SAW namun disisi lain dengan metode Btrrhani

Ibnu Qayyim mengkritisi beragam kejanggalan yang ada dalam teks Injll dan Taurat, sehingga orisinalitas Taurat dan Injil dipertanyakan.ts Keempar, Sikap Abdullah bin Salam ditengah

kaumnya pasca Keislamannya. Kelima, Persoalan

perbuatan

melampaui batas(Ghulwv fielclin.,tu Kruno*, Abdullah bin salam dan pengikutnya membawa fitnah bagi agama Islam.sT Ketujtrh,

tt lbid Hal.2o tt Ibid, Hal.36-60

" 'u

t'

Ibid, Hal.6o-150 lbid, Hal.l53-156 Ibid, Hat.l56-168

t43 Kemaksiatan yang dilakukan oreh umat tidakrah membatarkan kebenaran yang diajarkan oleh para Nabi.-58

Kajian berikutnya yang dilakukan oleh Ibnu eayyirn adalah mengkaji tentang agama yahudi dan perilaku umat

ini

sehingga

kaum Yahudi menurutnya sebagai kaum yang dimarah ruhan, kaum ini terpecah dalam banyak kelompok yang

bersumber

pada 2 kelompok utama yaitu

ar-eurrau,

dan

Arrabaniyun. Dan

umat Yahudi melandaskan ajarannya kepada tokoh agama mereka yang telah menulis bagi merek a 2 kitab yaitu: ar-Masyana yang terdiri dari 800lembar dan Kitab ar-Jiinara(kitab ini adarah tafsir

dan

penjelasan

dari kita

al_Mctsyana.

Ibnu

eayyirn

mer-npertanyakan orisinalitas para penuris denga, mengungkapkan bahwa para penulis kitab suci itu tidaklah hidup craiam satu periode

namun ditulis secara bertahap, maka seiring berjalannya waktu ketika penulis terakhir menemukan hal yang baru maka akan ditambahkan kepada kedua kitab tersebur har ini berdampak kepada penerapan hukum yang ada dengan men-qharamkan hal-hal yang sebelumnva telah dihalalkan ataupun hal sebaliknya. se Selanjutnya Ibnu eayyim berbicara tentang Kaum Nasrani yang dicap sebagai kaum tersesat dan penyenibah salib dan ganrbar, aturan dan tatacara peribadatan yang rrereka lakukan dan Ibid, Hat.t6g-170 "t'Ibid,

Hat.t72-t79

144

berbeda jauh dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Isa

as.60

Menurut Ibnu Qayyim bentuk ghulwv yang dilakukan kaum Nasrani berikutnya adalah pengistimewaan yang berlebihan terhadap Maryam seperti dengan meminta rezeki dan kesehatan

badan panjang umur dan diampuni dosa dari pembahasan tentang bacaan

nya.

begitu juga

doa dan peribadatan yang ada

awalnya mereka beribadah sesuai dengan

apa

pada

yang telah

dilakukan oleh para Nabi dan terkhusus bani Israil dalam Taurat dan

Injil

61.

Inkonsitensi teks Taurat dan pemahaman jamaat yang ada

munjukkan ketidakotentiknya

agama Yahudi dan Nasrani

diungkap Ibnu Qayyim dalam bukunya

ini,

begitu juga ketika

mengkaji agama Nasrani, dengan pendekatan

sejarah

pembahasannya tentang konsili yang terjadi dalam sejarah gereja

merupakan puncak penyelewangan yang terjadi dalam agama

Kristen tentunya dengan mengungkap sejarah kehidupan para hawariyyttn terhadap Nabi saw dan sejalah penulisan teks kitab suci yang banyak sekali pertentangarrnyu. u' Dibagian akhir kitabnya

ini Ibnu eayyim

mengungkap

fakta fakta kenabiaan Nabi Muhammad saw. Ibnu eayyim melalui uolbid, Hat.1z9-zot u'

Ibid, Hal.2o

t -2 t o

u'Ibid. Hal.2l1

745 pendekatan tektualis mengungkap

bukti-bukti tentang Kenabian

Nabi Muhammad saw.63:

1'

Para Nabi terdahulu memberikan kabar gembira tentang

Bukti kenabian Nabi Muhammad saw.

2-

Dakwah yang disampaikan Nabi Muhammad

saw

adalah

untuk seluruh umat Islam pada umumnya.

3.

Ayat-ayat yang ada dalam Kitab Suci yang menunjukkan kebenaran ajaran Nabi Muhammad saw. Namun dirubah oleh para pengikut Nabi Isa as.

ut

Ibi,i, Hal228-23i

t46 B. ANALISA DATA

A. Karakteristik Metodologi Studi Agama Abad Pertengahan

Upaya sarjana Muslim Abad Pertengahan untuk menulis

risalah tentang agama dan sekte-sekte agama nampaknya dilatarbelakangi oleh berbagai factor. Dari kajian

ini

ditemukan

paling tidak terdapat beberapa faktor essensial di antaranya adalah

faktor-faktor ideologis, politis dan intelektual. Secara ideologis,

terdapat sekian banyak ayat-ayat al-Qur'dn yang menyoroti eksistensi komunitas agama-agama di luar Islam, seperti Shabians

(al-nrcjfisiyall, maupun mereka yang sebut sebagai "Masyarakat Kitab" (ahl al-kitA,fi, yang dalam (cLl-sh6.biiin), Zoroastrians

kenyataanya

' telah menarik perhatian sarjana, teolog,

dan

sejarahwan Muslim generasi awal untuk mengelaborasi eksistensi, status, serta posisi agama-agama "lain" melalui perspektif Islam. Sementara

di sisi yang lain, ketika ekspedisi dan

politik dilakukan oleh wilayah strate-uis

penguasa Islam

suda)

san'tpat

ekspansi

ke beberapa

di Asia Selatan, Asia Tengah, Asia

Afrika Utara. serta beberapa wilayah di Eropa,

Timur,

kebutLrhan untuk

mengenal aganra-agama lain menjadi sesuatu yang tak terhindari,

baik karena dilatarbelakangi oleh tujuan yang bersifat politik, maupun untuk tujuan yang bersifat ideologis. Seiring clengan sifat

147

dasar motivasi politik, dan

di

bawah perrindungan kekuasaan kekaisaran atau kesurtanan tefientu, beberapa sadana Musrim rnelakukan "studi kawasa," (regionar stttdies) rrrn obser,,,asi-

observasi lapangan tentang agama dan komunitas agama di daerah tersebut.

Selain itu, setelah terjadinya interaksi antara peradaban Muslim dan Yunani, komunikasi antarkomunitas agamadan

studi tentang agama-agama telah menjadi satu konsen akademis dan

ideologis tersendiri bagi sebagian sarjana Muslim abad pertengahan. Penerjemahan buku-buku berbahasa yunani dalam bidang filsafat (philosophy) dan lo-eika (togic) ke dalam Bahasa Arab maupun persia pada masa kekuasaan 'Abbasiyah, misalnya, telah menjadi peristiwa penting yang memberikan kontribusi besar ba-ei perkembangan firsafat dan reologi dalam khasanah tradisi intelektual Muslim. Fenomena penerjemahan ini juga secara

signihkan ikut melambungkan karya-karya Muslim di bidang tasawuf (Islandc nrysticism), stucii buclaya, maupun studi agamaagama. Periode yang disebut sebagai "the wave of Heilenisrn,, di dalam dunia Islam ini tandai pula crengan kemunculan penulis-

penulis Muslim prorifik yang "dipengaruhi,' oleh pemikiran Yunani, budaya Arab dan tradisi intelektual persia.

148

Tentu tidak sedikit penulis, ahli geografi,

astronomi,

pedagang, sefta pen,sembala Muslim yang menin_r_ealkan catatan-

catatan berharga mereka, yang

di

dalamnya terdapat banyak

informasi tentan_q budaya dan agama-agama sebelum Ibn Hazm dan al-SyahrastAni,

menulis karya-karya mereka

di

al

di luar Islam

jauh

ghazal| ibn eoyyim

bidang studi

agama-agama.

Lingkup kajiannya tidak terbatas kepada elaborasi tentang yahudi atau Kristen di mana generasi Muslim awal sangat terkonsentrasi

pada topik-topik tersebut. Namun sudah mulai mendeskripsikan agama-agama India dan China, seperti yang saat

ini dikenal dengan

nama Agama Hindu (Hinduistn) maupun Buddha (Buddhism).

Secara sederhana studi agama dapat dimaknai sebagai pengkajian, pienyelidikan dan penelitian tentang atau terhadap agama. Dalar.n arti yang lebih luas lagi dapat dirnaknai dengan pembahasan atau perbincangan soal agama atau keagamaan. Studi

agama

ini lebih dipahami

sebagai pengkajian dan penyelidikan

atau penelitian terhadap agama atau agama-agama dengan berbagai

pendekatan keilmuan, sebagarmana telah dikembangkan dalam

ilm.

agama atau

ilmu perbandi,gan agama atau pun yang dikenal

dengan istilah science of religiorts atau religionswissenschafr.

149

Metodologi adalah studi tentang metode yang digunakan

dalam suatu bidan-s ilmu untuk memperoreh pengetahuan nrengenai pokok persoalan dari ilmu itu. menurut aspek rerrenru dari penyelidikan. Metodologi berhubun-ean dengan proses-proses

kognitif yang dituntut oleh persoalan-persoalan yang muncul dari ciri pokok studi itu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu metode adalah kombinasi sistematik dari proses-proses kognitif,

dengan menggunakan teknik-teknik khusus. klasifikasi, konseptualisasi, abstraksi, penilaian, observasi, eksperimen, generalisasi, induksi, deduksi, argumen dari analogi, dan akhirnya pemahaman itu sendiri adalah proses-proses kognitif.

Awal perkembangannya, agama dipelajari melalui ilmu_ ilmu agama, diawali dari History of Rerigiorz (sejarah agama), of Religion (sosioiogi Agama), psvchoLogl, of Religion (ilmu jiwa Agama) dan contparison of Rerigion (perbandingan Sctcir.tLogy

Agama). Namun dalam perkembangannya mengalami kemajuan yang pesat.

Sebagaimana yang telah diparakan dalam kajian teori bahwa paling tidak terdapat lirna nracam pendekatan studi agama yang selama ini digunakan oleh ahli aga.ra yaitu: teologis, historis, fenomenologis, sosiologis dan psikologis.

150

a). Metode Teologi

Sebagaimana diketahui bahwa pendekatan teologis merupakan pendekatan kewahyuan atau pendekatan keyakinan

peneliti itu sendiri, di mana agama tidak lain merupakan hak prerogatif tuhan sendiri. Realitas sejati dari agama adalah sebagaimana

yang dikatakan oleh masing-masing agama.

Pendekatan seperti ini biasanya dilakukan dalam penelitian suatu

agama untuk kepentingan agama yang diyakini peneliti tersebut

untuk menambah pembenaran keyakinan terhadap agama yarrg dipeluknya itu.

Yang termasuk kedalam penelitian teologis

ini

adalah

penelitian-penelitian yang dilakukan oleh ulama-ulama, pendeta,

rahib terhadap suatu subjek masalah dalam agama yang menjadi tanggung jawab mereka. baik disebabkan oleh adanya pertanyaan

dari jamaah maupun dalam rangka penguatan dan mencari Iandasan yang akurat bagi suatu mazhab yang sudah ada. Pendekatan teologis memahami agama secara harfiah atau pemahaman yang menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang

bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.

Adapun karakteristik dari pendekatan teolo-eis

ini

adalah

151

adanya loyalitas terhadap kelompok sendiri, komitmen, dan dedikasi yang tinggi sefta peng-sunaan bahasa yang bersifat subjektif, yakni bahasa sebagai pelaku, bukan sebagai pengamat acialah

merupakan ciri yang melekat pada bentuk pemikiran_teologis. b). Metode Historis Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsure rempat,

waktu, obyek, latar belakang, dan peraku dari peristiwa tersebut. Segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, di mana, apa sebabnya, siapa yang terlibat da,am peristiwa tersebut. Melarui penrlekatan sejarah seorang diajak menukik dari

alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Pendekatan sejarah jLrga berusaha untuk menelusuri asar-usul dan pertumbuhan ide dan lembaga agama melalui periocle_periode

tertentu dari perkembangan sejarah dan juga merupakan usaha untuk memperkirakan peranan kekuatan_kekuatan

yang

sangat

mempengaruhi agama.

c). Metode Fenomenologis

Pendekatan

atau

metode

berhubungan dengan pendekatan

yang paling dekat

dan

historis adalah pendekatan

152

fenomenologis. Hal ini dikarenakan fenomenologi dan sejarah itu

saling melengkapi. Fenomenologi tidak dapat berbuat

tanpa

etnologi, filologi, dan disiplin kesejarahan lainnva. Sebaliknya, fenomenologi memberikan disiplin kesejarahan untuk rnernberi arti

keagamaan yang tidak dapat mereka pahami. Oleh sebab itu, memahami agama dalam kajian fenomenologi berarti memahami agama dari sejarah, memahami sejarah dalam arti menurut dimensi keagamaannya.

Fenomenologi sebagai metode bertujuan memahami pemikiran-pemikiran, tingkah

laku, dan

lembaga-lembaga

keagamaan tanpa mengikuti teori-teori filsafat, teologi, metafisika, ataupun psikologi

d). Metode Sosiologis

Dalam disiplin Sosiologi Agama, ada tiga perspektif utama

sosiologi

yang

seringkali digunakan sebagai landasan dalarn

melihat fenomena keagamaan

di

masyarakat, yaitu: perspektif

fungsionalis, konflik dan interaksionisme simbolik. Masingmasing perspektif memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri bahkan bisa

jadi penggunaan perspektif yang berbeda dalam melihat

suatu

fenomena keagamaan akan menghasilkan suatu hasil yang saling bertentangan.

153

e). Metode Psikologis

Pendekatan

ini

bermaksud mencari hubungan atau pengaruh agama terhadap kejiwaan pemeluk agama atau sebaliknya pengaruh kejiwaan sang pemeluk terhadap keyakinan keagamaannya.Para psikolog religius meyakini ada dimensi yang

sakral, spiritual, divine, transenden, super-natural yang tidak empiris yang dapat mempengaruhi kejiwaan manusia. Namun, para

psikolog non-religius menolak dimensi-dimensi itu atau paling tidak sangat meragukannya. psikolog non-religius biasanya akan berusaha menjelaskan fenomena keagamaan seseorang tanpa perlu

merujuk kepada realitas-realitas yang super-natural itu, sementara psikolog religius ingin rerap membuka kemungkinan realitas itu

menjadi satu faktor yang berpengaruh terhadap kejiwaan seseorang.

Berangkat kajian teks kerima kitab produk urama abad pertengahan sebagaimana dipaparkan dalam pembahasan pada bab sebelumnya dapat diasumsikan bahwa;

1. Umumnya penulisan kitab abad dilatarbelakangi

cleh

perten_eahan

pergorakan pemikiran teologis yang

berkembang dalam masl,arakat.

Islam tidak

hanya

dikerumuni oleh pernikiran teorogis agama samawi akan

tetapi joga berbagai aliran kepercayan.

pergolakan

154

pemikiran keagamaan terasa dinamis dan mengharuskan

untuk mencari jawaban yan-q argumentative dalam mempertahankan keyakinan Islam. Itulah sebabnya pada

umumnya karya studi agama pada abad merupakan karya sebagai pembelaan terhadap akidah Islam. Karenanya tidak

jarang studi agama-agama didorong oleh adanya perasaan untuk membela Islam dari serangan lawan atau paling tidak

memberikan penjelasan terhadap teologi

yang

menyimpang,

2. Meski terkesan sebagai penjelasan

terhadap berbagai

agama dan kepercayaan yang berkembang pada masyarakat

dan terkesan teologis-apologis, Studi Agama pada abad tidak j.uga bisa dikatakan tidak ilmiah.

3.

Meski karya studi agarna para ulama abad pertengahan

lebih dimotivasi oleh adanya kewajiban

memberi

penjelasan dan membentah dari agama dan kepercayaan yang menyimpang dari kebenaran. Dari kajian leteratur di atas, pada kenyataannya para ahli.

teologis ternyata mereka

juga

di samping

pendekatan

menggunakan metode

pendekatan historis dan fenomenologis.

Bertitik tolak dari latar belakang dan isi literatur studi agama-agama abad pertengahan yang secara represetatif diwakili

155

oleh karya studi agama yang berjudul;

l)

Kitab ar-Fashr al-Milat

Wa an-Nihalkarya Ibnu Hazm, 2) Kitab al

jviuhamrnari ibn Ahmad

Milal wan Nihal karya

Abi Al-Fatah asy-Syahrastani

asy-

Syaf i (1071-1i53) , 3). Kitab ctl-Raddul Jamil Li lLahiyati'lsa karya al Ghazali (450 H-505 H/ 1058 -1111M), 4). Kitab AlJawab as Sahih

li

man Baddala Din Masih (Ibnu Taymiyyah

(661-72811263-1328), dan kitab Hidayatul Hayari

fi

Ajwibatil

Yahud wa al-Nasara karya Ibn eayyim (691 H/1292 M-75I

Hll352 M) ditemukan bahwa karakteristik metodologi studi

aga-

agama pada abad pertengahan adalah menggunakan pendekatan teologis, karenanya lebih bercorak teologis-apologis.

Karakteristik demikian dipengaruhi oleh iatar belakang keilmuaan ulama serta setting sosio-religious masyarakat yang

memiliki agama dan kepercayaan yang beragam. Bahkan di antaranya, khususnya yang menyangkut agama wahyu telah bersentuhan dengan filsafat yunani. Sebagai konsekuensinya para

pakar studi agama terperangkap dalam diskursus teologis sebagaimana tuntutan zaman abad pertengahan. Meski demikian

dari analisis kontens,

pendekatan penulisan masih tetap

mempertahankan kaidah-kaidah

ilmiah. Bahkan,

dalam

me]1raparkan argumentasiteologisnya seringkali menggunakan

data-data yang autetik yaitu dengan rnendiskripsikan aneka

156

agama kepercayaan yang berkembang dalam masyarakat dan menganalisis sumber-sumnbernya.

Hilman latif dalam studinya menyebutkan

bahwa

karakteristik karya-kar)'a Muslim awal pada Abad Pertengahan

(medieval Muslim literature) dalam mendeskripsikan mempersepsikan agama-agama

di luar Islam setidaknya

dan

dapat

dibagi kedalam tiga tipe: Pertama, catatan yang bersifat geograf,rs

dan ensiklopedis, yang sebagian diantaranya ditulis berdasarkan pengalaman pribadi sang penulrs (e,,-e-witness accounl); kedua,

risalah yang bersifat polemis-teologis; dan ketiga, karya yang bersifat heresiografis dan studi agama-agama secara khusus.

Penting kiranya untuk dicatat bahwa tidaklah begitu tepat mengatakan

-bahwa karya-karya Muslim-khususnya

abad

pertengahan-bebas dari analisis polemrs-apologetis, dan tidak

benar pula bahwa karya-karya tersebut ditulis tanpa satu latar belakang atau persepsi dasar Muslim terhadap agama-agama lain.

Karya-karya yang ditulis sarjana Muslim abad ke-10 dan

11

maupun orientalis Eropa sebelum abad ke-18, memang sangat kental, meskipun tidak semua, dengan warnil polemis-apologetis. Namun demikian, dilihat dari konteks perkembangan literatur

Muslim tentang agama-agama dan heresio-erafi yang

beredar

sebelum masa Ibn Hazm, dan al-Syahrastdni, maka spektrum

757

pendekatan dan corak kajian yang dilakukan oleh mereka boleh

jadi memiliki titik singgung

den-uan karya-karya yang ditulis

sarjana dan teolog Muslin-r sebelumnya. para tokoh tersebut, boleh

dikata, hidup pada periode "transisi,,

di

mana judgmenr yang

bersifat teologis berpadu dengan prinsip akademis untuk mencari

bukti-bukti yang lebih 'sophisticated, pada masa itu.

158

BAB V

KESIMPULAN

Melalui Analisis historis dengan melibatkan analisis kritis (critical- analys is) yang teiah diaplikasikan ketika mengungkapkan berbagai fakta sejarah, terutama yang berkaitan dengan penegasan,

perbandingan dan penafsiran. Dalam penelitian

ini

ditemukan

bahwa pandangan-pandangan yang dikemukakan oleh para objek

penelitian dipengaruhi dan tidak terlepas dari kondisi sosial-politik yang berkembang pada saat itu.

Dari kajian ini ditemukan bahwa karakterisrik metodologi

studi

agama-agama

pada abad perrengahan paling tidak

menggunakan tiga pendekatan yaitu teologis-kritis, historis kritis

dan fenomenologis. Apabila dilihat dari aspek argumentasi yang dibangunnya cenderung menggunakan pendekatan teologis-kritis.

terlihat sekali tatkala memembangun argumentasi baik ketika memberikan penjelasan terhadap

Pendekatan teologis,

penyimpangan dari berbagai keyakinan keagamaan yang ada saat

itu.

Pendekataan historis

kritis dan fenomenologis nampak sekali

pada deskipsi dan analisisnya terhadap berbagai fenomena agama dan keyakinan yang ada.

l -59

160

DAFTAR PUSTAKA Abdullah (ed.), Taufik sejarah dan Masyarakcu. Jakarta; pustaka Firdaus, l98j), Abduh, Muhammad Islam; Ilmu pengetahuan dan Masyarakat Madani, Jakarta: Raja Grafin do, 2004

Ali,Mukti.

IImu

Perbandingan Agarna

I ndo nes ia,Yo gyakarta,IAlN

S

di

unan Kal ij aga press, I 9 g g.

-----------,Dialog Antar Agama, yogyakarta, yayasan Nida, 1970 , "Penelitian Agama di lndonesia,, dalam Mulyanto

Sumardi (ed), Penelitian Agama, Masalah

dan emikiran, Jakarta: Sinar Hara pan, l99Z , Agama dan pembangLtnan di Indonesia, Bagtan I. (Jakarta: Departemen Agama Rl., 1972 P

Al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim, Hidayatul Hiyar, Tahqiq: Ridwan Jami'Ridwan, Kairo, Mesir, Maktabah Nizarumustafal bam,2004. Al-Syahrastani,Muhammad Abd al Karim, At_Mital wal_ Nilrul,Burut, Lebanon,Darul Kutub al_Ihriyah,Tanpa Tahun.

Assayuthi, Khalid Abdul Halim Abdunahim, Al-Jadal Addini Baina Muslimin wa Ahrit Kitab bil Andatus (rbnLr Haznt dan Hazraji) ,Kairo, Mesir,Daru euba,, 2001 Ahyadi, A. Aziz. Psikotogi Agann, (BandLrng: Marriana, i9g1), h. .

9. dan Zakiah Daradjat, Ilmtt Jiv;a (J

akarta:Bulan Bintan-s,197

9

Agama,

.

Andito, Atas Nama Agama: Wacana Agatna dalcLm Dialog "Bebas" Konflik, Bandung: pusraka Hidavah. 199g

t61

162

Anshari, Endang Syaefuddin llmu, Filsafat dan Agama, Bandung: Mizan, 1989

Ali,

Abdullah Agama dalam llnru Perbandingan Aganta, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007

Bakar, Osma Tawhid and Science; Islamic Perspective on Religiott and Science, MalaYsia: SDN BHR, 2008

Bakhtiar, Amtsal Fikafat llmu lakarta: Raja Grafindo Persada, 2004

Connoly, Peter "Psyclnlogical Approaclus". dalam Approaches to the study of Religiort, terj. Aneka Pendekatan Studi Agama, Peter Connoly (ed.), Yogyakarta: LKiS, 1999 Daya, Burhanuddrn IImu Perbandingan Agama di Indonesia dan Belanda Jakarta: INIS, 1992

Daradjat, Zakiah dkk., PerbanCingan Agamct, Jakarta: Bumi Aksara, 1996

Djam'annui, Studi Agama-agama; Sejarah daru Pemikirarutl'a Yogyakarta: Pustaka Rihlah, 2003

Davamony, Mariasusai Fenornenologi Agatna, (Yogyakarta: Kanisius, 2001

Dadang Rahmad, L4etode Penelitian Agama;Prespektif Ilmu

Perbandingan Agama,

Bandung:Remaja

Rosdakarya,2000

Djamari, Agama dalam Perspektif SosioLogi, Bandung: Alfabeta, 1993

Ghazali,Imam, Arrdujamil li ilahiyatil isa disarihil iniil,Kato, Mesir, Darul Hidayah, 1986 Ghazab, Adeng Muchtar llmu Perbandingan Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2000

163

Hazm, Ali Ibnu, Al-Fasl Fi al-Milal wa-Ahwa wal-Nihal,Tahqiq; Yusuf Biqa'I, Beirut, Lebanon, Daru Ihyu Turasl Arabi,2002

& Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2072

Hakim, Atang Abdul

Jirhanuddin, Perbandingan Agama (Pengantar Studi Memahami ag ama- ag ama), Y ogyakarta: Pustaka Pelajar, 20 1 0

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, edisi kedua, Yogyakarta:Tiara Wacana,2004

Kuntowijoyo,Paradigrna Islam Interpretasi untuk Afui, Bandung:

Mizan,l99l Manaf, Mudjahid Abdul, Ilmu Perbandingan Agama, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994

Mudzhar,

M. Atho Pendekatan Studi Islam Dalam Teori Dan Praktek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998

Muchtarom, Zatm ,Ilrnu Perbandingan Agama 'B

eb erap

a

P ermas

cli

Indonesia

alahan' J akarta, INIS, 1 990

Majallah Kulliyatut Dakwah Al-Islamiyal2, Edisi 15, Tripoli,Libl,a 1998.

Nasution, Harun Islatn ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid III, (Jakarta: Universitas Indonesia, i 985

Nata, H.Abuddin. Metodologi stLtdy Islam

jakarta,Raja

Grafindo,2008. Nasr, Seyyed Hossein Tiga Mazhab (Jtann Filsafat Islann, Jakarta: Raja Grafin do,2004

Taymiyyah, Ibnu, Al-Jawab As-Shahih Liman Baddala Dirutl Masih, Kairo, Mesir, Darui Haitsamar, 2003.

r64 Ronrdon, Metodologt llmu Perbandingan Aganta, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996

Syukur, Asywadie, A-Mital Wa AL-llihal (Aliran-alirai; Teologi Dalam sejarah Urnat Manusia), Surabaya Pt'Bina Ilmu.2003.

Lh on

of Islam' diterjemahkan oleh Saifullah Mahyuddin, Tentang Sosiologi Islatn

Syari'ati,

The Sociolog)'

,Yogyakarta: Ananda, 1982.

S., Joseftr Sosiologi Sebuah Pengencrlan, terj. Sahat Sinlanlora. (Jakarta: Bina Aksara, 1984),

Yunus, Ilyas Ba- dan Farid Ahmad, Sosiologr Islartt: Sebuah Pendekatan, terj. Hamid Ba-Syaib. Barldung: Mizan, 1996 Soedervo,

Ilnut PengetahtLtut dan Agctnto, (Jakarta: Dlrrul Klituhii

Islamiyah. 2007

Wach Joachirn. llnru Perbandingcut Ag,aml, Jakarta. CV Ra-ia$

r.1i.

1984

http:iiicl.wikipedia.org/wiki/A1-Ghazali. diakses pada l.\ .{{ttstus 2014

http://id.wikipedia.rorg/wikiilbnu_Taimiyah, diakscslS AsLi:tus

20t4 http://icl.wikipedia.org/wikiilbnu Qavyim AI-Jauziv-,*ah.'-lrrtkses 18 Agustus 2014 http //amin abd. wordpres :

s.

com/2 0 I

I I0 I I 14I

urgens

antro po togi - untuk-studi-agama-dan- studi-

is

i - pe n d e k rt t an -

Iarr

http://ejournal. articel/ v ierv Ilte/5

38

I

I

Related Documents

Agama
January 2021 2
Nilai Agama
March 2021 0
Agama Khonghucu
January 2021 0
Agama Alkitabrevisi09
February 2021 0

More Documents from "Felyx Biondy Wijanarko"