Loading documents preview...
REFERAT KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP) Oleh: Kiki Amilia Brillianita 102011101011 Pembimbing: dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A dr. B. Gebyar Tri Baskoro, Sp.A dr. Saraswati Dewi, Sp.A dr. Lukman Oktadianto, Sp.A
SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSD. dr. Soebandi Jember 2016
FUNGSI MAKANAN ▫ Proses
Tumbuh
Kembang,
Sebagai
bahan
pembangun tubuh, pemelihara dan memperbaiki bagian bagian yang rusak (protein, mineral) ▫ Metabolic Programming, Mengatur pekerjaan faal tubuh dan sebagai zat pelindung (mineral, vit, air) ▫ Sumber Energi, Memberi tenaga/energi bagi tubuh saat istirahat dan beraktivitas (K, P, L)
DEFINISI Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah gangguan nutrisi yang disebabkan
oleh
karena
kekurangan
protein
dan/atau
energi.
Berdasarkan derajatnya KEP dibagi menjadi KEP derajat ringan (gizi kurang) dan KEP derajat berat (gizi buruk). Gizi kurang belum menunjukkan gejala yang khas, sedangkan gizi buruk memiliki 3 bentuk klinis yaitu kwashiorkor, marasmus dan marasmik – kwashiorkor.
waterlow
EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI Kecenderungan terjadinya malnutrisi pada anak berdasarkan tahun di berbagai wilayah di seluruh dunia yang terdiri dari wilayah Afrika, Asia, dan Amerika ditunjukkan dalam gambar 1.
Gambar 1. Kecenderungan Kejadian Malnutrisi Pada Anak Berdasarkan Wilayah
EPIDEMIOLOGI Di Indonesia, Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13,0% berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan 13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat pendek.
(Depkes, 2011)
ETIOLOGI
ETIOLOGI • Penyebab KEP dibedakan menjadi penyebab primer dan sekunder. 1. Penyebab primer meliputi kejadian KEP akibat kekurangan nutrisi yang pada umumnya didasari oleh masalah ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan di bidang gizi. 2. Penyebab sekunder yaitu apabila disebabkan adanya penyakit utama seperti kelainan kongenital contohnya adalah kelainan jantung bawaan, infeksi kronis seperti tuberculosis dan metabolik yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan meningkatnya kehilangan nutrisi
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI • kriteria Waterlow, WHO 2006, dan CDC 2000
KLASIFIKASI
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI Protein → zat pembangun, protein ↓ → • Gangguan pertumbuhan • Atropi otot • Albumin serum ↓ → Edema • Hb ↓ → Anemia • Antibodi ↓ → Infeksi
Karbohidrat + Lemak → Zat tenaga • KH + L ↓ → Katabolisme → pengecilan jaringan otot (muscle wasting) + jaringan otot menurun
PATOGENESIS Patogenesis penyakit KEP melalui 5 tahapan : 1.
Ketidakcukupan zat gizi, Bila ketidakcukupan zat gizi berlangsung lama maka cadangan jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan itu
2.
Bila keadaan ini berlangsung lama, maka akan terjadi kemerosotan jaringan yang ditandai dengan penurunan BB
3.
Terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium, yaitu Hb rendah, serum vitamin A dan karoten rendah
4.
Bila keadaan berlangsung lama, terjadi perubahan fungsi tubuh seperti pusing, lemah, mudah lelah
5.
Terjadi perubahan anatomi yang dapat dilihat dari munculnya tanda klasik : warna rambut, xeroftalmia, stomatitis angular, edema, dermatosis
Patogenesis Penyakit Kurang Gizi Faktor lingkungan
Persediaan/cadangan jaringan
Ketidakcukupan
Kemerosotan jaringan
Perubahan biokimia
Perubahan fungsi
Perubahan anatomi
Faktor manusia
Malnutrisi ditandai dengan Penurunan berat badan dan pertumbuhan terhambat (stunting)
Malnutrisi yang diperiksa melalui Pemeriksaan laboratorium
Tampak tandatanda khas
Munculnya tandaTanda yang klasikal
PENGARUH KEP SALURAN CERNA
SISTEM HEMATOLOGIK
KEP
HEPAR
PANKREAS
MANIFESTASI KLINIS
MANIFESTASI KLINIS KEKURANGAN ENERGI PROTEIN RINGAN : • Anak tampak kurus • Pertumbuhan linier berkurang atau terhenti • Berat badan tidak bertambah adakalanya menurun • Ukuran lingkar lengan atas lebih kecil dari normal • Maturasi tulang terlambat • Rasio berat badan terhadap tinggi badan normal atau menurun • Tebal lipatan kulit abnormal atau berkurang • Anemia ringan • Aktivitas dan perhatian berkurang jika dibandingkan dengan anak sehat
Marasmus Malnutrisi berat ok pemberian makanan yang tidak cukup, informasi pemberian makanan yang tidak cukup atau higiene yang jelek
Etiologi • Masukan kalori tidak cukup - Diet yang kurang - Kebiasaan makan yang tidak tepat - Kelainan metabolik
Manifestasi klinis : • Badan tampak kurus • Wajah seperti orang tua • Atropi otot • Lemak subcutan tipis • Kulit kering & berkeriput • Perut buncit & gambaran usus mudah dilihat • Anak cengeng • Penyakit penyerta yang sering dijumpai : Enteritis, infestasi cacing, TBC, defisiensi vit A
KEP berat : Marasmus Wajah
Rambut
Atrofi otot Lemak SC << Iga gambang
KEP berat : Marasmus
limfadenopati
Kwashiorkor Sindroma klinis akibat defisiensi protein berat dan masukan kalori tidak cukup
Etiologi • Kekurangan intake protein • Gangguan penyerapan protein pada diare yang kronik • Kehilangan protein yang berlebihan, mis pada proteinuria, infeksi kronik, luka bakar • Gangguan sintesa protein pada penyakit hati yang kronis
Manifestasi Klinis : • Wajah moonface • Nampak sembab • Cengeng • Jaringan otot mengecil, tonusnya menurun • Jaringan subcutis tipis • Asites • Rambut pirang, mudah dicabut, signo de bandera • Crazy pavement dermatosis • Pembesaran hati • Tanda defisiensi vitamin A • Anemia defisiensi besi • Penyakit infeksi
KEP berat : Kwashiorkor
Rambut
Wajah
‘Puffy’
Edema
KEP berat : Kwashiorkor
Hepatomegali Crazy pavement dermatosis
Edema
Marasmik-kwashiorkor Terdapat gejala marasmus dan kwashiorkor secara bersamaan
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS Ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran antropometri. Anak didiagnosis gizi buruk apabila: • BB/TB < -3 SD atau <70% dari median (marasmus) • Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor
:
BB/TB
>-3
kwashiorkor : BB/TB <-3 SD
SD
atau
marasmik-
ANAMNESIS • Riwayat nutrisi selama dalam kandungan, saat kelahiran, keadaan waktu lahir (BB, TB) • Penyakit yang diderita • Keadaan keluarga • Kontak dengan pasien penyakit menular
PEMERIKSAAN FISIK • Keadaan Umum • Kesadaran • Vital Sign • Status Gizi • Head to toe examination : 1.
Rambut : warna, mudah dicabut atau tidak
2. Wajah
: moonface atau oldface
3. Mata : tanda dehidrasi (mata cekung, sekresi airmata ↓), defisiensi vitamin A kornea, keratomalasia 4. Mulut
: stomatitis, ulkus pada mulut
5. Leher: pembesaran Kelenjar getah bening 6. Thorax : kelainan jantung bawaan 7. Abdomen : asites, abdominal splash 8. Extremitas : hipotropi, edema, akral, capillary refill time ↓ 9. Kulit : hiperkeratosis, crazy pavement
seperti bercak bitot, ulkus
PEMERIKSAAN PENUNJANG • Kadar gula darah • Darah tepi lengkap • Urine lengkap • Feses lengkap • Radiologi (dada AP dan lateral)
DIAGNOSIS BANDING • Sindroma Nefrotik • Sirosis Hepatis • Penyakit Jantung Kongestif
ALUR PEMERIKSAAN ANAK GIZI BURUK
Pemeriksaan Klinis, BB/PB, LiLA di Poskesdes/Pustu/Polindes/Puskesmas
Anak dengan satu atau lebih tanda berikut : Terlihat Sangat Kurus Edema pada seluruh tubuh BB/PB atau BB/TB < -3 SD LiLA < 11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan) dan salah satu atau lebih dari tanda- tanda komplikasi medis berikut : anoreksia pneumonia berat anemia berat dehidrasi berat demam sangat tinggi penurunan kesadaran
Anak dengan satu atau lebih tanda berikut : Terlihat sangat kurus Edema minimal, pada kedua punggung tangan/kaki BB/PB atau BB/TB < -3 SD LiLA <11,5 cm untuk anak usia 659 bulan Nafsu makan baik Tanpa komplikasi medis
Anak dengan satu atau lebih tanda berikut : Terlihat sangat kurus BB/PB atau BB/ TB <-3 SD LiLA <11,5 cm untuk anak usia 6-59 bulan Nafsu makan baik Tanpa komplikasi medis
BB/TB < -2 SD s.d -3 SD) Bila LiLA antara 11,5-12,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan) Tidak ada edema Nafsu makan baik Klinis baik
Gizi buruk Dengan Komplikasi
Gizi buruk tanpa Komplikasi
Gizi kurang
Rawat Inap di RS/ Puskesmas perawatan/ TFC
RAWAT JALAN
PMT Pemulihan
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN RAWAT JALAN • Makanan untuk Pemulihan Gizi • Obat • Drop Out (DO) • Rujukan
RAWAT INAP Anak Marasmus dan Kwarsiorkor berat memerlukan perawatan karena terdapat berbagai komplikasi yang membahayakan hidupnya. Tindakan yang dilakukan berdasarkan ada tidaknya tanda bahaya dan tanda penting yang dikelompokkan menjadi 5:
Kondisi 1 • Jika ditemukan : Renjatan (syok), letargis, muntah, diare atau dehidrasi. Lakukan rencana 1 dengan tindakan segera, yaitu : • Pasang Oksigen 1-2 L/menit • Pasang infus ringer laktat dan dextrose / glukosa 10% dengan perbandingan 1:1 (RLG 5%) • Berikan glukosa 10% iv bolus, dosis 5 ml/kgBB bersamaan dengan ReSoMal 5 ml/kgBB melalui NGT
RAWAT INAP Kondisi 2 • Jika ditemukan : Letargis, muntah, diare atau dehidrasi. Lakukan rencana 2 dengan tindakan segera, yaitu : • Berikan glukosa 10% iv bolus, dosis 5 ml/kgBB • Lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak 50 ml • 2 Jam pertama : • - berikan ReSoMal secara oral/NGT setiap 30 menit, dosis : 5 ml/kgBB setiap pemberian • - catat nadi, frekuensi nafas dan pemberian ReSoMal setiap 30 menit
Kondisi 3 • Jika ditemukan : Muntah, diare atau dehidrasi. Lakukan rencana 3 dengan tindakan segera, yaitu : • Berikan 50 ml glukosa atau larutan gula pasir 10% (oral/NGT) • 2 Jam pertama : • - berikan ReSoMal secara oral/NGT setiap 30 menit, dosis : 5 ml/kgBB setiap pemberian • - catat nadi, frekuensi nafas dan pemberian ReSoMal setiap 30 menit
RAWAT INAP Kondisi 4 • Jika ditemukan : Letargis. Lakukan rencana 4 dengan tindakan segera, yaitu : • Berikan bolus glukosa 10% iv, 5 ml/kgBB • Lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak 50 ml • 2 Jam pertama : • - berikan F 75 setiap 30 menit, dosis untuk 2 jam sesuai dengan berat badan (Oral/NGT) • - catat nadi, frekuensi nafas
Kondisi 5 • Jika tidak diketemukan : Renjatan (syok), letargis, muntah, diare atau dehidrasi. Lakukan
rencana 5 dengan tindakan segera, yaitu : • Berikan 50 ml glukosa atau larutan gula pasir 10% oral • Catat nadi, frekuensi nafas, kesadaran
• RAWAT INAP KEP berat ditatalaksana melalui 3 fase (stabilisasi, transisi dan rehabilitasi) dengan 10 langkah tindakan
(Depkes, 2011)
Tabel . Jadwal Pengobatan dan Perawatan Anak Gizi Buruk
H ke 1-7
M ke 2
M ke 3-7
PROSES PELAYANAN KEP • Fase Stabilisasi Fase Stabilisasi Diberikan makanan formula 75 (F-75) dengan asupan gizi 80-100 KKal/kgBB/hari dan protein 1-1,5 g/KgBB/hari. ASI tetap diberikan pada anak yang masih mendapatkan ASI.
• Fase Transisi Fase Transisi Pada fase transisi ada perubahan pemberian makanan dari F-75 menjadi F-100. Diberikan makanan formula 100 (F-100) dengan asupan gizi 100-150 KKal/kgBB/ hari dan protein 2-3 g/kgBB/hari.
PROSES PELAYANAN KEP • Fase Rehabilitasi Fase Rehabilitasi Diberikan makanan seperti pada fase transisi yaitu F-100, dengan penambahan makanan untuk anak dengan BB < 7 kg diberikan makanan bayi dan untuk anak dengan BB > 7 kg diberikan makanan anak. Asupan gizi 150-220 KKal/kgBB/hari dan protein 46 g/kgBB/hari.
• Fase Tindak Lanjut Fase Tindak Lanjut (dilakukan di rumah) Setelah anak pulang, anak tetap dikontrol oleh Puskesmas pengirim secara berkala melalui kegiatan Posyandu atau kunjungan ke Puskesmas. Lengkapi imunisasi yang belum diterima, berikan imunisasi campak sebelum pulang. Anak tetap melakukan kontrol (rawat jalan) pada bulan I satu kali/ minggu, bulan II satu kali/ 2 minggu, selanjutnya sebulan sekali sampai dengan bulan ke-6. Tumbuh kembang anak dipantau oleh tenaga kesehatan Puskesmas pengirim sampai anak berusia 5 tahun.
10 langkah penting yaitu : 1. Atasi/cegah hipoglikemia 2. Atasi/cegah hipotermia 3. Atasi/cegah dehidrasi 4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit 5. Obati/cegah infeksi 6. Mulai pemberian makanan 7. Stabilisasi dan Transisi 8. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth) 9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental 10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh
I.Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat 1.
Atasi/cegah hipoglikemi
•
kadar glukossa darah <3 mmol/L atau < 54 mg/dl
2.
Atasi/cegah hipotermi
•
Bila suhu < 36° C hangatkan dengan selimut, berikan lampu pemanas
•
Segera berikan makanan tiap 2 jam
3.
Atasi/cegah dehidrasi
•
Pemberian cairan infus dengan hati-hati, tetesan pelan-pelan
•
Cairan ReSoMal per oral 5 mg/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama, setelah 2 jam berikan ReSoMal 5-10 ml/kgBB/jam berselingan dengan F75 dalam jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam
•
Penilaian rehidrasi dengan denyut nadi, pernafasan, frekuensi kencing, sekresi airmata
4.
Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit
• Untuk mengatasi gang. Elektrolit diberikan kalium dan magnesium yang terkandung dalam larutan Mineral-Mix yang ditambahkan ke F-75, F-100 atau ReSoMal • Beri cairan ReSoMal untuk rehidrasi • Makanan rendah garam
5. •
Pengobatan/ Pencegahan infeksi Berikan
gentamicin)
antibiotika
spektrum
luas
(ampicillin
+
6.
Koreksi defisiensi nutrien mikro
• Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu: • Multivitamin • Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari) • Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari) • Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari) • Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase rehabilitasi) • Vitamin A
7. •
Mulai pemberian makanan
Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun rendah laktosa
• Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral • Energi : 80 kkal/kgBB/hari sesuai recall kalori 24 jam (↑ bertahap) • Protein : 1-1.5 g/kgBB/hari • Cairan : 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100 ml/kgBB/hari)
8. Fasilitasi tumbuh kejar Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula tumbuh kembang (F-100) (fase transisi) : • Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75 selama 2 hari berturutan. • Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian sampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal ini terjadi ketika pemberian formula mencapai 200 ml/kgBB/hari. • Dapat pula digunakan bubur atau makanan pendamping ASI yang dimodifikasi sehingga kandungan energi dan proteinnya sebanding dengan F-100. • Setelah transisi bertahap, beri anak : • pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai kemampuan anak) • energi : 150-220 kkal/kgBB/hari • protein
: 4-6 g/kgBB/hari.
9.
Berikan stimulasi sensorik & dukungan emosional
• Kasih sayang, lingkungan yang ceria, terapi bermain terstruktur selama 1530 menit
10.
Tindak lanjut di rumah
• Pemberian makanan yg sering, dg kandungan energi & protein yang padat • Terapi bermain terstruktur • Imunisasi dasar/ulangan • Vitamin A, setiap 6 bulan
EDUKASI • Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di Puskesmas • Pelayanan di Puskesmas untuk memperoleh PMT (Pemberian Makanan Tambahan) Pemulihan selama 90 hari. Ikuti nasehat pemberian makanan dan berat badan anak selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di posyandu/puskesmas. • Pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang padat • Penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu • Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal • Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau 100.000 SI ) sesuai umur anak setiap 6 bulan, Bulan Februari dan Agustus
(Depkes, 2011)
KOMPLIKASI
KOMPLIKASI • Masalah pada mata • Anemia berat • Tuberkulosis • Lesi kulit pada kwashiorkor • Diare persisten (giardiasis dan kerusakan mukosa usus, intoleransi laktosa, diare osmotik)
(WHO, 2013)
PROGNOSIS
PROGNOSIS Kurang Energi Protein yang berat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering disebabkan oleh karena infeksi, sering tidak dapat dibedakan antara kematian karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri. Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan. Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari.
Terimakas ih