Askep Dengue Syock Syndrome

  • Uploaded by: Bayu Cahyo Oktafian
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Dengue Syock Syndrome as PDF for free.

More details

  • Words: 9,536
  • Pages: 94
Loading documents preview...
1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dengue Shock Syndrom merupakan sindroma syok yang terjadi pada penderita Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) atau Demam Berdarah Dengue. Dengue Syock Syndrome bukan saja merupakan suatu permasalahan kesehatan yang menyebar luas dan tiba-tiba, tetapi juga merupakan suatu permasalahan klinis, karena 30-50 % berdasarkan buku tentang penyakit infeksi tropik pada anak oleh Rampengan, penderita Demam Berdarah Dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan suatu kematian terutama bila tidak ditangani secara dini dan adekuat. Suatu penelitian di Jakarta oleh Sumarmo (1973-1978) mendapatkan bahwa penderita DSS terutama pada golongan umur 1-4 tahun (46,5%), sedangkan wong (1973) dari singapir melaporkan pada umur 5-10 tahun dan dimanado terutama di jumpai pada umur 6-8 tahun kemudian pada tahun 1983 didapatkan terbanyak pada umur 4-6 tahun. Tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin tetapi kematian lebih banyak di temukan pada anak perempuan dari pada anak laki-laki. Jumlah penderita DBD/DHF yang mengalami renjatan berkisar antara 25-65%, di mana Sumarmo dkk. (1985) mendapatkan 63%, Kho dkk. (1979) melaporkan 50%. Rampengan (1986) melaporkan 59,4% sedangkan WHO

2

(1973) melaporkan 65,45% dari seluruh penderita demam berdarah dengue yang di rawat. Di sinilah peran tim medis, terutama perawat yang berhadapan langsung dengan pasien sangat di perlukan untuk mengatasi hal di atas. Mengingat masalah tersebut

di atas, maka penulis tertarik untuk

mengangkat kasus DSS ini ke dalam satu bentuk laporan kasus “ Asuhan Keperawatan pada Anak E dengan Gangguan Sistem Hematologi : Dengue Syok Syndrom di Unit Santo Yohanes RSSA Pontianak dengan maksud dan tujuan penulis dapat berinteraksi dengan pendekatan

proses keperawatan langsung

kepada pasien DSS / DHF.

B. Ruang Lingkup Dalam laporan kasus ini penulis hanya memfokuskan Asuhan Keperawatan pada An.E dengan Gangguan System Hematologi : Dengue Shock Syndrom ( DSS ) di Unit Santo Yohanes Bed 249/3. Pemberian ASKEP ini berlangsung selama 3 hari dari mulai tanggal 17-19 Juli 2006, yang meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi serta evaluasi.

C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah :

3

1. Mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan asuhan keperawatan pada An. E dengan Gangguan Sistem Hematologi : Dengue Shock Syndrom ( DSS ). 2. Membandingkan antara landasan teori dan fakta lapangan sehingga mampu menghasilkan respon yang positif sesuai dengan prinsip keperawatan. 3. Meningkatkan kemampuan perawat dalam menciptakan hubungan terapeutik dilingkungan rumah sakit dan masyarakat pada umumnya. 4. Meningkatkan pengetahuan penulis secara teoritis mengenai penyakit Dengue Syock Syndrome.

D. Metode Penulisan  Study kepustakaan dengan berbagai sumber buku yang mengambarkan bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan Dengue Shock Syndrom ( DSS ).  Study kasus dengan melakukan pengkajian langsung kepada pasien yang mengalami penyakit Dengue Shock Syndrom ( DSS ), dengan melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi : inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi  Pengamatan dan perawatan langsung pada pasien yang bekerjasama dengan tim medis lainnya.

4

E. Sistematika Penulisan Laporan kasus ini di susun secara sistematika sebagai berikut : BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Tujuan Penulisan C. Metode Penulisan D. Sistematika Penulisan BAB II Landasan Teoritis A. Konsep Dasar Medik yang terdiri dari : definisi, anatomi dan fisiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, laboratorium, diagnosis, penatalaksanaan medis, prognosa B. Konsep Dasar Kepeawatan yang terdiri dari : pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan C. Patoflow BAB III Pengamatan Kasus Pada bab ini menguraikan tentang pengkajian keperawatan, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi serta evaluasi BAB IV Pembahasan Kasus Pembahasan kasus ini menguraikan tentang pembahasan mengenai perbandingan antara teori dan kasus langsung dilapangan . BAB V Penutup A. Kesimpulan

5

B. Saran Lampiran-lampiran Daftar Pustaka Daftar Riwayat Hidup

6

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medis 1. Definisi Dengue shock syndrome ( DSS ) adalah sindromo syok yang terjadi pada penderita dengue hemorrhagic fever (DHF) atau demam berdarah dengue ( dr. T.H Rampengan, DSAK dan dr. I.R Laurentz, DSA, Penyakit Infeksi Tropik pada Anak, 1993 ).

2. Anatomi dan Fisiologi Darah terdiri dari elemen-elemen berbentuk dari plasma dalam jumlah setara. Elemen-elemen berbentuk tersebut adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping-keping darah (trombosit) plasma terdiri dari

900 air dan 100 berupa elektrolit gas terlarut berbagai produk sisa

metabolisme dan zat gizi misalnya gula, asam amino lemak, kolestrol, protein dalam darah misalnya albumin. Plasma darah Plasma darah terdiri dari : Albumin fungsinya adalah:

7

1. Menghasilkan tekanan osmaotik pada membran kapiler, yang mencegah cairan plasma merembes keluar dari kapiler untuk memasuki

ruang

interstitial. 2. Mempertahankan stabilitas suspensi darah. 3. Mengikat hormon dan enzim dalam darah. Globulin Merupakan fraksi yang tersusun atas mukoprotein, logam dan gama globulin. Globulin terbagi atas: 1. Alfa globulin 2. Beta globulin 3. Gama globulin Fungsinya adalah: 1. Mengikat zat lain 2. Mengangkut protein 3. Sebagai zat yang bereaksi dengan zat yang lain 4. Memegang peranan penting dalam proteksi tubuh terhadap infeksi dan toksisitas. Protein plasma Fungsinya: 1. Untuk pertukaran cairan 2. Menghasilkan tekanan osmotik darah 3. Sebagai penyangga darah

8

4. Cadangan protein tubuh 5. Alat pengangkut. Sel darah Sel darah terdiri dari: 1. Eritrosit 2. Leukosit 3. Trombosit Sel darah merah Struktur terdiri dari asam amino yang merupakan senyawa protein. Jumlah sel

darah merah 5.000.000 sel darah setiap mm 3, sel darah merah

diproduksi di sum-sum tulang tulang pendek, umur eritrosit rata-rata 115 hari. HB Adalah protein yang kaya akan zat besi, memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen. Karena adanya oksigen ia mampu membentuk axihemoglobin di dalam sel darah merah. Sel darah putih/leukosit 1. Granulosit atau polimorfonular, 75 % dari seluruh sel darah putih. Sel darah putih dibentuk dalam sumsum tulang, yang berisi sebuah nukleus yang berbelah banyak dan protoplasmanya berbutir 2. Sel neutrofil, tampak berwarna ungu 3. Sel eusinofil, tampak berwarna merah 4. Sel basofil, berwarna biru

9

5. Lymphosit 6. Monosit, mempunyai sifat fagosit. Fungsi utama leukosit Granulosit

dan

monosit

mempunyai

peranan

penting

dalam

perlindungan badan terhadap mikro organisme. Fungsi lymphosit diperkirakan sebagai pembentuk antibodi. Trombosit Trombosit adalah sel kecil kira-kira 1/3 ukuran sel darah merah. Terdapat 300.000 trombosit dalam setiap mm3 darah. Peranannya penting dalam proses pembekuan darah. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat gambar penampang darah berikut ini :

10

3. Etiologi  Trombositopenia hebat, dimana trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa renjatan.  Gangguan fungsitrombosit  Lelainan sistem koaguiasi, masa tromboplastin partial, masa protrombin memanjang sedangkan sebagian besar penderita didapatkan masa trombin normal. Beberapa faktor pembekuan menurun, termaksuk faktor II, V, VII, IX, X dan fibrinogen  Pembekuan intravaskuler yang meluas ( disseminated intravasculer coagulation =DIC )

4. Patofisiologis Patofisiologi yang terutama pada dengue shock syndrome ialah terjadinya peninggian permeabilitas dinding pembuluh darah yang mendadak dengan akibat terjadinya perembasan plasma dan elektroit melalui endotel dinding pembuluh darah dan masuk kedalam ruang interstial, sehingga menyebabkan hipotensi, hemokonsentrasi, hipopeoteinemia dan efusi cairan ke rongga serosa. Pada penderita dengan renjatan berat maka volume plasma dapat berkurang sampai kurang lebih 30% dapat berlangsung selama 24-28 jam. Renjatan hipovolemi ini bila tidak segera di atasi maka dapat mengakibatkan anoksia jaringan, asidosis metabolik sehingga terjadi pergeseran ion kalium intraselulrer ke ekstraseluler. Mekanisme ini di ikuti pula dengan penurunan kontraksi otot jantung dan venous

11

pooling sehingga lebih lanjut akan memperberat renjatan. Sebab lain kematian penderita DSS ialah pendarahan hebat saluran pencernaan yang biasa timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak diatasi adekuat. Pada masa dini DBD, peranan dic tidak menonjol dibandingkan perembasan plasma. Namun apa bila penyakit memburuk sehingga terjadi renjatan dan metabolik asidosis, maka renjatan akan mempercepat dic sehingga peranannya menonjol. Renjatan dan DIC akan saling mempengaruhi sehingga akan terjadi renjatan yang ireversibal di sertai pendarahan hebat pada organ-organ vital dan berakhir dengan kematian.

5. Tanda dan Gejala 1). Merupakan demam berdarah dengue derajat III dan IV atau demam berdarah dengue dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai tingkat renjatan. 2). Terjadinya renjatan pada DBD biasanya terjadinya pada saat atau setelah demam memurun diantaranya hari ke-3, dan ke-7 bahkan renjatan dapat terjadi pada hari ke-10. 3). Menurut Wong : renjatan terjadi pada hari ke-5 adalah 39%, hari ke-4 (23,5%). Menurut Surmarmo : renjatan terjadi pada hari ke-5 adalah 39,2 %dan pada ke-4 adalah 25 %. 4). Renjatan yang terjadi pada saat demam mulai turun dapat diterangkan dengan hipotese

meningkatnya

Enhancedment Hypothesis).

reaksi

imunologis

(

The

Immunological

12

Manifestasi klinik renjatan pada anak terdiri atas: 1) Kulit pucat, dingin, dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan hidung. 2) Anak semula rewel, cengeng, dan gelisah lambat- laun kesadarannya menurun menjadi apti, sopor dan koma. 3) Perubahan nadi baik frekuensi maupun amplitudonya 4) Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang 5) Tekanan sistolik menurun menjadi 80 mmHg atau kurang 6) Oliguria sampai anuria 7) Panas : 100 % peneliti melaporkan penderita DSS didahului oleh adanya panas. a. Menurut Sumarmo : suhu pada penderita DSS terendah adalah 36,20C dan tertimggi 40,80C. Ternyata penderita DSS banyak di jumpai pada suhu sekitar 370C adalah 45,65 %. b. Menurut Rampengan dari hasil evaluasi penderita DSS yang dirawat ternyata terbanyak pada suhu 38-390C. Panas mempunyai nilai prognostik pada penderita DSS, bila renjatan terjadi pada suhu tubuh yang lebih dari 390C, maka tingkat prognose akan menjadi lebih jelek. 8) Hepatomegali : di Indonesia ( Jakarta ) dilaporkan 89 %, Semarang 65,9 % dan di Cuba 62 %. Terdapat korelasi antara persentase hepatomegali dengan derajat berat penyakit tetapi pembesaran hati tidak sejajar dengan

13

beratnya penyakit, dengan kata lain pembesaran hati pada penderita DBD derajat IV tidak selalu lebih besar dari penderita DBD derajat II. 9) Perdarahan : bervariasi yang paling ringat adalah uji torniquet positif maupun perdarahan spontan yangb berupa petekia dengan lokalisasi biasanya tersebar ke seluruh tubuh, yang paling sering adalah anggota gerak bawah, muka dan axilla. Ekimosis, epistaxis, perdarahan gusi, saluran pencernaan berupa hematemesis atau melena. 10) Nyeri perut : keluhan yang timbul sebeklum renjatan, sehingga banyak para ahali menganjurkan untuk waspada akan adanya gejala nyeri perut ini, apalagi jika berat, karena sering kali mendahului terjadinya perdarahan dalam saluran pencernaan. Nyeri perut ini terjadi didaerah epigastrium. 11) Anorexia : menurut Partana dkk ( 1981 ), kembalinya napsu makan dapat dipakai sebagai tanda bahwa penderita sudah sembuh. 12) Muntah-muntah 13) Diare / obstipasi 14) Kejang-kejang 15) Pleural efusion : kurang lebih ¾ kasus DSS ditemukan adanya bendungan pembuluh darah paru ( pulmonari vascular congestion ) dengan efusi pleura terutama pada paru sebelah kanan. 16) Asxites 17) Cefalgia 18) Gambaran EKG yang abnormal

14

Berdasarkan gangguan sirkulasi di atas, maka sebagian para ahli membagi renjatan diatas ke dalam : a) Renjatan berat ( profound shock ) ialah renjatan yang ditandai oleh tekanan darah yang tidak dapat diukur dan nadi tidak dapat diraba. b) Renjatan sedang ialah tekanan nadi menurun 20 mmHg atau lebih dan atau tekanan darah sistolik kurang atau sama dengan 80 mmHg. c) Renjatan ringan ialah tekanan sistolik mulai menurun, dimanan tekanan diastolic tetap normal atau sedikit rendah. Sedangkan Munir dan Rampengan ( 1984 ) membagi renjatan menjadi : a) Syock ringan / tingkat 1 ( impending shock ) yaitu gejala dan tanda-tanda shock yang disertai menyempitnya tekanan nadi menjadi 20 mmHg. b) Syock sedang / tingkat 2 ( moderate shock ) yaitu = tingkat 1 ditambah dengan tekanan nadi menjadi < 20 mmHg, tetapi belum sampai nol, disertai dengan menurunnya tekanan sistolik menjadi < 80 mmHg, tetapi belum sampai nol. c) Syock berat / tingkat 3 ( profound shock ) yaitu tekanan darah yang tidak terukur / nol, tetapi belum ada sianosis / asidosis. d) Syock sangat berat / tingkat 4 ( moribund shock ) yaitu tekanan darah yang tidak terukur lagi disertai dengan sianosis dan asidosis.

6. Laboratorium

15

Hasil Pemeriksaan : 1) Hemokonsentrasi, yaitu terjadi peninggian nilai hematokrit > 20 %. Meningginya hematokrit sangat berhubungan dengan beratnya renjatan. Hemokonsentrasi selalu mendahului perubahan tekanan darah dan nadi, oleh karena itu pemeriksaan hematokrit secara berkala dapat menentukan saat yang tepat untuk mengurangi atau menghentikan pemberian cairan parenteral atau saat pemberian darah. 2) Trombositopenia, batasan yang diambil ialah bila terjadi penurunan trmbosit di bawah dari 100.000 / mm3, penurunan trombosit berkorelasi dengan beratnya penyakit dengan beratnya perdarahan. 3) Sediaan hapus darah tepi, terdapat fragmentosit yang menandakan terjadinya hemolisis 4) Sumsum tulang, terdapat hipoplasi system eritropoitik yang disertai hiperplasi system RE dan terdapatnya makrofag dengan fagositosis daripada bermacam-macam jenis sel. Kelainan elektrolit : Hiponatremia : kadar natrium dalam darah 135 mEq/l. Menurut Varavithnya dkk ( 1973 ) 75 % penderita DSS terdapat hiponatremia. Terjadi karena beberapa factor, yaitu kebocoran plasma, anorexia, keluarnya keringat, muntah dan intake yang kurang. Selain itu deplesi garam akibat metabolisme yang meningkat selama demam dan eksresi urin yang berkurang

16

Hiperkalemia Hipoloremia ringan Asidosis metabolic ringan dengan alkalosis kompensatoar Osmolalitas plasma sangat menurun 5) Tekanan colloid oncotic menurun 6) Protein plasma sangat menurun 7) Serum transaminase sedikit meninggi

7. Diagnosis Hingga kini diagnosis DBD / DSS masih berdasarkan atas patokan yang telah dirumuskan oleh WHO pada tahun 1975 yang terdiri dari 4 kriteria klinik dan 2 kriteria laboratorik dengan syarat bila kriteria laboratorik terpenuhi ditambah minimal 2 kriteria klinik ( satu diantaranya ialah panas ), seperti yang telah diuraikan diatas. Derajat I dan II disebut DHF / DBD tanpa renjatan, sedangkan derajat III dan IV disebut DHF / DBD dengan renjatan atau DSS. Wong dkk ( 1973 ) juga mengemukakan beberapa tanda dan gejala yang perlu diperhatikan dalam diagnosis klinik penderita dengue shock syndrome, yaitu: 1. Clouding of sensorium 2. Tanda-tanda hipovolemia, seperti akral dingin, tekanan darah menurun 3. Nyeri perut

17

4. Tanda -tanda pendarahan di luar kulit, dalam hal ini seperti epistaksis, hematemesis, malena, hematuri, dan hemoptisis. 5. Tombositopenia berat 6. Adanya pleural efusion pada toraks foto 7. Tanda-tanda miokarditis pada EKG

8. Penatalaksanaan Medis Penanganan renjatan pada penderita DBD merupakan suatu masalah yang sangat penting diperhatikan, oleh karena angka kematian akan meninggi bila renjatan tidak ditanggulangi secara dini dan adekuat. Dasar penanggulangan renjatan pada DBD ialah volume replacement atau penggantian cairan intravasculer yang hilang, sebagai akibat dari kerusakan dinding

kapiler

yang

menimbulkan

peninggian

permeabilitas

sehingga

mengakibatkan plasma leakage. Prinsip pengobatan dengue shock syndrome : 

Atasi segera hipovolemianya



Lanjutkan penggantian cairan yang masih terus keluar dari pembuluh darah selama 12-24 jam, atau paling lama 48 jam.



Koreksi keseimbangan asam basa



Beri darah segar bila bila ada pendarahan hebat.

18

Mengatasi Renjatan ( Volume Replacement ) a. Jenis cairan Sebaiknya diberikan cairan kristaloid yang isotonis atau sedikit hipertenis. Jenis cairan yang dapat dipakai ialah : 

Ringers Lactat



Glukose 5% dalam half strength NaCL 0,9%



RL – D5 ; dapat dibuat dengan jalan mengeluarkan 62,5 cc cairan RL kemudian ditambahkan D40% sebanyak 62,5 cc.



NaCL 0,9%: D10, aa ditambahkan Natrium Bikarbonat 7,5% sebanyak 2 cc/ kg.bb.

Plasma / Plasma ekspander 

Diperlukan pada penderita renjatan berat, atau pada penderita yang tidak segera mengalami perbaikan dengan cairan kristaloit diatas.



Bila dapat cepat disiapkan, diberikan sebagai pengganti cairan a.1, setelah itu cairan pertama dilanjutkan lagi.



Setelah pemberian cairan a.1, nilai hematokrit masih tinggi dan hitung trombosit masih rendah.



Dosis yang diberikan 10-20 ml/kg. bb dalam waktu 1-2 jam.

19



Apabila nadi/tekanan darah masih jelek atau hematokrit masih tinggi, dapat ditambahkan plasma 10 ml/ kg. bb setiap jam sampai total 40 ml/kg. bb.

Plasma ekspander yang dapat digunakan ialah: 

Plasbumin (human albumin 25%)



Plasmanate (plasma protein fraction 5%)



Plasmafuchsin



Dextran L 40

b. Dosis / kecepatan pemberian cairan : Dosis yang biasanya di berikan ialah 20-40 ml/kg. bb, diberikan secepat mungkin dalam waktu 1-2 jam. Untuk renjatan yang tidak berat, cairan diberikan dengan kecepatan 20ml/kg.bb/jam dan dapat diulangi hingga dua kali, bahkan bila venakolops dimana kecepatan pemberian yang diharapkan tidak dapat dicapai, maka dalam hal ini diberikan dengan semprit secara cepat sebanyak 100-200 ml. Untuk menentukan guyur tidaknya pemberian cairan, maka dilakukan pengukuran central venuos pressure (CVP/ JVP) dengan pemasangan kateter vena centralis biasanya pada vena basilica lengan kiri atau kanan ; apa bila CVP/ JVP kurang dari 5 cm maka cairan di berikan dengan tetesan cepat/

20

diguyur. Pemberian ini dilanjutkan sampai CVP 5 cm, kemudian CVP dipertahankan antara 5-8 cm H2O.

Cairan maintenance 1. Jenis cairan :  D5/ 10 : NaCL 0,9 = 3:1, untuk anak besar dan untuk bayi 4:1.  D5 dalam NaCL 0.225, kedalaman cairan ini ditambahkan KCI10 mEq, vitamin b kompleks dan vitamin c secukupnya.  D5/ 10 + KCI 10 mEg/botol, bila kadar natrium dan kloriada dalam serum tinggi.  NaCL 0,9 : D10 aa.  2/3 cairan kristaloid + 1/3 cairan plasma ekspander. 2. Dosis / kecepatan cairan maintenance: Setelah renjatan telah teratasi dan penderita mulai masuk kedalam stadium penyembuhan, maka pemberian cairan hendaknya dilakukan secara hati-hati oleh karna dapat terjadi hipovolemia, hal ini disebabkan oleh cairan yang ada diruangan ekstravaskuler mulai direapsorbsi keadaan vaskuler. Dosis yang sering digunakan ialah 100-150 ml/kg.bb/hari sesuai dengan berat badan. Transfusi Darah  Sebaiknya darah segar

21

 Pendarahan hebat baik hematemesis/melena atau epistaksis yang memerlukan tamponade.  24-28 jam setelah pengobatan syok anak jatuh dalam syok lagi, walaupun belum terlihat perdarahan.  Hematokrik rendah ( < 35-40%) tetapi anak masih syok.  Dosis 10-20 ml/kg. bb, dapat ditambahkan bila pendarahan berlangsung terus.

Pemberian obat-obatan ; Antibiotik Di berikan bila : 

prolonged shock,



adanya infeksi sekunder,



profilaksis

Dapat digunakan : Ampisilin 400-800 mg/kg.bb/hari, iv. Gentamisin 2x5 mg/kg.bb/hari iv.

Antivirus Seperti isoprinosis. Pemberian obat ini masih terdapat banyak controversial. Mungkinkah obat ini bermanfat pada stadium dini. Dosis : 4x50mg/kg.bb/hari selama 8 hari.

22

Heparin Kho dkk (1979) memberikan heparin pada penderita prolonged shock, dimana diduga DIC sebagai penyebab terjadinya pendarahan ( penurunan trombosit < 75.000/mm3 dan fibrinogen < 100 mg% ), dosis yang diberikan 0,5 mg/kg.bb, iv setiap 4-6 sedang menurut pengalamam sumarmo (1981) ternyata pemakaian heparin kurang mengesankan. Kortikosteroid Masih belum ada kata sepakat. Dipyridamol dan asetosal Maksud pemberian ini ialah :  Untuk mencegah adhesi dan agregasi trombosit dalam kapiler.  Mencegah permulaan terjadinya DIC.  Sumarmo (1983) tidak menganjurkan pemakaian asetosal pada penderitaan dengan kecendrungan pendarahan. Carbazochrom sodium sulfonat (ACI7) Beberapa peneliti menggunakan obat ini pada penderita DSS yang disertai dengan pendarahan saluran pencernaan yang hebat.

Cara kerja obat ini :  Menekan peninggian permeabilitas pembuluh darah.  Memiliki aktivitas plasma ekspander.

23

 Mempersingkat waktu pendarahan.

Funahara dkk. (1986); sugianto dkk. (1987) memberikan preparat ini dengan cara sebagai berikut : Hari I : Suntikan 25 mg iv, kemudian infus secara kontinyu dengan dosis 300 mg/hari dalam larutan RL selama 24 jam. Hari II : Infus AC 17 dengan dosis 3x100 mg/hari. Hari III : Infus dengan dosis 3x50 mg/hari. Hari IV : Pemberian obat dihentikan. Ternyata efektifitas pengobatan cukup memuaskan dalam menekan kebocoran plasma dan mengurangi pendarahan.

Sedangkan Sachro dkk (1987) di Semarang tidak mendapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Dopamin Dipertimbangkan pemakaiannya pada penderita DSS dengan renjatan yang belum dapat teratasi, walaupun telah diberikan cairan yang adekuat. Dosis yang diberikan : 5-10 mcg/kg.bb/menit iv setiap 4-6 jam

24

Sedativa – Antikonvulsan Diberikan kepada penderita DSS yang sangat gelisah atau kejang. Dapat diberikan dosis : Diazepam : dosis 0,3 – 0,5 mg/kg.bb/dosis, iv Klorhidrat : 12,5 – 50 mg/kg.bb, oral atau rektal hanya satu kali ( dosis maksimal 1 gram ) Antasida Dipertimbangkan pemberiannya pada penderita DSS dengan muntahmuntah hebat dan nyeri epigastrium yang tidak jelas dan bukan disebabkan oleh pembesaran hepar yang progresif. Diuretika Furosemida diberikan dengan dosis 1 mg/kg.bb, 3 kali sehari, bila ada tanda/gejala overhidrasi. Digitalisasi Digitalisasi

cepat

dapat

diberikan

kepada

penderita

dengan

gejala/tanda kegagalan jantung. Dosis yang diberikan : 0,03 mg/kg.bb untuk hari I. Observasi penderita Perlu dilakukan pengawasan yang baik terhadap penderita yang dirawat seperti : keadaan umum, nadi, tekanan darah, pernapasan dan suhu badan setiap 15-30 menit atau bila perlu lebih sering sampai renjatan sudah

25

teratasi, selain itu perlu dicatat jumlah cairan yang telah diberikan, frekuensi dan output urine, feses serta muntah.

Penyulit-penyulit Perdarahan masif Kegagalan pernapasan akibat udema paru atau kolaps paru Ensefalopati Dengue Kegagalan jantung

9. Prognosa Tergantung dari factor :  Sangat erat kaitannya dengan lama dan beratnya renjatan, waktu, metode, adekuatnya penanganan  Ada tidaknya rekuren syok yang terutama terjadi dalam 6 jam pertama pemberian infus dimulai  Panas selama renjatan  Tanda-tanda serebral

26

B. Konsep Dasar Keperawatan I. Pengkajian 1. Identitas Pasien -

nama pasien, orang tua, umur, berat badan tinggi badan, agama.

2. Informasi Medik -

adanya demam tinggi, hilang timbul 2-7 hari

-

adanya perut kembung

-

nyeri abdomen

-

adanya melena

-

riwayat penyakit yang pernah dialami pasien

-

adanya alergi

-

kapan berobat terakhir kali

-

apakah imunisasi lengkap

-

adnya keluhan mual dan muntah

-

riwayat penyakit keluarga

3. Keadaan Umum a. Keadaan umum pasien, tampak sakit ringan, sedang, berat -

Data dari hasil pengamatan/inspeksi: 

Pasien ampak lemah



Rewel/gelisah



Adanya pethice, purpura

27



Adanya epitaksis

b. Tingkat kesadaran, compos mentis, coma. c. Tanda-tanda vital (suhu yang meningkat, nadi, tekanan darah) d. Abdomen (adanya kembung, rasa nyeri epigastrium) 4. Tumbang -

Dikaji secara umum menurut umur si anak

5. Nutrisi -

-

Sebelum sakit: 

Bagaimana pola makan pasien , berapa banyak, frekuensi



Apakah pasien masih disusui oleh ibu.

Selama sakit: 

Apakah ada keluhan mual dan muntah



Berapa banyak jumlah nutrisi yang masuk, frekuensi makan

6. Eliminasi -

Sebelum sakit: 

-

Apakah BAB dan BAK setiap hari lancar ?

Selama sakit: 

Apakah ada konstipasi, melena, mencret



Sudah berapa lama pasien tidak BAB

7. Tidur dan istirahat -

Sebelum sakit:

28

-



Bagaimana kebiasaan tidur pasien



Berapa jumlah jam tidur dan istirahat pasien

Selama sakit: 

Adakah defisit jam tidur pasien

8. Psikososial -

Respon anak terhadap sakit (gelisah, marah, cengeng)

-

Respon keluarga

-

Pengertian kelurga tentang penyakit

-

Pengaruh dirawat terhadap keluarga

II. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan secara teori yang muncul pada gangguan sistem Hematologi ; DSS adalah : 1. Hypertermi yang berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.. 2. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik yang berhubungan dengan perdarahan hebat. 3. Nyeri yang berhubungan dengan mekanisme patologis. 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang tak adekuat. 5. Risiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan berpindahnya cairan dari intravaskular ke ekstravaskular.

29

III. Rencana Keperawatan DP I. Hypertermi yang berhubungan dengan proses infeksi virus dengue. Tujuan : Suhu tubuh kembali normal Sasaran : – Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh – TTV dalam batas normal ( suhu 36-370 C ) – Tampak tidak gelisah – Badan teraba tidak panas Intervensi : 1. Observasi suhu setiap 4 jam R / : Suhu 38,9oC – 41oC menunjukkan proses penyakit infeksi akut 2. Berikan kompres hangat R / : Dapat membantu mengurangi panas 3. Berikan pasien minum yang banyak, 2-2,5 L/hari. R / : Untuk mencegah terjadinya dehidrasi. 4. Anjurkan pasien untuk bedrest total dan kurangi aktivitas. R / : Istirahat untuk mengurangi metabolisme tubuh sehingga mencegah peningkatan suhu tubuh. 5. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antipiretik dan antibiotik

30

R / : Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.

DP II. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik yang berhubungan dengan perdarahan hebat. Tujuan : syok hipovolemik tidak terjadi. Sasaran : –

Tanda-tanda vital dalam batas nomal.



Keadaan umum baik, keasadaran compos mentis.

Intervensi : 1. Monitor keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien setiap 2-4 jam. R / : Penurunan tekanan darah dan nadi dapat menunjukkan hipovolumia, peningkatan pernapasan menunjukkan hipoxia jairngan. 2. Monitor tanda-tanda perdarahan (pethekie, ekimosis, melena, epitaksis, hematemesis, hematuri. R / : Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera diatasi sehingga pasien tidak sampai ke tahap syok. 3. Cek dan monitor Hb, dan Ht, trombosit tiap hari. R / : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah. 4. Segera puasakan jika pasien mengalami perdarahan saluran cerna. R / : Membantu mengistirahatkan saluran cerna selama perdarahan. 5. Beri O2 dan cairan intra vena sesuai program medik dan kebutuhan.

31

R / : Membantu oksigenisasi jaringan dan mengatasi kehilangan cairan tubuh. 6. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian tranfusi darah. R / : Untuk mengganti volume darah yang hilang. 7. Kolaborasi dalam pemberian terapi anti perdarahan. R / : Membantu mengatasi perdarahan

DP III. Nyeri yang berhubungan dengan mekanisme patologis. Tujuan : nyeri berkurang sampai dengan teratasi setelah dilakukan tindakan. Sasaran : - Keluhan nyeri berkurang. - Pasien tampak rileks, tidak rewel - TTV dalam batas normal Intervensi : 1. Kaji keluhan nyeri meliputi, intensitas (skala 0-10) frekuensi dan lokasi nyeri. R / : Berat ringannya nyeri dapat diidentifikasi sehinga memudahkan untuk menentukan tindakan selanjutnya. 2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam. R / : Perubahan tanda-tanda vital menunjukkan adanya nyeri. 3. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang. R / : Posisi yg nyaman dan ruangan tenang dpt mengurangi nyeri pasien.

32

4. Ajarkan dan anjurkan keluarga dan pasien untuk melakukan tehnik relaksasi tarik nafas dalam. R / : Napas dlm dpt merelaksasi otot-otot sehingga dpt mengurangi nyeri. 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi analgetik. R / : Analgetik dapat menurunkan ambang nyeri.

DP IV. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang kurang. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan. Sasaran : - Pasien dapat menghabiskan sesuai dengan porsi yang diberikan. - Keluhan mual dan muntah serta anoreksia berkurang - Pasien dapat mempertahankan berat badan ideal atau meningkatkan berat badan. - Pasien tampak segar. Intervensi : 1. Kaji adanya keluhan mual, muntah, dan anoreksia. R / : Membantu menentukan tindakan selanjutnya yang tepat. 2. Timbang berat badan 5x/minggu bila memungkinkan dan catat porsi makanan yang dihabiskan. R / : Untuk mengetahui status gizi pasien.

33

3. Jelaskan kepada pasien

dan orang tua mengenai manfaat makanan

terutama pada saat sakit. R / : Meningkatkan pengetahuan pasien sehingga meningkatkan motivasi pasien untuk makan. 4. Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur, tim, dan hidangkan dalam keadaan hangat. R / : Mengurangi beban kerja lambung dan meningkatkan asupan. 5. Libatkan orang tua dalam pemberian makanan pada porsi kecil tapi sering. R / : Makanan porsi kecil dan sering menguragi mual, dan muntah. 6. Kolaborasi dalam pemberian

nutrisi parenteral dan pemberian terapi

anti emetik dan antasida. R / : Terapi parenteral sangat baik jika nutrisi peroral sangat kurang, antiemetik untuk mengatasi mual.

DP V. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan berpindahnya cairan dari intravaskular ke ekstravaskular. Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi setelah dilakukan tindakan. Sasaran : –

Tidak tampak tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit elastis,mukosa mulut dan kulit lembab, TTV dalam batas normal).



Intake dan output dalam batas normal.



Tidak ada keluhan mual dan muntah

34

Intervensi : 1. Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam. R / : Tachikardi dan hipotensi menunjukkan adanya hipovolumia. 2. Kaji daerah kulit, membran mukosa, turgor kulit, dan rasa haus. R / : Turgor kulit yang buruk, mukosa mulut yang kering, serta rasa haus menunjukkan adanya dehidrasi. 3. Berikan pasien banyak minum 2-2,5 L/hari. R / : Untuk mengatasi kekurangan cairan tubuh. 4. Anjurkan pasien dan orang tua untuk minum air putih 2-2,5 L/hari. R / : Untuk mengganti cairan tubuh yang keluar melalui keringat. 5. Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena. R / : Membantu menambah cairan tubuh.

35

BAB III PENGAMATAN KASUS

Nama

: An. E

Nama ibu

: Ny. Sulastri

Umur

: 12 Tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Diagnosa medik

: DSS ( Dengue Shock Syndrome )

Dokter yang merawat : dr. Ajuar Tanggal masuk

: 15 Juli 2006

An.E yang berusia 12 tahun, dengan berat badan 31,5 Kg serta tinggi bdan 154 cm adalah seorang pelajar yang duduk di kelas 1 SLTP. Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Tn. A dan Ny. S yang bertempat tinggal di Kompleks Bali Agung I Nomor 16 A Pontianak

36

Pasien datang pertama kali di UGD RSSA Pontianak pada tanggal 15 Juli 2006 pukul 11.15 wiba. 2005. Dengan keluhan: sakit sudah 3 hari, demam hilang timbul, anorexsia, mual, muntah, badan lemah, ekstremitas dingin, karena tidak ada perubahan maka pasien di bawa oleh orang tuanya untuk mendapatkan pengobatan. Kemudian pada tanggal 15 Juli 2006 pukul 15.00 Wib pasien dirawat inap di unit Santo Yohanes Bed 249/3 RSSA Pontianak. Pada saat melakukan pengkajian padsa tanggal 17 Juli 2006 pasien tampak sakit berat, kesadaran compos mentis, pasien tampak terbaring lemah di tempat tidur, pasien tampak tenang, terpasang infuse RL 2 jalur, jalur pertama kolf 5 dan jalur kedua kolf 3 10 tets/menit mengalir lancar . Ibu pasien mengatakan “ anak saya sudah sakit 3 hari, demamnya hilang timbul, badannya lemah, tidak nafsu makan, kalau makan mual dan tadi pagi saat makan muntah, tangan dan kakinya dingin. Observasi TTV : Suhu = 36,3o C, Nadi = 68 x/mnt, Pernapasan = 20 x/mnt, TD = 110/70 mmHg dan HR =100 x/mnt. Adapun hasil pengkajian secara lengkap tercantum pada format pengkajian keperawatan anak dan keluarga.

37

PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK DAN KELUARGA

I. IDENTITAS PASIEN Nama Anak

: Elza Samzumar

Tgl. Pengkajian: 17 Juli 2006

Nama panggilan

: Elza

Nama orang tua

Tanggal lahir/Umur

: 10/ 07/ 1994 /12 Thn Ayah

: Tn. Ayub

Agama

: Islam

Ibu

: Ny. Sulastri

Pendidikan

: 1 SLTP

Alamat

: Kompleks Bali Agung I No.16 A

Jenis kelamin

: Laki-laki

Bahasa yang digunakan

: Indonesia

Data diperoleh dari

Berat Badan

: 31,5 Kg

[√]Anak : sebagian

Tinggi Badan

: 154 cm

[√]Orang tua Nama : Tn. Ayub

38

II. INFORMASI MEDIK 1. Keluhan utama Batuk 2. Keluhan yang menyertai Lemah, nyeri dada dan nyeri epigastrium jika akan batuk, serta haus 3. Riwayat penyakit sekarang Pasien sakit  3 hari yang lalu dengan keluhan : demam, badan terasa lemah 4. Waktu dan tempat pengobatan terakhir Puskesmas Purnama 5. Obat yang terakhir di dapat Orang tua pasien mengatakan sudah lupa 6. Adakah obat-obat yang rutin diberikan selama ini [√] Tidak 7. Alergi

[–] Ya Reaksi Alergi

[–] obat

……………..

[–] makanan

……………..

[–] plester

……………..

[–] lain-lain

……………..

8. Imunisasi Lengkap [√] BCG

[√] Mantoux / PPD

39

[√] Hb Vacc

[√] Boster I, II

[√] DPT I, II, III

[√] Boster I,II

[√] Polio I, II, III, IV

[√] MMR

9. Penyakit yang pernah diderita : [–] Cacar air, umur 7 thn

[–] DHF, umur

-

[–] Polio, umur

-

[-] GED, umur

-

[–] Difteri, umur

-

[–] Febris convulsi,

-

[–] Tetanus, umur

-

[–] Morbili, umur

-

[–] Pertusis, umur

-

[–] Malaria, umur

-

[–] TBC, umur

-

[–] Typhoid, umur

-

[–] Lain-lain

-

Umur : -

10. Pemeriksaan penunjang Medis --------11. Pernah dirawat

[√] Tidak

[-] Ya

12. Pernah operasi

[√] Tidak

[–] Ya

13. Riwayat penyakit keluarga : Orang tua pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan.

III. KEADAAN UMUM 1. Kadaan umum pasien tampak : [–] Tidak sakit

[-] Sakit sedang

[–] Sakit ringan

[√] Sakit berat

40

Data obyektif dari hasil pengamatan atau inspeksi : Keadaan umum : Pasien tampak lemah, pasien tampak batuk, terpasang infus RL 2 jalur, jalur 1 Kolf V dan jalur 2 Kolf III 10 tts/mnt mengalir lancar. 11. Tingkat kesadaran kualitatif : [√] Compos mentis

[–] Somnolen

[–] Soporo coma

[–] Apatis

[–] Soporos

[–] Coma

12. Tingkat kesadaran kuantitatif : Respon motorik

: 6

Respon verbal

: 5

Respon membuka mata

: 4+

Jumlah skor

: 15

Kesimpulan

: Pasien dalam keadaan sadar penuh

13. Tanda-tanda vital S: 36,3o C

N : 68 x/mnt

TD : 110/70 mmHg

[–] Oral

[√] Teratur

[-] Lengan kanan

[√] Axilla

[–] Tidak teratur

[√] Lengan kiri

[–] Rectal

[√] Kuat

[–] Berbaring

[–] lemah

[–] Duduk [–] Berdiri

P : 20 x/mnt

HR : 100 x/mnt

41

[√] Normal

[√] Teratur

[–] Cheynestoke

[–] Tidak teratur

[–] Biot [–] Kusmaul [–] Hiper ventilasi 14. Kepala : Rambut

:

Ubun-ubun :

[–] Kusam

[–] Kemerahan

[√] Tebal

[-] Tipis

[–] Menutup [–] Tidak menutup [–] Cekung

6. Mata

: Pupil

[√] Bercahaya

[–] Cembung [√] Datar

Kanan : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kiri

:123456789

Reflek Cahaya Kanan Kiri

: positif / negatif : positif / negatif

Sclera

: [–] Icteric

[√] Tidak icteric

Conjungtiva

: [–] Anemic

[√] Tidak anemic

Lensa

: [–] Keruh

[√] Jernih

Kelopak mata

: [–] Edema

[√] Tidak edema

7. Hidung :

[√] Bersih

[–] Gerakan cuping

[–] Cyanosis

[–] Pucat [–] Kering

8. Mulut : Bibir

:

[√] Merah muda

42

Lidah : 9. Leher

:

[–] Pecah-pecah [–] Celah / Schizis

[–] Basah

[√] Bersih

[–] Hyperemic

[–] Kotor

[–] Kaku kuduk

[–] Parotitis

[–] Tonsilitis

10. Pernapasan : Jenis

[–] Perut

[–] Dada

[√] Perut dan dada

Retraksi

[√] Tidak ada [–] Intercostal [–] Supersternal

Suara ucapan

[√] Vesikuler [–] Bronchial [–] Broncho-vesikuler

Suara tambahan

[–] Rales

[–] Ronchi

Batuk

[–] Tidak

[–] Kuat

[–] Wheezing

[–] Produktif [√] Kering 11. Kulit : Warna

[–] Pucat

[√] Kemerahan

[–] Ikterik

[–] Cyanosis : [–] Sekitar mulut

[–] Saat minum

[–] Saat menangis

[–] Saat beraktifitas

Turgor

[√] Elastis

[–] Dehidrasi

Edema

[–] Ya

[√] Tidak

Lokasi Kelainan

12. Abdomen

[–] Lembab

-

[√] Ptechie [–] Rash

[–] Echymosis

[–] Spider nevi

[–] Lesi

[√] Datar

[–] Cekung

[-] Kembung

43

[–] Membuncit

[–] Tegang

[–] Nyeri tekan, lokasi

[–] Supel

-

13. Genetalia Pria

Testis

Wanita : Vagina

[√] Ada

[–] Phymosis

[–] Hypospadia

[–] Hernia

[–] Hydrocel

[–] Bersih

[–] Kotor

[–] Lain-lain : Anus

[–] Tidak

-

: Lubang [√] Ada

[–] Tidak

[–] Kemerahan

[–] Lecet / Laserasi

IV. TUMBUH KEMBANG Riwayat kehamilan : Pemeriksaan

[√] Rutin, Tempat : Puskesmas Purnama [–] Tidak, Alasan : -

Keluhan

[√] Tidak ada [–] Ya : -

Vaksinasi

[√] Ya

[–] Tidak, alasan -

Kelahiran :

[√] Cukup bulan

[–] Tidak :

[√] Spontan

[–] Bantuan : -

BBL : 4200 gr

PBL : 49 cm

-

44

Lahir langsung menangis

Tengkurap …………4

bulan

Gigi Pertama ………7

bulan

Duduk ……………..9

bulan

Berjalan ………… 15

bulan

Bicara : Mengoceh : 8

bulan

Kata-kata sederhana : 14

[√] Ya

[–] Tidak

bulan

V. NUTRISI 1. Air Susu Ibu Frekwensi menyusui sehari : kapan anaknya mau minum x / hari Berapa banyak sekali pemberian : tergantung dari anaknya Cara pemberian ASI : [√] Langsung [–] Menggunakan alat bantu Lamanya setiap menyusui : - menit Kesulitan dalam pemberian ASI [–] Puting susu tenggelam

[–] Tidak ada puting susu

[–] Tidak ada ASI

[–] Puting susu terlalu besar

[–] Bayi malas menghisap

[–] Kelainan pada bayi :

[–] Lain-lain : Usia penyapihan : 2. Susu Formula

Bln / Thn, Alasan : -

45

Nama susu formula : tidak mengkonsumsi susu Jumlah yang diminum :

cc / 24 jam

Jumlah dan takaran sekali minum : cc Alat yang dipergunakan : [–] Botol

[-] Gelas

[–] Sendok

a. Makanan halus Usia pemberian makanan halus : 4 Bln Jenis makanan halus : Bubur halus Makan : [√] Tergantung [–] Dibantu sebagian [–] Mandiri b. Makanan padat Usia pemberian makanan padat : 9 bulan Jenis makanan : bubur + lauk-pauk dan sayuran Makan : [–] Tergantung [√] Dibantu sebagian [-] Mandiri Alat makan :

[–] Mangkok

[√] Piring

Alat makan kesukaan : Piring Makanan yang tidak disukai : tidak ada Masalah pemberian makanan :tidak ada [–] Muntah

[–] Tidak selera [–] Sariawan [–] Stomatitis

[–] Lain-lain : Minum obat :

[√] Mudah

Cara pemberian : Per oral

[–] Sukar

46

Pemberian vitamin : [√] Tidak Nama

[–] Ya

-

Dosis pemberian -

VI. ELIMINASI a.Buang air besar :[–] Tergantung [–] Dibantu sebagian

[√] Mandiri

Mulai di latih teratur sejak : umur 2 tahun Frekwensi : 1-2 x/sehari Konsistensi : lembek b. Buang air kecil : [–] Tergantung

[–] Dibantu sebagian [√] Mandiri

Mulai di latih teratur sejak :

VII. TIDUR DAN ISTIRAHAT Tidur :

Sendiri / ditemani oleh, kadang sendiri dan kadang masih ditemani oleh ibunya. Kebiasaan sebelum tidur : tidak ada

Masalah sehubungan dengan tidur : [–] Mimpi buruk

[–] Ngompol

[–] Jalan sambil tidur

[–] Mengigau

[–] Lain-lain :

-

Cara mengatasinya : -

47

VIII. PSIKOSOSIAL a. Respon anak terhadap sakit [√] Kooperatif

[–] Dapat dipercaya

[–] Bingung

[–] Sangat ingin tahu

[–] Pemalu

[√] Butuh pertolongan

[√] Gelisah

[–] Hypoaktif

[–] Lambat bereaksi [–] Hyperaktif [–] Marah

[–] Depresi

[–] Lain-lain b. Respon keluarga terhadap sakit Orang tua pasien tampak khawatir dan cemas c. Pengertian keluarga tentang penyakit dan alasan dirawat Orang tua pasien mengatakan mengerti anaknya dirawat d. Pengaruh dirawat terhadap keluarga Orang tua pasien menjadi repot dan berharap anaknya cepat sembuh Penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang : [√] Bel tempat tidur

[–] Kotak saran

[–] Koran / majalah

[√] Pispot / urinal

[–] Jumlah penunggu / penjaga

[√] WC / kamar mandi

[–] Perlengkapan yang perlu dibawa

[–] Bel kamar mandi

48

[–] TV

[√] Jam makan

[-] Telpon / wartel

[√] Konsultasi dokter

[√] Pengatur tempat tidur

[√] Barang berharga pasien

[√] Pengaman tempat tidur

[–] Tamu : jam dan jumlah

IX. DATA TAMBAHAN Pada pasien dan keluarga tidak pernah menderita penyakit yang mengenai sistem darah seperti Talasemia dan juga penyakit keturunan seerti Diabetes Melitus.

Tanda Tangan Perawat

49

( Yofita Pauna )

A. ANALISA DATA

Nama / Umur

: An. E / 12 Thn

Ruang / Kamar : St. Yohanes 249/3 Diagnosa Medik : DSS Dokter yg merawat

: Dr. Ajuar, Sp.A

No 1. DS :

Data

- Pasien mengeluh haus

Proses

Etiologi Masalah pemulihan Resiko kekurangan

volume cairan

volume

cairan

50

- Pada saat pengkajian pasien ada

tubuh

napsu makan DO : –

Pasien tampak lemah



Observasi TTV= S : 36,3oC, N : 68 x /mnt, P : 20 x/mnt



Terpasang infus RL 2 jalur, jalur 1 Kolf ke V, jalur 2 Kolf ke II 10 tts/mnt mengalir lancar



2.

Hasil Lab : PLT = 11 L

DS:

Perdarahan

Risiko

- Pasien mengeluh badan terasa lemah

terjadinya

- Pasien mengeluh gelisah

hipovolemik

DO: -

Keadaan umum : pasien tampak sakit berat, kesadaran compos mentis

-

Terdapat

bintik-bintik

merah

( petechiae ) di kedua lengan dan kaki

tinggi syok

51

-

Capillary refill normal – 2 detik

-

Observasi TTV= S : 36,3oC, N : 68 x /mnt, P : 20 x/mnt

-

Hasil Lab : HGB= 14,4 gr/dl, HCT= 42,1 dan PLT= 11 L

3.

DS :

Adanya

rangsangan Ketidakefektifan

- Pasien mengeluh batuk

refleks batuk

jalan napas

- Pasien mengeluh nyeri dada dan nyeri epigastrium jika akan batuk

DO : –

Pasien tampak lemah



Pasien tampak batuk



Inspeksi paru : suara batuk kering



Auskultasi

paru

normal

:

vesikular –

Observasi TTV= S : 36,3oC, N : 68 x/mnt, P : 20 x/mnt

4.

DS :

Proses infeksi virus Hypertermi

52

- Orang tua pasien mengatakan badan

dengue

anaknya teraba panas pada tanggal 18-07-06 pada pukul 12.00 Wib DO : - Badan pasien teraba hangat - Observasi TTV: S= 37,7º C - Kulit pasien tampak kemerahan - Hasil Lab : PLT= 10,2 L - Bibir pasien tampak merah - Pasien tampak haus

5.

DS : - Pasien mengeluh badan terasa lemah - Orang tua pasien mengatakan aktivitas sehari-hari pasien dibantu DO : - Pasien tampak berbaring lemah di tempat tidur - Aktivitas harian pasien dibantu oleh perawat dan keluarga

Kelemahan fisik

Intoleransi aktivitas

53

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama / Umur

: An. E / 12 thn

Ruang / Kamar : St. Yohanes / 249-3 Diagnosa Medik : DSS Dokter yg merawat No 1.

: Dr. Ajuar, Sp.A

Tgl / waktu Diagnosa Keperawatan 17/07/06 Resiko kekurangan volume cairan 13.00

Nama

tubuh yang berhubungan dengan Yofita Pauna proses pemulihan volume cairan

Teratasi Teratasi sebagian

54

2.

17/07/06 13.00

Risiko

tinggi

hipovolemik

terjadinya yang

syok

berhubungan Yofita Pauna

Belum teratasi

dengan perdarahan

3.

17/07/06 13.00

Ketidakefektifan jalan napas yang

Belum

berhubungan dengan adanya refleks Yofita Pauna

teratasi

batuk

4.

18/07/06 13.00

Hypertermi

/

peningkatan

suhu

tubuh yang berhubungan dengan Yofita Pauna proses infeksi virus dengue

Sudah teratasi pada tanggal 19/07/06

5.

17/07/06 13.00

Intoleransi berhubungan fisik

aktivitas dengan

yang kelemahan Yofita Pauna

Teratasi sebagian

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Nama / Umur

: An.elza / 12 thn

Ruang / Kamar : St. Yohanes / 249-3 Diagnosa Medik : DSS Dokter yg merawat : Dr. Ajuar, Sp.A No

Tanggal

Jam

Pelaksanaan

Paraf

DP Nama I,III 17/07/06 07.00 Mengkaji keadaan umum : pasien tampak sakit berat, tingkat kesadaran compos mentis, mengkaji Yofita

68

keluhan : orang tua pasien mengatakan : anaknya sakit sudah 3 hari yang lalu, panas badan anaknya turun naik, sejak sakit napsu makan anaknya seperti biasa, kadang habis 1 porsi kadang juga ½ porsi, tetapi minum air putih anaknya kurang, pasien mengeluh batuk, nyeri dada dan nyeri epigastrium jika akan batuk, defekasi ada 1 kali dengan konsistensi lembek pada pukul 05.00 Wib, konsistensi lembek, terpasang infuse RL 2 jalur, jalur 1 Kolf ke V dan jalur 2 Kolf ke III 10 tetes/menit mengalir lancar di kedua lengan--------I,II,

07.30 Mengobservasi TTV, suhu : 36,3˚ C, nadi : 68 x/

III,

menit, tekanan darah : 110/70 mmHg, melakukan Yofita

IV

anamnese dan pengkajian, hasil terlampir ke dalam format pengkajian anak dan keluarga-----------------

II

09.00 Memberikan posisi tidur datar kepada pasien, pasien merasa nyaman.--------------------------------- Yofita

II

10.00 Kolaborasi dengan dokter, antara lain instruksinya: cek paket setiap 8 jam, infuse tetap 2 jalur, therapy Yofita tambahan syrup comtusi 3x1 cth, imboost 3x1 tablet, injeksi cedantron di stop, therapy lain

69

dilanjutkan.-----------------------------------------------I,III IV

10.45 Memberikan pasien minum air putih, pasien minum kurang lebih 400 cc, mengajarkan kepada pasien Yofita teknik relaksasi menarik napas dalam dan batuk efektif, memberikan posisi tidur semi fowler kepada pasien, pasien merasa nyaman, auskultasi paru : bunyi napas normal : veskular, inspeksi : pari bunyi

I

batuk

kering-----------------------------------

11.20 Infus RL 2 jalur II kolf III habis, dilanjutkan kembali infuse RL jalur II kolf IV 10 tts/menit Yofita infuse berjalan lancar-----------------------------------

I

11.45 Mengkaji pola makan: pasien menghabiskan 1/3 porsi makanan dari yang dihidangkan, therapy oral Yofita siang dibagikan, pasien langsung minum obatnya yaitu: syirup comtusi 3x1 cth dan imboost 3x1 tablet-----------------------------------------------------

III, IV,

12.12 Mengkaji keadaan umum : pasien tampak sakit berat, kesadaran compos mentis, keluhan : batuk Yofita masih ada muntah tidak ada defektasi 1x dengan konsistensi lembek, makanan dan minum pasien mau, pasien tampak gelisah, observasi suhu ekstra ;

70

36,3oC----------------------------------------------------I

13.30 infus RL kolf ke V jalur I habis dilanjutkan kembali infuse RL kolf ke VI jalur I, infus mengalir Yofita lancar-------------------------------------------

I,II, III

18/7/06

07.00 Mengkaji keadaan umum : pasien tampak sakit sedang, mengkaji keluhan : pasien mengeluh batuk Yofita dan gatal-gatal pada kedua lengan dan kaki, kedua lengan dan dan kaki tampak bintik-bintik merah, terpasang infus RL satu jalur Kolf ke VII 20 tetes/mnt mengalir lancar------------------------------07.15 Memandikan

pasien

dalam

posisi

berbaring,

melakukan fisiotherapi pada punggung pasien, Yofita pasien merasa nyaman, alat tenun diganti dan dirapikan, alat tenun tampak sudah rapi-------------I,III

09.30 Mengobservasi TTV : S= 37o C, N= 72 x/mnt, P= 19 x/mnt, TD= 120/70

mmHg,

melakukan Yofita

evaluasi kepada pasien setelah dilakukan tindakan mengobservasi TTV, pasien tidak mengeluh apaapa,

melakukan

pendokumentasian

dicatatan

keperawatan----------------------------------------------

71

I

09.40 Melakukan perkusi : perut pasien tampak kembung, bab ada 1x dengan konsistensi lembek dan bak Yofita sudah 2x, pasien tidak ada mengeluh apa-apa pada saat bab dan bak------------------------------------------

I,II

10.15 Kolaborasi dengan dokter, instruksi antara lain : infus satu jalur bila habis boleh diuff, cek Lab pagi Yofita dan sore, bila trombosit naik 50 cek Lab 1x/hari, therapy lain dilanjutkan, obat oral Imboost diturunkan menjadi 2x1 tablet-------------------------

I

10.55 Infus RL satu jalur habis, infus diuff-----------------

I

11.20 Mengkaji pola makan : pasien menghabiskan ½ porsi makanan dari yang dihidangkan----------------

I

Yofita

Yofita

12.00 Membagikan therapy oral siang : syrup Comtusi 3x1 cth, pasien langsung meminum obat tersebut

IV

12.10 Mengkaji keadaan umum : pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, keluhan batuk Yofita berkurang,

observasi

suhu

extra

37,7oC,

:

memberikan injeksi Antrain 350 mg iv via infus, pasien merasa lebih tenang---------------------------I,IV

13.30 Ibu

pasien

menggigil,

mengatakan

anaknya

mengobservasi

suhu

tiba-tiba :

39oC,

Yofita

72

memberikan pasien minum air putih hangat-hangat kuku, memakaikan pasien selimut yang tebal, ujung-ujung jari kaki dan tangan dioles dengan minyak telon, memberikan kompres air hangat pada dahi dan axilla, pasien tampak lebih baik-----I,IV

13.40 Ibu pasien mengatakan anaknya masih menggigil, Nadi

teraba

jelas,

infus

RL

dicepatkan, Yofita

memberikan extra Cortidex 1 Ampul iv via infus, pasien tampak lebih baik dan mulai tertidur---------I,II

19/07/06 07.10 Mengkaji keadaan umum : pasien tampak sakit

IV

sedang, kesadaran compos mentis, orang tua pasien mengatakan badan anaknya tidak panas lagi, tampak bintik-bintik merah dikedua lengan dan kaki, terpasang infus RL 20 tetes/mnt mengalir lancar, keluhan batuk sudah berkurang---------------

I,III

07.35 Mengobservasi TTV : S= 36,5oC, N= 72 x/mnt, P= 18 x/mnt, TD= 110/60 mmHg-------------------------09.00 Memberikan injeksi Acran 3x1 Ampul iv via infus, pasien tidak mengeluh apa-apa saat diberikan injeksi Acran, mengalirkan kembali infus RL 20 Yofita tetes/mnt,

infus

mengalir

lancar

melakukan

73

pendokumentasian dicatatan keperawatan-----------II

10.00 Kolaborasi dengan dokter, antara lain instruksinya : therapy dilanjutkan, cek Lab/hari, infus RL 30 tetes/mnt (A), injeksi Acran distop, hasil Lab dokter sudah tahu----------------------------------------

I

11.10 Infus 3 hari lamanya, atas instruksi dokter maka Yofita infus diuff untuk dipasang kembali-------------------

I

11.15 Memasang kembali infus ditangan sebelah kiri, infus berhasil dipasang dan tidak ada tanda plebitis, mengalirkan infus RL 30 tetes/mnt mengalir lancar------------------------------------------------------

I

12.00 Mengkaji

pola

menghabiskan

½

makan porsi

:

pasien

makanan

dari

makan yang

dihidangkan---------------------------------------------I

12.05 Membagikan therapy oral siang, syrup Comtusi 3x1 cth, pasien langsung meminum obat tersebut, melakukan

pendokumentasian

pada

catatan Yofita

keperawatan---------------------------------------------I,II

12.30 Mengkaji keadaan umum : pasien tampak sakit

III,

sedang, kesadaran compos mentis, terpasang infus Yofita

IV,

RL 30 tetes/mnt mengalir lancar, keluhan batuk

74

V

sudah berkurang, tampak bintik-bintik merah pada kedua lengan dan kaki, mengobservasi Suhu: 36,4oC, pasien tampak tenang, menganjurkan kepada pasien untuk beristirahat kembali, pasien menganggukkan kepala---------------------------------

Yofita

Yofita

Yofita

75

Yofita

Yofita

Yofita

76

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Nama / Umur

: An. E / 12 thn

Ruang / Kamar : St. Yohanes / 249-3 Diagnosa Medik : DSS Dokter yg merawat No. DP

Tanggal

Jam

: Dr. Ajuar, Sp.A S O AP

Paraf

77

I

17/07/06

13.00

Yofita

S: - Pasien mengeluh haus - Pada saat pengkajian pasien ada nafsu makan. O: - Pasien tampak lemah - Pasien minum kurang lebih 2 gelas sehari - Terpasang infuse RL 2 jalur, jalur l kolf V, jalur 2 kolf III 10 tetes/mnt mengalir lancar - Hasil Lab : PLT = 11 L - Turgar kulit baik : elastis - Bibir tampak merah A: Masalah resiko kekurangan volume cairan tubuh belum teratasi P: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan

II

13.00

S: - Pasien mengeluh lemah - Pasien tampak gelisah O: - Terdapat bintik-bintik merah dikedua lengan dan kaki ( petechiae )

Yofita

78

- KU: tampak sakit berat, kesadaran compos mentis - Capilary refil normal kurang dari 2 detik - Hasil Lab: HBG = 14,4 g/dl, HCT= 42,1, PLT= 11L - Observasi TTV : S= 36,3oC, N= 68 x menit, P= 20 x/ mnt, TD= 110/70 mmHg A: Masalah resiko terjadinya syock hipovolemi belum Teratasi P: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan III

13.00

S:

Yofita

- Pasien mengeluh batuk - Pasien mengeluh nyeri dada dan sakit epigastrium saat akan batuk O: - Pasien tampak batuk - Auskultasi pola nafas normal: vesicular - Inspeksi paru : suara batuk kering - Observasi TTV: S= 36,3oC, N= 68x/menit, TD= 110/ 70 mmHg A: Masalah ketidakefektifan jalan nafas belum teratasi P: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan

79

V

13.00

S:

- Pasien mengeluh badan terasa lemah

Yofita

O: - Pasien tampak berbaring lemah di tempat tidur - Aktivitas harian dibantu oleh perawat dan keluarga A: Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi P: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan

I

18/07/06

13.00

S:

- Pasien mengeluh haus masih ada - Napsu makan pasien tetap ada

O: - Pasien tampak lemah - Pasien minum kurang lebih 30 cc - Terpasang infus RL 20 tetes/mnt mengalir lancar A: Masalah keperawatan resiko kekurangan volume cairan tubuh mulai teratasi sebagian

Yofita

80

P: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan

II

13.00

S: - Pasien mengeluh lemah

- Pasien masih mengeluh gelisah

Yofita

O: - Terdapat bintik-bintik merah pada kedua lengan dan kaki ( petechiae ) - KU: tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis - Hasil Lab: HGB= 13,7 g/dl, HCT= 39,6, PLT= 22 L - Observasi TTV: S= 37oC, N= 72 x/mnt, P= 18 x/mnt TD: 120/70 mmHg A: Masalah resiko terjadinya syock hipovolemik belum teratasi P: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan

III

13.00

S: - Pasien mengeluh batuk masih ada Yofita

- Nyeri dada dan nyeri epigastrium masih dirasakan O: - Pasien tampak lemah - Observasi TTV: S= 37,7oC, N= 80 x/mnt, P= 18 x/

81

mnt, TD= 110/70 mmHg - Inspeksi paru : suara batuk kering A: Masalah ketidakefektifan jalan napas belum teratasi P: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan

S: IV

13.00

- Orangtua pasien mengalakan badan anaknya teraba

Yofita

panas pada tanggal 18/07/06 pukul 12.00 Wib - pasien mengeluh badan terasa panas O: - Observasi TTV : S = 37,7oC - Badan pasien terasa hangat - Kulit pasien tampak kemerahan - Hasil Lab= PLT: 10,2 L - Bibir pasien tampak merah A: Masalah hipertermi belum teratasi P: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan

V

13.00

S: - Pasien mengeluh badan masih lemah O:

Yofita

82

- Pasien tampak berbaring lemah di tempat tidur - Aktivitas harian dibantu oleh perawat dan orang tua A: Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi P: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan

I

19/07/06

13.00

S: - Keluhan haus sudah tidak dirasakan oleh pasien - Napsu makan pasien tetap ada O: - Pasien tampak segar - Pasien makan dan minum mau - Terpasang infus RL 30 tetes/mnt mengalir lancar A: Masalah resiko kekurangan volume cairan tubuh mulai teratasi sebagian P: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan

Yofita

83

II

13.00

S: - Pasien mengeluh badan masih lemah

Yofita

- Pasien mengeluh terkadang masih gelisah O: - Bintik-bintik merah pada kedua lengan dan kaki masih tampak - KU: pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis - Hasil Lab: HGB= 13,4 g/dl, HCT= 38,9, PLT= 60 L A: Masalah resiko terjadinya syock hipovolemi belum teratasi P: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan

III

13.00

S: - Pasien mengeluh batuk masih dirasakan - Nyeri dada dan nyeri epigastrium terkadang masih

dirasakan O: - Pasien masih tampak terkadang batuk - Observasi TTV: S= 36,4oC, N= 72 x/mnt, P= 18 x/

Yofita

84

mnt, TD= 110/60 mmHg A: Masalah ketidakefektifan jalan napas belum teratasi P: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan

IV

13.00

S: - Orang tua pasien mengatakan badan anaknya sudah

Yofita

tidak panas lagi O: - Observasi TTV: S= 36,4oC - Badan pasien tidak teraba panas - Pasien tidak mengeluh batuk - Hasil Lab: PLT= 60 L A: Masalah hipertermi teratasi P: Rencana tindakan keperawatan di STOP

V

13.00

S: Yofita

- Pasien mengeluh badan sudah mulai segar - Gelisah masih kadang-kadang dirasakan O: - Pasien masih tampak berbaring lemah di tempat

85

tidur - Aktivitas sehari-hari seperti makan sudah mandiri A: Masalah intoleransi aktivitas mulai teratasi P: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan

BAB IV PEMBAHASAN KASUS

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai permasalahan yang ditemukan dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak E dengan gangguan sistem hematologi : DSS, dirawat di unit St. Yohanes bed 249/3 RSSA Pontianak selama 3 hari (17-19 Juli 2006). Adapun ruang lingkup pembahasan kasus ini berdasarkan landasan teoritis dan asuhan yang nyata dengan pendekatan proses keperawatan.

86

A.

Pengkajian Pada tahap ini semua data / informasi tentang pasien yang dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu : pengumpulan, pengelompokan atau pengorganisasian serta menganalisa dan merumuskan diagnosa keperawatan. Dalam melaksanakan pengkajian untuk memperoleh data, penulis melakukan sengan wawancara dengan orang tua pasien, observasi, dan pemeriksaan fisik langsung terhadap pasien, juga didiskusikan dengan perawat ruangan dan dokter yang merawat serta klarifikasi terhadap data yang ada distatus / catatan medis pasien. Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, tetapi ada sebagian kecil yang menyimpang, hal ini disesuaikan dengan kondisi pasien saat dikaji. Dalam pengkajian data yang khas yang behubungan dengan penyakit pasien adalah pasien mengeluh gelisah, pasien tampak lemah, hasil laboratorium terutama: HGB yang tinggi, HCT yang tinggi serta PLT yang rendah.

B.

Diagnosa Keperawatan Masalah keperawatan yang ditemukan penulis pada saat pengkajian adalah :

87

1. Resiko kekurangan volume cairan tubuh yang berhubungan dengan proses pemulihan cairan tubuh, hal ini disebabkan pasien jaramg minum air putih serta sering mengeluh haus, tetapi napsu makan pasien tetap ada 2. Risiko terjadinya syok hipovolemik yang berhubungan dengan perdarahan, hal ini disebabkan adanya keluhan lemah dan gelisah, terdapat petechie pada kedua lengan dan kaki pasien serta pada hasil Laboratorium menunjukkan : HGB= 14,4 gr/dl, HCT= 42,1 dan PLT= 11 L 3. Ketidakefektifan jalan napas yang berhubungan dengan adanya rangsangan refleks batuk , disebabkan adanya keluhan batuk dan nyeri dada serta neri epigastrium saat akan batuk, pada saat melakukan inspeksi : suara betauk kering, sedangkan saat melakukan auskultasi paru : suara napas normal yakini vesikuler 4. Hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi virus dengue, disebabkan adanya pengulangan dari virus dengue sebelumnya.

C.

Perencanaan Perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah yang ada sesuai dengan kondisi pasien. Tujuan ditetapkan dengan mengacu pada masalah yang akan dihilangkan / diminimalkan dan akan menjadi alat ukur tercapainya tujuan adalah bagian akhir dari perencanaan, dimana perawat memutuskan strategi dan intervensi keperawatan yang akan dilakukan. Strategi dan tindakan yang akan

88

dilakukan diarahkan langsung pada etiologi atau faktor pendukung dari diagnosa keperawatan. Pada pasien anak E dengan DSS perencanaan yang dibuat penulis umtuk menghilangkan keluhan yang ada pada pasien saat itu, dan pada setiap diagnosa mulai dari diagnosa pertama sampai diagnosa kelima, pembuatan perencanaan tidak terdapat hambatan. Hal tersebut dikarenakan tercapainya sebagian dari perencanaan yang dibuat dan didukung oleh keadaan pasien yang sudah mulai membaik.

D.

Implementasi Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan berupa implementasi terhadap diagnosa sebagai berikut : a. DP1 Resiko kekurangan volume cairan tubuh yang berhubungan dengan proses pemulihan volume cairan dari kelima implementasi tersebut dapat dilaksanakan yaitu 1. Mengkaji tanda-tanda vital 2. Monitor tetesan infuse 3. Catat intake dan out put cairan 4. Berikan pasien minum air putih 5. Kolaborasi dengan dalam pemberian cairan intravena b. DP2 Resiko terjadinya syok hipovolemik yang berhubungan dengan perdarahan, ada enam implementasi yang dilakukan yaitu :

89

1. Kaji tanda-tanda vital 2. Kaji adanya tanda-tanda perdarahan 3. Kaji tanda-tanda petechie 4. Monitor hasil Lab 5. Berikan posisi tidur datar 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy c. DP3 Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan adanya rangsangan refleks batuk, ada enam implentasi yaitu : 1. Kaji tanda-tanda vital 2. Melakukan inspeksi paru dan auskultasi paru 3. Berikan posisi tidur semi fowler 4. Berikan pasien banyak minum air putih 5. Ajarkan tehnik relaksasi 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy ekspektoran d. DP4 Hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi virus dengue, ada 5 implementasi yang dilakukan yaitu : 1. Kaji tanda-tanda vital 2. berikan kompres air hangat jika badan panas 3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan sirkulasi udara yang baik 4. Anjurkan pada pasien untuk banyak minum iar putih 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy antipiretik

90

e. DP5 Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik, ada 7 implementasi yang dilakukan yaitu : 1. Kaji tingkat ketidakmampuan pasien dalm beraktivitas 2. Anjurkan pada pasien untuk mobilisasi secara bertahap 3. Bantu pasien dalam memenuhi aktivitas sehari-hari 4. Dekatkan barang-barang pasien didekatnya 5. Berikan perawatan kulit, massase dengan minyak 6. Ubah posisi pasien untuk menghindari penekanan pada daerah yang lemah 7. Kolaborasi dengan ahli fisiotherapi Dalam pelaksanaan kegiatan keperawatan ini penulis bekerja sama dengan perawat ruangan, keluarga pasien serta team kesehatan lainya. Kemudian tindakan keperawatan tersebut beserta respon pasien didokumentasikan pada catatan keperawatan atau pada lembar pelaksanaan keperawatan.

E.

Evaluasi Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan pada setiap diagnosa : 1. Resiko kekurangan volume cairan tubuh ( mulai teratasi sebagian ) Pasien sudah tidak mengeluh haus, hasil Lab terutama PLT masih rendah 2. Risiko terjadinya syock hipovolemik ( belum teratasi )

91

Dari hasil pengkajian terakhir didapatkan keadaan umun pasien yang baik ,tingkat kesadaran compos mentis, PCT = 60 L 3. Ketidakefektifan jalan napas ( belum teratasi ) Keluhan batuk masih terkadang pasien rasakan 4. Hipertermi ( teratasi pada tanggal 19/07/06 ) Dari observasi yang dilakukan suhu pasien normal yaitu 36,4oC 5. Intoleransi aktivitas ( teratasi sebagian ) Aktivitas harian seperti makan sudah pasien lakukan sendiri

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Setelah melaksanakan proses keperawatan pada pasien dengan penyakit Dengue shock syndrome ( DSS ), maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :.

92

Diagnosa keperawatan yang ada ada pasien 1. Resiko kekurangan volume cairan tubuh yang berhubungan dengan proses pemulihan cairan tubuh, respon pasien baik waktu dilakukan implementasi, pemberian cairan sangat penting dalam hal ini di dukung dengan pemberian therapy yang adekuat 2. Risiko terjadinya syok hipovolemik yang berhubungan dengan perdarahan, tanda-tanda perdarahan dapat diatasi serta pemberian therapy oabat-obatan yang benar 3. Ketidakefektifan jalan napas yang berhubungan dengan adanya rangsangan refleks batuk 4. Hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi virus dengue 5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik

B. Saran 1. Untuk Rumah Sakit, agar kerjasama diantara perawat tetap dipertahankan dan menberikan pendidikan secara berkala pada setiap perawtan yang dilakukan

2. Untuk pendidikan, dapat menambah pengetahuan baru serta dapat menerapkan ke dalam praktek 3. Untuk perpustakaan, bias menjadi literature tambahan yang berguna bagi pembaca

93

4. Untuk pendidikan kesehatan, pasien dengan DSS harus segera ditangani, jika tidak akan terjadi perdarahan, syok hipovolemik, serta kematian.

DAFTAR PUSTAKA

94

Beitz, Ecily L. (2002), Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3, Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Carpenito, Lynda Juall, (1999), Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi II. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Doengoes, ME, et. All. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Evelyn C. Pearce (2000), Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hardjasaputra, S.L.P. et.all. (2002) Data Obat Di Indonesia, edisi 10 jakarta : Grafidian Medipress.

Related Documents

Ncp Dengue
January 2021 2
Ncp Dengue
January 2021 2
Ensefalopati Dengue
March 2021 0
Dengue Ncp
January 2021 1

More Documents from "nj_pink081794"

Bayu Cahyo Pangestu
January 2021 0
Manajemen Pqm
January 2021 1
Doc-20190107-wa0019
January 2021 1
Ebook Exclusive
February 2021 2
Tuntunan Nabi Dalam Jima
February 2021 0