2__modalitas Fisioterapi

  • Uploaded by: Wiwin Iswanti Laras
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 2__modalitas Fisioterapi as PDF for free.

More details

  • Words: 3,448
  • Pages: 18
Loading documents preview...
Anak Agung Istri Wiwin Iswanti Laras 1402305012 TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) TENS adalah metode electrical stimulation yang lebih ditujukan untuk symtomatic pain reliaf dimana aliran listrik akan merangsang saraf sensoris dan mempengaruhi mekanisme pain gait dan opoid system. TENS dapat digunakan baik dalamkondisi akut maupun kronis. Nyeri akut : 1. nyeri pasca operasi 2. nyeri persalinan 3. nyeri muskuloskeletalfrakture tulang Nyeri kronis : 1. Nyeri ppunggungbelakang 2. Arthritis 3. Nyeri postherpetic 4. Neuralgia trigeminal 5. Angina pektoris 6. Nyeri wajah 7. Nyeri tulang metastatik

Indikasi : 1. 2. 3. 4.

Keluhan nyeri otot, tendon, ligament, kapsul, saraf Keadaan hypertonus/spasme Kelemahan otot Migran

Kontraindikasi : 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Penyakit jantung Penggunaan pacemaker Pasien epilepsy Kehamilan Lukabakar kulit sensitif

Tipe arus TENS dan dosis : 1. Conventional TENS ( Hi TENS) Conventional TENS diaplikasikan menggunakan arus frekuensi tinggi dan intensitas rendah. Tipe arus ini dapat merangsang serabut afferent berdiameter besar (A-beta) untuk

Anak Agung Istri Wiwin Iswanti Laras 1402305012 memblokade aktivitas nosisensorik : dapat menurunkan pelepasan neurotransmitter excitatory dan meningkatkan pelepasan neurotransmitter inhibitor. - Frekuensi : 80 – 130 Hz - Durasi pulse : 100 – 200 𝜇s - intensitas : 12-30 Ma atau peningkatan intensitas sampai terasa kuat tapi tingling yang masih terasa nyaman - Waktu terapi: minimal 30 menit 2. Acupunture TENS (Lo TENS) - frekuensi : 2 – 5 HZ - Durasi pulse : 200 – 250 𝜇s - Intensitas : lebih tinggi dari Hi TENS dimana peningkatan intenistas mampu menyebabkan sensasi yang kuat namun masih dengan muscle twitch yang nyaman. - Waktu terapi : minimal 30 menit - Efek analgesik lebih lama dari pada Convetional TENS - Lebih effektif diaplikasikan pada nyeri kronik 3. Burst TENS Burst TENS adalah serangkaian impuls yang diulang selama 1-5 kali per detik dan merupakan gabungan antara conventional dan acupuncture TENS. Burst TENS menggunakan frekuensi tinggi, durasi pulse yang singkat dan intensitastinggi. - Frekuensi : 10 brust - Durasi pulse : 100-300 𝜇s - Intensitas diatur sampai mampu menimbulkan kontraksi - Durasi pengaplikasian : 20-30 menit 4. Brief intens TENS - Frekuensi : 100-150 Hz - Durasi pulse : 150-250 𝜇s - Intensitas mencapi atau mendekati ambang toleransi pasien - Durasi pengaplikasian : 15-30 menit - Efektif digunakan untuk nyeri hebat seperti skin debridement.

Penempatan Elektrode : • • • • • •

Disekitar area yg nyeri Diletakkan pada dermatome, myotome, & sklerotom Pada segmen spinal cord yg menginervasi daerah yg nyeri Saraf perifer yg menginervasi daerah yg nyeri Pada area trigger point atau accupunture point Crossing pattern pada interferential

Anak Agung Istri Wiwin Iswanti Laras 1402305012 Aplikasi TENS : Persiapan alat  pastikan semua tombol dalam posisi nol Posisikan pasien senyaman mungkin Dilakukan pemeriksaan pasien Pastikan area terapi bersih dan bebas dari benda metal, lemak, lotion, dan kotoran. Sebelum memulai terapi pasien harus diberi penjelasan mengenai cara kerja dan efek TENS Pad diletakkan sesuai area terapi dan pastikan pad yang kontak dengan kulit adalah pad yang menggunakan gel 7. Pengaturan dosis dilakukan 8. Setelah terapi selesai pad dilepaskan 9. Alat dirapikan 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Anak Agung Istri Wiwin Iswanti Laras 1402305012 ELECTRICAL STIMULATION (ES) ES merupakan terapi yang menggunakan aliran listrik dengan berbagai jenis frekuensi, amplitude dan karakteristik aliran listrik tertentu yang dialirkan melalui kulit dengan perantara pad (electrode dengan lapisan gel diatasnya atau electrode tertentu dengan bahan tertentu) Indikasi : -

Penguatan otot re-edukasi otot ,mencegah kelemahan otot atau atrofi otot menghilangkan nyeri menghilangkan bengkak atau edema menyembuhkan luka atau perbaikan jaringan

Kontra indikasi : -

pada pasien dengan alat pacu jantung kelainan aritmia menaruh elektroda stimulasi listrik pada daerah sinus karotis pada daerah kelainan pembuluh darah arteri maupun vena seperti thrombosis tidak boleh pada kehamilan

Dosis : 1. Muscle Strengthening - Frekuensi : 35 – 80 pps - Durasi pulse : 150 – 200 𝜇s untuk otot kecil, 200 – 350 𝜇s untuk otot besar - Intensitas : > 10% MVIC (Maximum Volutary Isometric Contraction) pada kondisi cidera, > 50% MVIC pada kondisi tidak cedera - On/off time dan rasio : 6-10 detik on, 50-120 detik off, rasio 1 : 5 - Ramp time : minimal 2 detik - Waktu terapi : 10-20 menit untuk memproduksi 10-20 repetisi 2. Muscle Re-Edukasi - Frekuensi : 35 – 50 pps - Durasi pulse : 150 – 200 𝜇s untuk otot kecil, 200 – 350 𝜇s untuk otot besar - Intensitas : cukup untuk aktivitas fungsional - On/off time dan rasio : tergantung pada aktivitas fungsional - Ramp time : minimal 2 detik - Waktu terapi : tergantung pada aktivitas fungsional 3. Muskle Spasm - Frekuensi : 35 – 50 pps - Durasi pulse : 150 – 200 𝜇s untuk otot kecil, 200 – 350 𝜇s untuk otot besar - Intensitas : sampai terlihat kontraksi - On/off time dan rasio : 2-5 detik on, 2-5 detik off, dengan rasio on-off time sama

Anak Agung Istri Wiwin Iswanti Laras 1402305012 - Ramp time : minimal 1 detik - Waktu terapi : 10-30 menit 4. Edema Reduction Using Muscle Pump - Frekuensi : 35 – 50 pps - Durasi pulse : 150 – 200 𝜇s untuk otot kecil, 200 – 350 𝜇s untuk otot besar - Intensitas : sampai terlihat kontraksi - On/off time dan rasio : 2-5 detik on, 2-5 detik off, dengan rasio on-off time sama - Ramp time : minimal 1 detik - Waktu terapi : 30 menit Aplikasi ES: 1. Pasien menggunakan pakaian senyaman mungkin 2. Terapis akan memeriksa daerah yang akan diterapi, terapis mewawancarai pasien terkait kelainan yang diderita dan terapis akan menjelaskan kembali tujuan diberikan terapi TENS 3. Terapis akan membersihkan daerah yang akan diterapi dari minyak atau kotoran apapun yang menempel termasuk membersihkan lotion jika ada memakainya. 4. Terapis memposisikan bagian yang akan diterapi di neck, shoulder atau punggung 5. Terapis menempatkan elektroda yang berupa pad dengan lapisan gel diatasnya atau electrode dengan bahan tertentu yang akan diikat pada daerah yang akan diterapi 6. Terapis melakukan pengaturan dosis alat dan memulai terapi dengan menaikkan intensitas alat secara perlahan-lahan, dan terapis setiap 5 menit akan menanyakan kepada pasien apa yang dirasakan. 7. Setelah selesai terapi terapis melepas electrode dan membersihkan sisa gel yang menempel pada pad dan yang masih tersisa pada daerah terapi 8. Terapis akan kembali melakukan pemeriksaan atau wawancara mengenai efek yang dirasakan pasien.

Anak Agung Istri Wiwin Iswanti Laras 1402305012 INFRARED Infrared ( Inframerah) adalah salah satu jenis terpai yang menggunakan radiasi elektromagnetik infra merah dengan karakteristik gelombang dengan panjang gelombang 770nm-106nm, berada di antara spektrum gelombang cahaya tampak dengan gelombang microwave. Tujuan dari pemberian infrared adalah untuk pemanasan struktur muskuloskeletal yang terletak superfisial dengan daya penetrasi 0,8-1 mm. Indikasi : 1. Kondisi setelah peradangan sub – akut, seperti sprain, muscle strain, contusion 2. Arthritis seperti : Rheumatoid arthritis, osteoarthritis, mialgia, neuritis 3. Gangguan sirkulasi daran, seperti : tromboplebitis, Raynold’s disease 4. Penyakit kulit, seperti : folliculitis, wound 5. Persiapan exercise dan massage Kontra indikasi : 1. Daerah insufisiensi darah 2. Gangguan sensibilitas 3. Adanya kecenderungan terjadi perdarahan 4. Luka terbuka Aplikasi Infrared: 1. Persiapan alat 2. Alat dihidupkan 3. Alat dipanaskan terlebih dahulu ± 5 menit 4. Pemeriksaan pasien 5. Pasien diposisikan dalam posisi nyaman dan pastikan area yang di terapi bebas dari kain dan logam 6. Area terapi dibersihkan dengan alcohol 7. Posisikan alat tegak lurus dengan area terapi dengan jarak 30 – 40 cm 8. Durasi terapi 15 – 20 menit 9. Setiap 5 menit tanyakan kondisi pasien 10. Setelah terapi selesai alat dimatikan 11. Dilakukan pemeriksaan kembali

Anak Agung Istri Wiwin Iswanti Laras 1402305012 ULTRASOUND Ultrasound therapy adalah suatu terapi dengan menggunakan getaran mekanik gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz. Yang digunakan dalam Fisioterapi adalah 0,5-5 MHz dengan tujuan untuk menimbulkan efek terapeutik melalui proses tertentu. Bentuk gelombang ultrasound adalah longitudinal yang memerlukan medium yang elastis sebagai media perlambatan. Gelombang elastis longitudinal menyebabkan kompresi dan ekspansi medium pada jarak separuh gelombang yang menyebabkan variasi tekanan pada medium. Refleksi atau pemantulan terjadi bila gelombang ultrasound melalui dua media yang berbeda.Banyaknya energi yang dipantulkan tergantung independence acuistik spesifik dari berbagai media. Gelombang ultrasound diserap oleh jaringan dalam berbagai ukuran tergantung pada frekuensi, frekuensi rendah penyerapannya lebih sedikit dibandingkan dengan frekuensi tinggi.Jadi ada ketergantungan antara frekuensi, penyerapan dan kedalaman efek dari gelombang ultrasound.Disamping itu refleksi, koefisien penyebaran menentukan penyebarluasan ultrasound di dalam jaringan tubuh. Half Value Depth (HVD) merupakan jarak nilai setengah adalah jarak dimana intensitas dari ultrasound dalam suatu media tertentu tinggal separuh.Jarak nilai setengah ini ditentukan koefisien penyerapan. Jarak Nilai Setengah Pada Beberapa Medium Medium Frek. 1 MHz Frek. 3 MHz Darah 0,028 0,084 Pembuluh darah 0,4 1,2 Tulang 3,22 Kulit 0,62 1,86 Tulang rawan 1,16 3,48 Udara 2,27 8,28 Tendon 1,12 3,38 Otot 0,76 2,28 Lemak 0,28 0,84 Air (20°C) 0,14 0,42 Serabut saraf 0,0006 0,0018 0,2 0,6 Indikasi :  Kelainan-kelainan / penyakit pada jaringan tulang sendi dan otot  Keadaan-keadaan post traumatik  Fraktur  Rheumathoid Arthritis pada stadium tidak aktif  Kelainan / penyakit pada sirkulasi darah  Penyakit-penyakit pada organ dalam  Kelainan / penyakit pada kulit

Anak Agung Istri Wiwin Iswanti Laras 1402305012     

Luka bakar Jaringan parut oleh karena operasi Kontraktur Kondisi peradangan sub akut dan khronik Kondisi ketegangan, pemendekan dan perlengketan jaringan lunak (otot, tendon dan ligamentum )

Kontra indikasi :  penyakit jantung atau penderita dengan alat pacu jantung  kehamilan, khususnya pada daerah uterus  jaringan lembut : mata, testis, ovarium, otak  jaringan yang baru sembuh atau jaringan granulasi baru  pasien dengan gangguan sensasi/ DM  tanda-tanda keganasan atau tumor malignan  insufisiensi sirkulasi darah : thrombosis, thromboplebitis atau occlisive occular disease  infeksi akut  daerah epiphysis untuk anak-anak dan dewasa

Dosimetri : 1. Pulse Rasio  Akut  1 : 4 atau 1 : 3  Sub akut  1 : 2 atau 1 : 1  Kronik  1 : 1 atau kontinu 2. Intensitas  Akut  0,1 – 0,3 W/cm2  Sub akut  0,2 – 0,5 W/cm2  Kronik  0,3 – 1,0 W/cm2 3. Frekuensi  Kedalaman area cedera < 0,5 – 2 cm  3 MHz  Kedalaman area cedera 3 – 6 cm  1 MHz 4. Waktu Terapi Total Waktu = 1 (menit) x luas cedera dengan luas transduser x rasio pulse Catatan : Rasio Pulse :  1:12  1:23  1:34

Anak Agung Istri Wiwin Iswanti Laras 1402305012  

1:45 1 : 9  10

Penambahan intesitas terapi diperlukan pada area cedera dengan kedalam > 0,5 cm. penambahan intensitas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Intensitas yang diperlukan pada lesi (W/cm2)

0,5

1.0 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1

1,20 1,08 0,96 0,84 0,72 0,60 0,48 0,36 024 0,12

1 3 MHz 1,40 1,26 1,12 0,98 0,84 0,70 056 0,42 0,28 0,14

Kedalaman Lesi (cm) 2 3 4 5 1 MHz 1,80 1,75 2,00 2,25 1,62 1,58 1,80 2,03 1,44 1,40 1,60 1,80 1,26 1,23 1,40 1,58 1,08 1,05 1,20 1,35 0,90 0,88 1.00 1,13 0,72 0,70 0,80 0,90 0,54 0,53 0,60 0,68 0,36 0,35 0,40 0,45 0,18 0,18 0,20 0,23

6 2,50 2,25 2,00 1,75 1,50 1,25 1,00 0,75 0,50 025

Aplikasi Ultrasound : 1. Pemeriksaan pasien 2. Penjelasan terhadap pasien tentang terapi ultrasound, tujuan, manfaat beserta fekennya 3. Tes sensibilitas 4. Penentuan metode yang akan digunakan (kontak langsung/tidak langsung, phonoporesis), tentukan frekuensinya, jenis arus, tranduser, intensitas, lama terapi. a) Kontak langsung  terjadi kontak secra langsung antara tranduser dengan kulit. Kontak yang sempurna bisa didapat dengan penggunaan media kontak seperti oils/ minyak, water oil emulsions, aquas-gels, ointment /pasta b) Kontak tidak langsung  metode kontak langsung dapat dibagi lagi menjadi sua teknik berbeda, yaitu : o Sub-aqual (dalam air) Bagian tubuh yang diterapi dan trnduser dimasukkan di dalam bak askon/ember berisi air. dengan menempatkan tranduser dengan jarak tertentu. o Water pillow Metode menggunakan kantong plastik atau karet yang berisi air kirakira ¾ dari isi kantong tersebut. Kantong plastik atau karet merupakan media yang dapat menempel di kulit.Metode ini energi ultrasound banyak yang hilang. c) Phonoporesis  upaya untuk pengantaran obat ke dalam tubuh dari pengaplikasian secara topikal dengan menggunakan media ultrasound sehingga terjadi peninkatan absorbsi obat. 5. Pasien diposisikan dalam posisi nyaman

Anak Agung Istri Wiwin Iswanti Laras 1402305012 6. Pembersihan area terapi 7. Terapis menyetel paramater pada mesin ultrasound 8. Treatmen head/tranduser diletakkan di daerah yang akan diterapi 9. Tentukan lama terapi, frekuensi, intensitas 10. Treatment harus selalu dinamis dan ritmis, jangan terlalu ditekan 11. Terapis harus selalu menanyakan kondisi pasien 12. Setelah selesai terapi mesin dimatikan dan semua tombol dalam posisi nol 13. Tranduser dibersihkan dengan alkohol 70% dan dilap sampai kering. 14. Pemeriksaan kembali kepada pasien baik subyektif maupun obyektif

Anak Agung Istri Wiwin Iswanti Laras 1402305012 SHORTWAVE DIATHERMY (SWD) Shortwave diathermy (SWD) merupakan salah satu jenis terapi panas yang menggunakan gelombang elektromagnetik. Frekuensi SWD yang sering digunakan dengan tujuan pengobatan adalah 27,33 MHz dengan panjang gelombang 11 meter. Indikasi SWD      

inflamasi sendi Fibrositis Myositis Inflamasi jaringan Osteoartritis Nyeri pada sistem sukuloskeletal

Kontra indikasi SWD           

Area iskemik Implant logam Gangguan sensibilitas Kanker Cardiac Pacemakers Kehamilan Pada epiphyseal plate Mata dan wajah Organ genital Area infeksi Bagian abdominal dengan implan IUD

SWD dapat dibedakan berdasarkan jenis arusnya, yaitu Pulse SWD dan Continous SWD. 1. Pulse Shortwave Diathermy (PSWD) Pulse Shortwave Diathermy (PSWD ) menggunakan arus lektromagnetik frekuensi tinggi untuk meningkatkan proses perbaikan jaringan dan penurunan nyeri. Tipe terapi ini mempunyai efek non termal dan termal (panas yang sedang) serta efektif untuk trearment otot, saraf, dan area oedema. PSWD baik digunakan pada gangguan dengan kondisi akut dimana terapi panas merupakan kontra indikasinya. Dosis treatment : a) Akut  Intensitas : < 3 Watts  Durasi : 10-15 menit b) Sub akut  Intensitas : 2-5 Watts  Durasi : 15 menit

Anak Agung Istri Wiwin Iswanti Laras 1402305012 c) Kronis  Intensitas : > 5 Watts  Durasi : 15-20 menit 2. Continous Shortwave Diathermy (CSWD) Continous Shortwave Diathermy (CSWD) memberikan efek termal pada jaringan akibat dari getaran frekuensi tinggi dari molekul. Efek termal menyebabkan hal-hal berikut pada jaringan :  Peningkatan aliran darah dan dilatasi pembuuh darah  Meningkatkan metabolisme jaringan  Merubah beberapa reaksi enzim  Penurunkan joint stiffness  Relaksasi otot Peningkatan suhu pada jaringan :  Peningkatan 1°C  mengurangi inflamasiringan dan meningkatkan metabolisme jaringan  Peningkatan 2°C – 3°C  menurunkan nyeri dan spasme otot  Peningkatan ≥ 4°C  meningkatkan ekstensibilitas jaringan, sehingga memungkinkan untuk mengobati masalah jarngan ikat yang kronis Penempatan elektrode : 1) Kontraplanar  paling baik, penentrasi panas ke jaringan lebih dalam, dipermukaan berlawanan dengan bagian terapi. 2) Koplanar  elektroda berdampingan disisi sama dengan jarak elektroda adequat, pemanasan superficial, jarak antara kedua elektroda lebih lebar dari pada elektroda. 3) Cross fire treatment  ½ terapi diberikan dengan elektroda 1 posisi, ½ terapi diberikan elektroda posisi lain, pemanasan jaringan dalam seperti untuk organ pelvis 4) Monoplanar  elektroda aktif diatas satu lesi, bila yang dituju lokal dan dangkal Aplikasi SWD :        

Persiapkan alat Lakukan pemeriksaan pada pasien Jelaskan pada pasien mekanisme kerja dan efek SWD Pasien dalam posisi nyaman Elektrode ditempatkan pada area terapi Atur jarak elektroda 5-10 cm dari kulit Atur intensitas dan durasi terapi Setelah selesai terapi pastikan tombol dalam posisi nol dan matikan alat.

Anak Agung Istri Wiwin Iswanti Laras 1402305012

Anak Agung Istri Wiwin Iswanti Laras 1402305012 MICROWAVE DIATHERMY (MWD) MWD merupakan salahsatu jenis terapi panas dengan gelombang mikro dalam bentuk radiasi elektromagnetik. Frekuensi terapiutik MWD sebesar 2456 MHz dan 915 MHz. Kedalaman penetrasi hanya mencapai 3 cm. MWD paling baik digunakan untuk mengobati kondisi yang ada di daerah-daerah tubuh yang ditutupi dengan lemak subkutan rendah

Tujuan : 1. Membantu meningkatkan sirkulasi limpatik dan sirkulasi darah lokal 2. Membantu relaksasi otot dan meningkatkan elastisitas jaringan ikat yang letak kedalamannya ≤ 3cm 3. Membantu meningkatkan proses perbaikan jaringan secara fisiologis 4. Membantu mengurangi rasa nyeri pada otot dan sendi Indikasi : 1. Masalh muskuloskeletal a. Sprain & strain b. Jiont stiffness pada sendi superfisial c. Lesi kapsular d. Cedera otot dan tendon e. Penyakit sendi degeneratif 2. Inflamasi superfisial atau kondisi infeksi a. Tendosinofitis b. Synovitis c. Bursitis Kontraindikasi : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.

Gangguan sirkulasi dan pembuluh darah Gangguan sensibilitas Neuropathi Infeksi akut Transqualizer (alat pada pasien dengan gangguan kesadaran Kehamilan Menstruasi Adanya logam Kanker Pacemaker

Anak Agung Istri Wiwin Iswanti Laras 1402305012 Dosimetri :   

Intensitas  50 – 100 (tergantung toleransi) Waktu  20- 30 menit Arus  Continous : untuk kondisi sub akut dan kronik Pulsed / Intermitten : untuk kondisi akut

Aplikasi MWD : 1. Persiapan alat 2. Alat dihidupkan 3. Pemanansan alat 5-10 menit 4. Pasien diposisikan senyaman mungkin sesuai area yang akan diterapi 5. Pastikan area terapi terbebas dari pakaian dan logam 6. Tes sensibilitas 7. Atur jarak aplikator dengan kulit 5- 10 cm 8. Atur durasi terapi 20 – 30 menit 9. Tekan tombol strart untuk memulai terapi 10. Atur intensitas 50 – 100 watt (tergantung toleransi pasien) 11. Setelah terapi selai tekan tombol stop dan putar tombol intensitas hingga ke posisi nol 12. Matikan alat

Anak Agung Istri Wiwin Iswanti Laras 1402305012 TRAKSI Traksi adalah alat dengan tenaga mekanik yang memberi gaya tahanan dengan arah yang berlawanan. Traksi dapat diaplikasiakn pada regio servikal maupun regio lumbal dengan cara melonggarkan atau memberikan jarak antar sendi dan jaringan. Indikasi :     

Membebaskan sendi dari gangguan-gangguan sendi Mengurangi prostusi nukleus pada kasus HNP Mengulur jaringan tubuh Merileksasi otot Mobilisasi persendian

Kontra indikasi :      

Osteoporosis Trauma akut atau inflamasi Hipermobilitas atau instabilitas Spondylosis, spondylolisthesis Fraktur Hiperektensi yang tidak terkontrol

Dosis : 1. Traksi servikal Beban tarikan Waktu Pengulangan

: 1/7 – 1/5 berat badan : 10 – 15 menit : Akut : 1 kali dalam sehari Membaik : 1 kali dalam 1 – 2 hari : 1 seri = 10 kali

Seri 2. Traksi lumbal a) Fase akut Gaya : 13 – 20 kg Hold/relax time : statik Total waktu traksi : 5-10 menit b) Distraksi sendi Gaya : 22,5 kg atau 50% berat badan Hold/relax time : 15/15 detik Total waktu traksi : 20-30 menit c) Menurunkan spasme otot Gaya : 25% berat badan

Anak Agung Istri Wiwin Iswanti Laras 1402305012 Hold/relax time : 5/5 detik Total waktu traksi : 20-30 menit d) Masalah diskus atau stretch jaringan lunak Gaya : 25% berat badan Hold/relax time : 60/20 detik Total waktu traksi : 20-30 menit Aplikasi Traksi : 1. 2. 3. 4.

Persiapan alat (alat dihidupkan) Dilakukan pemeriksaan pada pasien Pasien diberikan penjelasan mengenai meknisme dan efek dari traksi Pasang pelvic belt (untuk traksi lumbal) atau cervical belt (untuk traksi servikal) kemudian sambungkan dengan pengait traksi yang tersedia 5. Pasang penahan tubuh atas pada ketiak pasien 6. Pasien diposisikan dalam posisi nyaman 7. Tombol emergency diberikan kepada pasien untuk menghentikan traksi secara otomatis apabila pasien merasa tidak nyaman atau sakit selama traksi 8. Tekan tombol force dan atur beban tarikan dengan menekan tombol angka yang berada di sampingnya 9. Tekan tombol hold untuk lama tarikan dan rest untuk istirahat dengan mengatur tombol angka 10. Tekan tombol timer untuk pengaturan waktu terapi 11. Tekan tombol start untuk memulai terapi 12. Setelah selesai terapi tekan tombol off untuk mematikan alat 13. Lepaskan pelvic belt/ cervical belt dari tubuh pasien 14. Rapikan alat traksi

Anak Agung Istri Wiwin Iswanti Laras 1402305012 PARAFIN BATH Parafin bath adalah salah satu metode hidroterapi dengan media parafin dan tergolong terapi panas superfisial. Parafin yang digunakan adalah parafin biasa yang ditambahkan parafin oil dan dipanaskan hingga meleleh dengan suhu kurang lebih 55°C. Tujuan terapi ini adalah untuk mereduksi nyeri, mengurangi spasme otot, meningkatkan lingkup gerak sendi, mempercepat proses penyembuhan dengan meningkatkan peredaran darah. Indikasi :     

Radang sendi kronis Spasme otot Resuksi nyeri Kaku sendi Tendonitis

Kontra indikasi :   

Hipertensi Diabetes mellitus Luka terbuka

Metode aplikasi : 1. Metode Deep Teknik : a) Mencelupkan bagian yang akan diterapi ke dalam parafin bath b) Angkat bagian yang diterapi dari parafin bath c) Terbetuk permukaan parafin padat dan tipis yang menyelimuti kulit d) Ulangi 8 -10 kali e) Bungkus dengan handuk kering untuk mempertahannkan panas f) Diamkan 15-20 menit g) Lepaskan parafin yang telah mengeras dan bersihkan tangan 2. Metode Immersion Teknik : a) Mencelupkan bagian terapi secara terus menerus kedalam cairan parafin b) Terbentuk lapusan yang menyelimuti kulit c) Waktu 20-30 menit Metode ini efektif meningkatkan suhu jaringan namun berisiko menimbulkan luka bakar. 3. Metode Breshing Teknik : mengoleskan parafin pada kulit dengan menggunakan kuas, biasanya digunakan untuk terapi area yang tidak dapat dijangkau dengan mode lainnya.

Related Documents

Penatalaksanaan Fisioterapi
February 2021 0
Fisioterapi Oa
February 2021 0
Farmakologi Fisioterapi
January 2021 1

More Documents from "ryanitammi"