9. Referat Keseimbangan Asam Basa

  • Uploaded by: Dayanara Rebecca
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 9. Referat Keseimbangan Asam Basa as PDF for free.

More details

  • Words: 3,769
  • Pages: 19
Loading documents preview...
REFERAT

April 2017

“Keseimbangan Asam-Basa”

Nama

:

Dayanara Rebecca

No. Stambuk :

N 111 16 059

Pembimbing :

dr. Kartin Akune, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU 2017

1

BAB I PENDAHULUAN Istilah keseimbangan asam-basa merujuk kepada regulasi tepat konsentrasi ion hidrogen (H+) bebas (yaitu, tidak terikat) dalam cairan tubuh.Untuk menunjukkan konsentrasi suatu bahan kimia, simbolnya dikurung oleh tanda kurung persegi [H+ ]. Karena itu, [H+] menunjukkan konsetrasi H+.1 Asam adalah kelompok khusus bahan yang mengandung hidrogen yang terdisosiasi, atau terurai/terpisah ketika berada dalam larutan, yang membebaskan H+ dan anion (ion bermuatan negatif). Banyak bahan lain (misalnya karbohidrat juga mengandung hidrogen, tetapi senyawa ini tidak digolongkan sebagai asam karena hidrogennya terikat erat di dalam struktur molekul dan tidak pernah dilepaskan sebagai H+ bebas.Basa adalah suatu bahan yang dapat berikatan dengan H+ bebas dan menyingkirkannya dari larutan.Basa kuat dapat mengikat H+ lebih kuat daripada asam lemah.1 [H+] dalam cairan ekstraseluler normalnya adalah 4 x 10-8 atau 0,00000004 ekivalen per liter. Konsep pH dikembangkan untuk menyatakan [H+] secara lebih mudah. Secara spesifik, pH sama dengan logaritma (log) berbasis 10 dari kebalikan konsentrasi ion hidrogen: pH = log 1/[H+] Karena [H+] adalah denominator, maka [H+] yang tinggi menunjukkan pH yang rendah, dan sebaliknya.Semakin besar [H+], semakin besar angka yang harus membagi 1, maka semakin rendah pH.Ion H merupakan salah satu komponen ion-ion yang berada dalam cairan ekstrasel disamping ion Na dan ion K. ikatan ion H dengan protein yang bermuatan negatif sangat kuat dan lebih kuat dibandingkan dengan

2

ikatan ion Na dan ion K dengan protein. Meningkat atau berkurangnya ikatan ion H dengan protein akan mengubah muatan protein, bentuk molekul protein yang akhirnya menimbulkan kerusakan jaringan akibat perubahan fungsi protein. Konsekuensi dalam hal ini tubuh harus menjaga kadar ion H tetap dalam batas normal walaupun pembentukan asam maupun basa terus berlangsung dalam kehidupan manusia.1 pH H2O murni adalah 7,0 yang dianggap secara kimiawi sebagai larutan netral. Terjadi penguraian H2O dalam jumlah kecil menjadi ion hidrogen dan hidroksil (OH-).Karena OH- memiliki kemampuan dalam mengikat H+untuk kembali membentuk molekul H2O, maka zat ini disebut basa.Larutan dengan pH kurang dari 7 mengandung [H+] lebih tinggi daripada H2O murni dan dianggap asam.Sebaliknya, larutan dengan nilai pH lebih besar daripada 7 memiliki konsentrasi [H+] yang lebih rendah dan dianggap basa atau alkali.2 Seperti konstituen lainnya, pemasukan ion hidrogen harus diseimbangkan dengan pengeluaran yang sama agar [H+] di cairan tubuh konstan. Hanya kisaran pH yang sempit yang memungkinkan kehidupan, karena bahkan perubahan kecil pada [H+] menimbulkan efek dramatik pada fungsi sel normal.2

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen. Molekul yang mengandung atom-atom hidrogen yang dapat melepaskan ion ion hidrogen dalam larutan dikenal sebagai asam. Satu contoh adalah asam hidroklorida (HCl) yang berionisasi dalam air membentuk ion ion hidrogen (H+) dan ion klorida (Cl-). Demikian juga asam karbonat (H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat ( HCO3-).1 Basa adalah ion atau molekul yang dapat menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion bikarbonat, HCO3- adalah suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu ion hidrogen untuk membentuk H2CO3. Protein protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan akhir negatif siap menerima ion-ion hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah merah dan protein dalam sel-se tubuh yang lain merupakan basa-basa tubuh yang paling penting.2 Istilah “basa“ sering digunakan secara sinonim dengan “alkali”. Alkali adalah suatu molekul yang terbentuk dari kombinasi satu atau lebih logam alkali – natrium, kalium, litium, dan seterusnya dengan ion yang sangat mendasar seperti ion Hidroksil ( OH- ). Bagian dasar dari molekul-molekul ini bereaksi secara tepat dengan ion-ion hidrogen untuk menghilangkanya dari larutan dan oleh karena itu, merupakan basa-basa yang khas untuk alasan yang serupa, istilah “alkalis” merujuk pada kelebihan pengeluaran ion-ion hidrogen dari cairan tubuh, sebaliknya penambahan ion-ion hidrogen yang berlebihan dikenal sebagai “asidosis “.2 4

H+ di CES dalam keadaan normal adalah 4 x 10-8 atau 0,00000004 ekivalen per liter. Konsep pH telah diciptakan untuk menyatakan [H+] secara lebih sederhana. pH setara dengan logaritma (log) berbasis 10 dari kebalikan konsentrasi ion hidrogen : 1

pH = log [𝐻+] = - log [H+] pH = - log [0,00000004] pH = 7,4 Larutan yang memiliki pH kurang dari 7,0 mengandung [H+] yang lebih tinggi daripada H2O murni dan dianggap sebagai asam. Sebaliknya, larutan yang memiliki nilai pH lebih besar daripada 7,0 memiliki [H+] lebih rendah dan dianggap sebagai basa atau alkali.3 pH darah arteri dalam keadaan normal adalah 7,45 dan pH darah vena adalah 7,35, untuk pH darah rata-rata adalah 7,4. pH darah vena sedikit lebih rendah karena adanya H+ yang dihasilkan oleh pembentukan H2CO3 dari CO2 yang diserap di kapiler jaringan. Asidosis terjadi apabila pH darah turun di bawah 7,35 sementara alkalosis terjadi jika pH darah lebih dari 7,45.3 Pada keadaan normal, H+ secara terus menerus ditambahkan ke cairan tubuh dari tiga sumber berikut :4 1. Pembentukan asam karbonat. 2. Asam anorganik yang dihasilkan selama penguraian nutrien 3. Asam organik yang dihasilkan dari metabolisme perantara Dengan demikian, pembentukan ion hidrogen dalam keadaan normal berlangsung secara terus menerus akibat adanya berbagai aktivitas metabolik.4

5

2.2 Pengaturan keseimbangan asam-basa Pengaturan kadar ion H dimungkinkan dengan 3 cara, yaitu : a. Penyangga kimiawi di dalam maupun di luar sel Penyangga luar sel (extracellular buffer) sebagian besar dilakukan oleh ion HCO3, ion HCO3bermula dari hidrasi CO2 yang larut dalam cairan ekstraseluler

membentuk

asam

karbonat

(H2CO3).H2CO3kemudian

berdisosiasi menjadi ion H dan ion HCO3. Kadar H2CO3sangat rendah disbanding CO2-terlarut (1:340) dan ion HCO3 (1: 6800) sehingga reaksi di atas dapat disederhanakan menjadi CO2 + H2O ↔ H2O + HCO3-. Reaksi ke kiri dan ke kanan sama kuatnya sehingga bila ion H akan disangga oleh penyangga ion HCO3 membentuk H2CO3. Disamping itu, keberadaan ion H yang berlebih menyebabkan reaksi bergeser ke arah CO2 + H2O. Akibatnya CO2akan berlebih sehingga terjadi hiperventilasi pada paru untuk mengatur tekanan parsial CO2. Peningkatan ion H dalam plasma akan meningkatkan sekresi ion H dalam tubulus ginjal. Ion H di dalam tubulus akan berikatan dengan bikarbonat yang difiltrasi oleh glomerulus sehingga terdisosiasi menjadi H2O dan CO2 dengan bantuan enzim karbonik anhydrase dalam lumen tubulus proksimal. Secara pasif CO2 dan H2O akan direabsorbsi masuk ke dalam tubulus proksimal yang kemudian bereaksi dengan H2O membentuk ion HCO3. Ion HCO3 kemudian akan masuk ke dalam sirkulasi darah oleh kotranspor Na-3HCO3 pada membrane basolateral.2 Pada keadaan alkalosis metabolic, ion HCO3berlebih menyebabkan kadar ion H berkurang, reaksi aka bergeser ke kanan dan terjadi hipoventilasi untuk mempertahankan tekanan parsial CO2. Akibat penurunan kadar ion H, sekresi ion H I tubulus berkurang, sehingga reabsorbsi bikarbonat menurun. Bikarbonat kemudian dieksresi dalam bentuk Na-bikarbonat.2 Penyangga dalam sel (intracellular buffer) dan penyanggaan oleh tulang (bone buffer) sebagian besar dilakukan oleh protein, fosfat organik dan

6

inorganik. Hemoglobin dalam sel darah merah serta oleh disolusi mineral tulang berupa pelepasan CaCO3 dan CaHPO4 ke ekstrasel.3 Pada keadaan asidosis metabolik, penyanggan terjadi sebanyak 43% di luar sel dan 57% terjadi di dalam sel. Pada keadaan asidosis respiratori, penyanggaan terjadi sebanyak hanya 3% di luar sel dan sebagian besar (97%) terjadi di dalam sel.3 Sistem penyanggaan di dalam tubuh manusia terutama dilakukan oleh asam lemah yang dapat berdisosiasi sehingga memiliki kemampuan untuk menangkap atau melepaskan ion H. asam karbonat merupakan asam lemah yang terutama dalam sistem penyanggaan dalam tubuh manusia. Asam karbonat merupakan bentuk dari hidrasi CO2. Tekanan parsial CO2 dalam darah arteri adalah sama dengan tekanan CO2 dalam udara alveoli. Perubahan menjadi asidemi atau alkalemi adalah dipengaruhi oleh rasio antara PCO2 dan ion HCO3. Bila rasio meningkat maka kadar ion H naik (asidemi) dan bila rasio turun maka ion H akan menurun (alkalemi).4 pH darah arteri normalnya adalah 7,45 dan pH darah vena 7,35 untuk pH darah rerata 7,4, pH darah vena sediki lebih rendah (lebih asam) daripada darah arteri karena dihasilkan H+ dari pembentukan H2CO3 dari CO2 yang diserap di kapiler jaringan. Terjadi asidosis jika pH darah turun dibawah 7,35 dan alkalosis jika pH di atas 7,45. pH arteri yang <6,8 atau lebih dari 8,0 tidak memungkinkan hidup. Karena kematian terjadi jika pH arteri terletak di luar kisaran 6,8 dan 8,0 selama lebih dari beberapa detik, maka [H+] dalam cairan tubuh harus diatur secara cermat.4

b. Pengaturan tekanan parsial CO2 dengan cara pengaturan kecepatan ventilasi paru Sistem pernapasan berperan penting dalam keseimbangan asam-basa melalui kemampuannya mengubah ventilasi paru dan karenanya mengubah

7

eksresi CO2 penghasil H+. Tingkat aktivitas pernapasan sebagian diatur oleh [H+] arteri, sebagai berikut :2 -

Ketika [H+] arteri meningkat akibat kausa nonrespiratorik (metabolik), pusat pernapasan di batang otak secara refleks terangsang untuk meningkatkan ventilasi paru (kecepatan antara pertukaran gas dan atmosfer). Sewaktu kecepatan dan kedalaman napas bertambah, lebih banyak CO2 dihembuskan keluar sehingga H2CO3 yang ditambahkan dalam tubuh berkurang. Karena CO2 membentuk asam maka pengeluaran CO2 pada hakikatnya adalah menghilangkan asam dari sumber ini di tubuh, menghilangkan kelebihan asam yang berasal dari sumber nonrespiratorik.2

-

Sebaliknya, jika [H+] menurun, ventilasi paru berkurang. Akibatnya, pernapasan lebih dangkal dan lambat, CO2 yang diproduksi oleh metabolism

berdifusi

dari

sel

ke

darah

lebih

cepat

daripada

pengeluarannya dari darah oleh paru, sehingga terjadi akumulasi CO2 penghasil asam di darah, memulihkan [H+] menuju normal.2 Paru sangat penting dalam mempertahankan [H+]. Setiap hari organ ini mengeluarkan dari cairan tubuh H+ yang berasal dari asam karbonat dalam jumlah 100 kali lebih banyak dari yang dikeluarkan oleh ginjal dari sumber di luar asam karbonat. Selain itu, sistem pernapasan, melalui kemampuannya mengatur [CO2] arteri, dapat menyesuaikan jumlah H+ yang ditambahkan ke cairan tubuh dari sumber ini sesuai kebutuhan untuk memulihkan pH ke arah normal ketika terjadi fluktuasi [H+] dari sumber selain asam karbonat.2

c. Pengaturan kadar bikarbonat dalam plasma dengan cara pengaturan ekskresi ion H melalui ginjal. Ginjal mengontrol pH cairan tubuh dengan menyesuaikan tiga faktor yang saling berkaitan: 1) eskresi H+, 2) eksresi HCO3-, 3) sekresi ammonia (NH2). Asam terus menerus ditambahkan ke dalam cairan tubuh akibat aktivitas 8

metabolik, namun H+ yang dibentuk ini tidak boleh dibiarkan menumpuk. Meskipun sistem dapar tubuh dapat menahan perubahan pH dengan mengeluarkan H+ dari larutan namun produksi menetap produk-produk metabolik yang bersifat asam akhirnya akan melampaui kemampuan sistem penyangga. Hampir semua H+ diekskresikan di urin melalui sekresi.Besar sekresinya bergantung pada efek langsung status asam-basa plasma di sel tubulus ginjal.3 -

Ketika [H+] plasma yang mengalir melalui kapiler peritubulus meningkat di atas normal maka sel tubulus merespons dengan mensekresikan lebih banyak H+ dari plasma ke dalam cairan tubulus untuk dieksresikan di urin.

-

Sebaliknya, ketika [H+] lebih rendah daripada normal, ginjal menahan H+dengan mengurangi sekresi dan eksresi di urin.3 Ginjal mengatur [HCO3-] plasma melalui dua mekanisme yang saling

berkaitan: (1) reabsorbsi HCO3- yang terfiltrasi kembali ke plasma dalam julah bervariasi dan (2) penambahan HCO3- baru ke plasma dalam jumlah bervariasi. Kedua mekanisme ini berkaitan erat dengan sekresi H+ oleh tubulus ginjal. Setiap kali satu H+ disekresikan ke dalam cairan tubulus, satu HCO3- secara bersamaan ddipindahkan ke dalam plasma kapiler peritubulus.3 Bikarbonat difiltrasi secara bebas tetapi karena membran luminal sel tubulus impermeable terhadap HCO3- yang difiltrasi tersebut maka bahan ini tidak dapat berdifusi balik ke dalam sel. Karena itu, reabsorpsi HCO3- harus berlngsung secara tak langsung. Ion hidrogen yang disekresikan ke dalam cairan tubukus berikaan dengan HCO3- untuk membentuk H2CO3. Di bawah pengaruh karbonat anhidrase, yang terdapat di permukaan membran luminal, H2CO3 terurai CO2 dan H2O di dalam filtrat. Tidak seperti HCO3-, CO2 dapat dengan mudah menembus membran sel tubulus. Di dalam sel, CO2 dan H2O, di bawah pengaruh karbonat anhidrase intrasel, membentuk H2CO3, yang terurai menjadi H+ dan HCO3-. Karena dapa menembus membran basolateral sel tubulus maka HCO3- berdifusi secara pasif keluar sel menuju plasma 9

kapiler peritubulus. Sementara itu, H+ yang terbentuk disekresikan secara aktif. Karena HCO3- yang lenyap dari cairan tubulus disertai oleh kemunculan HCO3-baru di plasma maka pada hakikatnya HCO3- telah direabsorpsi. Meskipun HCO3- yang masuk ke plasma tidak sama dengan HCO3- yang terinfiltrasi nemun hasil akhir sama seperti jika HCO3- direabsorpsi secara langsung.4 Ketika [H+] plasma meningkat selama asidosis, lebih banyak H+ yang disekresikan daripada normal. Pada saat yang saama jumlah HCO3- yang terfiltrasi lebih rendah daripada normal karena lebih banyak HCO3- plasma yang digunakan dalam pendaparan kelebihan H+ di CES. Dalamm situasi yang berawanan pada alkalosis, laju sekresi H+ berkurang, sementara laju filtrasi HCO3- meningkat dibandingkan normal. Jika H+ plasma dibawah normal maka jumlah HCO3- yang menyangga H+ berkurang sehingga HCO3- plasma meningkat di atas normal. Akibatnya laju filtrasi HCO3- juga meningkat.4

2.3 Gangguan keseimbangan asam-basa 1.

Asidosis Respiratorik Asidosis respiratorik adalah akibat dari retensi abnormal CO2 karena hipervententilasi. Karena CO2 yang keluar dari paru lebih sedikit darripada normal maka peningkatan pembentukan dan penguraian H2CO3 yang terjadi menyebabkan peningkatan H+.5 Kemungkinan penyebab mencakup penyakit paru, depresi pusat pernapasan oleh obat atau penyakit, gangguan saraf atau otot yang mengurangi keampuan bernapas, atau bahkan hanya tindakan menahan napas.5

2.

Alkalosis Respiratorik Defek primer pada alkalosis respiratorik adalah pengeluaran berlebihan CO2 dari tubuh akibat hipervetilasi. Jika ventilasi paru meningkat

10

melebihi laju produksi CO2 maka CO2 yang keluar akan terlalu banyak. Akibatnya H2CO3 yang terbentuk berkurang dan H+ menurun.5 Kemungkinan penyebab alkalosis repiratorik mencakup demam, rasa cemas, dan keracunan aspirin, yang semuanya merangsang ventilasi secara berlebihan tanpa mempertimbangkan status O2, CO2, atau H+ di cairan ubuh. Alkalosis respiratorik juga terjadi karena mekanisme fisiologik di tempat tinggi.5 3.

Asidosis Metabolik Asidosis metabolik mencakup semua asidosis selain yang disebabkan oleh kelebihan CO2 di cairan tubuh. Pada keadaan tak terkompensasi, asidosis metabolik selalu ditandai oleh penurunan HCO3 plasma , sedangkan CO2 normal sehingga terbentuk rasio asidotik 10/1.5 Asidosis metabolik adalah jenis gangguan asam basa yang paling sering dijumpai, penyebabnya adalah diare berat, diabetes melitus, olahraga berat, dan asidosis uremik.5 Asidosis metabolik dapat terjadi pada : 

Pada hiperkalemia, gradien kimia yang melewati membran sel berkurang. Depolarisasi yang diakibatkannya akan mengurangi daya pendorong listrik untuk transpor HCO3 elektrogenik keluar dari sel. Hal ini memperlambat pengeluaran HCO3 di tubulus proksimal melalui kotranspor Na. akibatnya terjadi alkalosis intrasel yang menghambat pertukaran Na/H di lumen sehingga sekresi H terhambat, begitu pula dengan pembentukan HCO3 di sel tubulus proksimal. Akhirnya proses ini menimbulkan asidosis (ekstrasel).5



Penyebab lain penurunan eksresi H dan pembentukan HCO3 oleh ginjal adalah

gagal

ginjal,

defek

transpor

di

tubulus

ginjal,

dan

hipoaldosteronisme.5

11



PTH menghambat absorbsi HCO3 di tubulus proksimal, jadi pada hiperparatiroidisme, eksresi HCO3 oleh ginjal akan meningkat. Karena PTH secara bersamaan meningkatkan pengeluaran mineral dari alkali tulang, asidosis jarang terjadi. Kehilangan HCO3 dalam jumlah yang sangat banyak melalui ginjal terjadi jika karbonat anhidrase dihambat karena aktivitas enzim ini merupakan prasyarat absorbsi HCO3 di tubulus proksimal.5



Kehilangan bikarbonat dari usus terjadi pada muntah isi usus, diare dan fistula. Sejumlah besar enzim pankreas yang bersifat alkali, contohnya dapat hilang melalui fistula duktus pankreatikus.5



Karena hati memerlukan dua ion HCO3 ketika menggabungkan dua molekul NH4 pada pembentukan urea, peningkatan pembentukan urea dapat menyebabkan asidosis. Dengan cara ini. Suplai NH4Cl dapat menyebabkan asidosis.5 Asidosis metabolik diklasifikasikan menurut anion gap, baik normal

maupun meningkat. Anion gap menggambarkan perbedaan antara anion dan kation yang terukur.5 Anion gap = Na+ - (HCO3- + Cl-) Kation tak terukur yang utama adalah kalsium, magnesium, gamaglobulin, dan potasium. Anion yang tak terukur albumin, fosfat, sulfat, laktat, dan anion organik lainnya.5 Anion gap normal 12 ± 4 mEq/L.Gangguan non asam basa yang dapat mempengaruhi

interpretasi

anion

gap

adalah

hipoalbuminemia,

hipernatremia atau hiponatremia, antibiotik juga dapat mempengaruhi interpretasi anion gap. 5

12

4.

Alkalosis Metabolik Alkalosis metabolik adalah penutrunan H+ plasma akibat defisiensi relatif asam basa nonkarbonat. Gangguan asam basa yang berkaitan dengan peningkatan HCO3- yang pada keadaan tidak terkompensasi tidak disertai perubahan CO2. Keadaan ini timbul terutama karena muntah dan ingesti obat alkali.6 Sejumlah gangguan yang dapat menimbulkan alkalosis metabolik (nonrespiratorik) : 

Pada hipokalemia, gradien kimia untuk K+ yang melewati membran sel meningkat. Pada beberapa sel, hal ini menimbulkan hiperpolarisasi yang mendorong HCO3- yang lebih bermuatan negatif untuk keluar dari sel. Hiperpolarisasi, contohnya meningkatkan pengeluaran HCO3dari sel tubulus proksimal melalui kotranspor Na. akibatnya terjadi asidosis intrasel yang akan merangsang pertukaran Na/H di lumen dan juga meningkatkan sekresi H serta pembentukan HCO3 di sel tubulus proksimal. Akhirnya kedua proses tadi menyebabkan alkalosis.6



Pada keadaan muntah yang disertai dengan pengeluaran isi lambung, tubuh akan kehilangan H. jika HCl yang dihasilkan oleh sel parietal dikeluarkan, yang tersisa sekarang hanya HCO3. Normalnya HCO3 yang dibentuk di lambung akan digunakan kembali di duodenum untuk menetralisir

isi

lambung

yang

asam

dan

hanya

sementara

menimbulkan alkalosis ringan.5 

Muntah juga mengurangi volume darah. Edema serta kehilangan cairan melalui ginjal dan ekstarenal dapat pula menimbulkan pengurangan volume. Volume darah yang berkurang merangsang pertukaran Na/H di tubulus proksimal dan mendorong peningkatan reabsorbsi HCO3 oleh ginjal, meskipun pada keadaan alkalosis.5

13



Aldosteron yang dilepaskan pada keadaan hipovolemia merangsang sekresi H di nefron bagian distal. Jadi, kemampuan ginjal untuk membuang HCO3 menjadi berkurang dan akibatnya terjadi alkalosis karena pengurangan volue. Hiperaldosteronisme dapat menimbulkan alkalosis tanpa terjadi pengurangan volume.7



PTH umumnya menghambat absorbsi HCO3 di tubulus proksimal. Oleh karena itu, hipoparatiroidisme dapat menimbulkan alkalosis.7



Hati dapat membentuk glutamin atau urea dari NH4 melalui katabolisme asam amino. Pembentukan urea selain memerlukan 2 HCO3 yang hilang jika urine dieksresikan, juga memerlukan NH4. Pada gagal hati, pembentukan urea di hati menurun, hati menggunakan HCO3 yang lebih sedikit sehingga terjadi alkalosis. Akan tetapi, pada gagal hati lebih sering terjadi alkalosis respiratorik karena kerusakan pada neuron pernapasan.8



Peningkatan suplai garam alkali atau pengeluaran garam alkali dari tulang.8

2.4 Analisa Gas Darah Analisis gas darah merupakan pemeriksaan untuk mengukur keasaman (pH), jumlah oksigen dan karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan mengambil karbondioksida dari dalam darah. Analisis gas darah meliputi pemeriksaan PO2, PCO3, pH, HCO3, dan saturasi O2.9

a. Manfaat Mengevaluasi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida, fungsi pernafasan (termasuk hipoksia dan status asam-basa), dan beberapa penyakit pernafasan

14

seperti asma dan penyakit pulmonari obstrukstif kronik, serta emboli (termasuk emboli lipid) dan pembedahan arteri koroner.9

b. Indikasi Umum : 1. Abnormalitas Pertukaran Gas o Penyakit paru akut dan kronis o Gagal nafas akut o Penyakit Jantung o Pemeriksaan Keadaan Pulmoner (rest dan exercise) 2. Gangguan Asam Basa o Asidosis metabolic o Alkalosis metabolic. 9

c. Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah (AGD) 1. Interpretasi Hasil Pemeriksaan pH Serum pH menggambarkan keseimbangan asam basa dalam tubuh. Sumber ion hidrogen dalam tubuh meliputi asam volatil dan campuran asam (seperti asam laktat dan asam keto).9 Nilai normal pH serum :  Nilai normal

: 7.35 - 7.45

 Nilai kritis

: < 7.25 - 7.55

2. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PaCO2 ) PaCO2 menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2 yang terlarut dalam plasma. Dapat digunakan untuk menetukan efektifitas ventilasi dan keadaan asam basa dalam darah.10 Nilai Normal : 35 - 45 mmHg

SI

: 4.7 - 6.0 kPa

3. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Oksigen (PaO2 )

15

PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah oksigen yang terlarut dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan paru-paru dalam menyediakan oksigen bagi darah.10 Nilai Normal (suhu kamar, tergantung umur) ; 75 - 100 mmHg SI : 10 - 13.3 kPa 4.

Interpretasi Hasil Saturasi Oksigen (SaO2) Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi total oksigen yang terikat pada hemoglobin.11 Nilai Normal : 95 - 99 % O2

5.

Interpretasi Hasil Pemeriksaan Karbon Dioksida (CO2) Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion bikarbonat, 5% sebagai larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat. Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. Oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.11 Nilai Normal Karbon Dioksida (CO2)

: 22 - 32 mEq/L

SI : 22 - 32 mmol/L Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama yang bersifat asam dan diatur oleh paru-paru. oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.11 6. Anion Gap (AG) Anion gap digunakan untuk mendiagnosis asidosis metabolik. Perhitungan menggunakan elektrolit yang tersedia dapat membantu perhitungan kation dan anion yang tidak terukur. Kation dan anion yang tidak terukur termasuk Ca+ dan Mg2+. Anion yang tidak terukur meliputi protein, posfat sulfat dan asam organik. Anion gap dapat dihitung menggunakan dua pendekatan yang berbeda.11 16

Na+ - (Cl- + HCO3) atau Na + K - (Cl + HCO3) = AG Nilai Normal Pemeriksaan Anion Gap : 13 - 17 mEq/L. 11

17

BAB III PENUTUP Dari uraian dalam pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Keseimbangan asam-basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen ([H+]) pada cairan tubuh. Asam terus menerus diproduksi dalam metabolisme yang normal. Meskipun terbentuk banyak asam sebagai hasil metabolisme, namun ([H+]) cairan tubuh tetap rendah. Meskipun rendah, kadar ([H+]) yang stabil perlu dipertahankan agar fungsi sel dapat berjalan normal, karena sedikit fluktuasi (naik turun) sangat mempengaruhi aktivitas enzim sel. Perubahan ([H+]) yang relatif kecil dapat sangat mempengaruhi hidup seseorang karena berefek terhadap enzim sel. 2. Terdapat tiga mekanisme pengaturan ini berbeda dalam kecepatan dan keefektifannya untuk mempertahankan kekonstanan pH sesuai dengan bertambah atau berkurangnya asam atau basa dalam tubuh. a) Respon segera (dalam beberapa detik) terhadap bertambah atau berkurangnya H+ adalah buffer kimiawi ion H+ oleh sistem buffer ECF dan ICF. b)

Usaha kedua untuk menstabilkan konsentrasi ion H+

adalah dengan

mengendalikan kadar CO2 pernapasan dalam cairan tubuh melalui ventilasi alveolar. c) Terakhir, usaha pemulihan pH agar tetap normal pada gangguan asam basa bergantung pada pengaturan ginjal terhadap keadaan bikarbonat dalam cairan tubuh. 3. Terdapat berbagai gangguan keseimbangan asam basa dalam tubuh yang dapat ditimbulkan diantaranya adalah asidosis metabolik, alkalosis metabolik, asidosis respiratorik, alkalosis respiratorik dan gangguan asam basa campuran yang dapat ditangani berdasarkan gamabaran klinis dan gejala yang muncul.

18

DAFTAR PUSTAKA 1. Sudoyo, A.W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing. 2012. 2. Sherwood, L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta: EGC. 2012. 3. McCann, J. A. S. Nursing Procedures.4th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2004. 4. Wilson.D.D. Understanding Laboratory and Diagnostik Tests. Philadelphia: Lippincolt. 1997. 5. Potter,P.A. & Perry, A.G. Fundamental Of Nursing: Concept,Process and Practice.4th Ed. St. Louise, MI: Elsevier Mosby,Inc.1997 6. Ismoedijanto. Progress and challenges toward Acid-Base in Indonesia. Department of Child Health, School of Medicine: Airlangga University Surabaya Indonesia. Vol 34 ; 3. 2003. 7. WHO. Acid-Base. World Heart Organisztion . 2005. 8. UNICEF. Issues from the final push. UNICEF Country Office EPI Update: Nigeria Press. 2008. 9. Julius E. Suryawidjaja. Uji Analisis Gas Darah. Universa Medicina, 24 (2). 2005. 10. Herremans T, Reimerink J, Buisman A, Kimman T, Koopmasn T. Induction of mucosal immunity by acid base disturb. 2007. 11. Estrada, Benjamin MD. Mechanical Human Body. Last Updated : Aug, 15th 2007. (available from : http://emedicine.medscape.com/article/967950overview, cited on : April, 17th 2016).

19

Related Documents


More Documents from "masruri123"