Askep Herpes

  • Uploaded by: Ajeng Rahmawati
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Herpes as PDF for free.

More details

  • Words: 5,544
  • Pages: 32
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit menular sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Insidens maupun prevalensi yang sebenarnya di berbagai negara tidak diketahui dengan pasti. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 1999 di seluruh dunia terdapat sekitar 340 juta kasus baru penyakit menular yang salah satunya adalah penyakit herpes. Penyakit herpes ini disebabkan oleh virus Herpes simpleks (HSV) tipe 1 dan tipe 2. Penyakit herpes adalah penyakit yang sangat umum. Di Amerika Serikat kurang lebih 20 persen orang di atas usia 12 tahun terinfeksi virus herpes simpleks, dan diperkirakan ada satu juta infeksi baru setiap tahun. Angka prevalensi infeksi HSV sudah meningkat secara bermakna selama dasa warsa terakhir. Sekitar 80 persen orang dengan HIV juga terinfeksi herpes kelamin. Di Indonesia, sampai dengan saat ini belum diketahui yang terinfeksi oleh virus herpes. Akan tetapi, menurut hasil survei yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPMPL) Departemen Kesehatan pada beberapa kelompok perilaku risiko tinggi, tampak bahwa banyak masyarakat kita yang terinfeksi oleh HIV. Hal ini akan menjadi penyebab terjangkitnya penyakit herpes, disamping itu dengan kemajuan sistem transportasi pada saat ini, tidak menutup kemungkinan virus herpes bisa mewabah di Indonesia. Untuk itu, diperlukan usaha pencegahan yang bisa diterapkan untuk mencegah masuknya virus Herpes di Indonesia mengingat virus ini sangat mudah menular dan pengobatan yang dilakukan kepada masyarakat kita jika sudah terinfeksi oleh virus Herpes. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi herpes? 2. Apa etiologi herpes? 3. Bagaimana patofisiologi herpes? 4. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit herpes? 5. Bagaimana penatalaksanaan medisnya? 6. Apa saja cara pencegahannya? 7. Bagaimana konsep askep dari herpes? 1.3 TUJUAN 1. Mampu mengetahui definisi herpes 1

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Mengetahui etiologi herpes Mengetahui bagaimana patofisiologi herpes Mengetahui manifestasi klinis herpes Mengetahui penatalaksanaan medis herpes Mengetahui cara pencegahannnya Mengetahui bagaimana konsep askep herpes

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI Herpes merupakan infeksi kulit kelamin yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui hubungan seks. Terkadang ditemukan juga pada mulut penderita karena yang bersangkutan melakukan oral seks dengan penderita herpes. Herpes ialah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air pada dasar peradangan dan berkelompok (Tetty Setiowati ;Deswaty Furqonita, 2007). Sedangkan menurut Kamus Kedokteran Dorland,herpes adalah erupsi kulit yang menyebar yang disebabkan oleh virus herpes dan ditandai oleh pembentukan vesikel kecil yang mengelompok. Sehingga bisa ditarik kesimpulan, herpes merupakan suatu penyakit kulit yang ditandai dengan munculnya gelembung-gelembung secara berkelompok di permukaan kulit Ada beberapa jenis herpes adalah sebagai berikut: 1. Herpes Simpleks Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens. 2. Herpes Genitalis Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks. 3. Herpes Zoster Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih dikenal dengan sebutan “dampa” atau “cacar air”. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster (virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar/chickenpox.

2.2 ETIOLOGI Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks: 3

1 ) Virus Herpes Simpleks Tipe I (HSV I) Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut herpes simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis, herpesfebrilis. Biasanya penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan sebagian kecil melalui kontak langsung seperti ciuman, sentuhan atau memakai baju/handuk mandi bersama. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas termasuk mata dengan rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu, dapat juga dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat koitusoro genital (oral sex). 2 ) Virus Herpes Simpleks Tipe II (HSV II) Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga terjadi tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik. Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar, terutama daerah genitalia lesi ekstra-genital dapat pula terjadi akibat hubungan seksual orogenital VSH (virus herpes simpleks) tipe I dan Iinmerupakan virus DNA. Pembagian tipe I dan tipe II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenec marker, dan lokasi klinis (tempat predileksi). (Djuanda Adhi,2010) 3) Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster . virus varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit protein–virion yang lengkap dengan diameternya 150–200 nm, dan hanya virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14–21 hari

Transmisi virus herpes pada manusia Virus

Transmisi

Portal of entry

Target sel awal 4

HSV 1 HSV 2 VZV

Kontak langsung Mukosa,kulit Kontak langsung Mukosa kulit Inhalasi, kontak Saluran nafas, mukosa

Epitel Epitel Epitel

CMV EBV

langsung Saliva,darah, Urin. Semen

Neutrofil,monosit Limfosit B, kelenjar

Aliran darah,mukosa Mukosa,aliran darah

ludah Keterangan : HSV 1 : Herpes Simpleks Virus 1 HSV 2 : Herpes Simpleks Virus 2 VZV

: Varicella zoster virus

EBV

: Eibstein-Barr virus

2.3 PATOFISIOLOGI Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami kesulitan dalam

berkemih

dan

ketika

berjalan

akan

timbul

nyeri.

Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut. Kelenjar

getah

bening

selangkangan

biasanya

agak

membesar.

Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan. Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk divulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum. Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir. Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit. HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan fever 5

blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di kedua daerah tersebut. Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu berat. Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virus akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi chickenpox pada masa anak – anak. Sekitar 20% orang yang menderita cacar akan menderita shingles selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom.

WOC Herpes Simpleks Virus (HSV)

Kontak langsung ke dalam membran mukosa

HSV-1 (kontak dengan air liur)

HSV-2 (penularan secara seksual) 6

Opatitis kecil pada kornea Kerusakan intergritas Pria : gland penis,batang Struktur berubah ulkus Wanita kulit vulva, Jaringan Rasa parutgatal dan & membentuk gambaran Mata terinfeksi kulit penis,dll mole kebutaan terbakar yangkering nyata klitoris,serviks dan anus) Gangguan pdLesi pola seks Resiko Jalan Wanita lahir Genital hamil infeksi bayi Gangguan Ansietas Respon Pecah Infeksi citra sistemik berbentuk menjadi Primer tubuh Pustula tubuh ulkus macula (2-20 hari) / papuladendrit Hipertermi Resiko Demam Ulserasi mata Nyeri (konjungtivitis)

2.4 MANIFESTSI KLINIS Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan status imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang belum punya

7

kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV-2, yang biasanya menjadi lebih berat, dengan gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan komplikasi. 1. Infeksi primer 

Tipe 1 : didaerah pinggang keatas, terutama daerah mulut dan hidung



Tipe 2 : di daerah pinggang kebawah terutama di daerah genital



Infeksi primer berlangsung 3 minggu



Menular melalui kontak kulit



Demam, malaise, anoreksia



Pembengkakan kelenjar getah bening regional

2. Fase laten Fase ini tidak ditemukan gejala klinis, tetapi HVS dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis 3. Infeksi rekurens 

Trauma fisik (demam,infeksi,kurang tidur, berhubungan seksual)



Trauma psikis (gangguan emosional dan menstruasi)



Berlangsung 7-10 hari



Rasa panas, gatal dan nyeri



Dapat timbul pada tempat yang sama

(Djuanda Adhi,2010)

2.5 PENATALAKSANAAN MEDIS Karena infeksi HSV tidak dapat disembuhkan, maka terapi ditujukan untuk mengendalikan gejala dan me nurunkan pengeluaran virus. Obat antivirus analognukleosida merupakan terapi yang dianjurkan. Obat-obatan ini bekerja dengan menyebabkan deaktivasi atau mengantagonisasi DNA polymerase HSV yang pada gilirannya menghentikan sintesis DNA dan replikasi virus. Tiga obat antivirus yang dianjurkan oleh petunjuk CDC 1998 adalak asiklovir, famsiklovir, dan valasiklovir. Obat antivirus harus dimulai sejak awal tanda kekambuhan untuk mengurangi dan mempersingkat gejala. Apabila obat tertunda sampai lesi kulit 8

muncul, maka gejala hanya memendek 1 hari. Pasien yang mengalami kekambuhan 6 kali atau lebih setahun sebaiknya ditawari terapi supresif setiap hari yang dapat mengurangi frekuensi kekambuhan sebesar 75%. Terapi topical dengan krim atau salep antivirus tidak terbukti efektif. Terapi supresif atau profilaksis dianjurkan untuk mengurangi resiko infeksi perinatal dan keharusan melakukan seksioses area pada wanita yang positif HSV. Vaksin untuk mencegah infeksi HSV-2 sekarang sedang diteliti. Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti: 1) Menjaga kebersihan lokal, 2) menghindari trauma atau faktor pencetus. Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi. Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah: a. Asiklovir (Zovirus) Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan. b. Famsiklovir Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2. c. Valasiklovir (Valtres) adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 9

54%. Oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.

2.6 PENCEGAHAN Karena kemungkinan tertular penyakit ini meningkat dengan jumlah pasangan seksual seseorang, membatasi jumlah pasangan adalah langkah pertama menuju pencegahan. Untuk menjaga dari penyebaran herpes, kontak intim harus dihindari ketika luka pada tubuh. Gatal, terbakar atau kesemutan mungkin terjadi sebelum luka berkembang. Hubungan seksual harus dihindari selama waktu ini. Herpes bahkan dapat menyebar ketika tidak ada luka atau gejala. Untuk meminimalkan risiko penyebaran herpes, kondom lateks harus digunakan selama semua kontak seksual. Busa spermisida dan jeli mungkin menawarkan perlindungan tambahan meskipun bukti mengenai hal ini kontroversial. Virus herpes juga dapat menyebar dengan menyentuh luka dan kemudian menyentuh bagian lain dari tubuh. Jika Anda menyentuh luka, cuci tangan Anda dengan sabun dan air sesegera mungkin. Juga, tidak berbagi handuk atau pakaian dengan siapa pun. Untuk mencegah herpes genitalis adalah sama dengan mencegah penyakit menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari terinfeksi dengan HSV yang sangat menular pada waktu lesi ada. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah menjauhkan diri dari aktivitas seksual atau membatasi hubungan seksual dengan hanya satu orang yang bebas infeksi. Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit sitotoksik terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut. Vaksin herpes zoster dapat berupa virus herpes zoster yang telah dilemahkan atau komponen selular virus tersebut yang berperan sebagai antigen. Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti dapat mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada

10

pasien yang rentan, yaitu orang lanjut usia dan penderita imunokompeten, serta imunosupresi

11

BAB III KONSEP ASKEP 3.1 PENGKAJIAN 1. Data demografi 2. Riwayat kesehatan -

Keluhan Utama : Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal pada daerah yang terkena pada fase-fase awal baik pada herpes zoster maupun simpleks

-

Riwayat Penyakit Sekarang : Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga terdapat lesi/vesikel perkelompok dan penderita juga mengalami demam.

3. Riwayat keluarga -

Riwayat Penyakit Keluarga : Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.

-

Riwayat Penyakit Dahulu : Sering diderita kembali oleh klien yang pernah

mengalami penyakit herpes simplek atau memiliki riwayat penyakit seperti ini 4. Riwayat psiko-sosio Kaji respon pasien terhadap penyakit byang diderita serta peran dalam keluarga dan masyarakat, respon dalam keluarga maupun masyarakat. 5. ADL -

Aktivitas dan Istirahat : Apakah pasien mengeluh merasa cemas, tidak bisa

-

tidur karena nyeri, dan gatal. Pola Nutrisi dan Metabolik : Bagaimana pola nutrisi pasien, apakah terjadi

-

penurunan nafsu makan, anoreksia. Pola Aktifitas dan Latihan : Dengan adanya nyeri dan gatal yang dirasakan,

-

terjadi penurunan pola akifitas pasien. Pola Hubungan dan peran : Klien akan sedikit mengalami penurunan psikologis, isolasi karena adanya gangguan citra tubuh.

12

6. Riwayat diet 3.2 PEMERIKSAAN FISIK 1) Keadaan Umum  Tingkat Kesadaran  TTV 2) Head To Toe  Kepala Ø Bentuk Ø Kulit kepala  





Rambut Warna rambut hitam, tidak ada bau pada rambut, keadaan rambut tertata rapi. Mata (Penglihatan) Posisi simetris, pupil isokor, tidak terdapat massa dan nyeri tekan, tidak ada penurunan penglihatan. Hidung (Penciuman) Posisi sektum naso tepat ditengah, tidak terdapat secret, tidak terdapat lesi, dan tidak terdapat hiposmia. Anosmia, parosmia, kakosmia. Telinga (Pendengaran) Ø Inspeksi -

Daun telinga : tidak terdapat lesi, kista epidemoid, dan keloid. Lubang telinga : tidak terdapat obstruksi akibat adanya benda asing.

Ø Palpasi Tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan pada otitis media dan mastoidius. Ø Pemeriksaan pendengaran





- Test audiometric : 26 db (tuli ringgan) - Test weber : telinga yang tidak terdapat sumbatan mendengar lebih keras. - Test rinne : test (-) pada telinga yang terdapat sumbatan Mulut dan gigi Mukosa bibir lembab, tidak pecah-pecah, warna gusi merah muda, tidak terdapat perdarahan gusi, dan gigi bersih. Leher

13

Posisi trakea simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran 

vena jugularis, tidak ada nyeri tekan. Thorak Ø Bentuk : simetris Ø Pernafasan : regular



Abdomen Ø Inspeksi -

Bentuk : normal simetris Benjolan : tidak terdapat benjolan

Ø Palpasi -

Tidak terdapat nyeri tekan Tidak terdapat massa / benjolan Tidak terdapat tanda tanda asites Tidak terdapat pembesaran hepar

Ø Perkusi - Suara abdomen : tympani. 

Reproduksi Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah bagianglans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus. Sedangkan pada wanita,daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayora dan minora, klitoris, introitus vagina, dan serviks Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas,warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanyapembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limferegional



Ekstremitas Tidak terdapat luka dan spasme otot.



Integument

14

Ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri,edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut b.d inflamasi jaringan 2. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes simpleks 3. Resiko infeksi b.d pemajanan melalui kontak ( kontak langsung,tidak langsung, 4. 5. 6. 7.

kontak droplet) Ansietas Hipertermi Resiko mata kering Kerusakan integritas kulit

3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN No 1.

Diagnosa keperawatan Tujuan dan criteria hasil Nyeri akut b/d inflamasi NOC: jaringan  Pain level  Pain control Definisi : pengalaman  Comfort level sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang Kriteria hasil : muncul akibat kerusakan  Mampu mengontrol jaringan actual atau nyeri, mampu potensial atau digambarkan menggunakan teknik dalam hal kerusakan non farmakologi sedemikian rupa untuk mengurangi (international association nyeri, mencari for the study of pain) : bantuan awitan yang tiba-tiba atau  Melaporkan bahwa lambat dari intensitas ringan nyeri berkurang hingga berat dengan akhir dengan yang dapat diantisipasi atau menggunakan diprediksi dan manajemen nyeri berlangsung<6 bulan  Mampu mengenali Batasan karakteristik : nyeri(skala,  Perubahan selera intensitas, frekuensi, makan dan tanda nyeri)  Perubahan tekanan  Menyatakan rasa darah nyaman setelah  Perubahan frekwensi nyeri berkurang jantung

intervensi NIC: Pain menagement - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi , karakteristik,durasi,fr ekuansi,kualitas,dan faktor presipitasi - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk menggunakan mengetahui pengalaman nyeri pasien - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau - Evaluasi bersama pasien dan tim 15



Perubahan frekwensi pernapasan  Laporan isyarat  Diaphoresis  Perilaku distraksi (mis. Berjalan mondar-mandir mencari orang lain dan atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)  Mengekspresikan perilaku (mis. Gelisah, merengek, menangis)  Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak kaca, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu focus meringis)  Sikap melindungi area nyeri  Focus menyempit (mis, gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berfikir, enurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)  Indikasi nyeri yang dapat diamati perubahan posisi untuk menghindari nyeri  Sikap tubuh melindungi  Dilatasi pupil  Melaporkan nyeri secara verbal  Gangguan tidur Factor yang berhubungan

-

-

-

-

-

-

-

kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yng dapat mempengaruhi nyeri seperti sushu ruangan , pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyari Pilih dan lakukan penanganan nyeri Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan aanalgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan ada tindakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic administrion - Tentukan lokasi,karakteristik,ku alitas, dan derajat 16



Agen cedera (mis, biologis, zat kimia, psikologis

-

-

-

-

-

-

2.

Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan,sekunder akibat penyakit harpes Definisi : konfusi dalam gambaran mental tentang diri fisik individu Batasan karakteristik :  Perilaku mengenali tubuh individu  Perilaku menghindari tubuh individu  Perilaku memantau tubuh individu  Respon nonverbal

NOC  Body image  Self esteem Criteria hasil :  Body image positif  Mampu mengidentifikasi kekuatan personal  Mendiskripsiakn secara factual Perubahan fungsi tubuh  Mempertahankan interaksi sosial

nyeri sebelum pemberian obat Cek intruksi dokter tentang jenis otak, dosis dan frekuensi. Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal Pilih rute pemberian secara IV, IM, untuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali Berikan analgesik tepat waktu saat nyeri hebat Efektivitas analgesik atau efek samping.

NIC Body image enhancement - Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya - Monitor frekuensi mengkritik dirinya - Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit - Dorong klien mengungkapkan perasaannya 17

terhadap perubahan actual pada tubuh (mis, penampilan, struktur, fungsi)  Respon nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh (mis, penampilan, struktur, fungsi)  Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tubuh individu (mis, penampilan, struktur, fungsi)  Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan individu dalam penampilan Objektif  Perubahan actual pada fungsi  Perubahan actual pada struktur  Perilaku mengenali tubuh individu  Perilaku memantau tubuh individu  Perubahan dalam kemampuan memperkirakan hubungan special tubuh terhadap lingkungan  Perubahan dalam keterlibatan social  Perluasan batasan tubuh untuk menggabungkan objek lingkungan

-

-

Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

18



Secara sengaja menonjolkan bagian tubuh  Kehilangan bagian tubuh  Tidak melihat bagian tubuh  Trauma pada bagian yang tidak berfungsi  Secara tidak sengaja menonjolkan bagian tubuh Subjektif  Depersonalisasi kehilangan melalui kata ganti yang netral  Depersonalisasi bagian melalui kata ganti yang netral  Penekanan pada kekuatan yang tersisa  Ketakutan terhadap reaksi orang lain  Focus pada penampilan masa lalu  Perasaan negative tentang sesuatu  Personalisai kehilangan dengan menyebutkannya  Focus pada perubahan  Focus pada kehilangan  Menolak memverifikasi perubahan actual  Mengungkapkan perubahan gaya hidup Factor yang 19

3.

berhubungan :  Biofisik, kognitif  Budaya, tahap perkembangan  Penyakit, cedera  Perceptual, psikososial, spiritual  Pembedahan, trauma  Terapi penyakit Resiko infeksi b/d NOC pemajanan melalui kontak  immune Status  knowledge : (kontak langsung, tidak langsung, kontak droplet Infection control  Risk control Definisi : mengalami Kriteria hasil : peningkatan resiko  Klien bebas dari terserang organism patogenik tanda dan gejala Factor-faktor resiko : infeksi  Mendeskripsikan  Penyakit kronis proses penularan - Diabetes penyakit, factor mellitus - Obesitas yang mempengaruhi  Pengetahuan yang penularan serta tidak cukup untuk penatalaksanaannya  Menunjukkan menghindari pemanjaan pathogen kemampuan untuk  Pertahanan tubuh mencegah timbulnya primer yang tidak infeksi  Jumlah leukosit adekuat - Gangguan dalam batas normal  Menunjukkan peristaltis - Kerusakan perilaku hidup sehat intregitas kulit (pemasangan kateter intravena, prosedur invasive) - Perubahan sekresi Ph - Penurunan kerja siliaris - Pecah

NIC Infection Control (control infeksi) - Bersihkan lingkungan setelah di pakai pasien lain - Pertahankan teknik isolasi - Batasi pengunjung bila perlu - Instruksikan pada pengunjung bila perlu - Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung meninggalkan pasien - Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan - Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatn - Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung - Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat - Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum - Gunakan kateter 20



 

 

ketuban dini - Pecah ketuban lama - Merokok - Stasis cairan tubuh - Trauma jaringan (mis,trauma destruksi jaringan) Ketidak adekuatan pertahan sekunder - Penurunan Hemoglobin - Imunosupresi (mis. Imunitas didapat tidak adekuat, agen farmaseutikal termasuk imunosupresi , steroid, antibody monoclonal, imunomudul ator) Vaksinasi tidak adekuat Pemajanan terhadap pathogen lingkungan meningkat - Wabah Prosedur invasive malnutris

-

-

-

-

-

-

-

-

intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing Tingkatkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotic bila perlu infection protection (proteksi terhadap infeksi) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local Monitor hitung granulosit,WBC Monitor kerentanan terhadap infeksi Batasi pengunjung Sering pengunjung terhadap penyakit menular Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko Pertahankan teknik isolasi k/p Berikan perawatan kulit pada area edema Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase Inspeksi kondisi luka/insisi bedah Dorong masukkan nutrisi yang cukup Dorong masukkan cairan Dorong istirahat Instruksikan pasien untuk minum antibiotic sesuai resep Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Ajarkan cara 21

4.

menghindari infeksi Laporkan kecurigaan infeksi Laporkan kultur positif

Ansietas NOC NIC Definisi : Perasaan tidak  Anxiety self- Anxiety Reduction nyaman atau kekhawatiran (penurunan kecemasan) control  Anxiety level yang samar disertai respon  Gunakan pendekatan  Coping autonom ( sumber sering yang menyenangkan kali tidak spesifik atau tidak Kriteria hasil :  Nyatakan dengan  Klien mampu diketahui oleh individu); jelas harapan perasaan takut yang mengidentifikasi dan terhadap pelaku disebabkan oleh antisipasi mengungkapkan pasien terhadap bahaya. Hal ini  Jelaskan semua gejala cemas  Mengidentifikasi, merupakan isyarat prosedur dan apa mengungkapkan dan kewaspadaan yang yang dirsakan selama menunjukkan tehnik memperingati individu akan prosedur untuk mengontrol adanya bahaya dan  Pahami prespektif cemas memampukan individu pasien terhadap  Vital sign dalam untuk bertindak menghadapi situasi stress batas normal Postur ancaman.  Temani pasien untuk tubuh, ekspresi memberikan wajah, bahasa tubuh Batasan karakteristik keamanan dan dan tingkat aktifitas  Perilaku : mengurangi takut menunjukkan - Penurunan  Dorong keluarga berkurangnya produktivitas untuk menemani anak - Gerakan yang kecemasan  Lakukan back/neck ireleven rub - Gelisah  Dengarkan dengan - Melihat sepintas penuh perhatian - Insomnia  Identifikasi tingkat - Kontak mata yang kecemasan buruk  Bantu pasien - Mengekspresikan mengenal situasi yang kekawatiran karena menimbulkan perubahan dalam kecemasan peristiwa hidup  Dorong pasien untuk - Agitasi mengungkapkan - Mengintai - Tampak waspada perasaan, ketakutan,  Afektif : persepsi - Gelisah,distress  Instruksikan pasien - Kesedihan yang menggunakan teknik mendalam relaksasi 22

-

Ketakutan Perasaan yang tidak adekuat - Berfokus pada diri sendiri - Peningkatan kewaspadaan - Iritabilitas - Gugup senang berlebihan - Rasa nyeri yang meningkatkan ketidak berdayaan - Peningkatan rasa ketidak berdayaan yang persisten - Bingung, menyesal - Ragu/tidak percaya diri - Khawatir  Fisiologis : - Wajah tegang, tremor tangan - Peningkatan keringat - Peningkatan ketegangan - Gemetar, tremor - Suara bergetar - Simpatik : - Anoreksia - Eksitasi kardiovaskuler - Diare, mulut kering - Wajah merah - Jantung berdebardebar - Peningkatan tekanan darah - Peningkatan denyut nadi - Peningkatan reflek - Peningkatan frekwensi



Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

23



pernafasan, pupil melebar Kesulitan bernafas Vasokontriksi superfisial Lemah, kedutan pada otot Parasimpatik Nyeri abdomen Penurunan tekanan darah Penurunan denyut nadi Diare, mual, vertigo Letih, Gangguan tidur Kesemutan pada ekstremitas Sering berkemih Anyang-anyangen Dorongan segera berkemih Kognitif - Menyadari gejala fisiologis - Bloking fikiran, konfusi - Penurunan lapang persepsi - Kesulitan berkonsentrasi - Penurunan kemampuan untuk belajar - Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah - Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik - Lupa, gangguan 24

perhatian - Khawatir, melamun - Cenderung menyalahkan orang lain Faktor Yang Berhubungan  Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran)  Pemajanan toksin  Terkait keluarga  Herediter  Infeksi/kontaminan interpersonal  Penularan penyakit interpersonal  Krisis maturasi, krisis situasional  Stress, ancaman kematian  Penyalahgunaan zat  Ancaman pada (status ekonomi, lingkungan,status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran, konsep diri)  Konflik tidak disadari mengenai tujuan penting hidup  Konflik tidak disadari mengenai nilai esensial/penting  Kebutuhan yang tidak dipenuhi 5.

Hipertermi  Thermoregulation Definisi : peningkatan suhu Kriteria hasil:

Fever treatment - Monitor suhu 25

tubuh diatas kisaran normal Batasan karakteristik :  Konvulsi  Kulit kemerahan  Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal  Kejang  Takikardi  Takipnea  Kulit terasa hangat Factor yang berhubungan :  Anastesia  Penurunan respirasi  Dehidrasi  Pemajanan lingkungan yang panas  Penyakit  Pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan  Peningkatan laju metabolism  Medikasi  Trauma  Aktivitas berlebihan



Suhu tubuh dalam rentang normal

-



Nadi dan RR dalam rentang normal

-



Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

-

-

sesering mungkin Monitor IWL Monitor warna dan suhu kulit Monitor tekanan darah,nadi & RR Monitor penurunan tingkat kesadaran Monitor WBC,Hb dan Hct Monitor intake dan output Berikan anti piretik Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam Selimuti pasien Lakukan tapd sponge Berikan cairan intravena Kompres pasien padi lipat paha dan aksila Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

Temperature regulation - Monitor suhu minimal tiap 2 jam - Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu - Monitor TD,nadi dan RR - Monitor warna dan suhu kulit - Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi - Tingkatkan intake cairan dan nutrisi - Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya 26

kehangatan tubuh - Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas - Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative dari kedinginan - Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan - Berikan anti piretik jaka perlu Vital sign monitoring - Monitor TD, nadi, suhu dan RR - Catat adanya fluktuasi tekanan darah - Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri - Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan - Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas - Monitor kualitas dari nadi - Monitor frekuensi dan irama pernapasan - Monitor suara paru - Monitor pola pernapasan abnormal - Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit - Monitor sianosis perifer - Monitor adanya 27

-

6.

Resiko mata kering Definisi : beresiko terhadap ketidaknyamanan mata atau kerusakan kornea dan konjung tiva karena penurunan kuantitas atau kualitas air mata untuk melembabkan mata Factor resiko :  Penuaan  Penyakit autoimun (mis, arthritis, rheumatoid, diabetes mellitus, penyakit tiroid, gout, osteoporosis, dll)  Lensa kontak  Factor lingkungan (mis, penyejuk udara, angin berlebihan, pemajanan sinar matahari, polusi udara, kelembaban rendah)  Gender wanita  Riwayat alergi  Hormone  Gaya hidup (mis, merokok, pengguna kafein, membaca dalam waktu lama)  Terapi ventilasi mekanis  Lesi neuologis dengan kehilangan

NOC  Sensory function : Vision kriteria hasil :  Ketajaman pusat penglihatan kanan dan kiri  Ketajaman menglihat sekeliling mata kanan dan kiri  Dapat menangkap penglihatan terpusat kanan dan kiri  Menangkap penglihatan perifer kanan dan kiri  Respon stimulus penglihatan adekuat  Tidak ada penglihatan ganda  Tidak ada penglihatan kabur  Tidak ada sakit kepala  Ketegangan mata berkurang  Tidak ada pusing  Mata lembab  Tidak terdapat benda asing dimata

cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

NIC Eyes care - Monitor tanda-tanda kemerahan, cairan, atau ulserasi - Instruksikan pasien tidak menggosok mata - Monitor reflek kornea - Ganti lensa kontak jika perlu - Gunakan pelindung mata (kaca mata) jika diperlukan - Lakukan perawatan jika perlu - Lakukan alternative perbaikan mata untuk diplopia - Gunakan tetes mata untuk melembabkan - Gunakan salep mata untuk melembabkan Medication Administration : Eyes - Ikuti administrasi lima benar dalam pemberian obat - Catat riwayat pengobatan pasien dan riwayat alergi - Kaji pengetahuan pasien tentang pengobatan dan pengetahuan pasien tentang metode pengobatan 28

7.

reflek sensoro atau motorik (lagoftalmos,kurang reflek kedipspontan karena penurunan kesadaran dan gangguan medis lain)  Kerusakan permukaan ocular  Tempat hidup  Efek samping terkait pengobatan (mis, agens farmaseutikal seperti inhibitor enzim pengubah angiotensin deuretik, trasquilizer, analgesic,sedative, agens blok neuromuscular)  Defisiensi vitamin A Kerusakan intregitas kulit NOC Definisi :  Tissue integrity : perubahan/gangguan skin and mucous epidermis dan ataudermis membranes  Hemodyalis akses Batasan karakteristik : kriteria hasil :  Kerusakan lapisan  Integritas kulit yang kulit(dermis)  Gangguan baik bias dipertahankan permukaan kulit (sensasi, elastisitas, (epidermis)  Invasi struktur tubuh temperature, hidrasi, pigmentasi) Factor yang  Tidak ada luka/lesi berhubungan : pada kulit  Eksternal :  Perfusi jaringan baik - Zat kimia,  Menunjukkan radiasi pemahaman dalam - Usia yang proses perbaikan ekstrim - Kelembaban kulit dan mencegah - Hipertermia, terjadinya cedera hipotermia berulang - Factor  Mampu melindungi

-

-

Instruksikan pasien membuka mata untuk mempermudah memasukkan obat Monitor efek local sistemik yang berlawanan dari pengobatan

NIC Pressure Management - Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar - Hindari kerutan pada tempat tidur - Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering - Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali - Monitor kulit aka adanya kemerahan - Oleskan lotiaon atau minyak/baby oil pada darah yang tertekan - Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien - Monitor status nutrisi pasien - Memandikan pasien 29



mekanik (mis, gaya gunting) - Medikasi - Lembab - Imobilitasi fisik Internal : - Perubahan status cairan - Perubahan pigmentasi - Perubahan turgor - Factor perkembanga n - Kondisi ketidak seimbangan nutrisi (mis, obesitas, emasiasi) - Penurunan imunologis - Penurunan sirkulasi - Kondisi gangguan metabolic - Gangguan sensasi - Tonjolan tulang

kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

dengan sabun dan air hangat Insision site care - Membersihkan, memantau, dan meningkatkan proses penyembuhan pada luka yang ditutup dengan jahitan, klip atau straples - Monitor proses kesembuhan area insisi - Bersihkan area sekitar jahitan atau staples, menggunakan lidi kapas seteril - Gunakan preparat antiseptic, sesuai program - Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka (tidak dibalut)sesuai program Dialysis Acces Maintenance

3.5 DISCHARGE PLANNING 1. Jalanipola hidup yang bersih dan higienis 2. Jaga agar lesi tetap lembab,tidak kering 3. Berikan kompres es atau hangat pada lepuhan-lepuhan yang timbul untuk mengurangi rasa nyeri 4. Hindari penularan melalui ciuman, penggunaan handuk atau pisau cukur bersama 5. Hindari memencet atau memecahkan lepuhan karena dapat menyebabkan infeksi sekunder

30

6. Jangan menggosok atau menyentuh mata sehabis lepuhan karena dapat menyebabkan penyebaran virus ke kornea yang mengakibatkan kebutaan 7. Cucilah tangan setiap kali sesudah menyentuh herpes

BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Herpes merupakan infeksi kulit kelamin yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui hubungan seks. Terkadang ditemukan juga pada mulut penderita karena yang bersangkutan melakukan oral seks dengan penderita herpes. Sedangkan menurut Kamus Kedokteran Dorland,herpes adalah erupsi kulit yang menyebar yang disebabkan oleh virus herpes dan ditandai oleh pembentukan vesikel kecil yang mengelompok. Sehingga bisa ditarikkesimpulan, herpes merupakan suatu penyakit kulit yang ditandai dengan munculnya gelembung-gelembung secara berkelompok di permukaan kulit 4.2 SARAN Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini lebih lanjut

31

DAFTAR PUSTAKA

Nurafif, Huda Amin, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis NANDA & NIC-NOC. Yogyakarta : Media Action Vierche. 2011. http://chapung-vierche.blogspot.com/2011/11/askep-herpes.html. Diakses pada 10 Oktober 2014. Pukul 14.30 Ismail firmani. 2012. http://ahmadfirmanismail.blogspot.com/2012/06/askep-padaklien-dengan-herpes-simpleks.html Diakses pada 10 Oktober 2014. Pukul 14.30

32

Related Documents

Askep Herpes
January 2021 0
Herpes Zoster
February 2021 1
Askep Siadh
January 2021 0
Askep Osteoporosis
January 2021 0
Askep Nhs
January 2021 0
Askep Hipertiroid
February 2021 0

More Documents from "hendrikus hering"

Askep Herpes
January 2021 0
Referat Luka
February 2021 1
Modul 1 _ 9
January 2021 3
Preventive Dentistry
March 2021 0