Anemia

  • Uploaded by: Citra
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Anemia as PDF for free.

More details

  • Words: 3,815
  • Pages: 21
Loading documents preview...
MAKALAH ANEMIA Disusun untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Dewasa II Dosen Pembimbing : Ns. Susana Widyaningsih, S.Kep, MNS

Oleh Kelompok 3 A. 14.2: Citra Hayuning Kinasih

220201141200

Galuh Ianninda Pramono

220201141

Kartika Arin Andini

22020114120053

Nurul Hidayati

22020114140095

Ratih Nur Ainin

22020114120061

Siti Aisyah

22020114120049

Zulfa Nur Aini

22020114130125

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2016

1

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...................................................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................ Error: Reference source not found BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................................................... A. Latar Belakang .................................................................................................................. B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... D. Manfaat Penulisan ............................................................................................................. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................... A. Definisi Anemia ................................................................................................................. B. Etiologi Anemia ................................................................................................................. C. Patofisiologi Anemia ......................................................................................................... D. Manifestasi Klinis Anemia .............................................................................................. E. Klasifikasi Anemia .......................................................................................................... F.

Penatalaksanaan Anemia .................................................................................................

G. Pencegahan Anemia ........................................................................................................ H. Asuhan Keperawatan Anemia ......................................................................................... BAB 3. PENUTUP.......................................................................................................................... A. Kesimpulan...........................................................................................................................20 B. Saran.................................. ..............................................................................................

2

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang secara global banyak ditemukan di berbagai negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Penderita anemia diperkirakan hampir dua milyar atau 30% dari populasi dunia (WHO, 2011 dalam Indahswari dkk, 2013). Prevalensi anemia di Indonesia masih cukup tinggi, pada remaja wanita sebesar 26,50%, wanita usia subur (WUS) 26,9%, ibu hamil 40,1% dan anak balita 47,0% (Depkes, 2008 dalam Indahswari dkk, 2013). Anemia adalah rendahnya sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan (Brunner & Suddarth, 2001 dalam Putrihantini dan Erawati, 2011). Anemia memiliki beberapa jenis yang berbeda-beda. Salah satu kejadian Anemia yang sering terjadi di masyarakat yaitu Anemia Defisiensi besi. Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia akibat kekurangan zat besi untuk sintesis hemoglobin dan merupakan defisiensi nutrisi yang paling banyak pada anak dan menyebabkan masalah kesehatan yang paling besar di seluruh dunia terutama di Negara berkembangan termasuk Indonesia (Pediatrica Gajah Mada, 2010 dalam Putrihantini dan Erawati, 2011). Prevalensi anemia di negara-negara berkembangan sekitar empat kali lebih besar dibandingkan dengan negara-negara maju. Diperkirakan prevalensi anemia di negara berkembang dan di negara maju adalah 53% dan 9% (Allen & Stuart, 2001 dalam Putrihantini dan Erawati, 2011). Prevalensi anemia usia 5-14 tahun 428 per 1.000 anak lelaki dan 492 per 1.000 anak perempuan. Keadaan ini menggambarkan bahwa anemia lebih banyak ditemukan pada anak perempuan (Anonim, 2010 dalam Putrihantini dan Erawati, 2011). Banyak faktor yang dapat menyebabkan individu sering mengalami kejadian penyakit anemia. Berdasarkan data di atas, kami ingin mengetahui lebih mendalam mengenai penyakit anemia. Oleh karena itu kami membuat makalah ini sebagai

3

bahan materi yang dapat meningkatkan wawasan/pengetahuan kesehatan tentang anemia sehingga kami dapat mengetahui pencegahan dan penanganannya teruatama asuhan keperawatan kepada klien. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana konsep penyakit anemia terkait definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik dan klasifikasinya? 2. Bagaimana pencegahan dan penanganan klien dengan penyakit anemia? 3. Bagaimana asuhan keperawatan untuk klien dengan penyakit anemia? C. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui konsep penyakit anemia secara rinci dan tepat terkait definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik dan klasifikasinya. 2. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanganan klien dengan anemia. 3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai dengan penyakit anemia. D. MANFAAT PENULISAN Penulis mengaharapkan dengan adanya makalah ini, pembaca dapat menambah wawasan dan menjadikan bahan rujukan terkait penyakit anemia. Selain itu, bagi penulis sendiri dapat mengambil manfaat untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan baik dari sisi konsep patologisnya dan asuhan keperawatannya.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI Penyakit Anemia atau kurang darah adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah (Hemoglobin) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Hemoglobin yang terkandung di dalam Sel darah merah berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang pasien dikatakan anemia apabila konsentrasi Hemoglobin (Hb) pada lakilaki kurang dari 13,5 G/DL dan Hematokrit kurang dari 41%, Pada perempuan konsentrasi Hemoglobin kurang dari 11,5 G/DL atau Hematocrit kurang dari 36% (Iqfadhilah, 2014). Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count) (Bakta, 2009). B. ETIOLOGI Menurut Iqfadhilah (2014) dan Bakta (2009) , Penyebab anemia yang paling sering adalah: 1. Perdarahan yang berlebihan 2. Rusaknya sel darah merah secara berlebihan atau yang sering disebut dengan hemolisis atau pembentukan sel darah merah / hematopoiesis yang tidak efektif, 3. Gangguan fungsi sumsum tulang 4. Kekurangan zat besi, kekurangan vitamin B12, kekurangan asam folat 5. Penyakit kronis tertentu, contohnya kanker dan HIV/AIDS. Menurut Nurhidayati (2013), ada 5 faktor penyebab yang bisa menimbulkan anemia pada ibu hamil, diantaranya: 1. Ketidakcukupan konsumsi tablet besi Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi anemia gizi besi yang diberikan kepada ibu hamil. 2. Jarak kehamilan yang dekat Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. 3. Paritas Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa memperhatikan apakah bayi hidup atau mati. Paritas ibu merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup atau mati, tetapi bukan aborsi. 5

4. Status Gizi yang buruk Maulana (2010) kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi ibu dan janin. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. 5. Penyakit Infeksi Beberapa infeksi penyakit memperbesar risiko anemia. Infeksi itu umumnya adalah TBC, cacingan dan malaria, karena menyebabkan terjadinya peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya eritrosit. Cacingan jarang sekali menyebabkan kematian secara langsung, namun sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Infeksi cacing akan menyebabkan malnutrisi dan dapat mengakibatkan anemia defisiensi besi. Infeksi malaria dapat menyebabkan anemia Menurut Yulianasari (2007) Secara umum, terdapat dua faktor yang menyebabkan anemia gizi yaitu faktor gizi dan non-gizi. Adapun faktor non gizi adalah sebagai berikut : 1. Banyak kehilangan darah. Pendarahan mengakibatkan tubuh kehilangan banyak sel darah merah. Pendarahan ada 2 jenis, yakni pendarahan eksternal (pendarahan yang terjadi secara mendadak dan dalam jumlah banyak) dan pendarahan kronis (pendarahan yang terjadi sedikit demi sedikit, tetapi berlangsung secara terus-menerus). Contoh pendarahan adalah investasi cacing tambang, kecelakaan, atau menstruasi. Wanita mengalami kehilangan darah sebanyak 40-50 ml setiap bulannya akibat menstruasi (UNICEF 1998 dalam Yulianasari, 2007). 2. Rusaknya sel darah merah dalam pembuluh darah akibat penyakit malaria atau thalasemia 3. Kurangnya produksi sel darah merah. Hal ini dapat disebabkan karena makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi, terutama besi, asam folat, vitamin B12, vitamin C, dan zat gizi lainnya (Wirakusumah 1998 dalam Yulianasari, 2007). Selanjutnya faktor gizi yang menjadi penyebab anemia antara lain : 1. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Zat besi dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin dalam pembentukan sel darah merah (Allen & Sabel 2001 dalam Yulianasari, 2007). Anemia defisiensi besi ditandai dengan pengecilan ukuran sel darah merah (microcytic) dan 6

penurunan kadar Hb (hypochromic). Faktor risiko utama anemia gizi besi yaitu rendahnya intik besi, penyerapan besi yang rendah karena tingginya konsumsi komponen fitat atau fenol, dan periode kehidupan ketika kebutuhan besi tinggi (misalnya pertumbuhan dan kehamilan) (WHO 2008 dalam Yulianasari, 2007). 2. Anemia akibat defisiensi asam folat. Folat atau vitamin B9 merupakan zat gizi yang ditemukan terutama pada buah-buahan citrus dan sayuran berdaun hijau. Bila secara lama kurang mengkosumsi pangan jenis tersebut maka dapat mengalami defisiensi asam folat. Kekurangan asam folat

dapat menyebabkan

terjadinya

anemia

megaloblastic, yaitu sel darah merah lebih besar dari normal dan memiliki nukleus yang belum terdiferensiasi secara sempurna (megaloblasts) (Allen & Sabel 2001 dalam Yulianasari, 2007). 3. Anemia akibat defisiensi vitamin B12. Penyebab anemia karena kekurangan konsumsi pangan sumber vitamin B12 (daging, telur, dan susu) jarang terjadi, namun sering terjadi karena usus halus tidak dapat menyerap vitamin ini. Hal ini dikarenakan adanya pembedahan perut atau usus halus. Kekurangan karena vitamin ini juga dapat menyebabkan terjadinya anemia megaloblastic, yakni sel darah merah lebih besar dari normal dan

memiliki

nukleus

yang

belum

terdiferensiasi

secara

sempurna

(megaloblasts) (Wirakusumah 1998 dalam Yulianasari, 2007). 4. Anemia akibat defisiensi vitamin C. Kekurangan konsumsi vitamin C juga dapat menyebabkan anemia. Tubuh memerlukan vitamin C untuk menghasilkan sel darah merah. Vitamin ini juga membantu tubuh menyerap zat besi yang penting sebagai pembangun blokade sel-sel darah merah (Almatsier 2000). Selain itu, vitamin ini berperan dalam penyerapan besi sebagai reducing agent yang mengubah bentuk feri menjadi fero dan chelating agent yang mengikat besi sehingga daya larut besi meningkat (Allen & Sabel 2001 dalam Yulianasari, 2007). Selain dari faktor penyebab anemia, penyakit kurang darah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko lain seperti (Iqfadhilah, 2014): 1. Faktor dari keturunan 2. Kurangnya asupan zat gizi 3. Penyakit dan gangguan usus serta operasi yang berkaitan dengan usus kecil. 4. Pendarahan Menstruasi yang berlebihan. 5. Kehamilan. 6. Penyakit kronis seperti penyakit kanker, dan gagal ginjal.

7

C. PATOFISIOLOGI Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis. Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau dalam sistem retikulo endotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan muneul dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urine.

8

DEFISIT PERAWATAN DIRI

9

D. MANIFESTASI KLINIS Gejala umum anemia ( kurang darah ) yang paling sering di tunjukkan antara lain sebagai berikut (Iqfadhilah, 2014): 1. Kulit Wajah terlihat Pucat 2. Kelopak Mata Pucat Selain wajah kelopak mata pasien yang mengalami kurang darah juga terlihat pucat. ini merupakan salah satu gejala umum anemia. pemeriksaan biasanya dilakukan dengan cara meregangkan kelopak mata. dan melihat warna kelopak mata bagian bawah. 3. Ujung Jari Pucat Pemeriksaan bisa kita lakukan dengan cara menekan ujung jari, normal nya setelah di tekan daerah tersebut akan berubah jadi merah. Tetapi, pada orang yang mengalami anemia, ujung jari akan menjadi putih atau pucat. 4. Terlalu Sering dan mudah lelah Terlalu mudah lelah, padahal aktivitas yang dilakukan tidaklah berat, jika anda merasa mudah lelah sepanjang waktu dan berlangsung lama kemungkinan anda mengalami penyakit anemia. hal ini terjadi karena pasokan energi tubuh yang tidak maksimal akibat kekurangan sel-sel darah merah yang berfungsi sebagai alat transportasi alami didalam tubuh. 5. Denyut Jantung menjadi tidak teratur Denyut jantung yang tidak teratur, terlalu kuat dan memiliki kecepatan irama denyut jantung yang tidak normal. hal ini terjadi sebagai akibat tubuh kekurangan oksigen. sehingga jantung berdebar secara tidak teratur. pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan oleh petugas kesehatan. 6. Sering merasa Mual Biasanya penderita anemia sering mengalami Mual pada pagi hari. hampir sama seperti tanda-tanda kehamilan. mual pada pagi hari biasa disebut dengan Morning sickness. Menurut Proverawati (2009,p.78) bahwa tanda dan gejala ibu hamil dengan anemia adalah keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, sementara tensi masih dalam batas normal (perlu dicurigai anemia defisiensi), mengalami malnutrisi, cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda 7. Sakit kepala

10

Salah satu dampak kekurangan sel darah merah yaitu otak menjadi kekurangan Oksigen. sehingga menyebabkan nyeri pada kepala. karena inilah penderita Anemia sering mengeluh sakit kepala. 8. Kekebalan tubuh menurun Kekebalan tubuh / sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun dan biasanya penderita anemia sangat mudah terkena penyakit lain sebagai akibat melemahnya imun tubuh. 9. Sesak napas Penderita anemia sering kali merasa sesak nafas dan merasa terengah-engah ketika melakukan aktivitas, hal ini terjadi karena kurangnya oksigen didalam dalam tubuh, akibat kurangnya sel darah merah. Gejala khas yang timbul untuk masing-masing jenis anemia juga berbeda, sebagai contoh: 1. Anemia defisiensi besi memiliki gejala khas diantaranya : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, dan kuku sendok (koilonychias) 2. Anemia megaloblastik memiliki gejala khas diantaranya : glositis, gangguan neurologik pada defisiensi vitamin B12 3. Anemia hemolitik memiliki gejala khas diantaranya : ikterus, splenomegali dan hepatomegali 4. Anemia aplastik memiliki gejala khas diantaranya : perdarahan dan tanda-tanda infeksi E. KLASIFIKASI WHO telah memiliki kriteria kadar hemoglobin pada pasien anemia, yaitu: 1. Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dL 2. Wanita dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dL 3. Wanita hamil Hb < 11 gr/dL 4. Anak 1-4 tahun Hb < 11 gr/dL, anak 5-11 tahun Hb < 11,5 gr/dL, dan anak diatas 12 tahun Hb < 12 gr/dL. Berdasarkan etiopatogenesis atau penyebab anemia diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu (Bakta.2009) : 1. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang a. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit 1) Anemia defisiensi besi 2) Anemia defisiensi asam folat 3) Anemia defisiensi vitamin B12 b. Gangguan penggunaan besi 1) Anemia akibat penyakit kronik 2) Anemia sideroblastik c. Kerusakan sumsum tulang 1) Anemia aplastik 2) Anemia mieloptisik 11

3) Anemia pada keganasan hematologi 4) Anemia diseritropoietik 5) Anemia pada sindrom mielodisplastik 2. Anemia akibat perdarahan a. Anemia pasca perdarahan akut b. Anemia akibat perdarahan kronik 3. Anemia hemolitik a. Anemia hemolitik intrakorpuskular 1) Gangguan membran eritrosit (membranopati) 2) Gangguan enzim eritrosit (enzimopati): anemia akibat defisiensi G6PD 3) Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)  Thalasemia  Hemoglobinopati struktural : HbS, HbE, dll b. Anemia hemolitik ekstrakorpuskuler 1) Anemia hemolitik autoimun 2) Anemia hemolitik mikroangiopatik 4. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang kompleks Berdasarkan morfologi dan etiologinya, anemia diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu (Bakta, 2009): 1. Anemia hipokromik mikrositer a. Anemia defisiensi besi b. Thalasemia major c. Anemia akibat penyakit kronik d. Anemia sideroblastik 2. Anemia normokromik normositer a. Anemia pasca perdarahan akut b. Anemia aplastik c. Anemia hemolitik didapat d. Anemia akibat penyakit kronik e. Anemiapada gagal ginjal kronik f. Anemia pada sindrom mielodisplastik g. Anemia pada keganasan hematologik 3. Anemia makrositer a. Bentuk megaloblastik Contohnya : Anemia defisiensi asam folat, Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa b. Bentuk non-megaloblastik Contohnya : Anemia pada penyakit

hati kronik, Anemia pada

hipotiroidisme dan Anemia pada sindrom mielodisplastik F. PENATALAKSANAAN

12

Terapi dan cara pengobatan penyakit kurang darah yang sering diberikan dirumah sakit untuk mengobati penyakit anemia antara lain sebagai berikut (Iqfadhilah, 2014): 1. Pemberian suplemen yang mengandung Zat besi, vitamin B12, dan vitaminvitamin lain yang dibutuhkan tubuh. Vitamin yang dapat berperan dalam pembentukan sel darah merah yaitu vitamin A dan vitamin C. Vitamin A memiliki peran untuk membantu atau mempermudah mobilisasi besi dari hati atau penggabungan dengan eritrosit sehingga pembentuka hemoglobin lebih banyak (Asterina, 2009). Sedangkan vitamin C berperan dalam membantu mempercepat penyerapan besi di dalam tubuh serta berperan dalam memindahkan besi ke dalam darah, mobilisasi simpanan besi terutama hemosiderin dalam limpa (Soemardjo, 2009 dalam Suwarni, 2013). 2. Pada penderita anemia berat bisa dilakukan Transfusi darah 3. Pemberian obat-obatan kortikosteroid yang mempengaruhi sistem imun tubuh 4. Pemberian Eritropoietin, yaitu jenis hormon yang membantu proses hematopoiesis pada sumsum tulang. G. PENCEGAHAN Untuk pencegahan penyakit anemia sebenarnya sangat mudah. seperti dengan mengkonsumsi makanan-makanan yang banyak mengandung zat besi, asam folat, vitamin b12, vitamin c. berikut ini penjelasan singkat tentang cara pencegahan anemia serta jenis-jenis makanan yang bisa membantu mencegah anemia diantaranya (Iqfadhilah, 2014) : 1. Konsumsi makanan yang banyak mengandung Zat besi Makanan yang banyak mengandung zat besi seperti daging, kacang, sayursayuran yang berwarna hijau dan lain-lain. zat besi juga sangat penting untuk wanita yang sedang menstruasi, wanita hamil dan anak-anak. 2. Konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam Folat Konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam folat seperti pisang, sayuran hijau gelap, jenis kacang-kacangan, jeruk, sereal dan lain-lain 3. Konsumsi makanan yang mengandung Vitamin B 12 dari daging dan susu 4. Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung Vitamin C Banyak sekali manfaat-manfaat Vitamin C, salah satunya yaitu bisa membantu penyerapan zat besi. jenis-jenis Makanan yang banyak mengandung vitamin C seperti buah melon, buah jeruk, dan buah beri. Selain mengkonsumsi makanan yang mengandung material pembentuk sel darah merah, untuk pencegahan diperlukan juga sebuah edukasi dimana dalam 13

masyarakat selama ini tidak memperhatikan kondisi kesehatannya karena kurang informasi terutama pada ibu hamil yang sangat beresiko anemia. Pemerintah telah melaksanakan program pemberian tablet tambah darah untuk ibu hamil, sayangnya mereka tidak patuh untuk mengkonsumsinya secara teratur karena kurangnya informasi atau pengetahuan terkait anemia. Mengenai informasi obat, pasien 72 % lupa dengan penjelasan oral oleh tenaga kesehatan. Sehingga hal lain yang tepat yaitu pemberian informasi secara tertulis dengan bahasa yang mudah dipahami dan terdapat gambar yang mempermudah pemahaman, media itu sering disebut booklet anemia (Adawiyani, 2013) H. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Gejala Umum 1) Keletihan, fatigue, kelemahan umum 2) Kulit dan membran mukosa (sklera, mukosa oral) pucat 3) Joundice pada megaloblastik dan hemolitik 4) Lidah merah dan ada lesi pada defisiensi besi 5) Ulserasi mulut (angular cheilosis) pada megaloblastik dan defisiensi besi 6) Kuku cekung, bergerigi dan memutih pada defisiensi besi b. Riwayat penggunaan obat yang mempengaruhi sumsum tulang dan metabolisme asam folat c. Riwayat penggunaan alkohol (jumlah dan lamanya) d. Riwayat keluarga e. Aktifitas atletik f. Nutrisi: Defisiensi esensial: Zat besi, asam folat, Vit B 12, Sosial ekonomi rendah dan Vegetarian ketat tanpa suplemen Vit B 12 g. Status kardiologi Kadar Hb yang rendah memacu jantung untuk memompa lebih cepat dan kuat Gejala: Takikardi, palpitasi, dispnea, pusing, orthopnea Tanda: kardiomegali, hepatomegali, Edema perifer h. Sistem pencernaan 1) Keluhan: Mual/muntah, melena, diare, anoreksia, glossitis 2) Pemeriksaan Feses: ditemukan darah 3) Kaji periode dan jumlah menstruasi pada wanita 4) Kaji penggunaan suplemen zat besi pada kehamilan i. Sistem neurologi Parestesia, ataksia, koordinasi buruk, bingung

14

2. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan komponen seluler pengangkut O2, gangguan pengikatan oksigen oleh hemoglobin b. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2 c. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan pencernaan atau ketidakmampuan mencerna/menyerap nutrisi yang penting dalam pembentukan SDM normal d. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi dan neurologi, gangguan mobilisasi, defisiensi nutrisi e. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan

dengan

berkurangnya

pengangkutan sel darah merah ke seluruh tubuh f. Kurang pengetahuan tentang anemia berhubungan dengan kurang informasi g. Konstipasi / diare b.d penurunan masukan, perubahan proses pencernaan, efek samping obat h. Resiko tinggi infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan seluler dan ketidakadekuatan pertahanan primer

15

3. Intervensi Keperawatan NO.

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi Keperawatan

1.

Keperawatan Prioritas Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi : arterial insuficiency jaringan perifer b.d keperawatan selama 2x24 a. Kaji Tanda-tanda vital b. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi sirkulasi periper. penurunan komponen jam perfusi jaringan klien (cek nadi periper, oedema, kapiler refil, temperatur ekstremitas, seluler pengangkut adekuat dengan kriteria : dan mukosa). O2, gangguan - Membran mukosa c. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan pengikatan oksigen merah muda d. Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih rendah untuk - Conjunctiva tidak oleh hemoglobin memperbaiki sirkulasi. anemis e. Monitor status cairan intake dan output - Akral hangat f. Berikan makanan yang adekuat untuk menjaga viskositas darah - TTV dalam batas g. Kolaborasi pemberian transfusi atau therapi antikoagulan normal

2.

Intoleransi

aktivitas Setelah dilakukan asuhan Terapi aktivitas :

b.d

keperawatan selama 2 x 24 a. Kaji kemampuan pasien melakukan aktivitas b. Jelaskan pada pasien manfaat aktivitas bertahap ketidakseimbangan jam Klien dapat c. Evaluasi dan motivasi keinginan pasien untuk meningktkan suplai dan kebutuhan menunjukkan toleransi aktivitas O2 terhadap d. Tetap sertakan oksigen saat aktivitas. aktivitas dgn Kriteria:

Monitoring TTV

16

-

Klien mampu aktivitas e. Pantau TTV pasien sebelum, selama, dan setelah aktivitas

-

minimal Kemampuan meningkat

-

bertahap Tidak ada

selama 3-5 menit. aktivitas secara keluhan

sesak nafas dan lelah selama -

dan

setelah

Energi manajemen f. Rencanakan aktivitas saat pasien mempunyai energi cukup untuk melakukannya. g. Bantu klien untuk istirahat setelah aktivitas. Manajemen nutrisi h. Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber-

aktivits minimal TTV normal selama dan setelah aktivitas

sumber energi Emosional support i. Berikan reinfortcemen positip bila pasien mengalami kemajuan

3.

Gangguan

nutrisi: Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi

kurang dari kebutuhan keperawatan 2 x 24 jam a. b. tubuh b.d gangguan klien menunjukan status c. pencernaan atau nutrisi adekuat dengan d. ketidakmampuan mencerna/menyerap nutrisi yang penting dalam

pembentukan

SDM normal

Kriteria:

banyak mengandung vitamin C e. Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung cukup serat untuk

-

BB stabil, Tingkat

energi

-

adekuat masukan

nutrisi

adekuat

Kaji adanya alergi makanan. Kaji makanan yang disukai oleh klien. Kolaborasi team gizi untuk penyediaan nutrisi TKTP Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisi TKTP dan

mencegah konstipasi. f. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi. Monitor Nutrisi

17

g. Monitor BB jika memungkinkan h. Monitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien makan. i. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak bersamaan dengan waktu klien makan. j. Monitor adanya mual muntah. k. Kolaborasi untuk pemberian terapi sesuai order l. Monitor adanya gangguan dalam input makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb. m. Monitor intake nutrisi dan kalori. n. Monitor kadar energi, kelemahan dan kelelahan.

18

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Anemia adalah penyakit darah dengan jumlah hemoglobin dalam sel darah merah atau eritrosit kurang dari batas normal. Hal ini dapat disebabkan karena perdarahan, hemolisis atau gangguan pada pusat produksi sel darah merah yaitu fungsi sumsum tulang. Anemia biasanya ditandai dengan kulit, mukosa pucat, mudah lelah, sakit kepala dan irama jantung tidak teratur. Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab anemia atau morfologi sel darah merah. penanganan anemia dapat diperbaiki dengan perbaikan asupan makanan, obatobatan atau transfusi darah. Diagnosa keperawatan yang sering muncul dan menjadi prioritas anemia yaitu gangguan perfusi jaringan, intoleransi aktivitas, dan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. B. SARAN Makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu diharapkan pembaca dan penulis dapat mencari dan melengkapi materi anemia dalam makalah ini lebih lengkap, sistematis dan mendalam.

19

DAFTAR PUSTAKA Adawiyani, R. 2013. Pengaruh Pemberian Booklet Anemia terhadap Pengetahuan, Kepatuhan minum Tablet Tambah Darah dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol. 2 No. 2 (2013). Bakta, I. M., 2009. Pendekatan terhadap Pasien Anemia. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing, pp.1109-1115. Indahswari, dkk. 2013. Hubungan Pola Konsumsi Dengan Kejadian Anemia Pada Wanita Prakonsepsi Di Kecamatan Ujung Tanah Dan Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Universitas Hasanuddin. IqFadhilah. 2014. Penyakit Anemia, Gejala, Penyebab dan Cara Pencegahan. Diakses pada

26

maret

http://www.idmedis.com/2014/03/Penyakit-Anemia-Gejala-

penyebab-dan-cara-pencegahan.html Kaushansky, K. et al., 2010. Clinical Manifestations and Classification of Erythrocyte Disorders. In: Williams Hematology. 8th ed.McGraw-Hill. Putrihantini & Erawati. 2011. Hubungan Antara Kejadian Anemia Dengan Kemampuan Kognitif Anak Usia Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri (Sdn) Susukan 04 Ungaran Timur. Jurnal Keperawatan Anak . Volume 1, No. 2, November 2013; 99-103 Anonim. 2011. Diakses pada 26 Maret 2016, dari:http://dokumen.tips/documents /patofisiologi-anemia-55b07c105ed29.html Suwarni, S. 2013. Pengaruh Pemberian Suplemen Besi dan Vitamin C Terhadap Daya Tahan Aerob dan Kadar Hemoglobin. Diakses pada 29 Maret 2016, dari:jurnal.pasca.uns.ac.id/index.php/pdpk/article/download/441/284 Asterina, dkk. 2009. Pengaruh Pemberian Fe + Vitamin A Terhadap Peningkatan Hemoglobin Pada Anak Usia Sekolah Yang Mengalami Anemia Di Sd 42 Beringin Kelurahan Air Dingin Padang Tahun 2009. Diakses pada 29 Maret 2016, dari: http://repository.unand.ac.id/162/1/Asterina_Ms,_Artikel.pdf

20

Nurhidayati, R.D. 2013. Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia Pada Ibu Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Yulianasari, A.I. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Remaja Dan Dewasa Di Dki Jakarta Tahun 2007. Institut Pertanian Bogor.

21

Related Documents

Anemia
February 2021 1
Anemia
February 2021 5
Lp Anemia
January 2021 1
Diskusi Anemia
February 2021 0
Askep Anemia
February 2021 0
Lp Anemia
January 2021 1

More Documents from "Aiiuu Pinkerz"

At3mggjc37kcee
February 2021 0
Narxawaaqbaj
February 2021 1
Icflawaaqbaj
February 2021 1
Anemia
February 2021 5