Askep Anak Apendisitis

  • Uploaded by: Kartika Wahyuni
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Anak Apendisitis as PDF for free.

More details

  • Words: 2,847
  • Pages: 20
Loading documents preview...
BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum ( cecum ). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segara untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. ( wim de jong et al. 2005 ) Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (apendisitis) (Suzanne, 2001). Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan (Mansjoer, 2000). Apendisitis, penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen, adalah penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka , pria lebih sering dipengaruhi daripada wanita, dan remaja lebih sering pada orang dewasa. Meskipun ini dapat terjadi pada usia berapa pun, apendisitis paling sering antara usia 10 dan 30 tahun (Suzanne, 2002).

B. Klasifikasi Klasifikasi Apendisitis ada 3 : 1. Apendisitis akut radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum local 2. Apendisitis rekrens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut. 3. Appendistis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik ( fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan

parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik ), dan keluhan menghilang setelah apendiktomi

C. Etiologi Terjadinya apendistis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun apendiks menghasilkan lender 1 – 2 ml per hari yang normanya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke kesekum. Hambatan aliran lender kemuara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis. Selain itu hiperplasi limfe, tumor apendiks dan cacing askaris dapat pula menyebabkan penyumbatan.

D. Manifestasi Klinik -

Nyeri kuadran bawah

-

Demam ringan

-

Mual – muntah

-

Hilangnya nafsu makan

-

Nyeri tekan local pada titik Mc. Burney

-

Nyeri tekan lepas ( hasilnya atau intensitasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan )

-

Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpoasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksimal menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan bawah

-

Distensi abdomen akibat ileus paralitik

-

Kondisi pasien memburuk

D. Patofisiologi Pathway Apendisitis Invasi dan multiplikasi bakteri

APPENDICITIS

Hipertermi

Febris

Peradangan pada jaringan

Kerusakan control suhu terhadap inflamsi

Secresi mucus berlebih pada lumen apendik

Operasi Luka incisi

Ansietas Apendic teregang

Kerusakan jaringan

Ujung saraf terputus

Pelepasan prostagladin

Stimulasi dihantaran

Spinal cord

Cortex cerebri

Pintu masuk kuman

Resiko infeksi

Kerusakan integritas jaringan Spasme dinding apendik

Nyeri

Tekanan intraluminal lebih dari tekanan vena Hypoxia jaringan apendic

Nyeri di persepsikan ulcerasia Resiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal

Ansietas

Perforasi

Reflek batuk  Akumulasi secret  peristaltic usus

Depresi system resperasi Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Distensi abdomen Gangguan rasa nyaman

Anorexia

Risiko kekurangan volume

Mual dan muntah

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Keterangan

:

:

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut. Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi. Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis. Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.

E. Komplikasi Komplikasi dari penyakit apendisitis menurut smeltzer & Bare, 2001 adalah : 1. Perforasi apendiks, disebabkan ketelambatan penanganan terhadap pasien apendisits akut. 2. Peritonitis local, disebabkan oleh mikroperforasi sementara peritonitis umum dikarenakan telah terjadi perforasi yang nyata. 3. Abses apendiks, akibat perforasi yang bersifat local dapat terjadi saat infeksi periapendikal diliputi oleh omentum dan viseral yang berdekatan

F. Penunjang diagnostik 1. Test Rectal Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi. 2. Pemeriksaan Laboratorium Leukosit meningkat lebih 12.000/mm3, neutrofil menungkat sampai 75% sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang pada appendicitis akut dan perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi. a. Hb (hemoglobin) nampak normal b. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis infiltrat c. Urine penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal. 3. Pemeriksaan Radiologi Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa appendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut : a. Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan b. Kadang ada fekolit (sumbatan) c. Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma 4. Foto Abdomen Dapat menyatakan adanya pergeseran material dari apendiks (fekalit), ileus terlokalisir.

G. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada pasien apendisitisis ditulis oleh harnawatiaj, 2008 : 1.

Penatalaksanaan Keperawatan pre operasi Penderita di observasi, istirahat dalam posisi semifowler, sebelum operasi

klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis.Disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang pristiwa yang akan dialami setelah di operasi dan diberikan latihan fisik ( pernapasan dalam, gerakan kaki dan duduk ) untuk digunakan dalam periode post operatif. 2.

Penatalaksanaan medis yang dilakukan pada klien dengan apendisitis adalah :

a.

Apendektomi ( pembedahan untuk mengangkat apendiks ) dilakukan

sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparaskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. b. c.

Antibiotik dan cairan IV dapat diberikan sampai pembedahan dilakukan Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan dan setelah

operasi. 3.

Penatalaksanaan keperawataan pasca operasi Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya

perdarahan di dalam, syok, hipertermi, baringkan klien dalam posisi semifowler untuk mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen, berikan minum secara bertahap setelah klien di puasakan, pemberian antibiotik, pemberian analgetik, pemberian cairan intravena dapat diberikan sesuai indikasi, berikan makanan yang lunak, anjurkan klien untuk mobilisasi miring kiri dan kanan, lakukan perawatan luka setelah 3 hari.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN APENDISITIS

A. Pengkajian Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan klien yang memungkinkan perawat asuhan keperawatan kepada klien. a. Identitas Pasien Yaitu : mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.

b. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terus-menerus. Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan muntah, panas. b. Riwayat Penyakit Dahulu Kemungkinan klien pernah menderita atau mengalami gangguan pencernaan, kebiasaan klien kurang mengkonsumsi makanan yang berserat, sering mengalami gangguan BAB seperti konstipasi. c. Riwayat Penyakit Sekarang Biasanya klien mengeluh nyeri perut dikuadran kanan bawah, mual, muantah, anorexia dan demam. Pada klien post operasi ditemukan nyeri pada luka operasi, klien merasa lemah, Pemulihan kesadaran. d. Riwayat Penyakit Keluarga Appendicitis bukan merupakan penyakit keturunan atau penyakit menular seperi penyakit lainya.

e. Pemeriksaan Fisik 1. Kulit 

Warna Kulit



Tekstur Kulit

2. Kuku 

Keadaan Kuku



Warna

3. Kepala 

Bentuk kepala



Kelainan



Keadaan Rambut



Kulit Kepala

4. Mata 

Sklera



Konjungtiva



Refleks cahaya



Pupil



Kelainan

5. Hidung 

Fungsi penciuman



Bentuk



Serumen



Kelainan

6. Telinga 

Fungsi pendengaran



Bentuk



Keadaan

7. Mulut 

Fungsi pengecap



Kebersihan gigi



Kelainan bibir

8. Dada dan paru – paru 

Bentuk



Frekuensi Napas

9. Abdomen 

Nyeri tekan

10. Genetalia 

Keadaan rectum

11. Kekuataan otot 

Reflek bisep



Reflek trisep



Reflek patella

B. Diagnosa Keperawatan a. Infeksi, resiko tinggi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi atau ruptur pada apendiks, peritonitis, pembentukan abses. b. Kekurangan volume cairan, berhubungan dengan muntah pra operasi, pembatasan pasca operasi. c. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi bedah. d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perjalanan penyakit.

C. Intervensi Keperawatan Diagnosa I Intervensi -

Awasi tanda vital, perhatikan

Rasional -

demam, menggigil, berkeringat,

Dugaan adanya infeksi atau terjadinya sepsis, abses, peritonitis

perubahan mental, meningkatkan nyeri abdomen -

Lakukan pencucian tangan yang

-

baik dan perawatan luka aseptik -

Lihat insisi dan balutan

Menurunkan resiko penyebaran penyakit atau bakteri

-

Memberikan deteksi dini terjadi nya proses infeksi dan pengawasan penyembuhan peritonitis yang telah ada sebelumnya.

Diagnosa II

Intervensi -

Awasi tekanan darah dan nadi

Rasional -

Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intra vaskuler

-

Lihat membran mukosa, kaji turgorkulit dan pengisian kapiler

-

Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler

Awasi masukan dan haluaran; catat -

Penurunan haluaran urin pekat

warna urin atau konsentrasi, berat

dengan peningkatan berat jenis di

jenis

duga dehidrasi atau kebutuhan peningkatan cairan.

Diagnosa III Intervensi -

Rasional

Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristikberatnya (skala 0-10)

Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan

-

Pertahankan istirahat dengan posisi semi-fowler

Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis, menghilang-kan tegangan abdomen

-

Dorong ambulasi dini

-

Meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh merangsang peristaltik dan kelancaran flatus, menurunkan ketidaknyamanan abdomen.

Diagnosa IV Intervensi -

Kaji ulang pembatasan aktivitas

Rasional -

pasca operasi

Memberikan inflamasi pada pasien untuk merencanakan rutinitas biasa tanpa menimbulkan masalah

-

Dorong aktivitas sesuai tolerasi

-

Mencegah kelemahan,

dengan periode istirahat periodik

meningkatkan penyembuhan dan perasaan sehat

-

Anjurkan menggunakan laksatif atau pelembek feses ringan bila perlu dan hindari enema

-

Membantu kembali ke fungsi usus semula

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “An. M” DENGAN DIAGNOSA APENDISITIS

1.1 PENGKAJIAN 1. Biodata a. Idantitas Pasien Nama

: An. M

Umur

: 16 tahun

Jenis Kelamin

: laki - laki

Suku / Bangsa

: Indonesia

Agama

: Islam

Tgl MRS

: 21 Juli 2014

No RM

: 122108

Alamat

: Jl Gotong Royong Rt 29 Rw 08

b. Identitas Penanggung Jawab Nama

: Tn. S

Umur

: 51 tahun

Jenis Kelamin

: Laki – Laki

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pns

Hub dengan Pasien : Anak Alamat

: Jl Gotong Royong Rt 29 Rw 08

2. Keluhan Utama Klien mengatakan nyeri perut sebelah kanan sejak 30 menit sebelum masuk rumah sakit dan di sertai mual.

3. Riwayat Keshatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang Klien datang dengan orang tuanya ke Rs. Bhayangkara Palembang melalui IGD Pada tanggal 21 Juli 2014 17.00 dengan nyeri perut sebelah kanan sejak 30 menit sebelum masuk rumah sakit dan di sertai mual.

b. Riwayat Kesehatan Lalu Klien pernah mengeluh seperti ini beberapa bulan yang lalu. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Didalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit apendisitis. .

4. Keadaan Umum a. Tingkat Kesadaran

: Compos Metis

b. Tanda – Tanda Vital 

Tekanan Darah

: 120 / 80 mmHg



Suhu

: 36 ◦c



Nadi

: 90 x/ menit



Respirasi

: 24 x/ menit

c. Penampilan umum

: Pasien terlihat menahan sakit perut.

5. Pemeriksaan Fisik 1. Kulit 

Warna Kulit

: Sawo matang



Tekstur Kulit

: lembab



Keadaan Kuku

: Bersih



Warna

: Putih



Bentuk kepala

: Simetris



Kelainan

: Tidak ada kelainan



Keadaan Rambut

: Bersih



Kulit Kepala

: Bersih



Sklera

: Anikterik



Konjungtiva

: Ananemis



Refleks cahaya

: Normal, ditandai pada saat dilakukan

2. Kuku

3. Kepala

4. Mata

reflek cahaya mata pasien langsung berkedip.



Pupil

: Normal, ditandai ketika ada cahaya

pupil mengecil 

Kelainan

: Tidak ada



Fungsi penciuman

: Normal



Bentuk

: Simetris



Serumen

: Sedikit



Kelainan

: Tidak ada

Fungsi pendengaran

: Normal, ditandai bisa mendengar

5. Hidung

6. Telinga 

pertanyaan. 

Bentuk

: Sismetris



Keadaan

: Bersih



Fungsi pengecap

: Normal



Kebersihan gigi

: Bersih



Kelainan bibir :

Tidak ada

7. Mulut

8. Dada dan paru – paru 

Bentuk

: Simetris



Frekuensi Napas

: 24 x/menit

9. Abdomen 

Nyeri tekan

: Tidak ada

10. Genetalia 

Keadaan rectum

: Bersih

11. Kekuataan otot 

Reflek bisep

: Normal, ditandai pada saat diperiksa

dengan reflek hammer ada pergerakan. 

Reflek trisep

: Normal, ditandai pada saat diperiksa

dengan reflek hammer terjadi pergerakan. 

Reflek patella : Normal, ditandai pada saat diperiksa dengan reflek hammer terjadi pergerakan.

12. Aktivitas Sehari – hari

No. Jenis Aktuvitas 1.

Saat Sehat / Di Rumah Saat Sakit / Di RS

Nutrisi 

Frekuensi

3 x 1 sehari

3 x 1 hari



Jenis makanan

nasi putih + Lauk pauk

Bubur

+ sayur 

Porsi makanan

1 porsi

1/2 dari porsi yang disediakan



2.

3.

4.

Kesulitan

-

-

Minum 

Jenis air minum

Mineral / air putih

Air putih



Frekuensi

8 gelas

< 8 gelas



Kesulitan

-

-

Dengan Handuk

Personal hygiene 

Frekuensi mandi

3 x 1 sehari



Sikat gigi

2

x 1 sehari



Frekuensi keramas

2

x 1 sehari

Eliminasi A. Eliminasi fecal 

Warna urine

Kuning

Kuning



Konsistensi urine

Lembek

Lembek



Kelainan

-

-

B. Euminasi urine

5.



Warna urine

Kuning

Kuning



Konsintensi urine

Jernih

Jernih



Kelainan

-

-

Istirahat / tidur



Mulai tidur

21.00

23.00



Lamanya tidur

8 jam

6 jam



Sering terjaga

-

Sering

dikarenan

nyeri di perut serta mual dan muntah

13. Pemeriksaan Penunjang 1.

Laboratorium No 1.

Tanggal Kamis, 21 Juli

Jenis

Hasil

Pemeriksaan HB

13,7

Nilai Normal L = 14 -16 G/dl P = 12 – 14 g/dl

2014 Leokosit

20.800

5.000-10.000/ul

Trombosit

311.000

150.000 – 400.00 /ul

Hematokrit

39 %

L = 40 – 48 % P = 40 – 45 %

2.

Basofil

0

0 – 1%

Eosinofil

0

1–3%

Batang

1

2–6%

Segmen

83

50 – 70 %

Limfosit

14

20 – 40 %

Monosit

2

2–8%

Program terapi yang diberikan Infus RL + 1 ampl ketrolac gtt 20 x/menit Metronidazole fluid 2 x 1

Injeksi Intra vena 1. Ceftrixone 2 x 1 gr

6. Analisa Data No. 1.

Data DS:

Klien mengatakan mual

Etiologi

Problem

Menurun peristaltic

Risiko

usus

Kekurangan



Volume Cairan

dan muntah DO: -

Klien tampak mual dan muntah

Distensi abdomen

-

Klien tampak pucat

-

TTV

 Gangguan rasa

T = 120 / 80 mmHg

nyaman 

RR = 24 x/mnt S

= 36 ˚C

Mual dan muntah

N = 90 x/mnt

 Risiko kekurangan volume

7. Masalah Keperawatan 1. Kekurangan volume cairan

8. Prioritas Masalah 1. Kekuranagn volume cairan

9. Diagnosa Keperawatan 1. Risiko Kekurangan volume cairan, berhubungan dengan muntah pra operasi, pembatasan pasca operasi.

2. Intervensi Keperawatan

No 1.

Diagnosa

Tujuan/Kriteria

Keperawatan

Hasil

Risiko Kekurangan Mempertahankan volume berhubungan

Intervensi -

Mengkaji

cairan, keseimbangan cairan Tekanan darah dibuktikan oleh .

dengan muntah pra kelembaban

Rasional -

Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume

operasi, pembatasan membrane mukosa, pasca operasi.

intra vaskuler

tugor kulit baik, tanda-tanda vital dan-

Lihat membran

Indikator

secara individual

mukosa, kaji

keadekuatan

haluaran.

turgor kulit dan

sirkulasi perifer

pengisian kapiler

dan hidrasi seluler

Awasi masukan

Penurunan haluaran

dan haluaran; catat urin pekat dengan warna urin atau

peningkatan berat

konsentrasi, berat

jenis di duga

jenis

dehidrasi atau kebutuhan peningkatan cairan

Beri cairan sedikit Untuk demi sedikt

meminimalkan cairan yang hilang

1. Evaluasi dan Implemantasi Keperawatan No

Tanggal

Dx

Implementasi

Evaluasi

Keperawatan 1

22 2014

Juli Risiko

- Mengakaji TTv

Kekurangan volume

cairan,

mengeluh - Memperhatikan

berhubungan

membran mukosa,

dengan

muntah

kaji turgor kulit.

pra

operasi,

pembatasan pasca operasi.

S : Klien masih mual

dan muntah

O

:

Klien

tampak pucat - Mengajarkan klien

utuk

terlihat

memberikan cairan

masih

sedikit

demi sedikit

Klien masih

terbaring -

Wajah klien

Paraf

tampak pucat

T

=

120/80

mmHg N

= 90 x/mnt

R

= 24 x/mnt

S

= 36 ◦C

A

: Masalah

belum teratasi

P

:

Intervensi

dilanjutkan

DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan Mesentha Medica, Jakarta. Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI Price, SA. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC

Related Documents

Askep Anak Apendisitis
January 2021 0
Apendisitis Pada Anak
February 2021 3
Askep Anak Kejang Demam
January 2021 0
Askep Anak Sehat
January 2021 0
Askep Anak Bronkopneumonia
February 2021 0

More Documents from "andita"