32677832-posisi-shaf-shalat-berjamaah.pdf

  • Uploaded by: Saraswanto
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 32677832-posisi-shaf-shalat-berjamaah.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 11,984
  • Pages: 26
Loading documents preview...
Rapatkan Barisan Berjama'ah... Posisi Shaf Shalat Berjama'ah http://subhan-nurdin.blogspot.com

1

03 Juni 2010 jam 23:32 61. Surat As-Saff, Medinan, 14 verses ‫ آية‬14 ,‫ مدنية‬,‫ سورة الصف‬.٦١ ٤﴿ ‫ص‬ ٌ ‫ن َمرصو‬ ٌ ‫صّفا َكَأّنُهم ُبن ٰي‬ َ ‫سبيِلِه‬ َ ‫ن فى‬ َ ‫ن ُي ٰقِتلو‬ َ ‫ب اّلذي‬ ّ ‫ح‬ ِ ‫ل ُي‬ َّ ‫ن ا‬ ّ﴾‫ِإ‬ Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. Ra-Sad-Sad to cement or join together, make compact, stack, overlay with lead. trassa - to close ranks. arassa - having the teeth close together. ‫رصص‬ ''‫ل‬ َ ‫حْو‬ َ ‫ر ص ص'' وَتُدور‬: -‫ن‬ ٌ ‫صّفا كأّنُهْم ُبْنيا‬ َ ‫سِبيِله‬ َ ‫ن في‬ َ ‫ن ُيقاِتُلو‬ َ ‫ب الذي‬ ّ ِ‫ل ُيح‬ َ ‫نا‬ ّ ‫حَكُم قال َتعاَلى )إ‬ ْ ‫ص ُهَو الُم‬ ُ ‫صو‬ ُ ‫ن الَمْر‬ ُ ‫ َفالُبْنيا‬:‫ضّم‬ ّ ‫ال‬ 11,34 ‫ وَكثاَفُتُه‬82 ‫ى‬ ّ ‫عُدُدُه الَذّر‬ َ ‫ و‬207 ,21 ّ‫ن وْزُنُه الَذّرى‬ ٍ ‫ى َلّي‬ ّ ‫صٌر ِفِلّز‬ ُ ‫عْن‬ ُ ‫ص ُهَو‬ ُ ‫صا‬ َ ‫ والّر‬،(‫ص‬ ٌ ‫صو‬ ُ ‫َمْر‬ ‫م‬327 ‫عنَد‬ ِ ‫صِهُر‬ ِ ‫وَيْن‬ ِ ‫سنا‬ ‫ن‬ ْ ‫شىءُ كال‬ ّ ‫ص ال‬ ّ ‫ وَر‬،‫لهُ ِبِه‬ َ‫ط‬ َ ‫ص أو‬ ِ ‫حَكَمُه بالّرصا‬ ْ ‫ضا أ‬ ً ‫ وأْي‬،‫ض‬ ٍ ‫ضُه إَلى َبْع‬ َ ‫ضَم َبْع‬ َ ‫صا اى‬ ّ ‫صُه َر‬ ّ ‫صُه َيْر‬ ّ ‫َر‬ ‫ص أْو‬ ِ ‫عِمَلُه بالّرصا‬ َ ‫شىَء أى‬ ّ ‫ص ال‬ َ ‫ص‬ ّ ‫ وَر‬،‫صاُء‬ ّ ‫ى َر‬ َ ‫ص وِه‬ ّ ‫ضَماٍم فُهَو َأَر‬ ِ ‫سَتَوى َمَع اْن‬ ْ ‫ظّم وا‬ َ ‫صا أى اْنَت‬ ً ‫ص‬ ً ‫ص َر‬ ّ ‫َيَر‬ ُ ‫طْل‬ ‫ق‬ ّ ‫ص ُهَو ال‬ ُ ‫ والّرصا‬،(‫ت‬ ْ ‫ص‬ ّ ‫ك َتَرا‬ َ ‫ض )وكذِل‬ ٍ ‫ضها إَلى َبْع‬ ُ ‫ضّم َبْع‬ َ ‫ت أى اْن‬ ْ ‫ص‬ ّ ‫شياُء واْرَت‬ ْ ‫ت ال‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ص‬ ّ ‫ وَتَر‬،‫طلُه ِبِه‬ ‫ص ُهَو‬ ُ ‫صي‬ ِ ‫ والّر‬،‫حْبٍر‬ ِ ‫غيِر‬ َ ‫ن‬ ْ ‫ب ِبها ِم‬ ُ ‫ت وُيْكَت‬ ِ ‫جراِفي‬ َ ‫حُتَواُه َماّدُة ال‬ ْ ‫ى الِذي ُم‬ ّ ‫شِب‬ َ‫خ‬ َ ‫ص ُهَو الَقْلُم ال‬ ِ ‫ وَقَلُم الّرصا‬،‫ى‬ ّ ‫الّناِر‬ ‫ب أى أْدَنْتُه‬ َ ‫صت الّنقا‬ َ ‫ص‬ ّ ‫ وَر‬،‫عْيناَها‬ َ ‫ل‬ ّ ‫ت فل ُيَرى إ‬ ْ ‫ت الَمرأُة أى َتَنّقَب‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ص‬ ّ ‫ب الَمرأِة وَر‬ ُ ‫ِنقا‬. 1461 :‫رقم الحديث‬ (‫ ثنا‬، ‫طاُر‬ ّ ‫ن َيِزيَد اْلَع‬ ُ ‫ن ْب‬ ُ ‫ نا َأَبا‬، ‫ن ِإْبَراِهيَم‬ َ ‫سِلٌم َيْعِني اْب‬ ْ ‫ نا ُم‬، ‫ي‬ ّ‫س‬ ِ ‫ي اْلَقْي‬ ّ ‫ن ِرْبِع‬ ِ ‫ن َمْعَمِر ْب‬ ُ ‫حّمُد ْب‬ َ ‫حديث مرفوع( نا ُم‬ ‫حاُذوا‬ َ ‫ َو‬، ‫ َوَقاِرُبوا َبْيَنَها‬، ‫صُفوَفُكْم‬ ُ ‫صوا‬ ّ ‫ " ُر‬: ‫ل‬ َ ‫ َقا‬، ‫سّلَم‬ َ ‫عَلْيِه َو‬ َ ‫ل‬ ُّ ‫صّلى ا‬ َ ‫ي‬ ّ ‫ن الّنِب‬ ّ ‫ َأ‬، ‫ك‬ ٍ ‫ن َماِل‬ ِ ‫س ْب‬ ِ ‫ن َأَن‬ ْ‫ع‬ َ ، ‫َقَتاَدُة‬ ‫ َيْعِني‬: ‫سِلٌم‬ ْ ‫ل ُم‬ َ ‫ َقا‬. " ‫ف‬ ُ ‫حَذ‬ َ ‫ف َكَأّنَها اْل‬ ّ ‫ص‬ ّ ‫ل ال‬ ِ ‫ن خَِل‬ ْ ‫ل ِم‬ ُ‫خ‬ ُ ‫ن َيْد‬ َ ‫طا‬ َ ‫شْي‬ ّ ‫لَرى ال‬ َ ‫حّمٍد ِبَيِدِه ِإّني‬ َ ‫س ُم‬ ُ ‫ َفَواّلِذي َنْف‬، ‫ق‬ ِ ‫عَنا‬ ْ‫ل‬ َ ‫ِبا‬ ‫ َأْولُد اْلَغَنِم‬: ‫صَغاُر‬ ّ ‫ الّنَقُد ال‬، ‫صَغاَر‬ ّ ‫ الّنَقَد ال‬. ‫ رجاله ثقات‬،‫ إسناده متصل‬:‫الحكم المبدئي‬. MELURUSKAN DAN MERAPATKAN SHAF DALAM SHOLAT BERJAMAAH Di antara syari'at yang diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada umatnya adalah meluruskan dan merapatkan shaf dalam shalat berjamaah. Barangsiapa yang melaksanakan syari'at, petunjuk dan ajaran-ajarannya dalam meluruskan dan merapatkan shaf, sungguh dia telah menunjukkan ittiba' nya [mengikuti] dan kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Adapun hadits-hadits yang memerintahkan untuk meluruskan dan merapatkan shaf diantaranya sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: Artinya: "Apakah kalian tidak berbaris sebagaimana berbarisnya para malaikat di sisi Rabb mereka ?" Maka kami berkata: "Wahai Rasulullah , bagaimana berbarisnya malaikat di sisi Rabb mereka ?" Beliau menjawab : "Mereka menyempurnakan barisan-barisan [shaf-shaf], yang pertama kemudian [shaf] yang berikutnya, dan mereka merapatkan barisan"

2

[HR. Muslim, An Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah]. Dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari An Nu'man bin Basyir, Beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata: Artinya: Dahulu Rasullullah meluruskan shaf kami sampai seperti meluruskan anak panah hingga beliau memandang kami telah paham apa yang beliau perintahkan kepada kami (sampai shof kami telah rapi-pent), kemudian suatu hari beliau keluar (untuk shalat) kemudian beliau berdiri, hingga ketika beliau akan bertakbir, beliau melihat seseorang yang membusungkan dadanya, maka beliau bersabda: "Wahai para hamba Allah, sungguh kalian benar-benar meluruskan shaf atau Allah akan memperselisihkan wajah-wajah kalian". [HR. Muslim] Sedangkan hadits yang diriwayatkan dari Anas ra., Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Artinya: "Tegakkan [luruskan dan rapatkan, pent-] shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya aku melihat kalian dari balik punggungku" [HR. Al Bukhari dan Muslim], dan pada riwayat Al Bukhari, Anas r.a. berkata: "Dan salah satu dari kami menempelkan bahunya pada bahu temannya dan kakinya pada kaki temannya" sedangkan pada riwayat Abu Ya'la, berkata Anas: "Dan jika engkau melakukan yang demikian itu pada hari ini, sungguh engkau akan melihat salah satu dari mereka seolah-olah seperti keledai liar yaitu dia akan lari darimu." Dari hadits-hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya meluruskan dan merapatkan shaf pada waktu shalat berjamaah karena hal tersebut termasuk kesempurnaan shalat sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Luruskan shaf-shaf kalian, karena lurusnya shaf termasuk kesempurnaan shalat". Bahkan sampai ada sebagian ulama yang mewajibkan hal itu, sebagaimana perkataan Syeikh Al-Albani rahimahullah dalam mengomentari sabda nabi shallallahu 'alaihi wasallam : '... atau Allah akan memperselisihkan wajah-wajah kalian': "Sesungguhnya ancaman semacam ini tidak dikatakan didalam perkara yang tidak diwajibkan, sebagaimana tidak samar lagi [pengertian seperti itu dikalangan ahli ilmu, pent-]". Akan tetapi sungguh amat sangat disayangkan, sunnah meluruskan dan merapatkan shaf ini telah diremehkan bahkan dilupakan kecuali oleh segelintir kaum muslimin. Berkata Syeikh Masyhur Hasan Salman: "Apabila jamaah shalat tidak melaksanakan sebagaimana yang dilakukan oleh Anas dan An Nu'man maka akan selalu ada celah dan ketidaksempurnaan dalam shaf. Dan pada kenyataannya -kebanyakan- para jamaah shalat apabila mereka merapatkan shaf maka akan luaslah shaf [menampung

3

banyak jamaah, pent-] khususnya shaf pertama kemudian yang kedua dan yang ketiga. Apabila mereka tidak melakukannya, maka: Pertama: Mereka terjerumus dalam larangan syar'i, yaitu tidak meluruskan dan merapatkan shaf. Kedua: Mereka meninggalkan celah untuk syaithan dan Allah akan memutuskan mereka, sebagaimana hadits dari Umar bin Al Khaththab bahwasanya Nabi bersabda: "Tegakkan shaf-shaf kalian dan rapatkan bahu-bahu kalian dan tutuplah celah-celah dan jangan kalian tinggalkan celah untuk syaithan, barangsiapa yang menyambung shaf niscaya Allah akan menyambungnya dan barangsiapa memutus shaf niscaya Allah akan memutuskannya". [HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim ] Ketiga: Terjadi perselisihan dalam hati-hati mereka dan timbul banyak pertentangan di antara mereka, sebagaimana dalam hadits An Nu'man terdapat faedah yang menjadi terkenal dalam ilmu jiwa, yaitu: sesungguhnya rusaknya dhahir mempengaruhi rusaknya batin dan kebalikannya. Disamping itu bahwa sunnah meluruskan dan merapatkan shaf menunjukkan rasa persaudaraan dan saling tolong-menolong, sehingga bahu si miskin menempel dengan bahu si kaya dan kaki orang lemah merapat dengan kaki orang kuat, semuanya dalam satu barisan seperti bangunan yang kuat, saling menopang satu sama lainnya. Keempat: Mereka kehilangan pahala yang besar yang dikhabarkan dalam haditshadits yang shahih, di antaranya sabda Nabi: Artinya: "Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat kepada orang yang menyambung shaf". [HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hiban dan Ibnu Khuzaimah]. Dan sabda Nabi yang shahih: "Barangsiapa menyambung shaf niscaya Allah akan menyambungnya". [HR.Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah] Dan sabda Nabi yang lain: Artinya: "Sebaik-baik kalian adalah yang paling lembut bahunya (mau untuk ditempeli bahu saudaranya -pent) ketika shalat, dan tidak ada langkah yang lebih besar pahalanya daripada langkah yang dilakukan seseorang menuju celah pada shaf dan menutupinya". [HR. Ath Thabrani, Al Bazzar dan Ibnu Hiban]. Keutamaan shaf pertama bagi laki-laki. Diantara haditsnya adalah : Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang paling depan, dan sejelek-jelek shaf laki-laki adalah yang laing belakang, sebaik-baik shaf perempuan adalah yang paling belakang,

4

dan sejelek-jelek shaf perempuan adalah yang paling depan. (H.R. Muslim). Kalaulah manusia mengetahui apa yang terdapat di azan dan shaf pertama (dari besarnya pahala-pent) kemudian mereka tidak mendapatkan kecuali dengan diundi, maka pastilah mereka telah mengadakan undian, dan kalaulah mereka mengetahui apa yang terdapat di sikap selalu didepan, pastilah mereka telah mendahuluinya, dan kalaulah mereka mereka mengetahui apa yang terdapat di shalat isya dan shalat subuh (dari keuntungan) maka pastilah mereka mendatangi keduanya walaupun dengan merayap. (Bukhari dan Muslim.) Keutamaan mendapat takbiratul ihram bersama imam Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa talah melakukan shalat karena Allah selama 40 hari berjama’ah, ia mendapatkan takbir pertama (takbiratul ihram dengan imam –pent), maka dicatatlah baginya dua kebebasan ; kebebasan dari api neraka dan kebebasan dari kemunafikan. (H.R. Tirmidzi dari Anas, dihasankan oleh Syeikh Al Albani di kitab shahih Al Jami’ II/1089). ================ a. Posisi shalat berjama'ah dua orang Jika yang berjama'ahnya dua orang, hendaklah ma'mum berdiri di sebelah kanan imam. Jika yang berjama'ahnya terdiri dari dua orang atau lebih, hendaklah ma'mum : berdiri di belakang imam. Hal ini didasarkan pada hadits berikut Jabir ibn Abdillah RA berkata, Nabi SAW berdiri shalat Maghrib, lalu aku datang dan berdiri di sebelah kirinya. Beliau melarang saya dan menjadikan saya di sebelah kanannya. Lalu datang seorang kawanku. Maka kami berdiri di belakangnya. *) 275 Shahih Ibnu Khuzaimah 3:18 no. 1535, Musnad Ahmad ibnu Hanbal 3:326 no. 275 (* 14536 (Risalah Shalat, Dewan Hisbah PP Persis, hlm. 153) ========= Adapun hadits yang mengkhabarkan bahwa Rasulullah pernah melihat seseorang shalat sendirian dibelakang shaf, maka beliau memerintahkan dia untuk mengulangi shalatnya. (H.R Abu Dawud dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albany dalam (shahih Abu Dawud no.633 Larangan hadits ini berlaku bagi mereka yang mendapatkan shaf dalam keadaan lowong dan masih ada kemungkinan untuk masuk padanya. Sementara bagi mereka

5

yang tidak menjumpai celah yang kosong sama sekali pada shaf, maka dia boleh shalat sendirian dibelakang karena termasuk orang yang mendapatkan udzur (keringanan). Dan tidak diperbolehkan baginya untuk menarik seseorang yang ada di shaf depannya dalam rangka mengamalkan hadits yang diriwayatkan oleh Ath : Thabrani ‫جْنِبِه‬ َ ‫ل ُيِقِيُمه ِإَلى‬ ً‫ج‬ ُ ‫ب ِإَلْيِه َر‬ ْ ‫جِذ‬ ْ ‫ف َوَقْد َتّم َفْلَي‬ ِ ‫ص‬ ّ ‫حُدُكْم ِإَلى ال‬ ُ ‫ِإَذا اْنَتَهى َأ‬ Bila seseorang diantara kalian mendapati shaf yang telah sempurna, maka hendaklah“ dia menarik seseorang hingga berdiri disebelahnya.” Karena Hadits ini adalah dha’if (lemah) sehingga tidak boleh dijadikan sandaran dalam beramal. (lihat Silsilah Adh Dha’ifah no. 921 karya Asy Syaikh Al Albani (www.assalafy.org/mahad/?p=112) : Penjelasan Hadits di atas memang keduanya dla'if karena ada rawi bernama Syurahbil ia : dipandang dla'if oleh para ahli hadits. seperti dijelaskan dlm Tahdzibul Kamal ‫[ بخ د ق شرحبيل بن سعد َأُبو سعد الخطمي المدني‬2714] ‫مولى النصار‬ ‫روى عن‬ ‫ل بخ د ق‬ ِّ ‫عْبد ا‬ َ ‫ جابر ْبن‬-1 ‫ والحسن ْبن علي ْبن أبي طالب‬-2 ‫ وزيد ْبن ثابت‬-3 ‫ل ْبن عباس بخ ق‬ ِّ ‫عْبد ا‬ َ ‫ و‬-4 ‫عَمر ْبن الخطاب‬ ُ ‫ل ْبن‬ ِّ ‫عْبد ا‬ َ ‫ و‬-5 ‫ وعويم ْبن ساعدة النصاري‬-6 ‫سّلَم ق‬ َ ‫عَلْيِه و‬ َ ‫ل‬ ُّ ‫صّلى ا‬ َ ‫ي‬ ّ ‫ وَأِبي رافع مولى الّنِب‬-7 ‫سِعيد الخدري د‬ َ ‫ وَأِبي‬-8 ‫ وَأِبي هريرة‬-9 ‫روى عنه‬ ‫ إسماعيل ْبن أمية‬-1 ‫عْبد الرحمن ْبن أبي نعم البجلي‬ َ ‫ والحكم ْبن‬-2 ‫ وزياد ْبن سعد‬-3 ‫ وزيد ْبن أبي أنيسة‬-4 ‫ن الحزامي ق‬ َ ‫عْثَما‬ ُ ‫ والضحاك ْبن‬-5 ‫ وعاصم الحول‬-6 ‫ل ْبن ذكوان‬ ِّ ‫عْبد ا‬ َ ‫ وَأُبو الزناد‬-7 ‫ل المدني ق‬ ِّ ‫عْبد ا‬ َ ‫ل ْبن‬ ِّ ‫عْبد ا‬ َ ‫ وَأُبو أويس‬-8 ‫عْبد الرحمن ْبن أبي الزناد‬ َ ‫ و‬-9 ‫سَلْيَمان ْبن الغسيل‬ ُ ‫عْبد الرحمن ْبن‬ َ ‫ و‬-10 ‫ وعكرمة مولى اْبن عباس ومات قبله بدهر طويل‬-11 ‫ وعمارة ْبن غزية بخ د‬-12 ‫ وفطر ْبن خليفة بخ د‬-13 ‫ ومالك ْبن أنس وكنى عنه ولم يسمه‬-14

6

‫‪ -15‬ومحمد ْبن إسحاق ْبن يسار‬ ‫عْبد الرحمن ْبن أبي ذئب د‬ ‫‪ -16‬ومحمد ْبن َ‬ ‫‪ -17‬ومخول ْبن راشد ق وكناه ولم يسمه‬ ‫حّمد ْبن شرحبيل العبدري‬ ‫‪ -18‬ومصعب ْبن ُم َ‬ ‫‪ -19‬وموسى ْبن عقبة‬ ‫‪ -20‬ونجيح َأُبو معشر المدني‬ ‫سِعيد النصاري‬ ‫‪ -21‬ويحيى ْبن َ‬ ‫‪ -22‬ويزيد ْبن الهاد بخ د‬ ‫ل ْبن أبي فروة‬ ‫عْبد ا ِّ‬ ‫‪ -23‬ويونس ْبن َ‬ ‫علماء الجرح والتعديل‬ ‫خَبَرَنا شرحبيل وهو شرحبيل وقد بينا لكم ‪2‬‬ ‫عن ابن أبي ذئب ‪َ 2 :1‬أ ْ‬ ‫قال ‪ 1‬يزيد ْبن هارون ‪َ ,‬‬ ‫ن متهما ‪. 2‬‬ ‫حّدَثَنا شرحبيل ْبن سعد‪ ،‬وَكا َ‬ ‫ن ابن أبي ذئب ‪َ 2 :1‬‬ ‫عِ‬ ‫حّمد‪َ ،‬‬ ‫وقال ‪ 1‬حجاج ْبن ُم َ‬ ‫ن شرحبيل ْبن سعد فقال‪ :‬ليس بثقة ‪. 2‬‬ ‫عْ‬ ‫عَمر ‪ 2 :1‬سألت َماِلك ْبن أنس‪َ ،‬‬ ‫وقال ‪ 1‬بشر ْبن ُ‬ ‫عْمرو ْبن علي ‪ 2 :1‬سألت يحيى القطان‪ ،‬قال‪ :‬قال رجل لبن إسحاق‪ :‬كيف حديث شرحبيل ْبن سعد ؟‬ ‫وقال ‪َ 1‬‬ ‫عْ‬ ‫ن‬ ‫ن اهل الكتاب‪ ،‬ويرغب َ‬ ‫عِ‬ ‫ن شرحبيل ْبن سعد‪ ،‬قال يحيى‪ :‬العجب من رجل يحدث َ‬ ‫عْ‬ ‫فقال‪ :‬واحد يحدث َ‬ ‫شرحبيل‪ ،‬وها هنا من يحدث عنه ‪. 2‬‬ ‫ن شرحبيل ْبن سعد يفتي ؟ قال‪ :‬نعم‪ ،‬ولم يكن أحد أعلم‬ ‫وقال ‪ 1‬علي ْبن المديني ‪ 2 :1‬قلت لسفيان ْبن عيينة‪َ :‬كا َ‬ ‫بالمغازي والبدريين منه‪ ،‬فاحتاج فكأنهم اتهموه‬ ‫ن شرحبيل ْبن سعد‪ ،‬قال‪ :‬لم يكن أحد بالمدينة أعلم بالبدريين منه‪،‬‬ ‫عْ‬ ‫سْفَيان‪ ،‬وسئل َ‬ ‫وقال ِفي موضع آخر‪ :‬سمعت ُ‬ ‫واصابته حاجة‪ ،‬فكانوا يخافون إذا جاء إلى الرجل يطلب منه الشيء فلم يعطه‪ ،‬إن يقول‪ :‬لم يشهد أبوك بدرا ‪. 2‬‬ ‫ن يحيى ْبن معين ‪ 2 :1‬ليس بشيء ضعيف‬ ‫عْ‬ ‫وقال ‪ 1‬عباس الدوري‪َ ،‬‬ ‫ن َأُبو جابر البياضي كذابا‪ ،‬وشرحبيل ْبن سعد خير من ملء الرض مثله ‪. 2‬‬ ‫وقال ِفي موضع آخر‪َ :‬كا َ‬ ‫ن يحيى ْبن معين ‪ 2 :1‬ضعيف يكتب حديثه ‪2‬‬ ‫عْ‬ ‫حَمد ْبن سعد ْبن أبي مريم‪َ ،‬‬ ‫وقال ‪َ 1‬أ ْ‬ ‫سِعيد‪ ،‬وعامة أصحاب‬ ‫ن شيخا قديما روى عن زيد ْبن ثابت‪ ،‬وأَِبي هريرة‪ ،‬وَأِبي َ‬ ‫حّمد ْبن سعد ‪َ 2 :1‬كا َ‬ ‫وقال ُم َ‬ ‫سّلَم‪ ،‬وبقي إلى آخر الزمان حتى اختلط‪ ،‬واحتاج حاجة شديدة‪ ،‬وله أحاديث وليس‬ ‫عَلْيِه و َ‬ ‫ل َ‬ ‫صّلى ا ُّ‬ ‫ل َ‬ ‫سول ا ّ‬ ‫َر ُ‬ ‫يحتج به ‪. 2‬‬ ‫وقال ‪َ 1‬أُبو زرعة ‪ 2 :1‬فيه لين ‪. 2‬‬ ‫وقال ‪ 1‬النسائي ‪ 2 :1‬ضعيف ‪. 2‬‬ ‫وقال ‪ 1‬الدارقطني ‪ 2 :1‬ضعيف يعتبر به ‪. 2‬‬ ‫حَمد ْبن عدي ‪ 2 :1‬له أحاديث وليست بالكثيرة‪ ،‬وفي عامة ما يرويه إنكار ‪ ,‬على أنه قد حدث عنه‬ ‫وقال ‪َ 1‬أُبو َأ ْ‬ ‫ن اسمه ِفي الحديثين‬ ‫عِ‬ ‫جماعة من أهل المدينة من ائمتهم وغيرهم إل َماِلك ْبن أنس‪ ،‬فإنه كره الرواية عنه‪ ،‬وكنى َ‬ ‫صّلى ا ُّ‬ ‫ل‬ ‫ل َ‬ ‫سول ا ّ‬ ‫ل‪ ،‬أن َر ُ‬ ‫عْبد ا ِّ‬ ‫ن جابر ْبن َ‬ ‫اللذين ذكرتهما‪ ،‬وهو إلى الضعف أقرب يعني حديث َماِلك َأّنُه بلغه عَ ْ‬ ‫ن الثوب صغيرا فليأتزر به “ ‪.‬‬ ‫سّلَم‪ ،‬قال‪ “ :‬من لم يجد ثوبين فليصل ِفي ثوب واحد ملتحفا به‪ ،‬فإن َكا َ‬ ‫عَلْيِه و َ‬ ‫َ‬ ‫وحديث‪ “ :‬إذا عاد الرجل المريض خاض الرحمة حتى إذا قعد عنده قرب منه أو نحو هذا “ ‪. 2‬‬

‫‪7‬‬

‫‪ 2‬ذكره ابن حبان ِفي كتاب الثقات ‪ ,‬وقال مات سنة ثلث وعشرين ومائة ‪2‬‬ ‫جْه‬ ‫روى له البخاري ِفي الدب‪ ،‬وَأُبو داود‪ ،‬وابن َما َ‬ ‫رقم الحديث‪7975 :‬‬

‫ج ْب ُ‬ ‫ن‬ ‫جا ُ‬ ‫حّ‬ ‫حّدَثِني اْل َ‬ ‫ن ِإْبَراِهيَم ‪َ ،‬‬ ‫شُر ْب ُ‬ ‫ي ‪َ ،‬نا ِب ْ‬ ‫عْمٍرو الّرَباِل ّ‬ ‫ن َ‬ ‫ص ْب ُ‬ ‫حْف ُ‬ ‫ب ‪َ ،‬نا َ‬ ‫ن َيْعُقو َ‬ ‫حّمُد ْب ُ‬ ‫حّدَثَنا ُم َ‬ ‫)حديث مرفوع( َ‬ ‫صفّ‬ ‫حُدُكْم ِإَلى ال ّ‬ ‫سّلَم ‪ِ " :‬إَذا اْنَتَهى َأ َ‬ ‫عَلْيِه َو َ‬ ‫ل َ‬ ‫صّلى ا ُّ‬ ‫ل َ‬ ‫ل ا ِّ‬ ‫سو ُ‬ ‫ل َر ُ‬ ‫ل ‪َ :‬قا َ‬ ‫س ‪َ ،‬قا َ‬ ‫عّبا ٍ‬ ‫ن َ‬ ‫ن اْب ِ‬ ‫عِ‬ ‫عْكِرَمَة ‪َ ،‬‬ ‫ن ِ‬ ‫عْ‬ ‫ن‪َ ،‬‬ ‫سا َ‬ ‫حّ‬ ‫َ‬ ‫سّلَم ِإل ِبَهَذا‬ ‫عَلْيِه َو َ‬ ‫ل َ‬ ‫صّلى ا ُّ‬ ‫ل َ‬ ‫ل ا ِّ‬ ‫سو ِ‬ ‫ن َر ُ‬ ‫عْ‬ ‫ث َ‬ ‫حِدي ُ‬ ‫جْنِبِه " ‪ .‬ل ُيْرَوى َهَذا اْل َ‬ ‫جل ُيِقيُمُه ِإَلى َ‬ ‫ب ِإَلْيِه َر ُ‬ ‫جِذ ْ‬ ‫َوَقْد َتّم ‪َ ،‬فْلَي ْ‬ ‫ن ِإْبَراِهيَم ‪.‬‬ ‫شُر ْب ُ‬ ‫سَناِد ‪َ ،‬تَفّرَد ِبِه ‪ِ :‬ب ْ‬ ‫لْ‬ ‫اِ‬ ‫الحكم المبدئي‪ :‬إسناد فيه بشر بن إبراهيم النصاري وهو يضع الحديث‪.‬‬ ‫‪ #‬العالم القول‬ ‫‪ 1‬أبو أحمد بن عدي الجرجاني منكر الحديث عن الثقات والئمة‪ ،‬ل أدري كيف عقل من تكلم في الرجال عنه‬ ‫فإني لم أجد له كلما وهو بين الضعف جدا ورواياته التي يرويها عمن يروي غير محفوظة وهو عندي ممن‬ ‫يضع الحديث على الثقات‪ ،‬وما ذكرته عنه عن الوزاعي وثور بن يزيد ومبارك بن فضالة وأبو حرة وغيرهم‬ ‫‪ 2‬أبو جعفر العقيلي روى أحاديث موضوعة عن الوزاعي ل يتابع عليها‬ ‫‪ 3‬أبو حاتم الرازي شيخ ضعيف الحديث‬ ‫‪ 4‬أبو حاتم بن حبان البستي يضع الحديث على الثقات ل يحل ذكره في الكتب إل على سبيل القدح فيه‬ ‫رقم الحديث‪1452 :‬‬ ‫سْعٍد َأُبو‬ ‫ن َ‬ ‫ل َوُهَو اْب ُ‬ ‫حِبي ُ‬ ‫شَر ْ‬ ‫حّدَثِني ُ‬ ‫ن‪َ ،‬‬ ‫ن عُْثَما َ‬ ‫ك ْب ُ‬ ‫حا ُ‬ ‫ضّ‬ ‫ي ‪ ،‬نا ال ّ‬ ‫حَنِف ّ‬ ‫)حديث مرفوع( نا ُبْنَداٌر ‪ ،‬نا َأُبو َبْكٍر َيْعِني اْل َ‬ ‫جْئُتُه َفُقْم ُ‬ ‫ت‬ ‫ب ‪َ ،‬ف ِ‬ ‫صّلي اْلَمْغِر َ‬ ‫سّلَم ُي َ‬ ‫عَلْيِه َو َ‬ ‫ل َ‬ ‫صّلى ا ُّ‬ ‫ل َ‬ ‫ل ا ِّ‬ ‫سو ُ‬ ‫ل ‪َ " :‬قاَم َر ُ‬ ‫ل ‪َ ،‬يُقو ُ‬ ‫عْبِد ا ِّ‬ ‫ن َ‬ ‫جاِبَر ْب َ‬ ‫ت َ‬ ‫سِمْع ُ‬ ‫ل‪َ :‬‬ ‫سْعٍد ‪َ ،‬قا َ‬ ‫َ‬ ‫صّلى‬ ‫ل َ‬ ‫ل ا ِّ‬ ‫سو ُ‬ ‫صّلى ِبَنا َر ُ‬ ‫خْلَفُه ‪َ ،‬ف َ‬ ‫صَفْفَنا َ‬ ‫ب ِلي ‪َ ،‬ف َ‬ ‫ح ٌ‬ ‫صا ِ‬ ‫جاَء َ‬ ‫ن َيِميِنِه ‪ُ ،‬ثّم َ‬ ‫عْ‬ ‫جَعَلِني َ‬ ‫ساِرِه ‪َ ،‬فَنَهاِني َف َ‬ ‫ن َي َ‬ ‫عْ‬ ‫جْنِبِه َ‬ ‫ِإَلى َ‬ ‫طَرَفْيِه " ‪.‬‬ ‫ن َ‬ ‫خاِلًفا َبْي َ‬ ‫حٍد ُم َ‬ ‫ب َوا ِ‬ ‫سّلَم ِفي َثْو ٍ‬ ‫عَلْيِه َو َ‬ ‫ل َ‬ ‫ا ُّ‬ ‫الحكم المبدئي‪ :‬إسناد ضعيف فيه شرحبيل بن سعد الخطمي وهو ضعيف الحديث‪.‬‬ ‫‪Maka hadits ini tidak bisa dijadikan dalil. Adapun dalil hadits yg shahih untuk posisi‬‬ ‫‪: ma'mum dua orang (imam & 1 ma'mum) adalah‬‬ ‫‪ hadits Ibnu Abbas‬رضال عنه ‪:beliau berkata‬‬ ‫ت )َوِفي ِرَواَية‬ ‫جْئ ُ‬ ‫ت ُثّم نَاَم ُثّم قَاَم َف ِ‬ ‫صّلى َأْرَبَع َرَكعَا ٍ‬ ‫جاَء َف َ‬ ‫شاَء ُثّم َ‬ ‫ل ال الِع َ‬ ‫صّلى َرسو ُ‬ ‫خاَلِتي َمْيُمْوَنَة َف َ‬ ‫ت َ‬ ‫ت ِفي َبْي ِ‬ ‫”ب ّ‬ ‫ن َيِمْيِنِه”‬ ‫عْ‬ ‫ي َ‬ ‫جَعَلِن ْ‬ ‫ساِرِه َف َ‬ ‫ني َ‬ ‫عْ‬ ‫جْنِبِه( َ‬ ‫ت ِإَلى َ‬ ‫‪َ :‬فُقْم ُ‬ ‫“’‪Aku bermalam dirumah bibiku (yaitu) Maimunah, ketika itu Rasulullah shalat isya‬‬ ‫‪kemudian beliau pulang ke rumah dan shalat empat rakaat, kemudian tidur. Setelah itu‬‬ ‫‪beliau bangun untuk shalat maka aku pun berdiri disamping kirinya kemudian beliau‬‬ ‫‪(memindahkan aku ke samping kanannya”. (H.R Al Bukhari no.697‬‬ ‫‪Al Imam Al Bukhari menjadikan hadits diatas sebagai dalil bahwa posisi dua orang‬‬ ‫‪yang shalat berjama’ah adalah sejajar. Al Hafizh Ibnu Hajar menerangkan bahwa‬‬ ‫‪makna sejajar yaitu tidak maju dan tidak mundur, berdasarkan konteks dhohir hadits‬‬ ‫جْنِبِه((‪(Lihat Fathul Bari hadits no. 697) .‬‬ ‫ت ِإَلى َ‬ ‫‪َ :Ibnu Abbas‬فُقْم ُ‬

‫‪8‬‬

: dan dalil ma'mum yg masbuk membuat shaf baru dan dilarang menyendiri adalah hadits yang mengkhabarkan bahwa Rasulullah pernah melihat seseorang shalat sendirian dibelakang shaf, maka beliau memerintahkan dia untuk mengulangi shalatnya. (H.R Abu Dawud dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albany dalam (shahih Abu Dawud no.633 Larangan ma'mum yg masbuk menarik ma'mum pada shaf di depannya, bertentangan dengan makna "shaf" itu sendiri yg artinya berbaris dan keharusan .merapatkan shaf dalam shalat berjama'ah Maka ma'mum masbuk menarik ma'mum yg paling kanan atau menepuknya untuk berdiri di sebelah kanannya itu sejalan dengan hadits shahih yg menjelaskan .Rasulullah SAW memindahkan posisi Ibnu Abbas ke sebelah kanan beliau Memulai shaf baru bukan di tengah-tengah shaf, tetapi di sebelah kanan sebagaimana hadits2 shahih tentang perintah memulai segala sesuatu di sebelah .kanan Wallahu A'lam Bish Shawwab http://www.islamweb.net/hadith/display_hbook.php? bk_no=475&hid=7975&pid=674464 http://www.islamweb.net/hadith/display_hbook.php? bk_no=121&hid=14204&pid=672359 http://www.islamweb.net/hadith/display_hbook.php? bk_no=345&hid=1452&pid=453771 Soal: ada hadis sebagai berikut ‫ رواه أبو داود‬.‫ل‬ َ ‫خَل‬ َ ‫سّدوا اْل‬ ُ ‫لَماَم َو‬ ِ ‫طوا ْا‬ ُ‫س‬ ّ ‫ل َو‬ ِ ‫لا‬ ُ ‫سو‬ ُ ‫ل َر‬ َ ‫ َقا‬:‫ل‬ َ ‫ن َأِبي ُهَرْيَرَة َقا‬ ْ‫ع‬ َ Dari Abu Hurairah, ia berkata,”Rasulullah saw. bersabda,’Jadikanlah imam itu berada di tengah kalian dan tutuplah kerenggangan-kerenggangan dalam shaf”. H.r. Abu Daud Bukankah hadis ini menunjukkan bahwa makmum mesti menjadikan imam ada di tengah?! dan hadis ini umum tidak untuk yang bershaf di depan saja tapi bagi ..makmum yang berada di shaf kedua dan seterusnya Jawab: hadits tsb dla'if sekali 582 :‫رقم الحديث‬ ‫ َأّنَها‬، ‫ن ُأّمِه‬ ْ‫ع‬ َ ، ‫لٍد‬ ّ‫خ‬ َ ‫ن‬ ِ ‫شيِر ْب‬ ِ ‫ن َب‬ ِ ‫حَيى ْب‬ ْ ‫ن َي‬ ْ‫ع‬ َ ،‫ك‬ ٍ ‫ن َأِبي ُفَدْي‬ ُ ‫حّدَثَنا اْب‬ َ ، ‫ساِفٍر‬ َ ‫ن ُم‬ ُ ‫جْعَفُر ْب‬ َ ‫حّدَثَنا‬ َ (‫)حديث مرفوع‬ ‫عَلْيِه‬ َ ‫ل‬ ُّ ‫صّلى ا‬ َ ‫ل‬ ِّ ‫ل ا‬ ُ ‫سو‬ ُ ‫ل َر‬ َ ‫ َقا‬: ‫ل‬ َ ‫ َقا‬، َ‫حّدَثِني َأُبو ُهَرْيَرة‬ َ :‫ل‬ ُ ‫ َيُقو‬، ‫سِمَعْتُه‬ َ ‫ي َف‬ ّ‫ظ‬ ِ ‫ب اْلُقَر‬ ٍ ‫ن َكْع‬ ِ ‫حّمِد ْب‬ َ ‫عَلى ُم‬ َ ‫ت‬ ْ ‫خَل‬ َ ‫َد‬ ."‫ل‬ َ ‫خَل‬ َ ‫سّدوا اْل‬ ُ ‫لَماَم َو‬ ِْ ‫طوا ا‬ ُ‫س‬ ّ ‫ " َو‬: ‫سّلَم‬ َ ‫َو‬ .‫ إسناد شديد الضعف فيه راو مجهول هي أمة الواحد بنت يامين النصرية‬:‫الحكم المبدئي‬ dan jika memulai shaf kedua bagi makmum yg masbuk tentu akan memutuskan shaf pertama dan trjadi kekosongan dlm shaf berjama'ah yg dilarang oleh Rasulullah .SAW

9

‫‪ ada hadits hasan‬رقم الحديث‪357 :‬‬ ‫ن‪،‬‬ ‫جل َ‬ ‫عْ‬ ‫ن َ‬ ‫عْ‬ ‫ب‪َ ،‬‬ ‫ن َأِبي ِذْئ ٍ‬ ‫جْعِد ‪ ،‬ثنا اْب ُ‬ ‫ن اْل َ‬ ‫عِليّ ْب ُ‬ ‫ن َمِنيٍع ‪ ،‬ثنا َ‬ ‫ل ‪ :‬ثنا اْب ُ‬ ‫ن ‪َ ،‬قا َ‬ ‫ن َهاُرو َ‬ ‫ي ْب ُ‬ ‫عِل ّ‬ ‫حّدَثَنا َ‬ ‫)حديث مرفوع( َ‬ ‫ظُر‬ ‫ظُر ِإَلى َما َوَراِئي َكَما َأْن ُ‬ ‫لْن ُ‬ ‫ل ‪ِ " :‬إّني َ‬ ‫سّلَم ‪َ ،‬قا َ‬ ‫عَلْيِه َو َ‬ ‫ل َ‬ ‫صّلى ا ُّ‬ ‫ل َ‬ ‫ل ا ِّ‬ ‫سو ِ‬ ‫ن َر ُ‬ ‫عْ‬ ‫عْنُه ‪َ ،‬‬ ‫ل َ‬ ‫ي ا ُّ‬ ‫ضَ‬ ‫ن َأِبي ُهَرْيَرَة َر ِ‬ ‫عْ‬ ‫َ‬ ‫صُفوَفُكْم " ‪.‬‬ ‫ي ‪َ ،‬فَأِقيُموا ُ‬ ‫ن َيَد ّ‬ ‫ِإَلى َما َبْي َ‬ ‫الحكم المبدئي‪ :‬إسناده حسن رجاله ثقات عدا عجلن مولى المشمعل وهو صدوق حسن الحديث ‪ ،‬وعلي بن‬ ‫هارون الحربي وهو صدوق تغير بآخره‪.‬‬ ‫"‪Sesungguhnya aku melihat (ma'mum) yg dibelakangku seperti aku melihat di antara‬‬ ‫‪".dua tanganku (di hadapanku), maka rapihkanlah shaf kalian‬‬ ‫‪hadits ini bukan menunjukan mulai shaf di tengah imam, tp anjuran untuk‬‬ ‫‪.memperhatikan kerapihan/kerapatan shaf‬‬ ‫‪hadits abu dawud juga diriwayatkan oleh Ath-Thabrani & al-Baihaqy, tp semuanya‬‬ ‫‪...dla'if‬‬ ‫رقم الحديث‪4788 :‬‬ ‫ساِفٍر ‪ ،‬ثنا اْب ُ‬ ‫ن‬ ‫ن ُم َ‬ ‫جْعَفُر ْب ُ‬ ‫سَة ‪ ،‬ثنا َأُبو َداُوَد ‪ ،‬ثنا َ‬ ‫ن َدا َ‬ ‫ي ‪ ،‬أنبأ َأُبو َبْكِر ْب ُ‬ ‫ي الّروْذَباِر ّ‬ ‫عِل ّ‬ ‫خَبَرَنا َأُبو َ‬ ‫)حديث مرفوع( َأ ْ‬ ‫ل‪:‬‬ ‫سِمَعْتُه َيُقو ُ‬ ‫ي ‪َ ،‬ف َ‬ ‫ظّ‬ ‫ب اْلُقَر ِ‬ ‫ن َكْع ٍ‬ ‫عَلى ُمحَّمِد ْب ِ‬ ‫ت َ‬ ‫خَل ْ‬ ‫ن ُأّمِه َأّنَها َد َ‬ ‫عْ‬ ‫خلٍد ‪َ ،‬‬ ‫ن َ‬ ‫شيِر ْب ِ‬ ‫ن َب ِ‬ ‫حَيى ْب ِ‬ ‫ن َي ْ‬ ‫عْ‬ ‫ك‪َ ،‬‬ ‫َأِبي ُفَدْي ٍ‬ ‫ل"‪.‬‬ ‫خَل َ‬ ‫سّدوا اْل َ‬ ‫لَماَم ‪َ ،‬و ُ‬ ‫طوا ا ِ‬ ‫سُ‬ ‫سّلَم ‪َ " :‬تَو ّ‬ ‫عَلْيِه َو َ‬ ‫ل َ‬ ‫صّلى ا ُّ‬ ‫ل َ‬ ‫ل ا ِّ‬ ‫سو ُ‬ ‫ل َر ُ‬ ‫ل ‪َ :‬قا َ‬ ‫حّدَثِني َأُبو ُهَرْيَرَة ‪َ ،‬قا َ‬ ‫َ‬ ‫الحكم المبدئي‪ :‬إسناد شديد الضعف فيه راو مجهول هي أمة الواحد بنت يامين النصرية‪.‬‬ ‫] تخريج [ ] شواهد [ ] أطراف [ ] السانيد [‬ ‫رقم الحديث‪4596 :‬‬ ‫شيرِ‬ ‫ن َب ِ‬ ‫حَيى ْب ُ‬ ‫ل ‪ :‬نا َي ْ‬ ‫ي ‪َ ،‬قا َ‬ ‫حَزاِم ّ‬ ‫ن اْلُمْنِذِر اْل ِ‬ ‫ل ‪ :‬نا ِإْبَراِهيُم ْب ُ‬ ‫ي ‪َ ،‬قا َ‬ ‫سّكِر ّ‬ ‫صْقِر ال ّ‬ ‫ن ال ّ‬ ‫ل ْب ُ‬ ‫عْبُد ا ِّ‬ ‫حّدَثَنا َ‬ ‫)حديث مرفوع( َ‬ ‫ي‪،‬‬ ‫ظّ‬ ‫ب اْلُقَر ِ‬ ‫ن َكْع ٍ‬ ‫حّمِد ْب ِ‬ ‫عَلى ُم َ‬ ‫ت َ‬ ‫خْل ُ‬ ‫ت ‪َ :‬د َ‬ ‫ي ‪َ ،‬قاَل ْ‬ ‫صِر ّ‬ ‫ل الّن ْ‬ ‫عْبِد ا ِّ‬ ‫ن َ‬ ‫ن ْب ِ‬ ‫ت َياِمي َ‬ ‫حِد ِبْن ُ‬ ‫حّدَثْتِني َأَمُة اْلَوا ِ‬ ‫ل‪َ :‬‬ ‫خلٍد ‪َ ،‬قا َ‬ ‫ن َ‬ ‫ْب ِ‬ ‫لَماَم ‪،‬‬ ‫طوا ا ِ‬ ‫سُ‬ ‫ل ‪َ " :‬و ّ‬ ‫سّلَم ‪َ ،‬يُقو ُ‬ ‫عَلْيِه َو َ‬ ‫لُ َ‬ ‫صّلى ا ّ‬ ‫ل َ‬ ‫ل ا ِّ‬ ‫سو َ‬ ‫ت َر ُ‬ ‫سِمْع ُ‬ ‫ل‪َ :‬‬ ‫حّدَثِني َأُبو ُهَرْيَرَة ‪َ ،‬قا َ‬ ‫ل‪َ :‬‬ ‫سِمْعُتُه َيُقو ُ‬ ‫َف َ‬ ‫ن َأِبي ُهَرْيَرةَ ِإل ِبَهَذا‬ ‫عْ‬ ‫ث َ‬ ‫حِدي ُ‬ ‫ن َأْقَداِمُكْم " ‪ .‬ل ُيْرَوى َهَذا اْل َ‬ ‫ضُعوا ِنَعاِلُكْم َبْي َ‬ ‫ن ‪َ ،‬و َ‬ ‫طا ُ‬ ‫شْي َ‬ ‫خّلْلَها ال ّ‬ ‫سّدوا الّثَلَم ل َيَت َ‬ ‫َو ُ‬ ‫شيٍر ‪.‬‬ ‫ن َب ِ‬ ‫حَيى ْب ُ‬ ‫سَناِد ‪َ ،‬تَفّرَد ِبِه َي ْ‬ ‫لْ‬ ‫اِ‬ ‫الحكم المبدئي‪ :‬إسناد شديد الضعف فيه راو مجهول هي أمة الواحد بنت يامين النصرية‪.‬‬

‫وسطوا المام وسدوا الثلم ل يتخللها الشيطان وضعوا نعالكم بين أقدامكم عبد الرحمن بن صخر المعجم الوسط‬ ‫للطبراني ‪ 4457 4596‬سليمان بن أحمد الطبراني ‪360‬‬ ‫توسطوا المام وسدوا الخلل عبد الرحمن بن صخر السنن الكبرى للبيهقي ‪ 3:104 4788‬البيهقي ‪458‬‬ ‫عنْ‬ ‫حّتى َأَقاَمِني َ‬ ‫خَذ ِبَيِدي َفَأَداَرِني َ‬ ‫ساِرِه َفَأ َ‬ ‫ن َي َ‬ ‫عْ‬ ‫ت َ‬ ‫ب َفُقْم ُ‬ ‫صّلي اْلَمْغِر َ‬ ‫ل ُي َ‬ ‫لا ِ‬ ‫سو ُ‬ ‫ل‪َ :‬قاَم َر ُ‬ ‫ل َقا َ‬ ‫عْبِد ا ِ‬ ‫ن َ‬ ‫جاِبِر ْب ِ‬ ‫ن َ‬ ‫عْ‬ ‫َ‬ ‫خْلَفُه‪.‬‬ ‫حّتى َأَقاَمَنا َ‬ ‫جِميًعا َفَدَفَعَنا َ‬ ‫خَذ ِبَيَدْيَنا َ‬ ‫ل َفَأ َ‬ ‫لا ِ‬ ‫سو ِ‬ ‫ساِر َر ُ‬ ‫ن َي َ‬ ‫عْ‬ ‫جاَء َفَقاَم َ‬ ‫ضَأ ُثّم َ‬ ‫خٍر َفَتَو ّ‬ ‫صْ‬ ‫ن َ‬ ‫جّباُر ْب ُ‬ ‫جاَء َ‬ ‫َيِميِنِه ُثّم َ‬ ‫رواه مسلم‬ ‫‪Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata,”Rasulullah saw. berdiri salat maghrib, lalu aku‬‬ ‫‪berdiri di sebelah kiri beliau, kemudian beliau memegang tanganku, memutarku‬‬ ‫‪hingga menempatkan aku di sebelah kanan beliau. Kemudian datang Jabbar bin‬‬ ‫‪Shakher, ia berwudhu terus datang (menuju salat), lalu ia berdiri di sebelah kiri‬‬

‫‪10‬‬

Rasululalh saw. Lalu beliau memegang dua tangan kami terus mendorong hingga menempatkan kami di belakang”. H.r. Muslim Bukankah Nabi saw. menempatkan kedua makmum itu persis di belakangnya?! klo yg jadi kendalanya ada kekosongan shaf, bukankah antar makmum bisa bergeser?! dan !?itu tdk melanggar... karena boleh bergerak dalam shalat jika jelas keperluannya Sedangakn makmum (masbuk) menempatkan diri di sebelah kanan karena NAbi saw. suka yg kanan..hal itu terlalu umum? jika bisa...mengapa shaf pertama pun tdk di !?sebelah kanan ...dalam hadits di atas siapakah yg prtama kali memulai shaf? Jabir atau Jabbar Rasulullah SAW memindahkan Jabir ke sebelah kanan beliau dan tidak ke belakang/tengah beliau. Maka hadits ini sesungguhnya sbgi dalil memulai shaf d ...sebelah kanan baik shaf pertama dan seterusnya : Dari Al-Barra’ bin ’Azib radliyallaahu ’anhu ia berkata ُ ‫سِمْعُتُه َيُقْو‬ ‫ل‬ َ ‫ل َف‬ َ ‫جِهِه َقا‬ ْ ‫عَلْيَنا ِبَو‬ َ ‫ل‬ ُ ‫ن َيِمْيِنِه ُيْقَب‬ ْ َ‫ن ع‬ َ ‫ن َنُكْو‬ ْ ‫حَبْبَنا َأ‬ ْ ‫سّلَم ًأ‬ َ ‫عَلْيِه َو‬ َ ‫ل‬ ُ ‫صّلى ا‬ َ ‫ل‬ ِ ‫لا‬ ِ ‫سْو‬ ُ ‫ف َر‬ َ ‫خْل‬ َ ‫صّلْيَنا‬ َ ‫ُكّنا ِإَذا‬ َ ‫عَباَد‬ ‫ك‬ ِ ‫جَمُع‬ ْ ‫ث َأْو َت‬ ُ ‫ك َيْوَم َتْبَع‬ َ ‫عَذاب‬ َ ‫ي‬ ْ ‫ب ِقِن‬ ّ ‫َر‬ Kami apabila shalat di belakang Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam senang” menempati shaff di sebelah kanan. Beliau kemudian menghadap ke arah kami dan bersabda : “Rabbi (Tuhanku), peliharalah diriku dari siksa-Mu pada hari Engkau membangkitkan (mengumpulkan) ham-hamba-Mu” [HR. Muslim no. 709, Ibnu [Majah no. 1006, dan Ibnu Khuzaimah no. 1563-1565. Ini adalah lafadh Muslim].[6 Berikut ini fatwa Syekh Bin Baz ‫فتاوى ابن باز‬ < ‫تصفح برقم المجلد < المجلد السادس والعشرون < كتاب الحديث القسم الثاني < كتـاب الحـاديـث الضـعيفـة‬ ‫حديث من عمر مياسر الصفوف فله أجران‬ ‫ من عمر مياسر الصفوف فله أجران‬: ‫ ـ حديث‬142 : ‫ فقلنا‬، ‫ أقيمت صلة العشاء واكتمل الجانب اليمن من الصف الول والجانب اليسر فيه قليل في الناس‬:‫س‬ ‫ من‬: ‫ لكن أحد الناس عقب عليه وجاء بحديث‬، ‫ اليمين أفضل‬: ‫ فقال أحد المصلين‬، ‫اعدلوا الصف من اليسار‬ ‫عمر مياسر الصفوف‬ 12 ‫ ونشر في المجموع ج‬، 60 ‫ ص‬1 ‫فله أجران أفتونا ما هو الصواب في هذه المسألة ؟ نشر في كتاب الدعوة ج‬ .207 ‫ص‬ (291 :‫ الصفحة رقم‬،26 : ‫)الجزء رقم‬ ‫ ول يشرع أن يقال‬، ‫ قد ثبت عن النبي صلى ال عليه وسلم ما يدل على أن يمين كل صف أفضل من يساره‬: ‫ج‬ . ‫ حرصا على تحصيل الفضل‬، ‫ ول حرج أن يكون يمين الصف أكثر‬، ‫ اعدلوا الصف‬: ‫للناس‬ ‫ باب فضل ميمنة الصف‬، ‫ أخرجه ابن ماجه في كتاب إقامة الصلة‬: ‫أما ما ذكره بعض الحاضرين من حديث‬ . ‫ من عمر مياسر الصفوف فله أجران فهو حديث ضعيف خرجه ابن ماجه بإسناد ضعيف‬.1007 ‫برقم‬ Soal : Pada waktu Shalat isya bagian kanan shaaf pertama sudah penuh dan sebelah kiri masih sedikit, maka diperintahkan pada kami "rapihkanlah sampai pertengahan sehingga yg kiri terisi" maka salah seorang jama'ah shalat berkata : "sebelah kanan

11

adalah lebih utama". namun ada jama'ah lainnya membantah dengan mengemukakan hadits : "barangsiapa yg mengisi shaf sebelah kiri akan mendapat dua pahala." ? Manakah yang paling benar Jawab : Nabi SAW telah menetapkan bahwa bagian kanan seluruh shaf adalah yang paling utama daripada bagian kiri. maka tidak disyari'atkan untuk menyuruh "ke bagian tengahkanlah shaf !" Tidak masalah jika bagian kanan shaf lebih banyak .sebagai anjuran mendapat keutamaan Adapun yg dikemukakan oleh seorang jama'ah "yg kiri mendapat dua pahala" dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam kitab Iqamatus shalat bab keutamaan shaf yg .sebelah kanan No. 1007 adalah hadits dla'if dengan sanad dla'if http://www.alifta.net/fatawa/fatawaDetails.aspx? BookID=4&View=Page&PageNo=1&PageID=5182 Wallahu A'lam MELURUSKAN DAN MERAPATKAN SHAF DALAM SHOLAT BERJAMAAH Di antara syari'at yang diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada umatnya adalah meluruskan dan merapatkan shaf dalam shalat berjamaah. Barangsiapa yang melaksanakan syari'at, petunjuk dan ajaran-ajarannya dalam meluruskan dan merapatkan shaf, sungguh dia telah menunjukkan ittiba' nya .[mengikuti] dan kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Adapun hadits-hadits yang memerintahkan untuk meluruskan dan merapatkan shaf :diantaranya sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Artinya: "Apakah kalian tidak berbaris sebagaimana berbarisnya para malaikat di sisi Rabb mereka ?" Maka kami berkata: "Wahai Rasulullah , bagaimana berbarisnya malaikat di sisi Rabb mereka ?" Beliau menjawab : "Mereka menyempurnakan barisan-barisan [shaf-shaf], yang pertama kemudian [shaf] yang berikutnya, dan "mereka merapatkan barisan .[HR. Muslim, An Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah] Dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari An Nu'man bin :Basyir, Beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata Artinya: Dahulu Rasullullah meluruskan shaf kami sampai seperti meluruskan anak panah hingga beliau memandang kami telah paham apa yang beliau perintahkan kepada kami (sampai shof kami telah rapi-pent), kemudian suatu hari beliau keluar (untuk shalat) kemudian beliau berdiri, hingga ketika beliau akan bertakbir, beliau melihat seseorang yang membusungkan dadanya, maka beliau bersabda: "Wahai para hamba Allah, sungguh kalian benar-benar meluruskan shaf atau Allah akan ."memperselisihkan wajah-wajah kalian [HR. Muslim] Sedangkan hadits yang diriwayatkan dari Anas ra., Beliau shallallahu 'alaihi wasallam :bersabda

12

Artinya: "Tegakkan [luruskan dan rapatkan, pent-] shaf-shaf kalian, karena "sesungguhnya aku melihat kalian dari balik punggungku ,[HR. Al Bukhari dan Muslim] :dan pada riwayat Al Bukhari, Anas r.a. berkata Dan salah satu dari kami menempelkan bahunya pada bahu temannya dan kakinya" "pada kaki temannya :sedangkan pada riwayat Abu Ya'la, berkata Anas Dan jika engkau melakukan yang demikian itu pada hari ini, sungguh engkau akan" melihat salah satu dari mereka seolah-olah seperti keledai liar yaitu dia akan lari ".darimu Dari hadits-hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya meluruskan dan merapatkan shaf pada waktu shalat berjamaah karena hal tersebut termasuk :kesempurnaan shalat sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ."Luruskan shaf-shaf kalian, karena lurusnya shaf termasuk kesempurnaan shalat" Bahkan sampai ada sebagian ulama yang mewajibkan hal itu, sebagaimana perkataan Syeikh Al-Albani rahimahullah dalam mengomentari sabda nabi shallallahu 'alaihi wasallam : '... atau Allah akan memperselisihkan wajah-wajah kalian': "Sesungguhnya ancaman semacam ini tidak dikatakan didalam perkara yang tidak diwajibkan, sebagaimana tidak samar lagi [pengertian seperti itu dikalangan ahli ilmu, pent-]". Akan tetapi sungguh amat sangat disayangkan, sunnah meluruskan dan merapatkan .shaf ini telah diremehkan bahkan dilupakan kecuali oleh segelintir kaum muslimin Berkata Syeikh Masyhur Hasan Salman: "Apabila jamaah shalat tidak melaksanakan sebagaimana yang dilakukan oleh Anas dan An Nu'man maka akan selalu ada celah dan ketidaksempurnaan dalam shaf. Dan pada kenyataannya -kebanyakan- para jamaah shalat apabila mereka merapatkan shaf maka akan luaslah shaf [menampung banyak jamaah, pent-] khususnya shaf pertama kemudian yang kedua dan yang :ketiga. Apabila mereka tidak melakukannya, maka Pertama: Mereka terjerumus dalam larangan syar'i, yaitu tidak meluruskan dan .merapatkan shaf Kedua: Mereka meninggalkan celah untuk syaithan dan Allah akan memutuskan :mereka, sebagaimana hadits dari Umar bin Al Khaththab bahwasanya Nabi bersabda Tegakkan shaf-shaf kalian dan rapatkan bahu-bahu kalian dan tutuplah celah-celah" dan jangan kalian tinggalkan celah untuk syaithan, barangsiapa yang menyambung shaf niscaya Allah akan menyambungnya dan barangsiapa memutus shaf niscaya ."Allah akan memutuskannya [ HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim]

13

Ketiga: Terjadi perselisihan dalam hati-hati mereka dan timbul banyak pertentangan di antara mereka, sebagaimana dalam hadits An Nu'man terdapat faedah yang menjadi terkenal dalam ilmu jiwa, yaitu: sesungguhnya rusaknya dhahir mempengaruhi rusaknya batin dan kebalikannya. Disamping itu bahwa sunnah meluruskan dan merapatkan shaf menunjukkan rasa persaudaraan dan saling tolong-menolong, sehingga bahu si miskin menempel dengan bahu si kaya dan kaki orang lemah merapat dengan kaki orang kuat, semuanya dalam satu barisan seperti bangunan yang .kuat, saling menopang satu sama lainnya Keempat: Mereka kehilangan pahala yang besar yang dikhabarkan dalam hadits:hadits yang shahih, di antaranya sabda Nabi Artinya: "Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat kepada orang yang ."menyambung shaf .[HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hiban dan Ibnu Khuzaimah] :Dan sabda Nabi yang shahih ."Barangsiapa menyambung shaf niscaya Allah akan menyambungnya" [HR.Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah] :Dan sabda Nabi yang lain Artinya: "Sebaik-baik kalian adalah yang paling lembut bahunya (mau untuk ditempeli bahu saudaranya -pent) ketika shalat, dan tidak ada langkah yang lebih besar pahalanya daripada langkah yang dilakukan seseorang menuju celah pada shaf ."dan menutupinya .[HR. Ath Thabrani, Al Bazzar dan Ibnu Hiban] .Keutamaan shaf pertama bagi laki-laki : Diantara haditsnya adalah Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang paling depan, dan sejelek-jelek shaf laki-laki adalah yang laing belakang, sebaik-baik shaf perempuan adalah yang paling belakang, .dan sejelek-jelek shaf perempuan adlaah yang paling depan .(H.R. Muslim) Kalaulah manusia mengetahui apa yang terdapat di azan dan shaf pertama (dari besarnya pahala-pent) kemudian mereka tidak mendapatkan kecuali dengan diundi, maka pastilah mereka telah mengadakan undian, dan kalaulah mereka mengetahui apa yang terdapat di sikap selalu didepan, pastilah mereka telah mendahuluinya, dan kalaulah mereka mereka mengetahui apa yang terdapat di shalat isya dan shalat subuh (dari keuntungan) maka pastilah mereka mendatangi keduanya walaupun dengan .merayab (.Bukhari dan Muslim) Keutamaan mendapat takbiratul ihram bersama imam : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda

14

Barangsiapa talah melakukan shalat karena Allah selama 40 hari berjama’ah, ia mendapatkan takbir pertama (takbiratul ihram dengan imam –pent), maka dicatatlah baginya dua kebebasan ; kebebasan dari api neraka dan kebebasan dari kemunafikan. (H.R. Tirmidzi dari Anas, dihasankan oleh Syeikh Al Albani di kitab shahih Al Jami’
15

Luruskanlah shaf-shaf kalian, jadikanlah sejajar diantara bahu-bahu kalian, tutuplah“ celah yang kosong, bersikap lunaklah terhadap tangan saudara-saudara kalian dan jangan kalian meninggalkan sedikitpun celah-celah bagi syaithan. Barang siapa yang menyambung shaf maka Allah akan menyambungnya dan barang siapa yang memutuskan shaf maka Allah akan memutuskannya.” (H.R Abu Dawud no.666 dan (dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani :Serta dalam cara mengisi shof dua orang berjamaah Apabila dua orang shalat berjama’ah dan salah seorang mengimami yang lainnya, maka posisi shaf adalah sejajar dengan menempelkan bahu dengan bahu mata kaki ‫ رضال عنه‬dengan mata kaki di antara keduanya. Sebagaimana hadits Ibnu Abbas :beliau berkata ‫ت )َوِفي ِرَواَية‬ ُ ‫جْئ‬ ِ ‫ت ُثّم نَاَم ُثّم قَاَم َف‬ ٍ ‫صّلى َأْرَبَع َرَكعَا‬ َ ‫جاَء َف‬ َ ‫شاَء ُثّم‬ َ ‫ل ال الِع‬ ُ ‫صّلى َرسو‬ َ ‫خاَلِتي َمْيُمْوَنَة َف‬ َ ‫ت‬ ِ ‫ت ِفي َبْي‬ ّ ‫”ب‬ ”‫ن َيِمْيِنِه‬ ْ‫ع‬ َ ‫ي‬ ْ ‫جَعَلِن‬ َ ‫ساِرِه َف‬ َ ‫ني‬ ْ‫ع‬ َ (‫جْنِبِه‬ َ ‫ت ِإَلى‬ ُ ‫ َفُقْم‬: Aku bermalam dirumah bibiku (yaitu) Maimunah, ketika itu Rasulullah shalat isya’“ kemudian beliau pulang ke rumah dan shalat empat rakaat, kemudian tidur. Setelah itu beliau bangun untuk shalat maka aku pun berdiri disamping kirinya kemudian beliau (memindahkan aku ke samping kanannya”. (H.R Al Bukhari no.697 Al Imam Al Bukhari menjadikan hadits diatas sebagai dalil bahwa posisi dua orang yang shalat berjama’ah adalah sejajar. Al Hafizh Ibnu Hajar menerangkan bahwa makna sejajar yaitu tidak maju dan tidak mundur, berdasarkan konteks dhohir hadits (Lihat Fathul Bari hadits no. 697) .((‫جْنِبِه‬ َ ‫ت ِإَلى‬ ُ ‫ َفُقْم‬:Ibnu Abbas Adapun hadits yang mengkhabarkan bahwa Rasulullah pernah melihat seseorang shalat sendirian dibelakang shaf, maka beliau memerintahkan dia untuk mengulangi shalatnya. (H.R Abu Dawud dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albany dalam (shahih Abu Dawud no.633 Larangan hadits ini berlaku bagi mereka yang mendapatkan shaf dalam keadaan lowong dan masih ada kemungkinan untuk masuk padanya. Sementara bagi mereka yang tidak menjumpai celah yang kosong sama sekali pada shaf, maka dia boleh shalat sendirian dibelakang karena termasuk orang yang mendapatkan udzur (keringanan). Dan tidak diperbolehkan baginya untuk menarik seseorang yang ada di shaf depannya dalam rangka mengamalkan hadits yang diriwayatkan oleh Ath : Thabrani ‫جْنِبِه‬ َ ‫ل ُيِقِيُمه ِإَلى‬ ً‫ج‬ ُ ‫ب ِإَلْيِه َر‬ ْ ‫جِذ‬ ْ ‫ف َوَقْد َتّم َفْلَي‬ ِ ‫ص‬ ّ ‫حُدُكْم ِإَلى ال‬ ُ ‫ِإَذا اْنَتَهى َأ‬ Bila seseorang diantara kalian mendapati shaf yang telah sempurna, maka hendaklah“ dia menarik seseorang hingga berdiri disebelahnya.” Karena Hadits ini adalah dha’if (lemah) sehingga tidak boleh dijadikan sandaran dalam beramal. (lihat Silsilah Adh (Dha’ifah no. 921 karya Asy Syaikh Al Albani Akhir dari tulisan ini, penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan semoga .shof-shof sholat berjamaah di masjid-masjid bisa lebih rapi yaitu lurus dan rapat

16

‫‪disalin dari beberapa sumber salah satunya di http://www.assalafy.org/mahad/?p=112‬‬ ‫رقم الحديث‪7975 :‬‬ ‫ج ْب ُ‬ ‫ن‬ ‫جا ُ‬ ‫حّ‬ ‫حّدَثِني اْل َ‬ ‫ن ِإْبَراِهيَم ‪َ ،‬‬ ‫شُر ْب ُ‬ ‫ي ‪َ ،‬نا ِب ْ‬ ‫عْمٍرو الّرَباِل ّ‬ ‫ن َ‬ ‫ص ْب ُ‬ ‫حْف ُ‬ ‫ب ‪َ ،‬نا َ‬ ‫ن َيْعُقو َ‬ ‫حّمُد ْب ُ‬ ‫حّدَثَنا ُم َ‬ ‫)حديث مرفوع( َ‬ ‫ص ّ‬ ‫ف‬ ‫حُدُكْم ِإَلى ال ّ‬ ‫سّلَم ‪ِ " :‬إَذا اْنَتَهى َأ َ‬ ‫عَلْيِه َو َ‬ ‫ل َ‬ ‫صّلى ا ُّ‬ ‫ل َ‬ ‫ل ا ِّ‬ ‫سو ُ‬ ‫ل َر ُ‬ ‫ل ‪َ :‬قا َ‬ ‫س ‪َ ،‬قا َ‬ ‫عّبا ٍ‬ ‫ن َ‬ ‫ن اْب ِ‬ ‫عِ‬ ‫عْكِرَمَة ‪َ ،‬‬ ‫ن ِ‬ ‫عْ‬ ‫ن‪َ ،‬‬ ‫سا َ‬ ‫حّ‬ ‫َ‬ ‫سّلَم ِإل ِبَهَذا‬ ‫عَلْيِه َو َ‬ ‫ل َ‬ ‫صّلى ا ُّ‬ ‫ل َ‬ ‫ل ا ِّ‬ ‫سو ِ‬ ‫ن َر ُ‬ ‫عْ‬ ‫ث َ‬ ‫حِدي ُ‬ ‫جْنِبِه " ‪ .‬ل ُيْرَوى َهَذا اْل َ‬ ‫جل ُيِقيُمُه ِإَلى َ‬ ‫ب ِإَلْيِه َر ُ‬ ‫جِذ ْ‬ ‫َوَقْد َتّم ‪َ ،‬فْلَي ْ‬ ‫ن ِإْبَراِهيَم ‪.‬‬ ‫شُر ْب ُ‬ ‫سَناِد ‪َ ،‬تَفّرَد ِبِه ‪ِ :‬ب ْ‬ ‫لْ‬ ‫اِ‬ ‫الحكم المبدئي‪ :‬إسناد فيه بشر بن إبراهيم النصاري وهو يضع الحديث‪.‬‬ ‫العالم القول‬ ‫‪#‬‬ ‫أبو أحمد بن عدي الجرجاني منكر الحديث عن الثقات والئمة‪ ،‬ل أدري كيف عقل من تكلم في الرجال‬ ‫‪1‬‬ ‫عنه فإني لم أجد له كلما وهو بين الضعف جدا ورواياته التي يرويها عمن يروي غير محفوظة وهو عندي ممن‬ ‫يضع الحديث على الثقات‪ ،‬وما ذكرته عنه عن الوزاعي وثور بن يزيد ومبارك بن فضالة وأبو حرة وغيرهم‬ ‫أبو جعفر العقيلي روى أحاديث موضوعة عن الوزاعي ل يتابع عليها‬ ‫‪2‬‬ ‫أبو حاتم الرازي شيخ ضعيف الحديث‬ ‫‪3‬‬ ‫أبو حاتم بن حبان البستي يضع الحديث على الثقات ل يحل ذكره في الكتب إل على سبيل القدح فيه‬ ‫‪4‬‬ ‫رقم الحديث‪1452 :‬‬ ‫سْعٍد َأُبو‬ ‫ن َ‬ ‫ل َوُهَو اْب ُ‬ ‫حِبي ُ‬ ‫شَر ْ‬ ‫حّدَثِني ُ‬ ‫ن‪َ ،‬‬ ‫ن عُْثَما َ‬ ‫ك ْب ُ‬ ‫حا ُ‬ ‫ضّ‬ ‫ي ‪ ،‬نا ال ّ‬ ‫حَنِف ّ‬ ‫)حديث مرفوع( نا ُبْنَداٌر ‪ ،‬نا َأُبو َبْكٍر َيْعِني اْل َ‬ ‫جْئُتُه َفُقْم ُ‬ ‫ت‬ ‫ب ‪َ ،‬ف ِ‬ ‫صّلي اْلَمْغِر َ‬ ‫سّلَم ُي َ‬ ‫عَلْيِه َو َ‬ ‫ل َ‬ ‫صّلى ا ُّ‬ ‫ل َ‬ ‫ل ا ِّ‬ ‫سو ُ‬ ‫ل ‪َ " :‬قاَم َر ُ‬ ‫ل ‪َ ،‬يُقو ُ‬ ‫عْبِد ا ِّ‬ ‫ن َ‬ ‫جاِبَر ْب َ‬ ‫ت َ‬ ‫سِمْع ُ‬ ‫ل‪َ :‬‬ ‫سْعٍد ‪َ ،‬قا َ‬ ‫َ‬ ‫صّلى‬ ‫ل َ‬ ‫ل ا ِّ‬ ‫سو ُ‬ ‫صّلى ِبَنا َر ُ‬ ‫خْلَفُه ‪َ ،‬ف َ‬ ‫صَفْفَنا َ‬ ‫ب ِلي ‪َ ،‬ف َ‬ ‫ح ٌ‬ ‫صا ِ‬ ‫جاَء َ‬ ‫ن َيِميِنِه ‪ُ ،‬ثّم َ‬ ‫عْ‬ ‫جَعَلِني َ‬ ‫ساِرِه ‪َ ،‬فَنَهاِني َف َ‬ ‫ن َي َ‬ ‫عْ‬ ‫جْنِبِه َ‬ ‫ِإَلى َ‬ ‫طَرَفْيِه " ‪.‬‬ ‫ن َ‬ ‫خاِلًفا َبْي َ‬ ‫حٍد ُم َ‬ ‫ب َوا ِ‬ ‫سّلَم ِفي َثْو ٍ‬ ‫عَلْيِه َو َ‬ ‫ل َ‬ ‫ا ُّ‬ ‫الحكم المبدئي‪ :‬إسناد ضعيف فيه شرحبيل بن سعد الخطمي وهو ضعيف الحديث‪.‬‬

‫البحــث عن‪ :‬جاء صاحب لي فصففنا‬ ‫يوجد ‪ 2‬حديث‬ ‫السابق‬

‫| صفحة‬

‫من ‪| 1‬‬ ‫التالي‬

‫م طرف الحديث‬

‫اسم الكتاب‬

‫الصحابي‬

‫يصلي المغرب فجئت فقمت إلى جنبه عن يساره‬ ‫فنهاني فجعلني عن يمينه ثم جاء صاحب لي‬ ‫جابر بن عبد ال‬ ‫‪1‬‬ ‫فصففنا خلفه فصلى بنا رسول ال صلى ال عليه‬ ‫وسلم في ثوب واحد مخالفا بين طرفيه‬

‫مسند أحمد بن حنبل‬

‫‪17‬‬

‫أفق‬

‫العزو المصنف سنة الوفاة‬

‫أحمد بن‬ ‫‪14087 14204‬‬ ‫حنبل‬

‫‪241‬‬

311 ‫ ابن خزيمة‬1448 1452

‫يصلي المغرب فجئته فقمت إلى جنبه عن يساره‬ ‫فنهاني فجعلني عن يمينه ثم جاء صاحب لي‬ ‫جابر بن عبد ال‬ 2 ‫فصففنا خلفه فصلى بنا رسول ال صلى ال عليه‬ ‫وسلم في ثوب واحد مخالفا بين طرفيه‬

‫صحيح ابن خزيمة‬

Hukum Seputar Shaff dalam Shalat Berjama'ah Abu Al-Jauzaa' :, 01 Juli 2008 Oleh : Abu Al-Jauzaa’ Al-Bogory Menyusun shaff Hadits dari Abu Mas’ud, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam diriwayatkan bahwa beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : ُ ُ ‫ل ِيل ِن ِي من ْك‬ ‫م‬ ِ ّ ‫م ال‬ ِ ّ ‫م ال‬ ِ ْ ْ َ ‫م أوُلو اْل‬ َ ُ َ ‫ون‬ َ ْ ‫ذي‬ ُ َ ‫ون‬ َ ْ ‫ذي‬ َ ّ ‫والن‬ ْ ‫ه‬ ّ ُ‫م ث‬ ْ ‫ه‬ ّ ُ ‫هى ث‬ ْ ْ ُ ‫ن ي َل‬ ْ ُ ‫ن ي َل‬ َ ِ ‫حلم‬ “Hendaklah yang ada di belakangku (shaf pertama bagian tengah belakang imam) adalah kalangan orang dewasa yang berilmu. Kemudian diikuti oleh mereka yang lebih rendah keilmuannya. Kemudian diikuti lagi oleh kalangan yang lebih rendah keilmuannya” [HR. Muslim no. 432]. Hadits ini mengandung faedah bahwa menyusun shaf sesuai dengan urutan keutamaan di belakang imam. Hendaknya di belakang imam adalah orang-orang yang lebih faqih di bidang agama dan lebih bagus hafalan/bacaannya dalam Al-Qur’an dibandingkan yang lain; sebagaimana imam dipilih berdasarkan yang demikian[1]. Hal tersebut mengandung hikmah bahwa bila sewaktu-waktu imam lupa/salah dalam bacaan AlQur’an, makmum dapat mengingatkannya. Atau sewaktu-waktu imam ada udzur syar’i (misal batal, sakit, dan lain-lain) sehingga imam tidak bisa meneruskan shalatnya, maka orang yang di belakangnyalah yang akan maju menggantikan dan meneruskan imam sebelumnya memimpin shalat berjama’ah.[2] Meluruskan dan merapatkan shaff 1.

Hadist An-Nu’man bin Basyir radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : َ َ َ ‫و‬ ُ ‫ص‬ ُ ‫و‬ ‫ما‬ َ ‫كا‬ َ ‫فَنا‬ َ ُ ‫ل الله صلى الله عليه وسلم ي‬ ُ ‫ن َر‬ َ ّ ‫حّتى ك َأن‬ ْ ‫و‬ ُ ‫ي‬ ْ ‫ف‬ ّ ‫س‬ ْ ‫س‬ َ َ َ ‫ف‬ َ ً ‫وما‬ َ ‫ع‬ َ ‫حّتى َرأى أّنا‬ ‫م‬ َ ‫م‬ َ ‫قل َْنا‬ َ ْ‫قد‬ ِ ْ ‫ها ال‬ َ ‫خَر‬ َ ‫ح‬ َ ‫دا‬ َ ‫ق‬ َ ‫قا‬ َ ِ‫ي ب‬ َ ُ‫ي‬ ّ ُ‫ه ث‬ ُ ْ ‫عن‬ ْ ‫و‬ ْ َ‫ج ي‬ ّ ‫س‬ َ ً َ َ ً َ َ َ َ ‫ف فقا‬ ‫ه‬ ِ ‫ل‬ ّ ‫ص‬ ِ ‫عَبادَ الل‬ ِ ُ‫صدَْره‬ ُ ‫حّتى كادَ ي ُكب ُّر فَرأى َر‬ َ َ ‫م‬ ّ ‫ن ال‬ َ ‫جل َباِديا‬ َ ‫فك ُم أ‬ َ َ ُ َ َ ُ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫ج‬ ‫و‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ه‬ ‫الل‬ ‫ن‬ ‫ف‬ ‫ل‬ ‫خا‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫ف‬ ‫ص‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫س‬ ‫ت‬ ‫ل‬ َ ِ ُ ِ ّ ُ ْ ْ ّ ْ ْ ُ ُ َ ْ َ ُ ْ ُ ُ َ

Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam meluruskan shaf-shaf kami (para shahabat) seolah-olah beliau meluruskan ‘qadah’ [3] sehingga beliau yakin bahwa kami telah menyadari kewajiban kami (untuk meluruskan shaf). Suatu hari, ketika beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam sudah hendak takbir, tiba-tiba beliau melihat salah seorang diantara kami membusungkan dadanya

18

ke depan melebihi shaf. Maka beliau bersabda : “Hendaknya kalian meluruskan shaf-shaf kalian, kalau tidak Allah akan menjadikan wajah-wajah kalian saling berselisih” [HR. Muslim no. 436]. 2. Hadits Anas bin Malik, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasalam : ْ َ‫ي ل‬ َ ِ‫ن إ‬ ُ ‫ص‬ َ ‫م‬ َ ‫و‬ ُ ‫ص‬ ‫ظ‬ َ َ ‫وي‬ ِ ‫و‬ ٍ ‫ف‬ ِ ‫صل‬ ِ ‫م‬ ِ ‫ف‬ ّ ِ ‫فإ‬ ِ ‫و‬ ْ ‫م‬ ْ َ‫ن ت‬ َ َ ‫قا‬ ْ ُ ‫فك‬ ّ ‫ة ال‬ ّ ‫ة ال‬ ُ ‫وا‬ َ ) .‫ة‬ ْ ‫ف‬ ْ ‫ف‬ ْ ‫و‬ ّ ‫س‬ ْ ‫ف‬ ِ ‫س‬ َ :) ‫ة‬ َ َ ‫وي‬ ّ ‫ص‬ ِ ‫صل‬ ِ ‫ف‬ ّ ِ ‫فإ‬ ْ ‫م‬ ْ َ‫ن ت‬ َ َ‫ن ت‬ ّ ‫مام ِ ال‬ ّ ‫ة ال‬ ِ ‫س‬ “Luruskan shaf-shaf kalian, karena meluruskan shaf-shaf termasuk menegakkan shalat (berjama’ah)”. Dan dalam lafadh lain : “…karena meluruskan shaf termasuk kesempurnaan shalat (berjama’ah)” [HR. Bukhari no. 690 dan Muslim no. 433]. 3.

Hadits An-Nu’man bin Basyir radliyallaahu ‘anhu ia berkata :

َ ‫ف‬ َ ‫ه‬ ْ َ‫أ‬ َ ‫قا‬ ُ ‫و‬ َ َ ‫قب‬ ‫ل‬ َ ‫ل الله صلى الله عليه وسلم‬ ِ ‫ه‬ ْ ‫و‬ ُ ‫ل َر‬ َ ِ‫س ب‬ ْ ‫س‬ ِ ‫ج‬ ِ ‫عَلى ال َّنا‬ َ ِ ‫خال‬ َ ‫و‬ ُ ‫ص‬ َ ‫و‬ ُ ‫ص‬ ‫ن‬ َ ُ ‫و ل َي‬ ِ ُ ‫ه ل َت‬ ِ َ‫أ‬ ِ ‫والل‬ َ ْ ‫ه ب َي‬ ّ ‫ف‬ ّ ‫م‬ ُ ‫ن الل‬ ْ ُ ‫فك‬ ُ ْ ‫قي‬ ْ ُ ‫فك‬ ُ ْ ‫قي‬ ُ ‫ن‬ ُ ‫وا‬ ْ ‫مأ‬ ْ ‫ف‬ َ ً ‫م َثلثا‬ ْ ‫ف‬ ْ ‫م‬ َ َ ‫ل‬ َ ‫م‬ ُ َ ‫ج‬ َ ‫قا‬ ‫ة‬ ِ ‫صا‬ ِ َ ‫ه ب ُِرك ْب‬ ِ ِ ‫حب‬ ُ ‫ت الّر‬ ُ ْ ‫فَرأي‬ ُ َ ‫وُرك ْب َت‬ َ ِ‫ه ب‬ ُ َ ‫من ْك ِب‬ َ ُ‫زق‬ ْ ُ ‫وب ِك‬ ِ ِ ‫من ْك‬ َ ‫ب‬ َ ‫ه‬ ْ ُ ‫قل‬ ِ ْ ‫ل ي ُل‬ َ َ ‫ه‬ ِ ‫صا‬ ِ ِ ‫عب‬ ِ ِ ‫حب‬ ْ ‫ه ب ِك‬ ْ ‫وك‬ ُ َ ‫عب‬ َ َ ‫ه‬ Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam pernah menghadap ke arah jama’ah shalat dan bersabda : “Tegakkanlah shaf kalian, tegakkanlah shaf kalian, tegakkanlah shaf kalian. Demi Allah, bila kalian tidak menegakkan shaf kalian, maka Allah akan mencerai-beraikan hati kalian”. An-Nu’man berkata : “Aku saksikan sendiri, masing-masing diantara kami saling menempelkan bahunya dengan bahu temannya, lututnya dengan lutut temannya, dan mata kakinya dengan mata kaki temannya” [HR. Abu Dawud no. 662 dengan sanad shahih]. 4.

Atsar dari Nafi’ Maula Ibni ‘Umar bahwasannya ia menceritakan : ‫كان عمر يبعث رجل يقوم الصفوف ثم ل يكبر حتى يأتيه فيخبره‬ ‫أن الصفوف قد اعتدلت‬

”Adalah ’Umar (bin Al-Khaththab) radliyallaahu ’anhu menugaskan seseorang untuk mengatur shaff-shaff. Tidaklah ’Umar mulai bertakbir hingga ia (orang yang ditugaskan tersebut) kembali dan mengkhabarkan bahwasannya shaffshaff telah lurus” [Diriwayatkan oleh ’Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf no. 2437 dan 2439]. Hadits di atas mengandung faedah diantaranya : Disunnahkannya meluruskan shaff dalam shalat berjama’ah, bahkan banyak di antara ulama yang mengatakannya wajib. Hendaknya para jama’ah benar-benar memperhatikannya dengan memperhatikan kanan kirinya, mengatur diri, dan saling mengingatkan jama’ah lain, sehingga shaf dapat menjadi benar-benar lurus dari awal sampai akhir shalat. •

19

Termasuk kesempurnaan shaff shalat berjama’ah adalah dengan merapatkannya dengan tidak membiarkan ruang-ruang yang longgar/sela antar jama’ah. Caranya adalah dengan menempelkan bahu dengan bahu dan mata kaki dengan mata kaki antar jama’ah/makmum sebagaimana hadits Nu’man bin Basyir di atas. Jangan ada perasaan risih karena tertempelnya badan saudara kita dengan badan kita. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : •

َ ُ ‫خيارك‬ ‫ة‬ ِ ‫ب‬ ِ ‫صل‬ َ ِ ‫مَناك‬ َ ‫م‬ ْ ُ ‫م أل ْي َن ُك‬ ْ ُ َ ِ ّ ‫في ال‬ “Sebaik-baik kalian adalah yang mempunyai bahu paling lembut di dalam shalat” [HR. Abu Dawud no. 623; shahih lighairihi]. Maksud hadits ini adalah bahwa salah satu katagori orang yang paling baik adalah orang yang ketika berada di dalam shaff, kemudian ada orang lain yang memegang bahunya untuk menyempurnakan (merapatkan dan meluruskan) shaff, ia akan tunduk dengan hati yang ikhlash lagi lapang tanpa ada pembangkangan [lihat selengkapnya dalam Badzlul-Majhuud 4/338 dan Ma’alimus-Sunan 1/184]. Hendaknya imam memperhatikan keadaan para jama’ahnya dengan selalu mengingatkan agar shaff selalu lurus dan rapat. Menjadi satu “keharusan” bagi seorang imam sebelum memulai shalat untuk mengatur shaff jama’ah. Tidak cukup bagi imam hanya mengatakan [sawwuu shufuufakum َ ‫و‬ ُ ‫ص‬ dst. “‫كم‬ ْ ُ ‫ف‬ َ ......]. Tapi harus diikuti dengan mengingatkan dan ُ ‫وا‬ ْ ‫ف‬ ْ ‫و‬ ّ ‫س‬ memeriksa keadaan shaf jama’ahnya sebagaimana yang dilakukan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Imam bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya (yaitu jama’ah/makmum). Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : •

ُ ‫س‬ ُ ‫س‬ ٌ ‫ؤو‬ ٌ ‫ؤو‬ ‫ه‬ َ ‫ل‬ َ ‫ل‬ ِ ‫ن َر‬ ِ ‫ن َر‬ ِ ِ ‫عي ّت‬ ِ ِ ‫عي ّت‬ ُ ‫ما‬ ْ ‫ع‬ ْ ‫م‬ ْ ‫ع‬ ْ ‫م‬ َ ‫و‬ َ ِ ‫ه ا َْل‬ َ ‫م‬ ْ ُ ‫وك ُل ّك‬ ْ ُ ‫ك ُل ّك‬ َ ‫ع‬ َ ‫ع‬ ٍ ‫م َرا‬ ٍ ‫م َرا‬ “Setiap dari kamu adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Dan seorang imam adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang kepemimpinannya” [HR. Bukhari no. 853]. Bolehnya seorang imam menugaskan seseorang atau lebih untuk mengatur shaff-shaff shalat agar lurus dan rapat. •

Sangat dianjurkan menyambung shaff dan mengisi shaff yang lowong. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : ُ ّ‫سد‬ ُ ‫ص‬ ‫ة‬ َ ‫ن‬ ً ‫ج‬ َ ‫و‬ َ ‫و‬ ِ َ‫ن ي‬ ِ ّ ‫عَلى ال‬ َ ‫و‬ ّ ِ‫إ‬ َ ‫فْر‬ َ ‫ن‬ ْ ‫م‬ َ ْ ‫ذي‬ َ ‫و‬ ُ َ ‫ملئ ِك َت‬ َ ‫و‬ َ ‫ن الل‬ ّ ‫ن ال‬ َ ُ‫ه ي‬ َ ‫ف‬ ْ ‫ف‬ ْ ُ ‫صل‬ ْ ّ ‫صل‬ َ ‫ه‬ َ ‫َر‬ ‫ة‬ ً ‫ج‬ َ ‫ها دََر‬ َ ‫ف‬ َ ِ‫ه ب‬ ُ ‫ه الل‬ ُ ‫ع‬ “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya selalu mendoakan orang-orang yang menyambung shaf-shaf dalam shalat. Siapa saja yang mengisi bagian shaff yang lowong, akan diangkat derajatnya oleh Allah satu tingkat” [HR. Ibnu Majah no. 995; shahih lighairihi]. 20

Termasuk hal yang diperbolehkan dalam hal ini adalah seorang makmum maju mengisi shaff yang lowong/kosong yang ada di depannya (yang mungkin disebabkan makmum yang ada di shaff di depannya batal meninggalkan shaff) ketika shalat berjama’ah sedang berlangsung.[4] Shaff pertama adalah shaff yang paling baik Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : َ َ ‫موا‬ ِ ‫دا‬ ّ ‫ص‬ ِ ‫ما‬ ْ ‫دوا إ ِّل أ‬ ُ ‫ج‬ َ ّ ‫في الن‬ ْ َ‫و ي‬ ْ َ‫ن ي‬ ُ ‫ه‬ ْ َ‫م ل‬ ّ ُ‫ل ث‬ َ ‫س‬ ُ َ ‫عل‬ ّ ‫وال‬ ُ ‫م الّنا‬ ِ َ‫م ي‬ ِ ‫و‬ ّ ‫ف اْل‬ َ ‫ء‬ ْ َ‫ل‬ ِ َ ‫ست‬ ‫موا‬ َ ... ِ ْ ‫عل َي‬ َ َ ‫ست‬ ْ ‫ه َل‬ ُ ‫ه‬ “Seandainya manusia mengetahui pahala dari adzan dan shalat jama’ah di shaff pertama, dan itu hanya bisa mereka dapatkan dengan berundi, maka pasti mereka berundi” [HR. Bukhari no. 615 dan Muslim no. 437]. َ ُ ‫ص‬ ُ ‫ص‬ َ ‫و‬ ‫ها‬ ِ ‫سا‬ َ ‫و‬ َ َ ‫خُر‬ ِ ‫ءآ‬ َ ‫خُر‬ ِ ‫ها آ‬ َ ‫شّر‬ ِ ‫فو‬ َ ‫ف الّر‬ ِ ‫فو‬ َ ّ ‫ف الن‬ َ ُ ‫ول‬ ُ ‫خي ُْر‬ ُ ‫خي ُْر‬ َ ‫ها‬ َ ‫ها‬ ّ ‫لأ‬ ِ ‫جا‬ َ ‫ها أ‬ ُ َ ‫ها‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ش‬ ‫و‬ َ َ ّ ّ َ “Sebaik-baik shaff bagi laki-laki adalah yang paling depan, dan yang paling jelek adalah yang paling belakang. Adapun sebaik-baik shaff bagi wanita adalah yang paling belakang, dan yang paling jelek adalah yang paling depan” [HR. Muslim no. 440] [5] Shaff bagian kanan lebih afdlal daripada shaff sebelah kiri. Point ini khusus ditujukan bagi makmum secara umum yang bukan termasuk jajaran orang-orang yang lebih berhak menempati posisi di belakang imam (yaitu makmum dari kalangan ’alim dan faqih) sebagaimana dibahas di point 1. Dari Al-Barra’ bin ’Azib radliyallaahu ’anhu ia berkata : َ ً َ ِ ‫ك ُّنا إ‬ ‫ن‬ َ ‫صل ّي َْنا‬ َ ‫ن‬ َ ‫ه‬ َ ْ ‫خل‬ َ ‫و‬ ْ ‫حب َب َْنا أ‬ ِ ْ ‫عل َي‬ ِ ‫ل الل‬ ْ ‫مأ‬ ْ ‫ع‬ َ ‫و‬ ُ ‫ف َر‬ َ ّ ‫سل‬ ُ ‫صّلى الل‬ َ ‫ه‬ َ ‫ذا‬ ْ ُ ‫ن ن َك‬ َ ‫ه‬ ِ ‫و‬ ْ ‫س‬ َ َ َ ُ َ‫ه ي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ه‬ ْ ُ‫ه ي‬ ُ ‫و‬ َ ‫قا‬ ُ َ ‫قب‬ َ ‫ع‬ ‫و‬ ُ ‫ع‬ َ ‫ي‬ َ ‫ل‬ ِ ‫ب‬ ِ ‫س‬ ِ ‫ه‬ ِ ِ ‫مي ْن‬ ِ َ‫ي‬ َ ْ ‫م ت َب‬ ّ ‫ل َر‬ ْ ‫م‬ ْ ‫و‬ َ ‫و‬ َ ‫ف‬ ُ ُ ‫عت‬ ْ ‫ثأ‬ ْ َ ‫ذابك ي‬ ْ ‫ق‬ َ ِ ‫علي َْنا ب‬ ْ ِ ‫قن‬ ِ ‫ج‬ َ َ‫عَباد‬ ‫ك‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ج‬ ِ ُ َ ْ َ‫ت‬ ”Kami apabila shalat di belakang Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam senang menempati shaff di sebelah kanan. Beliau kemudian menghadap ke arah kami dan bersabda : “Rabbi (Tuhanku), peliharalah diriku dari siksa-Mu pada hari Engkau membangkitkan (mengumpulkan) ham-hamba-Mu” [HR. Muslim no. 709, Ibnu Majah no. 1006, dan Ibnu Khuzaimah no. 1563-1565. Ini adalah lafadh Muslim].[6] Berdirinya makmum sendirian di belakang shaff dapat menyebabkan shalatnya (si makmum tersebut) tidak sah. Dari Hadits Ali bin Syaiban radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah melihat seorang laki-laki shalat bermakmum di belakang shaf, maka beliau berhenti sampai laki-laki itu selesai shalat. Selanjutnya beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

21

َ َ ‫صلت‬ َ ‫ل‬ َ ‫ك‬ ْ َ ‫ست‬ ْ ِ ‫قب‬ ‫ف‬ َ ‫فْرٍد‬ ّ ‫ص‬ َ ْ ‫خل‬ ُ ‫صلةَ ل َِر‬ ْ ‫ا‬ ّ ‫ف ال‬ َ ‫فل‬ َ ‫ل‬ ٍ ‫ج‬ “Ulangi kembali shalatmu. Tidak sah shalat seorang yang yang bermakmum sendirian di belakang shaf” [HR. Ahmad 4/23 no. 16340 dan Ibnu Majah no. 1003; dengan sanad shahih]. Para ulama berbeda pendapat tentang permasalahan ini. Namun yang rajih, insya allah, adalah pendapat yang mengatakan : “shalat tersebut tidak sah tanpa adanya udzur syar’i”. Maksudnya : Bila shaff di depannya masih longgar atau tidak rapat sehingga masih memungkinkan baginya masuk mengisi di shaff tersebut; namun dia malah memilih berdiri sendirian di belakang shaf tersebut, maka shalatnya tidak sah. Namun bila shaf di depannya telah penuh dan rapat sehingga tidak mungkin dia masuk mengisi di antara shaf-shaf tersebut, maka shalatnya tetap sah. Wallaahu a’lam. [7] Orang yang bermakmum sendirian berada sejajar satu shaff dengan imam. Dari ’Abdullah bin ’Abbas radliyallaahu ’anhuma ia berkata : ‫م‬ َ ‫ت‬ َ ‫ه‬ َ َ ‫مون‬ ِ ‫ت‬ ِ ْ ‫عل َي‬ ِ ‫ر‬ ِ ْ ‫ة ب ِن‬ ِ ْ ‫في ب َي‬ َ ْ ‫ت ال‬ ّ ِ‫ب‬ َ ‫و‬ َ ّ ‫سل‬ ُ ‫صّلى الل‬ ُ ْ ‫مي‬ َ ‫خال َِتي‬ َ ‫ي‬ َ ‫ه‬ ْ ‫ث َز‬ ّ ِ ‫ج الن ّب‬ ِ ‫حا‬ ِ ‫و‬ ّ ّ َ َ ّ َ ّ َ َ ‫صلى‬ َ ‫ه‬ ِ ‫ها‬ َ َ‫عن ْد‬ ِ ‫م‬ ِ ْ ‫علي‬ َ ‫وكا‬ َ ِ ‫في لي ْلت‬ َ ‫و‬ َ ‫سل‬ ُ ‫صلى الل‬ َ ‫ي‬ َ ‫ها ف‬ َ ‫ي‬ َ ‫ه‬ َ ّ ِ ‫صلى الن ّب‬ ّ ِ ‫ن الن ّب‬ َ ‫فصّلى أ‬ ْ ّ َ َ َ ُ ُ ُ َ ‫م‬ ‫ث‬ ‫م‬ ‫نا‬ ‫م‬ ‫ث‬ ‫ت‬ ‫عا‬ ‫ك‬ ‫ر‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ز‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫إلى‬ ‫ء‬ ‫جا‬ ‫م‬ ‫ث‬ ‫ء‬ ‫شا‬ ‫ع‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫الل‬ َ َ ِ ْ َ َ ِ ِ ِ ِ َ َ َ َ ْ َ ّ ّ ّ َ َ َ ُ َ ٍ َ ْ ِ َ َ ٌُ ‫م‬ ُ ‫ف‬ َ ‫م‬ َ ‫م‬ َ ‫م‬ َ ْ ُ‫ة ت‬ َ ‫قا‬ ‫ه‬ ُ ْ ‫م ال‬ َ ‫ت‬ ِ ‫ر‬ ُ ‫م‬ َ ‫قا‬ َ ‫ل َنا‬ َ ‫قا‬ َ َ‫ن ي‬ ْ ‫ع‬ َ ‫ه‬ ُ ِ ‫شب‬ ْ ‫ق‬ ّ ُ ‫ها ث‬ َ ِ ‫و ك َل‬ ُ ّ ‫غل َي‬ ّ ُ‫م ث‬ ْ ‫مأ‬ ِ ‫سا‬ َ ‫ه‬ َ ‫حّتى‬ َ ‫صّلى‬ َ ‫عل َِني‬ ٍِ ‫عا‬ ِ ِ ‫مي ْن‬ ِ َ‫ن ي‬ َ ‫م‬ َ ْ ‫صّلى َرك‬ َ َ ‫س َرك‬ َ ‫ج‬ َ ‫ف‬ َ ‫م َنا‬ ْ ‫ع‬ ّ ُ‫ن ث‬ ّ ُ‫ت ث‬ ْ ‫خ‬ َ ‫م‬ َ ‫م‬ َ ‫ف‬ ِ ْ ‫عت َي‬ َ َ َ َ ُ ‫ة‬ َ ‫م‬ َ ‫و‬ ِ ‫صل‬ ِ ‫س‬ َ ‫خَر‬ ْ ‫م‬ ُ ‫ع‬ َ ّ ‫هث‬ ُ ‫خطِي ْط‬ ُ ‫ت غطِي ْط‬ ّ ‫ج ِإلى ال‬ ْ ‫هأ‬ ”Aku pernah menginap di rumah bibiku, Maimunah bin Al-Harits, istri Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam; dan ketika itu beliau berada di rumah bibi saya itu. Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat ‘Isya’ (di masjid), kemudian beliau pulang, lalu beliau mengerjakan shalat sunnah empat raka’at. Setelah itu beliau tidur, lalu beliau bangun dan bertanya : “Apakah anak laki-laki itu (Ibnu ‘Abbas) sudah tidur ?” atau beliau mengucapkan kalimat yang semakna dengan itu. Kemudian beliau berdiri untuk melakukan shalat, lalu aku berdiri di sebelah kiri beliau untuk bermakmum. Akan tetapi kemudian beliau menjadikanku berposisi di sebelah kanan beliau. Beliau shalat lima raka’at, kemudian shalat lagi dua raka’at, kemudian beliau tidur. Aku mendengar suara dengkurannya yang samar-samar. Tidak berapa lama kemudian beliau bangun, lalu pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat shubuh” [HR. Bukhari no. 117, Muslim no. 763]. Muhammad bin Isma’il Ash-Shan’ani berkata : ”Kemudian perkataan Ibnu ‘Abbas : “Lalu beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam menjadikanku (berposisi) di sebelah kanan beliau” jelas menunjukkan bahwa ia (Ibnu ‘Abbas) berdiri sejajar dengan beliau. Dan dalam lafadh yang lain disebutkan (‫“ = )فقمت إلى جنبه‬Aku berdiri di samping beliau”. Dari sebagian shahabat Asy-Syafi’i menyukai/menganjurkan agar makmum berdiri sedikit di belakang (dari imam). Akan tetapi (hal itu terbantah) bahwasannya Ibnu Juraij telah meriwayatkan/berkata : Kami bertanya kepada ‘Atha’ : Seorang lakilaki shalat (berjama’ah) bersama seorang laki-laki (imam). Dimanakah posisi ia berdiri dari imam tersebut ?”. ‘Atha’ menjawab : “Di sebelahnya”. Aku berkata : “Apakah ia berdiri sejajar dengan imam sehingga berbaris ( = sebaris dengan imam), sehingga tidak ada selisih antara imam dan makmum ?”. ‘Atha’ menjawab lagi : 22

“Ya”. Aku berkata : “Apakah tempatnya tidak jauh sehingga tidak ada selang antara keduanya ?”. Beliau menjawab : “Ya”. Riwayat serupa (juga terdapat) dalam AlMuwaththa’ dari ‘Umar dari hadits Ibnu Mas’ud bahwasannya Ibnu Mas’ud satu shaff dengan ‘Umar dan ‘Umar menjadikan dia sejajar dengan ‘Umar di sebelah kanannya. [Subulus-Salaam 2/44]. [8] Menghindari tiang atau sesuatu lain dalam shaff (yang akan memutus kebersambungan shaff). Dari Mu’awiyyah bin Qurrah dari bapaknya radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : َ ‫ه صلى الله عليه‬ َ ‫عَلى‬ َ ‫ي‬ ّ ‫ص‬ ِ ‫ل الل‬ ِ ‫ه‬ ْ ‫هى أ‬ ْ ‫ع‬ ّ ‫ن ال‬ َ ْ ‫ف ب َي‬ َ ْ ‫ك ُّنا ن ُن‬ ْ ‫ر‬ ُ َ‫ن ن‬ ِ ‫و‬ ْ ‫د َرس‬ َ ‫س‬ ِ ‫وا‬ ً ‫ها طَْردا‬ ْ َ ُ‫ون ُطَرد‬ َ ْ ‫عن‬ َ ‫وسلم‬ “Kami dilarang untuk berbaris di antara tiang-tiang di jaman Rasulullah dan kami menyingkir darinya” (HR. Ibnu Majah no. 1002, Ibnu Khuzaimah no. 1567, dan Ibnu Hibban no. 2219; dengan sanad shahih). Dari Abdul Hamid bin Mahmud berkata : َ ‫صل ّيت م‬ َ َ ‫فت‬ َ ‫ي‬ َ ‫ة‬ ‫مَنا‬ ِ ُ‫فد‬ ِ ‫ع‬ ْ ‫ف‬ َ ‫م‬ ُ ْ ‫م ال‬ ِ ِ ‫مال‬ َ َ ُ ْ َ َ ‫و‬ ّ ‫عَنا إ َِلى ال‬ ْ ّ‫قد‬ ْ ‫ر‬ ْ ‫ج‬ َ ‫ن‬ َ ‫س‬ ْ َ‫ك ي‬ ِ ‫وا‬ ِ ْ‫س َ ب‬ ِ َ ‫ع أن‬ َ ُ َ َ ‫خْرَنا‬ َ َ ‫ه صلى الله عليه‬ ‫و‬ ‫رس‬ ‫د‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫لى‬ ‫ع‬ ‫ذا‬ ‫ه‬ ‫قي‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫نا‬ ‫ك‬ ‫نس‬ ‫أ‬ ‫ل‬ ‫قا‬ ‫ف‬ ّ َ ‫وت َأ‬ َ َ َ ِ ّ َ ّ َ ِ ‫ل الل‬ ِ ِ ْ َ ْ َ ‫وسلم‬ “Aku shalat bersama Anas bin Malik, dan kami terdesak (berbaris) pada tiang-tiang masjid. Sebagian di antara kami ada yang maju dan ada pula yang mundur. Maka Anas berkata : ‘Kami menghindari ini di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam” (HR. Abu Dawud no. 673, Ibnu Khuzaimah no. 1568, Ibnu Hibban no. 2218, dan lain-lain; dengan sanad shahih). Hadits di atas menunjukkan bahwa shaff sebaiknya menghindari jalur yang ada tiangnya, karena hal itu dapat memutuskan shaff. Hal ini dilakukan apabila memungkinkan, yaitu masjidnya luas. Namun apabila sempit, maka tidak mengapa insya Allah. *** Marilah kita membiasakan diri dan ‘memakmurkan’ sunnah-sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Sebagai penutup bahasan, apa yang menjadi maksud penulisan risalah singkat ini adalah sebagaimana dikatakan Nabi Hud dalam AlQur’an : ُ ‫ه‬ َ ‫ه‬ ِ ‫في‬ ِ ‫و‬ ِ ْ ‫وإ ِل َي‬ ِ ْ ‫عل َي‬ ِ ّ ‫ي إ ِل ّ ِبالل‬ ْ ِ‫إ‬ ْ َ‫ست َط‬ َ َ ‫صل‬ ُ ْ ‫وك ّل‬ ُ ‫ع‬ ْ ‫ما ا‬ َ ‫و‬ َ ‫ح‬ ْ ِ ‫ريدُ إ ِل ّ ال‬ َ ‫ت‬ َ َ‫ه ت‬ ْ َ ‫ما ت‬ َ ‫ت‬ َ ‫ق‬ ِ ‫نأ‬ ُ ‫ب‬ ُ ‫أِني‬ “Aku tidak bermaksud (kecuali) mendatangkan perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufiq bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali” [QS. Huud : 88].

23

Semoga bermanfaat. Wallaahu a’lam. Catatan kaki : [1] Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam telah bersabda :

”‫يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله فإن كانوا في القراءة سواء فأعلمهم‬ ‫ فإن كانوا في‬،‫ فإن كانوا في السنة سواءً فأقدمهم هجرة‬،‫بالسنة‬ َ ‫ل الّرج‬ ُ ‫ن الّرج‬ ‫ل‬ ّ ‫م‬ ّ ‫ سن ّا ً ول يؤ‬- ‫الهجرة سواءً فأقدمهم سلما ً – وفي رواية‬ ‫ ”يؤم‬:‫ وفي لفظ‬.“‫مِته إل بإذنه‬ َ ‫ر‬ ِ ْ ‫في سلطانه ول يقعد في بيته على تك‬ ً‫ فإن كانت قراءتهم سواء‬،‫القوم أقرؤهم لكتاب الله وأقدمهم قراءة‬...“ ”Yang berhak mengimami shalat adalah orang yang paling bagus atau paling banyak hafalan AlQur’annya. Kalau dalam Al-Qur’an kemampuannya sama, dipilih yang paling mengerti tentang Sunnah. Kalau dalam Sunnah juga sama, maka dipilih yang lebih dahulu berhijrah. Kalau dalam berhijrah sama, dipilih yang lebih dahulu masuk Islam”. Dalam riwayat lain : ”.....yang paling tua usianya”. Janganlah seseorang mengimami orang lain dalam wilayah kekuasannya, dan janganlah ia duduk di rumah orang lain di tempat duduk khusus/kehormatan untuk tuan rumah tersebut tanpa ijin darinya”. Dan dalam lafadh yang lain : ”Satu kaum diimami oleh orang yang paling pandai membaca Al-Qur’an di antara mereka dan yang paling berpengalaman membacanya. Kalau bacaan mereka sama.... (sama seperti lafadh sebelumnya)". [HR. Muslim no. 673]. [2] Caranya adalah : Imam yang udzur atau batal shalatnya tersebut memegang tangan salah seorang makmum di belakangnya yang menurutnya pantas untuk maju menggantikannya sebagai imam shalat. Dasarnya adalah atsar ‘Amru bin Maimun yang menceritakan :

‫إني لقائم ما بيني بينه )عمر بن الخطاب( إل عبد الله بن عباس غداة‬ ‫ قتلني أو أكلني الكلب‬:‫ فما هو إل أن كّبر فسمعته يقول‬......، ‫أصيب‬ ‫ فصلى‬.....،‫دمه‬ ّ ‫ وتناول عمر يد عبد الرحمن بن عوف فق‬....،‫حين طعنه‬ ‫بهم عبد الرحمن صلة خفيفة‬ ”Aku ketika itu sedang berdiri, sementara antara aku dengannya (yaitu ’Umar bin Al-Khaththab) hanya ada ’Abdullah bin ’Abbas - pada hari ketika beliau tertikam. Saat itu ’Umar hanya bertakbir dan aku mendengarnya berkata : ”Aku dibunuh atau aku dimakan oleh anjing” ; yaitu ketika beliau tertikam. ’Umar segera memegang tangan ’Abdurrahman bin ’Auf dan mengajukannya sebagai imam. ’Abdurrahman langsung shalat mengimami jama’ah secara ringkas” [HR. Bukhari no. 3497 dengan peringkasan]. Asy-Syaukani menjelaskan : ”Dalam hal itu ada indikasi yang membolehkan seorang imam mengambil pengganti ketika ia berhalangan sehingga tindakan itu harus diambil. Karena para shahabat membenarkan tindakan ’Umar dan tidak ada yang menyalahkannya, sehingga menjadi ijma’. Demikian juga tindakan serupa dilakukan oleh ’Ali dan para shahabat juga membenarkannya” [Nailul-Authaar 2/416]. [3] Kayu untuk anak panah ketika dipahat dan diasah menjadi anak panah. [4] Dalilnya adalah hadits Sahl bin Sa’d As-Saa’idy radliyallaahu ‘anhu :

‫أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ذهب إلى بني عمرو بن عوف ليصلح‬ ‫بينهم فحانت الصلة فجاء المؤذن إلى أبي بكر فقال أتصلي بالناس‬ ‫فأقيم قال نعم قال فصلى أبو بكر فجاء رسول الله صلى الله عليه‬ ‫وسلم والناس في الصلة فتخلص حتى وقف في الصف فصفق الناس‬ 24

‫وكان أبو بكر ل يلتفت في الصلة فلما أكثر الناس التصفيق التفت فرأى‬ ‫رسول الله صلى الله عليه وسلم فأشار إليه رسول الله صلى الله عليه‬ ‫وسلم أن امكث مكانك فرفع أبو بكر يديه فحمد الله عز وجل على ما‬ ‫أمره به رسول الله صلى الله عليه وسلم من ذلك ثم استأخر أبو بكر‬ ‫حتى استوى في الصف وتقدم النبي صلى الله عليه وسلم فصلى ثم‬ ‫انصرف فقال يا أبا بكر ما منعك أن تثبت إذ أمرتك قال أبو بكر ما كان‬ ‫لبن أبي قحافة أن يصلي بين يدي رسول الله صلى الله عليه وسلم‬ ‫فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم مالي رأيتكم أكثرتم التصفيق من‬ ‫نابه شيء في صلته فليسبح فإنه إذا سبح التفت إليه وإنما التصفيح‬ ‫للنساء‬ Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah pergi ke Bani ‘Amru bin ‘Auf untuk mendamaikan mereka. Datanglah waktu shalat, lalu muadzin datang menemui Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu dan berkata : “Maukah engkau shalat bersama manusia (dan menjadi imam) ? Akan aku kumandangkan iqamat sekarang”. Abu Bakr menjawab : “Ya”. Maka Abu Bakr pun shalat (dan menjadi imam bagi mereka). Datanglah Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam ketika manusia sedang menunaikan shalatnya. Beliau mengendap ke depan hingga masuk ke shaff makmum. Para makmum pun bertepuk tangan memberi isyarat, namun Abu Bakr tidak menoleh sedikitpun dalam shalatnya. Ketika semakin banyak makmum yang bertepuk tangan, Abu Bakr pun akhirnya menoleh dan melihat Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam. Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam memberikan isyarat kepadanya agar tetap diam di tempatnya (menjadi imam shalat). Abu Bakr mengangkat kedua tangannya, bertahmid kepada Allah ’azza wa jalla atas perintah Rasulullah kepada dirinya tersebut. Namun ia tetap mundur dan masuk ke dalam shaff makmum (yang ada di belakangnya). Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam pun maju menjadi imam. Ketika selesai, beliau bersabda : ”Wahai Abu Bakr, apa yang menghalangimu untuk tetap berada di tempatmu sebagaimana aku perintahkan ?”. Abu Bakr menjawab : ”Tidaklah pantas bagi seorang anak Abu Quhafah shalat di depan Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam” [HR. Bukhari no. 652 dan Muslim no. 421]. Hadits di atas menunjukkan bolehnya seorang imam atau makmum untuk maju atau mundur dari shaff karena satu sebab/keperluan dalam shalat. [5] Shaff paling baik bagi wanita adalah yang paling belakang ini berlaku ketika jama’ah bercampur antara laki-laki dan perempuan. Namun jika jama’ah hanya terdiri dari kaum wanita saja, maka shaff yang paling baik adalah yang terdepan sebagaimana keumuman hadits sebelumnya. Wallaahu a’lam. [6] Tanbih !! Termasuk kesalahan imam adalah ketika ia memerintahkan makmum untuk menyeimbangkan antara shaff yang sebelah kanan dengan shaff sebelah kiri ketika ia melihat para jama’ah lebih memilih shaff sebelah kanan. Samahatusy-Syaikh ’Abdul-’Aziz bin Baaz mengatakan :

‫ ول‬، ‫ أفضل من يساره‬، ‫ف‬ ّ ‫قد ثبت عن النبي ما يدل على أن يمين كل ص‬ ‫ ]اعدلوا الصف[ ول حرج أن يكون يمين الصف‬: ‫يشرع أن يقال للناس‬ ‫ن‬ ‫م‬ ْ َ )) : ‫ أما ما ذكره بعضهم من حديث‬. ‫ حرصا ً على تحصيل الفضل‬، ‫أكثر‬ ‫ فله أجران(( فل أعلم له أصل ً !! و الظهر أنه‬، ‫عمر مياسر الصفوف‬ ‫ أو ل‬، ‫ وضعه بعض الكسالى الذين ل يحرصون على يمين الصف‬، ‫موضوع‬ ‫ والله الهادي إلى سواء السبيل‬، ‫يسابقون إليه‬ ”Telah tetap dari Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam yang menunjukkan bahwasannya shaff di sebelah kanan itu lebih afdlal (utama) dibandingkan sebelah kiri. Tidaklah disyari’atkan (bagi imam) untuk mengatakan kepada makmum : ”Seimbangkanlah shaff”. Tidaklah mengapa jika makmum yang berada di sebelah kanan shaff itu lebih banyak (dibandingkan sebelah kiri) karena menginginkan keutamaannya. Adapun yang disebutkan oleh sebagian orang tentang hadits : ”Barangsiapa yang mengisi shaff sebelah kiri, maka baginya dua pahala” . Aku tidak mengetahui darimana hadits ini berasal. Bahkan hadits itu adalah hadits palsu, yang dipalsukan oleh sebagian orang-orang yang malas yang tidak bersemangat atau bergegas mengisi shaff sebelah kanan. Hanya Allah sajalah yang menunjukkan jalan yang benar” [Al-Fataawaa 1/61].

25

[7] Sebagai rujukan untuk muraja’ah, dapat dilihat kitab-kitab sebagai berikut : Al-Mughni (Ibnu Qudamah) 3/49, Nailul-Authar (Asy-Syaukani) 2/429, Asy-Syarhul-Mumti’ (Al-‘Utsaimin), dan yang lainnya. [8] Hal ini berlaku pada shalat wajib dan shalat sunnah secara umum yang antara makmum dan imam sejenis (laki-laki semua atau wanita semua). Adapun jika imamnya laki-laki dan makmumnya wanita, maka posisinya tetap sebagaimana biasa, yaitu imam di depan dan makmum di belakang. Kaifiyah ini dikecualikan untuk shalat jenazah berjama’ah. Imam tetap berada di depan makmum, berapapun jumlah makmum. Hal itu didasari oleh hadits ‘Abdullah bin Abi Thalhah disebutkan :

‫أن أبا طلحة دعا رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى عمير بن أبي‬ ‫طلحة حين توفي فأتاه رسول الله صلى الله عليه وسلم فصلى عليه في‬ ‫ وكان أبو طلحة‬، ‫ فتقدم رسول الله صلى الله عليه وسلم‬، ‫منزلهم‬ ‫ ولم يكن معهم غيرهم‬، ‫وراءه وأم سليم وراء أبي طلحة‬ “Bahwasannya Abu Thalhah pernah mengundang Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mendatangi ‘Umair bin Abi Thalhah pada saat itu ia meninggal dunia. Lalu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam datang menshalatkannya di tempat tinggal mereka. Beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam maju sedang Abu Thalhah di belakang beliau serta Ummu Sulaim di belakang Abu Thalhah. Dan tidak ada orang lain lagi bersama mereka” [HR. Hakim 1/365, Baihaqi 4/30 dan 31. Al-Hakim berkata : “Hadits ini shahih sesuai syarat Asy-Syaikhaan”. Pernyataan ini disepakati oleh Adz-Dzahabi. Akan tetapi perkataan Al-Hakim itu dibantah oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ahkaamul-Janaaiz yang mengatakan : Hadits itu shahih hanya berdasarkan syarat Muslim saja].

26

More Documents from "Saraswanto"