Accimap Dan Hpc Kel.1

  • Uploaded by: milka
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Accimap Dan Hpc Kel.1 as PDF for free.

More details

  • Words: 1,755
  • Pages: 10
Loading documents preview...
ANALISIS HPC (HUMAN PERFORMANCE CONSIDERATION) DAN ACCIMAP ANALYSIS PADA KASUS KECELAKAAN KERJA

Disusun Oleh:

Kelompok Nama Anggota

Kelas

: 01 : Milka Suci Icha Putri M. Rijal Ubaidillah Natiqa Mutafania Prastiti Tita Ayu Pradita : K3-VIB

(0516040050) (0516040088) (0517040035) (0517040045)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 2020

Milka Suci Icha Putri K3-VIB

(0516040050)

Kasus Kecelakaan PT. Alpen Food Indonesia (Es Krim Aice) Jari Buruh Terpotong Jari Buruh Terpotong, Pabrik Aice Didesak Perbaiki Keamanan

Oleh: Dieqy Hasbi Widhana - 8 Desember 2017

tirto.id - Kecelakaan kerja kembali menimpa buruh PT Alpen Food Indonesia (AFI) yang memproduksi es krim Aice. Insiden serupa pernah terjadi sebelumnya, tapi PT AFI belum serius melindungi buruh dari ancaman kecelakaan kerja. Kejadian ini menimpa Nunu Anugrah, 27 tahun, buruh bagian produksi PT Alpen Food Indonesia (AFI) yang sudah bekerja satu tahun empat bulan, pada Rabu 6 Desember 2017, pukul 22.30 WIB. Saat kejadian, Nunu sedang membersihkan mesin pemotong yang tajam di penghujung jam kerjanya. Tiba-tiba Nunu berlari keluar pabrik dengan darah berceceran di setiap bekas langkahnya. Menurut kakak sepupu Nunu, 27 tahun, kala itu Nunu bergegas mencari pertolongan awal. Sang kakak yang juga buruh PT AFI ini menerangkan satu ruas jari tengah tangan kiri Nunu terpotong mesin produksi. Beberapa buruh kemudian membawanya dengan sepeda motor ke Rumah Sakit Medika Narom yang berjarak sekitar 3,2 kilometer. “Rumah sakit kecil itu tidak bisa menangani, [Nunu] dibawa pulang lagi ke pabrik,” ungkap kakak sepupu Nunu yang enggan nama terangnya dipublikasikan. Dia yang membawa potongan jari Nunu hingga saat ini. Nunu lalu duduk bersandar tembok di pos satpam PT AFI. Dia lemas dan wajahnya pucat. Jarinya yang buntung dibalut perban. PT AFI tak menyediakan kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Para buruh biasanya patungan Rp5 ribu per orang tiap bulan untuk menyediakan isi kotak P3K. Saat itu, Nunu masih menunggu pihak PT AFI meminjami mobil untuk membawanya ke rumah sakit. Setelah melalui proses perizinan yang rumit, Nunu dibawa ke RSUD Cibitung. Rumah sakit itu tak mau menerima Nunu dengan alasan pasien sudah penuh. Dia juga ditolak RSUD Tambun dengan alasan yang sama. Nunu akhirnya dibawa ke RS Karya Medika II sekitar jam 1.15 dinihari, Kamis (7/12/2017). Di rumah sakit itu tak ada dokter yang berjaga hingga larut malam, akan tetapi ia mendapat

pertolongan pertama, diperban ulang, dan ditempatkan di salah satu ruang inap. Kamis sore sekitar pukul 15.00 WIB, Nunu dioperasi. Saat kecelakaan kerja terjadi, Nunu hanya mengenakan masker, seragam, dan sepatu sepanjang mata kaki yang terbuat dari karet. Perlengkapan semacam itu dikenakan setiap buruh saban harinya, padahal para buruh bekerja di lingkungan yang berair, licin, terkadang gas amonia bocor, dan berada di antara mesin yang memiliki pisau tajam. “Harusnya jangan sampai ada kejadian fatal kayak gini, kehilangan organ tubuh,” lanjut kakak sepupu Nunu. “Ini kerugian seumur hidup. Harusnya lebih pentingkan keamanan diri bagi karyawannya.” Insiden Berulang tapi Perusahaan Enggan Disalahkan Kecelakaan kerja di PT AFI terjadi secara berulang. Sebelum Nunu, nasib serupa pernah menimpa Gugun Gumilar, 24 tahun. Di tulisan kami sebelumnya mengisahkan, bagaimana Gugun tak sanggup melihat potongan jarinya sendiri yang dikembalikan dokter untuknya. Setiap hari ia mengurus pemotongan plastik pembungkus es krim Aice. Dalam sehari, ia harus memotong 12 gulungan plastik. Setiap gulungan sepanjang 1.200 meter. Jika dikalkulasi dalam sehari, Gugun memotong 14,4 kilometer plastik es krim Aice. Selasa, 16 Mei 2017, mesin pemotong bermasalah. Ia bergegas memanggil pekerja bagian mekanik. Saat diminta petugas mekanik untuk menarik plastik yang tersangkut mesin, tanpa berpikir panjang Gugun melakukannya. Jarinya terpotong. Darah mengucur deras. Peristiwa itu berlangsung cepat. Gugun dibawa ke rumah sakit terdekat, Rumah Sakit Aprilia Medika di Setu, Cikarang. Kini jarinya yang terpotong sering ngilu. Ia kehilangan kekuatan untuk menggenggam. Oleh karena itu, Ketua Serikat Gerakan Buruh Bumi Indonesia (SGBBI), Panji Novembri mendesak PT AFI mengevaluasi internal perusahaan terkait upaya menghindari buruh dari ancaman kecelakaan kerja. “Jangan sampai ada korban-korban lagi,” ungkapnya. Kecelakaan kerja berupa putusnya bagian tubuh tertentu ini hanya sebagian kecil dari lalainya PT AFI dalam melindungi buruhnya. Permasalahan lain yang kami dapati ialah para buruh yang menderita sering pingsan, lambung perih, dan bronkitis karena sering menghisap gas beracun amoniak di tempat kerja. Humas Aice Group Holdings Pte. Ltd, Sylvana Zhong Xin Yun, menganggap Nunu telah melakukan pelanggaran Standar Operasional Prosedur (SOP) dan standar keselamatan kerja PT AFI. “Terdapat standar keamanan penggunaan mesin dan perlengkapan kerja karyawan yang telah disosialisasikan namun tidak ditaati,” ucapnya. Dia juga enggan menjawab ketika ditanya, apa perusahaan akan melakukan evaluasi internal karena telah

mencelakakan buruh secara berulang. Peraturan yang disebut Sylvana menyangkut baju seragam, sepatu kerja, masker, penutup kepala, dan sarung tangan. Selain itu juga terkait standar keamanan penggunaan mesin. Menurutnya semua aturan itu disosialisasikan setiap hari. Dia juga mengklaim pihak PT AFI telah membantu pertolongan pertama Nunu untuk membawa ke rumah sakit. Selain itu menurutnya, PT AFI telah membantu pertolongan pertama berupa membalut bagian jari Nunu yang terpotong dengan perban. Padahal perban tersebut hasil patungan para buruh, bukan disediakan oleh pihak perusahaan. “Hingga saat ini, perusahaan masih terus mendampingi karyawan di Rumah Sakit untuk memastikan karyawan mendapat perawatan yang terbaik dan akan memberikan santunan kecelakaan sesuai dengan peraturan yang berlaku,” ujarnya. Berdasarkan Pasal 31 Ayat (1) UU SJSN, buruh yang menjadi korban kecelakaan kerja berhak mendapat layanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya. Selain itu korban juga berhak mendapat uang tunai apabila mengalami kerugian berupa cacat permanen. Sedangkan Pasal 9 UU Jamsostek dan Pasal 12 Ayat (1) dan Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, sebagaimana diubah PP 84/2013, korban berhak mendapat biaya transportasi hingga ke rumah sakit atau rumahnya, seluruh biaya ketika dirawat di rumah sakit termasuk rawat jalan, dan biaya rehabilitasi berupa alat bantu atau alat ganti bagi tenaga kerja yang anggota badannya hilang atau tidak berfungsi akibat kecelakaan kerja. Selain itu, korban kecelakaan kerja berhak mendapat santunan sementara karena tak mampu bekerja dan santunan cacat permanen.

TABEL IDENTIFIKASI LEVEL ACCIMAP

LEVEL DEFINITIONS EXTERNAL

Government

Financial Issues Perusahaan tidak mempunyai anggaran penyediaan APD untuk pekerja sesuai dengan jenis pekerjaannya

ORGANISASI/ PERUSAHAAN

Communication and Information Kurangnya informasi mengenai bahaya pada mesin, cara menanggulangi, dan prosedur LOTO (akibat tidak adanya safety briefing) Kurangnya pengawasan SPV dan Koord. HSE pada saat housekeeping atau kecelakaan terjadi Manual dan Prosedur Prosedur yang sulit dipahami dan dimengerti Risk Management Perusahaan tidak melanjutkan tinjauan berkelanjutan thd SMK3 yg telah ada, akibatnya tidak ada penilaian resiko

CATEGORIES OF CAUSES Regulatory Bodies Tidak adanya audit eksternal perusahaan terhadap pihak DEPNAKER Equipment and Design Kurangnya perawatan dan pengujian rutin pada mesin pemotong

Society Riwayat kecelakaan sebelumnya Defences / Sistem Pertahanan Design mesin pemotong yang tidak terdapat barrier

Kondisi perlatan kerja yang berantakan pada saat housekeeping

Tidak adanya sistem penanda bahaya yang iintergrasikan dengan mesin

Audit dan Peraturan Tidak adanya audit internal manajemen Tidak adanya inspeksi pd mesin pemotong secara rutin, dan hanya dilakukan pd saat tdpt kerusakan alat Perlunya penmgaturan jam kerja pekerja yang sesuai Manajemen keuangan yang buruk Human Resources

APD pekerja yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaannya Budaya Organisasi Ketidakpatuhan perusahaan untuk menerapkan SMK3 yg telah ada Training Kurangnya training thd pekerja Kurangnya training thd SPV yg hanya memiliki pelatihan kepemimpinan TD Kurangnya training terhadap pekerja, terutama yg berhubungan langsung dengan mesin/ operator

HRD yang tidak tepat dlm memilih SPV dan HSE yg kompeten

Tidak adanya sistem pelaporan dan perbaikan tindakan atas kecelakaan yg pernah terjadi Faktor Fisik, Proses, dan Kondisi Kondisi peralatan kerja yang berantakan di sekitar mesin pemotong pd saat housekeeping FAKTOR FISIK/ Kondisi penerangan yg tidak memadai pd saat housekeeping PEKERJA, PROSES, DAN Mesin pemotong yg bergerak secara otomatis pd saat KONDISI kejadian kecelakaan Mesin pemotong masih dalam keadaan menyala saat proses housekeeping

Faktor Pekerja, dan Kondisi Kurangnya kewaspadaan pekerja terhadap sumber bahaya Pekerja mengalami kelelahan Pekerja terburu-buru pada saat melakukan housekeeping karena telah larut malam Pekerja bekerja dalam keadaan tidak aman tanpa APD (unsafe condition)

BAGAN ACCIMAP

EXTERNAL

Tidak adanya audit eksternal (Pihak DEPNAKER)

Riwayat kecelakaan sebelumnya

ORGANISASI

Tidak adanya audit internal perusahaan PT. Aice

Tidak adanya sistem pelaporan dan tindakan perbaikan yg memadai

HRD yang tidak tidak tepat dalam memilih SPV dan HSE Koordinator

SPV dan HSE Koordiantor yang tidak kompeten

Kurangnya info LOTO kpd pekerja

A

Prosedur sulit dimengerti dan dipahami

Kurangnya pengawasan SPV dan HSE

B

Tidak adanya training kpd pekerja

Tidak adanya sistem penanda F bahaya pada mesin

Tidak adanya pengaturan jam kerja

C

Tidak adanya inspeksi pd mesin pemotong secara rutin

Manajemen keuangan yang buruk

Perusahaan tidak mempunyai anggaran APD

Tidak adanya sistem penanda bahya pd mesin

Kurangnya maintenance mesin

Perusahaan tdk menyediakan APD sesuai jenis pekerjaan

E

D

Tidak terdapat barrier pada mesin

A

B

Mesin pemotong masih menyala pada saat housekeeping

Kondisi peralatan bekerja yg berantakan

Kondisi penerangan yg tdk memadai

C

Pekerja kelelahan

Pekerja terburu-buru

F

E

D

Safety Perception pekerja yang salah

Pekerja bekerja dalam keadaan tidak aman

Mesin bergerak ke bawah secara otomatis

Kurangnya kewaspadaan pekerja pada saat housekeeping

Jari pekerja terpotong mesin pemotong pd saat housekeeping

FAKTOR FISIK/PEKERJA, PROSES, DAN KONDISI

OUTCOME

SAFETY RECOMMENDATION: Engineering Control: 1. Melalukan maintenance pada seluruh mesin yang digunakan, termasuk mesin pemotong 2. Memberikan barrier pada mesin pemotong, sehingga tidak langsung bersentuhan dengan tangan operator Administrative Control: 3. Mengadakan audit internal perusahaan, terkait prosedur keselamatan, dan manajemen keuangan 4. Mengadakan training sesuai kebutuhan untuk pekerja, para SPV, dan HSE Koordinator yang kurang kompeten 5. Mengundang pihak DEPNAKER untuk melakukan audit eksternal 6. Mengadakan inspeksi dan pengujian secara rutin terhadap semua mesin yang digunakan 7. Melakukan pengaturan jam kerja yang sesuai APD: 8. Menyediakan APD untuk pekerja sesuai dengan jenis pekerjaan, dan jenis bahaya yang dihadapi. Dalam kasus ini, pekerja memerlukan APD berupa cattle pack, safety helmet, leather glove, serta safety shoes anti licin.

TABEL ERROR PRECURSORS TWIN (The Following Task/ Ask Demands, Work Environment, Individual Capabilities, and Human Nature) ANALYSIS MATRIX ASK DEMANDS 1.

1. Pekerja terburu-buru dalam melakukan housekeeping karena waktu larut malam 2. Tidak jelasnya prosedur keselamatan LOTO yang diberikan

2.

3.

4. WORK ENVIRONMENT 1. Kondisi mesin pemotong yang tibatiba turun secara otomatis saat dilakukan housekeeping 2. Kondisi peralatan kerja yang berserakan dan mengganggu pada saat kejadian kecelakaan 3. Kondisi penerangan yang tidak memadai pada saat kejadian kecelakaan

INDIVIDUAL CAPABILITIES Kurangnya pengetahuan pekerja akan bahaya yg terjadi, akibat tidak adanya training operator mesin pemotong Etika yang tidak aman, karena bekerja dalam kondisi tidak menggunakan APD yang lengkap Komunikasi pekerja dengan pekerja lain kurang baik sehinga housekeeping dilakukan secara pribadi Pekerja mengalami kelelahan karena pekerjaan dilakukan malam hari HUMAN NATURE

1. Safety perception pekerja yang mengentengkan tentang bahaya yg mungkin terjadi pada mesin pemotong 2. Kondisi pekerja yang terlupa tidak menerapkan prosedur LOTO pada saat housekeeping

Related Documents


More Documents from "fdfhfdhdgh"