Anemia Defisiensi Fe

  • Uploaded by: Riama IlmuBedah
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Anemia Defisiensi Fe as PDF for free.

More details

  • Words: 1,323
  • Pages: 34
Loading documents preview...
PENDAHULUAN  Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah

merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah berada di bawah normal Kelompok Anak

Dewasa

Umur

Hemoglobin (g/dL)

6 bulan s/d 6 tahun

11

6 tahun s/d 14 tahun

12

Laki-laki

13

Wanita

12

Wanita hamil

11

Definisi  Anemia karena kekurangan zat besi adalah suatu

keadaan dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam sel darah berkurang, yang disebabkan karena berkurangnya persedian besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong.  Anemia defisiensi besi ditandai dengan anemia mikrositik hipokrom.

Kebutuhan Zat Besi (Fe)  Zat besi merupakan elemen yang penting di semua sel.  Besi dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel

darah merah, yaitu sebagai bagian dari molekul hemoglobin yang mengangkut oksigen dari paru-paru.  Besi juga merupakan bagian dari system enzim dan

mioglobin, yaitu molekul yang mirip hemoglobin yang terdapat di dalam sel-sel otot.

Zat Besi Dalam Tubuh 1.

Senyawa besi fungsional 1. 2. 3.

Hemoglobin Mioglobin Enzim heme & non heme

2. Besi cadangan 3. Besi transport yang berikatan dengan protein

tertentu

Metabolisme Zat Besi  Secara normal tubuh mendaur ulang zat besi, yaitu ketika sel darah merah mati, sekitar 80% zat besi di dalamnya dikembalikan ke sumsum tulang untuk digunakan kembali oleh sel darah merah yang baru.  Tubuh kehilangan sejumlah besar zat besi hanya ketika sel darah merah hilang karena perdarahan dan menyebabkan kekurangan zat besi.  Kekurangan zat besi merupakan salah satu penyebab

terbanyak dari anemia dan penyebab kekurangan zat besi pada dewasa adalah perdarahan.

Patofisiologi Tiga tahap terjadinya defisiensi besi : 1. Deplesi besi atau iron depleted state 2. Eritropoesis defisiensi besi atau iron deficient eritropoesis 3. Anemia defisiensi besi atau iron deficiency anemia

Anamnesis  Sindrom anemia berupa : badan lemah, lesu, cepat

lelah, mata berkunang – kunang, serta telinga berdenging.  Pada anemia defisiensi besi  sindrom anemia tidak terlalu mencolok karena penurunan kadar Hb yang terjadi secara perlahan, sehingga mekanisme kompensasi tubuh berjalan dengan baik.  Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala dari penyakit yang mendasarinya.

Pemeriksaan Fisik  Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama

pada konjungtiva dan jaringan dibawah kuku, gejala tersebut umum terdapat pada anemia jenis lain.  Gejala khas yang terdapat hanya pada anemia defisiensi besi adalah: o o o o o o

Koilomychla : kuku sendok (spoon nail) Atrofi papil lidah Stomatitis angularis (cheilosis) Disfagia Atrofi mukosa gaster, sehingga menimbulkan akhloridia Pica

 Sindrom Plummer Vinson atau Sindrom Paterson Kelly adalah

kumpulan gejala yang terdiri dari anemia hipokromik mikrositer, atrofi papil lidah dan disfagia.

Spoon Nail

Cheilosis / Stomatitis angularis

Pemeriksaan laboratorium  MCV, MCHC, dan MCH me.

 

  

MCV<70 fl  hanya pada anemia defisiensi besi dan thalassemia mayor. Red cell Distribution Width (RDW) me yang menandakan adanya anisositosis Hapusan darah tepi : anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, poikilositosis, anulosit, sel pensil, kadangkadang sel target. Leukosit dan trombosit normal. Retikulosit rendah dibandingkan dengan derajat anemia. Pada kasus ankilostomiasis sering dijumpai eosinofilia.

Gambaran anemia mikrositik hipokrom

 Kadar besi serum me <50

mg/dl  Total Iron Binding Capacity (TIBC) me >350 mg/dl  Saturasi transferin <15% TIBC menunjukkan tingkat kejenuhan apotransferin terhadap besi, sedangkan saturasi transferin dihitung dari besi serum dibagi TIBC dikalikan 100%.

 Kadar serum feritin <20 g/dl Feritin serum merupakan indicator cadangan besi yang sangat baik, kecuali pada keadaan inflamasi atau keganasaan tertentu. Jika terdapat inflamasi, maka feritin serum sampai dengan 60 g/dl masih dapat menunjukkan adanya defisiensi besi.

 Protoporfirin eritrosit me (>100 g/dl).  Sumsum tulang menunjukkan hiperplasia

normoblastik dengan normoblast kecil-kecil (micronormoblast) dominan.  Kadar reseptor transferin me  Pengecatan besi sumsum tulang dengan biru prusia menunjukkan cadangan besi yang negatif (butir hemosiderin negatif).  Perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari penyebab anemia defisiensi besi

Diagnosis  Pemeriksaan laboratorium dilaksanakan berdasarkan

kecurigaan terhadap gejala klinis seperti lemah atau pada pasien dengan faktor resiko.  Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan : konsentrasi hemoglobin dan hematokrit  Hasil laboratorium dan cut off point-nya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, usia, kebiasaan merokok, dan ketinggian daerah hunian.

Tabel yang menunjukkan nilai diagnostik anemia defisiensi besi berdasarkan kelompok-kelompok tertentu

 Pada pemeriksaan darah tepi akan didapatkan jenis anemia

hipokromik mikrositer /MCV <80 fl dan MCHC < 31% dengan salah satu kriteria berikut:  Dua dari tiga parameter di bawah ini:  Serum besi < 50 mg/dl  TIBC >350 mg/dl  Saturasi transferin <15%  Pada pengecatan sumsum tulang belakang dengan biru prusia (Pearl’s stain), tidak ditemukan adanya butir-butir hemosiderin sebagai cadangan besi.  Adanya peningkatan kadar hemoglobin sebesar 2 g/dl dengan pemberian sulfas ferous 3 x 200 mg/hari atau preparat besi lain yang setara, selama empat minggu.

I. Terapi kausal  Terapi untuk pendarahan, misalnya : pengobatan

untuk cacing tambang, pengobatan hemorhoid, pengobatan menorhagia.  Terapi kausal harus dilakukan, kalau tidak maka

anemia akan kambuh kembali.

II. Pemberian preparat besi ( iron replacemen therapy)  Preparat yang tersedia adalah Ferrous Sulphat (sulfas ferosus)  Dosis anjuran adalah 3 x 200 mg.  Preparat lain: ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate dan 



 

ferrous succinate. Preparat besi oral sebaiknya diberikan saat lambung kosong, tetapi efek samping lebih sering dibandingkan dengan pemberiaan setelah makan atau dosis dikurangi menjadi 3 x 100 mg. Pengobatan besi diberikan 3 - 6 bulan, ada juga yang menganjurkan 12 bulan. Dosis pemeliharaan yang diberikan adalah 100 - 200mg. Untuk meningkatkan penyerapan besi dapat diberikan preparat vitamin C.

Preparat Besi Jenis preparat

Besi total (mg)

Besi elemen (mg)

Ferrous sulfate

324

66

Ferrous gluconate

325

36

Feostat chewable

100

33

Feostat liquid

100

33/5 ml

Slow Fe

160

50

Fe 50 extended release

160

50

Ferro-Sequels timed release

50

50

Feosol caplets

50

50

Terapi besi parenteral  Preparat yang tersedia antara lain: iron dextran complex,

iron sorbitol citric, acid complex.  Besarnya dosis dapat dihitung dari rumus: kebutuhan besi (mg) = (15 - Hb sekarang) x BB x 3

 Respon tubuh terhadap penggantian besi dapat dilihat

pada 2-4 minggu setelah terapi atau sampai serum ferritin mencapai 50 μg/L.  Transfusi Packed Red Cell (PRC) dapat diberikan pada pasien dgn status klinis sangat membahayakan, contoh : ancaman payah jantung.

Indikasi pemberian besi parenteral 1.

2. 3. 4.

5. 6. 7.

Intoleransi terhadap pemberian besi oral Kepatuhan terhadap obat yang rendah Gangguan pencernaan seperti colitis ulseratif yang dapat kambuh jika diberikan besi Penyerapan besi terganggu, seperti misalnya pada gastrektomi Keadaan di mana darah yang banyak sehingga tidak cukup dikompensasi oleh pemberian besi oral Kebutuan besi yang besar dalam waktu pendek, seperti pada kehamilan trimester tiga atau sebelum operasi Defisiensi besi fungsional relative

Efek samping pengobatan besi parenteral 1. 2. 3. 4.

5. 6. 7. 8.

Reaksi anafilaksis Flebitis Sakit kepala, Flushing Epigastric discomfort, mual, diare, atau konstipasi. Feses akan berubah menjadi hitam. Menghambat penyerapan tetracyclines, sulphonamides, dan trimethoprim. Nyeri epigastrium.

III. Terapi Spesifik  Memberikan suplementasi zat besi dengan dosis

maintenance kepada orang-orang yang memiliki resiko tinggi untuk mengalami defisiensi besi seperti pada wanita hamil, bayi, anak pre-sekolah dan anakanak sekolah.

Dosis suplementasi besi untuk mencegah terjadinya defisiensi besi

Pencegahan  





Memberikan edukasi mengenai manfaat dari zat besi. Menyarankan untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi : daging merah, hati, telur, sayur-sayuran, gandum dan sereal. Menjaga sanitasi lingkungan, kebersihan personal untuk mencegah terjadinya terjadinya infeksi virus, bakteri dan parasit. Memodifikasi diet dengan tidak mengkonsumsi teh dan kopi secara bersamaan dengan makanan yang banyak mengandung zat besi

DAFTAR PUSTAKA  Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Buku Ajar Ilmu  

       

Penyakit Dalam Edisi 5 Jilid 2, Balai Penerbit FK UI. 2007. Hlm 635 Harrison's PRINCIPLES OF INTERNAL MEDICINE Seventeenth Edition Ebook, 2008. Part 6. Section 2. Chapter 98. Iron Deficiency and Other Hypoproliferative Anemias Stephen J. McPhee, Current Medical Diagnosis & Treatment 2008 E-book. Hematology > Anemias MsGraw-Hill Medical, E-book Williams Hematology Seventh Edition, 2007. Part V. The Erythrocyte > Chapter 41. Anemia Resulting from Other Nutritional Deficiencies www.anemiainstitute.org www.cmaj.ca www.emedicine.com www.gizi.net www.irontoxicity.com www.nlm.nih.gov/medlineplus www.who.int

Related Documents

Anemia Defisiensi Fe
February 2021 0
Anemia Defisiensi Besi
February 2021 0
Anemia
February 2021 1
Anemia
February 2021 5
Defisiensi Pengetahuan
January 2021 1

More Documents from "Ida Bagus Mustika"

Anemia Defisiensi Fe
February 2021 0