Acikita-buku-how To Explore Your Child Ability Menggali Potensi Anak Sejak Usia Dini-edisi-2-10052013

  • Uploaded by: Wahyu Puji Yuwono
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Acikita-buku-how To Explore Your Child Ability Menggali Potensi Anak Sejak Usia Dini-edisi-2-10052013 as PDF for free.

More details

  • Words: 34,051
  • Pages: 233
Loading documents preview...
I l l us t r a t or :Na j mi Az i z a hPr i ha di( 5t a hun)

How to Explore Your Child Ability Menggali Potensi Anak Sejak Usia Dini Penulis Setting/Layout Illustrator Design sampul Penerbit Cetakan pertama Cetakan kedua Jumlah halaman Kategori buku ISBN

: : : : : : : : : :

Jumiarti Agus Aku Cinta Indonesia Najmi Azizah Prihardi (5tahun) Jumiarti Agus Aku Cinta Indonesia Publishing Juni 2007/06/12 April 2013/04/20 viii + 164 Non Fiksi / Parenting Book 978-979-16415-0-0

Silahkan menyebarluaskan isi buku ini, untuk perbaikan generasi masa depan bangsa. Semoga para Ibu, pendidik makin bergiat dalam menggali potensi anak anak kita.

i

Tentang Cover Buku Cover buku dirancang oleh penulis berdasarkan sumbangan ide dari rekan-rekan yang merupakan contact penulis di Multiply. Gambar yang disertakan pada cover adalah karya Najmi. Gambar ini merupakan pilihan terbanyak dari rekan-rekan di Multiply. Judul buku dalam bahasa Inggris ditulis oleh Najmi.

ii

Kata Pengantar Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena penulis

telah

diberikan

kesempatan

untuk

merampungkan

penulisan buku ini. Terima kasih banyak penulis sampaikan untuk suami tercinta yang telah memberikan banyak pengertian, sehingga penulis punya banyak waktu untuk mencurahkan segala ide dan pikiran untuk sebuah karya ini. Juga terima kasih kepada putri tercinta, Najmi, yang merupakan sumber inspirasi untuk terlahirnya karya ini. Terimakasih kepada

teman-teman di

Multiply,

yang

telah

memberikan ide untuk cover buku ini. Semoga sumbang saran dari rekan semua dibalas dengan pahala yang setimpal oleh Allah. Amiin. Terimakasih yang mendalam penulis sampaikan buat ananda Najmi yang telah menjadi illustrator tunggal dalam buku ini. Semua illustrasi yang disertakan di buku ini merupakan karya Najmi. Terimakasih juga atas kesediaan ananda untuk menuliskan title dalam bahasa Inggris dengan tulisan tangan yang berwarna warni. Buku ini ditulis berdasarkan minat dari banyak rekan yang ingin mengetahui lebih jauh tentang kiat yang penulis lakukan terhadap buah hati sendiri. Apalagi mereka adalah Ibu-Ibu muda yang tinggal di luar negri. Sehingga akhirnya penulis tergerak untuk iii

membuat tulisan parenting, dengan tujuan untuk berbagi kepada yang lain. Tulisan ini juga dimaksudkan sebagai wujud kepeduliaan penulis terhadap para ibu dalam menggali potensi anak-anak Indonesia, terhadap generasi mendatang, dalam rangka menciptakan anak yang berpotensi di masa depan. Walau bagaimana pun merekalah yang akan melanjutkan pengelolaan di bumi pertiwi kita. Apa untungnya mengeksplorasi (menggali) bakat anak?. Bakat atau potensi tidak muncul begitu saja namun melalui proses yang panjang. Semakin dini potensi anak dieksplorasi (digali) oleh orangtua, akan semakin mudah mengatur, membina dan mendidik anak. Anak juga tidak rewel baik di rumah atau bila diajak berpergian, karena dia telah punya aktivitas rutin berkarya dan mengembangkan bakatnya. Bila dari kecil anak telah terbiasa memanfaatkan waktu dan berkarya, tentunya di saat dewasa anak akan menjadi insan yang selalu

berkarya,

berkreasi,

dan

berinovasi

tanpa

pernah

kehilangan ide. Anak-anak Indonesia akan berani mencipta, dan bukan menjadi bangsa pemakai saja. Anak-anak Indonesia masa depan tidak takut untuk tidak bisa hidup, karena mereka mempunyai potensi diri yang unik yang mungkin saja bisa menjadi bekal untuk bisa hidup layak dengan ekonomi yang sehat, dan tanpa korupsi. Insyaallah! Inilah harapan penulis, semoga menjadi kenyataan hendaknya. Aamiin. iv

“InsyaAllah dengan menggali potensi anak sejak usia dini, merupakan salah satu cara untuk memutus rantai permasalahan bangsa” Bila sebelumnya penulis membaca data dan menganalisisnya dari penelitian yang penulis lakukan di laboratorium, maka untuk hal ini penelitian penulis lakukan terhadap anak sendiri. Setiap ada hal yang menarik dari Najmi, penulis catat pada buku kecil yang selalu penulis bawa bila bersama Najmi, baik di dalam maupun di luar rumah. Data-data yang dipaparkan di sini berlangsung sejak Najmi kecil hingga berusia hampir mendekati 5 tahun. Dalam

buku

ini

dibahas

bagaimana

cara

mengeksplorasi

(menggali) potensi anak sejak usia dini, sehubungan dengan munculnya bakat Najmi dalam bidang menggambar. Berawal dari sebuah coretan, hingga akhirnya Najmi mempunyai aktivitas rutin menggambar dan membuat karya-karya unik tanpa modal yang bisa dijadikan sebagai alat mainan bagi anak seusia Najmi. Bukan itu saja, Najmi pun membuat pajangan unik. Karya Najmi dipajang di rumah serta di meja kerja sang Papi. Ini semua bisa dibaca pada bab 2 Pada

bab

3,

penulis

komunikasi

pada

komunikasi

dengan

memaparkan

anak, anak

yang usia

kiat

ditampilkan 5

tahun.

menggali

potensi

dalam

cuplikan

Bagaimana

cara

menghadapi anak 5 tahun yang sudah mulai kritis, tanggap akan lingkungan, namun masih punya tantrum, atau keinginan akan v

sesuatu yang bersifat memaksa orang tua. Juga dihadirkan kiat menggali potensi komunikasi multibahasa dengan anak, karena dapat meningkatkan kecerdasan anak. Dampak TV sangat dicemaskan oleh orang tua, karena banyak efek negatif TV yang telah diberitakan oleh media massa. Namun tidak begitu halnya dengan Najmi yang tinggal di negara yang mempunyai aturan yang jelas terhadap program TV. Banyak keuntungan

TV

yang

diamati

oleh

sang

Ibu

terhadap

perkembangan Najmi, namun semua itu dalam aturan yang jelas, tidak membiarkan anak seharian bersama TV. Bila anak Anda terlanjur mengenal TV bahkan hingga kecanduan, maka dapat diikuti tips yang ditawarkan untuk mengalihkan anak dari TV, namun tidak membuat anak trauma. Penulis juga memaparkan bagaimana kreativitas Ibu untuk anak. Sebaiknya Ibu membuatkan catatan kemajuan anak, dan apa saja yang merupakan pekerjaan rumah (PR) bagi orang tua untuk memperbaiki kekurangan dan ketinggalan anak. Bab ini sebagai bukti

bahwa

sebenarnya

orangtua

mampu

mengatasi

permasalahan yang dihadapi dengan anak. Penulis juga menuturkan trick menggali potensi anak untuk cinta Alqur’an, terutama bagi mereka yang tinggal di negara yang penduduknya bukan mayoritas Islam. Trick ini akan sangat membantu, karena anak tidak bisa belajar mengaji di sekolah seperti di Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Trick dan vi

metoda yang dipaparkan di sini telah berhasil membuat anak suka mengaji Iqra. Terakhir sebagai kesimpulan dari topik ini dapat dibaca pada Bab 10. Silahkan mengikuti secara komplet materi buku ini untuk mengetahui secara utuh pesan-pesan yang disampaikan oleh penulis. Silahkan membaca penuturan demi penuturan untuk mendapatkan informasi yang hendak penulis bagi buat rekan muda atau ibu-ibu muda. Juga informasi ini bisa dimanfaatkan bagi pendidik, yang murid-muridnya adalah anak-anak balita atau usia prasekolah. Buku ini juga ditujukan kepada siapa saja yang berminat dan mengetahui dunia anak, dan yang peduli terhadap anak. Mereka adalah penerus kita, pada merekalah nasib bangsa ini kita titipkan. Untuk itu membentuk mereka menjadi insan yang punya potensi dan berkepribadian adalah suatu cara yang wajar dan bukan berlebihan. Sengaja buku ini disediakan open, agar banyak yang bisa mengambil hikmah dari pengalaman penulis bersama buah hatinya. Bila terasa bermanfaat dan ingin menyumbang untuk ACIKITA, silahkan mengirimkan dananya ke rekening ACIKITA. Harga buku ini Rp 30.000 atau 300 yen. Hasil penjualan buku ini, digunakan untuk biaya kegiatan ACIKITA.

vii

1. Uang Yen dapat ditransferkan ke rekening di Jepang: Rek Post: ACIKITA (アチキタ), No rek : 10180-57922101 2. Uang rupiah dapat ditransferkan ke rekening di Indonesia, Bank Mandiri atas nama R. Saharso No. Rek. 127-00-0540785-1 Mohon menuliskan “biaya buku 1 ACIKITA” saat mentransferkan dana. Dan mohon mengkonfirmasikan kepada [email protected] Terimakasih Wassalam Tokyo, 2007/04/28 Tokyo, 2013/04/20 Jumiarti Agus Ph.D

viii

Daftar Isi Tentang Cover Buku

i

Kata Pengantar

ii

Daftar Isi

ii

Bab 1. Anak adalah Amanah dari Allah

1

Bab 2. Menggali Potensi Anak dalam Menggambar dan Berkarya

9

2.1. Jangan Remehkan Coret-Coretan Anak Anda

10

2.2. Tak Bisa Diam Melihat Kertas

29

2.3. Pajangan dan Mainan Unik Tanpa Modal

39

Bab 3. Menggali Potensi Anak dalam Memasak dan Berkarya di Dapur

53

3.1. Learning by Cooking

53

3.2. Manfaat Anak Masuk Dapur

55

Bab 4. Menggali Potensi Anak Berkomunikasi

67

4.1. Ketika Anak Membandingkan

68

4.2. Ketika Anak Kecewa

74

4.3. Berkomunikasi dengan Anak Usia 5 Tahun

80

Bab 5. Menggali Potensi Anak Berkomunikasi dalam Multibahasa 5.1. Yuk Berkomunikasi dalam Multibahasa dengan Anak ix

94

5.2. Keuntungan Bilingual

98

Bab 6. Mengatasi Potensi Tantrum pada Anak

102

6.1. Lima Tahun: Saatnya Mengakhiri Tantrum pada Anak

102

Bab 7. Waspadai dan Manfaatkan TV untuk Membantu Tumbuh Kembang Anak

113

7.1. Ketika Anak Asyik Menonton TV

116

7.2. Tips Menghindarkan Kecanduan TV

127

7.3. Manfaat Menonton TV yang Terarah bagi Anak

139

Bab 8. Kreativitas Ibu Untuk Anak

146

8.1. Anak Menginginkankan Ibunya Pintar dan Punya Kecakapan

147

8.2. Catatan Perkembangan Najmi (2)

154

Bab 9. Menggali Potensi Mengaji dan Membaca Alqur’an 164 9.1. Mencari Momen dan Metoda yang Tepat untuk Mengajarkan Anak Megaji

1164

Bab 10. Kesimpulan

177

Referensi

195

Tanggapan Buku Ini oleh Pembaca

198

Tentang Penulis

219

Tentang Ilustrator

221

x

Bab 1

Anak adalah Amanah dari Allah

1

Anak adalah karunia dan rahmat dari Allah SWT. Kehadiran mereka di dalam keluarga adalah sesuatu yang dinantikan. Kehadiran anak merupakan salah satu sisi yang membawa kebahagian untuk kedua orangtua. Kehadiran anak merupakan karunia dan rahmat dari Allah SWT. Anak merupakan amanah dari Allah yang diberikan kepada kedua orangtuanya. Kehadiran anak akan membawa keuntungan yang besar jika amanah tersebut dipelihara dengan baik. Orangtua seharusnya memahami bahwa anak adalah investasi masa depan, baik di dunia maupun di akhirat. Anak yang baik dan berbakti

tentu

akan

menjadi

penolong

bagi

orangtuanya,

sedangkan anak yang durhaka akan menyusahkan orangtua, masyarakat dan mungkin juga negara. Anak yang baik dan berbakti tidak terbentuk secara spontan. Mereka memerlukan bimbingan, latihan, dan pendidikan yang harus dikenalkan sejak usia dini, hingga akhirnya melekat dalam kepribadiannya dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu anak harus diwarnai dengan pendidikan yang baik oleh orangtuanya di rumah, oleh gurunya disekolah, dan lingkungan. Pendidikan yang linier antara keluarga, sekolah dan masyarakat sangat membantu sekali menuju terbentuknya pribadi yang baik, disiplin dan bertanggung jawab.

2

Dari semua lingkungan pendidikan yang ada, rumahlah yang menjadi sekolah pertama bagi anak. Di rumah mereka pertama kali mengenal dunia, mengenal kata, dan mengenal benda. Mereka juga mengenal kehidupan dan tingkah laku orang-orang yang terdekat dan menyayanginya. Sehingga, sangat penting sekali agar orangtua memperhatikan pendidikan anak-anaknya di rumah. Orangtua hendaklah menjadi tokoh panutan anak, berprilaku baik, dan memberikan contoh yang baik buat anak dalam segala tindak tanduk, sikap dan ucapan. Orangtua sebaiknya menyenangkan bagi anak, dan tidak mendidik anak secara otoriter. Orangtua sangat berperan dalam membentuk kepribadian, karakter anak dan membentuk pola pikir anak. Rasulullah telah bersabda: ''setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi.” Kedua orangtua berkewajiban mendidik, mengarah dan mengasuh agar anak menjadi individu yang saleh, salehah dan berakhlak mulia. Apabila kewajiban ini dilaksanakan dengan baik oleh kedua orangtua dan pendidik, kelak anak akan merupakan kebahagian di dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT:

Hai orang-

orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka

yang

bahan

bakarnya

adalah

manusia

dan

batu,

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak 3

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS At Tahrim: 6). Jika amanah dan pemberian ini tidak diperlihara, pendidikan dan akhlaknya tidak diarahkan dengan pengarahan yang baik dan sungguh-sungguh, maka anak-anak itu akan menjadi sumber mala petaka. Bencana akan datang terhadap dirinya, keluarganya dan masyarakatnya. Pendidikan anak secara Islami mestilah dilakukan sejak dini. Semakin awal anak diperkenalkan sholat dan mengaji akan semakin baik dampaknya. Karena keadaan anak lebih dekat dengan fitrahnya. Pesan Ibnu Sina r.a : “ketika anak telah diasuh oleh ibunya, maka ajarkanlah adab-adab Islam sebelum ia diserang oleh nilai-nilai yang buruk.” Imam Al-Ghazali menekankan bahwa tujuan pendidikan bukanlah untuk mencari rezeki di dunia, tetapi sampai hakikat ilmu yang sebenarnya dan akhlak yang sempurna. Dalam buku ini akan dituturkan bagaimana mengeksplorasi (menggal i ) potensi anak sejak usia dini. Penelitian dilakukan terhadap anak berusia 4 tahun hingga mendekati 5 tahun. Cerita diangkatkan dari alur kehidupan anak. Penulis juga mengupas 4

bagaimana timbulnya kecakapan anak di usia yang masih dini dan bagaimana

menumbuhkan

potensi

anak

dalam

berkarya.

Bagaimana mengeksplorasi anak agar cakap dalam berkomukasi, juga akan dikupas pada bagian tersendiri. Dalam buku ini juga diceritakan bagaimana peran aktif orangtua dalam menemukan metode-metode yang tepat dan disukai anak, sehingga akhirnya program orangtua terhadap anak bisa berjalan. Penulis juga menuturkan metode dan teknik mengajarkan mengaji bagi anak yang tinggal di luar negeri yang bukan Negara Islam, namun akhirnya anak terpikat untuk rajin belajar Iqraq. Meskipun banyak orang yang berkata bahwa suatu metode belum tentu cocok untuk anak lain, tapi membaca buku ini insyaAllah akan memberikan warna, getaran berpikir, inspirasi dan kekuatan untuk berbuat yang lebih baik dan mampu menjawab berbagai permasalahan

anak

Anda.

InsyaAllah

orangtua

yang

memperhatikan tahap tumbuh kembang anaknya, dan menangani langsung anak-anaknya bisa menjadi peneliti dan menemukan metode pengasuhan yang baik untuk anak-anaknya sendiri. ******

5

Gambar 1. Lukisan Najmi saat dia masih berumur kurang dari 5 tahun. Ini adalah salah satu karyanya di komputer. Memang dari 4 tahun papinya telah mengenalkan software menggambar sederhana untuknya. Paling kurang buku ini menggerakkan Anda untuk bergiat menjadi psikolog bagi anak-anak Anda. Karena bagaimanapun juga, orangtua khususnya Ibu adalah orang yang sangat paham akan anak-anaknya. Banyak

pembaca

yang

mempunyai

anak

mengaku

sangat

terinspirasi dengan hadirnya buku ini. Banyak juga yang menerapkan kiat dan cara sang ibu di buku ini untuk menggali potensi anaknya. Dan seorang mahasiswa di Indonesia pernah menyampaikan kepada penulis, bahwa buku ini dijadikan sebagai salah satu referensi untuk pendidikan anak usia dini (PAUD) di Indonesia. 6

Tentu saja karya ini tidak bisa memuaskan semua pembaca. Masih banyak kekurangannya dibandingkan dengan seorang pakar yang menguasai khusus ilmu tentang mendidik anak. InsyaAllah bila kita kaum ibu sepakat untuk peduli dan mau menggali potensi anak (dalam artian luas), maka melalui peran Ibu bisa tercipta generasi masa depan yang tangguh, baik tangguh secara ilmu sains, agama, dan kecakapan berkaryanya. Anak yang sejak kecil sudah mempunyai potensi, insyaAllah besarnya nanti ia tak akan pernah membuang waktunya. Ia akan tahu bahwa satu detik saja juga merupakan kesempatan untuk meningkatkan potensi dirinya. Artinya apa? insyaAllah besar nanti, ia bisa survive di lingkungannya, dengan potensi dan kecakapan yang ia punyai, dan semoga saja menjadi salah satu upaya untuk memberantas korupsi, dari segi keberadaan dan kiprah kaum Ibu di dalam rumah tangga. Bukankah akan diperoleh suatu hasil yang sangat besar bila diukur dari skala nasional? Sehubungan dengan hal di atas maka saya ingin mengatakan, “Wahai kaum Ibu ayo bangkitlah!” “Mari kita sama sama bergiat menggali potensi diri anak-anak kita. InsyaAllah, Allah tidak akan pernah lalai dalam menghargai setiap perjuangan umatNya.”

7

“Bila menanam biji tomat maka akan tumbuh tanaman tomat.” Allah tidak akan pernah salah dengan menumbuhkan padi dari biji tomat, dan seterusnya untuk tanaman lain. Artinya apa? Allah akan menghargai usaha umatNya sesuai dengan usaha awal dan perjuangan kita. Maka logikanya, bila kita tidak mau repot untuk menanamkan pengajaran dan semua nilai-nilai yang baik kepada anak sejak dini, maka jangan pernah bermimpi si-anak akan menjadi

seseorang

yang

baik,

dengan

segudang

prestasi,

keIsaman yang kuat dan nama besar. Yakinlah itu! Semoga kita sebagai orangtua bisa mengemban amanah ini, agar kelak kita bisa mempertanggung jawabkannya dihadapan Allah, Aamiin. Yuk tetap semangat!!!

8

Bab 2

Menggali Potensi Anak dalam Menggambar dan Berkarya (Kisah nyata dalam bab ini menuturkan bagaimana cara menggali dan menumbuhkan kreativitas

menggambar

dan

berkarya anak).

Gambar 2. Sejak Najmi berusia kurang dari 2 tahun, ia telah terbiasa memegang crayon, dan alat tulis lainnya. Terlihat Najmi menggambar di sebuah toko baju, Comme Ca Ism, di dekat rumahnya Minamimachida, Machida-Shi, Tokyo.

9

2.1. Jangan Remehkan Corat-Coret Anak Anda Mengikuti perkembangan Najmi di usia 4,8 tahun membuahkan suatu pelajaran yang menarik. Bagaimana tidak, di usianya yang belum mencapai 5 tahun, bakatnya sudah mulai kelihatan. Najmi sudah bisa menuangkan cerita melalui gambarnya, walaupun gambar-gambar yang dibikinnya masih jauh dari sempurna, tapi untuk anak seusianya hasil tersebut sudah bisa dikatakan bagus. Hal ini berdasarkan penilaian orang-orang yang melihat karya Najmi, entah sebagai support (dukungan) atau basa basi, tapi saya sendiri menilai juga begitu. Semuanya

melalui

proses,

Najmi

pun

begitu.

Aktivitas

menggambar yang sekarang sudah menjadi kegiatan rutin Najmi, tidak muncul dengan sendirinya. Najmi kecil sejak usia 9 bulan mulai pergi ke sekolah, karena Maminya harus melanjutkan study doktornya di jurusan Innovative and Engineered Material di Tokyo Institute of Technology (TIT), Jepang. Persisnya, setelah usia 10 bulan Najmi diantar pagi dan dijemput sore hari oleh Maminya. Sejak usia kurang dari 6 bulan Najmi telah dikenalkan dengan alat tulis oleh Maminya. Saat Maminya belajar, Najmi pun diikutkan belajar. Najmi senang bikin corat-coret di kertas atau jurnal milik Maminya. Bagi sang Ibu asalkan Najmi bisa merasa senang, kertas atau pun makalah yang dicoret anak tak menjadi masalah. Kalau lusuh tinggal diprint lagi, begitu jalan pikiran sang Ibu. 10

Buku dan alat tulis adalah salah satu mainan Najmi sejak bayi. Mami dan Papinya senang membelikan buku bacaan sejak Najmi berusia nol tahun. Walaupun Najmi belum mengerti, tapi warnawarni pada buku bergambar membuat Najmi jadi tertarik. Bila di rumah, pada saat Ibunya bekerja, Najmi ditempatkan di tempat mainannya. Di sana tersedia buku-buku yang mudah dijangkau oleh Najmi. Bila hari libur, kerap kali sang Ayah membacakan buku-buku berbahasa Jepang kepada Najmi. Sejalan dengan itu, sensei (guru) Najmi di sekolah, juga sering membacakan buku buat murid-murid tiap hari. Bahkan di sore hari menjelang anak-anak dijemput orangtua mereka, disediakan tumpukan buku dalam kotak besar oleh gurunya. Sehingga anakanak mudah mengambilnya. Najmi pun suka membuka halaman demi

halaman

buku

tersebut.

Terkadang

bila

Maminya

menjemput, Najmi masih harus menamatkan buku yang sedang dipegangnya. Jadi dari kecil Najmi telah dekat dan bersahabat dengan buku. Kujungan rutin ke Comme Ca Ism dan toko buku Pada hari libur, dan setiap Sabtu atau Minggu, kerap kali orangtua Najmi membawanya ke Toko Comme Ca Ism, karena di sana ada meja menggambar buat anak-anak. Dulu, saat Najmi belum bisa menggambar, Mami dan Papinya selalu mendudukan Najmi di kursi seperti anak lainnya. Di sana Najmi dituntun untuk membuat gambar atau corat-coretan yang dia suka. 11

Pelayanan yang disediakan oleh toko ini cukup menarik. Di atas meja kayu yang dirancang khusus untuk anak, disediakan buku gambar polos, crayon dan permen buat anak-anak. Sehingga para ibu dapat dengan asyik melihat-lihat barang dagangan atau berbelanja.

Sementara

itu

anak-anak

punya

kegiatan

menggambar sendiri atau didampingi oleh Ayah mereka. Namun pelayan toko tak pernah marah walaupun si Ibu tidak berbelanja, menggunakan

sedangkan sarana

anaknya

yang

ikut

disediakan

menggambar toko.

Mereka

dan tetap

mengucapkan arigatou gozaimashita (terimakasih) atas kesediaan berkunjung ke toko mereka. Bahkan kami sering luluh dengan pelayanan mereka. Karena Najmi sering menggambar bebas di sana, terkadang kami ikhlas membeli sesuatu, setidaknya satu buah sendok seharga 100 yen (Rp. 7,000). Selain menggambar di Comme Ca Ism, toko buku juga merupakan kunjungan rutin bagi Najmi setiap minggu. Di toko buku Najmi pun betah berjam-jam membaca buku. Di sini anak-anak bisa membaca buku yang disukainya. Juga disediakan ruangan khusus untuk anak bermain dan membaca buku. Karena Najmi belum bisa membaca, sang Papi membantunya untuk membacakan buku bacaan yang dipilih Najmi. Sedangkan Mami asyik menikmati buku-buku atau majalah wanita, misalnya buku menjahit, interior, dan buku parenting.

12

masakan,

Bila ke toko buku tak harus selalu membeli buku, namun Najmi lebih sering minta dibelikan buku. Tapi mereka pelayan toko tidak pernah marah sama sekali meskipun pengunjung tidak membeli buku, dan mereka tetap berterimakasih atas kedatangan pengunjung. Di Jepang memang berlaku bahwa pengunjung atau tamu adalah raja. Mereka para pelayan toko sangat ramah dalam menerima tamu. Sebagi pelayan toko, mereka memperlakukan siapa saja dengan baik tanpa melihat orang dari segi tampilannya. Mereka selalu menyapa siapa saja yang datang, dan mengucapkan terimakasih pada setiap pengunjung yang meninggalkan toko meskipun tidak membeli. Dengan keramahan sperti itu membuat pengunjung senang dan bahkan tertarik untuk membeli. Namun bagaimana dengan di Indonesia?. Dulu penulis sering kena tegur oleh pelayan toko karena lama membaca, dan tidak membeli buku. Semoga ini bisa memberikan masukan bagi kita, untuk menciptakan masyarakat yang cinta buku, layanan toko buku juga harus diperbaiki. Sumber buku Najmi yang lain Najmi juga sering dibawa oleh Mami dan Papinya ke “Book of”. Di sini harga buku jauh lebih murah dari pada toko buku. Book of ini tersebar di seluruh Jepang, tokonya luas sekali, dan dikelola dengan cara yang profesional. 13

Papi

juga

mendaftarkan

Najmi

untuk

berlangganan

buku

“Shimajiro,” tiap bulan. Najmi mulai berlangganan sejak usia 2,5 tahun. Buku ini bertema mengajarkan kehidupan pada anak kecil untuk bisa mandiri dan mengerti aturan umum yang berlaku di Jepang. Saya nilai bukunya cukup interaktif dengan anak, unik dan mengundang anak untuk berkarya. Dengan demikian anak menjadi terpikat dan cinta akan buku sejak kecil. Beberapa buku Najmi dibeli ketika ada bazaar di Suzukakedai. Lokasinya dekat dengan apartment (kontrakan) kami yang lama. Hanya 5 menit dengan sepeda, kami sudah sampai di lokasi bazaar. Bazaar di Jepang berbeda dengan bazaar di Indonesia yang hanya menjual barang baru. Saat bazaar mereka menjual barang yang tak mereka butuhkan lagi, dengan harga yang sangat murah sekali, meskipun baru. Makanya bazaar merupakan suatu kesempatan menarik untuk mendapatkan barang bagus tapi dengan harga murah meriah sekali. Baik orang Jepang maupun orang asing suka hunting (memburu) barang ketika ada bazaar. Sumber buku Najmi yang lain adalah dari gomi (sampah), yang ditemukan pada hari sampah kertas. Di Jepang sampah tidak selalu berarti barang yang harus dibuang, tapi juga mencakup barang yang tidak dipakai lagi oleh siempunya, meskipun masih sangat bagus sekali. Biasanya barang bagus dibuang dalam keadaan rapi dan terbungkus, agar yang berminat bisa mengambil dan langsung membawanya. Dan tak jarang alat-alat listrik untuk rumah tangga pun dibuang dengan cara seperti itu. Namun 14

sekarang telah ada aturan baru, untuk barang besar seperti mesin cuci, TV, kulkas dan sebagainya, tidak boleh dibuang ditempat sampah, harus menghubungi pihak pemerintahan kota dan membayar biaya recycle (penghancuran dan pemrosesan kembali) barang tersebut. *** Suatu kali ayah Najmi pulang bekerja, sekitar jam 8 malam. Ketika bersepeda dari kampus TIT menuju rumah kami, ia melihat ada buku yang terletak rapi dalam satu ikatan tinggi di pinggir jalan, di tempat sampah kertas. Nenek yang membuang buku itu masih ada di sana. Ia adalah tetangga kami, dan cucunya sangat senang bermain dengan Najmi. Bahkan pernah ia meminta izin untuk mengambil foto Najmi, dan beerapa hari kemudian print-an hasil foto itu sengaja ia antarkan ke kontrakan kami. Tentu kami sangat berterimakasih sekali. Sehubungan dengan buku di atas, Nenek itu berucap, “Maaf, cucu saya sudah besar dan ia sudah tidak butuh lagi buku-buku ini. Kalau ada yang tertarik dengan buku-buku ini silahkan diambil. Ayo buruan karena sepertinya mau hujan.” Karena kami mempunyai anak tentu saja sang ayah tertarik untuk membuka ikatan buku tersebut. Ternyata buku bergambar untuk anak-anak seusia Najmi, dan semuanya masih sangat bagus dan rapi sekali.

15

Tanpa ragu ayah Najmi langsung mengambilnya. Tentu saja tidak lupa mengucapkan terimakasih banyak kepada si nenek, tetangga kami itu. Jadi buku-buku yang kami suguhkan kepada Najmi tidak selalu buku baru semuanya. Najmi sangat menyukai karakter menarik apa saja dari kecil. Ia menyukai hampir semua karakter unik, tidak hanya karakter kartun Jepang. Dia sering meminta ibu atau ayahnya untuk membuatkan gambar usagi-chan (kelinci), Anpanman (karakter Jepang), Kitty, Minny, Mickey dan masih banyak yang lainnya. Pendeknya, dia suka semua karakter-karakter lucu.

Gambar 3. Najmi dan karakter Bahkan Najmi punya boneka kesayangan. Ia memberi nama bonekanya itu dengan Ning-ning, Nang-nang dan Nong-nong. Ia

16

juga sering minta dibuatkan gambar boneka kesayangannya itu pada ibu dan ayahnya di rumah. Bila berbelanja di supermarket, Najmi memilih sesuatu yang ada karakternya. Misalnya ketika membeli minuman atau kue, pilihan pertama jatuh pada karakternya, bukan unsur rasanya. Bila makanan itu halal, maka ibu dan ayahnya mengizinkan Najmi untuk membelinya. Apalagi di Jepang, semua produk barang dibikin unik dan menarik, penuh karakter lucu. Terutama pada peralatan anak, seperti baju, celana, kaos kaki, tas, buku, peralatan menulis, dan berbagai perlatan anak lainnya dibubuhi dengan karakter tertentu. Misalkan saja Anpanman, karakter yang paling banyak disukai oleh anak kecil hingga SMP. Karakter Anpanman menyeluruh ditemukan dalam berbagai produk mainan anak, perlengkapan anak dan pakaian anak. Mulai dari mainan sederhana dan berukuran kecil, hingga mainan besar, seperti sepeda anak. Mulai dari sikat gigi anak, peralatan makan, baju, celana, sepatu payung, tas, jacket dibubuhi gambar Anpanman. Ini baru dari satu karakter, belum lagi karakter yang lainnya.

Tampaknya

semua

produser

ketertarikan di hati anak-anak.

17

berlomba

mencari

Bila di rumah, Najmi menemukan karakter dari buku-buku bacaan, boneka, mainan dan pada semua peralatan kepunyaannya. Terkadang juga melalui tontonan, baik TV ataupun VCD anak. Tidak hanya di rumah, di sekolah pun Najmi dekat dengan berbagai karakter. Ia dapat mengenalnya dari buku-buku bacaan di sekolah yang sangat banyak jumlahnya. Berbagai sarana mainan dan peralatan sekolah juga dibubuhi berbagai jenis karakter. Sensei (guru) Najmi terkadang menggunakan eperon (celemek) yang bergambar sebuah karakter unik. Terkadang ibu guru mengajarkan sebuah nyanyi tentang karakter kepada muridmuridnya. Hal dipaparkan di atas, membuat bakat Najmi menjadi makin tersalurkan. Ia tidak susah untuk melihat dan mendapatkan karakter unik dan lucu setiap harinya. Kecenderungan lain, Najmi sering menyimpan karakter unik yang diperolehnya dari mana saja. Apakah dari selebaran atau panflet, dari dalam kemasan roti, dari kartu yang diperoleh setelah ia naik kereta-keretaan atau yang lainnya, dan dari berbagai sumber lain. Ibu dan ayahnya pun menyalurkan bakat Najmi tersebut. Mereka ikut memelihara karakter yang disimpan Najmi, mesti meminta space di rumahnya.

18

Satu hal yang membuat nyaman, ahamduillah Najmi tidak maniak satu karakter khusus. Dan bagi kami terkadang karakter tersebut dijadkan sebagai alat untuk membangun komunikasi dengan Najmi, disamping menggai potensi menggambar dan berkaryanya Saat 4 Tahun 4 Bulan Najmi Bisa Menggambar Sejak Najmi bisa berjalan (11 bulan), ia selalu membawa tas ke mana pun dia pergi. Di dalam tasnya penuh berisi alat tulis. Semua alat tulis kedua orangtuanya yang sempat diketahuinya, dikumpulkan dan dijadikan miliknya. Terkadang, orangtua Najmi harus diam-diam mengurangi isi tasnya yang penuh dengan berbagai macam alat tulis. Sebab tasnya terlalu berat untuk disandang oleh anak seusia Najmi.

Gambar 4. Najmi kecil selalu kemana ia pergi membawa tas yang berisi banyak sekai alat tulis.

19

Seiring dengan berjalannya waktu, Najmi pun terus mengalami kemajuan. Berawal dari corat-coret yang dibuat semasa berusia nol tahun, kebiasaan memegang buku, dan menyukai karakter yang bersatu di dalam otak Najmi. Dan semua kegiatan itu dipelihara secara terus menerus oleh Najmi dengan dukungan orangtua. Akhirnya saat berusia 4 tahun 4 bulan, ia secara spontan memperlihatkan kemampuannya.

Gambar 5. Coretan “guru-guru mawatte” Najmi ketika berumur 1 tahun 9 bulan. Bisa jadi, sebelumnya Najmi sebatas merekam semua yang disukainya di otaknya. Namun, sejak ia mampu menggerakkan crayon dan pensil berwarna secara utuh, rekaman yang sudah ada di otaknya secara otomatis tercurahkan melalui gambar. Orangtua Najmi sangat kaget, ketika pertama kali melihat karya Najmi yang sudah berwujud gambar. Sejak lahirnya karya pertama Najmi, ibu dan ayahnya selalu memberi

support

(dukungan). 20

Ibu atau ayahnya berusaha

membubuhi “good job (bagus)” pada setiap karya yang dihasilkan Najmi.

Gambar 6. Najmi saat ia berusia 4 tahun 8 bulan (Najmi lahir 13 Juni 2002, seperti tertulis, gambar di atas dibuatnya pada tanggal 27 Februari 2007 Setiap

gambar

Najmi

selalu

dikumpulkan

maminya,

dan

dimasukkan ke dalam map khusus berisi karyanya. Ibunya juga mengambil foto karya-karya Najmi, dan dimasukkan ke dalam homepage-nya. Dengan demikian Najmi pun terus berkreasi melihat dukungan orangtuanya.

21

Gambar 7. Map khusus berisi karya Najmi. Sejak ia mulai mengoret, hingga saat ini sudah sangat banyak sekali, mungkin lebih 15 map file seperti di atas. Ada yang berisi 40 halaman, ada yang kecil dan ada yang berukuran besar. Terus terang kami kewalahan menangani karya-karya ini. Cita-citanya semuanya ingin dibukukan, ada untuk konsumsi umum, dan ada yang khusus untuk perpustakaan keluarga kami. Alat Tulis Najmi Peralatan untuk menulis dan kertas gambar untuk Najmi selalu disediakan oleh ibu dan ayahnya, demi memupuk bakatnya. Padahal alat tulis yang digunakan Najmi terkadang belum pantas untuk anak seusianya. Tapi melihat keseriusannya, orangtuanya terkadang tidak mempermasalahkan hal tersebut. Najmi mempunyai beraneka ragam alat tulis, seperti spidol, crayon dan pensil berwarna. Bila berbelanja ke supermarket ia senang melihat alat-alat tulis dan buku untuk menggambar. Najmi 22

seakan ingin meraih semua alat tulis yang unik dan lucu. Namun orangtuanya selalu berusaha mengajarkan kesederhanaan kepada Najmi.

Gambar 8. Alat tulis Najmi, sengaja ditempatkan oleh ibunya di tempat yang gampang diambil oleh Najmi. Terkadang orangtua Najmi juga mengunjungi “hyakuen shop” (toko seratus yen). Di toko ini prinsipnya semua barang berharga 100 yen persatuannya. Namun untuk barang tertentu ada yang berharga di atas 100 yen, tetapi tetap jauh lebih murah dibandingkan dengan harga di supermarket. Orangtua Najmi juga membelikan kebutuhan alat tulis dan buku gambar di hyakuen shop. Jarak toko itu dari rumah mereka tidak jauh, hanya sekitar 15 menit dengan sepeda.

23

Najmi Tidak Pernah Membuang Waktu Dengan adanya kegiatan menggambar, Najmi tidak pernah membuang waktu di manapun berada. Baik di rumah ataupun di luar rumah. Ibu dan ayahnya pun sangat bersyukur sekali karena Najmi mempunyai kegiatan sendiri. Sekarang ini menggambar menjadi kegiatan rutin bagi Najmi. Bila berpergian ia

selalu

membawa

alat

tulis.

Dan bila

ada

kesempatan, Najmi langsung membuka tas dan mengeluarkan kotak pensilnya yang berisi alat tulis, dan ia segera menggambar.

Gambar 9. Najmi menggambar saat ibunya mengurus suatu keperluan di KBRI. Ia anteng menggambar. Alhamdulillah, Najmi tidak pernah rewel lagi sejak ia bisa menggambar

dengan

baik.

Di

rumah

selain

membaca,

menggambar menjadi kegiatan kesukaan Najmi. Semoga dari hari kehari potensi Najmi semakin meningkat, baik dalam berkarya maupun kemampuan belajar yang lainnya. 24

*** Semoga penuturan ini bermanfaat bagi kita semua. Khususnya bagi Najmi, melalui penuturan ini ia dapat mengenal catatan kehidupannya, dan proses yang dialaminya. Tulisan ini juga menjadikan bahan pelajaran bagi orangtua Najmi dalam mengikuti perkembangan ke depannya, setidaknya satu hal sudah dapat dibaca. “Berawal dari coretan, sekarang sudah menjadikan karya nyata.” Bagi pembaca yang memiliki balita, belajarlah untuk menghargai karya anak, walau sekecil apapun. Dari tindakan menghargai, anak akan senang dan akan semakin bersemangat untuk terus berkarya. Mari kita pupuk dan kembangkan potensi anak-anak kita untuk terus berkarya. Dengan berkarya mereka akan dapat menjalankan hari-hari mereka dengan baik dan penuh manfaat. Semoga mereka lebih baik dari kita hendaknya, amin yarabbal ‘alamiin. Dari penuturan di atas, ada beberapa hal penting yang perlu dicatat: 1.

Pengaruh buku sangat besar dalam memunculkan bakat anak. Orangtua Najmi mengenalkan buku dan alat tulis sejak dari dini kepadanya, sejak Najmi masih bayi. Mereka juga mengenalkan berbagai mainan menarik buat anak. Setelah anak merespon mereka mengarahkan dan membantu tumbuh dan

berkembangnya

bakat 25

anak.

Selanjutnya

mereka

memberikan support, baik berupa pujian dan penghargaan, serta membelikan kebutuhan anak untuk meningkatkan karyanya. 2.

Bakat anak tidak terlihat dan muncul secara spontan, tetapi ada proses yang dilalui oleh anak. Oleh karena itu orangtua jangan meremehkan karya anak, sekecil apapun karya anak berikanlah penghargaan agar mereka terus berkarya dan bersemangat. Seperti yang diceritakan di atas, “Dulu Najmi hanya mulai mencorat-coret, tanpa rupa dan wujud.” Sesuai dengan kesibukan dan style (gaya) hidup orangtuanya, di mana saat orangtuanya belajar Najmi pun diajak belajar, bila weekend

(akhir

pekan)

Najmi

diajak

ke

toko

yang

menyediakan meja menggambar khusus buat anak-anak. Najmi juga sering diajak ke toko buku oleh orangtuanya. Ternyata dengan semua kegiatan itu menyebabkan bakat Najmi terpupuk. Akhirnya karena kegiatan rutin yang selalu dipelihara, Najmi jadi bisa menggambar. 3.

Orangtua berperan penting dalam menemukan bakat anak, orangtua harus memberikan support terhadap kecenderungan anak. Sebaiknya orangtua juga memberikan kesempatan untuk menyalurkan bakat anaknya, misalnya Najmi yang menyukai

karakter

unik

dan

lucu,

orangtuanya

tidak

melarangnya, karena itu memang ketertarikan anaknya. 4.

Terlihat efek positif bila anak bisa berkarya, misalnya dalam hal ini Najmi senang membaca buku dan bisa menggambar. Bila berpergian bersama orangtuanya, ia tidak pernah rewel, karena dia punya kesibukan sendiri. Dengan begini anak tidak 26

mempunyai waktu kosong, dan dari kecil anak telah belajar memanfaatkan waktu untuk berkarya. Oleh sebab itu, eksplorasilah (galilah) dan temukanlah bakat anak-anak kita sejak usia dini. 5.

Saya menyarankan, agar orangtua memupuk kecenderungan baik yang muncul dari anak. Siapa tahu dikemudian hari akan membuahkan suatu keahlian tersendiri pada anak.

6.

Dari penuturan di atas terbukti bahwa bakat bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetika, namun muncul melalui proses. Orangtua Najmi tidak mempunyai keahlian menggambar, bahkan gambar ibunya saat ini kalah oleh Najmi. Najmi bisa menggambar karena melalui proses yang panjang, ia terus mencoret dan menggambar, juga dengan adanya dukungan orangtua, dan lingkungan, akhirnya Najmi bisa menggambar.

7.

Di Jepang, terlihat dukungan lingkungan besar terhadap perkembangan anak. Anak suka sesuatu yang unik, maka produsen menciptakan produk-produk yang menarik untuk anak dan sangat spesial. Dalam hal apapun kebutuhan anak dibubuhi karakter unik dan lucu, tidak saja dalam buku bacaan anak. Anak menempati perhatian yang tinggi di masyakarakat. Selain itu di toko tertentu di sediakan meja gambar khusus untuk anak. Di toko buku juga disediakan tempat membaca dan arena bermain anak. Suatu sistem yang linier ditemui oleh anak, mulai dari rumah hingga ke lingkungannya. Alangkah bagusnya bila di Indonesia juga diterapkan sistem yang demikian. Sudah saatnya kita meniru 27

gaya berdagang mereka untuk menciptakan anak untuk mencintai buku dan rajin berkarya. 8.

Untuk menghasilkan anak berbakat, maka tidak harus dengan modal yang besar. Najmi tidak harus mengkonsumsi buku baru, yang bekas pun disukainya, asalkan menarik. Juga peralatan

menulis

dan

menggambar

untuknya,

tidak

semuanya harus yang mahal. Orangtua Najmi juga berbelanja di toko murah, toko seratus yen. Bahkan Najmi juga terkadang

sering

menggunakan

kertas

bekas

untuk

menggambar, kondisi ini dapat ditemui dalam penuturan selanjutnya. Jadi sebenarnya anak-anak bisa daiajak untuk hidup dan bersikap sederhana.

Wassalam Mamianak Tokyo 070227

Gambar 10.Salah satu karya Najmi

28

2.2. Tak Bisa Diam Bila Melihat Kertas “Najmi, jangan dibuka itu. Itu kan punya Papi, Nak…!” Najmi tidak menghiraukan larangan ibunya. Ia terus membuka kertas A4 recycle copypaper yang baru di bawa ayahnya kemarin. “Datte, kore anak-chan no mono da yo (Ini kan punya anak),” kata Najmi. Najmi akhirnya berhasil membuka sampul kertas A4 itu dengan sobekan yang tidak beraturan. Najmi pun mengambil seperlima bagian kertas

print

dari satu rim kertas baru itu. Dia

menempatkannya di keranjang buku dan peralatan tulisnya sendiri. Najmi terlihat senang dan gembira mendapat segepok kertas. Dia tampak senang sekali, ia seperti mendapatkan sesuatu yang dimintanya. Ya, sebenarnya ibunya tidak serius untuk melarang Najmi mengambil kertas itu. Apalagi harga kertas masih sangat terjangkau. Sebelumnya, ibunya sudah tahu kalau sang ayah membawa kertas itu untuk Najmi, berkarya. Najmi pun begitu, meskipun disebut kertas itu punya ayahnya, tapi ia tahu bahwa apapun yang dimintanya, yang berhubungan dengan buku, kertas atau pena, tidak pernah ditolak ayahnya. Paling ibunya yang membatasi untuk tidak membelikan hal apa yang diminta Najmi. Tujuannya agar ia sedikit mengerti dan belajar untuk menunda suatu keinginan. 29

Buat apa kertas print itu bagi Najmi? Ya, seperti biasa ia ingin melanjutkan hobinya melukis. Kebutuhan anak dan orangtua sudah hampir sama. Biasanya kertas itu hanya ibu dan ayahnya yang menggunakan, tapi sekarang sudah menjadi kebutuhan Najmi juga. Najmi tidak hanya menggambar di buku gambar, tetapi juga di kertas A4 yang biasa digunakan orangtuanya untuk mem-print. *** Posisi telpon yang sekaligus berfungsi sebagai mesin faksimil, ada di atas meja kecil di kamar kerja kami. Kertas A4 yang diletakkan di mesin faksimil pun tak pernah luput dari pandangan Najmi. Dia selalu meraihnya untuk media gambar atau kerajinan tangannya. Sehingga bila ada yang mau mengirim fax, ibu atau ayahnya harus mengisi kertasnya dulu. Dulu pernah ayah Najmi membuatkan program untuk menerima fax lewat komputer. Tapi sekarang programnya sedang tidak ada, karena komputer baru diservis, dan programnya belum diinstall ulang lagi. Dengan program itu mereka bisa tahu fax yang masuk begitu komputer dibuka, dan hasilnya pun tentu lebih jelas dari fax. *** Setiap Sabtu sang ibu suka berberes-beres dan membuang sesuatu yang memenuhi rumah, karena memang harinya membuang gomi (sampah) kertas atau dus di mansionnya. Ya membuang majalah, selebaran promosi atau kertas print dari lab yang tidak terpakai lagi. 30

Tapi, begitu Najmi melihat ibunya membuang kertas putih, dia cepat beraksi sambil berkata, “Mami, kore wa iru da yo (Mami, ini masih kita perlukan). Mite Mami-chan, koko ni mada kaitenai yo? (Lihat Mami, ini masih belum ditulis, kan?)” Najmi berbicara sambil memperlihatkan halaman belakang kertas yang masih kosong kepada ibunya. “Aduh maaf Nak!” Ucap ibunya sambil ketawa kecil. Ada rasa malu dan bersalah bercampur aduk di dalam diri sang ibu. Selama ini ibunya mengajarkan Najmi untuk berhemat dan tidak mubazir, tapi nyatanya ia melanggar ucapannya sendiri. Terkadang ibunya boros dalam menggunakan kertas. Mentangmentang kertas dapat diperoleh dengan gratis, dan tinggal print kalau di kampus. Ibunya juga sering menggunakan kertas hanya bagian depannya saja. Lagi pula kalau dibaca lebih mudah, tanpa harus bolak-balik, itu alasannya. Sehubungan dengan hal di atas, untung saja Najmi tidak protes. Biasanya, dia selalu membalikkan nasehat sang ibu untuknya. Najmi bergerak mengumpulkan semua kertas yang akan dibuang ibunya, kali ini dia tidak langsung menggambar. Tapi Najmi meletakkan kertas tersebut di tempat bukunya, karena hari masih pagi dan ia belum sarapan. *** 31

Minggu kemarin ketika berbelanja di Carrefour, setelah dari stand mainan anak, tidak sengaja orangtua Najmi melewati arena peralatan menulis. Di sebelah kirinya ada jajaran pena. Di sana tersedia kertas untuk pembeli mencobakan pena yang akan dipilihnya, apakah bagus atau tidak. Najmi melihat semuanya. Dia langsung mengambil pena dan menggambar di sana. Padahal kertasnya tidak lebar. Tapi dia bisa menyesuaikan gambar dengan ukuran kertas. “Wah, kacau ini!” gumam sang ibu. Ayahnya hanya tertawa melihat anak gadisnya bereaksi. “Nak udah ya, nanti petugasnya marah. Ini kan barang jualan!” sang ibu mengingatkan Najmi. Najmi malah menjawab dengan santai, ”Mami-chan cotto yo! (Mami tunggu sebentar!).” Ya, itulah adanya Najmi yang belum mengerti sepenuhnya tentang banyak hal. Baginya, bila melihat kertas dan spidol atau alat tulis, langsung terlintas dalam pikirannya ingin menggambar. Akhirnya orangtua Najmi sepakat untuk membeli pena. Ibunya memilih empat warna, dan ayahnya memilih dua warna pena. Harganya tidak terlalu mahal. Satunya 98 yen. Jadi ada belanja ekstra bagi orangtuanya saat itu, sebesar 6 x 98 yen. *** 32

Saat berbelanja pada hari yang sama, Najmi juga mendapat banyak rezeki. Selain satu helai kaos dalam baru, ada lagi rok kesukaannya, dan dua helai sweeter. Semuanya

dibelikan

orangtuanya dengan harga diskon.

Gambar 11. Gambar Najmi menggunakan kertas karton di dalam lipatan baju kaos yang baru dibeli. Sesampai di rumah, Najmi langsung menanyakan baju kaos barunya, karena memang dia suka dengan gambar yang ada pada baju kaos itu. Najmi membuka sampul plastik kaos itu. Dia menemukan kertas karton pada bagian dalam lipatan kaos tersebut. Melihat ada kertas, tanpa berpikir panjang, ia langsung mengambil alat tulisnya yang sengaja ditata rapi oleh ibunya dan ditempatkan di bawah meja lesehan di ruang keluarganya. Najmi

33

pun mulai menggambar di atas kertas karton yang ditemukannya di dalam baju kaos barunya itu. Memang sang ibu berusaha menempatkan peralatan menulis dan menggambar untuk Najmi di tempat-tempat yang strategis, dan sering dijamah oleh anaknya. Jadi ketika anak terlintas ingin menggambar,

ia

cepat

menjangkau

alat

tulis,

dan

mengekspresikan buah pikirannya melalui gambar. Kalau sarana berkarya untuk anak ditempatkan jauh, mungkin anak malas mengambil, atau ketika akan mengambil peralatan menulis, ada lagi sesuatu yang menarik, akhirnya keinginan awal untuk menggambar jadi teralihkan. Dari penuturan di atas, lagi-lagi Najmi tidak tega melihat kertas kosong. Ia selalu teringat untuk membubuhi gambar pada setiap kertas yang dilihatnya. Melihat aktivitas Najmi, orangtuanya hanya ketawa saja. Ibunya membiarkan Najmi dengan bakatnya, karena ia harus menyiapkan makan malam, saat itu. Ya itulah Najmi, dia tidak bisa melihat kertas menganggur tanpa ada coretannya. Dia harus membubuhi gambarnya di setiap kertas yang dilihatnya. Tak peduli kertas bagus, kertas bekas, karton yang ia dapat setelah membeli baju pun digambarinya.

34

Semoga bakat Najmi bisa terus berkembang. Semoga Najmi makin hari makin bisa membuat cerita lewat gambar-gambarnya. Kreativitas dan inovasinya (pembaharuan) perlu terus dipupuk dan dikembangkan. Ibunya menyadari hal itu, dan harus waspada karena Najmi belum bisa membaca seutuhnya. Jangan sampai dokumen penting yang digambari oleh Najmi. Pernah suatu hari ketika ibunya lengah, ia meletakkan begitu saja tasnya di samping Najmi. Padahal di dalam tas itu terdapat translate akte nikah untuk pengurusan visa sang ayah mengikuti gakkai (seminar) di Amerika. Tangan mungil Najmi langsung meraih akte itu. Tapi untung ayahnya datang, dan mengetahui aktivitas Najmi saat itu. “Hah, Mami abunai yo (Hah, Mami bahaya),” kata sang ayah. Sang ibu kaget setelah mengetahui apa yang dimaksud suaminya. Setidaknya

kejadian

ini memberi

peringatan kepada

para

orangtua untuk lebih berhati-hati, agar anak yang belum bisa membaca

tidak

sembarangan mengambil dokumen penting

orangtuanya. Orangtua yang harus waspada karena anak belum tahu sama sekali. Dari cerita yang telah dipaparkan, beberapa hal perlu diingat : Bila anak telah mencintai suatu karya, anak pun akan berusaha untuk memupuk bakatnya. Ternyata anak tahu apa yang dia 35

butuhkan. Misalnya, Najmi suka menggambar, begitu melihat kertas dan alat tulis, dalam pikirannya langsung terlintas untuk meraih dan menggunakannya untuk menggambar. Orangtua harus memberikan support (dukungan) dan arahan untuk memelihara kecakapan yang sudah dipunyai anak. Orangtua sebaiknya membelikan buku gambar dan alat tulis anak, serta memberikan penghargaan terhadap karya yang dihasilkan anak, agar

anak

merasa

senang

dan

terus

berkarya.

Misalnya

membubuhi “good job” pada setiap karya anak. Orangtua harus sadar pada usia 4-5 tahun, terlihat anak masih belum bisa membedakan yang benar dan yang salah. Bila anak senang menggambar: ketika melihat kertas dan alat tulis yang terlintas di pikiran anak adalah menggambar. Semoga orangtua bisa berhati hati. Saat anak menggambar tidak pada tempatnya, orangtua harus memberikan pengarahan yang baik untuk melarangnya. Awalnya mungkin anak tidak menghiraukan, namun orangtua jangan pernah berhenti berjuang. Yakinkan lagi anak pada kesempatan yang lain. Misalnya, mengajak anak pergi

ke toko yang

menyediakan alat tulis dan buku gambar. Nah, di sana akan terlihat bagi anak kalau memang tempatnya boleh dipakai untuk mengambar. Serta orangtua harus menuturkannya kepada anak, misalnya dalam kasus Najmi, “Kalau di Carrefour tempo hari itu

36

Najmi tidak boleh menggambar, karena itu bukan tempat menggambar.” Dengan cara di atas anak akan bisa menerima kebenaran. Alhamdulillah, hanya sekali saja Najmi menggambar pada tempat yang bukan untuk menggambar. Anak sebenarnya menerima kesederhanaan. Anak tidak butuh sesuatu yang harus baru dan mengeluarkan modal. Kecuali apabila orangtua telah terbiasa menyuguhkan sesuatu yang mewah

kepada

anak,

maka

anak

akan

menolak

untuk

menggambar di kertas bekas. Kesederhanaan ini mungkin bagus diterapkan di Indonesia, karena harga kertas yang lumayan mahal, sehingga orangtua bisa berhemat untuk kebutuhan lainnya. Sebaiknya orangtua membuat arena khusus untuk buku anak walau pada space (tempat) yang kecil. Rancanglah tempatnya sedemikian rupa sehingga anak mudah mengambil buku-buku dan alat tulisnya. Di musim dingin sang ibu berusaha memindahkan alat tulis Najmi dan buku-buku barunya ke tempat di mana Najmi sering duduk dan bermain. Sang ibu menggunakan kotak serukuran dus Indomie, sehingga mudah untuk mengangkatnya. Dengan demikian anak selalu dekat dengan buku dan alat tulisnya. Orangtua tetap harus waspada bila memiliki anak balita, karena anak belum bisa membaca dengan baik. Orangtua harus menghindarkan dokumen penting dari jangkauan anak. Jika 37

terjadi kerusakan pada dokumen penting Anda, anak tidak dapat disalahkan. Mereka memang belum mengerti, sehingga kita yang harus lebih berhati-hati.

Gambar 12. Najmi menceritakan bahwa, gambarnya ini adalah pada saat ia mau pergi ke sekolah bersama usagi-chan (kelinci). Waktu Najmi kecil kelinci adalah salah satu binatang kesukaannya. Wassalam Mamianak Tokyo 070222

38

2.3. Pajangan dan Mainan Unik Tanpa Modal Bila sedang berada di rumah bersama ibu dan ayahnya, Najmi sering mengajak membuat karya bersama. Misalnya pada saat Sabtu

pagi, Najmi

sering

mengajak

ayahnya

menggambar

menggunakan komputer, karena Najmi belum begitu mahir mengoperasikan mouse. Walaupun demikian, ia sudah mengerti mengoperasikan perintah sederhana, misalnya untuk menghapus, membesarkan ukuran alat tulis, memilih warna, atau membuat stempel yang bertuliskan namanya di komputer. Bila

Najmi menggambar bersama ibunya, dia yang senantiasa

memberikan instruksi, karena ibunya tidak begitu memahami software yang di-download sang ayah. Kalau soal rancangan biasanya Najmi melukiskannya dulu di kertas, baru ibu atau ayahnya membuatkan gambar sesuai dengan rancangannya di komputer. Untuk bermain puzzle di komputer, Najmi sudah mahir sendiri. Kalau sebelumnya ibu dan ayahnya suka membelikan puzzle di Carrefour, namun sekarang tidak lagi. Hal itu berlangsung sejak ayahnya menemukan menu puzzle di internet. Ada untungnya juga menggunakan puzzle di internet, misalnya rumah tidak harus berantakan dengan potongan puzzle. Walaupun gerak tangan memainkan mouse masih pelan, tapi Najmi sudah bisa menyusun 20 potongan dalam waktu 3 hingga 4 menit. Alhamdulillah. 39

Sekarang gambar Najmi jarang yang tersimpan utuh. Ia senang membuat

kerajinan

tangan

yang

menggunakan

lukisannya.

Kalaupun ada gambar yang masih utuh di atas kertas berukuran A4, ia mulai tertarik untuk membubuhi tulisan, layaknya seperti cerita di buku anak-anak. Karena Najmi belum bisa seutuhnya menulis, ia sering meminta bantuan ibunya untuk menuliskan teks bacaan, sesuai penuturannya. Sang ibu pun senang membantu anaknya. Untuk karya gambar Najmi, alhamdulillah ada kemajuan lain. Bila sebelumnya ia selalu menggunggulkan dirinya dalam setiap lukisan yang dibuatnya, maka sekarang tidak lagi. Dia sudah menyertakan teman-teman sekolahnya. Namun masih terlihat Najmi sebagai karakter utamanya. Najmi selalu melukis dirinya sebagai gadis kecil yang paling cantik, dengan gaun berwarna ceria dan rambut panjang berpita. Hal ini sesuai dengan keinginannya. Memang Najmi suka memakai gaun atau rok. Ia pingin berambut panjang kalau besar nanti. Dan ia selalu meminta bantuan ibunya untuk mengikat rambutnya. Hal ini suatu bukti nyata bahwa “dengan menggambar anak bisa mencurahkan keinginan hatinya”. Melalui karya gambar Najmi, dapat dibaca bahwa anak kecil pun ingin menguasai lingkungan, ingin dianggap, dan ingin menjadi bintang di lingkungannya. Sifat ini adalah manusiawi.

40

Kecenderungan di atas terlihat dari gambar Najmi, dimana ia selalu melukiskan dirinya sebagai seorang anak yang tampil paling cantik dari teman-temannya. Jadi bagi orangtua mestinya hal ini diperhatikan untuk bisa menghadapi anak sesuai tahap tumbuh kembangnya. Atau masukan di atas juga bermanfaat bagi kita

dalam

berinteraksi dan bergaul dengan sesama di masyarakat. Dimana mesti diingat, sebenarnya setiap orang ingin punya nilai dan menjadi yang terbaik dari yang lainnya. Kalau kita terlalu maju dan berbeda, jangan terlalu mengumbar diri, karena kasihan orang lain.

Gambar 13. Karya Najmi, ia melukiskan dirinya sebagai anak yang paling cantik di antara teman-temannya. Menurutnya yang bergaun anggun dan berambut panjang adalah dirinya (Najmi paling kanan). 41

Dimana mereka juga ingin punya poin dan nilai. Dan masih banyak pemahaman dari nilai-nilai yang didapatkan bila mengamati keunikan tumbuh kembang anak. Contoh lain dari konteks di atas, memberikan kesempatan pada orang lain, memanfaatkan potensi anggota secara luas, dsbnya. Alhamdulillah banyak pelajaran dari interaksi bersama anak. Dari karya Najmi ini jugalah orangtuanya berusaha memposisikan Najmi dalam skala prioritas dan yang diperhitungkan. Dan Najmi bukan sebagai anak kecil yang harus mengikut ultimatum orangtuanya, tapi Najmi yang menjadi subjek dalam kehidupan keluarganya. Kerap kali kami meminta pendapat Najmi, misalnya dalam hal masakan. “Bagaimana sebaiknya menu hari ini?” “Mau dikasih variasi apa?” Maka ide dari Najmi banyak yang diadopsi oleh ibunya. Hal itu juga sangat memungkinkan karena Najmi sudah paham melihat majalah. Apalagi karena dia sangat suka membaca hingga buku masakan pun dilahapnya. Hal itu membuat pengetahuan Najmi tentang menu masakan menjadi bertambah.

42

Majalah untuk anak-anak di Jepang kebanyakan dilengkapi dengan menu masakan yang menarik dan bervariasi. Dengan demikian Najmi juga mempunyai banyak pengetahuan soal masakan.

Pajangan Unik dan Mainan Menarik Buatan Najmi “Mami bikin kartu yuk!” ajak Najmi merayu ibunya. Berawal dari kegiatan menggambar, Najmi sekarang memproduksi berbagai macam pajangan dan mainan unik. Gambar yang telah ia buat diguntingnya, kemudian dijadikan berbagai macam kerajinan tangan, seperti wayang kertas, tako (layang-layang), berbagai macam pajangan unik, tas dari kertas, kartu bermain dan lain sebagainya. Kami selalu menghargai hasil karya Najmi, dan berusaha membubuhi tulisan “good job (bagus)” serta tanggal pembuatan karya. Dan Najmi tampak sangat senang sekali. Untuk membuat wayang kertas, Najmi menggunting gambar yang telah ia buat, kemudian menempelkannya di atas karton bekas. Selanjutnya, ia menggunting karton sesuai dengan ukuran gambar yang telah ditempelkannya. Awalnya Najmi masih belum bisa sepenuhnya menggunting karton karena agak keras dan caranya belum tahu. Kemudian ia meminta bantuan ibunya. Setelah mengetahui trick menggunting karton, Najmi sudah bisa melakukannya sendiri. Untuk tahapan akhir, ia menempelkan sumpit di belakang karton dengan menggunakan 43

selotip. Sumpit gunanya untuk memegang dan memainkan wayang. Sumpit ini pun gratis, yang diperoleh ketika membeli takoyaki (makanan Jepang bentuknya bulat terbuat dari tepung berisi cumi). Najmi terlihat sangat senang dengan hasil karyanya, dan ia suka melakonkan sendiri wayang-wayang bikinannya.

Gambar 14. Wayang bikinan Najmi. Ia asyik melakonkan wayang bikinannya. Selain membuat wayang, Najmi juga membuat pajangan unik. Caranya membuatnya seperti membut wayang, namun tidak memakai sumpit. Tatanan atau tempat berdirinya, dibuat dari kertas

karton

lain

yang

digunting

di

dua

titik.

Posisi

pengguntingan itu berguna untuk menyelipkan gambar, sehingga gambar akhirnya bisa berfungsi sebagai pajangan.

44

Sang ibu memajang karya Najmi di atas lemari kecil di ruang tamu. Ibunya sering memandang karya Najmi karena lucu dan unik. “Indahnya punya anak suka berkarya, rumah menjadi berseni!” ucap ibunya kepada sang ayah.

Gambar 15. Karya Najmi yang dipajang di ruang tamu. Unik dan sungguh menarik. Mainan lain yang dibuat Najmi sendiri adalah tako (layang-layang). Najmi membuat tako dari kertas dan plastik. Cara membuatnya juga sederhana sekali. Pertama, Najmi melukis di kertas, kemudian lukisan diguntingnya, selanjutnya diberi sambungan dengan kertas lain yang berukuran agak kecil, yang berfungsi sebagai pegangan.

45

Untuk membuat tako plastik, Najmi memasukan gambarnya ke dalam

plastik

yang

bisa

ditutup.

Untuk

ekornya,

Najmi

menggunting kertas berukuran agak panjang dan ditempelkan dengan selotip pada bagian luar plastik. Cara memainkannya, Najmi berlari kecil di dalam rumah sambil membawa tako. Meskipun tampaknya sederhana, namun hal tersebut mampu menghadirkan kesenangan tersendiri bagi Najmi.

Gambar 16. Tako/layang-layang buatan Najmi. Selain tako, Najmi juga membuat kartu bermain sendiri. Bermula karena ibunya membuat kartu ABC dan kartu Iqra untuk belajar Najmi. Ketika ibunya menggunting karton bekas kotak makanan misalnya cokelat, cake, dan hand-tissu paper, dan lain-lain. Najmi pun ikut menggunakannya menjadi kartu bermain. Pada kartu tersebut digambar berbagai karakter kartun Jepang, gambar buah-buahan, atau gambar makanan yang diinginkannya. 46

Cara bermainnya, Najmi mengeluarkan perintah, misalnya, “Mami, mana yang Anemu? Jakobi? Shimajiro?” Anemu, Jakobi dan Shimajiro adalah nama-nama tokoh kartun Jepang. Kerap kali ibunya kalah oleh Najmi karena tidak mengingat semua tokoh kartun Jepang itu. "Omoshiroii ya Mami (menarik ya Mami)?" Najmi berkomentar ketika mereka asyik bermain. "Iya menarik banget!!!" Jawab sang ibu.

Gambar 17. Kartu bermain buatan Najmi. Semuanya asli hasil karya Najmi. Dari awalnya membuat kartu bermain berlanjut ke pajangan kartu ala Najmi. Ia membuat berbagai macam pajangan kartu unik. Caranya sangat sederhana, kartu yang telah dibubuhi gambar oleh 47

Najmi, dibikin tatanannya dari karton bekas juga. Dua titik pada tatanan digunting untuk menyelipkan kartu agar bisa berdiri dan dipajang. Cara membuat tatanan sama dengan membuat tatanan untuk pajangan. Hasilnya lumayan bagus, dan punya originality tersendiri (Gambar 11/19). Ibunya memajang karya Najmi di meja komputer di rumahnya. Najmi juga membuatkan satu pajangan unik untuk meja kerja ayahnya di lab. Ayahnya dengan senang hati menempatkan pajangan unik bikinan Najmi di meja kerjanya. Hal itu sebagai penghargaan atas karya Najmi. Dan Najmi tentu akan senang bila suatu saat berkunjung ke tempat kerja ayahnya dan melihat karyanya terpajang. Tentunya akan memberi semangat istimewa buat Najmi.

Gambar 18. Dari ide kartu bermain, Najmi mengembangkan pula membuat pajangan unik.

48

Sekarang rumah mereka penuh dengan pajangan unik, tanpa modal, namun artistik. Semuanya asli buatan Najmi. Semoga saja bakat untuk berkarya ini bisa terpelihara dengan baik, karena banyak keuntungan yang dirasakan ibunya, baik buat kemajuan Najmi maupun buat mereka sebagai orangtua. Ibu dan ayahnya tidak harus mengeluarkan modal untuk membeli mainan Najmi, karena ia sudah bisa membuatnya sendiri. Semoga cerita ini bisa menjadi catatan buat Najmi dan orangtuanya. Juga bila terasa bermanfaat buat anda sekalian, silahkan mengajak dan memperkenalkan karya murah meriah tanpa modal untuk buah hatinya. Tetap semangat untuk menggali potensi dir putra-putri kita. Dari cerita diatas dapat dianalisis bahwa: Anak

membutuhkan

kehadiran

orangtua

untuk

melakukan

kegiatan bersamanya. Saya amati, anak merasa senang dengan keterlibatan orangtua bersamanya. Justru itu orangtua pun harus menyadari hal ini. Sebaiknya orangtua menyediakan waktu khusus bersama anak. Silahkan kita mengoreksi diri, apakah sudah cukup memberikan waktu bermain bersama anak? Bagi orangtua yang mempunyai sarana komputer dan internet, idealnya orangtua menguasai program komputer yang dibutuhkan anak. Sehingga orangtua bisa membantu menyalurkan keinginan anak.

49

Dalam menangani anak, tidak hanya Ibu yang harus berperan. Anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari ibu dan ayahnya. Apalagi karena permasalahan anak sangat kompleks, maka perhatian ayah juga harus dicurahkan kepada anak. Sang ayah juga harus ikut membantu ibu untuk mendidik anak, serta membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, mainan anak dapat dikembangkan, dan orangtua dapat menawarkan metode yang baru ke pada anak. Ini tentunya harus sesuai dengan kondisi anak dan orangtua. Orangtua harus selalu berhati-hati menghadapi anak. Jangan menerapkan sistem diktator pada anak, karena anak pun ingin dihargai dan dianggap. Hal lain, sebaiknya anak dilibatkan dalam kegiatan di rumah, agar anak mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh ibunya. Anak akan merasa kehadirannya dibutuhkan. Hal ini juga untuk menambah kedekatan anak dengan orangtua. Keikutsertaan anak bisa merupakan kesempatan bagi anak untuk berlatih mengungkapkan pendapatnya. Pengalaman orangtua Najmi, ia tak pernah rewel bila disuruh cepat berpakaian sendiri, karena ibunya belum selesai memasak.” Jadi anak mengerti proses yang dilakukan ibunya membutuhkan waktu, dan dia harus bisa mengurus dirinya sendiri. Dengan mengerti proses dan memahami kondisi, bisa menjadikan anak untuk cepat mandiri. 50

Anak akan terus berkembang bila diberikan dukungan, serta diperhatikan tahapan demi tahapan yang akan dicapainya. Untuk itu teruslah memberikan dukungan terhadap anak-anak kita. Orangtua harus senantiasa memberikan penghargaan kepada anak, agar anak terus berkarya. InsyaAllah anak akan terlihat senang sekali, bila orangtua menghormati hasil karyanya. Mami Tokyo 070418

51

Bab 3

Menggali Potensi Anak dalam Memasak dan Berkaryadi Dapur

3.1. Learning by Cooking Berdasarkan pengalaman pribadi kami, ada nilai positif tersendiri bila mengenalkan dapur sejak usia dini kepada anak. Kegiatan di dapur

bisa

memancing

mengembangkan

anak

kreativitas

untuk anak,

aktif

berkomunikasi,

menumbuhkan

inovasi

(kemampuan anak untuk menciptakan sesuatu yang baru) pada anak, meningkatkan pengetahuan anak, membuat anak bahagia, dan juga bisa mengalihkan perhatian anak dari TV. Rumah kami tidak begitu luas, terdiri dari tiga kamar, satu ruang keluarga, dan dapur ala kadarnya. Namun posisi dapur sangat strategis sekali, mudah dijangkau dari segala arah. Najmi pun sering bolak-balik masuk dapur. Saat Najmi berumur 3 tahun, ia sering meminta donat atau cake (kue) di malam hari. Padahal kami harus tidur cepat. Tapi kalau permintaannya tidak dibuatkan Najmi tentu tidak akan mau tidur. Kalaupun sebenarnya ia bisa dirayu, tapi ada perasaan iba seorang ibu terhadap anaknya, sebab Najmi sudah mau menahan 52

diri, disaat ada menu donat atau yang lain yang sepertinya enak di

sekolahnya,

dan

semua

teman-temannya

memakannya.

Kemampuan Najmi yang sudah tahu akan larangan memakan yang haram, sudah sangat luar biasa. Maka itu saya ikhlas untuk membuatkan permintaan Najmi

tentang

makanan. Sebagai

penghargaan terhadap anak yang sudah mau mematuhi ajaran Islam. Saya berusaha cepat membuatkan hal yang dimintanya. Najmi betah menemani ibunya bekerja di dapur, sambil duduk di atas kursi kecil. “Mami, masih lama?” Begitu tanya Najmi selalu. Hingga sekarang pun kebiasaan membuat kue masih bertahan. Selain itu, Najmi sering minta dibuatkan tanjoubi cake (kue ulang tahun), walaupun pada saat ia tidak berulang tahun. Ia suka membuat kue ulang tahun mungkin karena ada hiasan dan kreasi, misalnya ada nama dirinya, hiasan dari coklat, dan karakter yang dibikin dari gula. Saat membuat kue, saya tidak pernah merasa repot, karena Najmi sudah bisa membantu memegang mixer. Saya hanya memasukin bahan yang dibutuhkan, dan menyiapkan wadah untuk memanggang kue. Terakhir memindahkan adonan ke loyang yang sudah disiapkan. Ihwal nantinya kue mau dikasih kismis, coklat atau mises, Najmi yang menentukannya. Dengan begitu ia terlihat senang sekali karena bisa berkarya, dan ide-ide kecilnya selalu saya salurkan. 53

Selain dengan ibunya, Najmi juga suka membuat pudding berdua dengan ayahnya, misalnya di hari libur atau Sabtu dan Minggu. Tetapi kalau membuat jus, Najmi sudah mahir sekali sendiri. Ibunya hanya mengawasi dan membantu ketika menghubungkan aliran listrik, karena berbahaya bagi anak kecil.

3.2. Manfaat Masuk Dapur Bagi Anak Bila libur atau tidak sekolah, Najmi sering ikut memasak bersama ibunya. Terkadang malah mereka memasak bertiga, seperti membuat gyoza, karena harus mulai dari membuat kulitnya. Biasanya, Najmi dan ayahnya bertugas untuk membuat kulitnya. Adapun manfaat anak ikut masuk dapur sebagai berikut : 1. Menghindarkan Tontonan TV Bagi Anak Bila orangtua mencemaskan bahaya TV terhadap anaknya, maka berdasarkan pengalaman kami, mengajak anak bersama masuk dapur

merupakan

salah

satu

cara

yang

ampuh

untuk

menghindarkan TV. Sang ibu selalu memanggil Najmi di kala waktu menonton TV sudah habis, misalnya pada Sabtu atau Minggu pagi. Najmi selalu senang berada bersama ibu atau ayahnya di dapur. Tentu cara ini baru bisa diterapkan untuk anak seusia Najmi. 2. Membantu Perkembangan Motorik Anak Berdasarkan pengalaman kami, ada efek positif terhadap gerakan tangan dan kemahiran memotong. Najmi senang ikut membantu 54

saya memotong-motong ninjin (wortel), tamanegi (bawang bombai), kyabetsu (kol), atau jenis sayuran lainnya. Tentu saya tidak memberikan pisau yang seperti kami gunakan. Pisau buat Najmi yang tumpul dan biasa digunakan untuk memotong kue. Jadi kami tidak risau dengan bahaya kecelakan di dapur. Alhamdulillah, sampai saat Najmi tidak pernah mengalami kecelakaan di dapur. 3. Membuat Suasana Hati Anak Senang Bersama Orangtuanya Terkadang Najmi memasak sambil bernyanyi bersama ibunya. Hal itu membuat hati anak gembira berada bersama orangtuanya. Namun bernyanyi di dapur tentu disesuaikan dengan kondisi pekerjaan yang sedang dilakukan. Wash away wash away wash wash wash, Onion carrot potato Let make soup Cut away cut away cut cut cut, Onion carrot potato Let make soup Cook away cook away cook cook cook, Onion carrot potato Let make soup 4. Anak Mengetahui Dunia Nyata Najmi terlihat sangat ekspresif sekali mengikuti proses memasak di dapur. Sebelumnya dia hanya tahu benda-benda yang 55

digunakan sebagai bahan masakan di dapur melalui buku-buku bacaannya atau mainan plastik. Namun sekarang dia melihat bahan yang sebenarnya. Begitu juga ketika kami sedang melakukan proses memasak, dia juga banyak bertanya. Apalagi kalau masakan sudah jadi. Najmi terlihat sangat ekspresif sekali. “Oh, This is carrot. This is onion.” “Mami kenapa dimasukin itu?” “Mami itu apa? O … soyu (kecap).” “Mmm niyoi ga iii (Mmm enak aromanya).” “Oh … oishisho (oh ... sepertinya enak), omoshiroi (menarik).” Kata-kata tersebut selalu keluar dari mulut si kecil Najmi. Silahkan Anda mencobanya. Betapa senang melihat wajah anak dengan ekspresi alaminya. Ya bagaimana tidak, dunia itu baru dihadapinya dan dia belum pernah melihat langsung perubahan bahan-bahan mentah menjadi masakan yang sedap dan lezat. Bagaimana dia tidak kaget? Dia masih anak kecil, tapi bisa cocok dan pas memberikan pujian atau kata-kata yang sungguh ekspresif. Mengasyikkan dech pokoknya mengajak anak berkarya di dapur. Silahkan Anda mencobanya dengan anak Anda. 5. Meningkatkan Rasa Ingin Tahu dan Menambah Pengetahuan Anak Najmi terlihat senang dan gembira sekali karena bisa melihat proses memasak. Lucunya, ia ingin tahu lebih banyak tentang cara membuat masakan yang lain. Setelah saya selesai membuat satu jenis masakan, Najmi bertanya, “Mami telur dadar do yatte 56

tsukuru no? oshiete Mami! (Mami, gimana cara membuat telor dadar? jelaskan Mami!).” Berjalan waktu, Najmi mulai suka memasak dan ingin tahu segala hal tentang masakan. Ia kini bukan lagi memasak dengan mainan masak-masakan yang sudah lama ditinggalkannya. 6. Memancing Anak Ikut Berkarya Kegiatan memasak bersama anak di dapur dapat memancing tumbuhnya karya dan daya cipta anak. Anak juga tercambuk ingin bisa

menghasilkan

karyanya,

seperti

ibunya

yang

mampu

membikin masakan. Ada satu resep yang terlahir dari Najmi secara spontan. Ketika itu ia menemukan ikan kering di rak bahan-bahan makanan di dapurnya, yang bisa ditarik dengan mudah untuk mengambilnya. Ikan yang ditemukan Najmi itu, saya namakan dengan baby fish. Bila akan dibuat masakan, biasanya saya tinggal memanaskan menggunakan

microwave,

kemudian

mencampurnya

dengan

goreng kentang untuk dibikin balado. Resep ini adalah kesukaan suami, dan sesekali saya menyajikannya. “Ah souka ... Mamichan watashi wa odanggo koro-koro tsukuritai yo (oh ya ... Mami, aku mau bikin odanggo koro-koro).” “Bagaimana cara membikinnya)?” Tanya saya heran. Karena jujur, saya memang tidak tahu apa yang dimaksud oleh Najmi. Maklum, saya tidak begitu antusias untuk memasak makanan Jepang. 57

“Pertama ikan ini digiling dengan blender, terus nasi dibulatbulatin. Setelah itu nasi tadi dilumuri dengan ikan yang telah digiling tadi.” Najmi menjelaskan menu yang akan dibuatnya sambil memegang baby fish. Dan ia menjelaskan dalam Bahasa Jepang. “Kantan yo, Mami-chan. Watashi wa jibun de dekiru yo (gampang bikinnya Mami. Aku bisa bikin sendiri kok),” kata Najmi meyakinkan saya. Akhirnya saya mengizinkan Najmi untuk membuat menu yang dimaksudnya.

Ternyata

Najmi

memang

berhasil

membuat

odanggo koro-koro. Selesai membuatnya, ia sangat riang sekali, karena memang sukses menyelesaikan pekerjaannya. Danggo hasil bikinannya diperlihatkan ke pamannya yang biasa dipanggil Abi. Saya pun merasa sangat senang sekali, dan segera meminta bantuan Abi untuk mengambil foto karya Najmi tersebut.

Gambar 19. Odanggo goro-goro bikinan Najmi. 58

7. Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Seperti yang di sebutkan di atas, Najmi ingin berkarya dan ingin membuat sesuatu yang maminya tidak tahu. Saya selalu berusaha menanyakan apa yang dimaksud oleh Najmi. Penuturan Najmi tentu dapat meningkatkan kemampuan bahasanya. Dia mengingat apa informasi yang pernah dia dapat dan kemudian berusaha untuk menjelaskan kepada maminya cara membuat menu yang dia maksudkan. Ini baru untuk satu contoh. Banyak lagi keinginan Najmi untuk membuat masakan yang sederhana yang dia ketahui dari buku atau TV. 8. Menyalurkan kreasi anak Ada suatu kreasi hidangan menarik ala Najmi, telur dadar ditata seperti gambar usagi (kelinci) (Gambar 14). Di sekolahnya usagi adalah mark (simbul) untuk Najmi. Jadi semua peralatan Najmi dibubuhi label atau gambar usagi. Hal ini gunanya untuk memudahkan masing-masing anak mengambil dan menggunakan barangnya sendiri di sekolah, karena belum semua anak bisa membaca, apalagi bagi anak yang berada di kelas 0-3 tahun. Melihat hidangan yang ditata Najmi, Mami dan Papi hanya bisa berucap, “Sugoi Najmichan no aidea ne (hebat ya ide Najmi)!" Najmi terlihat senang dan gembira sekali setelah berkarya dan mendapatkan pujian dari kami.

59

Gambar 20. Telur dadar yang ditata seperti gambar kelinci. 10. Membuat anak lebih mandiri Mengenalkan dapur pada anak, membuat anak lebih mandiri. Saat ini, untuk urusan membuat jus, seperti jus strowberi, jus jeruk, jus kiwi, atau jus campuran beberapa buah-buahan, Najmi sudah bisa membuatnya sendiri. Untuk mencuci buah-buahan, Najmi mengambil kursi tambahan untuk berdiri, sehingga ia bisa menghidupkan air sendiri, terus memasukkan buah ke dalam juser atau blender. Saya hanya mengawasi dan mendampingi bila ada cara kerjanya yang salah. Terakhir, saya membantu untuk menyambungkan kabel blender ke sumber listrik. Semoga dalam hal lain Najmi juga bisa lebih baik. Sisi lainnya tentu masih banyak yang kurang. Kami menggali potensi anak 60

sesuai dengan waktu, potensi dan kemauan anak. Dan semoga hal baik yang telah dimiliki oleh Najmi dapat dipertahankan dan meningkat hendaknya. Aamiin. Keuntungan mengajak anak masuk dapur bagi orangtua Kami sangat senang dan merasa terbantu dengan adanya tangan tambahan dari Najmi. Najmi bisa dijadikan asisten untuk urusan memotong-motong sayuran. Najmi bisa membantu kami membuat kue. Namun saya bukan mengharapkan bantuan Najmi, karena dia masih kecil. Najmi masuk dapur sesuai dengan keinginan dan mood (suasana) hatinya.

Gambar 21. Najmi ketika berumur 5 tahun, telah menjadi asisten maminya di dapur. Saat anak berada di dapur, juga merupakan kesempatan bagi kami untuk mengeksplorasi (menggali) kemampuan berbicara anak. Kami jadi mengerti kemampuan anak dalam berdialog. Bisa 61

sebagai bahan masukan bagi kami dalam memantau kemampuan anak dalam berbicara. Bila ada kesalahan bahasa yang digunakan anak, maka kami dapat membetulkannya. Bila kita para orangtua ingin menerapkan multibahasa (barbagai bahasa) untuk anak, maka saat anak berada di dapur dapat dijadikan kesempatan untuk itu. Setidaknya melatih pengucapan anak dalam bahasa yang tengah diajarkan kepadanya, dan menambah kosa kata anak. Keberadaan anak di dapur bersama orangtua merupakan salah satu kesempatan bagi ibu untuk mentransfer atau memberikan ilmu kepada anak. Ibu dapat menjelaskan bahan-bahan masakan dan fungsinya. Misalnya ikan mengandung protein, protein itu penting

untuk

pertumbuhan

tubuhnya,

sedangkan

sayuran

mengandung berbagai macam vitamin dan mineral. Saya kerap kali menerangkan hal di atas kepada Najmi. Saya juga mengatakan, “Jadi … Anak kalau makan harus lengkap gizinya. Harus mau makan ikan atau daging, juga sayuran, karena nilai gizinya berbeda. Dan seluruhnya diperlukan tubuh agar kita agar tetap sehat”. “Anak ingin sehatkan?” “Anak ingin pintar kan?”

62

Najmi pun menjawab, “Ya. Anak ingin sehat Mami. Anak ingin pintar Mami. Anak nanti mamam semuanya.” “Ya, good job (bagus), anak Mami mengerti. Mami jadi senang mendengarnya.” Dengan demikian, saat anak ikut ke dapur bersama ibunya, kita bisa menyemangati anak untuk mengkonsumsi makanan dengan baik. Silahkan ajak anak Anda ikut masuk dapur, tentunya pada saat yang tepat. InsyaAllah Anda dapat merasakan hal apa yang pernah kami alami. “Sungguh! Sangat menyenangkan sekali.” Dari penuturan di atas ada beberapa hal penting yang bisa dipetik : 1.

Anak selalu berpositif thinking (berfikiran baik), bahwa Ibunya bisa membuat makanan apa saja, terbukti anak pingin makan ini dan itu. Artinya kita sebagai Ibu, harus ikhlas untuk rajin ke dapur dan membuat masakan yang diinginkan oleh anak, bukan hanya membeli makanan jadi.

2.

Apalagi bagi kita yang tinggal di luar negeri sebagai minoritas. Tak tertolak rasanya ketika anak meminta sesuatu yang pernah dilihatnya dan tampak ia sangat ingin memakannya. Kita para ibu harus mensupport kemampuan dininya untuk mau menahan diri dari 63

makanan yang tidak halal, yang dijual di supermarket atau restoran. Dengan adanya pengorbanan ibu dalam konteks ikhlas membuatkan makanan ini, insyaAllah anak akan tambah mantab dan kuat untuk selalu menjaga makanannya. Dan ia tidak akan menyesal sebagai seorang muslim. InsyaAllah perjuangan ibu di sini juga akan memperkokoh agama anak. Aamiin. 3.

Makanan jadi banyak yang tidak sehat, apalagi banyak pedagang makanan yang menggunakan bahan-bahan yang tidak aman untuk kesehatan.

4.

Tak ada salahnya anak diikutkan atau diperkenalkan dengan dapur, tentu sesuai dengan kapasitas anak. Anak akan senang diperkenalkan dengan sesuatu yang baru, melihat dunia nyata, dan proses memasak. Kehadiran anak kecil tidak hanya membuat orangtua repot, namun anak bisa memberikan bantuan kepada orangtuanya. Juga

merupakan

kesempatan

bagi

orangtua

untuk

meningkatkan kemampuan berbicara dan pengetahuan anak. 5.

Orangtua sebaiknya memberikan kesempatan kepada anak untuk menyalurkan keinginannya. Bila masakan bukan untuk dihidangkan kepada tamu spesial, tidak ada salahnya memberikan kesempatan kepada anak untuk berkarya. Namun tentu saja jenis masakan harus sesuai dengan kondisi anak. Najmi pun telah bisa diberikan kesempatan berkarya lewat masakan. Bila membuat kue ulang tahun (saat Najmi tidak berulang tahun), maka 64

saya mengizinkan Najmi untuk menghias kue, walaupun kadang kue tersebut sudah saya hias. 6.

Banyak

keuntungan

keikutsertaan

yang

anak

di

dapat dapur,

diambil

dari

misalnya

bisa

menghindarkan bahaya TV terhadap anak, membantu perkembangan motorik anak, mendekatkan anak pada dunia

nyata,

meningkatkan menambah

menambah kemampuan

kedekatan

pengetahuan anak

orangtua

anak,

berkomunikasi, dengan

anak,

memancing tumbuhnya kreasi anak, dan juga membuat anak lebih mandiri. Wassalam, Mami Tokyo, 070319 ******

Gambar 22. Najmi 2 tahun, menggambar di Commeca Ism, toko yang sangat besar menjual pakaian

65

Bab 4.

Kiat Menggali Potensi Anak Berkomunikasi (Dalam bab ini, melalui kisah nyata yang kami alami, dipaparkan bagaimana seni dan kiat menggali kemampuan anak untuk berkomunikasi).

Gambar 23. Lukisan oleh Najmi di komputer

66

4.1. Ketika Anak Membandingkan “Mami boleh pakai ini?” Tanya Najmi. “Boleh,” jawab Mami tanpa berpikir panjang. “Kok kata sensei nggak boleh? “Sensei yang salah, Mami?” Tanya Najmi lagi. Ceritanya, pada saat kami hendak pergi berbelanja, saya meminta Najmi berpakaian sendiri. Bajunya sudah saya siapkan, tinggal tugas Najmi untuk memakainya. Atasannya sudah oke, cuma bawahan yang bermasalah. Menurut saya, bawahannya kurang pas bila dipakai untuk berpergian keluar. Ketika pertanyaan Najmi seperti di atas muncul, ia sedang mengenakan celana tidur. Najmi menanyakan apakah boleh langsung memakai jins tanpa harus mengganti celana tidur yang sedang ia kenakan. Tanpa berpikir panjang, saya langsung membolehkan. “Mikirnya ingin cepat saja, he..he..he.” Namun Najmi di sekolahnya telah diajarkan oleh gurunya, “pakaian tidur hanya boleh digunakan untuk tidur saja”. Walaupun di sekolahnya anak-anak hanya tidur 2 jam saja, tetapi untuk tidur harus memakai piama. Selepas bangun, pakaian itu harus diganti dengan pakaian beraktivitas. Maka protes Najmi pun keluar, setelah saya membolehkannya memakai celana tidur untuk pergi keluar. Walaupun bagian luarnya ada celana jins. 67

“Kok kata sensei nggak boleh.. Mami?” Saya kaget mendengar protes Najmi. Saya sungguh tidak menduga protes Najmi akan keluar seperti itu. Perasaan saya bercampur aduk. Ada rasa malu pada Najmi, karena saya sudah membuat kesalahan. Ada rasa senang karena Najmi yang sekarang sudah lebih kritis. Dia sudah berani mengutarakan perbedaan ajaran yang dia terima. Saya tidak marah diprotes anak.

Saya senang dan gembira

dengan sikap Najmi tersebut. Artinya, dia tanggap terhadap pengajaran yang diterimanya, dan dia ingin mencari suatu kebenaran dari dua sumber yang berbeda. Bagi Najmi orangtuanya adalah segalanya, itu yang bisa saya baca. Dia bangga pada orangtuanya, Alhamdulillah. Semoga hal ni terus berlangsung. Dalam kasus ini pun Najmi beranggapan bahwa sensei (guru)-nya dan peraturan sekolah yang salah. Tapi saya tidak malu untuk mengatakan kalau yang benar itu senseinya. “Maaf ya, Anak sayang, Mami yang salah. Karena Mami ingin kita cepat berangkat, makanya Mami bilang saja boleh. Padahal sebenarnya tidak boleh. Ini kan celana tidur, memang harus diganti kalau mau pergi keluar. Baju tidur hanya untuk tidur. Sensei (guru) Anak yang benar.”

68

“Sekarang, ayo Anak ganti celana tidurnya dengan taitsu (celana ketat untuk menghangatkan, yang dipakai pada musim dingin), kemudian baru pakai jins ya!” “Hai wakarimashita ( ya, mengerti),” jawab Najmi Saya merasa lega karena sudah mengutarakan kebenaran yang sesungguhnya pada Najmi. Kejadian ini kami jadikan sebagai pelajaran agar lebih berhati-hati dalam menghadapi Najmi. Kami harus mengajarkan kejujuran dan kebenaran kepadanya. Kami harus memberikan dia contoh yang baik. Ketika salah kami harus berani mengakuinya, dan mengutarakan kata maaf. Sesungguhnya tidak ada gunanya mempertahankan ego, sekalipun berhadapan dengan anak kecil, ini yang akan kami praktekkan. Semoga niat ini bisa terlaksana hendaknya, untuk menciptakan generasi yang lebih baik. Andaikan kita semua sepakat untuk bersikap dan mengajarkan kebenaran yang sesungguhnya kepada anak-anak kita, tentu nantinya mereka akan lebih baik dari kita ini. Pengajaran yang linier (linier= berupa garis lurus) untuk anak sungguh merupakan pendidikan yang bijak sekali. Ajaran yang linier artinya aturan yang saling menunjang, tidak terkotak-kotak, atau saling bertentangan. Sehingga kebenaran itu tidak hanya

69

ditemui di lingkungan sekolah, tapi juga di rumah, di masyarakat dan di negara. Agaknya, pola dan sistem pendidikan yang linier inilah yang melekat pada masyarakat Jepang sehingga menjadikan mereka disiplin dan punya satu sikap di mana pun berada. Dari cerita di atas dapat dianalisis sebagai berikut : 1.

Saat kejadian ini Najmi berumur 4,8 tahun. Nampaknya anak di atas 4,5 tahun dengan sistem pendidikan yang berkelanjutan di sekolah (tempat penitipan anak), anak sudah bisa mengadopsi kebiasaan yang berlaku di sekolah. Anak 4,5 tahun sudah bisa protes bila dia menemukan ajaran yang berbeda antara di sekolah dan di rumah. Sebaiknya orangtua harus berhati-hati, jangan karena terburu-buru si anak diizinkan untuk melakukan sesuatu yang salah, karena akan menimbulkan kebingungan pada anak. Hal ini juga merusak kebiasaan yang telah diterima anak melalui lingkungan sekolahnya.

2.

Orangtua

seharusnya

bisa

berjiwa

besar,

mudah

mengutarakan kata maaf di kala salah, dan mengucapkan terimakasih kepada anak sesuai dengan keadaan. Bila orangtua bersalah, seharusnya tidak mencari alasan untuk menutupi kesalahan. Ini adalah suatu prilaku yang terpuji. Nantinya anak juga akan tumbuh menjadi insan yang sportif, mudah meminta maaf bila bersalah, dan

70

mengucapkan terimakasih bila dibantu atau menerima kebaikan dari pihak lain. 3.

Dalam pikiran anak, orangtuanya adalah yang terbaik, berhagialah kita akan praduga positif anak kita. Ini merupakan masukan yang bagus buat para orangtua sehingga kita bisa lebih waspada, bisa merupakan cambuk kepada kita untuk terus belajar dan menambah ilmu untuk menutupi kekurangan yang kita miliki. Sesuai dengan tumbuhnya anak, kita para orangtua bisa terus meningkatkan kualitas diri kita, asalkan ada tekad dalam hati.

4.

Sebaiknya

orangtua

harus

cukup

informasi

dan

pengetahuan tentang aturan atau kebiasaan yang berlaku di sekolah anak. Orangtua sebaiknya menunjang sistem yang

telah

ditetapkan

di

sekolah.

Dengan

sistem

pendidikan yang linier, anak akan konsisten untuk menerapkan suatu ajaran. Pendidikan yang linier antara orangtua, sekolah dan masyarakat akan menciptakan anak yang disiplin dan beraturan. 5.

Jepang sangat disiplin menerapkan sistem pendidikan yang linier dalam segala bentuk aturan yang diterapkan, sehingga tidak ada peraturan yang tumpang tindih. Misalnya saja masalah sampah: di rumah, di sekolah, di masyarakat umum, dan di tempat umum, sistem dan aturan sampah sama, sehingga prilaku masyarakat pun seragam, dan sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Tidak dijumpai sampah bertebaran di jalan, sehingga kotanya 71

bersih, rapi dan indah, bebas dari sampah liar. Tentu kita akan senang jika lingkungan di Indonesia juga bersih dan sehat. ******

Gambar 24. Lukisan oleh Najmi Wassalam Mamianak Tokyo 070316

72

4.2. Ketika Anak Kecewa Waktu ayahnya Najmi pergi ke luar kota, saya menunggu sang ayah online di depan komputer untuk bisa berkomunikasi. Kota tempat suami berada saat itu mempunyai perbedaan waktu dengan Jepang antara siang dan malam. Bila di Jepang sudah pagi, maka di sana masih malam, begitu juga sebaliknya. Tepatnya suami sedang berada di Baltimore, Amerika Serikat, untuk seminar selama seminggu. Saat itu Najmi tidak sekolah. Saya dan Najmi seharian di rumah. Komputer menyala terus dari pagi hingga malam. Sebentarsebentar ketika ada waktu kosong, saya mengintip layar komputer, ternyata pesan di Yahoo Messanger dari suami tidak ada. Saya penasaran, “Kok suami nggak mengirimkan message ya?” Mau menghubunginya lewat telepon pun nggak bisa, karena saya nggak tahu kemana harus menelepon. Apalagi kata suami nggak bisa menelpon langsung, harus melalui operator dulu. Tambahan lagi suami pun tidak memberikan nomor telepon hotel tempat ia menginap. Padahal menelpon dari Jepang ke Amerika murah sekali, bahkan sama dengan tarif telepon lokal di Jepang. Ya mungkin ini terkait hubungan yang dekat antara Jepang dan Amerika. Bukan itu saja, tiket pesawat dari Jepang ke Amerika pun sangat murah, ketimbang Jepang-Indonesia. 73

Pada saat mau tidur di malam hari, saya dan Najmi kembali mengintip layar komputer, berharap papinya sudah bangun. “Nak, yuk kita lihat Papi ada nggak!” Najmi bergegas dan berlari menuju ruang computer. Dan dilihatnya Yahoo Messanger dari papinya tidak ada juga. Najmi mengerti karena papinya memakai nama “Najmi” untuk user name-nya. Najmi memang sudah bisa membaca dan menuliskan namanya sendiri. “Wah nggak ada Mami-chan,” suara Najmi terdengar keras. “Ke mana ya Papi? kok nggak online?” Saya menimpali. Tanpa berpikir panjang, Najmi langsung menjawab, “Sedih ya Mami kalau Papi nggak ada!” Saya tersenyum memandangi wajah Najmi. Saya senang Najmi sudah bisa merasakan perasan sedih dan kecewa, karena seharian bolak-balik mengintip pesan dari papinya bersama Maminya. Saya terharu karena Najmi sudah bisa menyuarakan isi hatinya. Najmi sudah bisa mengeluarkan kata-kata yang sesuai dengan kondisi sebenarnya. Saya berusaha menghibur Najmi, dan mendekapnya. “Ya mungkin Papi kemarin itu sibuk, kan Papi presentasi, jadi capek dan sekarang mungkin belum bangun.”

74

“Najmi kan dari tadi sudah bangun, kenapa Papi belum?” Sanggah Najmi. “Papi itu sekarang lagi berada di Amerika, jauh ... sekali. Di sana sekarang ini masih pagi. Yuk kita bobok. Besok Anak kan harus sekolah. Nanti Papi pasti kirim e-mail.” Saya membujuk Najmi, sambil mengusap pipi kanan dan kirinya. Najmi tampak merasa terhibur dan setuju dengan ajakan Maminya. “Un, wakarimashita (Baik, mengerti)!” jawab Najmi. “Yuk bobok, yuk Mami!” Saya dan Najmi bersiap-siap untuk tidur. Sebelumnya, Najmi tidak lupa menyikat gigi, karena sudah merupakan kebiasaan rutinnya setiap hari. Kami kemudian sholat Isya berjama’ah. Meskipun sudah berada di tempat tidur bersama Najmi, saya masih belum bisa tidur. Masih terngiang-ngiang di telinga ini ucapan yang terlontar dari mulut mungil Najmi. Mau rasanya untuk menghidupkan komputer kembali dan menyampaikan pesan kepada papinya, kalau anak gadisnya kecewa karena tidak ada pesan dari Papi untuknya. “Tapi selimut telah terasa hangat, besok saja bangun awal sekali dan mengirim message (pesan) kepada Papi.”

75

Esoknya, setelah sholat subuh, saya bergegas menyalakan komputer. Begitu monitor terbuka, langsung keluar message (pesan) dari papinya. “Mami dan Anak-chan (anak saying), maaf… kemarin Papi pulang telat dan langsung terkapar. Papi nggak sempat menghubungi. Anak yang baik ya, patuh sama Mami. Papi sayang sama Najmi, maafkan Papi ya. Cium sayang dari Papi untuk Anak-chan dan Mami. Wassalam! ” Setelah Najmi bangun, saya mengajak Najmi membaca pesan dari papinya, walaupun Najmi masih harus mengeja. Najmi senang sekali menerima pesan dari papinya. Kekecewaan kemarin tidak terlihat lagi di wajahnya. Saya segera mengetik balasannya sesuai dengan kalimat yang diucapkan oleh Najmi. Dengan demikian, Najmi pun bertambah senang. Saat anak merasa sedih, peran bijak orangtua sangat diperlukan sekali. Alhamdulillah hati saya digerakkan oleh Allah untuk segera menghibur Najmi, ditambah lagi dengan pesan dari papinya yang dilihatnya langsung. Jadinya lengkap sudah menutupi kesedihan Najmi.

76

Dari peristiwa yang dituliskan seperti di atas dapat dianalisis sebagai berikut : 1.

Kejadian ini berlangsung saat Najmi berumur 4,9 tahun. Artinya

anak

usia

di

bawah

5

tahun

telah

bisa

mengungkapkan perasaan sedih, dan telah mengerti rasa kecewa. Hal ini bisa dilihat dari penuturan Najmi, “Sedih ya Mami kalau Papi nggak ada.” Anak di bawah 5 tahun telah tahu situasi dan kondisi, serta menyatakan ha apa yang dirasakannya dengan kalimat yang sesuai. 2.

Orangtua sebaiknya mengerti akan keadaan anak. Bila terpaksa harus mengambil keputusan yang membuat anak kecewa,

sebaiknya

orangtua

harus

mengungkapkan

kepada anak dengan jujur dan menggunakan kalimat yang bisa dimengertinya. Atau bila kasusnya serupa seperti yang dialami Najmi, maka salah satu orangtua yang berada bersama anak saat kejadian berlangsung, harus berusaha sebisa mungkin menerangkan kepada anak tentang keadaan yang sebenarnya. Sehingga anak bisa merasa terhibur dan memahami keadaan.

77

3.

Meskipun sementara, permasalahan dengan anak telah selesai, namun orangtua yang telah membuat anak kecewa, sebaiknya meminta maaf kepada anak, baik lisan maupun

tulisan.

Dalam

kasus

Najmi,

sang

Papi

mengirimkan pesan untuk menyampaikan kata maaf kepadanya. Tindakan ini sudah benar, karena Najmi jadi terobati dengan kehadiran pesan Papinya. ****** Wassalam, Mamianak Tokyo, 070317.

Kupu-kupu oleh Najmi

78

4.3. Berkomunikasi dengan anak usia 5 tahun Pada saat saya menulis topik ini, Najmi belum berusia 5 tahun, tepatnya 4 tahun 10,5 bulan. Namun bila dibulatkan ke atas menjadi 5 th. Saya mengamati dari pembicaraan Najmi, ada peningkatan kemampuannya berbicara, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Najmi telah bisa mengungkapkan perasaan senang dan sedih, memberikan pujian, kritikan, saran dan masukan kepada orangtuanya. Selain itu Najmi juga berani menegur bila seseorang melakukan kesalahan apabila dia tahu bagaimana kebenaran yang semestinya. Anak 5 tahun sudah bisa mengungkapkan suasana hatinya Anak 5 tahun sudah bisa mengungkapkan suasana hatinya, apakah sedih atau senang. Ketika papinya tidak ada di rumah, karena sang papi pergi seminar di luar kota, Najmi berkata, “Mami sedih ya, kalau nggak ada Papi.” Begitu juga ketika giliran maminya yang tidak ada di rumah, Najmi langsung menelepon, “Mami cepat pulang, Najmi sedih kalau nggak ada Mami” “Najmi mau rindu-rindu dengan Mami.” Kalau kami lengkap di rumah, Najmi berkata, “Kalau ada Mami dan Papi, Najmi ureshi… (senang…).” 79

Saya menanggapi bahawa anak meminta perhatian orangtua, mengajak orangtua ikut serta bersamanya. Ucapan Najmi ini mengingatkan kami untuk menyediakan waktu khusus baginya, terutama pada hari libur dan Sabtu-Minggu. Anak 5 tahun akan menagih janji orangtuanya Suatu hari Najmi menagih saya membuatkan baju, karena memang saya pernah menjanjikannya. “Mami, ayolah buatkan Najmi baju!” Karena saya cemas nanti Najmi tidak percaya sama omongan dan janji maminya, saya pun memenuhi permintaan Najmi. Akhirnya saya membuatkan baju untuk

Najmi sesuai dengan

yang

diinginkannya. “Mami, Najmi mau bajunya pakai gambar.” “Mami, Najmi maunya warna pink (bahan aksesoris polos warna pink), kan cocok dengan ini,” kata Najmi sambil menunjuk motif bahan yang dimaksudkannya. “Mami … , bukan di sini letaknya, tapi di sini …,” kata Najmi sambil mengubah posisi gambar yang telah dilukisnya untuk dijadikan aksesoris pada baju. Saya mengikuti permintaan Najmi dan usulannya, termasuk warna dan letak aksesoris di baju yang mau dipasangkan. Ya, memang tidak ada salahnya menyalurkan bakat anak, lagi pula bajunya bukan baju formil. Sehingga tidak ada salahnya mengikuti ide 80

Najmi

dalam

pembuatan

baju

tersebut.

Saya

pun

ingin

menghargai Najmi, agar dia lebih bergiat untuk berkarya. *** Dari kejadian ini dapat dianalisis: 1.

Anak usia 5 tahun tidak bisa dijanjikan sembarangan. Si anak akan menuntut orangtua sesuai janji yang kita ucapkan. Justru itu kita harus berhati-hati dalam menjanjikan sesuatu kepada anak. Sebaiknya orangtua tidak membuat janji yang hanya untuk menyelamatkan diri, pada saat terjadi ketidaksesuaian keinginan anak dan orang tua. Janji yang tidak ditepati oleh orangtua tentu bisa membuat anak kecewa, serta hilangnya kepercayaan anak terhadap orangtuanya. Lebih parah lagi orangtua telah memberikan contoh yang salah terhadap anak, karena tidak menepati janji.

2.

Anak usia 5 tahun sudah dapat menyuarakan keinginan hatinya, memberikan masukan, menyatakan hal yang menarik menurut sudut pandangnya. Hal ini adalah suatu kemajuan

bagus

yang

sebaiknya

diapresiasi

dan

disalurkan, untuk memupuk bakat dan menghargai masukan anak. Namun bila masukan anak kurang baik, tentu

orangtua

dapat

mengarahkan

sehingga anak tidak kecewa.

81

dengan

baik,

Anak 5 tahun telah bisa memberikan pujian Ketika papinya membelikan kartu bermain question (pertanyaan) dan answer (jawaban) edisi bahasa Inggris buat Najmi, saya bertanya, ”Bagus ya, kartunya?” “Iya. Papi pintar memilihkan untuk Najmi. Bagus-bagus semua prezentou (hadiah)-nya. Najmi suka,” sahut Najmi. Terlihat

bahwa

anak

sudah

bisa

menimpali

pembicaraan

orangtuanya dengan baik. Dia sudah bisa memberikan komentar dan pendapat yang sesuai dengan konteks pembicaraan. Tentu semua itu harus dipupuk terus agar terbina komunikasi yang baik. Anak 5 tahun sebenarnya dapat menerima kebenaran yang diajukan oleh orangtuanya Ketika Najmi tidak sekolah karena batuk, saya langsung meminta izin kepada sensei (guru) Najmi. Sarapan pagi seperti biasa adalah roti. Kali ini roti strowberi. Namun, untuk minuman Najmi, saya memberinya ocha (teh hijau Jepang), karena pertimbangan batuk. Biasanya Najmi minum yogurt di pagi hari. Tidak heran jika ia menolak diberi ocha. “Mami… ocha-nya pahit, Najmi nggak suka!” Padahal Najmi suka ocha, bahkan ia yang membuatnya sendiri. Namun memang tidak pernah meminumnya di pagi hari. 82

“Najmi kan batuk. Lebih baik minum ocha. Ocha ini bisa membunuh bakteri yang ada dalam tubuh. Batuk itu tandanya ada bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Ocha ini bagus untuk kesehatan, karena

mengandung

antioksidan,

polifenol

dan

berbagai vitamin lain.” Saya berusaha menerangkannya kepada Najmi, meskipun ia belum tahu apa itu antioksidan dan polifenol. “Tapi ini pahit,” suara Najmi terdengar lagi “Ya udah, Mami encerkan ya!” Saya berjalan ke dapur untuk mengencerkan ocha hingga dua kali pengenceran. Alhamdulillah, Najmi pun langsung meminum ocha yangsudah diencerkan tersebut. “Enak ya Mami … makan roti dengan ocha,” kata Najmi. Akhirnya, ocha yang saya suguhkan, diminum hampir satu gelas oleh Najmi. Di sini bisa kita lihat, anak 5 tahun sebenarnya sudah dapat menerima kebenaran yang kita tawarkan untuknya, asalkan disampaikan dengan baik, dan dengan kalimat yang mudah dipahaminya. Maka itu kita jangan menyerah untuk meyakinkan anak. Mari lakukan pendekatan yang kira-kira dapat diterima anak. Tentu saja orangtua perlu mengenalkan dan membina komunikasi yang terus-menerus dengan anak di rumah. Anak 5 tahun sudah dapat memperjuangkan permintaannya Suatu hari, ketika saya sedang sibuk melakukan pekerjaan rumah—menjemur kain dan membereskan rumah—Najmi meminta 83

izin untuk menonton Shimajiro. Shimajiro (Bennesse Corp.) adalah salah satu karakter buat pendidikan anak di Jepang. “Mami Najmi boleh nonton Shimajiro?” “Lho kok nonton? Najmi belajar dulu!” Jawab saya “Mami…, ini kan belajar Mami. Lihatlah ini belajar hiragana.” Najmi memperlihatkan kaset yang sedang dipegangnya, yang memang bertema belajar hiragana. “Ya sudah, satu kali saja ya. Janji? Can you promise me? Yakushoku dekiru (bisa janji)?” Saya pun menanyai Najmi dalam tiga

bahasa

karena

kami

sedang

mengajak

anak

untuk

berkomunikasi dalam multilingual (beragam bahasa) di rumah. Saya mempelajari bahwa multibahasa akan baik efeknya terhadap anak, dari pada monolingual (satu bahasa). Tentu harus ada tekniknya, agar kesemua bahasa yang ingin diajarkan bisa bertumbuh dengan baik. “Un … janji …,yes …, yakushoku dekiru yo …, Mamichan.” Dari percakapan di atas, terlihat bahwa anak 5 tahun sudah dapat mempertahankan

pendapatnya,

dapat

meyakinkan

dan

bernegosiasi dengan orangtuanya. Orangtua juga sebaiknya harus bersikap bijak bila permintaan anak itu memang tepat, tak ada salahnya meluluskan dan menyetujui kemauan anak. Namun bila

84

permintaan anak tidak tepat, tentu perlu meyakinkannya untuk tidak melakukannya. Anak 5 tahun sudah bisa menjelaskan sesuatu informasi yang dia dapatkan dari lingkungannya Anak 5 tahun juga telah mampu merekam suatu informasi yang dia dapatkan dari buku atau TV, dan kemudian menerangkannya kepada orangtuanya. Kerap kali Najmi menerangkan atau memberikan usulan dalam pembuatan suatu resep sederhana. “Mami kita bikin strawberry cake (kue strawberri) yuk!” Najmi hanya

meminta

bahan-bahannya

dan

dia

pun

membbuat

strawberry cake sendiri. Ternyata yang dimaksud strawberry cake adalah roti tawar dipotong persegi terus ditaburi potongan strowberi di atasnya. Gampang sekali, kan? Namun Najmi senang membuat dan memakannya. “Mami, yuk kita bikin ringo kare (gulai apel) yuk Mami! Najmi lihat di TV ada ringo kare,” ajak Najmi di lain kesempatan. “Mami, yuk kita bikin dorayaki!” Najmi pun membawa buku dan menceritakan cara membuat dorayaki sesuai dengan gambar yang dia lihat di buku.

85

Semua ajakan Najmi di atas adalah suatu pekerjaan yang sangat sederhana yang sering ditemui pada buku-buku anak di Jepang ataupun acara memasak di TV. Anak 5 tahun sudah bisa protes berdasarkan ilmu yang dia dapatkan Anak 5 tahun juga sudah bisa melakukan protes berdasarkan pengetahuan yang dia dapatkan dari buku. Masih ketika batuk, saya menyarankan kepada Najmi, agar batuk jangan dipaksa. Saat itu Najmi bermaksud ingin belajar mengeluarkan dahaknya, tetapi belum berhasil sepenuhnya seperti orang dewasa. “Najmi

jangan

sering-sering

batuk

begitu,

nanti

infeksi

tenggorokannya. Dalam bahasa Najmi, nodo ga aka ni narimasu yo (nanti tenggorokan anak merah),” saya berusaha menjelaskan. “Mami, tenggorokan itu memang warnanya merah. Najmi melihat di buku, nodo (tenggorokan) itu aka (merah), di sekitar ini pinku (pink),” Najmi berbicara sambil menunjuk bagian lidahnya. Terlihat Najmi sudah bisa menyanggah omongan orangtuanya, karena memang di buku-buku anak di Jepang, secara jelas digambarkan bagian tenggorokan itu dengan warna mengarah ke merah. Sebenarnya kita tidak perlu marah bila anak protes seperti

ini.

Malah

hal

tersebut

menggembirakan

karena

menunjukan anak berani mengeluarkan pendapat. Menunjukan 86

apakah omongan kita dimengerti oleh anak atau tidak. Dengan adanya protes anak, kita dapat memberikan penjelasan yang lebih dimengerti oleh anak. Anak 5 tahun sudah bisa menegur orangtuanya bila salah Suatu hari saat pulang sekolah, saya menjalankan sepeda tidak di atas trotoar, karena trotoar dekat sekolah Najmi tidak begitu bagus kondisinya pada bagian sebelah kiri jalan. Saya terpaksa menggunakan pinggir jalan, apalagi mobil pun tidak ramai, karena memang bukan jalan utama. “Mami, koko wa dame yo (nggak boleh bersepeda di sini)! Kalau berjalan

dan

bersepeda

harus

di

atas

trotoar,”

Najmi

memperkuat perkataannya dalam bahasa Jepang. Ya mungkin Najmi mendapat ajaran dari gurunya, ataupun juga melalui video Shimajiro yang memang menyuguhkan ajaran untuk anak-anak sesuai peraturan dan sistem di Jepang. Saya sadar kalau saya yang salah, saya pikir lebih baik menyadari kesalahan dan mengucapkan maaf kepada Najmi. “Mami minta maaf ya. Memang Mami salah, tapi Najmi lihat itu trotoarnya nggak bagus, kan? Mami takut nanti kita jatuh, makanya Mami tidak menggunakan trotoar.” Saya berucap kepada Najmi sesuai alasan yang sebenarnya.

87

Suatu hal lain, ketika berada di persimpangan yang sepi, saya sering mengabaikan lampu merah. Alasannya, terkadang saya tidak cukup waktu ketika mengantarkan Najmi di pagi hari ke sekolah. Protes Najmi pun keluar. “Mami, sore wa dame yo ..., aka singo wa dame yo … Mami (Mami itu salah …, kalau lampu merah nggak boleh melintas, Mami).” Dari kejadian di atas, terlihat bahwa anak 5 tahun sudah dapat menerima kebenaran dari suatu ajaran. Sistem pendidikan di Jepang memang patut diacungkan jempol, suatu ajaran bersifat linier sehingga tidak ada kebenaran yang terkotak. Kebenaran dan peraturan tidak hanya ditemui di sekolah, tapi menyeluruh dalam segala aspek kehidupan anak. Di sekolah, di masyarakat, di media massa, dan juga buku-buku anak, ajaran tersebut diperkenalkan, sehingga anak sudah dapat memelihara kebenaran sejak masih kanak-kanak. Anak 5 tahun akan protes terhadap kebiasaan yang telah lama berlaku namun tiba-tiba dilanggar oleh orangtuanya Suatu kali Papi pulang lebih awal, dan Najmi minta dimandikan oleh papinya. Semenjak papinya pindah bekerja ke tempat yang lebih jauh, maminya yang selalu memandikan Najmi pada pagi dan sore hari.

88

Najmi memang memiliki masalah dengan kulitnya. Kulit Najmi tergolong lebih kering pada musim dingin. Dokter menganjurkan agar Najmi jangan disabuni, karena bisa membuat kulitnya bertambah kering. Sabun dapat menghilangkan lapisan minyak pada permukaan kulit. Sesuai saran dokter tersebut, saya pun hanya menyabunin Najmi pada tempat-tempat tertentu saja, seperti bagian belakang, tangan, dan kaki. Untuk mengangkat kotoran pada tempat lain, cukup memberikan baby oil pada air berendam,

sambil

membersihkan

dengan

washlap.

Namun

papinya mungkin lupa, semuanya disabunin, hingga wajah Najmi pun hendak diberi sabun juga. Najmi berteriak spontan karena ketakutan. “Papi salah …, kata Mami muka Najmi nggak boleh disabunin!” Apalagi Najmi memang takut sekali kalau sabun mengenai mata, sesuatu yang sangat mengerikan bagi Najmi. Saya cepat beranjak dan menyusul ke kamar mandi. ”Maaf ya Nak, Papi lupa. Maafin Papi ya. Najmi memang nggak pernah disabunin wajahnya sama Mami, paling sedikit saja bagian mulut,” kata saya agar Papi segera menyadarinya. “Ah souka …, gomen ne anakchan (oh gitu…, maaf ya Anak sayang),” Papi pun menyesali keteledorannya.

89

Anak 5 tahun akan protes bila kebiasaan yang telah berlaku lama, tiba-tiba bertentangan. Justru itu peraturan atau kebiasaan yang diterapkan oleh sang Ibu, maka sang Bapak sebaiknya harus paham, ataupun sebaliknya. Dalam artian orangtua

harus

mempunyai konsep yang sama untuk anak, agar tidak timbul protes dan aksi penolakan dari anak. Anak 5 tahun sudah dapat menceritakan karyanya/gambarnya Sejak Najmi bisa menggambar, saya berusaha menanyakan apa cerita dari gambar yang dia buat. Saya menanyakan dari hal yang unik. Misalnya, “kenapa anak membuat ada dua buah matahari?” “Ya, cuacanya cerah sekali, makanya ada dua matahari,” jawab Najmi. Najmi terus menuturkan karya lengkapnya. Jawaban dari Najmi saya tuliskan di halaman belakang gambarnya. Saya berniat untuk membukukan karya Najmi. Sekarang baru selesai dua buah buku cerita

anak

menggunakan gambar

dan

jalan

cerita

yang

dituturkan Najmi Terkadang saya diingatkan oleh Najmi melalui gambarnya. Suatu kali ada gambar Najmi dengan berbagai macam makanan. Ada eskrim, kue, dan buah.

90

Najmi menceritakan gambarnya “Anak pingin bikin kue,” kata Najmi. Memang saat itu Najmi mengajak membuat kue, namun saya belum menyempatkan. “Dengan karya Najmi akhirnya saya diingatkan, kasihan anak nalurinya belum kesampaian, untuk membelikannya kue nggak selalu bisa karena tidak halal,” saya berucap dalam hati. Sebenarnya masih banyak lagi pembicaraan anak 5 tahun. Komplitnya saya tulis dalam buku saya “50 permintaan anak terhadap orangtuanya”. Semoga catatan dan analisis yang saya lakukan terhadap Najmi ini bisa memberikan masukan, dan warna terhadap orangtua lainnya. Kami berusaha untuk melayani komunikasi anak dengan baik, mengeksplorasi (menggali) kemampuan komunikasi anak. Bersifat diktator sebagai orangtua tidak baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Semoga kian hari anak-anak kita dapat tumbuh dengan sehat, wajar dan normal. Wassalam, Mamianak Tokyo 070425 ******

91

Kelinci oleh Najmi

Bab 5 Menggali Potensi Anak Berkomunikasi dalam Multibahasa 5.1. Yuk Berkomunikasi dalam Multibahasa dengan Anak Para Ibu yang tinggal di negara asing sering merasa cemas akan kemampuan komunikasi anaknya di sekolah yang tak bisa menyamai teman-temannya yang memang warga negara setempat. Untuk membantu kesulitan anak, banyak orangtua yang mengajak anaknya untuk berkomunikasi dengan bahasa negara setempat bersama anaknya di rumah. Cara ini sebenarnya kurang baik untuk

diterapkan,

karena

beberapa

teman

memberitakan,

anaknya tidak dapat berkomunikasi dengan bahasa Ibu. Hal ini tentu sangat merugikan sekali. Misalnya seseorang dengan kewarganegaraan Indonesia, namun tak bisa berbahasa Indonesia. Kami pun awalnya mencemaskan kemampuan bahasa Najmi, karena sejak Najmi lahir saya selalu menggunakan bahasa Indonesia dengan Najmi. Kami sengaja berdiskusi dengan guru Najmi.

Mereka

menyarankan

kepada

kami

menggunakan bahasa Ibu dengan Najmi di rumah. 92

untuk

selalu

Berdasarkan pengalaman saya, anak akan lebih cepat beradaptasi dari segi bahasa dibandingkan dengan orang besar. Najmi baru berusia hampir 5 tahun, namun dapat berbahasa Jepang dengan baik. Sementara saya memasuki tahun ketujuh tinggal di Jepang, namun bahasa Jepang saya tak sebagus Najmi. Saat ini karena Najmi juga sudah bisa berbicara dengan bahasa Indonesia, saya sering menanyakan arti dari suatu kalimat atau kata kepada Najmi. *** Kami punya teman Melayu keturunan Cina. Noormi memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik walau dengan logat Melayu. Tiap hari tiga hingga empat jurnal berbahasa Inggris mampu dia lalap di sela waktu kerja. Kemampuan menulis dan presentasinya

juga

bagus.

Sehingga

saya

tergelitik

untuk

mewawancarai Noormi. Pada saat saat Noormi menginap di rumah kami, dia sempat bertutur panjang, kenapa dia bisa berbahasa Inggris dengan baik. Ternyata, Bapaknya (keturunan Cina) selalu mengajak dia berbicara dalam bahasa Inggris setiap hari di rumah, sejak Noormi berusia 3 tahun, disamping juga berbahasa Cina. Bahasa Melayu tak pernah digunakan di rumah, cukup practice dengan rekan di sekolah

dan

gurunya,

atau

dilingkungannya.

93

pun

dengan

orang-orang

Normi juga punya pembantu orang Indonesia, yang sudah tinggal lama dengan keluarganya. Sehingga Noormi pun mengerti bahasa Indonesia dan bisa melafalkannya. Karena Noormi riset S3 di Jepang,

tiga

tahun

di

Jepang

membuat

dia

juga

bisa

berkomunikasi dalam bahasa Jepang. Jadi Noormi bisa berbahasa Melayu, Indonesia, Inggris, Cina, dan Jepang, kalau bahasa Arab mungkin

untuk

sholat

karena

Noormi

seorang

muslimah.

Subhanallah, saya terkesan dengan kemampuan komunikasinya. Suatu kali suami saya ikut seminar ke Cina. Masyarakat Cina tak mengenal bahasa Inggris dengan baik. Bahasa Inggris hanya dikenal oleh kaum intelek yang menyentuh sekolah saja. Sehingga suami saya kewalahan untuk berbelanja, untung saja ada Noormi yang juga ikut konferensi saat itu, sehingga komunikasi bisa dilakukan. Betapa beruntungnya menguasai bahasa suatu bangsa, karena komunikasi dapat tetap dilakukan, sehingga tujuan bisa tercapai. Perasaan

pun

menjadi

tenang

karena

keinginan

dapat

diungkapkan walaupun daerahnya asing bagi diri kita. Perkenalan saya dengan Noormi membuat saya lebih bersemangat untuk mengajak Najmi berkomunikasi dalam beragam bahasa pula. Memang saatnya di waktu kecil untuk memulai. Misi saya, agar Najmi lebih baik dari orangtuanya. Bila saya tak cukup punya nilai lebih dari segi bahasa, saya ingin Najmi lebih menguasai bahasa asing, terutama bahasa Internasional, bahasa Inggris. 94

Saya merasakan sangat betapa butuhnya kita untuk menguasai bahasa Inggris secara baik. Disamping berkomunikasi dengan bangsa manapun dapat dilakukan, berita luas dapat dilacak, berbagai informasi di internet dapat dicari. Kita pun jadi gampang membuat publikasi ilmiah dalam bahasa Inggris. Sekarang ini banyak berita miring tentang negeri kita dibuat orang, namun informasi dari kita dalam edisi Bahasa Inggris sangat sedikit sekali. Kami pun mulai mengajak Najmi untuk berbicara dalam bahasa Inggris, sejak Najmi berusia 4 tahun. Selain itu, saya juga memperkenalkan bahasa daerah kami, bahasa Minang. Kalau bahasa Indonesia memang sudah wajib sekali untuk dipakai di rumah. Walau Najmi terkadang berbahasa Jepang tapi kami tetap melayani dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Dengan Papinya, bila Najmi tidak mengerti arti suatu kata akan dijelaskan dalam bahasa Jepang. Alhamdulillah untuk bahasa Inggris, Najmi sudah mengerti percakapan sederhana. Najmi sudah mengerti bila saya melarang, menjelaskan sesuatu dengan kalimat sederhana, juga pernyataan setuju atau tidak dalam bahasa Inggris. Dari Najmi pun banyak keluar kalimat-kalimat sederhana. Terkadang malah Najmi yg mengundang saya untuk ngomong dengan bahasa Inggris. “Mami, English please!” ajakan Najmi sering terdengar.

95

Untuk

meningkatkan

kemampuan

komunikasi

anak,

kami

membelikan buku-buku cerita dan kartu bermain edisi bahasa Inggris. Banyak cerita anak online gratis yang dapat kami download dari Internet. Selain itu ada film kartun gratis yang bisa diputar untuk meningkatkan hearing (pendengaran) anak. Di TV Jepang

banyak sekali acara belajar bahasa Inggris baik

untuk orang dewasa, traveling, masak-memasak, juga acara khusus anak. Semuanya kami coba perkenalkan kepada Najmi. Perkenalkan kepada anak sesuatu yang menarik, untuk memikat hati anak. Kalau anak sudah terpikat, insyaAllah program akan berjalan. Sambil bernyanyi, memasak, atau jalan keluar, kita dapat praktek dengan anak. Metode saya, bila kepepet dengan bahasa Inggris, saya mengirim pesan di Yahoo Messanger pada senior yang sudah lama tinggal di Amerika, karena mereka lebih tahu bahasa Inggris yang terpakai.

5.2.Keuntungan bilingual Dengan melakukan komunikasi bilingual, bahasa Ibu akan tetap terpelihara secara konsekuen di rumah dengan anak-anaknya. Dengan begitu anak-anak akan memiliki kemampuan untuk memisahkan dengan tegas kapan bahasa ibu dipakai dan kapan bahasa negara atau daerah setempat digunakan. Pada akhirnya kedua bahasa itu tumbuh dengan baik tanpa ada satu bahasa pun yang hilang. 96

Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai group, menunjukkan bahwa siswa yang berbicara dengan lebih dari satu bahasa menunjukan hasil test akademik, dan prestasi yang lebih baik dari siswa yang menggunakan satu bahasa. Lagi pula dengan mempelajari banyak bahasa, siswa dapat mempelajari budaya dan cara hidup bangsa lain, akibatnya memperluas

kemampuan

berfikir

dan

pengetahuannya.

Keuntungan ini akan sangat dirasakan ketika tinggal di negara lain. Siswa yang paham dan mengerti bahasa setempat akan bisa beradaptasi. Menurut penelitian yang tertulis di wikipedia, hasil studi dari Lambert dan Peal di Universitas McGill di Montreal tentang “The relation of bilingualism to intelligence”, ditemukan bahwa anakanak yang tumbuh dengan dua bahasa, memiliki intelegensia (kecerdasan) lebih tinggi dari anak-anak yang tumbuh dengan satu bahasa saja. Feldman dan Shen, juga Lemmon dan Goggin menemukan dalam studinya bahwa anak-anak yang tumbuh dengan dua bahasa dapat menyelesaikan ujian bahasanya lebih baik, karena mereka lebih mengerti struktur dan tata bahasa sebuah kalimat.

97

Apakah bilingual hanya berdampak pada anakanak dan orang muda? Sebuah artikel dari Bialystok di Universitas York Kanada, (Bilingualism, Aging, and Cognitive Control) memberitakan bahwa kemampuan belajar manusia dengan dua bahasa di masa tua tidak cepat luntur dibandingkan dengan manusia yang hanya berbicara

dalam satu bahasa. Studi

yang

dilakukan juga

membandingkan kinerja monolingual dan bilingual orang dewasa separuh baya dan yang lebih tua. Ternyata bilingual mengurangi efek negatif penuaan terhadap kontrol kognitif pada orang dewasa dan yang lebih tua. Peserta bilingual juga mampu menjawab persoalan-persoalan yang

diberikan

dengan

lebih

cepat.

Mereka

mempunyai

kemampuan menganalisis lebih efektif dari orang yang berbicara dalam satu bahasa. Satu kenyataan sekarang adalah bahwa kedwibahasaan semakin biasa

di

melaporkan

banyak

negara.

Sensus

di

Kanada

tahun

1996

bahwa sekitar 11% dari orang Kanada berbicara

dalam bahasa Inggris atau Prancis di rumah, selain satu bahasa lainnya. Di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa 17,9% warga Amerika berbicara bahasa lain, selain bahasa Inggris.

98

Teori-teori yang telah ditemukan di atas menyanggah ungkapan para peneliti antara tahun 1950 - 1970-an yang mengatakan bahwa

bilingual

menyebabkan

intelegensia

yang

tidak

berkembang. Studi itu sekarang dianggap tidak tepat. Jadi ajaklah anak kita untuk berbicara dalam berbagai bahasa. Misalnya Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab (kalau bisa) dan bahasa daerah kita. Bahasa dimana kita berada cukup didapatkan anak dari lingkungan. Misalnya pada saat tinggal di Jepang, biarkan anak di sekolah dan lingkungannya berbahasa Jepang,

nanti

kalau

di

Indonesia,

biarkan

anak

dengan

lingkungannya berbahasa Indonesia (atau ibu bapak hanya membantu membetulkan). Terapkan dan pertahankan bahasa Jepang di rumah ditambah bahasa lain, misalnya bahasa Inggris. Bagi kita orang Indonesia, multibahasa (beragam bahasa) sangat mungkin sekali diterapkan. Sungguhpun orangtua tidak memahami bahasa negara lain, namun tetap bisa mengajak anak untuk menggunakan multibahasa. Misalnya seseorang yang tinggal di Jakarta, dapat menggunakan bahasa daerah dengan anak di rumah, sementara bahasa Indonesia cukup digunakan anak dengan orang di lingkungannya dan di sekolah. Sebaliknya bagi seseorang yang tinggal di daerah, bisa mengajak anak untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, sedangkan bahasa daerah setempat cukup digunakan anak bila berinteraksi dengan orang lain. Ditambah dengan bahasa Arab, apakah dalam bentuk bacaan

sholat

atau

membaca 99

Alqur’an.

Jadi

sangat

memungkinkan bagi kita yang punya beragam bahasa untuk mengajak anak berbicara dalam multibahasa. Suatu hal yang perlu diingat adalah jangan mencampurkan bahasa satu dengan bahasa lainnya, hal tersebut akan merusak bahasa anak. Misalnya, saya pernah mendengar Najmi mengatakan, “pedas kunai”, maksudnya dia ingin mengatakan, “tidak pedas”. Saat itulah ibu harus meluruskan bahasa anak. Mengajak anak untuk multilingual memang pada tahap awal akan membuat anak mencampur bahasa (karena keterbatasan kosa kata anak) tapi sebaiknya jangan dibiarkan. Tulisan ini lahir setelah mengetahui hasil yang kami lihat dari anak sendiri. Bahkan, akhirnya kami mengetahui anak kami memiliki bakat untuk meningkatkan kemampuan bahasanya. Ada yang mengatakan bahwa bahasa asing yang paling baik diajarkan untuk anak adalah bahasa Arab. Bila Ibu punya keahlian berkomunikasi dengan bahasa Arab, sebaiknya diajarkan. Namun kalau tidak, bagaimana mungkin mengajarkan pada anak. Maka tidak ada batasan yang tegas harus memaksakan bahasa Arab duluan dikenalkan kepada anak.

100

Silahkan mengenalkan bahasa asing yang kita ketahui, misalnya bahasa Inggris, bahasa Jepang, bahasa Jerman, Belanda, atau bahasa lain. Kepandaian orangtua akan terpelihara dan anak punya nilai tambah bisa berbahasa asing. Semoga kemampuan berbahasa anak-anak kita lebih baik dari orangtuanya. Amiin. Wassalam Mamianak Tokyo 070427 ******

101

Bab 6 Mengatasi Potensi Tantrum pada Anak “Mami, yuk bikin gerok! Mami. Ayolah anak dibikinin gerok ....” Berkali-kali Najmi mengulangi kalimatnya itu, membuat saya jadi merasa bersalah kepadanya. Memang saya yang menjanjikan untuk membuatkan rok untuk Najmi. Najmi memang senang sekali memakai rok dan gaun one piece (baju terusan). Setiap hari di rumah, Najmi selalu meminta untuk memakai rok yang panjang dan anggun. Najmi sudah tidak menyukai rok yang agak mini. Sebelumnya ia masih mau memakai rok untuk anak usia 2 tahun, atau rompi untuk usia 2-3 tahun, karena memang ukurannya longgar dan masih muat dipakainya. Masalah pendek tidak jadi masalah, karena Najmi sudah bisa menambah rok lain sebagai bawahannya, misalnya untuk rompi yang gantung. Terkadang

Najmi

menambahkan

celana

untuk

menutupi

kekurangan, bila ia memakai rompi yang gantung, yang tak sedap dipandang mata bila dibiarkan begitu saja. Namun sekarang sudah lain lagi maunya. Dia tidak mau lagi memakai rompi yang pendek, walau disarankan memakai bawahan seperti gayanya biasa. *** 102

Kami bertiga suka window shopping ke GAP, toko favorit saya yang menjual pakaian anak dalam berbagai variasi. Walaupun bila dibandingkan dengan toko-toko di Indonesia baju-baju di sana masih kurang gaya, tapi untuk di Jepang cukup memenuhi selera. GAP sering mengadakan diskon besar-besaran. Saya sering mendapatkan harga menarik dari toko GAP ini untuk baju Najmi dan celana panjang papinya. Suatu hari ketika kami berkunjung ke GAP, Najmi melihat banyak rok anak-anak untuk seukurannya. Ia langsung membawa satu rok yang sedang dipajang, “Mami, kore ga hoshi desu (aku mau ini),” kata Najmi dengan nada merayu mendatangi maminya. Saya langsung melihat harganya. “Wow, 5.400 yen (sekitar 540 ribu rupiah). Aduh mahal sekali Nak. Mubazir kalau kita beli ini sekarang. Nanti saja ya kalau harganya sudah diskon. Mami janji akan membelikannya.” Saya menolak permintaan Najmi. Najmi tampak cemberut, dan tidak setuju. “Kan, kita tiap minggu ke sini. Mami akan rajin melihat-lihat harganya. Nah, sekarang yang cocok harganya yang ini. Mami belikan dua helai baju untuk Anak ya?” Maminya merayu Najmi dengan nada lembut dan ekspresif, dengan maksud agar Najmi tergugah. Namun Najmi kekeuh. 103

Dipegangnya dengan erat baju yang disukainya itu. Air matanya pun sudah mulai mengalir. Saya tidak mau Najmi terbiasa seperti itu. Tidak baik buat dirinya kelak. Anak harus dikendalikan ketika apa yang dikehendakinya, tidak baik untuk diikuti. Ketika permintaannya kurang tepat. Membangun komunikasi itu perlu sekali. Makanya saya berusaha untuk bertutur sejelasnya kepada Najmi, dengan harapan anak mau menerimanya. Masalah masih belum selesai saat itu, walaupun saya telah mengikrarkan satu janji, “Nak, ayo kita belanja ke Carrefour dan terus pulang. Mami janji akan membikinkan baju bagus dan rok panjang. Rok ini harganya mahal sekali. Bisa habis duit kita nanti!" Namun, Najmi tidak mempan dengan rayuan dan janji maminya. Najmi

tetap

ngotot

minta

dibelikan

baju

yang

sedang

dipegangnya. Malah ia marah karena saya malah membelikannya yang baju lain. Najmi memaksa saya untuk meletakkan kembali barang yang telah saya beli. Akhirnya saya harus diam-diam membawa tas kertas GAP yang dibungkus dengan plastik oleh pelayan toko. Karena saat itu hari hujan. Servis yang diberikan pelayan toko memang bagus sekali. Bila hari hujan, maka tas karton bisa basah, untuk itu mereka melindungi dengan plastik, agar belajaan tidak rusak. 104

Saya tidak mau terjadi ketidakcocokan yang panjang dengan Najmi. Saya berlalu dan pamit, “Nak, Mami duluan ya. Kita kan belum belanja di Carrefour. Belum beli bahan makanan. Mami tunggu di Carrefour ya sayang!” Jarak GAP dengan Carrefour hanya 2-3 menit saja dengan sepeda. Saya pergi menuju Carrefour dan Najmi tinggal bersama papinya di GAP. Papinya memang sangat sabar ketika Najmi lagi mengambek begitu, sementara maminya tidak sesabar papinya. Dalam keadaan tegang begini, lebih baik saya menghindar dari pada marah berlebihan kepada Najmi. Hal itu tidak baik buat anak dan saya sendiri. Akhirnya, ketika asyik berbelanja di Carrefour, saya melihat Najmi dan papinya datang. Najmi masih terlihat rada marah, saya pun tidak banyak omong. Dari kejauhan, papinya tampak mengajak Najmi ke stand buku, dan alat tulis. Saya hanya mengamati. Entah bagaimana caranya Papi merayu Najmi, suara ceria terdengar dari mulut Najmi. Ternyata, Najmi mendapat spidol berwarna seharga 580 yen. Saya pun akhirnya mendekat ke arah anak gadis dan papinya itu.

105

“Apa itu Nak?” Saya memulai pembicaraan “Spidol untuk menggambar. Ya.. Papi?” jawab Najmi seakan meminta dukungan papinya. “Bagus ya! Berapa harganya?” Saya bertanya seraya meraih spidol dari tangan Najmi. Sebenarnya saya sudah melihat harga yang tertera sebesar 580 yen, namun hanya ingin membangun komunikasi dengan Najmi. Saya ingin Najmi tidak larut dalam kesedihan. Saya ingin membuat dia ceria kembali. “Kalau ini nggak apa-apa. Bagus, isinya banyak dan harganya nggak mahal. Mana dapat diskon lagi!” “Ini boleh Mami?” Tanya Najmi riang. “Boleh!” “Yatta (horeee)!!!” Najmi melonjak dengan girangnya. Akhirnya, kekecewaannya terobati dengan spidol itu. “Najmi harus jaga spidolnya ya. Habis pakai tutup lagi. Pelihara yang baik. Serta harus patuh sama Mami dan Papi!” “Najmi mau patuh sama Mami dan Papi,” timpal Najmi.

106

“Alhamdulillah ya Allah, permasalahan sementara sudah selesai. Semoga dengan kejadian ini memberikan hikmah besar bagi Najmi. Aamin.” Saya punya maksud baik. Saya bukan pelit, tapi ingin mendidik Najmi untuk tidak konsumtif. Karena kami tidak ingin Najmi kelak senang berbelanja sesuka hatinya. Kami ingin mengajaknya mempelajari suatu proses dalam memutuskan sesuatu. Kami ingin mengajarkan kesabaran dan menunda keinginan pada Najmi. Apalagi kami sudah paham sekali style (gaya) berdagang orang Jepang. Ketika masuk suatu musim atau saat musimnya, harga barang tinggi hingga mencapai harga maksimum. Namun bila musim telah berganti, harga barang didiskon tidak terhingga. Bahkan sangat murah sekali. Saya selama ini selalu membeli pakaian buat Najmi dan papinya pada saat diskon besar-besaran. *** Senin, Selasa, Rabu telah berlalu dan hari Kamis pun tiba. Sehabis mandi, Najmi mengenakan pakaian yang sudah saya siapkan sebelumnya. Namun ia meminta rok yang panjang. Tapi kebetulan rok panjang sedang dijemur semua. Hanya tinggal satu yang berwarna merah, yang barusan dipakai Najmi. “Mami … nggak ada baju anak lagi ya? Najmi mau pakai rok yang panjang!” Najmi datang mendekati maminya.

107

Saya mencari rok di lemari baju Najmi. Ternyata memang tak ada gaun atau rok yang berukuran panjang hingga menutupi lutut. “Aduh, maaf Nak. Rok yang panjang lagi dijemur semua. Gomen ne (maaf ya). Pakai baju yang ada aja ya Nak!” Saya berusaha meyakinkan Najmi. “Un, ja kore de ii yo, Mamichan (Ya, yang ini saja nggak apa-apa kok, Mamichan), ” sahut Najmi. Kebetulan ada gaun one piece yang agak panjang berwarna cokelat muda, dan saya tidak melihatnya. Saya pun berlalu menuju

meja

komputer,

melanjutkan

pekerjaan

yang

terbengkalai. “Mami, yuk kita bikin gerok!” “Mami ayolah bikinin Anak gerok!” Suara Najmi terdengar serius. Dia menarik tangan saya. Saat itu juga saya langsung teringat akan kejadian hari Minggu sebelumnya yang menegangkan di GAP. Saya sadar arti ucapan Najmi itu. Saya segera bangkit dari tempat duduk, sembari berkata, ”Ya, Mamichan ganbarimasu, anak-chan no gerok o cukurimasu (ya, Mami akan kerja keras untuk bikin baju anak).” Saya segera membuka lemari yang terletak di ruangan tengah, tempat baju Najmi disimpan. Di bagian bawahnya dipakai untuk menyimpan mesin jahit listrik. 108

Saya langsung mengeluarkan

mesin jahit yang sudah lima tahun tidak disentuh. Saya juga mengeluarkan sisa bahan yang disimpan di kotak bertutup di kamar tidur kami. Satu demi satu kotak pakaian di kamar tidur pun saya turunkan, karena kotak yang dimaksud tidak bisa dibuka dari bagian depannya. Alhamdulillah, saya menemukan sisa bahan ketika membuat baju waktu hamil. Saya tidak membuat pola Najmi dengan cara mengukur, tapi cukup menjiplak baju yang pas dan bagus dipakai oleh Najmi. Sesuai keinginan Najmi meminta gaun panjang, saya pun membuatkan pola yang sesuai. Tak lama kemudian, saya langsung menggunting bahan sesuai pola dan menjahitnya. Karena kegiatan baru dimulai sore hari, baju Najmi tak selesai hari itu juga. Tinggal finishing (tahap penyelesaian)-nya harus dijahit dengan tangan, misalnya untuk bagian leher dan lengan baju. Karena Najmi suka mengkombinasikan satu baju dengan baju lain, saya sengaja membuatkan baju tanpa lengan sesuai keinginannya. *** Hari ini adalah jadwal memperpanjang VISA kami. Kami berangkat bertiga menuju kantor imigrasi dengan densha (kereta listrik). Jarak kantor imigrasi dengan rumah kami memakan waktu 30 menit, kemudian berjalan kaki sekitar 7 menit dari eki (stasiun). Di atas densha (kereta listrik) saya asyik menjahit, juga ketika papinya sibuk berurusan di kantor imigrasi, saya terus menjahit. Akhirnya saya bisa juga menyelesaikan baju Najmi. 109

Alhamdulillah papinya sangat pengertian, semua urusan untuk saya mulai dari mengisi formulir sampai urusan dengan petugas dilakukannya. Saya hanya sebagai pelengkap saja. Terimakasih Papi. Begitu sampai di rumah, saya langsung meminta Najmi untuk mencoba baju yang saya jahitkan. Najmi tidak begitu mood, mungkin karena sudah capek. Namun akhirnya Najmi mau juga mencobanya.

Gambar 25. Najmi memakai gaun yang anggun, buatan ibunya

110

Alhamdulillah, tampak cantik sekali baju itu dipakai Najmi. Saya pun tak ketinggalan mengabadikan karya saya. Hanya sempat mengambil dua kali potret, karena Najmi sedang tidak mood difoto. Saya sangat puas sekali dengan karya pertama saya untuk Najmi. Najmi juga begitu, ia tampak sangat senang dengan baju barunya. Baju barunya langsung dibawa berlari-lari kecil berkeliling rumah. *** Berawal dari satu baju, saya jadi ketagihan menjahitkan

baju

untuk Najmi lagi. Kemudian saya sibuk mencari-cari kain, dapatnya malah bahan sisa futon (kasur). Karena Najmi sangat senang dengan baju buatan maminya, saya pun bersemangat meng-hunting (berburu) bahan murah ke pasar khusus

kain,

di

Nippori.

Banyak

alternatif

pilihan

untuk

mendapatkan kain bagus dengan harga murah meriah. Itulah Jepang, asal mau gambatte (berusaha keras) belanja murah bisa dilakukan. Sehingga ada kesempatan untuk berhemat. Alangkah asyiknya bila di Indonesia juga ada hal yang demikian. Sehingga yang bisa menikmati hidup bukan saja golongan masyarakat yang berduit. Dalam

kurun

waktu

dua

minggu,

akhirnya

saya

sempat

menyelesaikan tiga helai baju dan empat helai rok untuk Najmi. Sehingga Najmi punya cukup gaun dan rok untuk dipakai di rumah 111

atau bermain keluar. Alhamdulillah potensi menjahit saya kembali terasah dengan kehadiran Najmi yang suka memakai gaun dan rok. Dan untuk membelinya yang sudah jadi tergolong mahal, menurut analisis saya. *** Sebulan setelah kejadian di atas, kami pun melihat-lihat baju di GAP lagi, karena memang lokasinya sangat dekat dengan rumah kami. “Anak … mau baju ini?” Saya bertanya kepada Najmi. “Mami jangan beli baju di sini. Mahal!. Lihat ini ... berapa harganya? Nanti aja kalau diskon baru kita beli. Lagian, Mami kan bisa bikin baju. Lebih cantik baju bikinan Mami lagi!” Saya kaget. Perasaan saya seakan melayang mendengar ucapan dan sanjungan Najmi buat maminya. Saya sangat bersyukur Najmi sudah

mengerti

kapan

saatnya

berbelanja.

Alhamdulillah,

program kami untuk mengajak Najmi berpikir logis, tidak konsumtif dan berbelanja pada saat yang tepat, telah berhasil. Sekarang Najmi tak lagi tergiur dengan baju yang dipajang di GAP. Najmi sudah mengerti kalau harganya mahal, nanti saja membelinya pada saat diskon. Dan Najmi juga telah paham kalau Maminya bisa membuat baju, karena sudah terbukti. Jadi, untuk apa harus membeli yang mahal? Untuk mengatasi tantrum pada anak yang disebabkan oleh keinginan

anak

akan

sesuatu,

kuncinya

orangtua

harus

membuktikan janjinya atau ucapannya. Bila orangtua sudah 112

membuktikan sesuatu, insyaAllah anak akan tidak bertingkah lagi. Sejak kasus baju itu hingga sekarang, tawar menawar dengan Najmi tidak sulit lagi. Najmi sudah lebih pengertian, begitu juga kalau membeli buku. Semoga kejadian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi ibu-ibu yang mengalami kesulitan menghadapi anaknya. Walaupun kasusnya tidak sama, namun usaha, cara berpikir, dan teknik menyelesaikan

permasalahan

yang

dipaparkan

di

sini,

membuktikan bahwa sebenarnya para orangtua bisa mengatasi setiap problem yang timbul dari anak sendiri.

113

Tantrum mudah-mudahan bisa diatasi. Sebenarnya, anak hanya butuh pembuktian. Bila ternyata orangtuanya sudah memberikan pembuktian, anak akan takluk, insya Allah. Mari kita tetap optimis dalam menghadapi buah hati. Karena dengan keoptimisan, sebuah pekerjaan dapat dilakukan dengan baik. Selamat berjuang! Wassalam, Mami Tokyo 07042

******

Gambar 26. Lukisan oleh Najmi

114

Bab 7

Waspadai dan Manfaatkan TV untuk Membantu Tumbuh Kembang Anak

Gambar 27. Lukisan oleh Najmi. Katanya yang pakai kerudung adalah Maminya.

115

7.1. Ketika Anak Asyik Menonton TV Beragam dampak negatif TV yang diberitakan oleh media massa. Sebut saja misalnya, pengaruh TV terhadap perkembangan otak anak; dimana efek TV terhadap anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan

gangguan

perkembangan

bicara

anak.

Juga

diberitakan bahwa kehadiran TV menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran melalui lisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta anak menjadi tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan. Dampak negatif lain, TV mendorong anak menjadi konsumtif, dengan berbagai macam iklan yang menggiurkan yang ditonton anak. TV juga diduga berpengaruh terhadap sikap anak. Anak yang banyak menonton TV namun belum memiliki daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di TV. Mereka bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang di layar TV. Hal ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa. Kehadiran TV juga diprediksi mengurangi semangat belajar sianak, membuat anak kehilangan waktu untuk berkarya dan membunuh kreativitas anak. Selain itu TV juga diinformasikan sebagai penyebab renggangnya hubungan antara orangtua dan anak, serta tayangan yang tidak tepat menyebabkan kedewasaan anak datang lebih cepat. 116

TV sebagai Penyedia Informasi Mengamati acara TV Jepang, banyak informasi dan pengetahuan yang

diperoleh

melalui

TV.

Siaran

TV-nya

sangat

padat

pengetahuan, ada pengetahuan untuk kaum Ibu, keluarga, orang muda dan anak. Bagi pemerintah Jepang, TV juga merupakan salah satu sarana untuk memperkenalkan kemajuan teknologi dan sains

yang

mereka

capai.

Selain

sebagai

alat

untuk

menyebarluaskan informasi atau keputusan yang harus diterapkan oleh seluruh masyarakat, misalnya saja mengenai tata tertib membuang sampah. TV juga

memperkenalkan kegiatan-kegiatan kedaerahan di

Jepang dan dunia luar lainnya. Sehingga TV memberikan pengayaan pengetahuan kepada para penontonnya. Berbagai tempat wisata menarik ditayangkan melalui TV, untuk menambah pengetahuan di samping ada unsur promosi. Saya sangat senang menikmati acara traveling ini, karena dapat mengetahui daerah lain di Jepang walaupun tidak sempat berkunjung. Selain itu juga menambah pengetahuan tentang daerah luar negeri lainnya, beragam warna budaya dapat diketahui. Jadi kehadiran TV sangat menambah wawasan saya. Acara TV di siang hari dengan acara tengah malam itu berbeda sekali. Ada batasan acara, di siang hari hingga malam sekitar anak sekolah masih bangun acara dikemas padat unsur pendidikan dan tayangan yang sopan. Saya sangat jarang menonton TV,

117

namun dapat menyimpulkan acara yang kurang baik ditonton anak kecil itu disiarkan pada tengah malam. Pengetahuan untuk kaum ibu meliputi memasak, kesehatan, berkebun, cara bertanam bunga, menjahit, perawatan kecantikan alami dan lainnya, juga disiarkan melalui TV. Ada keterampilan yang diajarkan melalui tayangan TV. Acara kesehatan, meliputi dapur sehat dan hidup sehat. Berbagai acara bermanfaat diajarkan melalui TV, sehingga penonton tidak bersifat pasif, tapi dapat mengikuti siaran yang sedang ditayangkan. Pengetahuan untuk anak muda juga beragam, meliputi musik olahraga, ditayangkan

kesehatan cara

dan

keterampilan.

pengoperasian

software

Juga

tak

komputer

luput dan

pengetahuan seputar Internet. TV tidak selalu menampilkan drama atau acara hiburan. Bila pun ada sinetron, acara dikemas sesuai dengan keadaan nyata dan style (gaya) masyarakat Jepang, misalnya duduk lesehan di atas tatami (tikar Jepang), rumah yang sederhana, bukan gedongan mewah. Acara TV memang dekat dengan kehidupan nyata, bukan dunia khayalan, yang mungkin banyak kita jumpai pada siaran TV di Indonesia, dimana masyarakat banyak yang miskin dan menderita, tapi di sinetron para selebritis tinggal dan hidup di dalam rumah mewah, gedongan, dan bertingkat. Ini tentu saja memicu kecemburuan sosial.

118

Begitu juga dengan acara anak, TV tidak hanya menyediakan acara kartun, tetapi berbagai acara seni dan keterampilan yang sangat enerjik yang membuat anak tertarik untuk ikut serta menirukan gaya dan gerakan anak-anak di dalam TV. Ada acara khusus menggambar setiap Sabtu dan Minggu pagi, dan acara khusus keterampilan untuk anak dari barang-barang bekas. Tentunya ini bagus sekali karena dapat meningkatkan kreativitas anak dan menanamkan azas manfaat sedari dini pada anak. Anak tidak menjadi konsumtif dan orangtua tidak harus mengeluarkan modal untuk anak berkarya. Serta ada acara English for Kids yang bagus untuk anak belajar bahasa Inggris. Kami mengizinkan Najmi untuk menonton TV pada acara-acara khusus yang dapat menambah pengetahuan anak dan mendorong anak untuk terus berkarya. Namun, sungguh pun demikian, tetap saja menonton TV pada anak sebaiknya harus dibatasi. Anak harus diupayakan untuk menonton siaran yang bermanfaat menambah pengetahuan. Lama-lama di depan TV juga tidak baik, membuat mata lelah, anak tidak bisa bereksperimen, dan berkarya. Orangtua sebaiknya harus mendampingi anak menonton TV, karena bisa memberikan pengarahan atau pun bila tayangan kurang baik—misal saat iklan dengan pakaian perempuan yang tidak menutup aurat—maka orangtua dapat dengan cepat merubah siaran.

119

Kami berusaha mendampingi Najmi di kala menonton TV dan memberikan

batasan

waktu

pada

anak.

Kami

sepakat,

membiarkan anak seharian di depan TV tidak baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Bagaimana dengan siaran TV di Indonesia? Bila melihat tayangan TV di Indonesia yang penuh dihiasi oleh kehidupan

artis

yang

glamour,

cerita

seputar

selebritis,

kehidupan artis yang tidak Islami mendominasi acara TV, sebaiknya kewaspadaan orangtua lebih ditingkatkan. TV dari pagi hingga

malam

memberikan

sibuk

nilai

menampilkan

positif

terhadap

sinetron pemirsa,

yang

tidak

menayangkan

kehidupan selingkuh, persaingan tak sehat, pergaulan remaja yang tidak Islami. TV tidak menyampaikan misi yang baik, malah memicu masyarakat untuk bermalas-malasan, mendorong kaum muda untuk cepat menjadi kaya dengan berbondong-bondong ikutan kontes selebritis, sungguh sangat menyedihkan sekali. Mengingat tidak adanya batasan acara antara penonton dewasa dan anak, maka peran orangtua sangat diharapkan sekali. Jangan dibiarkan anak menonton TV sendirian. Sebaiknya anak dan orangtua menonton bersama sehingga bila ada acara atau tayangan yang tidak baik orangtua bisa memberikan penjelasan. Sebaiknya orangtua memberikan batasan kepada anak untuk menonton TV, dan menyeleksi acara apa saja yang boleh ditonton anak.

120

Acara TV di Indonesia yang mengandung unsur pendidikan “sangat minim sekali”. Jarang sekali ada pelajaran khusus untuk anak dan acara keterampilan khusus untuk anak. Anak hanya sebagai penonton pasif, maka kehadiran TV lebih banyak memberikan efek negatifnya ketimbang efek positifnya. Untuk itu orangtua perlu lebih waspada terhadap bahaya dan kecanduan menonton TV, yang dapat merusak perkembangan dan kegiatan belajar anak. Sangat bijak sekali bila pemerintah memberikan teguran kepada produser TV agar menampilkan siaran-siaran yang bermanfaat. Juga produser TV sebaiknya mempunyai tanggung jawab sosial untuk

memelihara

kepribadian

yang

Islami,

dengan

mengahadirkan siaran-siaran yang bermutu dan bermanfat dalam konteks tetap memelihara adab ketimuran kita. Siaran TV Indonesia yang penuh berisi informasi khayalan dan tidak sebenarnya, sebaiknya mulai dikurangi, mengingat sekarang ini betapa banyaknya kaum miskin, yang hidup dan makan serba minim. Namun di TV ditampilkan kehidupan mewah berlimpah, makan enak, dan mobil mengkilat, sungguh benar-benar jauh dengan keadaan masyarakat Indonesia secara umum. Bagaimana pilihan kita sebagai orangtua? Sejauh ini kami masih mengizinkan anak kami Najmi, untuk menikmati acara TV sesuai dengan bakat dan keinginannya menuju

proses

tumbuh

kembang

anak

yang

sempurna.

Berdasarkan pengamatan kami, TV dapat memberikan warna pada 121

daya cipta anak. Namun bila berlebihan menonton TV tentulah tidak baik. Najmi kerap kami izinkan untuk menonton TV pada acara anak, acara melukis dan kesenian anak. Bila ada acara melukis Najmi pun siap dengan alat tulisnya. Terkadang bila selesai menonton satu kartun, Najmi melukiskankan dalam karyanya, kemudian bercerita kepada kami tentang lukisan yang dia buat, dengan jalan ceritanya sendiri. Bila ada acara keterampilan, Najmi memerhatikannya dengan baik, sehingga suatu saat dia pun menerapkan pendidikan yang dia terima melalui TV. Dan bila acara kesenian, meliputi nyanyi anak, Najmi pun ikut bergoyang dan bernyanyi di depan TV, karena memang kami mengajak anak untuk aktif sekalipun ketika menonton TV. Dari diskusi saya dengan psikolog Amik Widyastuti, dijelaskan bahwa se-steril apapun kita dalam mendidik anak, kita perlu menyiapkan agar dia tidak terkejut dengan heterogenitas yang akan ia temukan di lingkungannya atau bahkan dari temantemannya. Kadang kita terkejut si anak mendapat kosa kata baru yang

tidak

pernah

diucapkan

di

rumah.

Ternyata,

dia

memungutnya dari teman-temannya. Menurut Amik, sebaiknya tayangan TV tetap terseleksi. Pilihlah siaran

yang

memang

cocok

untuk 122

edukasi

anak.

Sebuah

pengalaman menarik dialami teman saya. Dia malah tidak menyalakan TV di rumah sama sekali. Tapi akibatnya, ketika si anak ke rumah temannya, dia malah terpaku terus di depan TV, tambah Amik lagi Jadi sebaiknya orangtua menyeleksi siaran yang bermanfaat buat anak. Membuat rumah tanpa TV sama sekali bukan merupakan tindakan yang bijak, karena anak perlu diperkenalkan dengan dunia luar, membuat anak tidak buta informasi. Juga, tidak semua acara TV berefek negatif pada anak. Ketika anak asyik menonton TV Banyak orangtua yang merasa kewalahan menghadapi anak yang kecanduan TV. Psikolog Amik menyarankan, ketika anak tampak acuh dengan sekelilingnya mungkin kita bisa mengalihkan ke alat permainan edukatif lainnya. Hanya memang pengalihannya tidak tidak boleh langsung, karena nanti malah timbul rasa penasaran anak yang akan diikuti rasa ingin mencoba. Saya sangat bersyukur, adanya keterampilan menggambar yang dimiliki Najmi, agaknya membuat dia tidak bergantung dengan TV, bila berada seharian di rumah. Najmi minta izin menghidupkan TV bila dia telah capek berkarya. Terkadang malah dia tidak ingat TV sama sekali, karena punya lego, buku-buku cerita anak, alat tulis, crayon, spidol dan pensil warna lainnya yang dapat dengan mudah diambilnya.

123

Kerap kali bila waktu menonton TV sudah habis, saya mengajak Najmi untuk ikut masuk dapur (misalnya pada Sabtu atau Minggu pagi). Cara ini cukup efektif bagi saya untuk mengalihkan kegiatan Najmi dari TV. Di dapur pun dia suka, karena bisa melihat, bawang, tomat, wortel yang sebenarnya. Sehingga sering keluar ungkapan-ungkapan yang sangat ekspresif, karena selama ini hanya memakan masakan yang telah dimasak oleh ibunya. Lain pula komentar seorang teman, meskipun ikatan dokter Amerika menganjurkan membatasi waktu nonton TV 1 jam per hari saja, termasuk untuk acara pendidikan. Dia mengaku tidak sanggup mengikuti anjuran tersebut untuk anaknya yang berusia 3 tahun, karena dirinya harus bekerja. “Untuk saat ini TV adalah babysitter saya. Kondisi kami saat ini tidak memungkinkan kami untuk menyekolahkan dan menyewa babysitter yang bisa kami percayai,” jelasnya. Teman saya itu juga mempunyai cara yang ampuh untuk mengurangi

bahaya

TV

terhadap

putranya.

“Untuk

mengimbanginya, dalam waktu senggang saya berusaha bermain dengan anak dan membawanya bereksplorasi keluar rumah, seperti jalan ke pasar, ke hutan, ke taman-taman kota, ke perpustakaan atau toko buku. Menurut saya yang diperlukan anak adalah perhatian khusus dari orangtua,” ungkapnya.

124

Akhirnya, dari rekan yang memberikan tanggapan secara online dalam diskusi ini, “Semua sepakat bahwa pengaruh TV tetap perlu diwaspadai.” Peran orangtua dalam menyeleksi acara terbaik untuk anak adalah pilihan yang bijak. TV bukan harus dibenci. Hal yang perlu diwaspadai adalah siaran yang tidak mendidik dan tidak mencerminkan budaya Islami. Dengan menerapkan disiplin menonton TV pada anak sedari dini, semoga bisa menghindarkan anak dari pengaruh TV yang tidak baik. Membuat No TV di rumah ketika terlanjur anak telah mengenal TV, bukan berarti masalah selesai. Bisa jadi malah akan menimbulkan masalah baru di kemudian hari bagi anak. Masa anak-anak adalah masa yang sangat menyenangkan. Sebaiknya orangtua memberikan hak anak, jangan dirampas kebahagiaan mereka, namun semuanya tetap dalam batasan dan kontrol orangtua. Tidak ada cara yang universal untuk mengalihkan anak dari TV, tentu masing-masing orangtua punya cara tersendiri, sesuai dengan keunikan si buah hati.

125

Selanjutnya akan dikenalkan beberapa teknik untuk mengalihkan anak dari TV. Semoga ada trick yang cocok yang bisa diterapkan buat buah hati anda sekalian. Sehingga akhirnya, mereka dapat melalui tahapan tumbuh kembang dengan baik sampai kapanpun. Amiin. Wassalam, Mami Tokyo 070315 ******

Gambar 28. Lukisan by Najmi, katanya yang bergaun anggun adalah Najmi

126

7.2. Tips Menghindarkan Kecanduan TV pada Anak Betapa pun bahaya TV terhadap anak tetap perlu diwaspadai. Sangatlah bijak bila diterapkan peraturan pada anak dalam menonton TV. Membiarkan anak sendirian di depan TV, punya dampak yang tidak baik buat anak. Sebaiknya anak ditemani bila menonton TV. Saya dan suami selalu bergantian menemani Najmi kala menonton TV Najmi tidak pernah kami lepaskan menonton TV seharian di rumah.

Kebanyakan

hari-harinya

diisi

dengan

kegiatan

menggambar, bermain peran, main wayang, bikin kartu bermain, bikin hiasan, main lego, menyusun balok, main puzzle atau bahkan ikut membantu Mami dan Papinya untuk kegiatan rumah, seperti memasak, menyiram bunga, dan melipat kain jemuran. Berdasarkan pengalaman saya dengan Najmi, berikut beberapa tips yang dapat diterapkan untuk mengalihkan anak dari TV. Orangtua sebaiknya tidak drastis membuat aturan No TV di rumah, karena pengalihan yang tegas akan membuat anak sedih dan mungkin juga tidak terbuka lagi kepada orangtuanya. Hal Ini tentu tak diinginkan oleh kita para orangtua.

127

1. Batasi waktu menonton buat anak Kami selalu membatasi waktu Najmi menonton TV. Caranya, ketika Najmi minta menonton TV, saya atau Papinya selalu mengajukan persyaratan, seperti, “Jika selesai acaranya, TV-nya dimatikan ya.” Begitu juga kalau nonton VCD, “Setelah selesai satu kali putar dimatikan ya?.” Mungkin pertama kali anak akan sulit dan bahkan menawar lagi, namun kami berikan terus persyaratan, “Ini yang terakhir, setelah ini tidak boleh lagi ya Nak. Banyak menonton tidak baik, nanti sakit mata. Nanti tidak bisa main yang lain.” Berdasarkan pengalaman saya, Najmi tidak pernah menolak dengan cara seperti ini. Disiplin menonton TV dapat dipelihara dengan baik. Dan juga sebaiknya kedua orangtua sepakat dalam menerapkan aturan untuk anak. Bila anak telah terbiasa menerima peraturan yang ditetapkan oleh orangtua, maka orangtua sebaiknya mengusahakan untuk tetap memelihara kebiasaan baik yang telah dicapai anak. 2. Mematikan TV pada saat tidak diperlukan Sebaiknya matikan TV pada saat siaran tidak bermutu atau tidak cocok untuk anak. Jadi anak tahu bahwa TV hanya boleh ditonton pada saat tertentu saja. Anak akan tahu dengan dsiplin waktu, ada saat untuk menonton TV, ada saat bermain, berkarya dan sebagainya. Bila TV hidup terus, selain mubazir, juga suara TV 128

menganggu konsentrasi anak untuk bermain dan berkarya. Bahkan mungkin anak akan terus duduk di depan TV untuk menghabiskan harinya. Kalau keadaan ini terjadi tentu anak tidak bisa berkarya. Mungkin ada yang bermaksud menghidupkan TV terus agar rumah tidak sepi, namun sebaiknya tidak dilakukan, karena ada kalanya tampil tayangan yang tidak pantas ditonton anak. 3. Menyediakan mainan edukatif buat anak Kebiasaan kami terhadap Najmi, anak dijemput ketempatnya setelah waktu menonton TV hampir habis dan kesepakatan kami ulangi lagi kepada dia untuk mengingatkannya. “Nak, sudah janji nonton satu kali aja, kan?” atau “Nak, acara ini hampir habis. TV-nya dimatikan ya, kalau udah habis.” Dengan begitu anak akan patuh pada janjinya. Seterusnya orangtua bisa mengajak anak untuk main puzzle atau lainnya. Orangtua cukup mengalihkan anak dari TV dan mengantarkan pada kegiatan selanjutnya. Berikutnya anak akan asyik bermain sendiri, bila orangtua tidak dapat menemani dengan alasan suatu pekerjaan atau tugas lainnya yang hendak dilakukan. Di rumah, kami menyediakan permainan edukatif, lego, puzzle, dan mainan bongkar pasang lainnya. Permainan ini bagus untuk motorik anak dan melatih anak untuk berpikir. Terhadap Najmi, kami selalu memberikan pujian atas karyanya. Apa saja yang 129

dihasilkan anak, tak susah untuk mengatakan “good job” kepadanya. Dengan begitu Najmi terlihat senang dan tambah bersemangat untuk terus berkarya. Untuk lego dan mainan susunan, saya sering menuliskan “good job” beserta tanggal pada sehelai kertas kecil, dan memfoto karya Najmi dengan kamera digital. Bagi yang punya sarana, cara ini bagus untuk diterapkan, karena anak bisa punya dokumen sendiri tentang masa kecilnya. Foto-foto digital itu saya save (simpan) di komputer dan homepage yang berisi kegiatan Najmi. Untuk lego, mainan ini kami beli di toko khusus lego saat diskon. Berdasarkan pengalaman kami membeli lego di toko lego jauh lebih murah dari supermarket lainnya. Mainan anak tidak harus mahal, terkadang kami juga pilihkan mainan edukatif anak di toko 100 yen (sekitar Rp 7.000). Itulah untungnya di Jepang, kita bisa membeli mainan anak di toko yang jauh lebih murah, asalkan kita mau berusaha pergi ke toko murah tersebut. Biasanya toko itu terletak di tempat-tempat tertentu saja, sehingga butuh usaha ekstra untuk mencapainya. 4. Mengajak anak bermain bersama Najmi kerap kali mengajak saya main bersama. Saya pahami anak senang sekali bila ada keterlibatan orangtua bersamanya, menemaninya bermain. Bisa main bersama dalam bentuk kejarkejaaran kecil di dalam rumah (tentu ini harus disesuaikan dengan kondisi rumah), atau main bersama anak dengan mainan 130

yang anak suka. Misalnya main tebakan kartu bersama anak, apakah kartu yang dibuat sendiri atau kartu question-answer yang dibeli. Ikut menyusun lego bersama anak atau berlomba menyusun puzzle dengan anak. Juga kerap kali, kami bermain peran dengan anak, misalnya main dokter-dokteran, jadi penjual makanan dan pembeli, atau pun main guru dan murid. Banyak permainan yang bisa diterapkan bersama anak, yang membuat anak menjadi senang. 5. Tumbuhkan minat cinta buku pada anak sejak usia dini Najmi mulai kami kenalkan dengan buku sejak masih bayi. Buku bayi dibelikan yang simple namun bergambar besar dan berwarna menarik. Terkadang kami juga membelikan buku bernyanyi dan bersuara, sehingga dari kecil anak sudah tertarik dengan buku. Tentu kami memilihkan buku-buku tersebut sesuai usia anak, dan kecenderungan anak. Di Jepang tersedia book of, di toko buku ini kami bisa membelikan buku bagus tapi dengan harga yang sangat murah. Tak selalu bukunya buku bekas, namun banyak juga yang baru. Book of ini sangat terkenal di seluruh Jepang. Di sekitar tempat tinggal kami ada tiga lokasi book of yang dapat dijangkau dengan sepeda. Sabtu atau Minggu kami sering mengajak Najmi ke book of ini. Apalagi saya saangat senang mengoleksi majalah wanita, misalnya interior, majalah busana, dan keterampilan wanita lainnya.

131

Selain itu kami juga sering menemukan buku anak pada hari sampah buku dan kertas, kebetulan tetangga kami banyak juga yang punya anak. Kebanyakan orang Jepang tidak menyimpan buku menumpuk di rumahnya. Buku yang tidak dibaca lagi, diikat rapi

dan

dibuang

pada

hari

sampah

buku.

Bagi

yang

memerlukannya dapat mengambil buku tersebut. Dan pekerjaan seperti ini tidak dilihat hina oleh orang Jepang lain. Bahkan orang Jepang sekalipun juga sering memungut sesuatu yang iya perlukan dari gomi (sampah) orang lain. Najmi punya banyak buku. Ada buku yang memang langganan tiap bulan, ada buku bahasa Inggris, dan buku interaktif anak. Bukubuku pun saya tempatkan pada tempat khusus bermain Najmi, agar mudah dijangkau Najmi. Sekarang tiap hari Najmi selalu menyentuh buku sebagai salah satu kegiatan rutinnya di rumah. Jadi, Najmi tak pernah merasa kehilangan aktivitas, bila TV tidak hidup, karena banyak kegiatan lain yang bisa dia lakukan, salah satunya membaca buku. 6. Menyediakan buku interaktif Buku interaktif berbeda dengan buku cerita anak. Buku anak Indonesia kebanyakan pasif, hanya ada bacaan. Di Jepang ada buku tipe lain, yang memang memancing anak untuk berinteraksi dengan buku tersebut. Misalnya ada kerajinan tangan, ada gambar tempel, yang harus ditempelkan pada halaman tertentu sesuai petunjuk buku. Juga ada buku yang bisa ditulis atau dilukis 132

dengan

spidol

yang

bisa

dihapus.

Ada

juga

buku

yang

mengenalkan tahapan demi tahapan membuat gambar suatu karakter, misalnya bagaimana membuat gambar Minny, Micky dan sebagainya. 7. Menggambar dapat menghindarkan ketertarikan terhadap TV Selain suka membaca buku, Najmi punya kegiatan menggambar. Tiap hari Najmi selalu menyempatkan diri untuk membikin gambar. Memang dari kecil Najmi senang untuk minta dibikinkan gambar. Saat Najmi berumur lebih dari 4 tahun 4 bulan telah bisa membuat gambar sendiri. Bila di rumah Najmi tidak pernah bingung bila TV tidak hidup, bahkan Najmi asyik dengan kegiatannya sendiri. Mami ataupun Papinya selalu membubuhkan tulisan “good job (bagus)” dan tanggal pembuatan gambar pada setiap karya Najmi. Najmi terlihat senang, seakan mendapat penghargaan atas karyanya, sehingga selalu berkarya setiap harinya. Saya juga menyimpan gambar asli dalam map khusus berisi karya Najmi, selain menyimpannya di komputer dan membuatkan blog untuk memposting karya Najmi. Dari karya Najmi, saya meminta Najmi untuk bercerita, dan cerita yang dituturkan Najmi dibukukan oleh Maminya. Sesekali buku itu saya bacakan buat Najmi. Gadis kecil itu terlihat senang sekali.

133

8. Menumbuhkan keterampilan pada anak, sehingga anak bisa berkarya, dan membikin mainan sederhana sendiri Berawal dari bisa menggambar, Najmi jadi senang berkarya, membuat tako, membuat wayang kertas, membuat kartu bermain dan pajangan unik. Ketika saya menggunting karton bekas (misalnya kotak roti dan tissue) menjadi kartu kecil, Najmi pun langsung tergerak untuk membikin kartu bermain. Najmi meminta karton kecil yang telah saya potong, dan Najmi langsung membikin gambar sesuai ukuran karton, ternyata

untuk

kartu bermain. Selanjutnya Najmi

menerangkan cara bermain dengan kartu yang telah dibuatnya. Jadi sebaiknya orangtua terlibat dalam kegiatan anak, orangtua memberikan

bantuan

dikala

anak

belum

seutuhnya

bisa

merampungkan karyanya sendiri. Awalnya Najmi minta bantuan untuk menggunting selotip, dan memasangkan sumpit untuk pegangan wayang, namun sekarang Najmi sudah bisa melakukan semuanya sendiri. 9. Mengajak anak masuk dapur Bila acara menggambar pada setiap Sabtu atau Minggu pagi telah selesai, saya berusaha mengalihkan Najmi untuk beraktivitas selanjutnya di dapur. Kami membuat masakan atau kue apa saja yang sederhana tapi menarik buat Najmi.

134

10. Mengajak anak bersih-bersih di rumah bersama Terkadang kami juga mengajak Najmi untuk bersih-bersih rumah bila hari libur. Tujuan kami hanya sekedar membuat Najmi sibuk di rumah. Misalnya waktu membersihkan rumah menggunakan vacum cleaner, Najmi juga ingin untuk mencoba. Bukan berarti mengerahkan anak kecil yang belum pantas dibebani tugas. Juga bukan bermaksud membebani anak, tetapi memperkenalkan sesuatu yang baru, suatu kegiatan rutin di rumah kepada anak. Berdasarkan pengalaman kami, Najmi terlihat senang sekali, bahkan menimbulkan banyak pertanyaan dari Najmi. 11. Mengajak anak bernyanyi bersama Bernyanyi bersama anak, sambil mendengarkan tape atau rekaman digital, dapat mengalihkan anak dari TV. Saya terkadang melakukan hal ini bersama Najmi. Selain untuk menambah menambah kosa kata anak, juga meningkatkan kemampuan bahasa Indonesia Najmi. Najmi senang menyanyikan lagu anakanak Indonesia, karena walau bagaimanapun Najmi adalah orang Indonesia. 12. Memasukan anak sekolah Tiap hari, dari hari Senin hingga hari Jum’at Najmi pergi ke sekolah. Pada hari kerja, hampir dapat dipastikan tidak ada waktu untuk menonton TV, karena Najmi sekolah dari jam 9 hingga jam 5 sore. Senja hari pulang ke rumah, mandi, makan, 135

sholat dan mengaji. Selepas itu tidur, jadi menonton TV hanya bisa dilakukan bila Najmi libur atau memang pada hari Sabtu dan Minggu. 13. Mengajak anak main keluar, berbelanja, atau main ke taman Di hari Sabtu atau Minggu, kami selalu main keluar, apakah untuk berbelanja rutin untuk keperluan makan, mengajak Najmi main ke taman, ke toko buku, ataupun hanya sekadar cuci mata melihat-lihat barang. Tentu saja sudah bisa dipastikan ini memakan waktu cukup lama, dan tidak berada di dalam rumah. Artinya anak tidak mengkonsumsi tontonan TV. Jadi kegiatan ini dapat menghindarkan anak dari TV. 14. Mengajak anak mengunjungi museum-museum pendidikan Terkadang, sesekali kami mengajak Najmi mengunjungi museum pendidikan di Jepang. Yang telah kami kunjungi adalah Miraikan, yang dibangun di daerah Odaiba, suatu kota indah yang dibangun dari timbunan sampah selama lebih kurang 10 tahun. Di Miraikan ini semua sains dan kemajuan teknologi yang telah dicapai oleh Jepang

disajikan

mengetahui

apa

untuk saja

umum. yang

Setiap

pengunjung

diperagakan,

bahkan

boleh boleh

mengoperasikannya sendiri. Najmi senang sekali, karena Najmi juga mengetahui riset yang dilakukan oleh Mami dan Papinya,

136

tentang biodegradable plastic (plastik yang bisa didegradasi oleh mikroba). 15. Mengajak anak tamasya Mengajak anak tamasya, baik keliling kota atau rekreasi ke suatu tempat tertentu juga dapat dilakukan sebagai salah satu usaha agar anak tidak maniak TV. Bisa pergi ke kebun binatang, atau menikmati taman kota, berjalan di sepanjang gedung-gedung kuno dan bersejarah, merupakan kegiatan yang menarik buat anak. Kegiatan ini bisa menambah pengetahuan sekaligus pengalaman kepada anak. 16. Mengajak anak makan di luar Bila di Indonesia, berbagai tempat makan enak dan halal bisa dijumpai, sesekali asyik juga membawa anak makan di luar. Bila di Jepang, kami waspada sekali terhadap kehalalan makanan. Paling kalau makan di luar yang bisa dimakan adalah sushi (nasi dengan ikan mentah), takoyaki, dan beberapa makanan lain, namun tak banyak. Kerap kali kami membawa bekal sendiri kalau mau makan di luar, misalnya ketika pergi main ke taman. Di dekat rumah kami ada taman luas, bisa dipakai untuk olahraga bersama anak, juga bisa untuk lesehan sambil makan di udara terbuka. Kegiatan ini memberikan suasana tersendiri bagi kami dan Najmi. 137

17. Mengajak anak bersilaturrahmi Sesekali, anak bisa diajak silaturrahmi ke tempat saudara, agar saling mengakrabkan hubungan kekeluargaan. Namun, bagi kami yang tinggal di luar negeri, hidup jauh dari saudara, maka rekan dan kolega terdekatlah tempat kami mengajak Najmi untuk bersilaturrahmi. Kegiatan ini bisa sebagai obat untuk melepas kangen akan keluarga di Indonesia, mengenalkan Najmi dengan budaya

Indonesia,

mengajarkan

anak

meningkatkan untuk

komunikasi

bersilaturrahmi

Najmi,

diantara

juga

sesama.

Biasanya kami juga menghadirkan hidangan bernuansa nusantara, pada saat seperti ini. ******

Cho-cho (kupu-kupu) oleh Najmi

138

7.3. Manfaat Menonton TV yang Terarah bagi Anak Saya menikmati sekali hari-hari bersama Najmi. Data yang unik yang saya dapatkan dari Najmi, selalu saya usahakan untuk mengingatnya, dan terkadang malah mencatatnya langsung. Perkembangan Najmi dari hari ke hari terlihat menggembirakan. Berikut beberapa keuntungan positif TV terhadap perkembangan Najmi: 1. Anak menjadi kreatif Misalnya setelah melihat acara memasak di TV, Najmi ingin membuat strawberry cake atau ringo kare (gulai apel). Najmi punya kreasi sendiri membuat strawberry cake. Caranya, roti tawar dipotong kecil, dan strowberi pun dipotong kecil. Kemudian diberi hachimitsu (madu) dan strowberi disusun di atas roti yang telah dipotong. Sekarang Najmi sangat mahir membikinnya, tak perlu bantuan saya lagi. Bila ingin membuatnya, Najmi langsung masuk dapur. Saya hanya mengambil bahan yang dibutuhkan dan kursi untuk Najmi berdiri di dapur. Najmi tampak serius bereksperimen sendiri di dapur. 2. Anak mempunyai banyak pengetahuan Berbagai acara informatif bisa ditawarkan kepada anak melalui TV. Misalnya tentang kehidupan hewan, tumbuhan, cara bercocok 139

tanam, dan sebagainya. Suatu ketika setelah melihat pertanian stroberi di TV, Najmi juga bertanya, “Mami kalau okome (beras) bagaimana cara bikinnya?” Anak jadi ingin tahu hal lain yang sejenis dari tontonan yang dilihatnya. Dengan kata lain nalar anak menjadi berkembang. 3. Bahasa tubuh anak menjadi meningkat Terkadang Najmi mengajak saya untuk main tebak-tebakan dari gaya yang diperankannya, misalnya Najmi menirukan gaya itik. “Mami ini kayak apa coba?” tanyanya. Di saat lain, Najmi mengajak saya main tebakan benda, segi tiga, segi empat ataupun huruf-huruf dengan mempergunakan tangannya. Ini semua diketahui Najmi dari acara anak di TV yang dilihatnya. Jadi dengan melihat TV bahasa tubuh anak meningkat dan kemampuan mengingat anak juga terlatih. 4. Anak jadi rajin berkarya Biasanya setelah melihat acara menggambar di NHK Jepang, Najmi langsung ingin menggambar apa yang telah dia lihat. Jika tidak bisa membuatnya, dia tidak sungkan meminta bantuan Maminya. Kegiatan ini dapat melatih dan memupuk ketajaman daya ingat anak. Disamping itu menambah keterlibatan Ibu dalam mendukung anak terus berkarya.

140

5. Menimbulkan inspirasi bagi anak Suatu ketika, Najmi menonton kartun anak di TV Jepang. Setelah waktu menonton selesai, Najmi memanfaatkan waktunya untuk menggambar. Ketika saya tanya cerita dari gambar yang dibikinnya, Najmi menjawab, “Ini adalah Tanukichan. Dia mau main dengan Najmi di koen (taman).” Tanukichan adalah suatu karakter yang baru saja dilihatnya di TV, tapi jalan cerita yang dituturkan Najmi adalah idenya sendiri, bukan seperti yang dia lihat di TV. 6. Meningkatkan kemampuan komunikasi, menyampaikan ide dan bercerita Bila menonton acara traveling di seputar Jepang, Najmi sering mengeluarkan

pertanyaan-pertanyaan.

meningkatkan

kemampuan

bicara

Hal

serta

ini

tentu

dapat

kosa

kata

anak.

Terkadang ditayangkan tentang keindahan alam, bersih dan jernihnya air sungai di Jepang. Ataupun ikan yang dapat berenang bebas di sungai tanpa ada yang berminat mengganggunya. Bila Najmi hanya menonton dengan Maminya, dia sering menceritakan kembali kepada sang Papi. Begitu juga sebaliknya. Jadi

menonton

TV

dapat meningkatkan kemampuan anak

berkomunikasi, juga melatih ketajaman ingatan.

141

7. Meningkatkan kemampuan bahasa anak Di TV Jepang banyak ditayangkan pelajaran bahasa. Mulai dari bahasa Arab, Inggris, Indonesia, dan masih banyak lagi bahasa lain. Najmi tertarik untuk belajar bahasa Inggris dan bahasa Arab. Bila ada acara bahasa di TV Jepang dia selalu mengikuti dengan baik. Malah sekarang Najmi terbiasa mempraktekannya. “Thank you very much, Mami.” “Thank you very much, Papi.” “You are welcome.” “I am sorry.” “What are you doing now, Mami?” “What are you doing now, Papi?” “I am Najmi.” 8. Meningkatkan aktivitas anak Bila acara TV bernyanyi dan bergoyang seperti acara di NHK untuk anak di sore hari, Najmi juga ikut guru-guru mawatte (berlari-lari kecil dengan siklus mengelilingi), bernyanyi dan bergoyang seperti yang diperankan di TV. Jadi orangtua tidak membiarkan anak diam menikmati acara TV, tapi sarankan untuk menirukan gerakan dan kegiatan anak di TV. Bila orangtua meresahkan TV sebagai penyebab obesitas pada anak, dengan cara ini malah TV bisa membuat anak tetap bergerak dan tidak pasif.

142

9. Memberikan inovasi bagi anak Biasanya Najmi selalu menggambar menggunakan spidol, crayon atau pensil berwarna. Namun sekarang ada pembaharuan. Najmi membuat “big picture (gambar besar)” menggunakan bajubajunya. Najmi membuat big picture seperti gambar dia di kertas. Rambut panjang, dibuat dari kaus kaki, mulut, mata, dari lego. Big picturenya juga diberi tas. Pokoknya Najmi menampilkan sosok dirinya sendiri bila mau berpergian, seperti memakai gaun, rambut yang diikat dan membawa tas. Big picture dapat dilihat pada Gambar 17. ******

143

144

145

Bab 8 Kreativitas Ibu Untuk Anak

Gambar 29. Lukisan oleh Najmi

146

8.1. Anak Menginginkankan Ibunya Pintar dan Punya Kecakapan “Mami kenapa kita harus makan?” “Mami … kenapa kok tiap waktu kita harus sholat?” “Mami … kalau bikin daun bunga itu gimana caranya?” “Mami … anak pingin makan tanjoubi cake (kue ulang tahun)…” “Mami … bikinin anak gerok (baju gaun, ini adalah bahasa khusus Najmi) Mami!” Kalimat-kalimat seperti diatas sering muncul dari Najmi, yang menuntut jawaban serius tetapi mudah diterima anak. Ada perkataan

anak

yang

meminta

bantuan

orang

tua

untuk

membantu karyanya, misalnya anak minta dibikinin gambar. Ada juga permintaan anak yang menuntut keahlian orang tua, misalnya anak minta dibuatkan cake (kue) atau juga anak minta dibikinin baju. Bila dianalisa arti dari ucapan anak di atas lebih dalam lagi, saya menyimpulkan bahwa “Anak menginginkan Ibunya pintar dan punya kecakapan.” Untuk menjadi Ibu, kita kaum hawa harus pintar terhadap anak. Karena anak akan bertanya kepada Ibu tentang apa saja yang dia tidak tahu. Mulai dari pertanyaan spele hingga pertanyaan yang 147

terkadang sulit untuk dijawab. Terkadang pertanyaan anak meliputi

alam

nyata,

seputar

kehidupan

dan

hal

yang

berhubungan dengan ibadah. Ini artinya anak meminta Ibu agar selalu meningkatkan ilmunya mengikuti irama pertumbuhan dan perkembangan si-anak. Anak akan mendatangi ibunya dalam kesulitan apa saja yang iya temukan. Anak juga akan meminta pertolongan apa saja yang anak maui kepada sang Ibu, misalnya berupa keterampilan yang dibikin anak dalam proses berkaryanya. “Mami … anak nggak bisa mengguntingnya,” Najmi mendatangi Maminya ketika ada karton keras yang mau digunting Najmi untuk membuat kerajinan tangan. Suatu ketika Najmi menerima selebaran dari gurunya. Selebaran itu

ternyata

berisi

prakarya

membuat

khubus.

Najmi

mengguntingnya sendiri, namun dia belum bisa membentuknya menjadi khubus. “Mami bagaimana cara menempelnya biar jadi kotak kayak digambar ini?,” Najmi datang meminta bantuan pada Maminya. Mami pun membantu menempelkan kertas itu dengan selotip, hingga terbentuk sebuah khubus. Najmi tampak senang sekali. Ketika Najmi belum bisa seutuhnya menggambar, dia minta dibikin ini dan itu kepada orangtuanya. Misalnya karakter Jepang yang beragam, gambar mobil, gambar densha (kereta listrik), 148

gambar sepeda atau hal lain apa saja yang diingatnya saat itu. Tak jarang, Najmi juga minta dibikinkan gambar bermacam buahbuahan. Ini menuntut orang tua harus bisa menggambar. Walau kami tidak bisa menggambar dengan baik namun kami tetap berusaha untuk membuatnya sebisa mungkin. Saya menganalisis bahwa ketika anak telah punya keinginan tapi dia belum bisa membuatnya, maka anak akan minta bantuan orangtuanya

untuk

menyalurkan

lintasan

fikirannya.

Bila

keinginan anak ini tidak disalurkan tentunya akan membuat bakatnya tak berkembang, bisa membunuh kreativitas anak sedari dini. *** Ketika di sekolah menunya lain dengan yang saya bikin, Najmi langsung bilang, “donatsu tabetai Mamichan … (pingin makan donat Mami sayang…),” mungkin karena teman-temannya makan donat siang itu. “Tanjoubi cake tsukuritai Mami … (pingin bikin kue ulang tahun Mami …),” dan sebagainya, tentang makanan. Dari perkataan anak di atas, saya tanggapi bahwa anak meminta Ibunya mempunyai keahlian memasak, kepiawaian membikin kue dan segala rupa yang anak inginkan. Sebagai Ibu kita harus ikhlas untuk masuk dapur untuk bisa menghadirkan menu atau makanan yang sehat, baik dan bergizi buat anak. Kegiatan di dapur sebenarnya juga merupakan salah satu kegiatan refreshing bagi 149

Ibu, karena Ibu bisa mengembangkan karyanya, dan bebas bereksperimen di dapur. Terutama bagi Ibu yang tinggal di luar negri yang bukan negara Islam, maka makanan halal untuk keluarga harus diproduksi dengan ikhlas oleh Ibu di dapur sendiri. Sehubungan dengan dapur, Ibu bukan hanya harus bisa memasak saja. Tapi Ibu juga harus mempunyai pengetahuan tentang makanan bergizi dan bagaimana membikin makanan tetap bergizi dan sehat. Ibu juga harus punya pengetahuan tentang zat aditif makanan. Banyak para Ibu yang gegabah menggunakan “monosodium glutamate” (MSG) atau penyedap rasa seperti ajinomoto, sasa dan merek lain. Padahal bahaya penyedap itu berpaut umur. Artinya semakin kecil usia konsumen, maka pengaruhnya semakin besar. Penyedap dapat merusak kecerdasan anak, menimbulkan efek karsinogen, kegemukan, kerusakan mata, dan sebagainya. Sebaiknya Ibu mengindari pembuatan masakan berpenyedap bila ingin anggota keluarga anda sehat. Serta jauhkan kebiasaan bergantung pada makanan jadi atau makanan kemasan, kecuali dalam hal darurat. Karena banyak makanan jadi yang dimasak dengan menambahkan penyedap dalam ukuran megadosis, yang membuat kita ketagihan memakannya. Mengenai topik ini akan dikupas secara luas dalam buku saya selanjutnya “Menggapai Keluarga Sehat”.

150

Berdasarkan pengalaman saya dalam menghadirkan makanan untuk keluarga, saya cukup menggunakan tomat, garam dan sedikit gula untuk membuat sayuran atau makanan sedap dan lezat. Untuk kare atau gulai tentu bisa digunakan bombai, bawang putih, kunyit dan jahe. Ini karena keterbatasan bumbu dapur yang bisa saya beli di supermarket, di Jepang. Namun komposisi yang tepat dari bahan masakan yang digunakan tentu akan mempengaruhi rasa makanan. Ini makanya jam terbang Ibu di dapur harus tinggi, kuantitas Ibu masuk dapur harus tinggi. Saya bukan menyuruh kaum Ibu harus lama di dapur. *** Peristiwa lain, ketika kami belanja di GAP yang merupakan toko intaian saya, Najmi kekeuh minta dibelikan rok. Dia memang gadis banget, Najmi suka pakaian yang feminim, seperti rok dan gaun one piece. “Wah harganya Nak 5400 yen, nggak kuat Mami membelinya Nak!” “Mubazir … mahal sekali Nak…,” saya menolak permintaan Najmi. Namun Najmi tetap kekeuh minta dibelikan. Tetapi saya bertahan untuk tidak membeli pakaian dalam harga yang sangat mahal. Saya pun merayu Najmi lagi, “ya udah, yuk kita pulang cepat, nanti Mami bikinin!”

151

Saya bertujuan ingin mengakhiri tantrum Najmi. Akhirnya saya harus membuatkan baju Najmi karena sudah berjanji pada anak. Walaupun saya mempunyai waktu yang terbatas, tetapi saya berusaha menjahitkan baju Najmi. Bahkan ketika saya berada di dalam densha (kereta listrik) dan di kantor imigrasi saya sempatkan menyelesaikan baju Najmi. Alhamdulillah saya bisa selesaikan. Dan Najmi senang sekali memakai baju yang saya buatkan. Najmi juga tidak pernah memaksa lagi minta belikan sesuatu, bila saya bilang harganya mahal. Apa yang bisa kita petik dari semua kejadian yang dipaparkan ini? Saya menganalisis bahwa dimata anak orang tuanya serba bisa. Berbanggalah kita sebagai orang tua. Seharusnya jangan hilangkan kepercayaan dan penilaian positif mereka terhadap kita (ibunya). Selagi anak meminta bantuan, menanyakan sesuatu, dan meminta pertolongan lain, berarti anak masih mempercayai orangtunya “hebat dan piawai”. Selanjutnya orang tua perlu mengoreksi diri bila si anak nggak pernah meminta ini dan itu, mengadukan ini dan itu, serta menanyakan sesuatu hal. Apakah sebagai orang tua kita terlalu cuek? atau galak? atau tak peduli sama sekali?. Meskipun anda punya asisten rumah tangga, jangan sepenuhnya anak diserahkan kepada mereka. Karena di hati anak “ada ruang khsusus yang

152

harus diisi oleh orang tuanya.” Untuk itu isilah ruangan itu dengan sebaik mungkin. Jadi Ibu harus “ikhlas”, itu kuncinya saya pikir. Memang banyak ilmu yang harus Ibu punyai, saya pun berusaha untuk terus belajar. Saya menyadari kemampuan diri masih kurang, dan pengetahuan masih terbatas. Namun saya bersyukur punya modal dasar memasak, menjahit dan membikin kue walaupun hanya taraf seadanya. Tetapi sudah cukup membuat Bintang (Najmi) saya senang. Saya berharap semoga anda juga lebih baik terhadap buah hati hendaknya. Amiin. Membangun komunikasi sedari dini dengan anak saya rasakan juga banyak keuntungnya. Koreksilah dan ekspolarasilah anak-anak kita, karena banyak cara yang bisa mendatangkan anak untuk ekspresif. Salah satunya, dengan memasak di dapur bersama anak, atau memperkenalkan anak akan sesuatu yang baru. Pada saat itu anak akan terpancing untuk berkomunikasi. Manfaatkanlah momen bagus itu. Dan sedapat mungkin kebiasaan baik selalu dipelihara untuk terus membangun komunikasi dengan anak.

153

8.2. Catatan Perkembangan Najmi (2) Sekarang ini, saya berusaha tiap bulan membuat catatan perkembangan Najmi. Sistem di Jepang, kami harus selalu membuat catatan di buku harian sekolah Najmi, namanya renrakucho. Orang tua menuliskan aktivitas anak di rumah. Nanti sensei (guru) menuliskan kegiatan anak di sekolah. Jadi ada komunikasi yang jelas antara sensei dan orang tua tentang perkembangan anak setiap hari. Berangkat dari itu pula, kami ingin memantau perkembangan Najmi dan menuliskan secara komplit. Sehingga kami bisa tahu pada tahapan mana yang kurang pada Najmi. Dari ketinggalan atau kekurangan Najmi yang kami temui, kami membantu tahap tumbuh kembang Najmi selanjutnya. Kami juga bisa mengoreksi diri kami, dari bakat dan prestasi yang telah dicapai oleh anak. Biasanya keterlibatan orang tua dalam kehidupan anak akan “linier

(berbanding

lurus)”

dengan

pertumbuhan

dan

perkembangan yang diraih oleh anak. Berikut ini adalah catatan perkembangan Najmi untuk bulan Februari, yang saya tulis di bulan Maret. Silahkan diikuti…. *** Suatu hal yang membuat Mami dan Papi sangat senang, Najmi sudah

bisa

nyambung

kalau

diajak

bicara,

mengekspresikan rasa senang sedih dan tidak setuju. 154

sudah

bisa

Ungkapan perasaan Suatu ketika saya menunggu Papi online di depan komputer karena memang Papi pergi seminar ke luar kota. Dan beda waktunya dengan Jepang antara siang dan malam. Kebetulan Najmi nggak sekolah hari itu. Seharian kami berdua di rumah. Komputer nyala dari pagi hingga malam, sebentar-sebentar saya mengintip layar computer. Ternyata Yahoo Messanger dari Papi nggak ada. Malam ketika mau tidur saya mengajak Najmi untuk mengintip lagi : “Nak yuk kita lihat Papi ada nggak?” Najmi bergegas lari menuju ruang komputer, dan di lihatnya yahoo messanger dari Papi nggak ada juga. Najmi sudah mengerti kalau Papi memakai nama “Najmi” untuk usernya. “Wah nggak ada Mamichan,” suara Najmi terdengar keras. “Kemana ya Papi…? Apa masih belum pulang …?” sahut saya menimpali. Najmi langsung menjawab, “Sedih ya Mami kalau Papi nggak ada” Saya ketawa lebar, Najmi sudah bisa merasakan perasan sedih dan kecewa seharian bolak balik menunggu Papi online di internet. *** Ketika Papi pulang dari Baltimore, Amerika Serikat, Najmi dibawakan Papi purezentou (hadiah). Najmi senang karena

155

mendapat banyak hadiah. Ada buku bahasa Inggris, kartu dora dan ada kartu pintar question-answer. “Cantik-cantik bukunya ya Nak?” ucap saya setelah selesai membacakan beberapa buku buat Najmi sebelum tidur. “Iya, Papi pintar ya memilihnya untuk anak, semua bagus ya Mami?”, jawab Najmi. Saya hanya bisa smile sambil menyayangi pipi Najmi. Ternyata Najmi sudah bisa nyambung ngomongnya. Kegiatan kewanitaan/keingintahuan Najmi sering mengajak saya membuat kue. Kerap kali Najmi minta dibuatkan tanjoubi cake (meskipun pada saat tidak berulangtahun). Namun mungkin karena ada hiasan dan kreasi, ada nama, ada asesoris seperti coklat, dan karakter yang dibikin dari gula. Sehingga dia suka sekali minta buatkan kue ulang tahun. Dalam bulan kemarin Najmi 2 kali minta bikin tanjoubi cake. Melihat saya menghias kue, Najmi pun tertarik untuk menghiasnya. Ya, agar dia senang mencoba sesuatu yang baru, saya pun mengizinkan Najmi. Apalagi karena kue tersebut nggak akan ditonton oleh orang lain. Kalau bikin pudding, biasanya Najmi suka mengajak Papi. Tetapi kalau bikin jus, Najmi sudah mahir sekali. Mami hanya mengawasi

156

dan membantu Najmi ketika menyambungkan kabel ke sumber arus. Bila Najmi ada di rumah, ketika libur atau tidak sekolah, kerap kali Najmi pingin ikut memasak bersama Maminya. Terkadang malah kami memasak bertiga, seperti bikin gyoza. Karena kami harus mulai dari bikin kulit. Tugas Najmi dan Papi membuat kulitnya. Dilain waktu Najmi juga senang ikut bantu Maminya memotongmotong ninjin (wortel) tamanegi (bombai), kyabetsu (kol), atau jenis sayuran lainnya. Terkadang kami memasak sambil bernyanyi. Wash away wash away wash wash wash, onion carrot potato Let make soup Cut away cut away cut cut cut, onion carrot potato Let make soup Cook away cook away cook cook cook, onion carrot potato Let make soup Najmi terlihat senang, dia sangat ekspresif sekali. Najmi gembira sekali karena mengetahui proses memasak. Malah setelah selesai satau masakan, Najmi minta diajarin membuat masakan yang lain. Misalnya Najmi minta diterangin bagaimana cara membuat telur dadar. 157

“Mami, telur dadar wa do yatte tsukutte no ? oshiete Mami … (Mami gimana cara bikin telor dadar? terangin Mami …).” Najmi mulai suka dan ingin tahu dunia sebenarnya, bukan memasak dengan mainan yang sudah lama ditinggalkannya. Kreasi/ daya cipta dan daya serap mulai timbul Ada satu resep yang terlahir dari Najmi. Di rak bahan-bahan kering yang bisa ditarik-tarik mengambilnya, Najmi menemukan ikan kering yang siap untuk dimakan (kalau di Jepang). Ikannya nggak asin dan hanya dengan memanaskan pakai microve sudah bisa dicampur sama goreng kentang untuk dibikin balado. “Ah souka... Mamichan, watashi wa odanggo koro-koro tsukuritai yo (oh ya Mami, aku mau bikin odanggo koro-koro) .” “Do yatte tsukuru no? (bagaimana cara bikinnya?) ,” tanya Mami heran, karena Mami memang nggak tahu apa yang dimaksud Najmi. “Ikan ini digiling pakai blender, terus nasi dibulat-bulatin, nanti nasinya dilumuri pakai ikan yang digiling tadi,” kata Najmi menjelaskan dalam bahasa Jepang. “Kantan yo Mamichan, watashi wa jibun de dekiru yo, (gampang bikinnya kok Mami, Aku bisa membikinnya sendiri),” kata Najmi meyakinkan Mami.

158

Saya pun akhirnya mengizinkan Najmi untuk membikin menunya. Setelah selesai, Najmi sangat riang sekali, karena dia memang sukses membuat menunya. Najmi terlihat bangga karena sudah bisa berkarya. *** Lukisan, alhamdulillah ada peningkatan. Najmi sudah bisa membuat gambar selain dirinya, walaupun belum sempurna. Najmi sudah bisa melukiskan teman-temannya, dan karakter yang dia ketahui dari TV atau di lingkungan. Najmi membuat tas, membuat hiasan atau pajangan, dan juga membuat lukisan untuk dipajang di figura. Suatu hari begitu lihat figura kosong dan masih baru, Najmi langsung mempreteli dan membukanya. Najmi segera membuat gambar bunga dan kemudian mengguntingnya. Kemudian dia menempelkan gambar bunga yang telah diguntingnya, pada sehelai kertas seukuran figura. Saat itu kebetulan lem habis, bagaimana tidak karena tiap hari digunakan Najmi. “Udah Nak … nanti saja, lemnya nggak ada,” kata saya. “Mm … anak mau sekarang…,” kata Najmi dengan nada sedikit memaksa. “Ah souka… (oh ya …) dengan nasi aja Mami …,” kata Najmi tibatiba.

159

“Oh iya, Mami lupa…,” karena saya benar-benar nggak kefikiran. Ide itu memang diketahui Najmi dari maminya yang menggunakan nasi sebagai lem. Waktu itu, saya membuatkan Najmi huruf-huruf untuk belajar membaca. Kebetulan lem juga sudah habis saat itu. Namun saya lagi semangat membikin kartu belajar Najmi, sehingga saya menggunakan nasi sebagai lem. Najmi banyak membuat kerajinan tangan yang menggunakan karton

bekas.

Misalnya

untuk

menempelkan

gambar

yang

dilukisnya di kertas HVS agar kuat untuk diberdirikan. Caranya Najmi menempelkan gambar yg telah digunting pada karton, lalu menggunting karton sesuai ukuran gambar. Sehingga saat ini karton yang biasa saya buang (misalnya bekas roti, bekas tissue, atau kotak sepatu baru), sekarang bermanfaat oleh Najmi. Saya senang sekali, karena nggak perlu mengeluarkan modal untuk mendukung minat anak. Awalnya memang saya yang menggunakan karton bekas untuk membikin huruf-huruf belajar Najmi. Ini artinya anak telah menerima kebenaran yang dicontoh dari orang tuanya. Pernyataan keinginan Najmi sudah terlihat tegas menyatakan keinginannya. Suatu kebiasaan, Papi selalu membawakan purezentou (hadiah) bila pulang bekerja, pada saat lebih awal. Suatu ketika Papi sedang tidak ada di rumah. Abi (paman Najmi) mau berangkat kerja: 160

“Abi, purezentou wo motte kite ne (Abi, bawa ole-ole ya kalau pulang),” kata Najmi. “Watashi wa pinku iro no ho ga ii yo, onna no ko dakara… (Saya pingin yang warna pink ya, kan anak perempuan)…,” sambung Najmi lagi. Kemampuan membaca Belum terlihat progress (kemajuan) yang pesat. Najmi lebih unggul membaca Iqraq. Diikuti dengan huruf latin, dalam bahasa Indonesia. Namun, saya sudah memperkenalkan semua karakter sesuai dengan minat Najmi. Saya memperkenalkan alphabet Indonesia, Inggris, dan karakter Jepang. Najmi sudah mahir menuliskan namanya sendiri baik dalam romaji atau pun dalam karakter

Japanese.

Karena

bila

Najmi

bermain

game

di

supermarket harus mengisi nama untuk memulainya. Saya tidak memaksakan Najmi untuk belajar, hanya ketika Najmi mood. Terkadang Najmi minta belajar mengetik di komputer dengan Maminya. Najmi mencari hurufnya sendiri, sesuai yang didiktekan Maminya. Surat pertama Najmi untuk Papi “Pi anak nggak sekolah, nggak ada ABC nya” di ketik oleh Najmi tgl 8 Maret 2007/ (didektekan dan diejakan oleh Mami)

161

Maksudnya Najmi hendak mengatakan kepada Papi, kalau dia malas pergi ke sekolah karena belum diajarkan menulis dan membaca. Lucunya keinginan Najmi untuk pintar membaca kayak orang gede sudah ada. Najmi sering berkomat kamit sendiri, suara keluar sambil pegang buku, tapi ceritanya sesuai ide Najmi. Untuk tulisan, Najmi sering menulis pada gambar yang dibikinnya sendiri. Terkadang Najmi membikin huruf apa saja yg dia ingat di buku tulisnya. Kemudian dia melaporkannya pada Mami atau Papi, sembari bertanya “Ini bacaannya apa Mi … Pi …?” Sholat dan ibadah Sholat Najmi masih belum lengkap karena dia harus pergi sekolah setiap hari. Namun Mami dan Papinya terus berupaya mengajak Najmi sholat jamaah. Terkadang bila Mami lagi sibuk, Najmi sholat berdua dengan Papi atau sebaliknya. Misalnya bila Papi belum pulang, Najmi sholat dengan Mami. Untuk do’a dan hafalan ayat, Najmi nggak pernah punya waktu khusus di siang hari. Karena Najmi hobinya berkarya terus kalau siang hari. Namun di sela kesibukannya saya menghidupkan kaset hafalan ayat dan bacaan sholat. Saya juga membuat rekaman dengan digital recorder (perekan digital) yang bisa di bawa ketika main atau bila di tempat tidur. Sebelum tidur kami mengajak Najmi membaca ayat dan mengulang hafalan do’a.

162

Tanggung jawab Okatazuke (bebersih)? masih kurang. Tapi anehnya Najmi selalu bisa berbenah sendiri atas mainan yang digunakannya di sekolah. Kerap kali Papi bilang, “Papi pusing lihat berantakan kertas potongan oleh Najmi, lego yang berserakan, atau buku yang bertebaran di ruangan.” Ini salah satu kekurangan Najmi. Ia masih belum bisa berberes, dan disiplinnya masih rendah untuk hal ini. Namun saya selalu menerapkan untuk beres-beres pada Najmi, walaupun sudah telat tidur. Saya selalu mengajak untuk berberes dulu setelah selesai berkarya. Najmi pun selalu ikut membantu. Ya semoga saja Najmi cepat mengerti. Satu hal lagi, Najmi sering tidak peduli kalau diajak makan. Alhamdulillah sejak ia senang ikut membantu Maminya di dapur, Najmi jadi semangat makan sendiri. Terkadang lucu juga, dia memuji masakannya sendiri. “Oishi ya Mami … (enak ya Mami…),” kata Najmi memuji masakan hasil keikut sertaan dia di dapur. Sebaiknya anda juga membuat catatan tentang perkembangan anak, biar bisa memantau prestasi dan kemajuan mereka. Wassalam, Mamianak Tokyo, 070310 ******

163

Bab 9

Menggali Potensi Mengaji dan Membaca Alqur’an 9.1. Mencari Momen dan Metoda yang Tepat untuk Mengajarkan Anak Megaji Tinggal di Negara yang bukan Islam, untuk mengajarkan anak sholat, mengaji, dan pengetahuan tentang Islam, meminta keseriusan orang tua. Tidak semudah seperti orang yang tinggal di Indonesia. Selepas anak pulang dari sekolah umum, dia dapat ikut mengaji di Taman Pendidikan Alqur’an (TPA). Sehingga begitu anak bisa membaca huruf romaji, anak pun bisa membaca Alqur’an. Namun tidak berarti kita harus pasrah dengan keadaan, berbagai upaya harus dilakukan agar anak bisa sholat, mengaji dan memahami nilai-nilai ajaran Islam. Najmi mulai belajar mengaji dan memegang buku Iqraq, ketika kami pulang ke Indonesia saat liburan. Ketika itu Najmi berusia 4 tahun. Kali pertama diajak belajar mengaji, Najmi tidak begitu tertarik. Terlihat keseriusannya pun belum ada. Saya cukup sedih saat itu. “Kok Najmi nggak serius ya … ?” 164

Namun kembali saya sadar, Najmi telah terbiasa dengan sesuatu yang menarik selama di Jepang. Buku-buku bacaan yang beragam dan penuh pesona. Wajar bila dengan buku Iqraq yang sederhana, tak terlihat ketertarikannya saat itu. Alhamdulillah dibantu oleh kondisi lingkungan yang Islami di Indonesia. Karena Najmi sempat bersekolah di Taman Kanakkanak (TK) Aisyiah selama 2 bulan, membuat Najmi bisa mengenal huruf-huruf dan do’a-do’a. Tambahan lagi, di rumah ada kak Azzahrah (sepupu Najmi) yang berusia 1 tahun di atas Najmi. Sehingga Najmi mempunyai teman mengaji dan belajar di rumah. Terkadang kak Azzahrah yang mengajarkan Najmi mengaji sambil main guru-guruan. Kak Azzahrah jadi gurunya. Terkadang juga ada kak Iil yang jadi guru. Najmi terlihat mulai senang, telah tahu huruf dan bacaan. Saat itu baru Iqraq 1. Untuk

membantu

Najmi

mengingatkan

huruf-huruf,

saya

membuatkan kartu kecil yang ditulis dengan tulisan tangan. Bila kami harus berpindah tidur ke tempat saudara yang lain, maka kartu Iqraq itu selalu saya bawa. Terkadang di atas kendaraan ataupun pesawat sekalipun, kartu itu saya keluarkan. Saya mengajak Najmi main tebakan kartu untuk mengingatkan huruf. Semua ini saya lakukan untuk memupuk ketertarikan Najmi terhadap

Alqur’an.

Walaupun

Najmi

tidak

tiap hari

bisa

memegang Alqur’an karena harus mengunjungi banyak saudara, namun tetap dekat dengan Alqur’an. 165

Setelah balik ke Jepang lagi dan mulai dengan aktivitas rutin di Jepang, Najmi sempat terputus mengaji. Najmi lebih tertarik pada buku-buku bacaannya, dan kesibukan membikin gambar, berkarya dan sebagainya. Di tengah kesibukannya itu saya selalu mengingatkan, “Nak habis ini mengaji ya …?” Namun ajakan saya tidak berlaku mulus. Saya berdiskusi dengan Papi, “Gimana ya biar Najmi bisa mengaji lagi… ?” Papinya menyarankan, “Ya Mami harus berusaha menemukan trick yang membuat Najmi tertarik. Anak kita itu unik, dia suka akan sesuatu yang menarik”. “Ya udah, nanti Papi tolong carikan software Alqur’an di internet, biar Mami bikinkan modul buat Najmi. Mami mau membikin buku mengaji sendiri, kapan perlu di beri warna biar menarik dan tidak membosankan bagi Najmi.” Namun rencana di atas belum sempat terlaksana walaupun Papi telah menyediakan software untuk menuliskan huruf Arab di komputer. Usaha lain, saya mulai mencari lagu-lagu Iqraq di internet, dan merekamnya dengan digital recorder. Ketika Najmi bermain atau menggambar, saya hidupkan nyanyi itu untuk pengisi suasana hening.

Alhamdulillah,

ternyata 166

Najmi

tertarik.

Namun

ketertarikan Najmi hanya sebatas bernyanyi, ia belum serius untuk memegang Iqraq di siang hari. Saya terus berfikir bagaimana cara membuat Najmi tertarik untuk mengaji lagi. Di Indonesia, Najmi bisa diajak mengaji di siang hari setelah pulang bersekolah TK. Lagi pula Najmi tak punya buku tandingan lain. Di Jepang, Najmi punya banyak buku, spidol, crayon, puzzle, dan lego. Sehingga buku Iqraq tak punya daya tarik baginya. Saya memang tidak menarok buku Iqraq itu bersama dengan buku-buku bacaan Najmi yang dengan mudah dapat diambilnya. Saya takut buku Iqraq itu akan bercerai berai, sebab jilitannya kurang bagus. Saya pun mulai memikirkan bagaimana caranya agar tulisan-tulisan pada buku Iqraq itu dekat dan akrab dengan kehidupan Najmi sehari-hari. Akhirnya muncul ide. Saya teringat untuk membikinkan Najmi kartu Iqraq kembali, seperti saya mengenalkan huruf-huruf ke pada Najmi pertama kalinya. Untuk Iqraq 3, saya mengopi buku iqraq itu semuanya. Hasil kopian itu saya gunting dan tempelkan pada karton bekas yang telah digunting menjadi kartu bermain. Saat Najmi bermain di siang hari, saya sempatkan untuk mengaji dengan kartu. Kartunya pun saya tarok di kotak berisi buku-buku Najmi. Bahkan bila kami naik densha (kereta listrik), kartu Iqraq juga saya bawa. Di atas densha saya mengajak Najmi untuk membacanya. Namun usaha belajar Iqraq lewat kartu ini juga 167

gagal. Najmi tetap tak begitu tertarik, dia lebih asyik membikin gambar walaupun di dalam densha. Menganalisis Metode yang Diterapkan Setelah menerapkan beberapa usaha seperti di atas dan belum berhasil, maka saya mulai mengumpulkan data yang ada, mengoreksi metode yang saya ajukan dan respon Najmi. Saya paham, Najmi typical anak yang serius untuk melakukan sesuatu. Bila satu gambar belum selesai, maka dia tak mau diganggu. Bila dia telah suka akan sesuatu, maka tidak perlu harus disuruh lagi. Berdasarkan typical Najmi di atas, maka saya berfikir, “Mungkin kegagalan untuk memasukkan program mengaji pada Najmi karena waktunya yang tidak tepat. Saat ia asyik dengan beragam kesibukannya, dan saya mengajaknya untuk belajar mengaji, maka tentu saja ia menolak.” “Saya harus

mencari waktu yang tepat dan suasana yang

bersesuaian dengan moodnya Najmi.” Akhirnya suatu saat setelah shalat Isya dan jam tidur pun masih agak lama, saya coba mengajak Najmi untuk mengaji. “Nak yuk kita mengaji yuk Sayang.” “”Ayok Mami ..” Najmi pun bersemangat.

168

Alhamdulillah, saya bersyukur kepada Allah. Sangat senang dan bahagia rasanya melihat Najmi langsung mau diajak mengaji. “Alhamdulillah Ya Allah, atas pertolongan Engkau.” Alhamdulillah, berkat usaha yang serius, saya telah mendapatkan rumusan untuk mengajak Najmi mengaji. Bahwa jam yang tepat buat Najmi untuk belajar Iqraq adalah setelah sholat Isya, di malam hari. Saya juga berfikir suasananya mendukung sekali. Habis kami sholat berjamaah, kami langsung mengaji. Hingga sekarang Najmi selalu meminta baca Iqraq sebelum tidur setiap malam. “Mami, yuk kita baca Iqraq yuk Mami...,” kata Najmi selepas kami sholat Isya bersama. Dari perjalanan mengajak anak untuk mencintai Alqur’an ini saya mendapatkan satu informasi penting dalam mendidik anak. Kuncinya temukanlah momen yang tepat dan disukai anak. InsyaAllah program pendidikan buat anak akan berjalan. Maka eksplorasilah kapan anak-anak kita mempunyai momen yang tepat yang sesuai dengan mood hatinya. InsyaAllah dari anak sendiri akan ada sambutan. Mungkin pengalaman ini bisa dijadikan sebagai cambuk bagi para orangtua terutama yang berada di negara minoritas muslim, untuk tetap optimis mengajak anak mau mengaji. Anak harus diciptakan dalam kondisi yang mendukung. Seperti saya temukan 169

setelah sholat Isya, ini bukan mutlak setelah sholat Isya. Tetapi dapat dilakukan setelah waktu sholat yang lain, sesuai dengan kondisi anak. Bila anak hanya di rumah bersama orang tua mungkin bisa diterapkan setelah sholat Dzuhur, Asyar atau Maghrib. Najmi belum bisa teratur mengerjakan sholat maghrib. Sebab Najmi bersekolah di prasekolah, dan baru pulang ke rumah sekitar jam 6 sore. Pada saat ini, ia sudah keburu lapar, setelah mandi dan makan malam, baru bisa mengajak Najmi sholat. Namun kondisi untuk mengajarkan Iqraq yang sangat menunjang itu adalah setelah sholat. Begitu selesai sholat dan berdo’a bersama anak, dilanjutkan dengan membaca Iqraq. Bila momen telah cocok Pada saat orangtua telah menemukan momen yang cocok untuk memasukan program kepada anak, misalnya dalam hal ini mengaji atau membaca Iqraq, itu suatu pertanda program akan berjalan. Bila kita ingin langgeng anak terus belajar mengaji, maka orangtua harus disiplin, harus selalu tidak mempunyai aktivitas lain pada jam tersebut. Dengan artian orangtua harus selalu memelihara waktu tersebut untuk menjalankan program terhadap anak. Pernah suatu hari saya telat dari jam yang telah ditetapkan. Namun saya tetap mengajak Najmi mengaji, agar kebiasaan mengajinya

selalu terpelihara. Saya

upayakan juga

untuk

menyimak bacaan Najmi walaupun hanya satu baris. Kebiasaan

170

baik harus selalu dibudayakan agar anak selalu punya jadwal yang rutin. Dalam hal mengajarkan Najmi mengaji, setelah Najmi membaca, saya selalu membacakan bahan belajar untuk besok harinya. Biasa saya membacakan Iqraq sambil berirama atau bernyanyi. Hal ini sangat menarik bagi Najmi. Misalnya tsabata (dibaca, tsa diatas tsa, ba diatas ba, ta di atas ta…tsabata). Begitu juga kalau ada alif harus dibaca panjang, saya mengucapkan dengan nyanyi. Misalnya, Tsaabata (Tsa diatas tsa ada alif dibaca panjang, ba di atas ba, ta diatas ta … tsaabata). Dan nyanyi-nyanyi yang saya buat pun berusaha divariasikan biar tidak monoton. Sebagai penutup dalam mengajarkan Najmi mengaji, saya membacakan Iqraq 6 atau Alqur’an. Saya membacanya dengan berirama, seperti yang pernah saya pelajari. Bahkan terkadang ketika harus mengaji dengan suara tinggi, mengambil nafas dari perut dan menutup telinga, Najmi tampak tertarik sekali. Saya melihat dengan memberikan contoh bacaan yang baik dan mengaji dengan berirama, membuat Najmi jadi bersemangat untuk cepat pintar mengaji. “Anak juga mau gambatte (rajin belajar), mau mengaji kayak Mami,” Najmi bertutur serius menatap saya. “Semoga ya Allah Najmi lebih pintar dari saya, bisa ngaji lebih baik dari saya, Amiin.” 171

Saya mempunyai keterbatasan suara, suara saya tidak terlalu bagus pada nada tinggi. Hal ini jugalah yang membuat semangat untuk terus bergiat belajar seni baca Alqur’an jadi lesu, bahkan setelah meninggalkan daerah kelahiran pun pupus sama sekali. “Semoga dengan sedikit modal yang saya punya, bisa menjadi cikal bakal untuk bakat Najmi, Amiin yarabbal ‘alAmiin.” Alhamdulillah, kebiasaan Najmi mengaji terus berlanjut. Najmi jadi senang mengaji dan mengiramakan bacaannya. Najmi sudah tahu panjang dan pendek untuk sebatas Iqraq 3 dan 4. Namun saya belum mencoba untuk mengaji di siang hari ketika Najmi libur. Ini semua karena keterbatasan atau ketidakcocokan waktu saya dengan Najmi. Namun sepertinya tidak ada kendala lagi, karena Najmi sudah suka mengaji. Najmi bilang, “Iqraq wa omoshiroi ya Mami…, (belajar Iqraq mengasyikan ya Mami…)”

172

Semoga penuturan saya ini menjadi inspirasi bagi para orangtua muda dalam menemukan trick dan momen yang tepat untuk buah hatinya belajar mengaji dan membaca Iqraq. Walau bagaimana pun, mengajarkan anak sedari dini lebih gampang dibandingkan ketika mereka sudah besar dan baru balik ke Indonesia. Karena semasa kecil anak lebih mendekati fitrahnya. ****** Dari pemaparan di atas dapat diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi semangat belajar anak untuk mengaji6g: 1.

Lingkungan.

Di

Indonesia

lingkungannya

agamis,

membuat anak lebih mudah untuk diajak ngaji. Anak bisa sekolah di TK Islam, bu guru mengajarkan do’a dan huruf-huruf. Hal ini membuat anak lebih mudah untuk diajak mengaji di rumah. Di rumah habis sholat berjamaah semua anggota keluarga pada mengaji. Jadi suasana di Indonesia memang sangat Islami sekali. Nah ketika

lingkungan

tidak

mendukung

bagaimana

mengalihkan hati anak agar mau untuk mengaji.? Ini sebuah tugas buat orangtua tentunya. 2. Waktu/momen. Orangtua harus mencari kondisi atau momen yang tepat bagi anak. Saya menemukan sehabis sholat tepat sekali mengajak anak mengaji. Karena setelah sholat dan berdo’a, suasana anak masih dekat dengan Qur’an. Maka ajaklah anak mengaji saat itu, insyaAllah anak akan memberikan sambutan. Bila waktu anak bermain banyak hal lain yang lebih 173

menarik bagi anak. Apalagi di Jepang, mainan dan segala rupa perlengkapan anak sangat kawai (lucu) dan omoshiroi (menarik). Maka buku Iqraq yang sangat sederhana itu tak akan dilirik oleh anak. Belajar mengaji tidak harus setelah sholat Isya, bisa dicari waktu sholat yang sesuai dengan mood anak. 3. Metode/ teknik. Orangtua harus bisa bermain peran terhadap anaknya. Saat kita membawakan peran sebagai teman atau sahabatnya, anak akan merasa dekat. Begitu juga saat belajar, mainkan peran sebagai guru,

anak

akan

mengikuti

dengan

baik.

Saya

terkadang mengenalkan diri sebagai Mami sensei (Mami sebagai guru), dan Najmi pun memanggil saya sensei (guru) ketika belajar. Ketika mengaji bikinlah metode mengajarkan yang baik, yang membuat anak tertarik. Misalnya mengiramakan bacaan. Menyanyikan bacaan, sehingga anak akan tertarik. Dan sedapat mungkin berikan contoh dengan membaca Iqraq 6 dengan irama yang kita bisa, sehingga anak benar-benar simpatisan. Saya melihat dengan memberikan contoh bacaan yang baik dan mengaji dengan berirama membuat Najmi tercambuk untuk cepat pintar. Nah bila anak telah tertarik, maka orangtua tinggal memelihara kebiasaan. Orangtua harus konsekuen dengan jam belajar anak, agar kebiasaan baik tetap berjalan. Karena untuk daerah yang bukan Islam, orangtualah sebagai guru mengaji anak. Lain dengan lingkungan seperti di 174

Indonesia, kerja keras orangtua bisa digantikan oleh jasa guru mengaji. Namun semua yang kita berikan buat anak, tak pernah akan mubazir. ****** Wassalam, Mami Tokyo, 070413

175

176

Bab 10

Kesimpulan

Gambar 30. Lukisan oleh Najmi. Najmi dan teman-teman sekolahnya (dari kanan ke kiri : Najmi, Soshin, Sakura, Sofun)

177

Berdasarkan

pengalaman

yang

kami

alami,

bagaimana

mengeksplorasi (menggali) bakat anak agar teridentifikasi oleh orangtua sejak anak berusia dini, maka ada beberapa tahapan yang bisa dilakukan oleh orangtua. 1. Mengenalkan Yang kami alami langsung dalam memunculkan bakat anak kami adalah mengenalkan buku dan alat tulis serta berbagai mainan menarik yang bisa kami jangkau untuk membelinya. Semua dilakukan sejak usia dini kepada anak. Kami membuat arena khusus buku anak walaupun pada space (tempat) yang kecil. Orangtua bisa merancang tempat bermain anak sedemikian rupa sehingga anak mudah mengambil buku-buku dan alat tulisnya. Di musim dingin saya memindahkan alat tulis Najmi (spidol dan crayon) dan buku-buku barunya ke dalam kotak. Kotak itu saya tempatkan pada posisi mana Najmi sering duduk dan bermain. Jadi anak selalu dekat dengan buku dan alat tulis. 2. Membantu tumbuh dan berkembangnya bakat anak Setelah

anak

merespon

apa

yang

kami

kenalkan,

kami

mengarahkan dan membantu tumbuh dan berkembangnya bakat anak. Bila anak pingin menulis kami sediakan buku dan alat tulis. Juga bila anak belum bisa menggambar, kami membuatkan gambar yang anak inginkan. Jadi anak dituntun untuk bisa menggambar. Dengan begitu bakat anak tersalurkan, anak merasa senang dan lambat laun pingin mencoba membuat sendiri, tanpa bantuan kami lagi. 178

3. Memberikan penghargaan Orangtua sebaiknya menyadari, sekecil apapun karya anak berikanlah penghargaan. Sehingga anak akan bersemangat dan terus berkarya. Penghargaan bisa berupa pujian atau sanjungan ke pada anak, baik lisan maupun tulisan. Seperti dengan membubuhi “good job” pada setiap karya anak. Berdasarkan pengalaman kami, Najmi senang sekali mendapatkan good job dari orangtuanya. Malah saat ini Najmi yang meminta, “Mami beri good job Mami, iya memberikan karyanya kepada saya. 4. Memupuk bakat Bakat anak tidak spontanitas terlihat, ada proses yang didalui oleh anak. Untuk mengidentifikasi bakat anak, saya menyarankan agar orangtua memupuk kecenderungan baik yang muncul dari anak sejak kecil. Untuk itu orangtua hendaklah memupuk kecenderungan yang timbul pada anak. Misalnya anak suka membuat oretan, peliharalah terus kebiasaan anak tersebut. Bantu dan beri penghargaan bila anak telah selesai berkarya. Dengan demikian bakat anak akan terlihat. 5. Orang tua ikut berkarya bersama anak Anak membutuhkan waktu bersama-sama dengan orangtuanya. Anak senang akan keterlibatan orangtua dalam dunia mereka. Orangtua

pun

harus

menyadarinya,

sebaiknya

orangtua

menyediakan waktu khusus bersama anak. Misalnya menggambar

179

bersama, atau bermain bersama, meskipun orangtua mempunyai asisten di rumah. 6. Memberikan support / melengkapi sarana Bila anak telah mencintai suatu karya, anak pun berusaha untuk memupuk bakatnya. Ternyata anak juga tahu apa yang dia butuhkan. Misalnya dalam kasus ini, Najmi suka menggambar, begitu melihat kertas dan alat tulis, dalam fikiran Najmi langsung terlintas untuk meraih dan menggunakannya untuk menggambar. Justeru itu orangtua harus memberikan support dan melengkapi sarana untuk memelihara kecakapan yang sudah dipunyai anak. Orangtua sebaiknya membelikan buku gambar dan alat tulis anak. 7. Memberikan pengarahan/aturan Pada saat anak menggambar tidak pada tempatnya, orangtua harus memberikan pengarahan yang baik kepada anak. Saat peristiwa terjadi mungkin anak tidak hirau, namun orang tua jangan pernah berhenti berjuang. Orangtua harus meyakinkan anak kembali pada kesempatan yang lain. Misalnya, mengajak anak pergi menggambar pada tempat yang disediakan alat tulis dan buku gambar. Nah di sana akan terlihat bagi anak kalau memang tempatnya boleh dipakai untuk mengambar. 8. Waspada Orangtua sebaiknya selalu waspada terhadap anak dibawah 5 tahun, karena anak belum bisa membaca. Orangtua harus menjauhkan dokumen penting dari jangkauan anak. Anak tidak 180

bersalah, karena memang dia masih kecil. Justeru itu sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan, orangtua sebaiknya waspada lebih dahulu. 9. Mengajarkan kesederhanaan Berikutnya, dari paragraph “Najmi menggambar di kertas bekas print out Mami”, terlihat bahwa anak sebenarnya menerima kesederhanaan. Anak tak butuh sesuatu yang harus baru dan mengeluarkan modal. Kecuali apabila orangtua telah terbiasa menyuguhkan sesuatu yang mewah kepada anak, maka anak akan menolak untuk menggambar di kertas bekas. Kesederhanaan ini mungkin bagus diterapkan apalagi untuk anak-anak kita di Indonesia. Karena di Indonesia harga kertas lumayan mahal. Dengan mengamalkan prinsip ini, orang tua bisa saving money (menyimpan uang) untuk kebutuhan yang lain. Terlihat efek positif bila anak bisa berkarya. Misalnya dalam hal ini Najmi bisa menggambar. Bila berpergian bersama orangtuanya Najmi tak pernah rewel, karena dia punya kesibukan sendiri. Anak tak punya waktu kosong, karena dari kecil telah belajar memanfaatkan waktu untuk berkarya.

181

Ada pun faktor yang mempengaruhi timbulnya bakat anak dapat di tulis sebagai berikut : 1. Irama kehidupan orangtua Sesuai dengan kesibukan dan life style (gaya hidup) orangtua, orangtua belajar Najmi pun diajak belajar. Bila weekend Najmi diajak ke toko yang menyediakan meja untuk menggambar khusus buat

anak-anak.

Ternyata

dengan

semua

kegiatan

itu

menyebabkan bakat Najmi terpupuk. Akhirnya, karena kegiatan rutin Najmi yang selalu dipelihara, Najmi tumbuh jadi anak yang bisa menggambar. 2. Support dari orang tua Support orangtua bisa berwujud keterlibatan orangtua untuk ikut berkarya bersama anak. Hal lain berupa penghargaan dari orangtua atas karya anak. Serta pemenuhan sarana untuk anak agar bisa berkarya. Tanpa support dari orangtua bakat anak nggak akan muncul. 3. Sarana penunjang fasilitas belajar dan bermain anak Sebaiknya orangtua memilihkan sarana yang tepat untuk anak. Buku-buku yang bisa memancing anak untuk terus berkarya. Kami selalu membelikan anak buku yang innovative dan interaktif sehingga anak tertarik untuk terus berkarya.

182

Orang tua sebaiknya membaca apa yang diinginkan anak 1. Menguasai program Bagi yang mempunyai sarana computer dan internet, idealnya orangtua menguasai program yang dibutuhkan anak. Ini adalah catatan bagi saya sendiri untuk meningkatkan kemampuan dan penguasaan software yang dibutuhkan Najmi. Andai kata Papi tidak ada tentu saya akan kewalahan. 2. Bapak harus terlibat Dalam menangani anak, tidak hanya Ibu saja yang harus berperan. Bapak juga harus turut serta membantu Ibu untuk mendidik, membantu

pertumbuhan

dan

perkembangan

anak.

Karena

masalah anak sangat kompleks, perhatian Bapak juga harus ada terhadap anak. Anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari Ibu dan Bapaknya. Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, mainan anak dapat dikembangkan, dan orangtua dapat menawarkan metode yang baru ke pada anak. 3. Orangtua sebaiknya memahami anak Ada suatu masukan, agar orangtua selalu berhati-hati menghadapi anak. Orangtua sebaiknya jangan menerapkan sistem diktator pada anak. Karena anak pun pingin dihargai, dan dianggap. Ini dapat ditemui pada karya yang dibuat oleh Najmi, dimana dia selalu membuat dirinya sebagai yang terbaik.

183

4. Melibatkan anak dalam kegiatan rumah tangga Sebaiknya anak dilibatkan dalam kegiatan di rumah tangga. Hal ini dapat meningkatkan pengetahuan anak. Anak akan merasa kehadirannya di butuhkan. Cara ini juga menambah kedekatan anak dan orangtua. Juga merupakan kesempatan buat anak berlatih mengungkapkan pendapatnya. Disampin itu merupakan kesempatan bagi orangtua untuk mengenalkan hal baru bagi anak.

5. Ibu sebagai produser makanan keluarga Anak selalu berpositif thinking, bahwa Ibunya bisa membuat makanan apa saja. Terbukti anak pingin makan ini dan itu. Artinya kita sebagai Ibu, harus ikhlas untuk rajin ke dapur dan membuat masakan yang anak mau, bukan hanya membeli makanan jadi. Makanan jadi banyak yang tak sehat, apalagi banyak pedagang makanan yang menggunakan bahan-bahan yang tak aman untuk kesehatan. Mengajak anak masuk dapur juga merupakan salah satu sarana untuk belajar bagi anak. Keuntungan anak masuk dapur Banyak keuntungan yang dapat diambil dari keikut sertaan anak di dapur, misalnya bisa menghindarkan bahaya TV terhadap anak. Membantu perkembangan motorik anak. Mendekatkan anak pada dunia

nyata,

menambah

pengetahuan

anak,

meningkatkan

kemampuan komunikasi anak, menambah kedekatan orangtua

184

dengan anak, memancing tumbuhnya kreasi anak, dan juga membuat anak lebih mandiri. 6. Orangtua sebaiknya memberikan kesempatan kepada anak Orangtua sebaiknya memberikan kesempatan kepada anak untuk menyalurkan keinginannya. Bila masakan nggak akan dihidangkan untuk tamu spesial, tidak ada salahnya memberikan kesempatan kepada anak untuk berkarya. Namun tentu sesuai dengan kondisi anak. Anak seumuran Najmi telah bisa diberikan kesempatan seperti ini. 7. Sportif pada anak Orangtua seharusnya bisa berjiwa besar, mudah mengutarakan kata maaf, juga kata terimakasih pada anak, sesuai dengan keadaan. Bila orangtua bersalah, seharusnya tidak mencari alasan untuk menutup kesalahan. Ini adalah suatu prilaku yang terpuji. Nantinya anak juga akan tumbuh menjadi insan yang sportif, mudah

meminta

maaf

bila

bersalah,

dan

mengucapkan

terimakasih bila dibantu atau menerima kebaikan dari pihak lain. 8. Orangtua yang terbaik Dalam

pikiran

anak,

orangtuanya

adalah

yang

terbaik.

Berhagialah kita akan praduga positif anak kita. Ini merupakan masukan yang bagus buat orangtua sehingga kita bisa lebih waspada, bisa merupakan cambuk kepada kita untuk terus belajar dan menambah ilmu untuk menutupi kekurangan yang kita miliki. Sesuai dengan tumbuhnya anak, kita para orangtua bisa terus 185

meningkatkan kualitas diri kita, asalkan ada tekad dalam hati. “Anak menginginkan Ibunya pintar dan punya kecakapan.” 9. Orangtua sebaiknya mengerti aturan Sebaiknya orangtua harus cukup informasi dan pengetahuan tentang aturan atau kebiasaan yang berlaku di sekolah anak dan dimasyarakat. Orangtua sebaiknya menunjang sistem yang telah ditetapkan di sekolah. Dengan sistem pendidikan yang linier, anak akan konsisten untuk menerapkan suatu ajaran. Pendidikan yang linier antara orangtua, sekolah dan masyarakat akan menciptakan anak yang disiplin dan beraturan. Masih banyak sebenarnya permintaan anak terhadap orangtuanya, bukan berarti permintaan berupa benda, atau mainan anak, namun mencakup pendidikan, arahan, peningkatan potensi anak. Ini saya bahas dalam buku saya yang juga merupakan hasil penelitian terhadap Najmi, “50 permintaan anak terhadap orangtuanya.” Berkomunikasi dengan anak Membangun komunikasi dengan anak sedari dini, sangatlah penting. Karena dengan berkomunikasi, orangtua bisa mengetahui apa keinginan anak dan bagaimana kondisi anak. Sebaiknya orangtua pun perlu membangun komunikasi yang baik dengan anak, agar anak mengerti apa yang dimaksud oleh orangtuanya, dan

bisa

meneladani

orangtuanya.

Juga,

orangtua

berkomunikasi yang jujur, sehat, dan sportif dengan anak.

186

perlu

Berdasarkan pengalam kami dengan Najmi, anak 5 tahun telah bisa mengungkapkan perasaan senang dan sedih, memberikan pujian, kritikan, saran dan masukan kepada orangtuanya. Selain itu Najmi juga berani menegur bila seseorang melakukan kesalahan apabila dia tahu bagaimana kebenaran yang semestinya. Oleh sebab itu peliharalah kemampuan komonikasi anak, dan perbaiki dengan cara yang benar pada saat anak salah dalam berkata-kata. Sebaiknya orangtua bisa mengeksplorasi (menggali) kemampuan komunikasi anak dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengeluarkan pendapatnya, dan memancing anak untuk berkata-kata. Banyak kesempatan yang bisa dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan anak. Misalnya saat memasak di dapur, saat anak selesai membikin karyanya, saat makan bersama, atau saat berpergian. Saya selalu berusaha menanyakan kepada Najmi apa cerita dari setiap gambar yang dia bikin. Bahkan saya mencatat dan membuatnya menjadi buku cerita anak. Apalagi di Jepang, tidak ada cerita anak dalam edisi bahasa Indonesia. 1. Saat anak kecewa Saat

orangtua

membuat

anak

kecewa,

sebaiknya

harus

mengungkapkan kata maaf ke pada anak. Baik lisan maupun tulisan. Dalam kasus Najmi, sang Papi mengirimkan message (pesan) untuk menyampaikan maaf kepada putrinya. Tindakan ini sudah benar, karena Najmi menjadi terobati dengan kehadiran surat Papinya. 187

2. Multibahasa Berkomunikasi mempunyai

dengan banyak

anak

menggunakan

keuntungan.

Ajaklah

multibahasa, anak

untuk

berkomunikasi dengan multibahasa di rumah. Pertama memang terasa sulit. Namun anak mempunyai kemampuan melayani banyak bahasa, seperti yang dituturkan dalam bab sebelumnya. Keuntungan bilingual (menggunakan dua macam bahasa): 1.

Dengan melakukan komunikasi bilingual, bahasa Ibu akan tetap terpelihara secara konsekuen di rumah dengan anak-anaknya. Dengan begitu anak-anak akan memiliki kemampuan untuk memisahkan dengan jelas kapan bahasa ibu dipakai dan kapan bahasa negara atau daerah setempat digunakan. Pada akhirnya kedua bahasa itu tumbuh dengan baik secara baik tanpa ada satu bahasa pun yang hilang.

2.

Berdasarkan

hasil

penelitian

dari

berbagai

group,

menunjukkan bahwa student (pelajar) yang berbicara dengan lebih dari satu bahasa menunjukan hasil test akademik, achievement (prestasi), fleksibelitas kognitif dan kreativitas yang lebih baik dari student yang menggunakan satu bahasa. 3.

Lagi pula dengan mempelajari banyak bahasa, student dapat mempelajari budaya, dan cara hidup bangsa lain,

188

akibatnya

memperluas

cakrawala

berfikir,

dan

pengetahuannya. 4.

Bilingual juga berpengaruh pada pengolahan kognitif, paling tidak bagi anak dan orang dewasa muda (de Groot & Kroll, 1997, dan Harris, 1992).

5.

Anak-anak yang tumbuh dengan dua bahasa memiliki intelegensia (kecerdasan) lebih tinggi dari anak-anak yang tumbuh dengan satu bahasa saja. Ini hasil penelitian yang tertulis di wikipedia, hasil studi dari Lambert dan Peal di Universitas McGill di Montreal: The relation of bilingualism to intelligence.

6.

Anak-anak yang tumbuh dengan dua bahasa dapat lebih baik menyelesaikan ujian bahasanya, karena mereka lebih dapat mengerti bangun sebuah kalimat dan tata bahasa (Feldman dan Shen, juga Lemmon dan Goggin).

7.

Pada penelitian E. Bialystok, 2001, menunjukkan bahwa bilingual berhubungan dengan proses kontrol yang lebih efektif pada anak; pemakaian dua bahasa secara terus menerus meningkatkan fungsi executive anak. Kemampuan belajar manusia dengan dua bahasa di masa tua tidak cepat luntur dibandingkan manusia yang hanya bicara dengan satu bahasa saja.

Jadi ajaklah anak anda untuk berbicara dalam berbagai bahasa. Misalnya bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, bahasa Arab (kalau bisa) dan bahasa daerah kita. Bahasa dimana kita berada cukup 189

didapatkan anak dari lingkungan. Suatu hal yang perlu diingat jangan mencampurkan bahasa satu dengan bahasa lainnya, justeru dapat merusak bahasa anak. Tidak ada batasan yang tegas harus memaksakan bahasa Arab untuk dikenalkan kepada anak. Silahkan mengenalkan bahasa asing yang kita ketahui, misalnya bahasa Inggris, bahasa Jepang, bahasa Jerman, Belanda atau bahasa lain. Kepandaian ibu akan terpelihara dan anak punya nilai tambah bisa berbahasa asing. 3. Tantrum pada anak Tantrum pada anak InsyaAllah dapat diatasi. Kuncinya, orangtua harus membuktikan janjinya atau ucapannya pada anak. Bila orangtua sudah membuktikan sesuatu, anak tidak akan bertingkah lagi. Alhamdulillah, kami sekarang nggak terlalu sulit dengan Najmi. Najmi sudah tahu Maminya bahwa Najmi nggak dibohongi dengan janji-janji. Tontonan TV Bagaimana pun TV adalah sebagai salah satu media penyebar luasan informasi, banyak pelajaran yang dapat dipetik dari TV. Namun membiarkan anak menonton TV juga tidak tepat. Sebaiknya orang tua menyeleksi siaran yang bermanfaat buat anak. Membuat rumah No TV sama sekali bukan merupakan tindakan yang bijak, karena anak perlu diperkenalkan dengan dunia luar sehingga anak tidak buta informasi.

190

Dengan menerapkan disiplin menonton TV pada anak sedari dini, semoga bisa menghindarkan anak dari pengaruh TV yang tidak baik. Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat menyenangkan bagi anak, untuk itu sebaiknya orangtua memberikan hak anak. Jangan dirampas kebahagiaan mereka, namun semuanya tetap dalam batasan dan kontrol orang tua. Tips menghindarkan kecanduan TV pada anak 1.

Batasi waktu menonton TV buat anak

2.

Mematikan TV pada saat tidak diperlukan.

3.

Menyediakan mainan edukatif buat anak, seperti lego dan puzzle.

4.

Mengajak anak bermain bersama

5.

Tumbuhkan minat cinta buku sejak usia dini pada anak

6.

Menyediakan buku interaktif, sehingga anak turut aktif melakukan sesuatu sesuai dengan paket buku yang tersedia.

7.

Menumbahkan keterampilan pada anak, sehingga anak bisa berkarya, dan membikin mainan sederhana sendiri.

8.

Menggambar

dapat

menghindarkan

ketertarikan

anak

terhadap TV. 9.

Mengajak anak masuk dapur.

10. Mengajak anak bersih-bersih di rumah bersama 11. Mengajak anak bernyanyi bersama. 12. Memasukan anak sekolah. 13. Mengajak anak main keluar, berbelanja, atau main ke taman. 14. Mengajak anak mengunjungi museum-museum pendidikan 191

15. Mengajak anak tamasya. 16. Mengajak anak makan di luar. 17. Mengajak anak bersilaturrahmi ke tempat saudara atau teman. Manfaat menonton TV yang terarah pada anak Berdasarkan

pengalaman

saya,

bila

orangtua

dapat

mendisiplinkan anak dalam menonton TV, banyak manfaat TV buat membantu tumbuh kembang anak : 1.

Anak menjadi kreatif

2.

Bahasa tubuh anak menjadi meningkat.

3.

Anak menjadi rajin berkarya.

4.

Menimbulkan inspirasi bagi anak.

5.

Meningkatkan kemampuan komunikasi atau menyampaikan ide atau teknik bercerita bagi sianak.

6.

Meningkatkan kemampuan bahasa anak.

7.

Bila acara TV bernyanyi dan bergoyang seperti acara NHK untuk anak di sore hari Najmi juga ikut guru-guru mawatte, bernyanyi dan bergoyang seperti yang diperankan di TV.

Kreativitas Ibu untuk anak Tinggal di negara yang bukan Islam, untuk mengajarkan anak sholat, mengaji, dan pengetahuan tentang Islam, meminta keseriusan orang tua. Tidak semudah seperti tinggal di Indonesia, selepas pulang dari sekolah umum, anak dapat ikut mengaji di Taman Pendidikan Alqur’an (TPA). Sehingga begitu anak bisa membaca huruf romaji, dan membaca Alqur’an. 192

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi semangat belajar anak: 1. Lingkungan Di Indonesia lingkungan yang agamis, membuat anak lebih mudah untuk diajak mengaji. Juga anak dapat sekolah di TK Islam, di sana Ibu guru mengajarkan do’a dan huruf-huruf. Hal ini membuat anak lebih mudah untuk diajak mengaji di rumah. Suasana dalam keluarga juga sangat agamis, sehabis sholat jamah semua pada mengaji,

sebelum makan malam. Jadi suasana di

Indonesia memang sangat Islami sekali. Namun ketika kita tidak berdomisili di negara yang tidak Islami, orangtua tetap berusaha mengajarkan anak mengaji. 2. Waktu/momen Orangtua harus mencari kondisi atau momen yang tepat untuk mengajarkan anak mengaji. Sehabis sholat itu tepat sekali, karena setelah sholat dan berdo’a, suasana anak masih dekat dengan Qur’an. Maka ajaklah anak mengaji saat itu, insyaAllah anak akan memberikan sambutan. Bila waktu bermain, banyak hal lain yang lebih menarik bagi anak. Maka buku Iqraq yang sangat sederhana itu tak akan dilirik anak. Tidak harus setelah sholat Isya, tetapi dapat dicari waktu sholat yang cocok sesuai dengan kondisi anak.

193

3. Metode/ teknik Orangtua harus bisa bermain peran terhadap anaknya. Pada saat bermain dengan anak, jadilah sebagai teman atau sahabatnya. Begitu juga saat belajar, mainkan peran sebagai guru, anak akan mengikuti perkataan orangtuanya dengan baik. Saya terkadang mengenalkan diri sebagai Mami sensei, dan Najmi pun memanggil sensei pada saya ketika belajar. Ketika orangtua mengajarkan anak mengaji, bikinlah metode mengajar yang baik. Metode yang membuat anak tertarik. Bila anak telah tertarik mengaji, maka orang tua tinggal memelihara kebiasaan. Selanjutnya orang tua harus konsekuen dengan waktu belajar anak, agar kebiasaan baik tetap berjalan. Karena untuk daerah yang bukan Islam, orang tualah sebagai guru mengaji anak. Semoga dengan keikhlasan kita mendidik anak mereka dapat tumbuh menjadi anak-anak yang baik, berguna bagi keluarga, masyarakat dan negara. Amiin. 4. Sarana Penunjang Belajar Najmi tidak menolak bila diajak membaca buku-buku yang menarik, bergambar dan lucu. Namun dengan buku Iqraq yang sangat sederhana, awalnya dia tidak tertarik sedikitpun. Untuk itu

bagi

yang

berminat

untuk

membuat

buku-buku

anak

rancanglah dengan semenarik mungkin, tapa meninggalkan unsur pendidikan yang hendak disampaikan kepada anak. Semoga semua kisah dan pengalaman yang penulis tuturkan di sini dapat membantu anda untuk menggali potensi anak anda sejak usia dini. Dan semoga potensi yang mereka punyai selalu dapat 194

dipelihara dan dikembangkan terus hingga nanti dewasa. Sehingga mereka

kelak

menjadi

insan Indonesia

yang

baik,

selalu

memanfaatkan waktunya untuk berkarya demi kemajuan bangsa. Amiin. Referensi : 1.

Moran, C. & K. Hakuta (1995). Bilingual education: Broadening research perspectives. In J.A. Banks & C.A.M. Banks

(Eds.), Handbook

of research on multicultural

education (pp. 445-462). New York: Macmillan. 2.

Rafferty, E.A. (1986). Second Language Study and Basic Skills in Louisiana Baton Rouge, LA

3.

Hakuta, K., & R.M. Diaz (1985). The relationship between degree of bilingualism and cognitive ability: A critical discussion and some new

4.

Saxe, G.B. (1983). Linking language with mathematics achievement: Problems and prospects. Washington D.C.: National Institute of Education. longitudinal data. In K.D. Neldon (Ed.), Children's language, 5, 319-44.

5.

Ginsburg, H. and I. McCoy (1981). An Empirical Rationale for Foreign Language in Elementary Schools. Modern Language journal, 65, 36-42.

6.

Kessler, C. & M.E. Quinn (1980). Positive effects of bilingualism on science problem-solving abilities. In J. Alatis (Ed.), Georgetown University Round Table on Languages and

195

Linguistics 1980. (pp. 295-308). Washington, DC: Georgetown University Press. 7.

Masciantonio, R. (1977). Tangible Benefits of the Study of Latin: A Review of Research. Foreign Language Annals, 10;4. Ovando, C. & V Collier (1998) Bilingual and ESL Classrooms: Teaching inMulticultural Contexts. Boston, MA, McGraw-Hill.

8.

Hancock, C. and G. Lipton, et al. (1976). A study of FLES and non FLES Pupils' Attitudes Toward the French and Their Culture. French Review 49.

9.

Lambert, W and G.R. Tucker (1972). Bilingual Education of Children:The St. Lambert Experiment. Rowley, MA: Newbury House.

10. Bialystok, E. (2001). Bilingualism in development: Language, literacy, and cognition. New York: Cambridge University Press. 11. Kessler, C., & Quinn, M. E. (1980). Positive effects of bilingualism onscience problem-solving abilities. In J. E. Alatis

(Ed.),

Current

issues

in

bilingual

education:

Proceedings of the Georgetown Roundtable on Languages and Linguistics (pp. 295–308). Washington, DC: Georgetown University Press. 12. De Groot, A.M.B., & Kroll, J. F. (1997). Tutorials in Bilingualism: Introduction and Preview. In A.M.B. de Groot & J. F. Kroll (Eds.), Tutorials in bilingualism: Psycholinguistic perspectives (pp. 1-16). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Publishers. 13. Tanggung

jawab

Ibu-Bapak 196

terhadap

anak.

CyberMimbar.www.muis.gov.sg/websites/khutbah/ser-m110220.html 14. http://jumiartiagus.multiply.com/photos/album/31? 15. http://jumiartiagus.multiply.com/photos/album/33 16. http://jumiartiagus.multiply.com/photos/album/34 17. http://jumiartiagus.multiply.com/photos/album/35 18. http://jumiartiagus.multiply.com/photos/album/24 19. http://jumiartiagus.multiply.com/photos/album/30 20. http://jumiartiagus.multiply.com/photos/album/27 21. http://jumiartiagus.multiply.com/photos/album/24 22. http://jumiartiagus.multiply.com/photos/album/13 23. http://jumiartiagus.multiply.com/journal/item/94 24. http://jumiartiagus.multiply.com/photos/album/61 25. http://jumiartiagus.multiply.com/photos/album/54__ 26. Catatan

perkembangan

Najmi

2

oleh

Jumiarti

Agus,

http://jumiartiagus.multiply.com/journal/item/64 27. 50 permintaan anak terhadap orang tua oleh Jumiarti Agus, (in preparation). 28. Menggapai

keluarga

sehat

preparation).

197

oleh

Jumiarti

Agus

(in

Tanggapan untuk buku How to Explore Your Child’s Ability (HEYCA) (Menggali Potensi Anak Sejak Usia Dini) 1. Tanggapan dari Mba Helwy “Saya baca buku mba Jum, wah jadi termotivasi untuk banyak hal positif yg ada di dalam buku itu. Saya kagum deh, salam kenal ya dan saya add jadi contact saya biar bisa ikutin terus postingan mba.” 2. Tanggapan Mba Dina “Menggali Potensi Anak Sejak Usia Dini”, judul yang begitu menggelitik, membuat penasaran orang bila ada di toko buku untuk segera mengetahui apa isi dari judul tersebut. Buku kecil ini bagus untuk dibaca dan dimiliki oleh orangtua yang mempunyai anak-anak. Dan yang menakjubkan buku ini di tulis oleh mba Jum teman kontak saya di MP dengan alamat http://jumiartiagus.multiply.com/. Sungguh luar biasa di tengah kesibukan beliau sebagai peneliti masih sempat menulis buku yang bermanfaaat bagi para orangtua. Seperti yang dituturkan dalam tulisanya mba Jum mempunyai harapan untuk mewujudkan kepedulianya terhadap anak-anak Indonesia, dalam rangka menciptakan anak-anak yang berpotensi di masa depan. Buku ini ditulis, setelah beliau mengeksplorasi putri tercintanya Najmi, dengan jeli dan teliti beliau tulis tahap demi tahap tumbuh kembang putri tercintanya tersebut. Tulisan ini disuguhkan sebagai bukti dan hasil dari eksplorasinya.

198

Apa untungnya mengeksplorasi bakat anak? mba Jum menuturkan bahwa bakat atau potensi anak tidak muncul begitu saja namun melalui proses yang panjang, semakin dini potensi anak dieksplorasi oleh orangtua, akan semakin mudah mengatur, membina dan mendidik anak, dengan harapan menjadi anak yang selalu berkarya. Dalam buku ini juga ditulis bagaimana cara mengekplorasi potensi anak itu secara gamblang dan jelas dengan data-data yang disuguhkan, serta photo-photo kegiatan Najmi di tulis secara detail. Tidak akan rugi kalau membeli buku ini, di dalamnya penuh muatan berisi cara-cara berkomunkasi yang baik dengan anak dan bagaimana Mba Jum berkreativitas di hadapan Najmi, sehingga Najmi akan meniru dan mengerti apa yang diinginkan oleh bundanya. Ternyata buku ini betul-betul tidak membosankan dan tidak membuat jenuh untuk dibaca, karena rasa penasaran akan terjawab dengan seksama. Buku ini diterbitkan oleh Aku Cinta Indonesia Publishing, banyak dijumpai di Gramedia. Dan yang utama ada teman-teman MP yang diabsen sebagai ucapan terimakasihnya, termasuk saya he he he (numpang beken). Yang patut diacungin jempol, cover bukunya digambar oleh Najmi, sungguh kerjasama yang hebat antara ibu dan anak.Buat yang di Jepang mungkin bisa langsung tanya ke Mba Jum bagaimana cara mendapatkan buku ini. 3. Menurntik wrote on May 9 “Salam kenal, Ibu Ijum. Saya Dion, tinggal di Jakarta. Saya tertarik untuk membuka blognya Ibu, karena tadi saya membeli bukunya Ibu yang judulnya How to Explore Your Child's Ability di Gramedia. Buku yang sangat bagus. Membuka pikiran saya. Nice to know you, Ibu.” 199

4. Sadarzakat wrote on Mar 28 “Assalamu'alaikum mba Ijum. Salam kenal, salam silaturahmi. Subhanallah luar biasa karya-karyanya. Sukses terus ya mba. Amiin.” Widya. 5. Fulldays wrote on Jan 19 “Assalamu’alaikum mbak Ijum, semoga baik-baik saja yah kabarnya, amin. Sara denger-denger lagi pregnant yah,  asyik Najmi dikasih ototochan yah . Semoga semuanya dimudahkan ALLAH, kapan-kapan mampir lagi deh. Udah tengok ACI-nya bukunya juga dah dibeli. Oke banget deh, jadi termotivasi.” 6. Indwi wrote on Aug 25, '07 “Haloo mbak Ijum, apa kabar? Udah lama banget rasanya saya tidak berkunjung ke sini. Saya mau cerita dikit nih tentang Nabil, abis saya sangat terkesan. Gini, waktu Sabtu lalu, saya tiba-tiba harus presentasi di depan orangtua mahasiswa baru, padahal saat itu saya ke kantor niatnya cuma melihat-lihat kegiatan aja, jadi Nabil saya ajak. Weleh... sempet panik juga. Alhamdulillah, begitu ada di depan ruang kelas, Nabil anteng menggambar di papan tulis. Kebetulan waktu itu ada spidol. Bener deh, mbak Ijum, begitu anak punya kegiatan sendiri, maknya jadi enak... he he he. Thanks a lot ya Mbak..” 7. Nola FK “Uni Jum (La minta maaf sebelumnya, panggilan ini nggak terlalu lancang kan Ni??), Saya Nola, Kimia angkatan 2002. Sebenarnya sudah lama La ingin nulis email ke ni Jum. Sudah sejak beberapa bulan yang lalu, setelah La membaca 2 buah buku ni Jum (La dapat bukunya dari seorang teman di kampus, waktu akan mengikuti International Seminar yang diadakan kimia UNAND November 2007 lalu).” Hingga pada beberapa minggu yang lalu, La lihat buku "MENGGAPAI CITA DALAM CINTA: WHY NOT?" di 200

Gramedia Matraman Jakarta. Waktu orang-orang melihat buku tersebut, ingin sekali La berkata, “Hey.. penulis buku itu alumni kimia UNAND lho…” “Hehe.. ada perasaan bangga tiba-tiba menyusup. Terus terang, La suka buku ni Jum, terutama "HOW TO EXPLORE YOUR CHILD’S ABILITY". Bagus! ! La sangat tertarik dengan metoda ni Jum dalam mengamati perkembangan anak dan 'mendokumentasikannya' menjadi "Catatan Perkembangan Najmi". La jadi teringat, hal serupa juga pernah dilakukan seorang ulama besar Islam yang melegenda, Imam Hasan Al.Bana. Sebagai orangtua, beliau juga pengamat yang baik. Dan menurut sebuah buku, beliau adalah ayah yang mencatat perkembangan anak secara detil. Bahkan setiap anak memiliki file-nya masing-masing. Jadi.., yang ingin La katakan, "buku ni Jum hebat!!" Semoga dapat menjadi inspirasi dan teladan bagi orangtua dan calon orangtua dalam mendidik anak. Karena La sangat yakin dan juga sudah membuktikan, bahwa peran keluarga -terutama ibuberpengaruh sangat significant bagi pembentukan "karakter dan potensi" seorang anak. NolaFK/02-0607 8. http://cicirahardjo Buku ini menjadi inspirasi saya juga, seperti gambar-gambar Najmi yang selalu disimpan rapi lalu dipajang, dan lain sebagainya. Salma anak saya suka sekali menggambar, setelah saya membaca buku ini, langsung saya pajang sebagian gambarnya dan sebagian saya input di multiply saya. Thanks mba Jumiarti Agus. 9. Komen Uni Nengsi/Alumni Senior Kimia Andalas Buku yang luar biasa, tidak mengada-ngada berdasarkan keseharian dengan anak, yang betul-betul Ijum perhatikan mulai 201

dari hal-hal yang sekecil-kecilnya. Ijum sangat beruntung punya anak seperti Najmi, atau bisa juga Najmi sangat beruntung punya ibu seperti Ijum. Ijum sudah miliki surga dunia... Tanpa harus terbebani dengan bekerja untuk menambah penghasilan keluarga... Uni sangat bangga dengan Ijum dan berharap kalau bisa dulu seperti Ijum untuk mendidik anak-anak. Namun uni tidak punya waktu cukup banyak untuk berbuat seperti Ijum... Memang begitulah seharusnya seorang ibu dalam mendidik dan membesarkan anak-anak sehingga mampu melahirkan generasi yang berkualitas. InsyaAllah. Barangkali, kalau Ijum dan suami bekerja di Ina, tidak akan dapat berbuat seperti itu; karena gaji di Ina yang pas-pasan dan kondisi masyarakat mayoritas Islam yang tidak memberikan contoh yang benar, akan merusak pikiran dan referensi anak. Kalau di negara yang minoritas Islam, kita bisa katakan bahwa agama kita tidak seperti itu, dan harus begini, jadi anak-anak memang merasakan mereka berbeda dalam hal prinsip/aqidah. Tapi kalau di Ina, mereka ada perbandingan, kenapa si A,B, si C bisa ? Padahal sama-sama Islam...(big..big question). Ini uni alami sendiri dengan si kecil, ketika dari TK, SD pakai jilab, waktu pindah ke SD, dia bilang kenapa teman-temannyanya tidak pakai jilbab, dan kenapa tidak sholat dsbnya....padahal sama-sama Islam. 10. Komen dari Elin (member Fahima, PPI Tokodai, alumni ITB) “Oh,..ya Mbak Ijum,...pa kabar Najmi,..membaca tulisan Mbak Ijum di bukunya,..melukiskan betapa Mbak Ijum sangat sayang sama Najmi,...anakchan...” “Semoga Najmi kelak menjadi muslimah yang berbakat yang senantiasa diridhoi Allah,..amin.” 202

11. Komen dokter Ani (member Fahima) Jazakillah khoir ya bukunya, sangat mencerahkan sekali. 12. Rina Fitriana (Editor) “Buku yang sangat bagus yang belum pernah saya temukan di toko buku. Baru saja saya membacanya saya sudah larut dengan pesanpesan yang disampaikan oleh penulis. Saya sangat betah membacanya, banyak ilmu yang saya dapatkan.” 13. Benny Rhamdany (Chief editor Mizan) “Bukunya bagus, saya senang mengeditnya, banyak manfaat yang bisa saya ambil.” 14. Yessi Nirwana (Ibu muda satu anak, member Fahima) “Bukunya inspiratif... benar-benar cocok untuk ibu-ibu muda (seperti saya ini)..” “Terus mengenai tantrum pada balita, memang mesti disiasati ya. Mesti banyak komunikasi, orangtua ga egois, dapat jadi tumpuan anak dll. Wah, benar-benar dunia baru bagi saya...” “Saya banyak dapat pelajaran dari buku ini. Tapi, saya masih belum tau gimana caranya menghadapi tantrum pada anak umur 1 tahun...” 16. Laxita wrote on Aug 14, '07 “Dear Bunda Ijum, bukunya memang baru setengahnya yang kebaca. Menurutku buku ini sangat bermanfaat, terutama buat para calon ibu or ibu muda. Kelebihan terbesar adalah buku ini ditulis berdasar pengalaman nyata dari penulis, contoh-contoh 203

yang dibeberkan dalam buku bisa jadi sample bagus untuk coba diaplikasikan. Buku ini termasuk ringan, jadi pembaca pasti mudah menangkap isinya.” Oh ya bunda Ijum, kalo boleh aku nanya, di percakapan antara bunda dan Najmi sering memakai kata ganti "anak" dan "mami anak", itu asalnya dari mana bunda?” 17. Nzarno wrote on Jul 19, '07 “Masih lagi baca Mbak Jum belum selesai semua, biasalah semua serba sambilan hee..sejauh yang sudah dibaca bagus isinya mbak, dan bisa jadi referensi buat saya kekurangannya apa ya ntar deeh baru baca setengah....semoga sukses terus untuk buku berikutnya ya Mbak Jum...”. Sumber:http://jumiartiagus.multiply.com/journal/item/176/Moh on_tanggapan_buku_1_bagi_yang_sudah_membaca

204

205

Seminar Pendidikan Akbar ACIKITATahun ke-5 dan Konferensi Internasional Sains dan Teknologi ACIKITA ke-3 Tema Kegiatan: Memajukan Pendidikan dan Riset Indonesia Melalui Kerjasama Internasional

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang

telah

melimpahkan

rahmatNya

kepada

kita

semua.

InsyaAllah kami akan mengadakan seminar tahunan ACIKITA yang kelima pada tanggal 25 Juli -30 Agustus 2013, di 14 kota di Indonesia. ACIKITA (Aku Cinta Indonesia Kita) adalah organisasi non pemerintah (non government organization/NGO), yang hadir dan diikrarkan di penghujung tahun 2006. Organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi ini, lahir dari keinginan tulus kami untuk turut peduli terhadap tanah air Indonesia. Visi ACIKITA : 1.

Menuju

manusia

Indonesia

yang

mempunyai

tingkat

pendidikan yang lebih baik. 2.

Menuju kesejahteraan segenap insan.

3.

Menuju terciptanya kondisi kehidupan yang nyaman, damai dan bersahaja. 206

Misi Bidang Pendidikan. 1.

Ikut berperan aktif dalam upaya memajukan pendidikan anak bangsa (mulai dari usia prasekolah, usia sekolah, ibu rumah tangga, dan profesi lainnya).

2.

Berperan aktif dalam upaya memajukan pendidikan (formal dan informal) dan penelitian di Indonesia.

3.

Aktif memberikan informasi pendidikan di dalam dan di luar negeri kepada masyarakat Indonesia, dll.

Komplit visi, misi, dan program kerja ACIKITA bisa di lihat di http://acikita.org/ SEMINAR AKBAR TAHUNAN ACIKITA Salah satu program kerja dalam bidang pendidikan, setiap tahun (akhir Juli-Agustus) kami selalu mengadakan seminar pendidikan ACIKITA. Seminar tahun 2013 merupakan seminar yang ke 5. Rencananya

akan

diadakan

di

1.

Aceh, 25 Juli 2013.

2.

Balikpapan, 27 Juli 2013.

3.

Palangkaraya, 29 Juli 2013

4.

Bandung, 31 Juli 2013.

5.

Lampung, 1 Agustus 2013

6.

Palembang, 3 Agustus 2013

7.

Pekanbaru, 5 Agustus 2013.

8.

Bukittinggi, 16 Agustus 2013.

9.

Padang, 18 Agustus 2013.

10. Pariaman, 20 Agustus 2013. 207

14

kota

di

Indonesia.

11. Payakumbuh, 22 Agustus 2013 12. Jakarta, 25-27 Agustus 2013. 13. Malang, 29 Agustus 2013. 14. Yogyakarta, 30 Agustus 2013.

ACARA PUNCAK DI JAKARTA Dari seluruh rangkaian seminar tahun 2013 kami berencana mengadakan acara puncak kegiatan di Jakarta. Jadi khusus di Jakarta, ada beberapa event sbb:

1. 2.

Seminar Pendidikan tentang Studi di Mancanegara. Sharing Sistem Pendidikan dini dan dasar untuk pembentukan karakter dan moral anak didik. 3. Program untuk mempromosikan pendidikan universitas highquality oleh top-rated universitas/lembaga dunia. Call for University/laboratory - presentasi & promosi. 4. Program untuk berbagi peluang pekerjaan yang ditawarkan oleh perusahaan asing. Call for Industry presentasi & promosi. 5. Workshop dan pelatihan penulisan karya ilmiah untuk journal internasional. 6. The 3rd ACIKITA International Conference on Science & Technology (AICST). Call for paper. 7. Stand dan pameran untuk industry, universitas, organisasi dan pengusaha berbagai kerajinan asal Indonesia. 8. Presentasi. Panggilan untuk promosi industri dan universitas. 9. Indonesia Forum. 10. Penghargaan Presentasi dan Paper Terbaik. 11. Peluncuran Buku dan Majalah Terbaru ACIKITA.

208

TUJUAN KEGIATAN TAHUN 2013 1.

2.

3. 4.

5.

6.

7.

Berbagi informasi tentang kesempatan mendapatkan pendidikan tinggi dan beasiswa di luar negeri, dari berbagai nara sumber. Berbagi informasi tentang sistem pendidikan dan sharing kehidupan di luar negeri. Diharapkan hal terbaik bisa diterapkan di lingkungan pendidikan di Indonesia. Menginspirasi generasi muda Indonesia untuk bergiat bersekolah meraih masa depan yang baik. Merupakan momen untuk mempertemukan antara mahasiswa, dosen dan peneliti di Indonesia dengan peneliti di luar negeri baik warga Indonesia maupun warga asing. Diharapkan bisa saling kenal, dan terjalin kerjasama yang baik ke depannya. Diharapkan diperoleh data base peneliti Indonesia, yang sangat dibutuhkan untuk mendukung riset nasional Bangsa Indonesia. Adanya peneliti asing diharapkan bisa menjadi partner riset di masa mendatang. Memperkenalkan universitas-universitas terbaik yang bagus didatangi sebagai tempat tujuan belajar, apalagi dengan danya support beasiswa. Berbagi informasi tentang kesempatan kerja di berbagai perusahaan asing, yang dapat di-apply oleh generasi muda Indonesia tamatan universitas di Indonesia dan di luar negeri. Merupakan kesempatan untuk sosialisasi ACIKITA dan programnya. Semoga mereka yang mempunyai tujuan sama untuk berjuang bersama demi kemajuan Indonesia, dapat bergabung memperkuat barisan pejuang dan aktivis ACIKITA.

209

PESERTA Seminar Pendidikan : Mulai dari pelajar SMP, SMA, guru TK hingga SMA, mahasiswa, kaum pencinta pendidikan dan orangtua dapat mengikutinya. Peserta AICST : Dapat diikuti oleh mahasiswa, dosen, dan peneliti dari berbagai disiplin ilmu, baik di dalam maupun dari luar negeri. Bahkan juga terbuka untuk warga asing. Bagi yang berminat memajukan Indonesia, kami membutuhkan support kita semua: 1.

Ikut sebagai volentir di kepanitiaan, meskipun berbeda daratan, lautan dan udara. InsyaAllah kerjasama bisa dikemas dengan baik.

2.

Ikut berpartisipasi dalam event seminar (sebagai pemateri) atau presenter di ACIKITA Int Conference.

3.

Ikut mengundang Sensei/Profesor dan anggota lab untuk mewarnai riset dan informasi riset d Indonesia.

4.

Bagi Prof yang punya hubungan kerjasama dengan Indonesia, ayo kita undang.

5.

Bagi

yang

bekerja

di

perusahaan

bisa

bantu

untuk

mengundang perusahaan sebagai sponsorship, dan promosi perusahaan untuk job hunting. 6.

Bagi yang berniat bersedekah, memberikan donasi, insyaAllah kami menerima. Karena kegiatan ini untuk memajukan Indonesia kita, memberikan motivasi, inspirasi, informasi dan semangat untuk bergiat kepada generasi muda Indonesia.

210

Jadi sudah merupakan tanggungjawab moril bagi kita untuk turut ambil bagian. 7.

Mohon bantuan meneruskan informasi ini. Terimakasih Fastabiqul Khairat. Wassalam. Panitia SM 5.

211

212

213

214

Undangan Berpartisipasi dalam Pembangunan Sekolah ACIKITA

Kami mengundang kita semua untuk ikut investasi dunia dan akhirat,

menciptakan

generasi

penerus

bangsa

yang

mempunyai moral, akhlak, dan potensi keilmuwan yang mumpuni. InsyaAllah kami sedang bergiat untuk pembangunan sekolah ACIKITA. Harga 1 meter tanah ini adalah Rp 600.000, yuk ikut ambil peran dalam mewujudkan program mulia ini. 1. Uang Yen dapat ditransferkan ke rekening di Jepang: Rek Post: ACIKITA (アチキタ), No rek : 10180-57922101

215

2. Uang rupiah dapat ditransferkan ke rekening di Indonesia, Bank Mandiri atas nama R. Saharso No. Rek. 127-00-0540785-1 Mohon menuliskan “sumbangan untuk sekolah ACIKITA”

saat

mentransferkan dana. Mohon mengkonfirmasikan pengiriman uang kepada

[email protected]

cc

[email protected]

216

[email protected]

cc

217

Kegiatan Gebyar Kreasi Seni anak bangsa diadakan setiap tahun bulan Februari. Kegaiatan ini bertujuan :

1.

Sebagai sarana untuk menggali, mengekspresikan, dan menumbuhkembangkan kreatifitas dan potensi diri anakanak Indonesia

2.

Sebagai sarana untuk memupuk rasa cinta dan peduli kepada tanah air dan Bangsa Indonesia.

3.

Sebagai

sarana

untuk

membina

kejujuran,

disiplin,

sportifitas, dan peduli pada sesama di kalangan anak-anak Indonesia. 4.

Sebagai ajang silaturrahmi antara sesama anak Indonesia, bergiat berjuang bersama, mereka adalah satu “Anak Indonesia”

5.

Bagi mereka yang berada di luar negeri, kegiatan ini bisa lebih mendekatkan bathin mereka dengan tanah leluhurnya

218

Tentang Penulis Jumiarti Agus, lahir di Pariaman, Sumatera Barat, dari pasangan Drs. H. Agus Rasyad dan Hj. Rahmanalis Suri. Ibu dan Ayahnya adalah orang yang agamis, aktivis dan tokoh masyarakat di kotanya. Masa kecil dihabiskan di kota Padang dan Pariaman. Ia

menamatkan

studi

doktornya di Tokyo Institute of Technology (TIT), Jepang tahun 2006. Selama studi S3-nya

ia

melakukan

penelitian tentang “sintesis biopolymer di mikroba (Escherichia coli)”. Ia sempat cuti pada tahun pertama studi doktornya karena alasan melahirkan dan mengurus bayi. Sekarang ia berdomisili di Tokyo, bersama keluarganya. Ia memiliki 3 orang anak; Najmi Azizah Prihardi (13 Juni 2002), Muhammad Rais Ahzami Prihardi (27 April 2008) dan Aqeela Ainul Mardhiyah Prihardi (11 Nov 2011) . Berlatar belakang sebagai peneliti, menulis adalah bagian dari pekerjaan rutinnya. Hingga tahun 2010, ia mempunyai delapan buku yang sudah dipublish. Dan masih banyak buku-buku lainnya yang siap untuk dipublish.

219

Ia kini sangat aktiv di organisasi Aku Cinta Indonesia Kita (ACIKITA

Http://acikita.org).

Sebagai

pendiri

dan

Ketua

Internasional ACIKITA ia sungguh sibuk sekali. Alhamdulillah berkat menggali potensi anak-anaknya, ia tetap bisa berkarya dan mengekspresikan potensinya untuk berbuat nyata dan ikut memajukan

Indonesia.

Segala

kritik

dan

saran

silahkan

disampaikan kepada penulis melalui email:[email protected]. FB dan twitter: Jumiarti Agus. Terimakasih.

220

Tentang Ilustrator Najmi Azizah Prihardi, lahir di Tokyo 13 Juni 2002. Ia kini bersekolah

di

SD

Tsuruma,

Machida-Shi, Tokyo, kelas 5. Ia selalu

sibuk

setiap

harinya.

Membaca buku adalah kegiatan yang paling disukainya. Karya gambarnya sekali, selalu

sungguh

dan

setiap

disimpan

oleh

banyak karyanya ibunya.

Sudah dua kali karya gambarnya terpilih dan dipajang di Musium Seni di Kota Machida. Alhamdulillah bakat dan potensi yang sudah digali ibunya masih tetap terpelihara hingga kini. Mulai dari menggambar dan berkarya, menulis, bercerita, membuat buku, memasak dan membuat berbagai jenis makanan. Potensi mengaji, sholat dan mempelajari

ajaran

agama

Islam

di

setiap

kesempatan,

Alhamdulillah selalu terpelihara. Potensi Najmi Alhamdulillah makin bertumbuh dan berkembang. Misalnya ia juga suka dan apik menata dan membersihkan rumah, bermain piano, dan karate. Dan banyak pula potensi yang ia punyai tanpa digali ibunya, misalnya bernyanyi (suara Najmi sangat bagus), dance dan fashionshow. “Kegiatan ini hanya boleh

221

untuk di dalam rumah ya Nak, karena dalam Islam tidak disarankan untuk dance, dan fashionshow,” ucap ibunya. “Najmi tangan kanan Mami,” ucap ibunya. Di rumah ia juga membantu menggali potensi adek-adeknya. Misalnya membacakan buku, mengajarkan adeknya menulis, mengajak bermain bersama, menggambar dan berkarya bersama. Di sekolahnya, para guru dan teman-temannya suka dengan Najmi. Suatu kali ibu guru walinya berkirim surat, “Ibu guru penasaran, ingin mengetahui Najmi dewasa jadi apa nantinya? Memilih jalan karir apa? Karena banyak potensi yang dimiliki Najmi,” ucapnya. Najmi alhamdulillah mudah membuat pertemanan. Ia juga dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Di sekolahnya, ia kini adalah anouncer mewakili murid kelas 5, wakil ketua dari semua murid di SD-nya, karena ketua harus murid kelas 6. Dan Najmi juga ketua untuk Club mangga di sekolahnya.

Namun tentu masih

banyak hal yang harus digali agar Najmi bisa tumbuh menjadi pribadi Islami yang bermanfaat buat sekitarnya. Semoga makin hari Najmi makin bisa bertumbuh dengan baik. Aamiin.

222

Related Documents


More Documents from "Isnaini Amaliah"