Loading documents preview...
Sanksi Pelanggaran
P
asal
72
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barang slopa dengan sengaia dan tanpo hak melokttkan perbuatan sebagaimana dimqksud dalam Pasal 2 oyat (1) atatt Pasal 49 oyat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana pettjaro masirtg'rnosing
dan / atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu iuta), otau pidana penjaro pallng lamo 7 (Tujuh) tahun dan / atau denda paling banyok Rp,5,000,000.000,00 (lima milyar rupiah).
poting singkat
1 (satu) bulan
Z, Barang siapa dengan sengaia menyiorkan, ,
mengedarkan
memamerkan,
otou menjuol kepado umum suatu Ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipto atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengon pidano penjara paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling iah). bonvak Rp. 500.0 0 0. 00 0,0 0 (lim o ratus pada @ Hak cipta Pengarang Dilarang mengutip sebagian atau memperbanyak sebagian atau seluruh rsi buku ini dengan cara apapun tanpa seizin penerbit, kecuali untuk kepentingan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
.ludul
:
Buku
:
Penulis
KAMKTERISTIK STUDI AGATUA-AGAN'IA Ghazali, lbnu Tayuiyah dan ibnu Qay'f
Shonhaji, dkk
: 201'4 Desain Cover : Permatanet : Permatanet Layout oleh
Cetakan Pertama
Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) lAlN Raden lntan Lampung Jl. Letkol H. Endro Suratmin Kampus Sukarame Telp. (0721) 780887 Bandar Lampung 35131
ISBN
PADA
ABAD PERTENGAHAN (Studi Perbandingan Naskah lbnu Hazm, Imam Syahrastani, Imam
: 978-602-1067-07-9
ll
inli
ABSTRAK
Kajian agama-agama pada Pra dan Pasca ribaci Pertengahan di dunia Barat maupun di dunia Timur yang menunjukkan kemajuan yang cukup pesat menarik untuk diungkap bagaimanakah karakteristik karya-karya ilmiah yang
telah mereka tulis, oleh karena itu penelitian ini hanya akan difokuskan pada karakteristik studi agama-agama pada abaad pertengahan dan kajiannya akan dibatasi pada lima karya studi agama yang dilakukan oleh para ulama besar di dunia timur.
I
I
I
iii
iv
SATTBUTAN I(tr',TUA LEDIBAGA PENELITIAN IDAN PDNGABIITAN I(BPADA DIASYAITAI(AT rATIT NAIDEIT TNTA]T LAITPUNG Assalamu' aloikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, kegiatan penelitian di lingkungan IAIN Raden Intan Lampung Tahun 2014, yang dilaksanakan di bawah koordinasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat IAIN Raden Intan Lampung dapat terlaksana dengan baik. pelaksanaan kegiatan penelitian ini dibiayai berdasarkan Daftar Isian pelaksanaan Anggaran IDIPA) IAIN Raden Intan Lampung Tahun 2014. Kami menyambut baik hasil penelitian kelompok yang dilaksanakan oleh Shonhaji, dkk dengan judul KARAKTERISTIK STUDI AGAMA-AGAMA PADA ABAD PERTENGAHAN (Studi
Perbandingan Naskah lbnu Hazm, Imam Syahrastani, Imam Ghazali, Ibnu Tayrniyah dan Ibnu eayyim) yang dilakukan
berdasarkan SK Rektor Nomor 171.b Tahun 201,4 tanggal B Mei 2014 Tentang Penetapan fudul Penelitian, Nama peneliti, pada penelitian Kelompok Dosen IAIN Raden Intan LampungTahun 2014. Kami berharap, semoga hasil penelitian ini dapat meningkatkan mutu hasil penelitian, menambah khazanah ilmu keislaman, dan berguna serta bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan yang berbasis irnan, ilmu, dan akhlak mulia, Bandar Lampung, Desember 2014 Ketua Lembaga Penelitian Dan Pengabdian
amsuri Ali, M.Ag NIP 19611125 198903 L 003
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikumWr.Wb
Alhamdulillah wa syukru lillah atas berkat rahmat dan inayah serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan pelaksanaan penelitian dan laporan hasil penelitian sesuai dengan proposal yang telah kami ajukan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Penuntun Ummat Nabi Muhammad SAW, semoga kita mampu meneladani dan menjalankan sunnah-sunnah nya. Pelaksanaan
penelitian ini sebagai sarana melestarikan
budaya ilmiah, diharapkan mampu memperkaya wawasan dan wacana ilmiah dilingkungan civitas akademika IAIN Raden Intan Lampung umumnya dan Fakultas Ushuluddin khususnya dan program studi Perbandingan Agama dimana tim peneliti berkecimpung didalamnya. Pelaksanaan penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan berbagai pihak dan khususnya Lembaga Penelitian IAIN Raden Intan Lampung. kami berharap, laporan penelitian ini dapat memberikan sumbangan keilmuan dan berguna bagi dunia keilmuan pada umumnya. dan pada akhirnya semoga hasil penelitian ini dapat jadi amal ibadah kami, memperkaya keilmuan Islam khususnya dibidang Perbandingan Agama dan bermanfaat bagi masyarakat umum. Wassal amu
alaikum Wr.Wb Bandar Lampung, Oktober 2014 Tim Peneliti
\1
BAB II. LANDASAN TEORI A. Definisi Studi Agama-agarna
B.
............ .....13 Studi Agama-agama dalam Islam .........26 Barat dan Studi Agama-agama ................................ 3 g Metodologi Studi Agama-agama ........... .................52
C. D. BAB III. METODE
PENELITIAN......... ......,77 A. Jenis dan Sifat Penelitian .....77 B. Sumber Data.......... ...............7g C. Alat Pengumpul Data.......... .... ..............79 D. Metode Analisis Data.......... ...................79
BAB IV. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA.............81
A. Penyajian Data...... B. Analisis Data
................g1
........ DAFTAR PUSTAKA BTODATA PENELITr................ BAB V. KESIMPULAN
vii
......146 .......1s9 ....161 ....16s
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Perbedaan pandangan antara
Timur dan Barat
dalam
melakukan studi agama-agama menjadi perhatian utama dari para
pemerhati kajian-kajian keagamaan terutama sejak
zam^n
pencerahan dimana studi agama-agama dibarat menurut Mukti
Ali
telah tumbuh dengan kategori-kategori yang telah ditentukan oleh
mereka, sekalipun ada prinsip-prinsip yang katanya mereka pegang teguh tentang netralitas dan obyektifitas, namun demikian, kita tahu bahwa agama-agama dunia adalah gerakan-gerakan yang berkembang yang berdasar pada komunitas-komunitas historis. Jadi asumsi-asumsi terakhir dari tiap agama sudah barang tentu dipengaruhi oleh komunitas-komitas historis.
I
Perbedaaan pandangan antara ahli-ahli ilmu Timur dan Barat
rupanya menurut Mukti
Ali
makin hari makin besar terutama
dalam hal metodelogi, tujuan dan jangkauan ilmu itu, terutama di
abad
ke 19 didunia Timur dibawah
pengaruh Barat dan
moderenitas, memberi reaksi terhadap Barat dalam segala
' Ali,Mukti.Z- u p erbandingan Ag ama d.i I nd.ones ia,yogyakarta,IAlN
Sunan Kalijaga Press, 1988,
h.l3
2
minoritas kecil yang dalam entuasiasmenya pada segala sesuatu yang barat menjadi "a nasioanal" rmtuk hal-hal yang praktis. Sebaliknya a,Ja ju_ea
hal.diantara mereka terdapat
minoritas yang kembali nelihat ajaran agama mereka sendiri dan tradisi-tradisi kulturalnya dengan kesadaran nasional tipe barat yang baru diperolehnya, menjadi sangat konservatif dan menolak
barat in toto. Dalam situasi
latihan
barat
ini
ahli-ahli ilmu agama Timur yang dapat
dicurigai elemen-elemen konservatif
di
Timur,
karena penekanan mereka pada "metodologi ilmiah barat" dalam
studi agama-aganru tradisional. Lebih lanjut menurut Mukti Ali Para sarjana yang dilatih
di
Barat itu "menemukan "kembali arti
agama-agama."Timur" akibatnya mereka tidak bisa diterima oleh
orang-orangyang progesif yang menolak segala sesuatu yang
tradisioanal.2 Ephoria para sarjana lulusan Barat perlu dikritisi begitupun kecurigaan para elemen-elemen konservatif
di Timur
harus didasari fakta-fakta ilmiah yang nyata tentang perkembangan
studi agama -agama pra abad ke sembilan belas terutama perkembangan pertenghahan.
'nia,
n.t6
studi
agama-agama
ditimur pada
abad
-
J
Abad Pertengahan merupakan era terakhir kekuaslan urnat Islrm
di
keemasaan
Barat. nanlun ternvata pada masa ini
banyak melahirkan tokoh-tokoh ataupun ulama-ulama studi agama-agama dengan karya-karya ilmiah nereka yang sampal sekarang
ini digunakan dan
di
manfaatkan oleh ulama-ulama dari
Timur diantara mereka adalah: Ibnu Hazm(994-1064 M), Imam Syahrastani dengan (1017-1143 M), Imam Ghazali(1058M), Ibnu
Taymiyyah dan Ibnu Qayyim. Ibnu Hazm dengan karyanya Al-Fasl
fil milal Wal Ahvvai vvan
nihal (994-1064 M) yang hidup dalam kondisi social keagaaman yang dinamis pada abad pertengahan di akhir kekuasaan kerajaan Islam di Andalusia dimana masyarkatnya dikelompokkan menjadi dua kelompok, (1) Umat dan Barbar. (2)
Islam yang merupakan keturunan Arab
Ahli Dzimmi:, yaitu Nasrani dan Komunitas Barat
yan-q berada dalam lindungan kekuaasaan kerajaan Islam di
Cordoba.3 Begitupun keempat tokoh lainnya (Imam Syahrastani dengan karyanya
Al-milal
wcut nihal(1017-1143), Ibnu Taymiyyah
dengan karyanya Aljawab asshahi, dan Ibnu Qayyim dengan karyannya hidayatul hiyar) begitupun Imam Ghazali yang selama
ini
dikenal sebagai seorang filosof, ahli tasawwuf, ahli fikih I
Mttslimin
Assayuthi, Khaiid Abdul Halim Abdurrahim, At-laclal Atldini Baina Ahlil Kirab bil Andalus,Kairo, Mesir,Daru Quba', h. 20
w,a
4
ternyata dengan karyanya dalam kitab
Arrdu Jamil li ilahfiati Isa
juga bisa dikatakan sebagai seorang Kristolog.
B.
Identifikasi dan Batasan Masalah
Kajian Pertengahan
agama-agama
di
pada Pra dan Pasca
Abad
Timur
yang
dunia Barat maupun
di
dunia
menunjukkan kemajuan yang cukup pesat menarik untuk diungkap bagaimanakah karakteristik karya-karya ilmiah yang telah mereka
tulis, oleh karena itu penelitian ini hanya akan difokuskan pada karakteristik studi agama-agama pada abaad pertengahan, oleh sebab
itu kajiannya akan dibatasi pada lima karya studi
agama
yang dilakukan oleh para ulama besar di dunia timur.
Kelima Tokoh yang akan akan menjadi fokus penelitian ini, mereka mengalami perjumpaan dengan pemikiran filsafat Yunani
dan era kebangkitan Barat, sehingga dengan perjumpaan inipun melahirkan sebuah dialektika lintas agama dan budaya yang sangat
menarik untuk
dikaji.
Oleh karena
itu
karya-karya para ulama
diatas perlu dikaji lebih mendalam dan perlu pembuktian secara
ilmiah dalam rangka mengkritisi para sarjana lulusan barat yang memandang sebelah mata karya-karya ulama-ulama dari timur dengan meneliti kembali karya-karya mereka tentang studi agamaagama
5
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka Secara iebih spesifik, penelitian
ini
akan berusaha memperoleh
penjelasan tentang:
l.Bagaiamana karakteristik Studi agama-agama pada abad pertengahan?
2,Bagaimanakah dampaknya terhadap Dialektika antar umat beragama pada abad pertengahan
?
D. Tujuan Penelitian Penelitian tentang pandangan-pandangan Kelima Tokoh dari Abad Pertengahan yang dituangkan dalam lima karya tulis
(al-Fashlfi al-Milalwa al-Ahwd' wa an-Nihal, Atmilal wan nihal, Aljawab asshahi, hidayatul hiyar, Arrdu Jamil li itahiyati Isa) rnt
bertujuan untuk mengambil pelajaran dan mengetahui dan membandingkan beragam karakteristik
studi
agama-agama,
sehingga diketahui perkembangan pemikiran studi agama-agama
yang berdampak pada berlangsunya diaiog antar agama dari pribadi-pribadi yang menonjol dalam sejarah Islam pada Abad Pertengahan
ini; dan memahami gagasan-gagasan kelima tokoh ini
tentang agama-agama, demi mencari gagasan-gagasan alternatif
5
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakan_u masalah tersebut, maka Secara iebih spesifik, penelitian
ini akan berusaha
memperoleh
penjelasan tentang:
l.Bagaiamana karakteristik Studi agama-agama pada abad pertengahan?
2.Bagaimanakah dampaknya terhadap Dialektika antar umat beragama pada abad pertengahan
?
D. Tujuan Penelitian Penelitian tentang pandangan-pandangan Kelima Tokoh dari Abad Pertengahan yang dituangkan dalam lima karya tulis (al-Fashl
fi al-Milal wa al-Ahwa'
wa an-Nihal, Almilal wan nihal,
Aljawab asshahi, hidayatul hi1,ar, Arrdu la.mil li ilahiyati Isa) rni
bertujuan untuk mengambil pelajaran dan mengetahui dan membandingkan beragam karakteristik
studi
agama-agama,
sehingga diketahui perkembangan pemikiran studi agama-agama
yang berdampak pada berlangsunya dialog antar agama dari pribadi-pribadi yang menonjol dalam sejarah Islam pada Abad Pertengahan
ini; dan memahami gagasan-gagasan kelima tokoh ini
tentang agama-agama, demi mencari gagasan-gagasan alternatif
6
tentang metode studi agama; serta menambah informasi dalam memperkaya teori ilmu perbandingan agama.
E. lrlanfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan dilihat dari aspek akademis dan aspek praktis.
Dilihat dari aspek akademis, setidaknnya penelitian
ini akan mengkaji karya-karya para tokoh dari Timur yang membahas tentang studi agama-agama dan diharapkan dapat menjadi sebuah rintisan pembahasan tentang
metodologi
perbandingan agama yang saat ini terus berkembang oleh karena
itu
tulisan-tulisan yang baru berdasarkan penelitian, baik itu
peneli tian lapan gan maupun perpustkaan perlu ditingkatkan
Sedangkan
jika dilihat dari aspek praktis,
Keadaan ilmu
khususnya ilrnu agamalslam yang terus berkembang hendaknya
didukung
oleh
tersedianya bacaan-bacaan ilmiah, selama ini
buku-buku yang tersebar sangat sedikit membahas metodologi perbandingan agama dari
tentang
Timur, hal ini disebabkan
oleh dominasi pemikiran ulama-ulama Indonesai dalam Islam lebih banyak ditekankan dalam bidang Fiqih dengan pendekatan secara norrnative dan juga kecenderungan pendekatan tasawuf
yang tentunya sangat jauh berbeda pendekatan secara ilmiah terhadap agama pada umumnya.
1
Berikutnya kendala mendasar yang dihadapi para dosen dan mahasiswa adalah persoalan bahasa asing yaitu bahasa Arab,
oleh karena itu
derr-carr nrelakukan
penelitian
ini
diharapkan
mampu memberikan sumbangsih pemikiran studi agama-agama
yang telah dilakukan oleh para tokoh dari timut
yang
pembahasannya dilakukan secara analistis.
F. Kerangka Teori dan Pikir
Kondisi social keagamaan dan sosial politik yang terus berkembang dalam fase sejarah membuat studi agama-agama
niemilik corak dan karateristik yang dinamis, oleh karena itu beragam bentuk studi agama telah dihasilkan para tokoh dalam sepanjang sejarah peradaban manusia telah rnemberikan kontribusi
teori yang cukup menarik untuk dikaji dan didalami
unruk
nenciptakan kehiduapan beragama yan dinamis. Oleh karena itu
ketika studi agama-agama berkernbang menjadi sebuah ilmu perbandingan agama, ilmu inipun memiliki beragam metode dan pendekatan dalam melakukan studi agama.
Dalam hal ini Mukti Ali mengutip pendapar Joachim Wach
yang menyatakan bahwa tidaklah terdapat satu jalan atau satu metode untuk mengajar agama, Karena pendekatannya harus disesuaikan dengan keperluan-keperluan khusus dan keadaankeadaan yang berbeda-beda, namun disini patut di sebutkan tujuh
8
prisnsip yang dapat ditempuh dalam mengajarkan ilmu perbandingan agama: l)integral, (2)kornpeten, (3) dihubungkan riengan kepentingan yang eksistensial, (zl)selektif,
(-5)seimbang.
(6)imajinatif dan (7)disesuaikan dengan tingkat-tingkat pelajaran yang beranekaragam. Begitu juga Herry
M.Buck menurut Mukti
Ali juga memberikan anjuran yang berguna yang menekankan pentingnya: (1)seletifitas.(2)mendalam dalam
konteksnya,
(3)menyeluruh, dan (4)presfektik yang seimbang.a Jauh sebelum Mukti
Ali
mengutarakan pendapatnya diatas,
Dalam rekomendasi kongres Internatiot'tal Association For tlrc history of Religion (I.A.H.R) yang diadakan pada bulan September 1950
di Jepang dengan dihadiri oleh kurang lebih 610 utusan dari
-Afrika dan 15 negeri barat, dinyatakana bahwa: Mempelajari agama hendaknya disini diartikan bukan
16 negara Asia
sebagai dogma atau pernyataan suatu mazhab atau sekte
tertentu, dan mempelajari agama disini bukanlah akan menyinggung sesuatu agama atau kepercayaan lain, tetapi agama disini hendaknya diartikan sebagai suatu factor yang esensi daripada kebudayaan yang beraneka ragam,
yang member corak tertentu kepada bermacam-macam oAli,Mukti. ILmu Perbandingan Agama di Indonesia,Yogyakarta,IAlN Sunan Kalijaga Press,1988,
h.l8
9
kebudayaan itu, menentukan cara berfikir, cara hidup dan
cara menimbulkan nilai-nilai baik bagi perseorangan nteupun bagi goiongan umat nranusia. Persamaan-persamaan
dan
perbedaan-perbedaan yang
terdapat diantara agama-agama hendaknya dengan secara jujur ditunjukkan, agar supaya orang-orang dan lembaga-lembaga yang bertanggung jawab dapat menambah kerjasama yang bermanfaat, dengan memperhatikan bentuk yang tertentu daripada background agama
dari kebudayaan yang bermacam-macam itu. .5 Teori-teori yang diutarakan diatas tentunya berdasarkan
kepada kondisi historis yang berkembang di Barat di;Ldopsi dan dikembangkan
di
dan kemudian
Indonesia dengan kemajemukan
didalamnya tentunya teori-teori diatas tidak serta-merta dapat diterima oleh umat Islam di Indonesia yang merupakan mayoritas. oleh karena itu perlu teori-teon penyeimban_e dengan mengungkap
teori-teori studi agama-agama yang pernah berkembang di timur G. Definisi Operasional Konsep Studi Agama terdiri dari dua kata stLtdi dan agama.
Studi berarti pelajaran. penyelidikan, bahan pelajaran, belajar atau mempelajari dan menyelidiki. Sehingga studi agama dapat dimak-
'Mukti h
13
Ali, Dialog Antar AganLa, Yogyakarta, Yayasan Nida,
1970,
l0 nai sebagai pengkajian, penyelidikan dan peneiitian tentang
atau
terhadap agama.
Daiam arti yang lebih luas la-ui dapat dimaknai dengan pembahasan atau perbincangan soal agama atau keagamaal. Studi
agama
ini lebih dipahami sebagai
pengkajian dan penyelidikan
atau penelitian terhadap agama atau agama-agama dengan berbagai
pendekatan keilmuan, sebagaimana telah dikembangkan dalam
ilmu agama atau ilmu perbandingan agama atau pun yang dikenal dengan istilah science of religiorts atau religionswissenschaft.6
Pengertian lain studi agama adalah sebagai suatu kajian
atau penelitian ilmiah yaitu kajian sistematis dan metodologis terhadap agama-agama yang ada sebagai kajian yang terbuka dan
netral, studi.- agama mengkaji baik dari segi asal
usul
keberadaannya sebagai suatu sistem keyakinan dan kepercayaan dalam konteks hubun-ean antar agama.
Studi Agama juga diartikan pengkajian secara ilmiah yang menyangkut masalah agama sebagai suatu sistem ilmu'7 Awal perkembangannya, agama dipelajari melalui ilmu-ilmu agama,
diawali dal History of Religion (sejarah agama), Sociology of
u
Mukti Ali, Itmu Perbandingan Agama, (Yogyakarta: IAIN
Kalijaga, 1992),h.13.
' Abdrliah
Ali, op. cit. H.28.
Sunan
11
ReLigion (sosiologi Agama), psychology
of Retigion (ilmu jiwa
Agama) dan Comparison of Religion (perbandingan Agama).
wilayah kajian caram peneiitian i,i adalah
pandangan
kelima tokoh Islam dari abad pertengaha tentang asal-asul agama serta sistem keyakinan dan kepercayaan agama yang telah mereka
kritisi dalam kitabnya masing-masing.
12
BAB II LANDASAN TEORITIS
A.
Definisi Studi Agama-agama
Tidak ada suatu masyarakat manusia yang hidup
tanpa
suatu bentuk agama, seluruh agama merupakan perpaduan kepercayaan dan sejumlah upacara yang diselenggarakan oleh masyarakat. Berdasarkan sejarahnya agama adalah masalah sosial, karena menyangkut kehidupan masyarakat yang tidak bisa terlepas
dari kajian ilmu-ilmu sosial. Oleh sebab itu, ilmu-ilmu
agama
hakikatnya merupakan rumpun bagian dari ilmu sosial, yang pada awalnya berinduk pada ilmu sosiologi. Bagaimanapun studi agama menyangkut hakikat kehidupan
nasyarakat pemeluk suatu agama, yatg apabila dipelajari akan merupakan hal yan-e sangat kompleks, karena berkaitan dengan masalah-masalah sosial dan kellakinan. Berkaitan dengan masalah
sosial, masalah agama tidak bisa terlepas dari kehidupan rnasyarakat. sedangkan masalah keyakinan berkaitan hubungan manusia dengan Tuhan yang disembah dan dipuja berdasarkan
kepercayaan agamanya. Secara sosiologis, agama yang mengandung kepercayaan dengan berbagai praktek pengamalan
ibadahnya dalam kehidupan masyarakat, merupakan masalah sosial, karena agama adalah bagian dari masyarakat. Tidak ada
i3
t4 agama tanpa masyarakat, atau dalam pandangan antropologis,
tidak ada masyarakat yang tidak beragama'
Agarna dengan ek:;istensinya telarh membuatnya berbeda dengan segala apa yang pernah ada, mernbuatnya berbeda dengan
segala yang pernah dimiliki manusia. Agarna membuat orang melakukan aktifitas yang harus bersesuaian dengan apa yang diajarkannya,
baik tuntunan itu berat ataupun ringan'
Agama
menjadikan kehidupan manusia lebih teratur dalam kehidupannya,
karena segala dorongan dan keinginannya menjadi lebih terarah. Agama menjadi pemimpin roh jiwa manusia. Ia juga berperan aktif
membimbing manusia untuk mernahami
ajaran-ajaranya.
Diibaratkan seorang manusra layaknya seorang yang berada diujung pedang, jika salah maka orang telsebut mati olehnya, tetapi agama-agama datang sebagai penyelamat' Apapun yang terjadi pada manusia, ia tidak akan bisa terlepas dari agama. Sangat
mustahil rnemisahkan kehiclupan manusia dari agama. Seperti halnya menghilangkan luka bekas operasi clari kulit manusia.l Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern telah menyudutkan kita ke
titik di
mana keserasian hidup
di
antara
sesama bergantung banyak kepada pengenalan akan keyakinan sesama manusia. Dalam kenyataannya manusia pada umumnya
t
M.,ham*ad Abduh, Islam; Ilnur Pengetahuan dan Masyarakat
Madani, (Jakarta: Raja Grafindo, 2004), h' 4'
15
mempunyai pengertian yang dangkal perihal agamanya sendiri maupun agama sesamanya. maka wajar apabila ketegangan kerap
kali timbul disebabkan oleh kesalahpahaman
yan_e
rak r.r.ienrpunyai
dasar agamawi sama sekali. Itulah sebabnya maka Ilrnu Agama merupakan suatu studi yang sallgat diperlukan dewasa ini. Namun
suatu sistem dan metode yang relevan dengan
isi
agama perlu
dikembangkan.2
Begitu sensitifnya suatu keyakinan yang dianut oleh pemeluk masing-masing agama, maka sebelum mempelajari suatu
agama, terlebih dahulu pemahaman yang luas dan mendalam tentang hakikat agama tersebut, walaupun orang n-rasih berbeda paham tentang agama itu sendiri, mana yang disebut agama dan mana yang bukan (budaya dari suku bangsa). Menurur Mukti
Ali
hal ini disebabkan "pertama, karena pengalaman agama itu adalah
soal batini dan subyektif, juga sangat individualistis, tiap
oran_q
mengartikan agama itu sesuai dengan pengalamannya sendiri, atau sesuai dengan pengalaman agama sendiri. Kedua, barangkali tidak
ada orang yang begitu bersemangat dan emosional lebih daripada
membicarakan agama. Ketiga, konsepsi tentang agarna akan
'ZuiniMuchtarom, Ilmu Perband.ingan Agama di Indonesia 'Beberapa Permasalahan' (Jakarta, INIS,l990), h. 37.
t6 dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian agama
ltu
."
Terkait deiigari perreiitiatt itri, iral yang pertama perlu diperjelas adalah mengenai pengertian "agama" dan "studi agama", upaya membedakan keduanya, serta karakteristik studi agama, baik
dalam hal orientasi maupun objek studinya. Mendefinisikan istilah
"agama" dan "studi agama" bukanlah hal yang mudah, mengingat anasir-anasir pengertian di antara kedua istilah tersebut Senantiasa
beriringan dengan perkembangan kehidupan manusia.
Pada
umumnya istilah "agama" diartikan berasal dari dua kata, yaitu
a
dan gam. a diartikan tidak, sedangkan gam diartikan kacau. sehingga berarti tidak kacau (teratur).4 Harun Nasution mengartikan a adalah tidak sedangkan gam diartikan pergi, berarti
tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun temurun.s Penjelasan
lain bahwa agama berarti taat dan balasan
(hisab) atau agama dapat dipahami sebagai suatu ikatan pelasaan
mengakui hak-hak Tuhan dengan perasaan takut dan hormat.6
t A. Mukti Ali, Agama dan Pembangunan di Indonesict' Bagian I' (Jakarta: Departemen Agama RI., 1972), h. 48. t Mudiahid Abdul Manaf, llmu Perbandingan Agama, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994), h.3. t Harun Nasution, Islam ditiniau dari Berbagai Aspeknya, Jilid III, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1985), h.5. u Abduluh Lli, Agama dalam llmu Perbandingan Agama, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007), h. 23.
t7
Zakiah Darajat mengartikan agama adalah perasaan
dan
pengamalan bani insan secara individual, yan-e menganggap bahwa
nrereka berhuburtsan dengan apa yang ciipancian-enya sebagai Tuhan.T
Emile Durkheim mengartikan, agama sebagai suatu kesatuan sistem kepercayaan dan pengalaman terhadap ia suatu kepercayaan yang sakral, kemudian kepercayaan dam pengalaman tersebut menyatu kedalam suatu komunitas moral. John R. Bennet
nengartikan agama sebagai penerimaan atas tata aturan terhadap kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi daripada kekuatan-kekuatan
yang dimiliki oleh manusia sendiri. Frans Dahler mendefinisikn agama sebagai hubungan manusia dengan sesuatu kekuatan suci
yang lebih tinggi daripada manusia itu sendiri, sehingga ta berusaha mendekatinya
dan memiliki rasa
ketergantungan
kepadanya. Karl Mark berpendapat bahwa agama adalah keluh
kesah dari makhluk yang tertekan hati dari dunia yang tidak
jiwa dari keadaan yang tidak berjiwa bahkan menurut pendapatnya pula bahwa agama dijadikan sebagai candu berhati,
masyarakat. Para Ulama Isiam mendefinisikan agaffra adalah sebagai undang-undang kebutuhan manusia dari Tuhannya yang
' Ibid.
18
mendorong mereka untuk berusaha agar tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.8 Pendapatyangmenarikjuga
pada yang suci (sacred) wilayah transempiris dan
berbagai
perilaku yang dimaksudkan untuk mempengamhi relasi seseorang dengan wilayah transempiris itu. Barangkali istilah yang paling tepat untuk menyebut prilaku tersebut adalah spiritualitas. Maka
agama dapat bersifat komunal atau individual. satu-satunya elemen yang benar-benar penting dalam agama adalah keyakinan pada wilayah yang slci(the sacred), transenden atau transemplns.
jika hal itu ada maka kita beragama, jika tidak
ada. kita tidak
beragama.e
Berdasarkan pengertian tersebut, pada prinsipnl'a konsep
agama bertitik tolak pada dasar yang sama' yakni adanya pengakuan dari manusia terhadap kekuasaan yang berada
dirinya, yang disebut Tuhan. Pengakuan tersebut
di luar
mendorong
manusia untuk melakukan hubungan spiritual dengan zat Tuhan
yang diyakininya, dengan pengertian bahwa sepanjang aktivitas 8 Dikutip oleh Ali Anwar Yusui Studi Agama Islara, (Bandung: pustaka Setia, 2003), h. 17-19. Juga baca H. M. Rasyidi, Empat Kulialt Agarna Bintang, 1984), h'49' Islam patla - e Perguruan Tittggi, (Jakarta: Bulan Studi Agamn, (Yogyakarta: LKIS, Peter Connolly, Aneka Pendekatan 1999), h. 10.
t9 masyarakat mengandung unsur kepercayaan terhadap kekuasaan
zat yang Maha suci yan-e disebut Tuhan, sudah dapat dikatakan bahwa itu adalah agama. Akan tetapi a_earrra ticlak cukup berhenti
sampai pada batas keyakinan semata. Konsekuensi dari adanya keyakinan, pengakuan dan hubungan dengan Tuhan, melahirkan berbagai bentuk pengabdian dan persembahan. Wujud pengabdian dalam agama itulah yang dikenal sebagai ibadah, yang merupakan aspek ritual yang sakral.
Menurut Endang Saefudddin Anshari setidaknya ada tiga aspek pokok yang terkandung dalam suatu agama; Pertama, agama
adalah sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) terhadap adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia. Kedua, agama adalah
juga suatu sistem ritual (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak. Ketiga, disarnping merupakan suatu sistem
credo dan sistem ritual, maka agama juga adalah suatu sistem
norrna (tata kaidah)yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatannya.l0
Oleh karena itu dapat dikatakan juga bahwa eksisrensi
agama
selain sebagai sistem kepercayaan yang mengharuskan adanya kebenaran, to
juga sebagai tindakan praktis terhadap
aplikasi
Endang Syaefuddin Anshari, Itmu, Filsafat dan Agama, (Bandung:
Mizan, 1989), h. 120.
20
kepercayaan
(iman) yang telah diakui
Sehubungannya dengan hal
ini
kebenaraanya'
Ibnu Sina memiliki dua
aspek
nrissi. yaitu missi teoritr: dan praktrs. Mi.s.sr teonrrs-treriungsi mengarahkan
jiwa manusia menuju kebahagiaan abadi dengan
mengajarkan ajaran dasar keimanan terhadap eksistensi Tuhan,
realitas wahyu, dan kenabian serta kehidupan sesudah mati. Adapun missi prahis mengajarkan aspek-4spek praktis agama sebagai tindakan ritual untuk dilaksanakan oleh seseorang yang
beriman.ll Agama adalah sesuatu yang tidak dapat berubah, bersifat abadi. dan diberikan sekali untuk selamanya. Agama adalah wahyu
yang diturunkan Tuhan kepada manusia. Fungsi dasar
agama
adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia
untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang sakral- Lewat pengalaman beragama (religion experience) yang penghayatan
kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki
kesanggupan,
kemampuan dan kepekaan rasa untuk mengenal dan memahami eksistensi sang Ilahi, kesemuanya
ini dikaji oleh ilmu studi agama.
Perkembangan dalam bidang studi agama sekitar antara
rahun 1859 hingga tahun 1869 yang ditandai dengan terbitnya buku Darwin "the origin of species ". Setelah tahun 1869 muncul rr
Seyyed Hossein Nasr, Tiga Mazhab Lltama Filsafat Islam' (Jakarta" Raja Grafindo, 2004), h.4.
2t
istilah "Perbandingan Agama"(comparative relegion), padanan kata bagi istilah "Studi Agama', (the science
sebagai
of religion).
Akan tetapi sebagai sebuah disiplin ilmu, studi
a_qama mulai
mendapat perhatian yang luas dan sungguh-sungguh
dirintis sejak
tahun 1960-an dan 1970-an, tapi munculnya tidak secara tiba-tiba pada kurun waktu tersebut, sebab kemunculannya telah didahului
menurut proses yang telah berlangsung berabad-abad, proses ini
dapat dianggap sebagai kejadian terdahulu Ilmu perbandingan Agama, yang ber-aneka ragam." R"ligio.rswissenschaft atau ilmu
agama sejak kemunculannya sebagai suatu disiplin keilmuan setahap demi setahap memperkuat dan memperluas statusnya sebagai "pengetahuan ilmiah
"
atau "ilmu,, sejak awal rnula
kemunculannya, disipiin keilmuan
ini
berbeda dengan teorogi.
Obyek kajian ilmu agama adalah semua agama, baik agama-agama
masa lalu, maupun agama-agama masa sekarang. Sedangkan teologi sebenarnya hanya mengkaji satu agama tertentu saja, yaitu agama yang diyakini kebenarannya. Jika teologi mengkaji aganTa
lain, itupun dengan menggunakan norrna agama yang diyakini
t'Djam'annuri,
Studi Agarna-agama; (Yogyakarta: Pustaka Rihlah, 2003), h.l
Sejarah dan Penikirannl,a
22
kebenarannya sebagai tolak ukur dalam mengkaji agama-agama lain.l3
Agama merupakan suntber aspirast ulanusia yeng paling dalam, karena ia memiliki perangkat pengetahuan, kepercayaan,
nilai-nilai moral, dan norma-nofina sebagai sumber
tatanan
masyarakat yang dapat menumbuhkan ketentraman bagi individu
serta membuat manusia menjadi beradab. Sebagai sistem ilmu pengkajian agarna tidak bisa terlepas dari ilmu pengetahuan lain, khususnya ilmu sosial seperti ilmu sosiologi, psikologi, Arkeologi,
Filologi dan Antropologi. Secara struktur keilmuan, studi sebagai bagian
agama
dari ilmu agama. Menurut latar belakang
tumbuhnya, termasuk dalam kelompok ilmu sosial, karena agama yang telah berada ditengah kehidupan manusia msllr.pakan aspek
yang tidak bisa dipisahkan dari pribadi dan masyarakat. Oleh karenanya Studi Agama juga berarti mempelajari hubungan agama
dengan struktur sosial dan pengaruh struktur sosial
atas
kepercayaan dan amalan-amala-n keagamuur.''
Dalam pandangan saintis, agama dan ilmu pengetahuan mempunyai perbedaan. Bidang kajian agama adalah metafisik, sedangkan bidang kajian sains
/ ilmu pengetahuan adalah alam
rr Burhanuddin Daya, ILmu Perbartdingan Agama di Indonesia dan Belanda (Jakarta: INIS, 1992), h.24 'o
tbid.,h. zo.
23
empiris. Sumber agama dari tuhan, sedangkan ilmu pengetahuan dari alam. Dari segi tujuan.
umat manusla
a_sar
a_qama
berfungsi seba_uai pembimbing
hidup tenang dan bahagia didunia dan di
akhirat. Adapun sains / ilmu pengetahuan berfungsi sebagai sarana mempermudah aktifitas manusia
di dunia. Kebahagiaan di dunia,
menurut agama adalah persyaratan untuk mencapai kebahagaian di akhirat.
Menurut Amtsal Bakhtiar agama
cenderung
mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan,
eksklusif dan subjektif. Sementara ilmu pengetahuan selalu mencari yang baru, tidak terikat dengan etika, progesif, bersifat
inklusif, dan objektif. Meskipun keduanya memiliki perbedaan, juga memiliki kesamaan, yaitu bertujuan memberi ketenangan. Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati, Sedangkan ilmu memberi ketenangan dan
sekaligus kemudahan bagi kehidupan
di
dunia.l5 Misalnya,
Tsunami dalam Konteks agama adalah cobaan Tuhan dan sekaligus rancangan-Nya tentang alam secara keseluruhan. Oleh
itu, manusia harus bersabar atas cobaan tersebut dan mencari hikmah yang terkandung dibalik Tsunami. Adapun menurut ilmu pengetahuan, Tsunami terjadi akibat pergeseran karena
''
Amt.ul Bakhtiar, Filsafat llmu (Jakarra: Raja Grafindo persada,
2004),h.231.
24 lempengan bumi, oleh karena itu para ilmuwan harus mencari ilmu pengetahuan untuk mendeteksi kapan tsunami akan terjadi dan bahkan kalau perlu mencari cara mengataslnya'
Karekteristik agama dan ilmu pengetahuan tidak selalu harus dilihat dalam konteks yang berseberangan, tetapi juga perlu
dipikirkan bagaimana keduanya bersinergi dalam membantu kehidupan manusia yang lebih layak. Osman Bakar mengatakan
bahwa epistemology, metafisika, teologi dan psikologi memiliki peran penting dalam mengembangkan intelektual untuk merumuskan berbagai hubungan konseptual agama dan ilmu pengetahuan.l6 Peran utamanya adalah memberikan rumusanrumusan konseptual kepada para ilmuan secara rasional yang bisa dibenarkan dengan ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan
untuk digunakan sebagai premis-premis dari berbagai jenis sains' Misalnya kosmoiogi, dengan adanya kosmologi dapat membantu meringankan dan mengkonseptualkan dasar-dasar ilmu pengetahuan seperti fisika dan biologi.
Para ahli filsafat dan ilmuan muslim berkeyakinan bahwa
dalam tindakan berpikir dan mengetahui, akal manusia mendapatkan pencerahan dari Tuhan Yang Maha mengetahui sesuatu yang belum diketahui dan akan diketahui dengan lantaran Bakar, Tawhid and Science; Islamic Perspective on Religiott and Science, (Malaysia: SDN BHR. 2008), h. 60. 'u
Ot.u
25
modei dan metode bagaimana memperolehnya. Agama dan ilmu pengetahuan memang berbeda metode yan-s digunakan, karena masing-masing berbecia fun-esinya. Dalam iln-ru pengetahuan kita
berusaha menemukan makna pengalarnan secara lahiriyah, sedangkan dalam agama lebih menekankan pengalaman yang
bersifat ruhaniah sehingga menumbuhkan kesadaran
dan
pengertian keagamaan yang mendalam. Dalam beberapa hal, ini
mungkin dapat dideskripsikan oleh ilmu pengetahuan kita, tetapi tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan rumus-rumus ilmu pasti.
Agama adalah sesuatu yang tidak dapat berubah, bersifat abadi, dan diberikan sekali untuk selamanya sedangkan ilmu pengetahuan
sebaliknya.'' Sekulipun demikian, ada satu hal yang sudah jelas, bahwa kehidupan jasmani dan rohani tetap dikuasai oleh satu tata aturan hukum yang universal, baik menurut agama maupun ilmu
pengetahuan,
yaitu Allah. Keduanya
salin_q melengkapi dan
membantu manusia dalam bidangnya ntasing-masing dengan caranya sendiri.
Fungsi agama dan ilmu pengetahuan dapat dikiaskan seperti hubungan mata dan mikroskop. Mikroskop telah membantu
indera mata kita yang terbatas, sehingga dapat melihat bakteri-
bakteri yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata telanjang. 17
Burhanuddin Daya, Op. Cir., h. 14.
26
Demikian pula benda langit yang sangat kecil dilihat dengan mata telanjang, ini bisa dibantu dengan teleskop karena terlalu jauh.
Demikialt halnya dengan wahyu Ilahi, telah urembantu akal untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang diamati oleh indera.t8
Di dalam doktrin
agama, terdapat beberapa landasan yang
menunjukan, bahwa di samping ada kebenaran yang muthlak yang Iangsung dari Aliah swt. diakui pula eksistensi kebenaran relatif
yang merupakan hasil usaha pencapaian budaya manusia, seperti:
kebenaran spekulatif filsafat
dan kebenaran positif
pengetahuan serta kebenaran pengetahuan biasa kehidupan sehari-hari.
B.
di
ilmu
dalam
1e
Studi Agama-agama dalam Islam Kajian- keagamaan dalam berbagai perspektifnya akhir--
akhir ini terasa cukup mewarnai perkembangan dunia ilmu pengetahuan
dan memiliki
perkembangan
yang pesat secara
metodologis, Fenomena ini cukup terasa oleh semaraknya berbagai
forum diskusi keagamaan yarlg diselenggarakan oleh kaum intelektual, terutama di Indonesia. Mukti Ali, sebagai perintis Ilmu Perbandingan Agama
di
lndonesia. dalam sebuah tulisannya
mengatakan bahwa kecenderungan tersebut menggejala diSoedewo, Ilmu Pengeruhuan dan Agama' (Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2007), h. 61. t'Endang Saefuddin Anshari, Op. Cit',h' 141 ' 18
21
karenakan oleh runtuhnya anggapan bahwa studi tentang agama sebagai suatu yang tidak ilmiah. A-qama, menurut pandangan yang
berkembang akhir-akhii-
ini. di
samping mengandung doktrin--
doktrin keyakinan, juga berisi hal-hal yang bisa dikaji dan didekati secara ilmiah.2o Bahkan menurut
Mukti AIi, bila dikaji
secara
historis, peletak dasar ilmu studi agama-agama justru dari kalangan
Islam, yakni Ali ibn Hazm al-Andalusi (994-1064) yang terkenal dengan kitabnya Al-Fashl Fi
Al-Milal
Wa
Al-Ahwa' Wa An-Niha[
atau Muhammad Abd al-Karim al-Syahrastani (1071-1153) dengan
kitabnya Al-Milal wa al-Nihal, tokoh-tokoh yang dipandang sebagai peletak dasar ilmu studi agam a-agamadi dunia Islam.2l
Tantangan yang dihadapi setiap agama sekarang ini termasuk juga Islam sekurang-kurangnya ada tiga. Pertama,
dalam menghadapi persoalan kontemporer yang
ditandai
disorientasi niiai dan degradasi moralitas, agama ditantang untuk
tampil sebagai suara moral yang otentik. Kedua, agama harus menghadapi kecenderungan pluralisme, mengolahnya dalam kerangka "teologi" baru dan mewujudkannya dalam aksi-aksi
2o
A. Mukti Ali, "Penelitian Agama di Indonesia" dalam
Mulyanto
Sumardi (ed), Penelitian Agama, Masalah dan Pemikiran, (Jakarta: Sinar Harapan, 1992).h.20.
2t A. Mukti Al;., Itmu Perbandingan Agamn di lndonesict, dalam Burhanuddin Daya dan Djam'annuri (ed.), Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia (Beberapa Pentnsalahan), (Iakarta; INIS, 1990), h.
-5.
28
kerjasama plural. Ketiga, agama
tampil sebagai
pelopor
perlawanan terhadap segala bentuk penindasan dan ketidaka,iiiar=r.22 Ketiga taiitangan ini menjadi lebih sulit dijawab karena; pertanna, kemelut dalam masing-masing tubuh agama
seringkali muncul kepermukaan. Sikap agresif yang berlebihan terhadap pemeluk agama lain sering kali merupakan ungkapan
yang tidak disadari akibat ketegangan dalam tubuh agama itu
sendiri. Kedua, paham tentang kemutlakan Tuhan juga memudahkan orang untuk mengidentiflkasi kemutlakan itu dengan
kemutlakan agamanya. Ketiga, Keyakinan bahwa segala tindakan
atau perbuatan baik akan dibalas Tuhan dengan pahala, menyebabkan kekerasan terhadap pemeluk agama lain justru dianggap sebagai bagian dari keutamaan moral-suatu ironi bukan
saja kontradiktif, melainkan juga berbahaya, baik bagi pemeluk agama lain maupun agamanya sendiri, sebab agama yang terus
menerus tampil bertentangan dengan nurani kemanusiaan akan
kehilangan kredibilitasnya. Keempat, dengan meningkatnya pemerhati agama dalam konstelasi peradaban
kini,
agamapun
menjadi rawan ditunggangi kepentingan politik, ekonomi dan
kultur kelompok-kelompok tertentu ataupun pribadi. Jika inr terjadi, agama yang pada awalnya diharapkan menjadi terapi bagi Andito, Atas Nama Agama: Waca.na Agama dalam Dialog "Bebas" Konflik, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1998), h.29-30.
"
29
kemelut modernitas, justru akan semakin dirasa seba_eai penyakit berbahaya.23
Pernyataan
yang telah diungkap
meng-earnbarkan agania berada dalam posisi yang sulit:
diatas
di satu sisi,
agama diharapkan menjadi problem solver terhadap sesuaru yang
diakibatkan oleh modernitas, sedangkan disisi lain, konflik antar agama, bahkan intra-agama, belum berhasil diselesaikan. oleh karenanya, kita perlu mempelaj ari tipologi keberagamaan.
Menurut Komaruddin Hidayat yang dikutip oleh Atang
Abdul Hakim, ada lima tipologi sikap
keberagamaan;
el<sklusivisme, inklusivisme, pruralisme, eklektivisme, dan universalisme. Kelimanya masing-masing, tidak terlepas atau terputus dari yang lain, dan tidak pula bersifat pernanen, tetapi lebih dekat dikatakan sebagai sebuah kecenderun gan.24 Eksklusivisme melahirkan pandangan bahwa ajaran yang paling benar hanyalah agama yang dipeluknya. Agama lain sesat dan wajib dikikis, atau pemeruknya dikonversi, sebab baik agama
maupun pemeluknya dinilai terkutuk dalam pandangan fuhan. Inklusivisme berpandangan bahwa diluar agama yang diperuknya,
juga terdapat kebenaran meskipun tidak seutuh dan sesempurna pluralisme agama yang dianutnyaberpandangan bahwa
secara
23
tbtd.,h.32.
'o Aturg Abdul Hakim &
Jaih Mubarok, Metodologi Studi IsLam,
(Bandung: Remaja Rosda Karya,2Ol2), h. 6
I
30
teologis, pluralitas agama dipandang, sebagai suatu reaiitas niscaya
yang masing-masing berdiri sejajar sehingga semangat misionaris atau dakwah dianggap "tidak relevan". Eklektit'isrtte adalah sikap
keberagamaan yang berusaha memilih
dan
nlempertetllukatl
berbagai segi ajaran agama yang dipandang baik dan cocok untuk
dirinya sehingga format akhir dari sebuah agama menjadi sellacam
mozaik yang bersifat eklekti. Universalisme betanggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama. Hanya faktor historis-antropologis, agama tampil dalama format plural' Ummat
Islam Indonesia nampaknya masih didominasi
pandangau
ekskhtsivistne.Hal ini disatu sisi dipandang wajar, karena warisan historis tentang persentuhan Islam-Kristen, oleh karena itu kita
perlu mempertimbangkan format-format lain sebagai altematlf wajah keberagamaan Islam di Indonesia.
Berkenaan dengan studi agama dalam Islam' islam mengajarkan sikap terbuka menerima perbedaan keyakinan dan kepercayaan yang dianut orang
lain,
seorang muslim harus
memiliki wawasan berpikir yang luas untuk menatap hikmah perbedaan keyakinan dan kepercayaan dikalangan manusia. Meskipun secara intern, sesuai kriteria Ilmu Perbandingan Agama, diperlukan ketahanan mental dan keteguhan pendirian bagi setiap
muslim, agar tidak tergelincir iman, karena mengetahui
3t kemungkinan kelebihan yang
dimiliki
agama
lain. Maka
sikap
yang seharusnya ditunjukkan seorang muslim terhadap agama lain
adalah; pertanta, seorang muslirn harus menghargai dan menghormati kepercayaan yang dianut oleh agama lain, meskipun
k jelas kepercayaan itu pasti berbeda dengan kepercayaan yang diajarkan oleh Islam. Menghormati dan menghargai, bukan berarti menerima kebenaran yang dianut berdasarkan kepercayaan agama
lain, tetapi bersikap sabar untuk menerima perbedaan antara Islam dengan agama lain, serta membiarkan kenyataan berbeda itu selama tidak saling mengganggu. Menghormati dan menghargai
juga bukan berarti seorang muslim harus mengikuti kegiatankegiatan upacara agama lain, apalagi larut di dalarn agama lain itu
tanpa menyadan identitas dirinya sebagai muslim. Menghormati dan menghargai, memiliki arti bahwa seorang muslim harus bisa bergaul dengan orang lain yang berbeda agama secara baik, dalam
batas-batas kehidupan sosial kemasyarakatan seperti gotong royong sesama warga. Akan tetapi dalam hal-hal lain yang bersifat
ritual, yakni jenis peribadatan yang secara sakral ditetapkan sebagai upacara ibadah keagamaan, semacam menyalakan
lilin
dan
nyanyian gereja(Kristen), sesajen untuk persembahan para dewa dan penghormatan terhadap arwah (Hindu), atau kegiatan meditasi I
dengan cara samadhi (Budha), seorang muslim cukup
32
menghormati dan menghargai upacara ibadah ritual tersebut, dengan cara membiarkan kegiatan mereka sesuai kepercayaan
yang diyakininya, sepeni pernyataan al-Qur'an:
"bagitntr
ctgatnamu dan bagiku agctmaku" (QS. Al-Kafirun;6).
Kedua, sikap muslim terhadap agama lain hendaknya tidak bermaksud memaksakan kehendak ajaran Islam terhadap mereka,
meskipun seorang muslim yakin bahwa agama yang dianggap benar adalah Islam; "sesungguhnva agama ltang diakui (diridhai)
Attah adalah Islam" (QS. Ali Imran;19), namun tidak semestinya Seorang muslim memaksakan kebenaran Islam
itu untuk diterima
oleh agama lain, sesuai pesan al-Qur'an: "tidak ada palcsaan daLaru ag anna" (Q S.
AI-B aqarah;25 6).
Ketiga,, sikap muslim terhadap agama lain haruslah netral,
tidak apriori dalam menyukai atau membenci penganut agama lain.
Setiap agama, sesuai dengan normanya, tentunya mempunyar kelebihan dan kelemahan. Secara netral seorang muslim menatap kelebihan
itu sebagai sesuatu yang wajar
sebagaimana adanya.
Demikian pula halnya, kekurangan yang mungkin banyak dijumpai
dalam ajaran agama lain, tidak seharusnya mendorong seorang muslim menghina atau mengejek agama lain tersebut, sebagaimana sikap netralitas yang dijelaskan dalam al-Qur'an: "barang siapa
33
yang mau beriman, berimanlalt; dan siapa yang memilih kafir, silahkan kc1fir" (QS. Al-Kahfi,z9).
Perspektif kebudayaan a,qama seba_eai sebuah studi nrerupakan universal cultural, dalam prinsip teori fungsional menyatakan bahwa segala,/sesuatu yang tidak berfungsi akan
lenyap dengan sendirinya. Karena sejak dulu hingga sekarang
agama dengan tangguh menyatakan eksistensinya, berarti ia mempunyai dan memerankan sejumlah peran dan fungsi di masyarakat.'s Oleh karena itu secara umum, studi agama menjadi
penting karena agama termasuk Islam, memerankan sejumlah peran dan fungsi dimasyarakat.
Situasi keberagamaan khususnya
di
lndonesia, cenderung
menampilkan kondisi keberagamaan yang legalistik-formalistik.
Agama harus dimanifestasikan dalam bentuk ritual-formal, sehingga muncul formalisme keagamaan yang lebih mementingkan
"bentuk" daripada "isi". Kondisi seperti ifu menyebabkan agama kurang dipahami sebagai seperangkat paradigma moral dan etika
yang bertujuan
membebaskan manusia
keterbelakangan dan kemiskinan.
Di
dari
samping
kebodohan,
itu, formalisme
gejala keagamaan yang cenderung individualistik daripada kesalehan sosial mengakibatkan munculnya sikap kontra produktif 25
D.lamari, Agama dalam Perspektif Sosiotogi, (Bandung: Alfabeta,
1993), h.19
34
seperti nepotisme, kolusi dan korupsi.26 Menurut Masdar
F.
Mas'udi, kesalahan ummat Islam Indonesia adalah mengabaikan
nii.ri etika ,ian inoral yang relevan bagi lllt_ern kehidupan manusia sebagai makhluk yang bermartabat dan berakal agama sebagai
budi.27 Agama Islam
di Indonesia belum sepenuhnya dipahami dan
dihayati oleh ummat Islam. Oleh karena itu signifikansi studi Islam
di Indonesia adalah
mengubah pemahaman dan penghayatan ke-
Islaman masyarakat muslim Indonesia secara khusus,
dan
masyarakat beragama pada umumnya. Adapun perubahan yang
diharapkan adalah format formalisme keagamaan Islam diubah
menjadi format agama yang substantif. Sikap enklusivisme, kita
ubah menjadi sikap universalisme, yakni agama yang tidak rnengabaikan nilai-nilai spiritualitas dan kemanusiaan karena pada
dasarnya agama diwahyukan untuk manusia. Studi Islam diherapkan dapat melahirkan suatu komunttas yang mampu melakukan perbaikan secara intern dan ekstern. Secara intern, komunitas itu diharapkan dapat mempertemukan dan mencari jalan
keluar dari konflik intra-agama Islam, tampaknya konflik internal ummat Islam yang didasari dengan organisasi formal keagamaan belum sepenuhnya final. Studi Islam diharapkan melahirkan suatu masyarakat yang siap hidup toleran (tasamuh) dalam wacana Abdrrl Hakim & Jaih Mubarok, Op.Ci., 'u 2' Ibid.
h.8
35
pluralitas agam4 sehing,ea tidak melahirkan muslim ekstrim yang membalas kekerasan, agama dengan kekerasan pula. Oleh karena
itu, dalam situasi hidup keberagarnaan di incionesia, studi
agama
terutama Islam sangat penting dilakukan karena merupakan a_qama yang dianut oleh mayoritas penduduk.
Ada berbagai cara memahami Isiam sebagaimana
dikatakan
Ali Syari'ati, pertama.
mengenal
yang
Allah
dan
membandingkan-Nya dengan sesembahan agama-agama lain. Kedua, mempelajari kitab al-Qur'an dan membandingkan dengan
kitab-kitab samawi lainnya. Ketiga, mempelajari kepribadian Rasul
Islam dan
membandin-ekannya dengan tokoh-tokoh besar
pembaharuan yang pernah
hidup dalam sejarah.
mempelajari tokoh-tokoh Islam
Keempat.
terkemuka
dan
membandingkannya dengan tokoh-tokoh utama agama maupun
aliran-aliran pemikiran 1ain.28 Seluruh cara yang ditawarkan Ali
Syari'ati
ini
adalah metode komparasi (perbandingan). Selain
metode komparasi
Ali Syari'ati juga
menawarkan cara memahami
Islam meialui perrdekatan aliran. Ia mengatakan bahwa
tugas
intlektual sekarang ini adalah mempelajari dan memahami Islam sebagai aliran pemikiran yang membangkitkan kehidupan manusia, 28
Ali Syari'ati, On The Sociology of Islam, diteqemahkan oleh Saifullah Mahyuddin, Tentang Sosiologi Islaru (Yogyakarta: Ananda, 1982), h. 12.
36
perseorangan maupun masyarakat, sebagai intlektual ia memikul
anlanah demi masa depan ummat manusia yang lebih baik. Dan harus disadari bahwa tugal
ini
sebagai tugas pribadi dan apapun
bidang studinya dia harus senantiasa menumbuhkan pemahaman yang segar tentang Islam dan tentang tokoh-tokoh besamya, sesual
dengan bidangnya masing-masing. Karena Islam mempunyai berbagai dimensi dan aspek, maka setiap orang dapat menemukan sudut pandangan yang paling tepat sesuai dengan bidangnya"2e
Nasruddin Razak mengemukakan, untuk memahami Islam secara benar,
ia mengajukan empat cara,30 Pertama,Islam harus
dipelajari dari sumbernya yang asli yaitu Al-Qur'an dan al-Sunnah
Rasululiah, hal
ini untuk menghindari
sikap sinkritisme yang
mencampurkan ajaran Islam dengan hal-hal yang tidak Islami. Kedtta, Islam harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara
parsial, artinya Islam dipelajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak secara sebagian saja. Ketiga, Islam clipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh ulama besar, kaum zu'ama dan sarjana-sarjana Islam, karena pada umumnya mereka
memiliki pemahaman Islam yang baik, yaitu pemaharnan yang lahir dari perpaduan ilmu yang dalam terhadap al-Qur'an dan 2' Abuddin Nuta, MerodoLogi Studi Islcun, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h. 106. 'o
lbid..h.
108-109.
37
Sunnah Rasulullah dengan pengalaman yang indah dari praktek
ibadah y'5.ng dilakukan setiap hari. Keempot, Islam hendaknya
dipelajari dari ketentuan nolmatif teoiogis yzuig ada daiam alQur'an, baru kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis.
empiris dan sosiologis yang ada
di
masyarakat. Dengan cara
demikian dapat diketahui tin-ekat kesesuaian atau kesenjangan antara Islam yang berada pada dataran normatif teologis yang ada
dalam al-Qur'an dengan Islam yang ada pada dataran historis, sosiologis dan empi ris. Secara garis besar metode untuk memahami agama dalam
Islam ada dua macam yakni metode komparasi dan
metode
sintesis. Metode komparasi dengan cara memahami agama dengan
rnembandingkan seluruh aspek yang ada dalam suatu agama
den-ean agama lainnya, dengan cara
ini akan dihasilkan
pemahaman agama yang objektif dan utuh. Sedangkan metode sintesis, memahami agama yang memadukan antara metode ilmiah
dengan segala cirinya yang rasional, objektif,
kritis,
dengan
metodologi teologis normatif. Metode ilmiah digunakan untuk memahami Islam yang nampak dalam kenyataan historis, empiris
dan sosiologis, sedangkan metode teologis normatif digunakan untuk memahami Islam yang terkandung daiam kitab suci.
38
C.
Barat dan Studi Agama'agama
Studiagamadiduniabaratdapatditelusurisejakpada masa yunani-Romaivi'sekitar abarl ke-5 S.M.yang
di
dalamnya
terdapat beberapa tokoh yang melakukan studi terhadap agama-
agama.,t Berdasarkan corak kepercayaan Yunani-Romawi yang
bersifat antropomorfis dan politeistis, maka karakteristik studi yang agama pada masa itu menggambarkan religiusitas masyarakat
bersangkutan, yang dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui
catatan-catatan perjalanan yang mencakup deskripsi pemujaan dalam agama bukan-Yunani dan perbandingannya dengan praktekpraktek keagamaan Yunani. Kedua, dengaan cara kritik filosofis terhadap agarrra tradis ional.
32
Ilmuan.agamayangmemberikansketsatentangsejarah berbagai agama dan menggambarkan adat-istiadat bangsa-bangsa lain yang diketahui pada waktu itu. adalah; Herodotus (481 SM), beroros (250 SM), Cicero (106-38 SM), Sallustius (86-34 SM)
telah memberikan sketsa tentang sejarah berbagai agama menggambarkan adapt kebiasaan bangsa-bangsa diketahuinya pada waktu itu. Strabo (63 SM
3t Mukti Ali, Ilmu
-
lain
dan
yang
21 M) telah menulis
Perbandingan Agama, (Jakarta: Tinta Mas
Indonesia, 1990), h. 10. t' M.rd.lahid Abdul Manaf , Op-
Cit.,h.38'
39
dengan kritis agama-agama di dunia Timur. Ia diikuti oleh Varro (116-27 SM) dan Tacitus(55-117 M).31
Selanjutnya beberapa penulis Kristen apoiogis pada abad-
abad pertama seperti Aristides telah memberikan interpretasi
kafir, Yahudi dan Kristen. dari Alexandrra (202 M) menulis tentang
tentang hubungan antara agama Berikutnya Clement
agama Buddha. Saxo (1220
agama-agama
M) dan Snorri (L241) menulis
tentang
di Eropa Utara. Marco Polo (1254-1324 M)
telah menjelajahi Asia Tengah pada tahun
l27l
yang
dan Negeri
Tiongkok pada tahun 1275 telal't menulis tentang agama-agama Timur di Eropa pada masa itu. Pada masa Refornnsi dan Renaissanlse, Erasmus (1469-1536
M) menulis tentang
elemen-elemen agama
kafir yang
terdapat
dalam peribadatan agama Roma Katolik dan ajaran-ajarannya. Kemudian diikuti oleh Toland dalam bukunya Chrisrianity not Mysterius (i696).
Sejalan dengan semangat Rasionalisme, maka mulailah
teori evolusi tentarrg asal-usul agama, dengan menolak
adanya
revelation (wahyu). Hal ini tampak dalam bukunya David Hume dengan
judul Narural History- of Religion (1757) dan
bukunya Voltair berjudul Essay (1780).
"
Ibid
dalam
40
Selanjutnya diikuti dengan penelitian agama yang historis dari Duperon tentang agama Persia; William Jones tentang agama Sanskrit; Champollion tentan_s agama Vlesrr Lama; R.ask tentan-e agama Persia dan tndia; Niebuhr. Botta. Layard dan lainnya menulis tentang agama Babilonia. Kemudian Ernest Renan (1822-
l8g2) menjadi orang pertama yang menciptakan
istilah
"Comparative Study of Religion." Setelah
itu ilmu baru ini mendapat sambutan yang hangat di
berbagai Universitas di Barat. Sebelum penutup abad ke-19 sudah
terdapat ahli-ahlinya
di
Belanda, Switzerland, Perancis, Italia,
Denmark, Belgia dan Amerika. Setelah itu diterbitkanlah beberapa buku. majalah, dan diadakan beberapa konggres internasional.3a
Namun studi Agama dalam arti yang sebenarnya lahir pada
saat Max Muller (1823-1900) menulis beberapa karangannya tentang agama-agama. Studi Agama
di Barat dapat berkembang
dengan baik karena didukung oleh suasana dan semangat ilmiah yang baik dan dana yang memadai. Secara garis besar sejarah studi agama di Barat dapat dibagi
menjadi tiga bagian;
l.Zaman Yunani dan Romawi
3o
Mukti Ati, op. cit.,h.
tt-t3
4t Herodotus (484-425 berkebangsaan Yunani,
SM) adalah seorang sejarawan
ia bisa dikatakan orang pertama
yang
nlenganggap pentrngnya lnentperhatikan masalah agalna agama
orang
lain yang bukan bangsa Yunani. Herodotus secara
mengejutkan telah mencatat dengan cukup akurat deskripsi mengenai berbagai agama barbar dengan agama eksotik lain
(Mesir, Persia, Trasia, Sintia dan lain-lain), bahkan mengemukakan hipotesis mengenai asal mula agama-agama tersebut dan hubungan mereka dengan kultus dan
mitologi yunani.
Para pe,ulis pra-Socrares mencoba mengkaji hakikat dewa-dewa
dan nilai mitos-mitos, dan mulai mengajukan berbagai kritik rasional terhadap agumu.tt
Herodotus
tidak merumuskan suatu teori
tentang
perbandingan agama, tetapi dia mengusulkan suatu teori yang
disebut teori perkembangan tarikh tiga taraf. Taraf pertama pertama rnanusia, taraf kedua taraf pahlawan dan taraf ketiga taraf
dewa-dewa. Namun demikian
di
dalam teorinya
itu dia tidak
memberikan perincian, juga tidak pernah berspekulasi tentang asalusul dewa-dewa ataupun asal-usul agama pada umumnya.36
tt Zrkiah Darad.iat. d].l.., perbarttlingan Agama, (Jakarta: Bumi Aksara.
1996), h.2.
'6 Ibid..h.3.
42
Karya tulis Herodotus meskipun lebih
banyak
menunjukkan catatan data daripada menerangkan data, tetapi dia
telah memberikan suatu surnbangan besa.r bagi studi
aganla
selanjutnya. Dia telali membina prinsip "persamaan dewa-dewa"
yang kemudian terkenal sebagai Interaretatio Romana. Di dalam
prinsip ini Herodotus sambil mempergunakan apa yang sekarang disebut metode perbandingan telah menunjukkan betapa para dewa
yang terdapat di dalam system keagamaan dengan berbagai nama serta sifat yang berbeda-beda itu sebetulnya memiliki funngsi yang
sama. Dengan dipertemukannya persamaan-persamaan menetapkan bahwa para dewa semacam
karena
ini
itu dipersamakan.
itu di dalam bukunya jilid II dewa Bapatis di
dia
Oleh
kalangan
orang Mesir sama seperti dewa Artunis di kalangan orang Yunani, Heros sama dengan Apollo dan Orisis sama dengan Dicnysus"3T
Bagi Parmenides (lahir 520 SM) dan Empedokles (495435) misalnya, dewa-dewa itu tidak lain hanyalah personifikasi
dari berbagai kekuatan alam. Plato (429-347 SM)
seringkali
membandingkan agama-agama Barbar. Sedangkan Aristoteies
(384-322 SM) adalah orang pertama
kali secara sistematis
merumuskan kemerosotan agama-agama manusia pemikiran yang seringkaii dihidupkan kembali
"
Ibid.
sebuah
di waktu-waktu
43
kemudian. Theoprastus (372-287
SM) yang menggantikan
Aristoteles sebagai pernimpin Liciurn, baran_ekali dapat dianggap sebagai sejarahwan agama pertama dari Yunani. menurut Diogenes
Leartius (V, 48), Theoprastus telah menulis buku tentang agamaagama tidak kurang dari enam buku.
Pada zaman pemerintahan Iskandar Agung,
Berossus,
seorang pendeta Bel dari Chaldea telah menerbitkan buku berjudul
Babylonikn Sebagai seorang sejarawan dia tidak menolak pertimbangan-pertimbangan teoretis. Ia telah mengumpulkan mite-
mite bangsa Assiria serta menguraikan praktek-praktek keagarnaan bangsa Assiria yang kemungkinan besar dasar-dasar informasinya
berasal dari inskripsi-inskripsi ataupun dokumen-dokurnen asli
lainnya. Antara tahun 302 dan 297 SM, Megasthenes diutus sebagai duta besar untuk kerajaan Chandragupta olehe Seienous
Nicator telah menerbitkan
btkt
Indica. Hecatasus dari Abdera
(365-275 SM) telah menulis Aegypta yang merupakan sumbangan
bagi teologi agama orang Mesir. Manetho (abad 3 SM) seorang pendeta Mesir telah menggarap masalah teologi agama Mesir dengan judul yang sama, Aegyptica. Sehingga dengan demikian
44
orang-orang
di Iskandariyah telah menjadi paham betul
masalah
mite, ritus serta kebiasaan agama mereka.38
Di
,A.thena, pada
awal abad ke-3' trpikurus (340-270 SM)
melakukan kritik radikal terhadap agama' Dalam pandangannya' ..consensus universal" menunjukkan atau membuktikan bahwa para dewa memang benar-benar ada, namun ia menganggap dewa-
dewaitusebagaiwujudyangmahatinggi,jauhterpisahdantidak memiliki sambung-hubung apapun dengan manusia' Pendapatnya ini kemudian menjadi sangat popuiar di dunia Latin di abad terakhir Sebelum Masehi
di bawah pengaruh Lucretius
(98-53
SM).., Namun, golongan Stoic-lah yang sangat mempengaruhi keseluruhan zarrran
kuno dengan jalan
memperkembangkan
metode interpretasi alegoris yang memungkinkan mereka bisa memelihara (mempertahankan) dan dalam waktu yang bersamaan
menilai kembali peninggalan-peninggaian mitologis. Menurut golongan Stoic baik dari sudut pandangan filosofrs ataupun dari sudut pandangan ajaran etika, mite itu muncul atas dasar tabiat
daripada benda-benda. Banyak nama-nama
dari
dewa-dewa
menun;uk kepada satu-satunya Tuharl Esa dan semua agama itu 38
agaftru-
Jirhanuddin, Perbandingan Agama (Pengantar Studi Memahami 24' a gama), (Yogyakarta: Pustaka Pelaj ar, 210)' h' 3n lbid.
45
mengutarakan kepercayaan fu ndamental yan_q sama, hany a berbeda dalam terminology. Metode alegoris Stoic membuat kemungkinan
uniuk menterlernahkan setiap tradisi kunci kuno dan tradisi-tradisi yang aneh-aneh di dalam suatu bahasa yang universal dan bahasa yang dengan mudah dapat dipahami.
Dikalangan para eklekris roma, Cicero (106-43 SM) dan
Varro (116-27 SM) perlu disebutkan secara khusus karena nilai historis keagamaan dari karya-karya mereka. Dalam karyanya On The Nature Of The Gods (Tentang Hakikat pctra Dewa), Cicero memberikan suatu deskripsi yang cukup akurat tentang keadaan ritus-ritus dan kenyakinan-kenvakinan yang ada pada abad terakhir zafi.,aLT
pugun.*o
Cicero menunjukkan kesan yang jelas fungsi agama itu sebagai suatu disipilner, ajaran etika dan da1,a kekuatan yang
bersifat integratif.
Di dalarn buku oz Divination, Cicero
telah
mengkritik dan bahkan mencemooh praktek-praktek ke-Tuhanan Romawi, padahal ia sendiri sebagai seorang juru ramal resmi. Ia dikenal sebagai orang yang mencaci maki dan tidak mengamalkan
praktek-praktek keagamaan pada zamannya.
Hal inilah
yang
menyebabkan ia memisahkann masalah ke-Tuhanan dari masalah
*o
Mud;ahid Abdul Manaf. Op. Cit., h. 40-41
46
lembaga-lembaga keagamaan serta praktek-praktek keagamaan lalnnya.
4t
Selama dua abad pertama era Masehi, seoi'aiig penganut euhemers bernama Herennius Philon menulis btk:u Phoenician
History dan Pseudo Apolodorus menulis Library-,
se.buah karya
tentang mitologi. Neo Phitagoreanisme dan Neo-Paltonisme mulai
juga ikut serta membangkitkan interpretasi spiritual
terhadap
mitos-mitos dan ritus-ritus. Contoh dalam tipikal dari madzhab penafsiran
ini
adalah Plutrach (45150-125). khususnya dalam
karyanya On Isis And Osiris (Tentang Isis Dan Osiris). Dalam pandangannya, keregaman berbagai bentuk agama hanyalah penampakan luar semata, symbol-simbol menunjukkan adanya kesatuan fundamental agama-agama.
Sedangkan pandangan orang-orang Stoa kembali lagi
dihidupkan oleh Seneca (2-66): berbagai dewa-dewa adalah beragam aspek dari Tuhan yang satu. Sementara itu, deskripsi tentang agama-agama asing dan kultus-kultus esoteric semakin bertambah banyak. Julius Caesar (104-44 SM) dan Tacitus (55-
120) memberikan informasi yang sangat berharga agama-agama orang gaul dan orang-orang Jerman.a2
o'
Ibid.
o'ZakiohDarajat, Op. Cit.,h.
ll.
mengenai
47
Selanjutnya penulis-penulis Kristen apologist, diantaranya adalah Aristides dalam tulisannya ia mencoba menginterpretasikan renLang agama
kafir, Yahudi dan Kristen. Ciemant dari Alexandi'ia,
menulis tentang agama Budha. Roger Bacon (1214-1249) menulis tentang agama-agama kafir dan Islam. Selanjutnya Marco Polo yang menjelajah Asia Tengah pada tahun 1275 dan menghabiskan
kurang lebih
ll
tahun masa pengembaraannya telah banyak
menambah wawasan tentang agama-agama Timur
di Eropa
pada
waktu itu. Ketertarikan kepada agama-agama asing juga telah bangkit
di Barat selama Abad Pertengahan dengan kehadiran Islam yang mengancam. Tahun
ll41
Peter the Venerable telah memiliki al-
Qur'an yang dite{emahkan oleh Robert de Retine. Saat itu Islam telah memiliki karya-karya penting dalam kajian agama Pagan. Al-
Biruni (913-1048) telah memberikan uraian yang cukup berharga mengenai agarna.
Namun terutama adalah Ibnu Rusyd yang setelah secara mendasar mempengaruhi pemikiran Islam, juga ditakdirkan untuk
memberikan rangsangan pertama bagi trend intelektual
di
negeri
Barat. Dalam menafsirkan agama, Ibnu Rusyd menggunakan metode simbolik dan alegorik. Ia menyimpulkan bahwa semua agama-agama monoteis adalah benar, namun
ia
mengambil
48
pendapat Aristoteles bahwa dalam dunia abadi, agama-agama muncul dan lenYaP silih berganti.
2.
Zantan Pencerahan
Padazaman pencerahan telah mulai dijumpai penyelidikan-
penyelidikan agama pagan terutama disebabkan karena cara interpretasi Neo Paltonisme yang bersifat alegoris.
Marcilio Fecino (1433-1499) telah menyusun suatu karya berjudul Platenio Teology, ia menganggap dari ajaran Plotinus yang paling akhir itu menunjukkan bahwa Plotinus
itu
adalah
merupakan penerjemah ajaran Plato yang paling berwenang. Para
humanis berkeyakinan bahwa terhadap seluruh agama terdapat suatu kebiasaan tradisional, bahwa untuk mendapatkan selamat cukup mengetahui tradisi tadi. Pada tahun 1520 telah muncul buku
yang pertama tentang sejarah agama secara umum yang berjudul The Costtut5, Laws and Rites of all Peoplekarya Jean Boem dari
ordo Teutonik. Buku ini berisi kepercayaan orang-orang Eropa, Asia dan Afrika.a3
Kemudian
diikuti oleh Letters dan Relations
yang
diterbitkan oleh misionaris ke Amerika dan Cina. Sebuah usaha
awal untuk menstudi agama-agama Dunia Baru dengan agama zamal antic telah dilakukan oleh misionaris J.F. Lafitau dalam
'r Zakiah Daradjat,
Op. Cit.,h. 13
49
karyanya Custonts
of the Americant
Savages compared
to
the
Cttstoms of the EarlierAges, diterbitkan di Paris tahun 1724.44
Tokoh yang merupakan mata rantai
yan_e menghubungkan
antara zaman perten-eahan dan Renaissance adalah Giovani Boccaccio (1313-1375) dengan karyanya yang berjudul Genelogy
of the Gods. Buku ini
merupakan suatu usaha untuk
mensistematiskan keseluruhan mitologi klasik yang dikenal pada
zarnannya. Setelah
itu
bermunculan compendium-compendium
baru yang sering-sering secara luas mencakup dewa-dewa dari daerah-daerah Timur, dewa-dewa Celtio, Germanie dan dewadewa suku terasing lainnya.a5
Lord Hebert dari Cherbury
(1583-1648)46 adalah
merupakan salah seorang tokoh penting sebagai pengkritik agama pada zamannya. Lord Hebert adalah salah seorang rasionalis yang
mula-mula menyatakan secara sistematis bentuk-bentuk prinsip dewa dalam agama. Yang menjadi dasar teorinya adalah hubungan
ide "insting alam" dengan "pengefiian umum". Agama itu seharusnya
memiliki pengertian umum, oleh karena itu dijumpai
pada segala bangsa dan didalam segala periode.
3.
Zaman Modern aa
http :i/ejournal.sunan-ampel.ac.id/indek.php/islamica/ articel/viewfilei5 3 8 ^t Zakiah Daradjat, Loc. Cir.
'u tbid. h.t4.
50
Nama Ilmu Perbandingan Agama
itu
sebenartya baru
muncul pada bagian akhir'perlen-eahan abad ke 19 pada waktu F' Max Muller (1823-1900;47 seorang penulis Jerman menulis dengan regas nama Religion wissenchaft didalam karyanya chips
from
a
German worl<shop yang terbit tahun 1867. Dengan studi Agama ini Max Muller bermaksud ingin menekankan bahwa ilmu baru ini
terlepas dari filsafat agama dan terutama terlepas dari ilmu teologis. Namun menjelang akhir abad 19 ketenaran teori Max
Muller ini mulai pudar. Teori itu ditentang oieh pafa ahli sezamannya, terutama dari w. Maunhardt (1831-1880) dan Andrew Lang (1844-19 12).48
Max Muller menemukan asal-usul mitos dalam fenomena alami, dan menjelaskan kelahiran para dewa-dewa sebagai sebuah
"penyakit bahasa" yang pada awalnya ahanyalah sebuah nama (nomen) menjadi sebuah keilahian (numen).
W. Maunhardt dalam karya utamanya, Cults of Forest cnd
Field, menunjukkan niiai penting dari "mitologi rendah" yang masih rendah dalam kultus dan ritus kaum petani yang dalam pandangan
t'
w.
Maunhardt keyakinan-keyakinan
Mud.lahid Abdul Manaf , Op. Cn.,h.44.
ini
lebih
51
menggambarkan tahap lebih awal dari agarna ketimabng mitologi-
mitologi natural sebagaimana
yan_q
dikaji Max Muller.
Tahun 1871 rnuncul karya E.B Tylor,ae primitive Cultur-e,
yang merupakan pencipta epos dirnana ia memunculkan suatu trend baru, yaitu tentang animism. Menurut teori animistisnya
Tylor, manusia primitive meyakini bahwa segala sesuatu ia memiliki jiwa dan bahwa keyakinan yang fundamenral dan universal ini tidak hanya dapat menjelaskan kultus terhadap orang-
orang mati dan nenek moyang, namun juga kemunculan dewadewa.
Gerakan lain pada akhir abad
19 adalah yang oleh
dilakukan Emile Durkheim (1858-1917), yang meyakini bahwa ia
telah menemukan penjelasan sosiologis bagi agama totemisme (dikalangan orang Indian Owijiba di Amerika Utara torem menunjuk kepada bintang yang namanya dijadikan nama suku/klan dan dianggap sebagai nenek moyang mereka).sO
Namun pada penyelidikan selanjutnya, terutama dalam
karya agungnya, I.G. Frazer (1854-1941) menunjukkan bahwa totemisme itu tidak menyebar secara universal dan bahwa
*n Dadung Kahmacl. Metode Penelitian Agama, (Bandung: pustaka Setia, 2000), h. 39.
'o Ibirr.. h. 43
52
totemisme itu tidak bisa dipandang sebagai bentuk agama mulamula.
Sarjana
lain yang
sezalnan den-ean Durkheirn adr'lah
seorang filosof Perancis bernama Lucian Levy-Bruhl (18571939).s1 Yang menyatakan bahwa orang-orang primitive itu
memiliki mentalitas yang berbeda baik dalam derajat maupun dalam kualitas yang disebut prologic- Menurut Levy, ciri masyarakat sivilisasi adalah mencari penjelasan ilmiah terhadap
fenomena alam. Sedangkan primitive tidak menuntut penjelasan sebab akibat hokum alam.
Menurut Levy-Bruhl bentuk pemikiran prologic manusia
dulu itu dengan jelas sekali diperlihatkan dengan melalui kepercayaan .magico-religious. Terhadap segala yang ada itu ditanggapi secara mistis. Demikian pula dalam masalah keagamaan
terdapat suatu suasana pertisipasi bersifat mistik baik antara manusia dengan manusia maupun antara manusia dengan totem.
D. Metodologi Studi Agama-agama Menurut Mariasusasi Dhavamony metodologi adalah studi tentang metode yang digunakan dalam suatu bidang ilmu untuk memperoieh pengetahuan mengenai pokok persoalan dari ilmu itu,
"
Zakiah Daradjat, Op. Cit.h.32
53
menurut aspek tertentu dari penyelidikan.-s2 Metodologi berhubungan densan proses-proses kognitif yang dituntut oleh persoalan-persoalan yar1g muncul dari ciri pokok studi
jtu.
Dapat
dikatakan bahwa suatu metode adalah kombinasi sistematik dari pro ses-pros e s ko gni
tif, dengan
men g_eunakan
teknik-teknik khusus.
Klasifikasi, konseptualisasi, abstraksi, penilaian, observasi, eksperimen, generalisasi, induksi, deduksi, argumen dari analogi, dan akhirnya pemahaman itu sendiri adalah proses-proses kognitif.
Metode yang satu berbeda dengan yang lain, sesuai dengan perbedaan cara yang digunakan untuk mengatur pikiran manusia
dan tugas-tugas yang dijalankan oleh pikiran tersebut. Dalam setiap metode ilmiah diandaikan adanya hubungan dekat dan sistematik antara berteori dan pengalaman. Pengamatan dan eksperimen membantu
kita
dengan evidensi untuk membuat
generalisasi dan hipotesis-hipotesis yang dites (dibenarkan atau
disalahkan),
lewat
membandingkan semua
deduksi-deduksi daripadanya
serta
ini dengan akibat-akibat dari pengamatan-
pengamatan dan eksperimen-eksperimen lebih lanj ut.
a). Metode Teologi Pendekatan teologis berarti pendekatan kewahyuan atau pendekatan keyakinan peneliti
itu sendiri, dimana agama tidak lain
52Mariasusai Davamony, Fenomenologi Kanisius, 2001),h.32.
Agarw,
(Yogyakarta:
54
merupakanhakprerogatiftuhansendiri.Realitassejatidariagalna ugurnu't' adalah sebagaimana yang dikatakan oleh rnasing-masing suatu pendekatan seperli ini btasanya dilakukan dalarn penelitian
agamauntukkepentinganagamayangdiyakinipenelititersebut untuk menambah pembenaran keyakinan terhadap agama yang dipeluknya itu-
Yangtermasukkedalampenelitianteologisiniadalah pendeta, penelitian_penelitian yang diiakukan oleh ulama-ulama, terhadap suatu subjek masalah dalam agama yang menjadi
rahib
pertanyaan mnggung jawab mereka, baik disebabkan oleh adanya jamaah maupun dalam rangka penguatan dan mencan
dari
ada' landasan yang akurat bagi suatu mazhab yang sudah atau Pendekatan teologis memahami agama secara harfiah
yang pemahaman yang menggunakan kerangka ilmu ketuhanan suatu bertoiak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan
dengan yang lainnYa-sa
AminAbdullahdalambukunyametodologistudyislam tidak bisa mengatakan, bahwa teologi, sebagaimana kita ketahui' tidak,pastimengacukepadaagamatertentu.Loyalitasterhadap 53M.Amin Abdullah, Metodolo Pelajar, 20C0),h.22-
toH.Abuddin
Grafindo,2008), h.28.
Nata,
gi
SttrdY Agama
Metodologi
studY
(Yogyakarta: Pustaka
Islam
(akarta,Raja
55
kelompok sendiri, komitmen, dan dedikasi yang tinggi pen_qgunaan bahasa yan_e
serta
bersifat subjektif, yakni bahasa sebagai
pelaku, bukan sebagai pengamat adalah merupakan
ciri
yang
melekat pada bentuk pemikiran-teologis. Pendekatan teologi dalam pernahaman keagamaan adalah
pendekatan yang menekankan pada bentuk forma atau simbolsimbol keagamaan yang masing-masing bentuk forma atau simbolsimbol keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang paling benar sedangkan yang lainnya adalah salah. Aliran teologi yang satu
begitu yakin dan fanatik bahwa pahamnyalah yang
benar
sedangkan paham lainnya salah, sehingga memandang paham orang
lain itu keliru, sesat, kafir, murtad dan seterusnya. Dernikian pula paham yang dituduh keliru, sesat, dan kahr
itu pun
menuduh
kepada lawannya sebagai yang sesat dan kahr. Dalam keadaan demikian. maka terjadilah proses saling meng-kafir-kafirkan, salah menyalahkan dan seterusnya. Dengan demikian, antara satu aliran dan aliran lainnya tidak terbuka dialog atau saling menghargar. Yang
ada hanyalah lketertutupan (el<sklusifisrne), sehrngga yang terjadi adalah pemisahan dan terkotak-kotak.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa pendekatan teologi semata-mata tidak dapat memecahkan masalah esensial pluralitas agama saat sekarang
ini. Terlebih-lebih lagi kenya-
56
taan demikian harus ditambahkan bahwa doktrin teologi, pada dasarnya memans tidak pernah berdiri sendiri. terlepas dari
jaringait institusi atau kelemba-eaan sosial kemasyarakatan ynng mendukung keberadaattnya. Kepentingan ekonomi, sosial, politik, pertahanan selalu rnenyertai pemikiran teologis
yang
sudah
mengelompok dan mengkristal dalam satu komunitas masyarakat
tefieltu. Bercampur aduknya doktrin teologi dengan
historisitas
institusi sosial kemasyarakatan yang menyertai dan mendukungnya menambah peliknya persoalan yang dihadapi umat beragama.ss
Uraian
di
atas bukan berarti kita tidak memerlukan
pendekatan teologi dalam memahami agalna, karena tanpa adanya pendekatan teologis, keagamaan seseorang a-kan mudaLh cair dan tidak
jelas identitas . dan pelembagaannya. Proses pelembagaan perilaku keagamaan melalui mazhab-mazhab sebagaimana halnya yang terdapat dalam teologi jelas diperiukan. Antara lain berfungsi untuk merrgawetkan ajaran agama dan juga berfungsi sebagai pembentukan
karakter pemeluknya dalam rangka membangun masyarakat ideal
menurut pesan dasar agama. Tetapi, ketika tradisi agama
secara
sosiologis rnengalami reifikasi atau pengentalan, maka bisa jadi spirit
agama yang paling "hanif lalu terkubur oleh sirnbol-simbol yang diciptakan dan dibakukan oleh para pemeluk agama itu sendiri. Pada
5s
Anrin Abdullah, MetocktLo Studi Agarna. Op. Cir..h.3\
57
taraf
ini
sangat mungkin orang lalu tergelincir rnenganut dan
meyakini agama yan-e mereka buat sendiri, bukan lagi agama yang asli, rneskipun )ang bei'sangkutan tidak ntenyadari.
Sikap eksklusifisme teologis dalarn rnemandang perbedaan
dan pluralitas agama sebagaimana tersebut
di atas tidak saja
merugikan bagi agama lain, tetapi juga merugikan
diri
sendiri
karena sikap semacam itu sesungguhnya mempersempit masuknya kebenaran-kebenaran baru yang bisa membuat hidup ini lebih lapang dan lebih kaya dengan pengetahuan.
b). Metode Historis Sejarah atan historis adalah suatu ilmu yang
di
dalamnya
dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsure ternpat,
waktu, obyek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut.56
Menurut ilmu ini segala peristiwa dapat dilacak dengan rnelihat kapan peristiwa itu terjadi, di rnana, apa sebabnya, siapa yang
terlibat dalam peristiwa tersebut. Melalui pendekatan
sejarah
seorang diajak menukik dari alam idealis ke alzLrn yang bersifat
empiris dan mendunia. Dari keadaan
ini
seseorang akan melihat
adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan histories. s6
Tautlk Abdullah (ed.), Sejarah dan Masyarakal, (Jakarta; pusraka
Firdaus. 1987), h. 105.
59
diangkat dari konsep-konsep yang telah dikenal oleh masyarakat
Arab pada waktu al-Qur'an diturunkan, atau merupakan istilah-
istilah baru
yan_g
dibcntuk untuk mendukung adanya konsep-
konsep rele-rius yang ingin diperkenalkannya. yan_e jelas istilah
itu
kemudian dintegrasikan ke dalam pandangan dunia al-eur'an, dan dengan demikian, lalu menjadi konsep-konsep yang otentik.
Dalam bagian pertama ini, kita mengenal banyak sekali konsep baik yang bersifat abstrak maupun konkret. Konsep tentang
Allah, Malaikat, Akherat, ma'ruf, munkar, dan sebagainya adalah termasuk yang abstrak. Sedangkan konsep tentang fuqara,, masakin, termasuk yang konkret. Selanjutnya,
jika pada bagian
yang berisi konsep, al-Qur'an bermaksud membentuk pemahaman yang komprehensif mengenai nilai-nilai Islam, maka pada bagian yang kedua yang berisi kisah dan perumpamaan. al-eur,an ingin mengaj ak dilakukannya perenungan untuk memperoleh hikmah.
5e
Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan
suatu peristiwa. Dari sini maka seseorag tidak akan memaharai agama keluar dari konteks historisnya. Seseorang yang ingin memahami al-Qur'an secara benar misalnya, yang bersangkutan
harus memahami sejarah turunnya al-eur'an atau kejadian'n H. Abrrddin Nara. Op. Cit.h. 48
60
kejadian yang mengilingi turunnya al-Qur'an yang selanjutnya disebut dengan ilmu asbab al-nuzul yang pada intinya berisi sejarah turunnya ai'at al-Qur'an. Dengan ihnu ini seseoran-s akan dapat mengetahui hikmah yang terkadung dalarl suatu ayat yang
berkenaan dengan hukum tertentu,
dan ditujukan
untuk
memelihara syari'at dari kekeliruan memahaminya. c). Metode Fenomenologis
Pendekatan atau metode yang paling dekat
dan
berhubungan dengan pendekatan historis adalah pendekatan itu fenomenologis. Hal ini dikarenakan fenomenologi dan sejarah
saling melengkapi. Fenomenologi tidak dapat berbuat
tanpa
etnologi, filologi, dan disiplin kesejarahan lainnya. Sebaliknya. fenomenologi memberikan disiplin kesejarahan untuk memberi arti
keagamaan yang tidak dapat mereka pahami. Oleh sebab itu, memahami agama dalam kajian fenomenolo-ei berarti memahami agama dari sejarah, memahami sejarah dalam arti menurut dimensi
keagamaannya.60 Fenomenologi sebagai metode bertujuan
memahami pemikiran-pemikiran, tingkah laku, dan lembagalembaga keagamaan tanpa mengikuti teori-teori filsafat, teologi,
metafisika, ataupun psikologi. Salah satu cara untuk memahami
fenomenologi agama adalah menganggapnya sebagai reaksi
*
Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu Perbandingan Agarua, (Bandung:
Pustaka Setia, 2000), h. 41.
61
terhadap pendekatan-pendekatan historis, sosiologis, dan psikologis. Kebanyakan ahli fenomenolo-9i men-ganggap semua pendekatan semaca[l itu untuk inereduksi agama rnenjadi sematamata aspek sejarah, atau aspek sosial atau aspek kejiwaan.6l
Pendekatan fenomenologis berusaha mempelajari dan memaharni berbagai gejala keagamaan sebagaaimana apa adanya
dengan cara membiarkan manifestasi-manifestasi pengalaman agama berbicara bagi dirinya sendiri.Pendekatan
ini muncul
pada
akhir abad ke-20, terutama karena pengaruh filsafat yang dikembangkan Edmund Husserl. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang fenomenologi sebagai disiplin filsafat juga diperlukan agar
dapat menerapkan pendekatan fenomenologis tadi secara baik ketika mempelajari suatu gejala keagamaan.62
Pendekatan fenomenologis merupakan upaya untuk membangun suatu metodologi yang koheren bagi studi agama. Terdapat beberapa filsafat yang dapat digunakan sebagai clasar dibangunnya pendekatan
ini
seperti; filsafat Hegel dan filsafat
6t
D.lam,annuri (ed.), Agama Kira:prespektif Sejarah Agamct-agama, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesra. 1998), h. 21. u'
D.lam'annurr, Ilmu Perbandingan Agama: pengerrian dan Obyek
Kajian, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesra, 1998). h. 20.
62
Edmund Husserl.63 Filsafat Hegel, dalam
karyanya
The
spirit mempunyai tujuan untuk menunjukkan pada pemahanu.n t'ah'.1'a selur'lh fenomena dalam berba-sai keragamannya tapi hanya didasarkan pada satu esensi atau Phenomenology of
kesatuan dasar. Filsafat Edmund Husserl, terdapat dua konsep yang
mendasari karyanya dan menjadi
titik tolak metodologis
yang
bernilai bagi studi fenomenologis terhadap agama yaitu; epoch yang terdiri dari pengendalian atau kecurigaan dalam mengambil
keputusan, dan pandangan eidetic yaitu pandangan yang terkait dengan kemampuan melihat apa yang ada sesungguhnya.
Tugas pendekatan ini adalah
mendeskripsikan,
mengintegrasikan atau menyusun tipologi dari semua data yang diperoleh dari seluruh agama dunia. Ada tiga tugas yang harus
dipikul oleh fenomenologi agama, yakni: Mencari hakikat ketuhanan, menjelaskan teori wahyu, meneliti tingkah laku keagamaan.6a Bleeker menguraikan suatu cara kerja ganda yang
menjadi karakteristik dari pendekatan fenomenologt, yaitt: teori
epoche, yakni penangguhan sementara dari semua penelitian terhadap masalah kebenaran, dan eicletio'vision yang dapat
dijelaskan sebagai penelitian terhadap esensi-esensi. Prinsip u3
P"ter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agamn' (Yogyakarta: LKiS,
2011), h.110
s
Adeng Muchtar Ghazali, Op. Cit.,h.42.
63
eidetik menjadikan eidos sebagai tujuan penelitian, yakni apakah yang menjadi esensi dalam fenomenologi agama.
Van der Leeuw memberikan catatan tujuh fase penelitian fe no me no lo g 1.
is,6
s
y
aitu:
Memberikan nama gejala
2. Menyisipkan ke dalam kehidupan
itu sendiri
3. Memperdalam pengertian-pengertian agamis tentang hakikat
di
dalam epoche
4. Memberikan pengertian agamis yang telah diperdalam 5. Mengetahui pengertian-pengertian agamis
yang
telah
diperdalam
6. Mengoreksi
dengan menyelidiki kebenarannya, pengertian, atau
tujuan bahanfenomenologis yang umum atau yang lazim 7. Memperkenalkan pengertian agamis yan-q
telah diperdalam
beserta maksudnya.
Fenomenologi
tidak berusaha untuk
membandingkan
agama-agama sebagai unit yang luas, tetapi memisahkan diri dari
setting historis. Fakata-fakta dalam fenomena yang sama yang didapati pada berbagai macam agama, dibawanya bersama, dan dipelajarinya di dalam kelompok-kelompok. Tugas pendekatan ini adalah mengklasihkasikan data yang sangat banyak dan beragam
ut
Ibirt.,h.43.
64
dengan cara tertentu sehingga memperoleh gambaran menyeluruh
tentang isi keagamaan yang terkandung di dalamnya' Gamharan
yang menyeluruh
ini
bukaniah merupakan ringkasan
sejarah
agama, tetapi sLtrvei yang sistematis tentang data-data agama'
Fenomenologi tidak boleh membuat suatu kontradiksi di antara agama yang benar dan yang tidak benar. Dalam keadaan
terpaksa, fenomenologi dapat dengan penuh
kewaspadaan
membed'ikan religiusitas murni dan yang tidak murni. Oleh karena
itu, bidang garapan fenomenologi adalah:66
1. Menerangkan apa yang sudah diketahui yang terdapat dalam sejarah agama, dengan caranya sendiri. Fenomenologi agama
tidak membedakan dirinya dengan macam-macarl agarla'
2. Menyusun.bagian pokok
agama atau sifat alamiah agama, yang
juga merupakan faktor penamaan dari semua agama' 3.
Tidak mempersoalkan apakah gejala keagamaan itu
benar,
apakah ra bernilai, dan bagaimana bisa terjadi demikian, atau
menentukan lebih besar atau lebih kecilnya nilai keagamaan
mereka. Sekalipun keagamaannya,
ia
berusaha untuk menentukan nilai
nilai tersebut yang dimiliki oleh
pemeluk-
pemeluk agama itu sendiri dan nilai semacam ini tidak pernah bersifat relatif, tetapi selalu absolute. Oleh karena itu, titik berat
uu
lbid.
65
yang dibicarakannya adalah bagaimana kelihatannya dan dengan cara apa ia menempatkan
diri kepada kita.
d). Metode Sosiologis Dalam disiplin Sosiolo_ei Agama, ada tiga perspektif urama
sosiologi
yang
seringkali digunakan sebagai landasan dalam
melihat fenomena keagamaan
di
masyarakat, yaitu: perspektif
fungsionalis, konflik dan interaksionisme simbolik. Masingmasing perspektif memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri bahkan bisa
jadi penggunaan perspektif yang berbeda dalam melihat suatu
fenomena keagamaan akan menghasilkan suatu hasil yang saling bertentangan. Pembahsan berikut ini akan memaparkan bagaimana
ketiga perspektif tersebut dalam melihat fenomena keagamaan yang terjadi di masyarakat. 1. Perspektif Fungsionalis.
Perspektif fungsionalis memandang masyarakat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerjasama secara terorganisasi yang bekerja dalam suatu cara yang agak teratur menurut seperangkat peraturan dan nilai yang dianut oleh seba_eian besar masyarakat tersebut. Masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang stabil dengan suatu kecenderungan untuk mempertahankan sistem kerja yang selaras dan seimbang.
66
Secara esensial, prinsip-prinsip pokok perspektif
berikut
l)
ini adalah
sebagai
:67
Masyarakat merupakan sisiem yang kompleks yang terdiri dari bagian-bagian yang salin-e berhubungan dan saling tergantung, dan setiap bagian-bagian tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap bagian-bagian lainnYa.
Setiap bagian dari sebuah masyarakat eksis karena bagian
2)
tersebut memiliki fungsi penting dalam memelihara eksistensi
dan stabilitas masyarakat secara keseluruhan; karena itu, eksistensi dari satu bagian teftentu dari masyarakat dapat diterangkan apabila fungsinya
bagi masyarakat sebagai
keseluruhan dapat diidentifikasi.
3) Semua masyarakat
mempunyai mekanisme untuk mengintegrasikan dirinya, yaitu mekanisme yang dapat merekatkannya menjadi satu; salah satu bagian pentin-q dari mekanisme
ini
adalah komitmen anggota masyarakat kepada
serangkaian kepercayaan dan nilai yang sama'
4)
Masyarakat cenderung mengarah pada suatu keadaan
ekuilibrium, dan gangguan pada salah satu bagiannya cenderung menimbulkan penyesuaian pada bagian lain agar tercapai harmoni atau stabilitas.
6'Thomas F O'Dea, Op. Cit.\.26-28
67
5) Perubahan sosial merupakan kejadian yang tidak biasa dalam masyarakat, tetapi apabila hal tersebut terjadi, maka perubahan
itu pada umunrnya akan rneii-ibawa konsekuensi-konsekuensi yang menguntungkan masyarakat secara keseluruhan. Sebagai konsekuensi logis dari prinsip-prinsip pokok diatas, perspektif
ini berpandangan bahwa segala hal yang tidak berfungsi
akan
lenyap dengan sendirinya. 6) Karena agama dari dulu hingga sekarang masih tetap eksis maka
jelas bahwa agama mempunyai fungsi atau bahkan memainkan
sejumlah fungsi
di
masyarakat. Oleh karenanya, perspektif
fungsionalis lebih memfokuskan perhatian dalam mengamati fenomena keagamaan pada sumbangan fungsional agama yang
diberikan pada sistem sosial.
Melalui perspektif ini. pembicaraan tentang agama
akan
berkisar pada permasalahan tentang fungsi agama dalam meningkatkan kohesi masyarakat dan kontrol terhadap perilaku individu. 2. Perspektif Konflik68
Tidak ada seorang sosiolog pun yang menyangkal bahwa perspektif konflik dalam kajian sosiologi bersumber pada ide-ide
yang dilontarkan oleh Karl Mark seputar masalah perjuangan 68
Josefh
5.,
Sosiologi Sebuah pengenalan, terj. Sahat Simamora,
(Jakarta: Bina Aksara. 1984), h.22-23.
68
kelas. Berlawanan dengan perspektif fungsional yang melihat keadaan normal masyarakat sebagai suatu keseimbangan yang nlantap, para penganut perspektif konflik berpandangan bahw'a masyarakat berada dalam konflik yang terus-menerus diantara
kelompok dan kelas, atau dengan kata lain konflik dan pertentangan dipandang sebagai determinan utama dalam pengorganisasian kehidupan sosial sehingga struktur dasar masyarakat sangat ditentukan oleh upaya-upaya yang dilakukan berbagai individu dan kelompok untuk mendapatkan sumber daya
yang terbatas yang akan memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.Salah satu pertanyaan menarik yang terlontar sebagai konsekuensi dari penempatan konflik sebagai determinan utama dalam kehidupan sosial adalah masalah kohesi sosial. Kalangan
teoritisi konflik setidaknya memandang dua hal yang menjadi faktor penentu munculnya kohesi sosial diten-qah-tengah konflik yang terjadi, yaitu melalui kekuasaan dan pergantian aliansi. Hanya melalui kekuasaanlah kelompok yang dominan dapat memaksakan kepentingannya pada kelompok memaksa kelompok
lain
lain untuk mematuhi kehendak
sekaligus
kelompok
dominan. Kepatuhan inilah yang pada akhirnya memunculkan kohesi sosial. Adapun pergantian aliansi disini berarti berafiliasi pada beberapa kelompok untuk maksud-maksud yang berbeda. Hal
69
ini sangat mungkin untuk dilakukan mengingat suatu isu spesifik seringkali mampu menyatukan kelompok yang
sebenarnya
meniiliki berbagai macanl perbedaan.
Dalam kaitannya dengan kekuasaan. kalangan teoritisi
konflik
memandang agama sebagai ekspresi penderitaan,
penindasan, dan rasionalisasi serta pembenaran terhadap tatanan
sosial yang ada. Oleh karena itu, dalam perspektif konflik agama
dilihat sebagai "kesadaran yang palsu", karena hanya berkenaan dengan hal-hal yan-s sepeie dan semu atau hal-hal yang tidak ada
seperti sungguh-sungguh mencerminkan kepentingan ekonomi kelas sosial yang berkuasa. Dalam pandangan Marx, agama tidak
hanya membenarkan ketidakadilan tetapi juga mengilustrasikan kenyataan bahwa manusia dapat menciptakan institusi-institusi sosial, dapat didominasi oleh ciptaan mereka dan pada akhirnya percaya bahwa dominasi adalah sesuatu yang sah. Jadi, dalam perspektif konflik agama lebih dilihat dalam hubungannya dengan
upaya untuk melanggengkan status quo, meskipun pada tahap selanjutnya ticiak sedikit kalangan yang menganut perspektif ini
justru menjadikan agama sebagai basis perjuangan untuk melawan status quo sebagaimana perjuangan bangsa Amerika
teologi liberal mereka yang populer.
Latin melalui
70
3. Perspektif Interaksionisme Simbolik6e
Dalam wacana sosiologi kontemporer, istilah inreraksionisme simbolik riiperkerralkan
oleh Herbert Blumer
melalui tiga proposisinya yang terkenal:
a) Manusia berbuat terhadap Sesuatu berdasarkan makna-makna yang
dimiliki
sesuatu tersebut bagi mereka;
b) Makna-makna tersebut merupakan hasil dari interaksi sosial;
c) Tindakan sosial diakibatkan oleh
kesesuaian bersama dari
tindakan-tindakan sosial individu.
Dengan mendasarkan pada ketiga proposisi
diatas,
perspektif interaksionisme simbolik melihat pentingnya agama bagi manusia karena agama mempengaruhi individu-individu dan hubungan-hubungan sosial. Pengaruh paiing signifftan dari agama
terhadap individu adalah berkenaan dengan perkembangan sosial.
identitas
Dengan menjadi anggota dari suatu agama. seseorang lebih dapat
menjawab pertanyaan "siapa
saya?"
'
Dengan demikian bisa
dikatakan bahwa identitas keagamaan, dan kepercayaankepercayaan dan nilai-nilai yang diasosiasikan dengan a-qama meruprkan produk dari sosialisasi. oleh karenanya, kalangan interaksionis tebih melihat agama dari sudut peran yang dimainkan
u' Ilyu, Ba-Yunus dan Farid Ahmad,
SosioLogi
Islam;
Pendekatan, terj. Hamid Ba-Syaib (Bandung: Mizan, 1996), h' 20'
Sebuah
7I agama dalam pembentukan identitas sosial dan penempatan individu dalam masyarakat.
Luasny:r cakupan dimensi agxna yang
ada
sebagai
konseskuensi dari kecenderungan para sosiolog mendefinisikan agama secara inklusif sebenamya telah rnembuka kesempatan yang
luas bagi berbagai perspektif yang ada dalam sosiologi untuk bisa memberikan kontribusi maksimal bagi upaya memahami perilaku-
perilaku sosial masyarakat sebagai perwujudan dari pelaksanaan beragam keyakinan dan doktrin-doktrin keagamaan
yang
ad,a.
Namun demikian, pembahasan sosiologis tentang berbagai fenomena keagamaan yang berkembang dimasyarakat selama ini
cenderung terpusat disekitar permasalahan fungsi ganda agama bagi masyarakat. yaitu fungsi integratif dan disinte grattf . e). Metode Antropologi
Budaya seba-sai produk manusia yang bersosial-budaya pun
dipelajari oleh Antropologi. Jika budaya rersebut dikaitkan dengan agama, maka agama yang dipelajari di sini adalah agama sebagai fenomena budaya, bukannya agama (ajaran) yang datang
dari Tuhan.
12
Menurut Atho Mudzhar,lo fenomena agzma -yang dapat dikaji- ada lima kategori. Meliputi:
l. 2.
Sc:ripture atau naskah atau sumber ajalan dan slrlrbol agama.
Para pengarlut a[au peminrpin atau pemuka agama. Yakni sikap, perilaku dan penghayatan para penganutnya.
3.
Ritus.lembaga dan ibadat. Misalnya shalat, haji. puasa, perkawinan dan waris.
4.
Alat-alat (dan sarana). Misalnya masjid, gereja, lonceng, peci dan sernacamnya.
5.
Organisasi keagamaan tempat para penganut
agama
berkumpul dan berperan. Misalnya seperti Nahdatul Ulama. Muhammadiyah. Persis, Gereja Protestan, Syi'ah dan lain-lain.
Kelima fenomena (obyek) di atas dapat dikaji densan pendekatan antropologis, karena kelima fenomena (obyek) tersebut memilikr unsur budaya dari hasil pikiran dan kreasi manusra.
Menurut Amin Abdullah,Tl lan-skah dan
tahapan-
pendekatan antropolo-uis pada penelitian agama memiliki empat
ciri fundamental. Meliputi: 'o M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam Dalatn Teori Dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 15.
73
1.
Deskriptif .' Pendekatan antropologis bermula dan diawali dari kerja lapangan (field work), berhubun,gan dengan orang
dan -atau-
masyarakat (kelornpok) selcnlpat yang diamati dalam jangka waktu yang lama. Inilah yang biasa disebut dengan (thick description). 2.
Lokal Praktis : Pendekatan antropologis disertai praktik konkrit dan nyata di lapangan. Yakni, dengan ikut praktik di dalam peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan, semisal kel ahiran,
-)
p
erkawin an. kematian dan pemakaman.
Keterkaitan antar domain kehidupan secara lebih utuh (connections across social domains) : Pendekatan antropologis
mencari keterkaitan antara domain-domain kehidupan sosial
secara
lebih utuh. Yakni,
hubungan antara wilayah
sosial, a-qama, budaya dan politik. Hal ini dikarenakan hampir tidak ada satu pun domain wilayah ekonomi,
kehidupan yang dapat berdiri sendiri cian terlepas tanpa terkait dengan wilayah domain kehidupan yang lainnya. 4.
Komparatif (Perbandingan)
:
Pendekatan antropologis
-
perlu- melakukan perbandingan dengan berbagai tradisi, sosial, budaya dan agama-agama.
7|
htrp : //aminabd.wordp ress.con r20 I t /0 I / I 4/urgens i-pendekatanant ro p o lo g i - unr uk- s tud i - a g a ma - dan- s t udi - is lam
14
f). Metode Psikologis
ini
bermaksud mencari hubungan pengaruh agama terhaclap kejiwaan pemeluk a'salna Pendekatan
atau atau
sebaliknya pengaruh kejiwaan sang pemeluk terhadap keyakinan yang keagamaannya. Para psikolog religius meyakini ada dimensi
sakral, spiritual, divine, transenden' super-natural yang tidak para empiris yang dapat mempengaruhi kejiwaan manusia' Namun' psikolog non-religius menolak dimensi-dimensi itu atau paiing
tidak sangat meragukannya. Psikolog non-reiigius biasanya
akan
perlu berusaha menjelaskan fenomena keagamaan seseorang tanpa
merujuk kepada realitas-realitas yang super-natufal itu, sementara psikolog religius ingin tetap membuka kemungkinan realitas itu
menjadi satu- faktor yang berpengaruh terhadap kejiwaan '72
seseorang.
Interpretasi agama melalui pendekatan psikologis ini memang berkembang dan dijadikan sebagai cabang dari psikologi dengan nama psikologi agama- Objek ilmu
ini
adalah manusia'
dalam pengertian tirrgkah laku manusia yang beragama' gejalagejala empiris dari keagamaannya. Karena ilmu ini tidak berhak mempelajari betul tidaknya suatu agama, metodenyapun tidak P.t". Connoly, "Psychr'tlogical Approaches", dalam Approaches to the Peter Connoly (ed')' study o.f Religiort, terj, Anela Peidekata''' Stutli Agama' (Yogyakarta: LKiS, 1999), h. 136.
"
75
berhak untuk menilai atau rnempelajari apaknh agall:ra itu diwahukan Tuhan atau tidak, dan juga tidak berhak mempelajari masalah-masalah vang tidak ernpiris lainnya.
Oleh karena itu, metode psikologis tidak
berhak
menentukan benar salahnya suatu agama karena ilmu pengetahuan
tidak memiliki teknik untuk mendemonstrasikan hal-hal seperti itu,
baik sekarang maupun waktu yang akan datang. Selain itu sifat
ilmu pengetahuan sifatnya adalah empiricaL science, yakni mengandung fakta empiris yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan metode ilmiah. Fakta empiris
ini adalah fakta yang
dapat diamati dengan pola indera manusia pada umumnya, atau
dapat dialami oleh semua orang biasa, sedangkan Dzat Tuhan,
wahyu, setan, dan fakta ghaib lainnya tidak dapat diamati dengan
pola indera orang umum dan tidak semua orang
mampu
mengalami nya.t3 Sumber-sumber pokok untuk mengumpulka data
ilruiah melalui pendekatan psikologi ini dapat diambil dari:
1. Pengalaman dari orang-orang yang masih hidup.
2.
Apa yang kita capai dengan meneliti
diri kita sendiri.
3. Riwayat hidup yang ditulis sendiri oleh yang bersangkutan, atau
yang ditulis oleh para ahli agama.'"4
" L. Ari, Ahyadi, Psikologi Aganut, (Bandung: Martiana, 1981), h. 9. dan Za\iah Daradjat, ilmu Jiwa Agcurn, (Jakarta:Bulan Bintang,1919), h. l1 -19. " Zakiah Daradjat, Ibid.,h.20.
16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian
ini
berusaha
untuk mengkaji dan
men-eali
pemikiran lima tokoh dari timur pada abad pertengahan tentunya
akan menggali pemikiran seseorang, oleh karena
itu
menurut
Kuntowijoyo, penilaian yang berusaha menggali pemikiran seseorang maka penelitian
ini termasuk pada kategori penelitian
sejarah pemikiran. Jenis penelitian sejarah terkait dengan pelaku
dan tugas. Pelaku adalah pemikiran yang dilakukan seseorang,
isme, gerakan intelektual, periode dan pemikiran kolektif. Sedangkan tugas sejarah pemikiran ialah
(l)
membicarakan
pemikiran-pemikiran besar yang berpengaruh pada kejadian sejarah, (2)melihat konteks sejarahnya tempat ia muncul, tumbuh
dan berkembang(sejarah di permukaan, (3) pengaruh permikiran pada masyarakat bawah. i I
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (Library research) dengan bertumpu kepada sumber-sumber data pustaka terkhusus lima buku utama yang akan menjadi objek utama kajian
I
Kuntowijoyo, Metoclologi Sejarah, edisi kedua (Yogyakarta:Tiara Wacana,2004),h. 190. l9 I
17
78
dalam penelitian
ini ditambahkan
dengan buku-buku dan artikel,
jumal yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Sedangkan sifat penelrtian
ini
adtrlah deskriftif, yaitu berusaha
menjelask-an
berbagai masalah secara cermat dan detail dengan menghubungkan
berbagai data, sehingga diperoleh suatu gambaran yang jelas, akurat dan factual sesuai dengan fokus penelitian.
B. Sumber Data Sumber data utama atau primer dalam penelitian
ini
adalah
karya dari Ibnu Hazm, Syahrastani dan Ibnu Taymiyyah, Ibnu
Qayyim serta Imam Ghazali terutama tentang studi agama-agarna ataupun ajaran-ajaran agama non Islam. Sedangkan data sekunder
adalah tulisan-tulisan orang lain yang membahas dan mengkaji tentang lima tokoh C.
ini dan studi agama
agatna.
Alat PengumPul Data
Dokumen berupa kitab yang telah ditulis oleh lima tokoh diatas akan diolah dan ditelaah dan selanjutnya dianalisis secara
kritis.
Untuk mengkaji dan mengenalisi karakterisitik studi
agama-
agama yang telah dilakukan oleh kelima tokoh diatas maka penelitian tni melakukan pendekatan sosio cultural dan historis
kritits. Perdekatan pertama digunakan untuk menafsirkan konteks social budaya yang melingkupi dan melatar belakangi para tokoh
79
ini menulis karya tentang studi agama-agama. Hal ini dilakukan untuk melihat fenomena yang ada sehin-uga lahirnya karya-karya
iiiereka. Penggabungan antara sosialogis dan
cultur-al
dimaksudkan agar titik tekan kajian tidak hanya meriputi aspek
social semata tetapi aspek cultural yang berkembang pada abad pertengahan
jrgu harus menjadi perhatian peneliti.
Adapun
pendekatan kedua yaitu historis kritis, digunakan untuk mengamati dan menelusuri proses sejarah penulisan karya-karya mereka latar
belakang yang menyebabkan lahirnya tulisan tentang studi agamaagama.
D. Metode Analisis Data Data-data yang relah didapat berkaitan dengan penelitian ini
diolah dan dikritisi secara mendalam baik berasal dari sumber primer ataupun sekunder dengan mengunakal content analil,sis dan
discourse analysis yang banyak di-gunakan oleh kalangan
hermeneutika kritis. Pandangan kelima tokoh
diatas yang
ada
didalam kitabnya masing-masing dikumpulkan dan dilakukan pemilahan dan pemetaan data-data yang terkait dengan studi agama-agama lalu dianalisa karekteristik studi yang telah terjadi pada abad pertengahan.
Langkah pertama yang dilakukan dalam menganalisi data ini adalah dengan mendeskripsikan pandangan
kelima tokoh diatas
80
berkaitan dengan studi agama-agama dan diungkaplatar belakang yang mendorong mereka melakukan studi agama-agama' Langkah
selanjutnya adalah rnentelaah data-data yang dipaparkan untuk dikenali karakteristiknya dengan menggunakan pendekatan analisis wacana(drs course
analisis). Dengan pendekatan
ini
maka akan
dikaji situasi dan kondisi yang melatar belakangi masing-masing kelima kitab ini.
penulisan
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA A.Penyajian Data Baik di dunia Barat maupun di dunia Timur, kajian agamaagama pada abad pertengahan menunjukkan kemajuan yang cukup pesat. Penelitian ini hanya akan difokuskan pada karakteristik studi
agama-agama pada abad pertengahan, oleh sebab
itu
kajiannya
akan dibatasi pada lima karya studi agama yang dilakukan oleh para ulama besar di dunia timur sebagaimana yang akan diurakan pada bab ini.
I.
Kitab al-Fashl al-Mitsr wa an-Nihalkarya rbnu Hazm a. Latar Belakang penulisan kitab ar Fashl al Milal rvan Nihal.
Kitab alFashl al Milal wa an-Nihal merupakan salah satu karya studi agama abad pertengahan yang dikarang oleh ulama, besar Ibn Hazm, yang memiliki nama rengkap Ali bin Ahmad bin
Sa'id Hazm bin Ghalib bin Shalih bin Kholaf bin Ma,ad bi, Sufyan bin Yazid Mawla yazid bin Abu Sufyan Sokhr bin Harb al-
Umawy. Ia terlahir dari keluarga bangsawan, ayahnya Ahmad bin Sa'id bin Hazm pernah menjabat Menteri Keuangan pada rnasa pemerintahan Khalifah al-Manshur bin Abu Amir dan berlanjut
81
82
hingga Khalifah Hisyam al-Muayyad (w. 399 H.) Ia dibesar di lingkungan istana kementerian yang megah, dihuni keluarga yang menjunjung tinggi kebudayean iuhur dan keilmuan. Suatu yang
unik, ia banyak belajar berbagai hal dari wanita-wanita pekerja di Istana ayahnya. Ia belajar dari rnereka membaca Al-Qur'an, syi'ir, seni kaligrafi dan lain-lain.
Karya monumental studi agama Ibnu Hazm Al-Fasl Wal Ahwai wan nihal (994-1064
M) tentu
fil
milal
saja tidak muncul secara
serta merta tanpa dipengaruhi oleh latar belakang sosio-religious. Sejarah telah mencatat bahwa kondisi social keagaaman pada abad pertengahan di akhir kekuasaan kerajaan Islam di Andalusia cukup
dinamis. Dinamika kehidupan social keagamaan dipengaruhi oleh kemajemukan masyarakat, dimana masyarakatnya dikelompokkan
menjadi dua kelompok,
(1) Umat Islam yang merupakan
keturunan Arab dan Barbar, (2) Ahli Dzimmi, yaitu Nasrani dan
Komunitas Barat yang berada dalam lindungan kekuaasaan kerajaan Islam di Cordoba.l
Ibn Hazm tumbuh ditengah lingkungan agama yang plural', bahkan dibesarkan di tengah keberagaman pemeluk agama-agama
samawi, Yahudi, Kristen dan Islam. Pertarungan teologis antara tAssayuthi, Khalid Abdul Halim Abdurrahim, Al-Jadql Acldini Baina Muslinrin u.'a Ahlil Kirab bil Andalus,Kairo, Mesir,Daru Quba', h. 20
83
agama-agama tersebut pada saat
itu cukup tajam, sehingga
meninggalkan bekas yang rnendalarn
di dalam dirinya.
Dengan
dilatari oleh kera-eanran aqarlta den-rikian, maka tatkala telah beranjak dewasa Ibn Hazm termotivasi untuk menekuni kajian agama-agama besar dunia pada masa
Injil
itu. Dia mempelajari Taurat,
dan tentunya al-Quran. Dia membandingkan teks-teks tersebut
dengan al-Qur'an. Ketertarikan membandingkan dernikian dilatari
oleh dia adanya perbedaan yang cukup besar pada kitab-kitab suci tersebut padahal sumber teks-teks suci itu satu, yaitu Allah.
Keseriusan Ibn Hazm dalam kajian perbandingan demikian menghantarkan dirinya banyak terlibat dalam pelbagai diskusi dan
perdebatan dikalangan intelektual Andalusia, khususnya
di
kota
Almeria. Diskusi-diskusinya dengan para tokoh tersebur tertuang pula dalam ratusan lembar kertas, yang pada gilirannya menjadi risalah ilmiah dan buku-buku rujukan dalam bidang keagamaan.
Tak pelak, Ibn Hazm pun
mendapat gelar pendiri Ilmu
Perbandingan Agama; yang diakui para tokoh cendekiawan agama
terdahulu maupun sampai sekarang, meskipun ada juga orangoran_s yang
tidak setuju pemberian gelar itu kepadanya.
Gelar sebagai pendiri Ilmu perbandingan Agama yang diberikan kepada Ibn Hazm tentu saja bukannya tanpa alasan,
84 sebab faktanya beliau banyak menulis dan mengadakan penelitian
tidak saja terbatas pada kajian terhadap agama islam tetapi juga Lerhaciap agama-agama
lain. Karya berikut, paling tidak
menggambarkan dengan
jelas konsens beliau dalam
bidang
perbandingan agama.
Karya Ibnu Hazm diantaranYa
l. Al-Fishal fi al-Milal 2.
:
wa al-Ahwa wa An-NihaL'
Ar-Radd 'ala lbnu Nagrila al-Yahudi
3. Idzhar Tabdil al-Yahud, wa An-Nashara
li al-Kitabain
at-
Taurat wa al-Injil. 4. Al-Ushul wa 5.
al-Furu'
Ar-Radd 'ala Anajil an-Nashara.
6. Aswaq al-Arab
7. Mandzumat
fi
Qawaid Fiqh azh-Zlruhiriyah'
Karya Ibn Hazm, pada umumnya ditulis secara sistematik yang dibangun dengan dialektika yang kritis, tajam, jelas dan
tegas. Pola studi
agama demikian terlihat sekali tatkala beliau
menuliskarya monumentalnya
al Fashl al Milal wa an Nihal,
sebagimana tampak jelas pada uraian berikut.
b.Deskripsi Kitab al-Fashl al'Milal Wa an-nihal
Dalammelakukanpenelitianinibukuyangdijadikantim sebagai bahan kajian penelitian adalah Edisi yang diterbitkan oleh
85
Dar Ehia Al-Tourath Al-Arabi terbit pada tahun 2002 cetakan pertama dan di Tahqiq oleh Dr Yusuf Biqa'i, edisi ini terdiri dari tiga jiiici. Pacia jiiiri pertama buku ini, terdiri atas 367 halaman berikut daftar isinya Dipilihnya edisi ini sebagai rujukan utama, karena edisi al-Fashl yang paling baru dan ditahqiq oleh tokoh yang kompeten dibidangnya.
Dalam muqaddimah bukunya Ibnu Hazm mengkritisi bukubuku yang ditulis para ilmuwan tentang agama-agama dizamannya
Ibnu Hazm menganggap karya mereka terlalu panjang sehingga
sulit dipahami, atau
sebaliknya, terlalu singkat
dan
menghilangkan bagian-bagian penting dari studi tentang agama tersebut, yang berdampak pada tidak utuhnya gambaran tentang agama yang lainnya, oleh karena
ini
dengan beristiharah kepada
Allah swt Ibnu Hazm memutuskan untuk menulis dengan
tema
yang ada saat ini.2
Dalam Muqaddimahnya Ibn Hazm menjelaskan tentang enam kelompok utama yang dianggap menyimpang dari Islam,
yang masing-masing kelompok melahirkan kelompok baru di bawahnya3:
2
Ibn Hazm, 2002, al-Fashl Fil Milal LVal Ahwa'i Wannihal,Dar Ehia Al-Tourath Ai-Arabi,Beirut Lebanon, Cet I, T Jilid 1, Hal.9 3
tra ,litia 1, Hal.lo
86
1. Kelompok yang mengingkari beragam kebenaran, para teolog (al - mut akal Limun) me
n
yebutnya kelo mpok s ofisme.
2. Kelompok yang mempercayai adanya berbagai
kebenaran.
retapi berpendapat bahwa alam tidak abadi dan tidak memiliki pemelihara.
3. Kelompok yang mempercayai berbagai kebenaran' keabadian alam dan pemeliharanYa abadi.
4. Kelompok yang mempercayai beragam kebenaran' sebagian percaya pada keabadian alam dan sebagian lagi berpendapat alam diciptakan, dan sepakat akan adanya pengatur alam yang
jumlahnya lebih dari satu sekalipun-berberbeda
dalam
keberagantannya..
5. Kelompok.yang mempercayai beragam kebenaran dan alam diciptakan oleh pencipta yang tung-eal dan abadi namun menolak adanya kenabian.
6. Kelompok yang mempercayai beragam kebenaran, dan
alam
diciptakan oleh pencipta tunggal yang abadi, kelompok ini
mengakui beberapa kenabian, tetapi dan menolak
sebagian
lainnya. Selanjutnya Ibn Hazm mendiskusikan kelompok-kelompok tersebut diatas dengan membagi pembahasannya menjadi empat bagian:
87
Bagian pertama, dia mulai dengan menjelaskan tentang kelompok shofismea:
Bagititr keduci, dia berbicara tentangKelompok yang mempercayai berbagai kebenaran, keabadian alam dan pemeliharanya abadi.
Bagian ketiga, men_euraikan tentang kelompok yang mempercayai keabadian alam, dan
ia memiliki
pencipta
yang abadi; dan bagian keempat mendiskusikan tentang kelompok yang mengatakan bahwa alam memiliki pencipta yang abadi, tetapi berpendapat bahwa ruang dan waktu juga abadi.
Bagian keempat, ini Ibn Hazm berbicara agak panjang. Dia juga menyinggung kelompok yang percaya bahwa pencipra
dan pemelihara alam
ini lebih
daripada satu; kemudian
memberikan uraian tentang agama Kristen; lalu kelompok yang mengatakan bahwa Tuhan menciptakan alam semesta
ini sekaligus; serta kelompok yang mengingkari kenabian dan malaikat; dan kelompok yang mempercayai adanya inkarnasi. Pembahasan berikutnya yang diiakukan
Ibn Hazm adalah memaparkan uraian tentang pandangannya terhadap orang yahudi u
tuia,Jilia
I
Hal.16-17
88
dan kelompok yang mengingkari Trinitas dari kalangan Kristen;
kelompok Sabean dan kelompok yang mempercayai kenabian Zai.atustra cari kalangan Majusi. Selanjutya juga diungkapkan pandangannya tentang agama Yahudi dan
Nasrani' Kajiannya
yang panjang dan lebih menukikkan pandangannya tentang inkonsistensi dan kontradiksi dalam kitab Injil; dan inkonsistensi antara Injil dan Taurat terurai mulai halaman 119 hingga 315 jilid pertama.
s
Ibn Hazm diakhir Jilid pertama dari bukunya ini berbicara tentang kelompok-kelompok yang terdapat dalam Islam; yaitu kelompok-kelompok Islam yang dianggap menyimpang dari Al-
Quran dan Sunnah Nabi, karena terpengaruh oleh ajararr-ajaran yang ada pada kelompok-kelompok yang terdapat pada agurra
yahudi dan Nasrani, atau mendapatkan pengaruh dari
rnazhab
pemikiran lainnya. Dia menghimbau mereka untuk men-uikuti apa yang digariskan oleh al-Quran al-Karim; dan kepada non Muslim
unruk kembali kepada ajaran Kitab Suci mereka. Menurut Ibn
Hazm ketika mereka menyimpang dari al-Quran dan tidak mempercayai Muhammad s.a.w, mereka juga menyalahi ajaranajaran yang ditetapkan oleh kitab-kitab suci mereka.6
5 tbid, Jlid t, Hat.l l9-315 u Ibia, Jitid 2, Hat.3t6-367
89
Berikutnya dari Jilid kedua bukunya, edisi yang sama terdiri atas 343 halaman berikut daftar isi, pembahasan panjang dilakukan oieir ibiiu Hztzrrtdengan memaparkan kajian teologis di seputar sifat-sifat Tuhan, tempat dan singgasana-Nya, rtr'1,ah, al-
Quran sebagai kalam Tuhan, kemukjizatan al-Quran, istitha'ah,
janji
cladha dan cladhar, perbuatan manusia, iman dan kafir,
ancaman Tuhan
serta
masalah-masalah
teologis
dan
tentang
kemungkinan malaikat dan nabi melakukan perbuatan maksiat.
Berikutnya juga di uraiankannya tentang Nabi Adam, Nuh,
Ibrahim, Luth, Yusuf dan saudara-saudaranya, Musa, Yunus,
Buku jilid kedua Ibn Hazm ditutup dengan pembicaraan tentang apakah dianggap mukmin orang yang beriman tanpa argumentasi; orang yang belum
Dawus, Sulaiman dan Muhammad.
tersentuh dakwah; orang yang bertobat. Disamping diletakkan pada akhir
jilid ini tentang
itu, juga
syafa'at, timbangan
,
telaga,
sirath, azab kubur dan anak-anak orang muslim atau kafir yang
meninggal dunia sebelum
akil balig;
tentang kiamat
dan
kebangkitan, penciptaan surga dan neraka,serta kehidupan abadi di surga dan neraka.
T
Sedangkan
jilid
ketiga, terdiri aras 366 halaman berikut
daftar isinya. Ibn Hazm mengawali bahasannya dalam
'tbid,litio
2. Hal. 3t6-361
jilid ini
90 tentang kepemimpinan umat Islam. Menumtnya ulama Ahlusunnah
clan semua aliran dalam Islam (Murji'ah, Mu'tazilah. Syi'ah, Khawarij)
sepaka^r tentang
kewajiban bagi un-rat mengikuti seorang
pemimpin yang adil yang mau menegakkan hukum-hukum Allah'S Selanjutnya kajian berikutnya tentang peperangan yang
terjadi
dikalangan sahabat, antara
Ali dan orang-orang
yang
memeranginya; amar makruf dan nahy mungkar; uraian tentang
aliran-aliran dalam teologi Islam, seperti Murji'ah, Mu'tazilah, Syi'ah, Khawarij;
jin
dan setan, serta kenabian wanita.Ibn Hazm
mengakhiri kajiannya dengan membahas topic-topik fllsafal, misalnya tentang penciptaan alam, gerak dan diam, perbuatan
Allah, substansi dan aksiden, jasad dan jiwa, pengetahuan
dan
warna.
Demikian gambaran isi buku Al-Fashl Fi Al-Milal wa AlAhwa'wa An-Nihal. Ttmtidak akan mengkaji seluruh uraian yang dipaparkan dalam kitab al-Fashl rni, hanya bagian-bagian yang relevan dengan tema pokok penelitian
ini
saja yang dikaji, yaitu
Karakter studi agama-agama yang dilakukan Ibn Hazm dalam bukunya ini.
t
Ibi,i, Jilid 3, Hal.
5
9t c.Karakteristik Studi Agama-agama dalam al-Fashl Disaat mengka.ii kitab al-Fashl Fi al-Milal wa al-Ahy,a' u,a
an-Nilnl, Tim peneliii menciniikaii bahwa perhatian penulis buku
ini
terfbkus pada studi agama dan upayanya untuk melakukan
kajian yang mendalam dan melakukan verifikasi terhadap Internal teks dengan melakukan kritik terhadap kelemahan teks-teks Injil
tersebut dan memberikan penjelasan mengenai dimana letak penyimpangan, pengubahan, dan penggantian dari teks-teks aslinya dan ekstemal teks
Injil
yang berkaitan dengan proses periwayatan
teks-teks Injil
I. Kritik Ibn Hazm Terhadap Agama
Nasrani
Ibn Haznt memulai kajian agama-agananya dengan pembicaran tentang agama Nasrani yaitu berbicara teutang sektesekte yang ada dalam agama Nasrani yang menurutnya meskipun diang-eap sebagai
Allah
Ahli Kitab sebagian ada sekte
ada menrauhidkan
yaitu Sekte Ariuisme dan sebagian besar penganut dan
sekte-sekte (Mulkisme, Nasturisme, Ya'kubisme. Romanisme, dan
Polaqonisme-) yang ada dalam agama
ini
menyakini ajaran
Trinitas. Latar belakang sejarah dan landasan filosofis adanya keyakinan Trinitas dan keterkaitannya dengan keyakinan Majusi
92
yang juga meyakini akan adanya Trinitas menjadi landasan kritik Ibnu Hazm ketika berbicara tentang Trinitas.e Fertgakuarr sejumi:rh sekte dalam agama Kristen ketika itu-
Ariuisme, Mulkisme, Nasturisme, Ya'kubistne, Rotnanisme, dan Polaqonisme-bahwa tidak mengklaim bahwa Injil diwahyukan dari
Allah kepada al-Masih; atau a|-Masih membawa kitab suci itu kepada mereka. Mereka sepakat bahwa keempat
Injil
dalarn
Kristen merupakan biografi (tarikh) yang ditulis oleh empat orang yang hidup padazaman yang berbeda.l0
Injil Matius (murid al-Masih) ditulis dalam bahasa Ibrani diwilayah Yude
di
Syam. sebanyak dua puluh delapan lembar
kertas dan tulisan dengan ukuran sedang, Sembilan tahun setelah
ai-Masih diangkat ke langit; Injil Markus (murid Simon) ditulis dalam bahasa Yunani,
di Antiokia dua puluh tahun setelah
al-
Masih diangkat ke langit; Injil Lukas (seorang dokter dari Antilokia, yang juga murid Simon) ditulis dalam bahasa Yunani dikota Icea sebuah kawasan yang ada di pinggiran dan
Injil
Syam; "vilayah Yohanes (anak Zebedeus murid al-Masih) yartg ditulis
dalam bahasa Yunani di kawasan Astia (suatu tempat yang terietak
di antara pegunungan Heart dan Ghazna), enam puluh tahun lebih setelah al-Masih diangkat ke langit, dan terdiri dari dua puluh e tuid, Jilid r, Har.56
'o Ibid, Jilid
1, Har.57-58
93
empat lembar keftas dengan ukuran dan tulisan sedang. Selain itu,
Ibn Hazm menyebutkan tujuh surat kanokik, tiga surat Yohanes, dua surat Sarnon PeirLis, saili sui-at Ya'kub, dan satu surat Yudas.
Masing-masing surat terdiri atas satu
hin_q-ea
dua lembar kertas
tipis; dan masih ada lagi surat-surat lainnya, seperti
surat
Paulus.Ibn Hazm menyebutkan bahwa semua tulisan tersebut, yang
dia sebutkan dari awal hingga akhir bersumber dari tiga orang
yaitu Paulus, Markus dan Lukas; sedangkan tiga orang yang disebut terakhir merujuk pada lima orang, yaitu Petrus, Matius, Yohanes, Ya'qub, dan Yudas. Ibn Hazm menambahkan: "Orang-
orang itu adalah manusia paling bohong, dengan bukti-bukti dan penjelasan yang akan saya jelaskan pada bagian setelah ini, insya
Allah".
11
Berkaitan dengan penulisan kitab suci
itu, Ibn
Hazm
membandingkan antara apa yang penah dilakukan oleh orang
Yahudi dan orang Kristen yang datang sesudah mereka. Dia mengatakan:
"Sesungguhnya orang Nasrani dalam banyak hal jauh lebih
lemah dibandingkan oleh orang Yahudi, karena orang-orang Yahudi memiliki kekuasaan dan tokoh-tokoh besar setelah nabi Musa a.s Mereka pernah dibina oleh para nabi yang menonjol,
"
Lihat Ibn Ha2m,2002, al-Fashl, Jilid l, Hal.218
94
yang berkuasa dan di taati, seperti Musa, Harun, Yusac, Samuel,
Dawud, dan Sulaiman a.s. ketika mereka mulai ingkar terhadap
ajaran Taurat, menyem'bah berhala, nrembunuh para nabi. membakar Taurat, merusak rumah ibadah sedikit demi sedikit. yang pada akhirnya mereka kehilangan kedaulatan.l2
Kondisi yang berbeda dialami orang orang Nasrani yang sangat jauh berbeda keadaannya dengan orang
Yahudi. Disaat al-
Masih hidup, hanya terdapat seratus dua puluh orang yang beriman
padanya. Itupun dengan sembunyi-sembunyi karena khawatir terhadap resiko yang harus mereka hadapi ketika ketahuan memeluk dan mengajarkan agama ini.r3 Resiko besar dihadapi berupa hukuman misalnya dilempari batu sampai mati. dibunuh.
dan disalib, seperti yang disebutkan Ibn Hazm pada baris-baris
berikut ini: "setiap orang yang menyatakan memeluk agama ini akan dilempari batu sampai mati seperti Ya'qub anak Yusuf si tukang kayu, dan Estephen yang dikenal sebgai syahid pertama;
atau disalib seperti Petrus, Andreas, Simon (saudara Yusuf si tukang kayu). atau dibunuh dengan pedang seperti Ya'qub saudara
Yohanes, Thomas, Bartolomeus, Yudas anak Yusuf kayrt."
14
t'
Ibid, Jilid 1. Har.22o '3 Ibid, Jitid 1, Hat.22l '* Ibid, Jilid 1, Har.Z2o
si
tukang
9s
Situasi yang kurang menguntungkan yang dialami orangorang Nasrani itu berdampak menurut Ibn Hazm pada keberadaan
Injil yang dirvahvukan kepada Nabi isa as. ibn Hazm bahrva kitab
Injil
yan-e diwahyukan oleh
nrengataken
Allah lama kelamaan
nienghilang ditelan zaman dan hanya beberapa ba-eian kecil saja
yang tersisa, hal itu kata Ibn Hazm, dikemudian hari menjadi sarana data historis untuk menghujut kaum Nasrani dengan penyimpangan yang mereka lakukan terhadap Nabi merekals
Kajiannya tentang agama Nasrani dilanjutkan dengan verifikasi tentang kenabian Nabi Muhammad saw. yang disebut dalarn
Injil. Dengan kajian yang dilakukannya tampak
keseriusannya dalam melakukan kajian terhadap
jelas
Injil. Dia betul-
betul menguasai teks-teks kitab suci ini. Dia menemukan bahwa
kitab suci ini memiliki riwayat yang berbeda. Dia mengatakan
bahwa meskipun berbeda, tetapi riwayat-riwayat tersebut sebetulnya berdekatan. Ia bisa berbeda karena banyaknya orang Hawariyun yang menukilnya dari al-Masih dalam
hjil...
siapa
yang mengabarkan tentang kebenaran dan hal-hal ghaib, seperti keluarnya Dajjal, kiamat, hari perhitungan, surga dan neraka. Dalam Zabtr, Taurat dan
"
Ibid, Jilid 1, Hat22:,
Injil tidak disebutkan hal-hal itu. Yang
96
menyebutkan perkara-perkara itu hanya nabi kita Muhammad Saw. l6
Pada bagirin-bagiarr berikutnya dalam buku n1-Fasli1
ini Ibn
hazm mendiskusikan tentang sesuatu yang diyakini orang Nasrani
yang bertentangan dengan teks Taurat; serta anggapan mereka tentang ketidakbenaran teks-teks Taurat yang ada ditangan orang
yahudi. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi, kritik, dan pandangannya tentang kontradiksi antara empat injil, yang dilanjutkan dengan subbab-subbab tentang pertemuan iblis dengan
Yesus; kontradiksi
injil;
pembahasan tentang ucapan al-Masih
kepada murid-muridnya: 'Jangan berharap aku datang untuk berbeda dengan taurat", "setiap orang yang dengki dengan saudaranya tanpa alasan yang jelas, harus dibunuh", dan lima rsu-
isu lainnya.
17
Dengan membandingkan dan menganalisis ayat-ayat injil satu Sama lain, antar ayat dalam satu bagian maupun antar satu bagian dengan bagian yang lainnya, melalui metode ini Ibnu Hazm
mengkritis
Injil
dari aspek sejarah mengalami fase sejarah yang
bermasalah. contoh,
Ibn Hazm menemukan
ayal-ayat yang
memperlihatkan inkonsistensi dan kontradiksi dalam teks, selain mengandung makna yang bertentangan dengan realitas. Ada '6 rbio, Jilid l, Hal.249
t'
tuid, litict
1.
Hal 250-280
97
baiknya kita melihat analisis Djam'annuri terhadap kajian kritis yang dilakukan Ibn Hazm terhadap
Injil:
"Men-eutip ayat-ayat ,vang lnenceritakan pefiemuan Yesus dengan murid-muridnya yan-s pertama, seperti tercantum dalam
Mat. 4:12-22; Mark. l:14-20, Luk. 5:1-11; dan Yoh. l:35-42 secara apa adanya,
ia mengemukakan bahwa dalam ayat tersebut
didapati berbagai inkonsistensi. Matius dan Markus sama-sama melaporkan bahwa Yesus pertama kali bertemu Simon Petrus dan saudaranya, Andreas sesudah Yohanes pembaptis ditangkap, ketika
mereka "sedang menebarkan jala didanau" untuk mencari ikan di danau Galilea. Lukas menceritakan bahwa Yesus melihat mereka
ketika membasuh jala sesudah sepanjang malam bekerja keras tanpa memperoleh apa-apa. Yohanes menceritakan bahwa Yesus
melihat Andreas berdiri bersarna Yohanes Pembaptis , yang setelah melihat Yesus, berkata kepada orang-orang: "Lihatlah anak domba
Allahl" Matius
dan Markus menceritakan bahwa Simon Petrus dan
saudaranya, Andreas menjadi rnurid Yesus sesudah Yohanes
Pembaptis ditahan, sementara Yohanes melaporkan sebelum Yohanes Pembaptis ditahan.
r8
ttD.iu*'an u.i,I996,Ibnu Hazm(994-1064) Tentang Perjanjian Lama dan Perjanjian Bar-u:Studi al-Fashl v,al Ahwal wa an-Nihal, Disertasi Doktor IAIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta, Hal.l44
98
IbnHazm,sebagaimanadisebutkanolehDjam'anuri' melihat ada empat kontradiksi dalam periwayatan diatas; yaitu saat mereka berlemu dengan Yesus Can rnenjadi muridnya; tempat
pertemuan mereka; cara rnereka menjadi murid Inkonsistensi dan kontradiksi dalam
dalam
Injil
Yohanes dan
Iaporan-laporan
Injil
Yesus'
Injil tidak hanya ditemukan
Injil Sinoptik saja, tetapi juga dalam
Sinoptik. 'n Ibn Hazm juga mengemukakan
berbagai inkonsistensi dalam cerita-cerita tentang kedudukan Yohanes Pembaptis, terutama peranannya dalam meramalkan kedatangan Yesus. Ibn Hazm menggunakan ayat
Mat' 1 1:11 untuk
mernbuktikan segi kemanusiaan Yohanes Pembaptis dan untuk memberikan kritiknya terhadap teks dan konteks ayat Mat' 11:9-10 tersebut.
20
Berikut penulis kemukakan daftar ayat-ayat
yang
didiskusikan dan dikaji secara kritis oleh Ibn Hazm yang telah dirangkum oleh Dj am' anuri didalam Disertasinya
'elbid, Hal.145
'olbid. Hal.146
99
Tabel
1
Kritik Ibn Hazm terhadap Inkonsistensi Ayat-Ayat Injil.2t No
Nama Kitab dan Ayat
Kritik Ibn Hazm Dalam ayat Mat. 11:11 tadi pertama-tama
I
Matius. 1l:11
Matius, 11:92
13; Yohanes,
3
Matius, 1 1: 18-20
4
Matius. 16:19
5
Matius, 1621-23; 17:22-23; Markus, 9:30-
2:21'.Kis, 2l:10
2'
dianyatakan bahwa Yohanes adalah terbesar diantara seluruh manusia. tetapi dalam bagian kedua Cikatakan "yung terkecil dalarn keraiaan Sorga lebih besar daripadanya." Ibn Hazm membandingkan bahwa Yohanes kadang-kadang dikatakan lebih daripada
nabi, seperti disebut dalam Mat. sementara dalam
Mat. 1 l:13
1
1:9
dikatakan bahwa semua kenabian akan berakhir dengan tampilnya Yohanes, dan ditentpat lain lagi dikatakan bukan nabi. Ibn Hazm mengutip dan membandingkan dengan Markus, 1:6 bahwa antara kedua bagian tadi terdapat kontradiksi yang sangat ielas sehingga salah satunya tentu salah. Ibn Hazm mengemukakan "kekuasaan mengikat dan melepas" hanya diberikan kepada Petrus saja, tetapi dalam Matius. 18:18 dan Matius. 10:1-6 disebutkan bahwa hak istimewa tadi diberikan kepada semua murid Yesus Ibn Hazm melihat adanya laporan yang berbeda, sebab disatu pihak disebutkan bahwa Yesus telah berkata ia akan dibunuhyang berarti sungguh-sung_euh matitetapi
Dj am' annuri,lgg 6,Hal. 1 46 - 184
100
32; dan Lukas, 18:31-
dilain pihak para Penginjil
34
il.
tidak Matius, Menurut melaporkannya demikian'
pada waktu Yesus
mengetnukakan kepada tlenimpanya akan pencieritaarl yang
murid-muridnya itu,
mereka
memahamainya dan t.nereka
tar!P4\194ih
Kajian Tentang Yahudi dan Kitab Taurat Kajian Ibn Hazm tentang Agama Yahudi diawali
daPat
dengan
mendiskusikan tentang lima kelompok yang terdapat dalam agama
Yahudi sebagai berikut: 7. as-Samiriyyah, Kelompok ini berpendapat bahu,a kota Nablus adalah kota suci mereka, yang jaraknya 18
mil dari Bait
al-
Maqdis, dan tidak mengakui Bait al-Maqdis sebagai kota suci mereka serta tidak mau menghormatinya. Kitab Taurat mereka
berbeda dengan kitab Taurat orang Yahudi pada umumnya' Mereka juga tidak mengakui semua Nabi Bani Israel setelah
Musa dan Yosua, serta tidak mempercayai adanya hari kebangkitan.
2. ash-Shaduqiyyah, kelompok ini dipimpin Shaduq yang
di negara Yaman. Kelompok ini
berada
berkeyakinan bahwa Uzat
adalah anak Allah.
3. al-Ananiyah, yail't kelompok pengikut 'Anan ad-Dawudi alYahudi, yang oleh orang-orang Yahudi disebut al-Qarra'in dan
101
al-Min. mereka mengatakan bahwa diri mereka sama sekali tidak pernah melanggar hukum yang ditetapkan oleh Taurat dan kitab-kitab suci para nabi. Mereka ti,Cak iiicngakui dan berlepas
diri dari pandangan yang dikemukakan oleh para pendeta Yahudi. Pengikut kelompok ini tersebar di Irak, Mesir, Syiria dan Andalusia.
4. Ar-Rabbaniyyah, atau a1-Asy'aniyyah, yang mau menerima pandangan para pendeta Yahudi. Kebanyakan orang yahudi berasal dari kelompok ini.
5. Al-'Isawiyyalt, yaitu kelompok yang dipimpin oleh Abu .lsa alIshbahani, seorang Yahudi yang berasal dari kota Isbahan. Nama aslinya adalah Muhammad Ibn Isa. Mereka mengakui
kenabian Isa dan Muhammad; dan mengatakan bahwa Isa diutus oleh Allah Swt. kepada bani Israel dengan membawa syariat yang terdapat dalam kitab Injil, sedangkan Muhammad
diutus oleh Allah kepada keturunan Ismail dan bangsa Arab dengan membawa syariat yang terdapat dalam al-eur,an. Sebagaimana Ayub diutus kepada bani kepada bani Mu'ab.
22
I
I
22Djarn'arururi, 1
996,Ha|. I 02
'Ish; dan Bal,am diutus
102
Kemudian Ibn Hazm berbicara tentang Taurat-termasuk
Zabrr dan berita tentang Nabi Muhammad Saw. Di dalam kitab suci ini. Ibn Hazm menvebutkan bahwa pemeluk xsallla Yahudi
terbagi menjadi dua bagian. Pertamu, bagian yang tidak
dan tidak mengharuskannya. mustahil bagi Allah mengeluarkan
menganggap adanya Nasakh Alasannya, sesungguhnya
sebuah perintah dan kemudian Dia melarangnya. Kedua, bagian
yang memperbolehkan adanya Nasakh tetapi mengatakan bahwa hal itu belum pernah terjadi.23
Ibn Hazm juga mendiskusikan tentang mukjizat para nabi, termasuk mukjizat Nabi Muhammad Saw. Kedudukan mukjizat para nabi itu sama dengan mukjizat yang dimiliki oleh nabi Musa. Semua pemeluk agama semestinya membenarkan mukjizat yang
dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw. sebagai pengikut Muhammad membenarkan mukjizat yang dimiliki oleh para nabi lainnya.2a
Teks-teks keagamaan yang merupakan kitab suci umat
Yahudi menjadi fokus Ibn Hazm dalam kajiannya, kritik
teks
dengan menolak kelemahanrrya baik dari aspek periwayatan ataupun
isi darr
pada teks dan deskripsi letak penyimpangan,
pengubahan dan penggatian yang terjadi terhadap teks. Berikut
ini contoh daftar kritik teks ttDju-'un r.i, I996,Ha1. 2aDj
1
yan-e dikemukakan oleh Ibnu Hazm 05
am' annuri, I 996,Hal. 8 1
103
terhadap kitab suci umat Yahudi yang telah dirangkum oleh Djam' anuri didalam Disertasinya
Tabel2
Kritik Ibn Hazm Terhadap Inkonsistensi Ayat-Ayat Taurat No
25
Kritik Ibn Hazm
Nama
Kitab dan Avat 1
2
Kejadian, 3:24
Kejadian, 4:2 dan Kejadian 4:19-20
3
Kejadian, 6:3
4
Kejadian, 9:22-25
5
Kejadian,
Ibn Hazm melihat adanya perbedaan dalam penerjemahan teks ayat kejadian ini. Dalam sebuah naskah ia membaca di sebelah timur taman Eden, Tuhan menempatkan alKirubim dan sebuah pedang yang menyalanyala, tapi dalam naskah Arab lain dia menemukan bahwa ditempat kata alKirubim terbaca kata Israfil.
Ibn Hazm
membandingkan
dan
menemukan perbedaan antara keduanya dalam penyebutan nama orang yang
pertama kali
disebutkan
menjadi pemelihara ternak atau penggembala. Ibn Hazm melihat ayat ini bertentangan dengan berbagai ayat lain dalam Taurat yang menyebutkan usia para patriarch. Ibn Hazm melihat sumpah Nuh dalam ayat ini sebagai sebuah pernyataan yang mengandung kontradiksi dengan teks ayat lainnya dalam Taurat. Pernyataan-pernyataan kontradiktif dalam
"Dlam'an rrri, I 996,HaI.
1
08- 1 33
t04 10:8-11
6
Kejadian,
l7:
l0-ll
ayat-ayat
ini menurut Ibn
Hazm
menimbulkan masalah yang tidak dapat cliternukan. dan jelas tidak dapat dikatakan nrerupakan bagiaii daris cbuah kitab yarlg diwahyukan. (dikutip oleh Djam'anuuri dari buku al-Fashl. 1. hal. 123-124) Ibn Hazm menemukan inkonsistensi dalam masalah sunat atau khitan. Dalam Yos. 5:2disebutkan bahwa orang-orang Israel yang dilahirkan dipadang gurun dalam
7
perjalanan mereka sejak keluar dari mesir tidak disunat. 7
Kejadian,
25:l-6
8
Kejadian, 32:28 dan Keluaran,
Ibn Hazm
menemukan
Perbedaan
informasi. Bagi Ibn Hazm hal ini merupakan salah satu bukti adanYa pengubahan dalam kitab Taurat. Terdapat inkonsistensi antar kedua ayat ini. yaitu berkaitan dengan pen-qgantran nama
19:3
Ya'qub menjadi Israel. Ibn Hazm melihat ayat terakhir bertentangan denga ayat
Keluaran.
Menurut Ibn Hazm terdapat inkonsistensi
sebelumnya. 9
l6:31 dan
dalam kedua ayat ini. AYat Pertama menyebutkan bahwa nama manna dikatakan
10
Bilangan,
l:9
Berwarna putih dan memiliki rasa kue
madur; sedangkan dalam
bilangan
dikatakan berwarna agak kuning memiliki rasa roti goring.
dan
105
dan masih banyak lagi contoh inkonsistensi dan kontradiksi yang
ditujukan oleh Ibn Hazm dalam teks keagamaan orang yahudi ini. ?6
III. Kitab al-Milal Wan Nihal A. Latar Belakang penulisan Kitab al Milal wqn Nihal
al
Syahrastani Nama lengkap tokoh
ini
adalah Muhammad ibn Ahmad
Abi Al-Fatah asy-Syahrastani asy-Syaf i dilahirkan dan dibesarkan di Syahrastan. Didaerahnya ini beliau menuntut ilmu kepada para ulama dizamannya, seperti Ahmad al-khawafi, Abu al-
Qasim al-Ansyari, Aou Hasan Al-madayani. Abu Nashir ibn qasim
al-Qusyari. Di usia
30 tahun
tepatnya pada tahun 510 H, beliau
berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah Haji, dan menetap
di
Baghdad selama
3
tahun dan mengajar
di
universitas
Nizamiyah. Syahrastani mempunyai beberapa karya tulis:
1. Al-Mushara'ah, Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah
menyebutkan
dalanr bukunya Aghasah al-Lihfan: "Muhammad Syahrastani
rnengkritik pendapat Ibnu Sina yang mengatakan bahwa alarn
itu
kekal(Qadim)
dan tidak mengakui ad.anya
'ulbn Hazm, 2002, al-Fashl, Rosa'il lbn Hazm al-Andalusi
hari
,
Mu'assasah al-Arabiyyah li ad-Dirasat wa an-Nasyr, Beirut, Cetakan II, Jilid hal 14:Jilid 2,378; Jilid 3, hat.344.
al1,
106
Sina juga menolak ilmu Allah dan Allah dalam menciptakan alam semesta ini.
kebangkitan. Ibnu kekuasaan
Kemudian pendapat ini didukung oleh i'iasirir'utidrn ath-Thusi
yang memberikan kritik terhadap karya Syahrastani dalam bukunya yang berjudul "Mushara' ah al-Musharaah.' 2.
Nihaltah al-Iqdam
fi ilm al-kalam.
Buku ini diterbitkan oleh
seorang orientalis Inggris bernama Alferd Guillaume
pada
tahun I934M. a
J
AlJuz'u allazi la yatajazzau. Bttktt ini diterbitkan
oleh
Alfred Guillaume dengan buku Nihayah at-Iqdam h ilm alKalam. 4
Ar-Irsayad ila A'qaid al-Ibad. Kitab ini
disebutkan
Syahrastani dalam bukunya Nihayah al-Aqdam. 5
Syuhbah Aristatalis wa
lbn Sina wa Naqdhiha, yang juga
disebut oleh Syahrastani sendiri dalam bukunya yang lain. 6.
Nihayah al-Auham, yang disebut
oleh
Syahrastani dalam
bukunya Nihayah al-Iqdam.
B. Deskripsi
Kitab al-Milal Wan Nihal
Menurut Muhammd Said Al-Kailani, Buku Al-Milal wa an-
Nihal sudah diterjemahkan ke pelbagai bahasa; diantaranya kedalam bahasa Pahlevi, Turki, Jerman dan sudah diterbitkan
r07
kali di Paris, India, Turki dan Inggris sumber
beberapa
yang
menjadi rujukan adalah naskah yang terdapat di penerbitan Dar al - Ku
tub
a
L
-
M
i,s
hr
it, cth. a
I-
M akrab ah al - Taintu riy al1 da.n iv[ akr cLb a lt
al-Janti'ah al-Azlnriyah. Menurutnya naskah yang ada di alMaktabah aL-Taimuriyalz tulisannya cukup baik, tercantum pada halaman penutup bahwa naskah itu 1184
H.
ditulis di Istanbul pada tahun
adapun naskah yang tersimpan di maktabah aL-Jamialt
al-Azhar yang disalin pada tahun l7O9
H
dari naskah yang ditulis
pada tahun 598 H.
Dalam melakukan penelitian
ini buku yang dijadikan tim
sebagai bahan kajian penelitian adalah Edisi yang diterbitkan oleh
Darul Kutub Al-Ilmiah terbit pada tahun 2OO2 cetakan pertama dan
di Tahqiq oleh Dr Yusuf Biqa'i, edisi ini satu buku yang terbagi
3 Jtz, terdiri atas 734 halaman berikut daftar isinya. Dipilihnya edisi ini seba-qai rujukan utama, karena edisi ini menjadi
i
merupakan yang paling baru dan ditahqiq oleh tokoh yang kompeten dibidangnya.
Kondisi keilmuan yang berkembang dizamannya dengan kecenderungan mempelajari ajaran agama dan kepercayaan untuk
keperluan pribadi yang mereka pergunakan untuk membuktikan
kebathilan agama dan kepercayaan selain Allah, oleh karena itu Jika diinventarisasi secara berurutan berdasarkan waktu penulisan,
108
setidaknya ada
tiga kitab yang saling berkaitan, yaitu
kitab
Maclalat al-lslamb:tin wa ikhtila.f al-Mushallin karangan Abu AlHasan
Ali bin
Isn-rail Al-Asy'ari, Al-Farclu bain Al-P'iraq karyt'
Abu Manshur Abd Al-Qahir bin Thahir Al-Baghdadi, dan AL-Fashl
fi
Ali
Ibn
btku aL-milal
wan
Al-MiLat vva Al'Ahv,a w'a Al-Nihal yang ditulis oleh
Hazm Al-Andalusi
.
Menurut Muhammad Said Al-Kailani
nihal karya syahrastani berbeda dengan buku-buku terdahulu. Karena buku syahrastani
yang
ini berbentuk ensiklopedi
ringkas tentang agama, kepercayaan, sekte dan pandangan para
filosof yang erat kaitannya dengan metafisika yang dikenal pada masanya. Buku sangat
rni mendapat perhatian yang cukup besar
dihargai di Timur dan Barat. Seorang pakar
Jerman
bernama Haarbrucker menerjemahkan buku Syahrastani bahasa Jerman
dan
ini
ke
dan pada pengantarnya dia berkata: ",..melalui
buku Syahrastani yang berjudul al-milal wan an-nihal
ini
kami
mengetahui sejarah filsafat Yunani, kebenaran yang ditulis oleh Syahrastani tentang ucapan-ucapan
yang
dinisbatkan kepada
democrats tidak bisa diragukan lagi, sekalipun ucapan-ucapan itu
109
tidak kami temukan dalam buku filsafat Yunani dari Democrates. 2't
Infonr-rasi tentanq sekte-sekte berikut
jumlahnya
buku-
dar-i
buku yang ditulis para pendahulunya dikupas secara metodologis
dan sistematis dengan uraian pemikiran yang berkembang dimasanya dan masa sebelumnya. Sebagai contoh, untuk menghindari pengulangan ulasan yang tidak perlu dalam bab dan sub-bab, di permulaan kitabnya, A1-Syahrastani mengupas terlebih
dahulu tema-tema penting yang merupakan pengetahuan paling mendasar dan pintu masuk dalam studi agama dan sekte-sekte Islam. Yaitu:
1. Penjelasan tentang bermacam-macaltl umat manusia secara umum maupun terpenncl.
2. Pengungkapan factor pendukung lahimya beragam
sekte
dalam umat Islam.
3. Penjelasan tentang kekeliruan pertama yang terjadi di tengahtengah umat manusia dari aspek sumber dan dampaknya.
4. Penjelasan tentang awal perpecahan yang terjadi ditengah umat Islam dan bagaimana proses terjadinya perpecahan tersebut. 5. Hal-hal yang mendorong penulis menyusun buku
ini
sesuai
urutan angka.28 21 Asywadie Syukur, A-MiLat Wa Al-Nihat (Aliran-aliran Teologi Dalam Sejarah Umat Manusia),2003, Pt.Bina Ilmu. Surabaya, Hal,xvii
110
Dalam menyusun bukunya, Syahrastani sesudah masa ketiga tokoh diatas
-
-
yang hidup
banyak menjadikan buku-buku
mereka sebagai rujukan, sebagaimana pernyataannya:
"Para penulis menggunakan dua metode
penulisan,
pertama, dengan mengemukakan masalah pokok kemudian
merincinya menjadi beberapa masalah lagi yang mereka
gabungkan kedalam satu
mazhab yang kemudian
berkembang menjadi beberapa sekte. Kedua, dengan mengemukakan nama-nama tokoh pemikirnya dan hasil-hasil pemikirannya men genai beragam permasal ahan pemahaman.
Syahrastani menyatakan memilih metode kedua dalam
penulisan bukunya clengan berasaskan data yang diperolehnya akan didiskripsikan apa adanya tanpa melakukan kritik terhadap
ajaran masing-masing kelompok tersebut
sebagaimana
diunggkapkannya:
Kami berjanji kepada diri kami scndiri untuk mengemukakan pemikiran setiap sekte seperti apa yang tertulis dalam kitab-kitab mereka, dengan menyingkirkan rasa kebencian dan tidak puia dengan perasaan fanatisme yang berlebihan, tanpa memberikan komentar untuk menyatakan pendapat mana yang benar dan mana yang sesat. Namun bagi
"
Ibid, Jilid
1, Hal.3
111
orang yang dianugerahi Allah
pikiran yang kuar, dia
akan
menemukan sendiri mana yan-q benar dan mana yang salah. Kepada Allah kita memohon taufiknya.2e
Pada bab awal bukunya Syahrastani membahas dan menjelaskan arti dari agarna dan masing-masing kepercayaan.
Namun tokoh ini kurang konsisten
den-ean pernyataannya diatas,
terlihat Syahratani mengakui akan adanya pluralitas mengakui kebebasan akal akan tetapi tokoh
dengan
ini tersirat
sangat
Tektualis dan literlis dengan menganggap sesat orang-orang yang mengambil kepercayaan nenek moyang tanpa memiliki kitab suci yan g dij
adikan s andaran Orang-orang
aj
arannya.
S
eb agaiman a pern ya
taanny a;
yang bersanclarkan keyakinannya
kepada
Akal dan mengikuti pendapat pribadinya secara total adalah orang yang mengingkari kenabian seperti para Filosof, Sabiah dan Brahmaisme yang mengingkari akidah dan syariat yang
bersumber
dari Wahyu dan menjalankan keyakinannya
berdasarkan pengetahuan akalnya.
30
Syahratani juga menjelaskan tentang awal perpecahan yang
terjadi ditengah umat Islam dan bagaimana proses terjadinya perpecahan tersebut. Penjelasannya yang sangar panjang telah dilakukannnya secara tektualis dan pendekatan sejarah Syahrastani
"toIbid, Hal.6
lbid, Hal.33.
t12 mendiskripsikan pandangan para tokoh-tokoh mazhab dan sektesekte yang ada dalam sepanjang sejarah umat Islam'
Dalam melakukan penjelasan tentan-q aiiran-aliran ada dalam umat Islam tirn
menilai
y-ang
Syahrastani sangat objektik
dengan menguraikan apa adanya pandangan para tokoh-tokoh masing-masing aliran yang ada tanpa melakukan
kritik
yang
menyalahkan pandangan tokoh tersebut. Akan tetapi tim menemukan bahwa Syahrastani kurang konsisten dengan pendiriarnya tersebut, hal ini terbukti ketika dia membahas tentang
Mazhab Syiah terurama ketika membahas kelompok Imamiyah terlihat bahwa Syahrastani berusaha melakukan reinterpretasi teks
dan keutamaan AIi ra dan para Sahabat Nabi saw, Syahrastani juga mengungkap fakta sejarah yang
tentang kepemimpinan
sebenarnya dalam melakukan penafsirannya dan mempertanyakan
sikap kelompok Imamiyah khususnya dan mazhab Syiah pada
umumnya tentang sikap mereka yang berlebihan terhadap Ali dan keberanian mereka memerangi atau menghina pada sahabat
Nabi saw.3l
Dalam melakukan pembahasan terhadap agamaYahudi dan
Kristen sekilas Syahrastani melakukan kritik terhadap kedua agama ini, sebagai contoh ketika berbicara tentang Kitab suci
t'
Ibid, Har. r44-2oj
113
kedua agama
ini,
Syahrastani berkeyakinan bahwa umat Islam
telah menjelaskan kepada umat Yahudi dan Nasrani bahrva mereka
tclah
i-irengubah dan men_uganti
isi kitab suci mereka, padahal "Isa
mengakui apa yang dibawa Musa. Isa dan Musa pun telah memberihtahukan tentang kedatangan Nabi Muhammad, yakni "Sang Penghibur"(Paraclete,Comforter). Para Imam dan para nabi serta Kitab suci mereka telah memerintahkan demikian. Karena
itu
orang-orang terdahulu telah membangun benteng-benteng didekat
kota Madinah untuk melindungi dan mendukung Nabi akhir zaman. Para pemuka agarna mereka memerintahkan mereka agar
berhijrah
dari Syam ke benreng-benteng itu
sampai Sang Nabi
Muncul dan memerintahkan mereka untuk hijrah ke Yastrib. Namun, yang terjadi justru sebaliknya: mergka meninggalkan kota
Yastrib dan tidak
membantu Nabi.sikap
mereka
diterangkan
dalam Al-Qur'an dalam surat al-Baqarah :89 yang artinya: ... "Padahal sebeluntnya ntereka biasa memohon(kedatangan
Nabi) tmtuk nundapat kernenanganx atas orang-orang Kafir, nmka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanta. Maka Laknat Allahlah atas orang-
\an8
ingkar
LtLI
Berdasarkan teks Al-Quran pun Syahrastanipun menjelaskan letak
I
1t4 perselisihan antara Yahudi dan Nasrani tidaklah menonjol kecuali dalam bidang hukum:
"..Orang-orang Nasrani ttu pegangan.. . (Al-Baqarah:
1
1
s
ama
-
s
mempLu'Lloi suattt
3)
"...Orang Yahudi tidak me r e ka
tidak
mempuns;ai pegangan padahnl
atna memb aca kit ab(Al-B aqarah : 1 1 3 )
Allahpun mengingatkan mereka:
"..Kamu dipandang tidak beragama sedikitpun hingga kamu me ne g akkan aj aran- aj ar
an I nj il .. . (Al-Maidah :
68
)
Menurut Syahrastani umat Yahudi dan Nasrani mereka tidak
mungkin menegakkan ajaran Taurat kecuali mereka menegakkan ajaran Al-Quran, menerima syariat Nabi yang membawa rahmat
dan Rasul akhir zaman. namun mereka enggan menerimanya, bahkan menolak ayat-ayat Allah32, sebagaimana firman Allah: "..
Lalu ditimpahkan kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah, hal itu (terjadi) karena merekn selalu menginglcari ayat-ayat Allah (A1-Baqarah: 61)
.
Syahrastani ketika berbicara tentang Qadar, dia menganggap terdapat kemiripan dengan apa yang terjadi dengan umat Islam.
Menurutnya para rahib sependapat dengan Mu'tazilah sedangkan
t2 Ibid, Hat.229-230
115
kalangan pemikir Yahudi sependapat dengan Jabariyah dan Musabbahah33.
Menurut Syahrastani pada umumni/a isi kitab Taurat merujuk
kepada syariat Nabi Muhamrnad, sedangkan Al-euran sendiri mengakui adanya kesamaan syariat dari kedua Nabi ini. Tetapi orang-orang Yahudi telah menyelewengkannya dengan mengubah
dan mengganti tulisannya
dan juga
cerita-cerita dalam Taurat
mereka ubah melalui penfsiran dan penakwilan.3a
III. Kitab al-Raddul Jamil li llahiyati 'Isa
Karya Imarn
Ghazali
A. Bibliografi
Imam Ghazali
15
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali athThusi asy-Syaf i (lahir di Thus; 1058/ 450 H - meninggal di Thus;
llll I 14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52-53 tahun) adalah
seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan.
Gelar beliau al-Ghazali ath-Thusi berkaitan
dengan
ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan rempat
kelahirannya yaitu Ghazalah
di Bandar Thus,
Khurasan, persia
3t
Hal.234 tt Ibid, ibid, Jilid l, Hat.23t
3shttp://id.wikipedia.ore/wiki/Al-Ghazali.Diaksesl
g Agustus 2014
116
(Iran). Sedangkan gelar asy-Syaf
i
menunjukkan bahwa beliau
bermazhab Syafi'i. Ia berasal dari keluarga yang rniskin. Ayahnya
rnempunyai cita-cita 1,ang tinggt 1,ritu tngin anaknya rlenjadi orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli
pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan ba,ei perkembangan kemajuan manusia.
Ia
pernah
memegang jabatan sebagai Wakil ketua di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad.
Daya ingat yang kuat dan bijak dalam berhujjah. Membuat
Imam Ghazali digelari Hujjatul Islam karena kemampuannya tersebut. Ia sangat dihormati di dua dunia Islam yaitu Saljuk dan Abbasiyah yang merupakan pusat kebesaran Islam. Dia menguasai
pelbagai bidang ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazab sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga sanggup meninggalkan segala
kemewahan hidup untuk bennusafir dan mengembara serta meninggalkan kesenangan hidup demi mencari ilmu pengetahuan. Sebelum beliau memulai pengembaraan, beliau telah mempelajari
karya ahli sufi ternama seperti al-Junaid Sabili dan Bayazid Busthami. Imam al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Ia
telah mengunjungi tempat-tempat suci di daerah Islam yang luas
seperti Mekkah, Madinah, Jerusalem, dan Mesir.
Ia
terkenal
sebagai ahli filsafat Islam yang telah mengharumkan nama ulama
1t7 di Eropa melalui hasil karyanya yang sangat bermutu tinggi. Sejak
kecil beliau telah dididik dengan akhlak yang mulia. Hal ini nrenyebabkau beliau benci kepada sifat ii_t,a, uregah, sombong, takabur, dan sifat-sifat tercela yang lain. Ia san_eat kuat beribadat,
wora', zuhud, dan tidak gemar kepada kemewahan, kepalsuan, kemegahan dan mencari sesuatu untuk mendapat ridha
Allah SWT.
Pada tingkat dasar, beliau mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena kemiskinan keluarganya.
Pendidikan yarlg diperoleh pada peringkat menguasai bahasa
ini
membuatnya
Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh
sebab
minatnya yang mendalam terhadap ilmu. beliau mula mempelajari
ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, usul fiqih, filsafat, dan mempelajari segala pendapat keeempat mazhab hingga mahir dalam bidang
yang dibahas oleh mazhab-mazhab tersebut. Selanjutnya, beliau melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani dalam bidang
ilmu flqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di Naisabur. Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilm,r,
beliau telah diiantik menjadi mahaguru
di Madrasah Nizhamiah
(sebuah universitas yang didirikan oleh perdana menteri) di Ba-ehdad pada tahun 484
Hljrah. Ia telah mengembara ke beberapa
tempat seperti Mekkah,Madinah,Mesir dan Jerusalem untuk berjumpa dengan ulama-ulama
di
sana untuk mendalami ilmu
118
pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, beliau tnenulis
kirab IIT'a (Jlunuddin vanq rlelrlberi sumbangan
besat" kepada
ltesyarakat dan penikiran manusia ciailnt selllltll tlasa1ah.
Karya-karya Imam Ghazali Bidang Tasawuf
. Ih-ya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama). merupakan karYanYa Yang terkenal
, .
Kinlta
as-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan)
Mis:-kah al-Amvar (The Niche of Lights)
Bidang Filsafat
. .
Maqasid nl-Falasifah
Tnhartfi cil'Falasifah, buku
ini nembahas
kelemah:Ln-
kelemahan para filosof masa itu, yan-9 kemudian ditanggapi
oleh Ibnu Rushdi dalam bttkt Tahct.fii al-Taha.fitr (The lncoherence of the Incoherence). Bidang Fiqih
.
Al-Mushtasfa min'Ilm al-Uslutl
Logika
. . .
Mi'yar al-Ilm
(.The Standard Measnt'e oJ'Knotvledge)
Al-Qistas al-Mustaqim (The JLtsr Balance) Mihakk al-Nazar Logic).
fi
al-Manthiq (The Touchstone of Proof in
tL9 Selain sebagai seorang filosof, ahli tasawwul ahli fikih, dan
juga bisa dikatakan seba-eai seorang Kristolog. Ini ter-bukti lewat karyanya
B.
aL-
RaddtLL J antil.
Pola Studi Agama-agama dalam
Kitab al-Raddul Janil li
Ilahiyati'Isa Dalarn melakukan penelitian karakteristik kitab tokoh ini
peneliti merujuk kepada Naskah yang di Tahqiq oleh Muhammad Abdullah Syarqawi, Dosen Jurusan Filsafat pada Fakultas Darul Ulum Universitas Kairo, buku
ini
diterbitkan oleh penerbit Dctrul
Hidaltah pada tahun 1986, cetakan kedua. Buku dengan 183 Halaman termasuk daftar isi terbagi menjadi dua bab, Bab I (Halaman 1-88) berisi penjelasan tenrang Bibliografi Ghazah dan urgensi studi Perbandingan Agama serta pembahasan sekitar Kitab
Perjanjian Baru yang dilakukan oleh Muhammad Abdullah Syarqawi. Adapun
Bab II (halaman 91-183) berisi
pokok
pembahasan utama yaitu naskah yang ditulis oleh Imam AiGhazah.
ini merupakan terjemahan dari bahasa perancis ke bahasa Arab oleh Abdul Aziz Abdul Haq Hilmi, Naskah ini Naskah
dari
Robert
yang diterbitkan oleh UNESCO dan diterjamahkan dalam bahasa Arab. Menurut Abdullah Syarqawi amanah ilmiah dan kewajiban dakwah didapat
Pendeta
Sadyaq
t20 merupakan factor utama yang memotivasi Ghazali dalam melakukan kritik terhadap ajaran selain Is1am.36
Menurut George Jeroilie iiaskah Arrdul -lanil liilahi.tatil
Isa bisariltit injit ditulis oleh Ghazali pada tahun 492 H dan metode yang digunakannya dalam melakukan klitik tidaklah jauh berbeda dengan kritik yang dilakukkannya terhadap filsafat dalam bukunya Tahafutul F alas ifuhh-31
C. Kritik
Ghazali
Dalam bukunya ini al-Ghazali memberikan kritik terhadap
kepercayaan kaum Nasrani yang bertaklid kepada akidah pendahulunya, yang menurutnya keliru. Dalam mukaddimah
bukunya al-Ghazali berkata : "Aku melihat pembahasanpembahasan orang Nasrani tentang akidah mereka memiliki pondasi yang lemah. orang Nasrani menganggap agama mereka adalah syariat yang tidak bisa di takwil", lmam al-Ghazali juga berpendapat bahwa orang Nasrani taklid kepada para filosof dalam
soal keimanan. Misalnya dalam masaiah al-ittihad,
yaitu
menyatunya zat Allah dengan zat Yesus38.
al-Ghazali membantah teori al-ittihad kaum Nasrani' Menurutnya, anggapan bahwa Isa as mempunyai keterkaitan 36 N{uhammad Abdullah Syarqawi, 1986, ArraddujamiL Ii iLahiyatiL Isa Bisarihil Injil, Dar,il Hidayah , Cet ke II, Universitas Kairo, ,Bab I, Hal'37' 3' Mrhammad Abdullah Syarqawi, 1986, Hal.21 -28. " Ibid,B^b II, Hal.91
12I dengan Tuhan seperti keterkaitan
jiwa
dengan badan, kemudian
dengan keterkaitan ini terjadi hakikat keti_ea yang berbeda dengan dua hakikat tadr, adalah keliru. N4enuru[n5,a, bei'gabiingiiya diia zai
dan dua sifat (zs,i,rirnk), kemudian menjadi hakikat lain yang berbeda adalah hal yang mustahil yang tidak diterima akal. Dalam
pandangan al-Ghazali, teori al-ittihad
ini justru
membuktikan
bahwa Yesus bukanlah Tuhan. al-Ghazali menggunakan analogi mantik atau logika. te Iu berkata, ketika Yesus disalib, bukankah yang disalib adalah Tuhan, apakah mungkin Tuhan disalib? Jadi, Yesus bukanlah Tuhan. Penjelasannya dapat dilihat pada surat anNisa ayat 157:
"Dan tidaklah mereka mernbunuhnya (Isa AS) dan tidak
jrgc, mereka
menyalibnya akan tetapi disamarkan kepada
mereka".
Selain al-ittihad, masalah al-ltulul tak kalah pentingnya. Menurut al-Ghazali, makna al-hulnl, artinya zat Allah menempati setiap makhluk, sebenarnya dimaksudkan sebagai makna majaz atau metafora. Dan
itu digunakan sebagai perumparnaan
kata "Bapa" dan "Anak". Misalnya seperti dalam pasal l4 ayat 10:
t'
Ibid ,Bab II, Hal. 132-139
Injil
seperti
Yohannes
122
"Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan
Bapa df dalam Aku. Apa yang Aku katakan kepadantu, tidak Aktr katakan dori dit'iKLt sendiri tetapi BcLpa';ang diaiii di tlalattt Aku, D i a- Lah
y cLn g me
laktLkan p
e
ke ri
aanN ;,- a. "
Dalam melakukan kajiannya, Imam alGhazali merujuk kepada Bibel kaum Nasrani. Dalam al-Radclul Jamil, al-Ghazali
mencantumkan enam teks Bibel yang menurutnya menafikan ketuhanan Yesus, dan dikuatkan dengan teks-teks Bibel lainnya sebagai tafsiran teks-teks yang enam
dikritisi oleh alGhazali
adalah
Injil
tadi. Di
antara teks yang
Yohannes pasal 10 ayat 30-36,:
"Aku dan Baprt rtdalah satu. Sekali lagi orang-orang Yahudi rnengambil batu untuk melentpari Yesus'. Kata Yesus kepada rnereka: "banyak pekerjaan
baik
berasal dari Bapa-ku yang kuperlihatkan
kepadamu;
)'ang
pekerjaan manaknh di antaranya yang menyebabkan karrut
mau melempari aku? Jawab oranS-orang Yahudi ittr "bukan karena suatu pekerjaan baik nmka kami mnu melempari engkau, meLainkan karena engkau menghujat
Allah dan karena engkau, sekalipun hanya
seorang
manusia saja, menyamakan dirimu dengan Allah. Kata Yesus kepada
mereka: "tidakkah ada tertulis dalam kitab
Taurat kamu: Aku telah berfirmnn: knmu adalah Allah?
r23 JikaLau tnereka, kepada stapa disebut
Allah
firman itu
disampaikan,
sedangkan kitab suci tidak dapat dibatalkan,
trnsilrkclt katttLt berkatct
kepctclcL
dict t,cLttg d.iki,irltiskciii olelt
Bapo dan yang telah diutr,ts-Nya ke dal.am d.unia.,,40
Teks ini, menurut ar-Ghazari, menerangkan ,rasalah atittihad (menyatunya Allah dengan hamba-Nya). orang yahudi mengingkari perkataan Yesus ',aku dan Bapa adalah satu,'. al_ Ghazah berpendapat, perkataan yesus, Isa AS ',..aku dan Bapa adalah satu" adalah makna metafora. ar-Ghazali mengkiaskannya seperti yang terdapat dalam hadits eudsi, dimana Allah berfirman: "Tidaklah mendekatkan kepadaKu orang-orang yang mendekatkan
diri dengan yang lebih
r,rtarna
dari pada melakukan yang Aku
fardhukan kepada mereka. Kemudian tidaklah seorang hamba terus mendekatkan diri kepadaKu dengan hal-hal yang sunnah sehingga
Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengaran yang ia rnendengar dengannya, penglihatan yang ia melihat dengannya, lisannya yang ia berbicara dengannya dan tangannya yang ia memukul dengannnya."
Menurut al-Ghazali, adalah mustahil Sang pencipta menempati indra-indra tersebut atau Allah adalah salah satu dari
indra-indra tersebut. Akan tetapi seorang hamba ketika uo
Ibid ,Bab II, Hat. t32-139
t24 bersungguh-sungguh dalam taat kepada Allah, maka Allah akan
memberikannya kemampuan dan perlolongan yang
ia mampu
dengan keiluanya utttuk betbicara dengan iisan-i'iya, rnenlukul dengan tangan-Nya, dan lain-lainnya. Makna metafora dalan-r teks
Bibel dan hadis Qudsi itulah yang dimaksudkan
bersatunya
manusia dengan Tuhan, bukan arti harfiahnya.41
Al
Ghazali mengkiaskannya seperti yang terdapat dalam
hadits Qudsi, dimana Allah berfirman: "Tidaklah mendekatkan kepadaKu orang-orang yang mendekatkan diri dengan yang lebih utama dari pada melakukan yang Aku fardhukan kepada mereka.
Kemudian tidaklah seorang hamba terus mendekatkan diri
kepadaKu dengan hal-hal
yang sunnah sehingga
Aku
mencintainya.. Apabila Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengaran yang ia mendengar dengannya, penglihatan yang ia
melihat dengannya, lisannya yang ia berbicara dengannya dan tangannya yang ia memukul dengannnya.
IV. Kitab Al-Jawab as Sahih li man Baddala Din al-Masih A. Bibliografi Ibnu Taymiyyaha2 Ibnu Taimiyah lahir tahun 661H(1263 M) di zaman ketika Baghdad merupakan pusat kekuasaan dan budaya Islam pada masa
t'
Ibid,Bab II, Hal. lol-124 a2http://id.wikipedia.org/wikilIbnu Taimiyah. Diakses I 8 Agustus 20 14
t25 Dinasti Abbasiyah. Ketika berusia enam tahun (tahun 126g), Ibnu Taimiyah dibawa ayahnya ke Damaskus disebabkan serbuan
tentare N{ongo1 atas irak.
Ia
berasal dari keluarga
r-eh_sius.
Ayahnya syihabuddin bin Taimiyah adalah seorang syaikh, hakim,
dan khatib. Kakeknya Majduddin Abul Birkan Abdussalarn bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani adalah seorang ulama yang menguasai fiqih, hadits, tafsir, ilmu ushul dan penghafal
Al
Qur'an
(hafidz). Semenjak kecil sudah terlihat tanda-tanda kecerdas annya.
Begitu tiba di Damaskus, ia segera menghafaikan Al-eur,an dan mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, haftzh dan ahli hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama tersebut tercengang. Ketika umurnya belum mencapai belasan tahun, ia sudah menguasai ilmu ushuluddin dan mendalami
bidang-bidang tafsir, hadits, dan bahasa Arab. Ia telah mengkaji Musnad rmam Ahmad sampai beberapa ka1i, kemu dran KutubLt
Sitah
dan Mu
jam At-Thabarani At-Kabir.
Pendidikan dan karyanya Di Damaskus ia belajar pada banyak guru, dan memperoleh berbagai macam ilmu diantaranya ilmu hitung (matematika), khat
(ilmu tulis menulis Arab), nahwu, ushul fiqih. Ia dikaruniai kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga daram usia rnuda,
126
ia telah hafal Al-Our'an. Kemampuannya dalam menuntut ilmu mulai terlihat pada usia 17 tahun. Dan usia 19, ia telah memberi fatrva dalant masalah n-rasalah keagatlaan.
Ibnu Taymiyyah amat menguasai ilmu riialul
hadits
(perawi hadits) yang berguna dalam meneiusuri Hadits dari periwayat atau pembawanya dan Fununul hadits (macam-macam hadits) baik yang lemah, cacat atau shahih" Ia memahami semua hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah dan Al-Musnad. Dalam
mengemukakan ayat-ayat sebagai hujiah (dalil),
ia
memiliki
kehebatan yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir atau
ahli tafsir.
Tiap
malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul sambil mengomentari
para filusuf
.
Sehari semalam
ia mampu menulis
empat buah
kurrosah (buku kecil) yang memuat berbagai pendapatnya dalam bidang syari'ah.
Ibnul Wardi menuturkan dalam Tarikh Ibnul Wardi bahwa karangannya mencapai lima ratus judul. Karya-karyanya yang terkenal adalah Majmu' Fatatva yang berisi masalah fatwa fatwa dalam agama Islam
Ibnu Taimiyah wafat di dalam penjara Qal'ah Dimasyq disaksikan oleh salah seorang muridnya Ibnul Oayyim, ketika sedang membaca Al-Qur'an surah Al-Qamar yang berbunyi "Innal
r27 Muttaqina
fi jannattn wanaharin'B Ia berada di penjara ini
selama dua tahun tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit ciua
B.
puiuh hari lebih. Ia wafat pada tangg-.J 20 Dnihajah 728 H.
Kitab al-lawab as shahih liam Baddala Din al-Masih Dalam melakukan penelitian
ini tim merujuk kepada
kepada kitab yang diterbitkan oleh: Daru Ibnu Haitsam, Kairo
Mesir tahun 2003, Di dalam edisi ini terdiri pertama berisi
612
atas dua
Halarnan termasuk daftar isi,
jilid, jilid
jilid
dua 656
halaman.
Karya ini ditulis oleh Ibnu Taimiyah sebagai tanggapan terhadap situasi umat Muslim pada waktu
itu yang resah
dikarenakan sebuah surat anonim dari siprus yang berisi kritik terhadap agama Islam. Ibnu Taimiyah diketahui menerima surat tersebut pada tahun 116 Hl1316 M. Penulis surar rersebut adalah seorang Kristen yang tidak diketahui namanya, namun merupakan
penyempurnaan dari sebuah tulisan polemik yang ditulis paulus
dari Antiokhia, uskup Kristen Melkit clari Sidon, pada akhir abad
ke-12- Surat dari Siprus tersebut berisi klaim dari perspektif Kristen bahwa Kekristenan adalah agama yang benar dan menggunakan ayat-ayat al-Quran untuk melegitimasi klaim tersebut. Nada yang digunakan
di
dalam surat tersebut berisi
128 ajakan kepada umat Muslim untuk menerima agama Kristen dan meyakinkan mereka bahwa agama Islam adalah persiapan menuju agama Kristen. David Thomas men.vebutkan bahrva surat [ersebur
kemungkinan ditulis dengan tujuan yang berkaitan dengan upaya perang-perang Salib. Waktu penulisannya sekitar tahun 715 H/1315 M.
43
Ibnu Taimiyah yang melihat keresahan umat Muslim berupaya menanggapi surat dari Siprus tersebut dengan menulis al-
Jawab al-Sahih untuk menunjukkan kesalahan-kesalahan klaim buku itu. Ibnu Taimiyah menulis buku al-Jawab al-Sahih sekitar tahun 717
Hll3ll M. Ibnu Taimiyah tidak menujtkan al'Jawab
al-Sahih kepada si pengarang anonim surat dari Siprus, melainkan kepada seluruh umat Islam supaya mereka tidak mengikuti isi surat
tersebut yang akan membawa kepada jalan yang salah" Karena
itulah, Ibnu Taimiyah di dalam buku ini juga mengajak umat Islam untuk tidak mengikuti jalan-jalan yang ia anggap sebagai keliru di dalam Islam seperti sufisme yang telah keluar batas (ghttluw)"4
C.
Karakteristik Studi Agama-agama dalam al-Jawab Ashahi
Dalam bukunya ini Ibnu Taymiyyah melakukan pembahasan dengan tema yang diulang-ulang, tim menemukan "
Ibnu Taymiyyah, Hlm,3l
'u Ibnu Taymiyyah,
Hi^m.412,422
129
terdapat 115 tema di jilid perrama
dan
43 tema di
jilid
kedua.
Tentunya hal ini tidak terlepas dari apa yang melatar belakanginya
dalam menuiis buku ini, yaitu seba_eai jawaban atas klaim surat
yang datang dari salah seorang pendeta
dari
Siprus yang
mengkalim enam bukti kebenaran ajaran mereka: 1. Bahwasanya Muhammad saw tidaklah diutus untuk mereka, namun untuk orang-orang jahiliyah Arab, dan al-euran dan akal menurut mereka menunjukkan hal itu
2.
_
Bahwasanya Muhammad saw memuji-muji agama mereka dalarn al-Quran, hal ini menunjukka.n akan kebenaran agama mereka.
3. Bahwasanya berita-berita kenabian yang terdahulu seperti yang ada dalam Taurat Zabw dan Injil memperkuat keyakinan mereka tentang Trinitas dan al-Ittihad, bahwa hal
ini adalah
kebenaran yang nyata dan wajid
di imani
dan
tidak boleh dikritisi jika ridak terdapat dalil syariat.
4-
Keyakinan mereka tentang Trinitas sangatlah rasional dan sesuai dengan syariat yang ada
5. Teks-teks yang ada dalam kitab suci menunjukkan kebenaran ajaran mereka tentang trinitas
akan
r30
6. Bahwasnya al-Masih datang setelah Musa as dengan ajaran yang sempurna, dan tidak perlu disempurnakan kembali syariat yang lain walaupun banyak yang tidak rasional'
Dalam menjawab klaim
ini Ibnu Taymiyyah
mengupas
terlebih dahulu tentang dasar pembahasan yang menurutnya kefika
para pengikut ajaran para Nabi
itu
adalah orang-orang yang
berilmu dan bijak, maka umat Islam harus menjawab semuat klaim yang mereka yakini dengan Ilmu
dan Adil jauh dari
prasangka
atau praduka serta tidak dengan hawa nafsu.'5
Ibnu Taymiyyah melandasi pemikirannya ini dengan hadits Nabi saw yang diriwayatkan Bukhari hadits nomor 3360 dan Muslim Nomor 124 Yang artinYa:
Hakirn itu ada tiga, Seseorang
2 di Neraka
dan satu
di Surga,
yang tahu akan suatu kebenaran kemttdian dia
berhukum dengan nya maka baginya SaLrga dan seseorang yang
tahu akan suatu kebenaran namun dia berhukum dengart yang sebaLiknya makn baginya neraka, seseorang
yang
nrenghakimi
manusia dengan kebodohan maka baginya neraka"
Menurut Ibnu Taymiyyah jika menjadi hakim bagi manusia yang berkaitan dengan Harta, jiwa dan Haknya saja harus dengan
adil dan jika tidak maka akan masuk neraka, bagaimana dengan
tt
Ibid, Hlm,34,
131
agama dan kepercayaan- kepercayaaan yang ada, tanpa dilandasi dengan ilmu dan keadilan seperti yan_e dilakukan oleh para ahli Bid'a1-, yang berkey'akinan beradasarkan irnanjinasi dan
perlikiran
mereka senrrfa den mengklaim bahwa ajaran mereka bersumber
dari teks-teks para Nabi. Begitu juga de,gan agama Nasrani, yang menurutnya telah terkontaminasi oleh ajaran-ajaran ahli bid'ah dan
jauh dari tuntunan yang telah diajarkan oleh Nabi Isa as. Kemudian
ketika Ailah mengutus Nabi Muhammad saw maka merekapun menginkari kenabian dan kerasulan Muhammad sa\ /, maka menurut Ibnu Taymiyya pengingkari mereka
ini berawal dari
keberanian mereka mengubah agama Nabi yang pertama yaitu
Nabi Isa as, dan kemudian mereka mendustakan kenabian yang kedua yaitu Nabi Muhammad saw, hal ini seperti yang dialami oleh mereka ketika kaum Yahudi men-qingkari kenabian Isa as karena mereka telah merubah ajaran Taurat kemudian mereka mengingkari kenabian Isa as. a6 Selanjutnya Ibnu Taymiyya berpendapat bahwa persoalan
Trinitas dan al-Ittihad tidak terdapar dalilnya dalam Injil ataupun Taurat, bahkan akalpun tidak dapat menerima keyakinan seperti
ini, sikap mereka ini mengikuti kaum yahudi ketika menginkari kenabian Isa as yang menganggapnya sebagai penyihir dan ou
Ibi,r, Hlm,34
132 pendusta bahkan menuduhnya lahir sebagai anak zina sebagaimana
digambarkan dalam al-Quran surat Annisa ayat 156
Oieir karena itu Ibnu Tayrniyya berpendapat
bahwa
kejujuran merupakan prinsip dasar dalatn beragama, kejujuran dan kebenaran merupakan hal yang mendasari suatu ajaran,
Islam menurutnya tidak diperbotehkan mendustakan
aj
datl
umat
aran-aj aran
yang diajarkan oleh para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad saw.
Menurut Ibnu Taymiyya tiga hal utama yang diminta klarifikasinya oleh umat Islam kepada para Ahli Kitab: pertama, para nabi yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw semuanya membawa pesan keselamatan, kedua, Penerjernahan Kitab Suci
kedalam bahasa
Arab
sedangkan Nabi Musa,
atau bahasa lainnya seperti Romawi,
Nabi Daud dan Nabi Isa
ketiganya
berbahasa Ibrani, Ketiga, Persoalan Penafsiran Kitab suci yang
banyak bertentangan sehingga menimbulkan penyimpangan
aj
aran
yang dibawa oleh para Nabi.
Selanjutnya
Ibnu Taymiyya melanjutkan
tentang Inkonsistensi Taurat dan yang ada dalam
Injil bukan lagi
tnjil
kritiknya
yang menurutnya ajaran
ajaran Nabi Isa as melainkan
ajaran para tokoh-tokoh Kristen setelah Nabi Isa as khususnya ajaran yang bersumber dari hasi konsili di era Konstantin. Teks-
733
teks keagamaan yang merupakan kitab suci umat Yahudi menjadi
focus Taymiyyah dalam kajiannya, kritik teks dengan nenolak kelemahannya baik riari aspek periwayatan ataupun isi dari pada
teks dan deskripsi letak penyimpangan, pengubahen dan penggatian yang terjadi terhadap teks seperti redaksi yang ada dalam Taurat sangat tidaklah etis jika itu memang diucapkan oleh para Nabi.47.
Kritiknya terhadap tatacara peribadatan dalam ajaran Nasrani
Ibnu Taymiyyah mengkritisi keyakinan Nasrani tentang salib, penghalalan Babi, tata cara shalat yang menurutnya ajarang pendeta dan juga puasa,. ditiadakannya bersuci dari hadas besar
dan kecil, tidak diwajibkannya memandikan jetazah serta ritual ketempat yang suci
ke
Betlehem yang ada dalam agama Nasrani,
serta peringatan hari-hari suci kea-eamaan yang dilaksanakan oleh
umat Nasrani menurutnya semua proses peribadatan itu bukan bersumber dari Nabi Isa as., akan tetapi semua
itu
merupakan
bid'ah yang dibuat oleh para pendeta dan bukan bersumber dari Allah swt.48
o' o8
Ibid, Har.45 - t27,3 53,382 -392,426, Ibid, Har.r2i,335
t34
Kritiknya terhadap Ajaran Trinitas Menurut Ibnu Taimiyah. ajaran Trinitas tidak memiliki ciasar yang kuar, baik dasar Kitab Suci maupun dasar filosofis-
rasional.
Kritik
tersebut berkaitan dengan argumentasi
di
dalam
surat dari Siprus yang menyebutkan bahwa ajaran mengenai Trinitas dapat dibuktikan melalui kutipan ayat-ayat Qur'an. Oleh karena itu, Ibnu Taimiyah justru menunjukkan dalam buku ini bahwa ajaran
Trinitas tidak memiliki basis Kitab Suci, baik
Qur'an maupun Alkitab.
Di dalam Qur'an, jelas dikatakan
bahwa Yesus adalah
seorang nabi yang tidak dapat salah dan karena
itu
pewahyuan
yang dibawa oleh Yesus pastilah koheren dengan nabi-nabi sebelum da4 sesudahnya, termasuk
jrga Kitab Suci yang
dibawanya. Karena Qur'an menolak ajaran Allah Tritunggal dan
juga keilahian Yesus, maka Ibnu Taimiyah berkeyakinan
pasti
tidak ada dasar untuk ajaran itu di dalam Kitab Suci yang dibawa
oleh Yesus. Baginya, ajaran mengenai 'Bapa. Anak, dan Roh Kudus' tidak pemah diungkapkan di dalam Kitab Suci sebelumnya (Perianjian Lama) secara eksplisit, jadi ajaran tersebut merupakan hasil kesalahan interpretasi atau penyelewengan dari ajaran Yesus yang sebenarnya. Bahkan jika Yesus sebagai nabi yang tidak dapat salah berbicara mengenai istilah 'Bapa, Anak, dan Roh Kudus'
135
maka itu pastilah akan koheren dengan seluruh Kitab Suci yang
diwahyukan Allah. Artinya, mandat baptisan yang diungkapkan Yesus pasti nlemiliki makna sebenarnya yang bukan menunjuk
pada pengertian Allah Tritunggal. Ibnu Tairniyah rnenyebutkan beberapa contoh dari Perjanjian Lama yang mengungkapkan hubun-ean antara A1lah dan hamba-Nya dalam metafora ayah dan
anak. Sebagai contoh Allah ruenyebut Israel sebcLgai armk vang su
Ltr
ng (Kejadian 4:22).
Dengan demikian Ibnu Taimiyah menyimpulkan bahwa metafora ayah dan anak di dalam Kitab suci berarti bahwa Allah adalah Maha Pengasih yang dekat dengan hamba-hamba-Nya lebih
daripada seorang ibu dengan anaknya. Sedangkan Roh Kudus,
yang dikirimkan kepada para nabi dan orang-orang suci, aclalah wahl/u, bimbingan, dan dukungan Allah, baik dalam rupa rnalaikat ataupun bukan. Jika ada argumentasi yang membuat pembedaan
antara status Yesus sebagai Anak Allah dengan status hamba-
hamba Allah lainnya sebagai anak, Ibnu Taimiyah menolak argumentasi tersebut karena berdasar kepada interpretasi alegoris
(ta'wil), bukan pernyataan eksplisit.
ae
"tuio,lilidt,Har.z26, 237,244, 256_258,
301,309,455,464,468,416-488,505_522,532,538,558,578_586,
261_263,
Jitid 2(5_160).
t36 V. Kitab Hidayatul Hayari
fi Ajwibatil
Yahud wa al-Nasara
A.Bibliografi Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
s0
Dii..thirkan cii Damaskus, Suriah pada tang,eal 4 Februari
1292, dan meniuggal pada 23 Septen'rber 1350 adalah seorang Imam Sunni, cendekiawan, dan ahli fiqh yang hidup pada abad ke13. Nasabnya dari pihak ayah adalah Syamsuddin Abu 'Abdillah
Muhammad bin Abubakar bin Ayyub bin Su'ad bin Hariz az-Zar'i
ad-Dimasyqi, dan dikenal dengan sebutan Ibnul Qayyim AlJauzryah.Ia lahir pada tanggal 17 Safar 691 H.
Ibnu Qayyim berguru ilmu hadits pada Syihab an-Nablusi dan Qadi Taqiyyuddin bin Sulaiman; berguru tentang fiqh kepada
Syekh Safiyyuddin al-Hindi dan Isma'il bin Muhammad al-
Harrani; beqguru tentang ilmu pembahagian waris (fara'idlt) kepada bapaknya; dan juga berguru selama
Taimiyyah. Beliau belajar ilmu faraidh
l6
tahun kepada Ibnu
dai
bapaknya kerana
beliau sangat berbakat dalam iimu itu. Belajar bahasa Arab dari
Ibnu Abi al-Fath al-Baththiy dengan membaca kitab-kitab: (a/Mulakhkhas
li Abil
Balqa
'
kemudian kitab al-Jttrjaniyah,
kemudian Alfuah Ibnu Malik, juga sebagian besar Kitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian arTas-hil). Di samping itu belajar dari s0http://id.wikipedia.orgiwikilIbnu Agustus 2014
Oayyim
Al-Jauzivyah
Diaksesl8
137
syaikh Majduddin at-Tunisi satu bagian dari kitab al-Muqarrib
li
Ibni Ushfur.Belajar ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi,
Ihlu Fiqih dari SyaikhLri isiarn ionu Taiu'ri-_vah dan Syaikh Isma'il bin Muhammad al-Harraniy.
Ibnul Qayyim pernah dipenjara, dihina dan
diarak
berkeliling bersama Ibnu Taimiyah sambil didera dengan cambuk
di atas seekor onta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul eayyim pun dilepaskan dari penjara. Hal itu disebabkan karena beliau menentang adanya anjuran agar orang pergi berziarah ke kuburan para wali. Beliau peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat
kaum sufi, logika kaum filosof dan zuhud rrrodel orang-orang hindu ke dalam firqah Islamiyah. Penguasaannya terhadap Ihnu
Tafsir tiada bandingnya, pemahamannya terhadap ushuluddin mencapai puncaknya dan pengetahuannya mengenai hadits. makna
hadits, pemahaman serta istinbath-istinbath rumitnya, sulit ditemukan tandingannya. Begitu pula, pengetahuan beliau rahimahullah tentang
ilmu suluk dan ilmu
kalam-nya Ahli
tasawwuf, isyarat-isyarat mereka serta detail-detail mereka. Ia memang amat menguasai terhadap berbagai bidang
ilmu
ini.
Karena itulah banyak manusia-manusia pilihan dari kalangan para
pemerhati yang menempatkan ilmu sebagai puncak perhatiannya, telah benar-benar menjadi murid beliau. Mereka
itu adalah para
138
Ulama terbaik yang telah terbukti keutamaannya, ialah
di antaranya
:
Manhaj serta tujuan Ibnul Qayyitn rahinrahullah ialzrh kernbali kepada sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, tidak
terkotori oleh ra'yu-ra'yu (pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa' wal
bicla' (Ahli Bid'ah). Oleh sebab itulah beliau rahimahullah mengajak kembali kepada madzhab salaf; orang-orang yang telah
mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai
ulama
waratsatun nabi (pewaris nabi) shallallahu 'alaihi wa sallam" Di
samping
itu, Ibnul Qayyim juga
mengumandangkan bathilnya
madzhab taqlid. Kendatipun beliau adalah pengikut madzhab
Hanbali, namun beliau sering keluar dari pendapatnya kaum Hanabilah, dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kaj ian tentan g perb andingan madzhab-madzhab yan g m
as
yhur.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, wafat pada malam Kamis, tanggal
13
Rajab tahun 751 Hijriyah dalam usia 60 tahun.
Buku karangan Ibnu Qayyim
.
Ijtima' al-Juyusy al-lslamiyyah 'ala al-Mu'aththilah wa alJahmiyyah
.
Ahkam Ahli adz-Dzimmah
t39
. . . . . . .
I'lan al-Muwaqi'tn'an Rabb al-'Alamht Ighot.saru al-Lohfan min Mashcit,idi as.v-Sltaithc\n JgluTtstttLt Ltl-Lt!,fa;i
ji IIiil;nii Tli;i!,iqi cr[-Ghacll:an
Badai al-Fav,a'id Ar-Tibyan
fi Aqsanti al-Qur'an
Tultfatu al-Mattdild bi Ahkatni al-Maulud
Jalau al-AJhamfi ash-Shalati w,a as-Salcimi'ala khairi atAnatn
.
AL-Jav,ab al-KaJi liman sa
ala 'an ad-Dawa
asy-S1tafi au
Ad-Da wa ad-Dawa'
. Hadi al-Arv,ah ila biladi al-Afrah . Rattclhatu al-Mtthibm v,a huz]tattt aL-Musytaqqut . Ar-Ruh . Zadu al-Ma'ad.fi Hadl,i Khairi al-'Ibacl . $,fa'u al-'AlitJi Ma.sa ili al-Qadha' wa al-eadar yva alHikmatu wa ar-Ta'ltl
.
Ash-Shawa'iq al-lv[ursilah 'ala al-Jahniyl,ah yua al-
Mu'aththilah
. Ath-Thibb an-Nabarvz (Bagian dari Kitab Zadu al-Ma'ad) . Atlt-Thttruq al-Hukrnf,yah .'lddtttLt ash-Shabir'lrt wct Dzr.tkhriry,ah; asy-Syakirtn . Al-Farusiyah
140
. . . . . .
Al-Fawa id Al-Kafit,ah asy-Sydfiyah
fi
an-Nahwi
Al-Ka.fiyah asy-Svafbtah Ji al-lntishari lilJirqati an-Naj4,ait AL-Kalant 'ala mas'alati as-Simai
Kitab ash-Shalati wa Ahkamu Tarikuha Madariju as-Saliktn baina Manazili lyyaka Na'budtr wa Iyyaka Nasta'In
,
Miftahu Dari as-Sa'adah wa Mansyur Wilayati al-'Ihni wa
al-lradah
, . .
Al-Manar al-Mun-tff, ash-Shahth wa adh-Dha'-tf Hidayatu al-Hiyari
fi Ajwibati
al-Yahud wa an-Nashara
AL-Wabil ash-Shayyib rnin al-Kalimi ath-Thayyib Seperti. halnya Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim berpendirian
bahwa pintu ijtihad tetap terbuka. Menurutnya. siapa pun pada dasamya dibenarkan berijtihad sejauh yang bersangkutan memiliki kesanggupan untuk melakukannya.
B. Pola Studi Agama-agama dalam Kitab Hidayatul Hiyar
Dalam melakukan penelitian ini buku yang dijadikan tim sebagai bahan kajian penelitian adalah edisi yang diterbitkan oleh
Maktabah Nizar Mustafa al-Baazi Saudi Arabia, terbit pada tahun 2004 cetakan pertama dan di Tahqiq oleh Ridwan Jami' Ridwan,
t4t satu jiiid, terdiri atas 239
halaman berikut daftar isinya.
Dipilihnya edisi ini sebagai rujukan utama, karena edisi aL-Fashl
yang paliug baru dan ditahqiq oleh tol,oh i.arlg kompeten dibidangnya.
Ibnu Qayyim dalam bukunya ini mengatakan bahwa hal
ini
yang memotivasinya untuk menulis buku
adalah untuk
menjawab tuduhan yang menyatakan bahwa Islam adalah agama
yang didirikan dengan pedang bukan dengan menjawab tuduhan
ini
kitab.
Untuk
melandasi pemikirannya secara teologis
dari al-Quran yang telah memerintahkan umat Islam untuk nrenjawab segala bentuk tuduhan para non
muslim
dengan
jawaban yang baik, adapun pedang menurutnya menafikkan argumentasr, oleh karena itu menurut Ibnu Qayyim Islam datang dengan HLrjjahiargumentasi berupa Kitab Suci.
-'1
Ibnu
Qayyim membatasi pembahasan dalam bukunya ini, menjadi dua bab, bab pertama menjawab 7(tujuh) pefianyaan dan bab kedua, tentang Kenabian Muhammad saw dengan beragam argumentasi dan dalil yang menjadi
Adapun
7
pokok pembahasan.52
pertanyaan
itu. pertama buku ini
berupa
pengungkapan fakta berkaitan dengan keengganan kaum yahudi sr
Ibn qayyim,2004, Hidayatul Hiyar(Nlakkah, Maktabah Nizaral Mustafa a\-B a2,2003) Hal. 1 9
"
Ibid. Har.2o
142
dan Nasrani memeluk agama Islam. Menurut Ibnu Qayyim faktor
utamanya adalah Kekuasaan dan materi
. t1 Krdt o'
membahas
tentang bukti-bukti sejarah lslltriilya tokol-i-tokoh dan Raja-raja
Nasrani yang menurut Ibnu Qayyirn merupakan
bukti
Islam datang dengan penuh kedamaian bukan dengan
bahwa pedang
sebagaiman yang dituduhkan sebelumnya.5a. Ketiga, membahas
tentang kenabian Nabi Muhammad saw yang ada dalam kitab Perjanjian lama berikut dengan beragam argumentasi didalamnya.
Ibnu Qayyim disatu sisi berkomitmen sebagai seorang yang literlis dalam beragumen berdasarkan apa yang termaktub dalam Al-quran dan hadits Nabi SAW namun disisi lain dengan metode Btrrhani
Ibnu Qayyim mengkritisi beragam kejanggalan yang ada dalam teks Injll dan Taurat, sehingga orisinalitas Taurat dan Injil dipertanyakan.ts Keempar, Sikap Abdullah bin Salam ditengah
kaumnya pasca Keislamannya. Kelima, Persoalan
perbuatan
melampaui batas(Ghulwv fielclin.,tu Kruno*, Abdullah bin salam dan pengikutnya membawa fitnah bagi agama Islam.sT Ketujtrh,
tt lbid Hal.2o tt Ibid, Hal.36-60
" 'u
t'
Ibid, Hal.6o-150 lbid, Hal.l53-156 Ibid, Hat.l56-168
t43 Kemaksiatan yang dilakukan oreh umat tidakrah membatarkan kebenaran yang diajarkan oleh para Nabi.-58
Kajian berikutnya yang dilakukan oleh Ibnu eayyirn adalah mengkaji tentang agama yahudi dan perilaku umat
ini
sehingga
kaum Yahudi menurutnya sebagai kaum yang dimarah ruhan, kaum ini terpecah dalam banyak kelompok yang
bersumber
pada 2 kelompok utama yaitu
ar-eurrau,
dan
Arrabaniyun. Dan
umat Yahudi melandaskan ajarannya kepada tokoh agama mereka yang telah menulis bagi merek a 2 kitab yaitu: ar-Masyana yang terdiri dari 800lembar dan Kitab ar-Jiinara(kitab ini adarah tafsir
dan
penjelasan
dari kita
al_Mctsyana.
Ibnu
eayyirn
mer-npertanyakan orisinalitas para penuris denga, mengungkapkan bahwa para penulis kitab suci itu tidaklah hidup craiam satu periode
namun ditulis secara bertahap, maka seiring berjalannya waktu ketika penulis terakhir menemukan hal yang baru maka akan ditambahkan kepada kedua kitab tersebur har ini berdampak kepada penerapan hukum yang ada dengan men-qharamkan hal-hal yang sebelumnva telah dihalalkan ataupun hal sebaliknya. se Selanjutnya Ibnu eayyim berbicara tentang Kaum Nasrani yang dicap sebagai kaum tersesat dan penyenibah salib dan ganrbar, aturan dan tatacara peribadatan yang rrereka lakukan dan Ibid, Hat.t6g-170 "t'Ibid,
Hat.t72-t79
144
berbeda jauh dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Isa
as.60
Menurut Ibnu Qayyim bentuk ghulwv yang dilakukan kaum Nasrani berikutnya adalah pengistimewaan yang berlebihan terhadap Maryam seperti dengan meminta rezeki dan kesehatan
badan panjang umur dan diampuni dosa dari pembahasan tentang bacaan
nya.
begitu juga
doa dan peribadatan yang ada
awalnya mereka beribadah sesuai dengan
apa
pada
yang telah
dilakukan oleh para Nabi dan terkhusus bani Israil dalam Taurat dan
Injil
61.
Inkonsitensi teks Taurat dan pemahaman jamaat yang ada
munjukkan ketidakotentiknya
agama Yahudi dan Nasrani
diungkap Ibnu Qayyim dalam bukunya
ini,
begitu juga ketika
mengkaji agama Nasrani, dengan pendekatan
sejarah
pembahasannya tentang konsili yang terjadi dalam sejarah gereja
merupakan puncak penyelewangan yang terjadi dalam agama
Kristen tentunya dengan mengungkap sejarah kehidupan para hawariyyttn terhadap Nabi saw dan sejalah penulisan teks kitab suci yang banyak sekali pertentangarrnyu. u' Dibagian akhir kitabnya
ini Ibnu eayyim
mengungkap
fakta fakta kenabiaan Nabi Muhammad saw. Ibnu eayyim melalui uolbid, Hat.1z9-zot u'
Ibid, Hal.2o
t -2 t o
u'Ibid. Hal.2l1
745 pendekatan tektualis mengungkap
bukti-bukti tentang Kenabian
Nabi Muhammad saw.63:
1'
Para Nabi terdahulu memberikan kabar gembira tentang
Bukti kenabian Nabi Muhammad saw.
2-
Dakwah yang disampaikan Nabi Muhammad
saw
adalah
untuk seluruh umat Islam pada umumnya.
3.
Ayat-ayat yang ada dalam Kitab Suci yang menunjukkan kebenaran ajaran Nabi Muhammad saw. Namun dirubah oleh para pengikut Nabi Isa as.
ut
Ibi,i, Hal228-23i
t46 B. ANALISA DATA
A. Karakteristik Metodologi Studi Agama Abad Pertengahan
Upaya sarjana Muslim Abad Pertengahan untuk menulis
risalah tentang agama dan sekte-sekte agama nampaknya dilatarbelakangi oleh berbagai factor. Dari kajian
ini
ditemukan
paling tidak terdapat beberapa faktor essensial di antaranya adalah
faktor-faktor ideologis, politis dan intelektual. Secara ideologis,
terdapat sekian banyak ayat-ayat al-Qur'dn yang menyoroti eksistensi komunitas agama-agama di luar Islam, seperti Shabians
(al-nrcjfisiyall, maupun mereka yang sebut sebagai "Masyarakat Kitab" (ahl al-kitA,fi, yang dalam (cLl-sh6.biiin), Zoroastrians
kenyataanya
' telah menarik perhatian sarjana, teolog,
dan
sejarahwan Muslim generasi awal untuk mengelaborasi eksistensi, status, serta posisi agama-agama "lain" melalui perspektif Islam. Sementara
di sisi yang lain, ketika ekspedisi dan
politik dilakukan oleh wilayah strate-uis
penguasa Islam
suda)
san'tpat
ekspansi
ke beberapa
di Asia Selatan, Asia Tengah, Asia
Afrika Utara. serta beberapa wilayah di Eropa,
Timur,
kebutLrhan untuk
mengenal aganra-agama lain menjadi sesuatu yang tak terhindari,
baik karena dilatarbelakangi oleh tujuan yang bersifat politik, maupun untuk tujuan yang bersifat ideologis. Seiring clengan sifat
147
dasar motivasi politik, dan
di
bawah perrindungan kekuasaan kekaisaran atau kesurtanan tefientu, beberapa sadana Musrim rnelakukan "studi kawasa," (regionar stttdies) rrrn obser,,,asi-
observasi lapangan tentang agama dan komunitas agama di daerah tersebut.
Selain itu, setelah terjadinya interaksi antara peradaban Muslim dan Yunani, komunikasi antarkomunitas agamadan
studi tentang agama-agama telah menjadi satu konsen akademis dan
ideologis tersendiri bagi sebagian sarjana Muslim abad pertengahan. Penerjemahan buku-buku berbahasa yunani dalam bidang filsafat (philosophy) dan lo-eika (togic) ke dalam Bahasa Arab maupun persia pada masa kekuasaan 'Abbasiyah, misalnya, telah menjadi peristiwa penting yang memberikan kontribusi besar ba-ei perkembangan firsafat dan reologi dalam khasanah tradisi intelektual Muslim. Fenomena penerjemahan ini juga secara
signihkan ikut melambungkan karya-karya Muslim di bidang tasawuf (Islandc nrysticism), stucii buclaya, maupun studi agamaagama. Periode yang disebut sebagai "the wave of Heilenisrn,, di dalam dunia Islam ini tandai pula crengan kemunculan penulis-
penulis Muslim prorifik yang "dipengaruhi,' oleh pemikiran Yunani, budaya Arab dan tradisi intelektual persia.
148
Tentu tidak sedikit penulis, ahli geografi,
astronomi,
pedagang, sefta pen,sembala Muslim yang menin_r_ealkan catatan-
catatan berharga mereka, yang
di
dalamnya terdapat banyak
informasi tentan_q budaya dan agama-agama sebelum Ibn Hazm dan al-SyahrastAni,
menulis karya-karya mereka
di
al
di luar Islam
jauh
ghazal| ibn eoyyim
bidang studi
agama-agama.
Lingkup kajiannya tidak terbatas kepada elaborasi tentang yahudi atau Kristen di mana generasi Muslim awal sangat terkonsentrasi
pada topik-topik tersebut. Namun sudah mulai mendeskripsikan agama-agama India dan China, seperti yang saat
ini dikenal dengan
nama Agama Hindu (Hinduistn) maupun Buddha (Buddhism).
Secara sederhana studi agama dapat dimaknai sebagai pengkajian, pienyelidikan dan penelitian tentang atau terhadap agama. Dalar.n arti yang lebih luas lagi dapat dirnaknai dengan pembahasan atau perbincangan soal agama atau keagamaan. Studi
agama
ini lebih dipahami
sebagai pengkajian dan penyelidikan
atau penelitian terhadap agama atau agama-agama dengan berbagai
pendekatan keilmuan, sebagarmana telah dikembangkan dalam
ilm.
agama atau
ilmu perbandi,gan agama atau pun yang dikenal
dengan istilah science of religiorts atau religionswissenschafr.
149
Metodologi adalah studi tentang metode yang digunakan
dalam suatu bidan-s ilmu untuk memperoreh pengetahuan nrengenai pokok persoalan dari ilmu itu. menurut aspek rerrenru dari penyelidikan. Metodologi berhubun-ean dengan proses-proses
kognitif yang dituntut oleh persoalan-persoalan yang muncul dari ciri pokok studi itu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu metode adalah kombinasi sistematik dari proses-proses kognitif,
dengan menggunakan teknik-teknik khusus. klasifikasi, konseptualisasi, abstraksi, penilaian, observasi, eksperimen, generalisasi, induksi, deduksi, argumen dari analogi, dan akhirnya pemahaman itu sendiri adalah proses-proses kognitif.
Awal perkembangannya, agama dipelajari melalui ilmu_ ilmu agama, diawali dari History of Rerigiorz (sejarah agama), of Religion (sosioiogi Agama), psvchoLogl, of Religion (ilmu jiwa Agama) dan contparison of Rerigion (perbandingan Sctcir.tLogy
Agama). Namun dalam perkembangannya mengalami kemajuan yang pesat.
Sebagaimana yang telah diparakan dalam kajian teori bahwa paling tidak terdapat lirna nracam pendekatan studi agama yang selama ini digunakan oleh ahli aga.ra yaitu: teologis, historis, fenomenologis, sosiologis dan psikologis.
150
a). Metode Teologi
Sebagaimana diketahui bahwa pendekatan teologis merupakan pendekatan kewahyuan atau pendekatan keyakinan
peneliti itu sendiri, di mana agama tidak lain merupakan hak prerogatif tuhan sendiri. Realitas sejati dari agama adalah sebagaimana
yang dikatakan oleh masing-masing agama.
Pendekatan seperti ini biasanya dilakukan dalam penelitian suatu
agama untuk kepentingan agama yang diyakini peneliti tersebut
untuk menambah pembenaran keyakinan terhadap agama yarrg dipeluknya itu.
Yang termasuk kedalam penelitian teologis
ini
adalah
penelitian-penelitian yang dilakukan oleh ulama-ulama, pendeta,
rahib terhadap suatu subjek masalah dalam agama yang menjadi tanggung jawab mereka. baik disebabkan oleh adanya pertanyaan
dari jamaah maupun dalam rangka penguatan dan mencari Iandasan yang akurat bagi suatu mazhab yang sudah ada. Pendekatan teologis memahami agama secara harfiah atau pemahaman yang menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang
bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.
Adapun karakteristik dari pendekatan teolo-eis
ini
adalah
151
adanya loyalitas terhadap kelompok sendiri, komitmen, dan dedikasi yang tinggi sefta peng-sunaan bahasa yang bersifat subjektif, yakni bahasa sebagai pelaku, bukan sebagai pengamat acialah
merupakan ciri yang melekat pada bentuk pemikiran_teologis. b). Metode Historis Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsure rempat,
waktu, obyek, latar belakang, dan peraku dari peristiwa tersebut. Segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, di mana, apa sebabnya, siapa yang terlibat da,am peristiwa tersebut. Melarui penrlekatan sejarah seorang diajak menukik dari
alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Pendekatan sejarah jLrga berusaha untuk menelusuri asar-usul dan pertumbuhan ide dan lembaga agama melalui periocle_periode
tertentu dari perkembangan sejarah dan juga merupakan usaha untuk memperkirakan peranan kekuatan_kekuatan
yang
sangat
mempengaruhi agama.
c). Metode Fenomenologis
Pendekatan
atau
metode
berhubungan dengan pendekatan
yang paling dekat
dan
historis adalah pendekatan
152
fenomenologis. Hal ini dikarenakan fenomenologi dan sejarah itu
saling melengkapi. Fenomenologi tidak dapat berbuat
tanpa
etnologi, filologi, dan disiplin kesejarahan lainnva. Sebaliknya, fenomenologi memberikan disiplin kesejarahan untuk rnernberi arti
keagamaan yang tidak dapat mereka pahami. Oleh sebab itu, memahami agama dalam kajian fenomenologi berarti memahami agama dari sejarah, memahami sejarah dalam arti menurut dimensi keagamaannya.
Fenomenologi sebagai metode bertujuan memahami pemikiran-pemikiran, tingkah
laku, dan
lembaga-lembaga
keagamaan tanpa mengikuti teori-teori filsafat, teologi, metafisika, ataupun psikologi
d). Metode Sosiologis
Dalam disiplin Sosiologi Agama, ada tiga perspektif utama
sosiologi
yang
seringkali digunakan sebagai landasan dalarn
melihat fenomena keagamaan
di
masyarakat, yaitu: perspektif
fungsionalis, konflik dan interaksionisme simbolik. Masingmasing perspektif memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri bahkan bisa
jadi penggunaan perspektif yang berbeda dalam melihat
suatu
fenomena keagamaan akan menghasilkan suatu hasil yang saling bertentangan.
153
e). Metode Psikologis
Pendekatan
ini
bermaksud mencari hubungan atau pengaruh agama terhadap kejiwaan pemeluk agama atau sebaliknya pengaruh kejiwaan sang pemeluk terhadap keyakinan keagamaannya.Para psikolog religius meyakini ada dimensi yang
sakral, spiritual, divine, transenden, super-natural yang tidak empiris yang dapat mempengaruhi kejiwaan manusia. Namun, para
psikolog non-religius menolak dimensi-dimensi itu atau paling tidak sangat meragukannya. psikolog non-religius biasanya akan berusaha menjelaskan fenomena keagamaan seseorang tanpa perlu
merujuk kepada realitas-realitas yang super-natural itu, sementara psikolog religius ingin rerap membuka kemungkinan realitas itu
menjadi satu faktor yang berpengaruh terhadap kejiwaan seseorang.
Berangkat kajian teks kerima kitab produk urama abad pertengahan sebagaimana dipaparkan dalam pembahasan pada bab sebelumnya dapat diasumsikan bahwa;
1. Umumnya penulisan kitab abad dilatarbelakangi
cleh
perten_eahan
pergorakan pemikiran teologis yang
berkembang dalam masl,arakat.
Islam tidak
hanya
dikerumuni oleh pernikiran teorogis agama samawi akan
tetapi joga berbagai aliran kepercayan.
pergolakan
154
pemikiran keagamaan terasa dinamis dan mengharuskan
untuk mencari jawaban yan-q argumentative dalam mempertahankan keyakinan Islam. Itulah sebabnya pada
umumnya karya studi agama pada abad merupakan karya sebagai pembelaan terhadap akidah Islam. Karenanya tidak
jarang studi agama-agama didorong oleh adanya perasaan untuk membela Islam dari serangan lawan atau paling tidak
memberikan penjelasan terhadap teologi
yang
menyimpang,
2. Meski terkesan sebagai penjelasan
terhadap berbagai
agama dan kepercayaan yang berkembang pada masyarakat
dan terkesan teologis-apologis, Studi Agama pada abad tidak j.uga bisa dikatakan tidak ilmiah.
3.
Meski karya studi agarna para ulama abad pertengahan
lebih dimotivasi oleh adanya kewajiban
memberi
penjelasan dan membentah dari agama dan kepercayaan yang menyimpang dari kebenaran. Dari kajian leteratur di atas, pada kenyataannya para ahli.
teologis ternyata mereka
juga
di samping
pendekatan
menggunakan metode
pendekatan historis dan fenomenologis.
Bertitik tolak dari latar belakang dan isi literatur studi agama-agama abad pertengahan yang secara represetatif diwakili
155
oleh karya studi agama yang berjudul;
l)
Kitab ar-Fashr al-Milat
Wa an-Nihalkarya Ibnu Hazm, 2) Kitab al
jviuhamrnari ibn Ahmad
Milal wan Nihal karya
Abi Al-Fatah asy-Syahrastani
asy-
Syaf i (1071-1i53) , 3). Kitab ctl-Raddul Jamil Li lLahiyati'lsa karya al Ghazali (450 H-505 H/ 1058 -1111M), 4). Kitab AlJawab as Sahih
li
man Baddala Din Masih (Ibnu Taymiyyah
(661-72811263-1328), dan kitab Hidayatul Hayari
fi
Ajwibatil
Yahud wa al-Nasara karya Ibn eayyim (691 H/1292 M-75I
Hll352 M) ditemukan bahwa karakteristik metodologi studi
aga-
agama pada abad pertengahan adalah menggunakan pendekatan teologis, karenanya lebih bercorak teologis-apologis.
Karakteristik demikian dipengaruhi oleh iatar belakang keilmuaan ulama serta setting sosio-religious masyarakat yang
memiliki agama dan kepercayaan yang beragam. Bahkan di antaranya, khususnya yang menyangkut agama wahyu telah bersentuhan dengan filsafat yunani. Sebagai konsekuensinya para
pakar studi agama terperangkap dalam diskursus teologis sebagaimana tuntutan zaman abad pertengahan. Meski demikian
dari analisis kontens,
pendekatan penulisan masih tetap
mempertahankan kaidah-kaidah
ilmiah. Bahkan,
dalam
me]1raparkan argumentasiteologisnya seringkali menggunakan
data-data yang autetik yaitu dengan rnendiskripsikan aneka
156
agama kepercayaan yang berkembang dalam masyarakat dan menganalisis sumber-sumnbernya.
Hilman latif dalam studinya menyebutkan
bahwa
karakteristik karya-kar)'a Muslim awal pada Abad Pertengahan
(medieval Muslim literature) dalam mendeskripsikan mempersepsikan agama-agama
di luar Islam setidaknya
dan
dapat
dibagi kedalam tiga tipe: Pertama, catatan yang bersifat geograf,rs
dan ensiklopedis, yang sebagian diantaranya ditulis berdasarkan pengalaman pribadi sang penulrs (e,,-e-witness accounl); kedua,
risalah yang bersifat polemis-teologis; dan ketiga, karya yang bersifat heresiografis dan studi agama-agama secara khusus.
Penting kiranya untuk dicatat bahwa tidaklah begitu tepat mengatakan
-bahwa karya-karya Muslim-khususnya
abad
pertengahan-bebas dari analisis polemrs-apologetis, dan tidak
benar pula bahwa karya-karya tersebut ditulis tanpa satu latar belakang atau persepsi dasar Muslim terhadap agama-agama lain.
Karya-karya yang ditulis sarjana Muslim abad ke-10 dan
11
maupun orientalis Eropa sebelum abad ke-18, memang sangat kental, meskipun tidak semua, dengan warnil polemis-apologetis. Namun demikian, dilihat dari konteks perkembangan literatur
Muslim tentang agama-agama dan heresio-erafi yang
beredar
sebelum masa Ibn Hazm, dan al-Syahrastdni, maka spektrum
757
pendekatan dan corak kajian yang dilakukan oleh mereka boleh
jadi memiliki titik singgung
den-uan karya-karya yang ditulis
sarjana dan teolog Muslin-r sebelumnya. para tokoh tersebut, boleh
dikata, hidup pada periode "transisi,,
di
mana judgmenr yang
bersifat teologis berpadu dengan prinsip akademis untuk mencari
bukti-bukti yang lebih 'sophisticated, pada masa itu.
158
BAB V
KESIMPULAN
Melalui Analisis historis dengan melibatkan analisis kritis (critical- analys is) yang teiah diaplikasikan ketika mengungkapkan berbagai fakta sejarah, terutama yang berkaitan dengan penegasan,
perbandingan dan penafsiran. Dalam penelitian
ini
ditemukan
bahwa pandangan-pandangan yang dikemukakan oleh para objek
penelitian dipengaruhi dan tidak terlepas dari kondisi sosial-politik yang berkembang pada saat itu.
Dari kajian ini ditemukan bahwa karakterisrik metodologi
studi
agama-agama
pada abad perrengahan paling tidak
menggunakan tiga pendekatan yaitu teologis-kritis, historis kritis
dan fenomenologis. Apabila dilihat dari aspek argumentasi yang dibangunnya cenderung menggunakan pendekatan teologis-kritis.
terlihat sekali tatkala memembangun argumentasi baik ketika memberikan penjelasan terhadap
Pendekatan teologis,
penyimpangan dari berbagai keyakinan keagamaan yang ada saat
itu.
Pendekataan historis
kritis dan fenomenologis nampak sekali
pada deskipsi dan analisisnya terhadap berbagai fenomena agama dan keyakinan yang ada.
l -59
160
DAFTAR PUSTAKA Abdullah (ed.), Taufik sejarah dan Masyarakcu. Jakarta; pustaka Firdaus, l98j), Abduh, Muhammad Islam; Ilmu pengetahuan dan Masyarakat Madani, Jakarta: Raja Grafin do, 2004
Ali,Mukti.
IImu
Perbandingan Agarna
I ndo nes ia,Yo gyakarta,IAlN
S
di
unan Kal ij aga press, I 9 g g.
-----------,Dialog Antar Agama, yogyakarta, yayasan Nida, 1970 , "Penelitian Agama di lndonesia,, dalam Mulyanto
Sumardi (ed), Penelitian Agama, Masalah
dan emikiran, Jakarta: Sinar Hara pan, l99Z , Agama dan pembangLtnan di Indonesia, Bagtan I. (Jakarta: Departemen Agama Rl., 1972 P
Al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim, Hidayatul Hiyar, Tahqiq: Ridwan Jami'Ridwan, Kairo, Mesir, Maktabah Nizarumustafal bam,2004. Al-Syahrastani,Muhammad Abd al Karim, At_Mital wal_ Nilrul,Burut, Lebanon,Darul Kutub al_Ihriyah,Tanpa Tahun.
Assayuthi, Khalid Abdul Halim Abdunahim, Al-Jadal Addini Baina Muslimin wa Ahrit Kitab bil Andatus (rbnLr Haznt dan Hazraji) ,Kairo, Mesir,Daru euba,, 2001 Ahyadi, A. Aziz. Psikotogi Agann, (BandLrng: Marriana, i9g1), h. .
9. dan Zakiah Daradjat, Ilmtt Jiv;a (J
akarta:Bulan Bintan-s,197
9
Agama,
.
Andito, Atas Nama Agama: Wacana Agatna dalcLm Dialog "Bebas" Konflik, Bandung: pusraka Hidavah. 199g
t61
162
Anshari, Endang Syaefuddin llmu, Filsafat dan Agama, Bandung: Mizan, 1989
Ali,
Abdullah Agama dalam llnru Perbandingan Aganta, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007
Bakar, Osma Tawhid and Science; Islamic Perspective on Religiott and Science, MalaYsia: SDN BHR, 2008
Bakhtiar, Amtsal Fikafat llmu lakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Connoly, Peter "Psyclnlogical Approaclus". dalam Approaches to the study of Religiort, terj. Aneka Pendekatan Studi Agama, Peter Connoly (ed.), Yogyakarta: LKiS, 1999 Daya, Burhanuddrn IImu Perbandingan Agama di Indonesia dan Belanda Jakarta: INIS, 1992
Daradjat, Zakiah dkk., PerbanCingan Agamct, Jakarta: Bumi Aksara, 1996
Djam'annui, Studi Agama-agama; Sejarah daru Pemikirarutl'a Yogyakarta: Pustaka Rihlah, 2003
Davamony, Mariasusai Fenornenologi Agatna, (Yogyakarta: Kanisius, 2001
Dadang Rahmad, L4etode Penelitian Agama;Prespektif Ilmu
Perbandingan Agama,
Bandung:Remaja
Rosdakarya,2000
Djamari, Agama dalam Perspektif SosioLogi, Bandung: Alfabeta, 1993
Ghazali,Imam, Arrdujamil li ilahiyatil isa disarihil iniil,Kato, Mesir, Darul Hidayah, 1986 Ghazab, Adeng Muchtar llmu Perbandingan Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2000
163
Hazm, Ali Ibnu, Al-Fasl Fi al-Milal wa-Ahwa wal-Nihal,Tahqiq; Yusuf Biqa'I, Beirut, Lebanon, Daru Ihyu Turasl Arabi,2002
& Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2072
Hakim, Atang Abdul
Jirhanuddin, Perbandingan Agama (Pengantar Studi Memahami ag ama- ag ama), Y ogyakarta: Pustaka Pelajar, 20 1 0
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, edisi kedua, Yogyakarta:Tiara Wacana,2004
Kuntowijoyo,Paradigrna Islam Interpretasi untuk Afui, Bandung:
Mizan,l99l Manaf, Mudjahid Abdul, Ilmu Perbandingan Agama, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994
Mudzhar,
M. Atho Pendekatan Studi Islam Dalam Teori Dan Praktek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998
Muchtarom, Zatm ,Ilrnu Perbandingan Agama 'B
eb erap
a
P ermas
cli
Indonesia
alahan' J akarta, INIS, 1 990
Majallah Kulliyatut Dakwah Al-Islamiyal2, Edisi 15, Tripoli,Libl,a 1998.
Nasution, Harun Islatn ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid III, (Jakarta: Universitas Indonesia, i 985
Nata, H.Abuddin. Metodologi stLtdy Islam
jakarta,Raja
Grafindo,2008. Nasr, Seyyed Hossein Tiga Mazhab (Jtann Filsafat Islann, Jakarta: Raja Grafin do,2004
Taymiyyah, Ibnu, Al-Jawab As-Shahih Liman Baddala Dirutl Masih, Kairo, Mesir, Darui Haitsamar, 2003.
r64 Ronrdon, Metodologt llmu Perbandingan Aganta, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996
Syukur, Asywadie, A-Mital Wa AL-llihal (Aliran-alirai; Teologi Dalam sejarah Urnat Manusia), Surabaya Pt'Bina Ilmu.2003.
Lh on
of Islam' diterjemahkan oleh Saifullah Mahyuddin, Tentang Sosiologi Islatn
Syari'ati,
The Sociolog)'
,Yogyakarta: Ananda, 1982.
S., Joseftr Sosiologi Sebuah Pengencrlan, terj. Sahat Sinlanlora. (Jakarta: Bina Aksara, 1984),
Yunus, Ilyas Ba- dan Farid Ahmad, Sosiologr Islartt: Sebuah Pendekatan, terj. Hamid Ba-Syaib. Barldung: Mizan, 1996 Soedervo,
Ilnut PengetahtLtut dan Agctnto, (Jakarta: Dlrrul Klituhii
Islamiyah. 2007
Wach Joachirn. llnru Perbandingcut Ag,aml, Jakarta. CV Ra-ia$
r.1i.
1984
http:iiicl.wikipedia.org/wiki/A1-Ghazali. diakses pada l.\ .{{ttstus 2014
http://id.wikipedia.rorg/wikiilbnu_Taimiyah, diakscslS AsLi:tus
20t4 http://icl.wikipedia.org/wikiilbnu Qavyim AI-Jauziv-,*ah.'-lrrtkses 18 Agustus 2014 http //amin abd. wordpres :
s.
com/2 0 I
I I0 I I 14I
urgens
antro po togi - untuk-studi-agama-dan- studi-
is
i - pe n d e k rt t an -
Iarr
http://ejournal. articel/ v ierv Ilte/5
38
I
I