Adverse Eventsfix 1

  • Uploaded by: Lutfi 06januari
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Adverse Eventsfix 1 as PDF for free.

More details

  • Words: 2,784
  • Pages: 16
Loading documents preview...
1

MAKALAH MENGENALI DAN BERESPON TERHADAP ADVERSE EVENTS DAN PERAN PASIEN DAN KELUARGA SEBAGAI PARTNER DI PELAYANAN KESEHATAN UNTUK MENCEGAH TERJADINYA BAHAYA DAN ADVERSE EVENTS Disusun untuk memenuhi mata kuliah KPK3 Di Susun oleh : 1. Anista Dwi Cahyani

( P27220019186)

2. Dwi Ananti

( P27220019200)

3. Kurniawan Adi N

(P27220019214)

4. Oni Popy Octavia

( P27220019227)

5. Tino Putra Pamungkas ( P27220019241)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS TAHUN 2019

2

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER .............................................................................................. i DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. LatarBelakang ............................................................................................. 1 B. RumusanMasalah .........................................................................................2 C. Tujuan ..........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3 A. Adverse events (Kejadian Tidak Diharapkan) .............................................3 1. Pengertian Adverse events (Kejadian Tidak Diharapkan) ....................3 2. Penyebab Terjadinya Adverse events .....................................................3 3. Proses terjadinya Adverse events ............................................................4 4. Faktor- faktor terjadinya KTD .................................................................5 5. Standar keselamatan pasien untuk meminimalkan KTD .........................7 6. Peran pasien dan keluarga dalam mencegah KTD ..................................8 B. Kasus skenario ............................................................................................10

BAB III PENUTUP ..............................................................................................12 A. Kesimpulan ................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA

ii

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau kerena tidak bertindak (omission) dan bukan kerena underlying disease atau kondisi pasien (KKP-RS, 2015). Lebih jauh Medical Human Resources (2009) mendefinisikan KTD sebagai kejadian yang tidak diduga atau tidak diharapkan tetapi menimbulkan cedera, kerugian, atau kerusakan. Bentuk KTD yang dilaporkan oleh Ballard (2013) meliputi: 28% reaksi dari pengobatan atau obat-obat yang diberikan, 42% adalah kejadian yang mengancam kehidupan

tetapi

dapat

dicegah,

20%

pelayanan yang didapat di poliklinik, 10%-30% merupakan kesalahan hasil laboratorium. Yahya (2010) memaparkan di Indonesia sepanjang tahun

2004-2005

laporan

dari

berbagai

sumber

tentang dugaan

malpraktik didapatkan data 47 insiden meliputi: pasien meninggal karena operasi, meninggal saat melahirkan, operasi yang mengakibatkan luka dan cacat, keracunan obat, salah pemberian obat, dan kelalaian yang mengakibatkan kematian. Bentuk KTD lain yang dilaporkan oleh Mengis & Nicholini, (2010) berupa kesalahan dalam pemberian obatobatan dan kurang optimalnya intervensi pembedahan. Di dunia penelitian mengenai KTD dilakukan oleh The Harvard Medical Practice yang melibatkan lebih dari 30.000 pasien yang dipilih secara random dari 51 rumah sakit di New York pada tahun 1984. Penelitian ini menyimpulkan terjadi KTD pada 3.7% pasien rawat inap yang akhirnya memerlukan perpanjangan lama hari rawat, atau menimbulkan kecacatan pasien paska perawatan. Analisis lebih lanjut dari

riset

menunjukkan

bahwa

lebih

dari

58%

KTD

tersebut

sebetulnya dapat dicegah (preventable adverse events) dan 27.6%

1

2

terjadi akibat kelalaian rumah sakit atau klinik (hospital or clinical negligence). Pada evaluasi berikutnya didapatkan hasil, sebagian kecacatan akibat KTD tersebut pulih dalam waktu tidak lebih dari 6 bulan, namun 13.6% diantaranya akhirnya meninggal dan 2.6% mengalami kecacatan permanen (Brennan, et al., 1991 dalam Kertadikara, 2008). B. Rumusan masalah a. Apa itu adverse event atau KTD ? b. Apa saja penyebab terjadinya adverse event atau KTD ? c. Bagaimana prosoes terjadinya KTD ? d. Bagaimana standar keselamatan pasien untuk meminimalkan KTD ? e. Bagaimana peran pasien dan keluarga dalam mencegah terjadinya adverse event atau KTD ? C. Tujuan masalah a. Untuk mengetahui adverse event atau KTD b. Untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya adverse event atau KTD. c. Untuk mengetahui bagaimana prosoes terjadinya KTD. d. Untuk mengetahui standar keselamatan pasien untuk meminimalkan KTD e. Untuk mengetahui bagaimana peran pasien dan keluarga dalam mencegah terjadinya adverse event atau KTD.

3

BAB II DAFTAR PUSTAKA

A. Adverse events (Kejadian Tidak Diharapkan) 1. Definisi Adverse events (Kejadian Tidak Diharapkan) Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit, 2015). Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan Insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien. (PERMENKES, 2017) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/Adverse event adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien. Kejadian sentinel/Sentinel event merupakan suatu KTD yang mengakibatkan kematian, cedera permanen, atau cedera berat yang temporer dan membutuhkan intervensi untuk mempertahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis, yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit atau keadaan pasien. Seperti melakukan operasi pada bagian tubuh yang salah (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017). 2. Penyebab terjadinya Adverse events (Reason, 2010): a.

Tidakan yang tidak aman (unsafe act): 1). Human error a). Slips : Error sebagai akibat kurang/ teralihnya perhatian atau salah persepsi b). Lapses: error yang terkait dengan kegagalan memori lupa/tidak ingat. c). Mistakes: Kesalahan yang terkait dengan proses mental dalam assessment

informasi

3

yang

terjadi,

kesalahan

dalam

4

merencanakan asuhan, kesalahan dalam menetapkan tujuan, kesalahan dalam mengambil keputusan klinis. 2). Violation (pelanggaran). : aborsi tanpa indikasi medis 3). Sabotase (Sabotase). : Mogok kerja. b.

Kondisi laten 1) Sistem yang kurang tertata yang menjadi predisposisi terjadinya error. contoh: SOP tidak jelas, tata ruang yang tidak jelas. 2) Sumber daya yang tidak memenuhi persyaratan. (mal praktek) contoh: Termometer yang hanya punya satu untuk bnyak pasien, dokter umum melakukan Caesar/ appendektomi

3. Proses terjadinya KTD

Tabel 1.1 Proses Terjadinya KTD

Pasien tidak cidera

- Dpt obat “c i” tidak timbul (chance) - Plan , diket, dibatalkan (prevention) - Dpt obat “c i” , diket, beri antinya (mitigation)

Medical error -

Kesalahan proses dapat di cegah Pelaks plan action tidak komplit Pakai plan action yang salah Karena berbuat : commision Karena tidak berbuat ommision

Pasien cidera

Proces of care (no error)

Near miss (NM)

Pasien cidera

Adverse event

Adverse events

Sumber : Yahya, A.A. (2010). Proses dapat dilihat dari dua kondisi yaitu proses yang diawali kesalahan medis. Kesalahan dapat berupa kesalahan proses yang

5

dapat dicegah, melaksanakan rencana kegiatan yang tidak lengkap, menggunakan rencana kegiatan yang salah, melakukan tindakan yang seharusnya tidak perlu dilakukan atau tidak melakukan suatu tindakan yang seharusnya diambil, yang dapat mengakibatkan pasien tidak cedera ataupun cedera. Pasien yang tidak mengalami cedera masuk dalam kelompok nyaris cedera (near miss) dan pasien yang mengalami cedera dalam kelompok yang mengalami kejadian tidak diharapkan (adverse event). Proses lain merupakan proses pemberian pelayanan tanpa melakukan kesalahan tetapi pada hasil akhir pasien tetap mengalami cedera maka masuk dalam kelompok kejadian tidak diharapkan (adverse event). Setiap organisasi yang bergerak dibidang apapun,

menerapkan

suatu

sistem pengamanan untuk mencegah

terjadinya suatu insiden termasuk organisasi rumah sakit. James

Reason

pendekatan

sistem

dapat

digunakan

Menurut untuk

menggambarkan bagaimana suatu insiden terjadi. 4. Faktor- faktor yang mempengaruhi KTD a. Faktor karakteristik individu (individual characteristics) Identifikasi terhadap karakteristik individu sebagai faktor awal yang memberikan dampak langsung pada hasil tampilan pemberi jasa layanan apakah tampilan dapat diterima atau sub standar. Faktor karakteristik individu meliputi seluruh kualitas yang dibawa oleh individu

dalam

pekerjaan

mereka

meliputi:

pengetahuan,

keterampilan, pengalaman, intelegensi atau kemampuan intelektual, kapabilitas sensori, training dan edukasi, kelelahan dan kewaspadaan, motivasi, tingkah laku atau perilaku, umur, status perkawinan, tingkat pendidikan dan kompetensi perawat. b. Faktor sifat dasar pekerjaan (nature of work) Faktor kedua adalah sifat dasar pekerjaan meliputi kompleksitas pengobatan pasien, kemampuan kognitif, alur pekerjaan, beban pekerjaan yang tinggi maupun tidak, kehadiran dan ketidakhadiran

6

staf. Fungsi peralatan, individual dan kerjasama tim, tugas yang bersaing, interupsi, kebutuhan yang dipersyaratkan organisasi. c. Faktor lingkungan fisik (physical environment) Faktor ini terkait dengan pencahayaan, suara, temperatur atau suhu ruangan, susunan tata ruang, ventilasi. Pengelolaan gedung rumah sakit harus benar-benar memikirkan keselamatan baik bagi pasien maupun staf yang terlibat didalammya dengan memperhatikan penyediaan lingkungan fisik. d. Faktor sistem dan penyatuan sistem dengan manusia Faktor ini meliputi perlengkapan atau peralatan medis, lokasi atau peletakan alat-alat, pengontrolan alat, pengontrolan perangkat lunak, penguasaan kertas kerja, penguasaan teknologi informasi. Kesalahan medis sangat jarang disebabkan oleh faktor kesalahan manusia secara individu, namun lebih banyak disebabkan karena kesalahan sistem di rumah sakit yang menyebabkan rantai dalam sistem terputus (Walshe & Boaden, 2011). e. Faktor organisasi dan lingkungan sosial (Organization and social environment) Faktor ini meliputi organisasi, struktur organisasi, kekuasaan dan kepemimpinan, norma-norma kelompok,

komunikasi

dan

kelompok

dan

iklim

koordinasi, prosedur kerja,

desain kerja atau SOP. f. Faktor manajemen (management) Faktor ini meliputi budaya keselamatan kemudahan akses personel, pengembangan karyawan, kemampuan kepemimpinan, kebijakan pimpinan dalam hal SDM, finansial, peralatan dan teknologi. Membangun budaya kesadaran akan nilai keselamatan pasien, menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil merupakan

langkah

pertama

dalam

pasien rumah sakit (DepKes, 2009).

menerapkan

keselamatan

7

g. Faktor lingkungan eksternal (external environment) Faktor ini meliputi pengetahuan dasar, demography, teknologi terbaru,

kebijakan

pemerintah,

tekanan

ekonomi,

kebijakan

kesehatan, kesadaran masyarakat, iklim politik. Tekanan eksternal banyak memberikan dampak pada usaha meningkatkan keselamatan pasien. Tekanan eksternal dapat berupa tuntutan hukum, tuntutan masyarakat terhadap mutu dan keselamatan pasien. Rumah sakit yang tidak bermutu akan ditinggalkan pelanggannya (Cahyono, 2010). Lingkungan eksternal merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan agar organisasi dapat memiliki komitmen yang tinggi dalam menerapkan mutu melalui keselamatan pasien (Henriksen, et. al, 2010). Tekanan lingkungan eksternal lainnya melalui regulasi nasional terhadap kompetensi SDM pada

pelayanan

kesehatan

(standarisasi profesi, penilaian kompetensi staf, sertifikasi) dan untuk institusi berupa akreditasi rumah sakit (Cahyono, 2010). h. Faktor pasien Faktor ini menjadi pokok bahasan karena keunikan pasien dan keterlibatan dirinya dalam insiden, terkait faktor sosial dan kultural (Dineen, 2012). Faktor pasien meliputi kondisi penyakit pasien (berkaitan dengan tempat pasien mendapatkan pelayanan), umur pasien dan tingkat ketergantungan pasien. 5. Standar keselamatan pasien untuk meminimalkan KTD Standar

Keselamatan

Pasien

sebagaimana

dimaksud

menurut

PERMENKES (2017) meliputi standar: a. hak pasien b. pendidikan bagi pasien dan keluarga c. Keselamatan Pasien dalam kesinambungan pelayanan d. penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan peningkatan Keselamatan Pasien e. peran kepemimpinan dalam meningkatkan Keselamatan Pasien f. pendidikan bagi staf tentang Keselamatan Pasien

8

g. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan. 6. Peran pasien dan keluarga pasien dalam mencegah KTD Para pakar dan peneliti akan terus berdebat mengenai peran pasien dalam keselamatan pasien. Para pengambil kebijakan akan terus mendorong agar pasien‐keluarga memperhatikan pelayanan yang diterima. Badan pengawas dan Dewan pengawas rumah sakit akan gencar memperoleh informasi mengenai mutu pelayanan rumah sakit dari masyarakat penggunanya. Direksi dan manajer rumah sakit terus mendapat tantangan untuk menciptakan atmosfer yang nyaman bagi interaksi dokter‐pasien/keluarga yang produktif dan memastikan bahwa setiap keluhan pasien diperhatikan dan ditindaklanjuti. Dokter‐tenaga kesehatan akan terus dilatih untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan pasien‐keluarga. Pasien semakin didorong untuk secara kritis menanyakan pelayanan yang terbaik. Masyarakat akan semakin terbuka dan menuntut mutu pelayanan yang tinggi. Dengan demikian, tidak ada pilihan lain kecuali bagi rumah sakit untuk mengembangkan berbagai strategi dan menciptakan berbagai peluang agar pasien‐masyarakat dapat lebih aktif memperjuangkan pelayanan yang terbaik dan menjadikan mereka sebagai mitra untuk mencegah kejadian yang tidak diharapkan. (Utarini, 2010) Ilustrasi yang lain adalah kebijakan di Departemen Kesehatan di Inggris.

Pada

tahun

2010

National

Health

Service

(NHS)

mempublikasikan “Equity and Excellence: Liberating the NHS”. Dalam dokumen tersebut, Putting patients and public first merupakan hasil dari perjalanan panjang untuk menyempurnakan NHS, yang dilakukan melalui revolusi informasi dan memberikan pilihan‐kontrol yang lebih besar kepada pasien. Strategi yang akan dilakukan adalah : (1) Pembuatan keputusan bersama sebagai norma: no decision about me without me

9

(2) Pasien mempunyai akses terhadap informasi yang dibutuhan untuk membuat keputusan mengenai pelayanannya serta memiliki kontrol yang lebih besar terhadap rekam medik (3) Pasien dapat memilih penyedia pelayanan, dokter dan pengobatan yang diberikan (4) Pemerintah akan membuat pasien mempunyai informasi tentang rating rumah sakit dan pelayanan klinis dan rumah sakit harus terbuka dalam menyampaikan KTD dan selalu menginformasikannya kepada pasien (5) Sistem pelayanan klinis menyediakan pelayanan yang berfokus pada individual (personalized care) yang mencerminkan kebutuhan kesehatan dan pelayanannya, mendukung keluarga dan mendorong kemitraan yang lebih kuat (6) Pemerintah akan memperkuat suara pasien dan masyarakat hingga di tingkat nasional, melalui lembaga konsumen independen yang ditunjuk oleh pemerintah (7) Pemerintah akan memastikan bahwa setiap orang akan memperoleh manfaat dari inisiatif ini. Menurut PERMENKES (2017) Standar pendidikan kepada pasien dan keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) huruf b berupa kegiatan mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriteria Standar pendidikan kepada pasien dan keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap, dan jujur; b. mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga; c. mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti; d. memahami konsekuensi pelayanan; e. mematuhi nasihat dokter dan menghormati tata tertib fasilitas pelayanan

kesehatan;

f. memperlihatkan sikap saling menghormati dan tenggang rasa; g. memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

10

B. Kasus sekenario

Seorang pasien MRS (masuk rumah sakit) dan rawat inap selama 3 hari, setelah dinyatakan baik pasien diperbolehkan pulang. Pasien menyampaikan ke perawat bahwa pasien mempunyai rwayat alergi terhadap obat antalgin, namun saat pasien memberitahu perawat bahwa ia alergi terhadap antalgin, perawat menyampaikan: “iya pak, nanti dengan dokternya....”. (Perawat mempersiapkan pasien pulang) Perawat A

: Selamat pagi pak, dilepaskan infusnya ya pak. Dipersiapkan

barang-barangnya juga untuk persiapan pulang ya Pak Pasien

: Ya Mbak terima kasih. Itu nanti obatnya bagaimana ya mbak?

Saya memiliki riwayat alergi terhadap antalgin Perawat A

: Ya pak, nanti dengan doktenya..

Pasien

: Ya mbak. Terimakasi

(Kemudian perawat kembali ke ruangan dan mempersiapkan berkas untuk kepulangan pasien) Dokter memeriksa kondisi pasien sebelum pulang. Dan memberikan resep obat, keluarga pasien segera menyelesaikan administrasi, pembiayaan selama di rumah sakit dan menebus resep obat di apotik. Pasien mendapatkan anjuran dokter agar satu minggu lagi kontrol kembali ke rumah sakit Dokter

: Selamat pagi pak.. bagaimana keadaannya?

Pasien

: Baik pak. Apakah saya sudah boleh pulang dok?

Dokter

: Diperiksa dulu ya pak..

Dokter

:

Ini

kondisinya

Bapak

sudah

membaik,

Bapak

sudah

diperbolehkan untuk pulang, nanti saya tuliskan resep obat pulang terlebih dahulu. Setelah menebus obat di apotik, dan menyelesaikan semua administrasi bapak boleh pulang silahkan minta tolong pada perawat untuk pulang. (Pada saat diperiksa oleh dokter pasien tidak memberi tahu pada dokter bahwa ia alergi antalgin (Dokter datang dan menuliskan resep obat pulang) (Kemudian memberikan resep tersebut ke perawat yang berbeda)

11

Dokter

: Mbak ini resep pulang bapak X. Pasien mendapatkan resep obat

analsik tablet yang diminum 3x sehari 1 tablet. Tolong resep ini diberikan ke keluarga bapak X untuk menebusnya di apotik. Jika obat telah diambil, jangan lupa menyampaikan kepada keluarga untuk control rutin. Perawat B

: Ya pak, nanti saya sampaikan.

(Perawat B menemui keluarga pasien untuk memberikan resep terseput.) Perawat B

: Siang pak, Dengan Bapak X ya? Ini untuk resep obat pulang.

Silahkan salah satu anggota keluarga mengambil di apotik dan mengurus semua administrasi untuk kepulangan pasien. Nanti setelah selesai silahkan menemui perawat untuk diantar pulang Pasien dan keluarga : Iya Mbak (Keluarga menemui perawat B untuk diantarkan pulang)

Hasilnya adalah pasien pulang mendapatkan obat paten antalgin karena dokter tidak mengetahui informasi tersebut dan pasien juga tidak tahu bahwa obat paten tersebut terkandung antalgin. Bagaian menejemen rumah sakit (direktur berserta jajarannya) tidak mengetahui kejadian yang di alami pasien

12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan. Tindakan yang tidak aman dan kondisi laten menjadi penyebab terjadinya adverse event, dan terdapat faktor faktor yang mempengaruhi adverse event yaitu Faktor karakteristik individu (individual characteristics), faktor sifat dasar pekerjaan (nature of work), faktor lingkungan fisik (physical environment), faktor sistem dan

penyatuan sistem dengan manusia, faktor

organisasi

dan

lingkungan sosial (Organization and social environment), faktor manajemen (management), faktor lingkungan eksternal (external environment) dan faktor pasien sehingga peran pasien dan keluarga sangat diperlukan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya adverse event.

12

13

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, J.B. (2010). Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktik kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Ballard, K.A. (2013). Patient safety: A shared responsibility. Online Journal of Issues in Nursing. Volume 8 - 2003 No 3: Sept 03. DepKes. (2009). Undang-undang republik indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit. Jakarta: DepKes RI. Dineen, M. (2012). Six step to root cause analysis consequence. Oxford, ISBN 0-9544328-0-0 Henriksen, K., et al. (2010). Patient safety and quality: an evidence base handbook for Research

and

nurses.

Rockville

Quality

MD:

Publications.

Agency

for

Healthcare

February

2011,

http://www.ahrq.gov/QUAL/nurseshdbk/ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017. Manajemen Keselamatan Pasien.http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/ 11/MANAJE MEN-KESELAMATAN-PASIEN-Final-DAFIS.pdf Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS). 2015. Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident Report). Jakarta. Mengis, J., & Nicolini, D. (2010). Root cause analysis in clinical adverse events. Nursing Management. Harrow-on-the-Hill: Feb 2010. Vol.16. Iss.9; Pg. 16, 4 pgs. NHS Improvement. Our approach to patient safety: NHS Improvement’s focus in 2017/18. October 2017 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien. Jakarta. Reason, J. (2010). Human Error: modes and management. BMJ. 2000 March 18: 320(7237): 768-770.

14

Utarini A, Koentjoro T, At Thobari J. Accreditation of health care organization, health professional and higher education institution for health personnel, Health Project V, Central Java Province. Centre for Heal th Service Managament, Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta, 2000. Walshe, K., & Boaden, R. (2010). Patient safety: Research into practice. New York: Open University Press. Yahya, A.A. (2010). Konsep dan

program patient safety. Konvensi

Nasional Mutu Rumah Sakit Ke VI, Bandung.

Related Documents


More Documents from "Jacob Castro"