Askep Keluarga Gastritis

  • Uploaded by: ni wayan irjayanti
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Keluarga Gastritis as PDF for free.

More details

  • Words: 4,343
  • Pages: 32
Loading documents preview...
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA DI DESA KEMBES 1 KECAMATAN TOMBULU KABUPATEN MINAHASA

OLEH: DEISY NATALIA AWUY NIM 15140045

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK III MANADO T/A 2017-2018

i

BAB I KONSEP KELUARGA A. Definisi Keluarga Banyak

ahli

menguraikan

pengertian

keluarga

sesuai

dengan

perkembangan sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan beberapa pengertian keluarga : Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (WHO, 2008).. Padila

(2012)

mendefinisikan

keluarga

sebagai

suatu

arena

berlangsungnya interaksi kepribadian. keluarga adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari individu-individu yang bergabung dan berinteraksi secara teratur antara yang satu dengan yang lain diwujudkan dengan adanya saling ketergantungan dan berhubungan untuk mencapai tujuan bersama (Andarmoyo, 2012). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi (Bailon, 2007)

B. Ciri-ciri Keluarga Menurut

Friendman

(1998),

ciri-ciri

keluarga

berdasarkan

orientasi

tradisional, adalah : 1. Keluarga terdiri dari individu-individu yang disatukan oleh ikatan perkawinan sedarah dan adopsi. 2. Anggota keluarga biasanya hidup berdamai dalam satu rumah tangga atau jika mereka terpisah, tetap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka. 3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran sosial keluarga seperti suami-istri, anak laki-laki dan anak perempuan. 4. Keluarga menggunakan budaya yang sama yang diambil dari masyarakat dengan ciri tersebut.

C. Tipe Keluarga Pembagian tipe ini bergabung kepada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. 1. Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak. Biasanya keluarga yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga dengan orangtua campuran atau orangtua istri. 2. Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak, atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka. Biasanya keluarga dengan karier tunggal atau karier keduanya. 3. Keluarga dengan orangtua tunggal, biasanya sebagai konsekuensi dari penceraian. 4. Bujangan dewasa sendirian. 5. Keluarga besar, terdiri dari keluarga inti dan orangtua yang berhubungan. 6. Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah tua anakanaknya sudah berpisah.

D. Struktur Keluarga Keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah : 1. Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. 2. Matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. 3. Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga saudara sedarah istri. 4. Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

5. Keluarga Kawin Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri. ROLE

P O W E R

STRUKTUR KELUARGA

NILAI/NORMA

K O M U N I K A S I

Gambar 1 Dimensi Struktural keluarga

E. Kekuasaan dalam Keluarga Secara umum pemegang kekuasaan terdiri dari tiga macam yaitu : 1. Patriakal Pemegang kekuasaan didasarkan pada garis keturunan laki-laki. 2. Matriakal Kekuasaan didasarkan pada garis keturunan perempuan. 3. Equalitarian/egalitarian Kekuasaan didasarkan keputusan bersama antara laki-laki dan perempuan.

F. Peranan Keluarga Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat prilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain adalah : 1. Ayah Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok social tertentu. 2. Ibu Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. 3. Anak Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

G. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga menurut WHO (1978) adalah sebagai berikut : 1. Fungsi Biologis Artinya adalah fungsi untuk reproduksi, pemeliharaan dan membesarkan anak, memberi makan, mempertahankan kesehatan dan rekreasi. Prasyarat yang harus dipenuhi untuk fungsi ini adalah pengetahuan dan pemahaman tentang manajemen fertilitas, kesehatan genetik, perawatan selama hamil, perilaku konsumsi yang sehat, serta melakukan perawatan anak. 2. Fungsi Ekonomi Adalah fungsi untuk memenuhi sumber penghasilan, menjamin keamanan financial anggota keluarga dan menentukan alokasi sumber yang diperlukan. Prasyarat untuk memenuhi fungsi ini adalah keluarga mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang sesuai serta tanggung jawab. 3. Fungsi Psikologis Adalah fungsi untuk menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan

perkembangan kepribadian secara alami, guna memberikan perlindungan psikologis yang optimum. Prasyarat yang harus dipenuhi untuk melaksanakan fungsi ini adalah emosi stabil, perasaan antar anggota keluarga baik, keterampilan untuk mengatasi, stres dan krisis. 4. Fungsi Edukasi Adalah fungsi untuk mengajarkan keterampilan, sikap dan pengetahuan. Prasyarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan fungsi ini adalah anggota keluarga harus mempunyai tingkat intelegensi yang meliputi pengetahuaan, keterampilan serta pengalaman yang sesuai. 5. Fungsi Sosiokultural Adalah fungsi untuk melaksanakan transfer nilai-nilai yang berhubungan dengan prilaku, tradisi/adat dan bahasa. Prasyarat yang dipenuhi adalah keluarga harus mengetahui standar nilai yang dibutuhkan, memberi contoh norma-norma prilaku serta mempertahankannya.

H. Fungsi Keluarga (Friendman) Fungsi keluarga menurut Friendman (2012) adalah sebagai berikut : 1. Fungsi Efektif Yaitu perlindungan psikologis, rasa aman, interaksi, mendewasakan dan mengenal identitas diri individual. 2. Funsi Sosialisasi Peran Yaitu fungsi dan peran dimasyarakat, serta sasaran untuk kontak social di dalam atau luar rumah. 3. Fungsi Repoduksi Adalah menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan hidup masyarakat. 4. Fungsi Memenuhi Kebutuhan Fisik Dan Perawatan Merupakan pemenuhan sandang, pangan dan papan serta perawatan kesehatan. 5. Fungsi Ekonomi Adalah fungsi untuk pengadaan sumber dana, pengalokasian dana serta pengaturan keseimbangan.

I. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friendman (2012) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu : 1.

Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. 3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. 4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dann perkembangan kepribadian anggota keluarga. 5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada).

J. Tahap Perkembangan Keluarga Table 1. Tahap Perkembangan Keluarga Menurut Duvall 2012 Tahap Siklus Kehidupan Keluarga

Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap I ( keluarga Baru)

a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan. b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok dan sosial. c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua). d. Mendiskusikan anak.

recana

mempunyai

Tahap II (kelahiran anak pertama)

a. Persiapan menjadi orang tua. b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga peran, interaksi, hubungan seksual dan kegiatan c. Mempertahankan

hubungan

yang

memuaskan dengan pasangan.

Tahap III (Keluarga Dengan Anak Prasekolah).

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi dan keamanan. b. Mengsosialisasikan anak. c. Menginteraksi anak yang baru lahir sementara tetap memenuhi kebutuhan. d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan orang tua, anak dan di luar keluarga besar dan komunitas).

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tahap IV (Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah)

Tugas Perkembangan Keluarga

a. Mengsosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat. b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. c. Memenuhi kebutuhan fisik keluarga

Tahap V (Keluarga Dengan Anak Remaja).

a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri. b. Memfokuskan

kembali

hubungan

perkawinan

berkomunikasi

secara

terbuka antara orang tua dan anakanak. c. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga. Tahap VI (Keluarga Melepas Anak Dewasa)

a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat melalui perkawinan anakanak. b. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan

kembali

hubungan

perkawinan. c. Membantu orang tua sakit-sakitan dari suami maupun istri. Tahap VII (Orang Tua Usia Pertengahan)

a. Menyediakan

lingkungan

yang

meningkatkan kesehatan. b. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak. c. Memperkokoh hubungan perkawinan.

Tahap VIII (Keluarga Lansia)

a. Mempertahankan pengaturan hidup b. yang memuaskan. c. Menyediakan

terhadap

pendapatan

yang menurun. d. Mempertahankan

hubungan

perkawinan. e. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan

pasangan. f. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi g. Meneruskan

untuk

eksistansi mereka.

memahami

BAB II KONSEP DASAR GASTRITIS A. Pengertian Beberapa pengertian menurut para ahli, antara lain : 1.

Gastritis adalah suatu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan (Nuari, 2015)

2.

Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat akut, dengan kerusakan “Erosif” karena permukaan hanya pada bagian mukosa (Wijaya & Putri, 2013).

3.

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan (Sukarmin, 2013).

4.

Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan pendarahan mukosa lambung dan setelah terpapar pada zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung (Suratun & Lusianah, 2010).

5.

Gastritis adalah inflamasi pada mukosa lambung yang disertai kerusakan atau erosi pada mukosa (Diyono & Mulyanti, 2013).

B. Etiologi Lapisan lambung menahan iritasi dan biasanya tahan terhadap asam yang kuat. Tetapi lapisan lambung dapat mengalami iritasi dan peradangan karena beberapa penyebab, diantaranya: 1. Infeksi bakteri, seperti Helcobacter Pilori, escbericia coli, salmonella dan lain-lain 2. Pemakaian obat anti inflamasi nonstreroid seperti aspirin, asam mefenamat, aspilet dalam jumlah besar. 3. Konsumsi alkohol berlebihan.

4. Banyak merokok. 5. Pemberian obat kemoterapi 6. Uremia 7. Ureum pada darah dapat mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh terutama saluran pencernaan (gastrointestinal uremik). 8. Infeksi sistemik 9. Stress berat 10. Iskemia dan syok 11. Konsumsi kimia secara oral yang bersifat asam/basa 12. Trauma mekanik 13. Infeksi mikroorganisme 14. Jamur dari spesies candida, seperti Histoplasma, capsulaptum dan mukonaceace dapat menginfeksi mukosa gaster hanya pada pasien immunocompromezed. 15. Kelainan autoimmune 16. Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika system kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu produksi faktor intrinsik. 17. Radiasi dan kemoterapi.

C. Patofisiologi Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang termasuk ke dalam lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung kehilangan barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi pada mukosa dan peningkatan sekresi asam lambung yang meningkat / banyak. Asam lambung dan enzim-ensim pencernaan, kemudian menginfeksi mukosa lambung dan terjadilah reaksi peradangan, inilah yang disebut gastritis. Respon mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut sering kali menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus

menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis. Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan atropi kelenjar-kelenjar lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak-bercak penebalan berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan

(gastritis atropik).

Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia pernisiosa. Gastritis atropik boleh jadi merupakan pendahuluan untuk karsinoma lambung. Gastritis kronis terdapat pula terjadi bersamaan dengan ulkus peptikum atau mungkin terjadi setelah tindakan gastroyeyunostomi (Nuari, 2015).

D. Klasifikasi Beberapa klasifikasi gastritis, yaitu : 1. Gastritis Akut Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang menyebabkan erosif dan perdarahan pada mukosa lambung setelah terpapar oleh zat iritan. Gastritis disebut erosive apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada muosa mukularis. Erosinya juga tidak mengenai lapisan otot. 2. Gastritis Kronis Gastritis kronis merupakan suatu peradangan bagian permukaan lambung yang sifatnya menahun dan berulang. Peradangan tersebut terjadi dibagian permukaan mukosa lambung dan berkepanjangan, yang bisa disebabkan Karena ulkus lambung jina maupun ulkus lambung ganas, bisa juga karena bakteri Helicobacter pylori. Gastritis ini dapat pula terkait dengan artropi mukosa gastric, sehingga produksi HCL menurun dan menimbulkan kondisi Acblorbidria dan ulserasi peptic (tungkak pada saluran pencernaan).

E. Pemeriksaan Diagnostik Ada beberapa pemeriksan yang dilakukan pada klien gastritis, yaitu : a. Pemeriksaan darah b. Pemeriksaan feses. c. Endokopi saluran cerna bagian atas. d. Rontgen saluran cerna bagian atas (Nuari, 2015).

F. Manifestasi Klinis Beberapa manifestasi klinis gastritis diantaranya : 1. Gastritis akut a. Anoreksia b. Nyeri pada epigastrium c. Mual dan muntah d. Perdarahan saluran cerna e. Anemia (tanda lebih lanjut) 2. Gastritis kronis a.

Mengeluh nyeri ulu hati

b.

Anoreksia

c.

Nausea

G. Penatalaksanaan Medis Ada dua jenis pengobatan gastritis, yaitu :

1. Farmakologi a.

Pemberian antipiretik dan pasang infuse untuk mempertahankan cairan tubuh pasien.

b.

Antasida untuk mengatasi perasaan begah (penuh) dan tidak enak di abdomen, serta untuk menetralisir asam lambung.

c.

Antagonis H2 (seperti antin dan ranitidine dan simetidine) mampu menurunkan sekresi asam lambung.

d.

Antibiotik diberikan jika dicurigai adanya infeksi oleh H. pylori.

2. Nonfarmakologi Dapat diatasi dengan memodifikasi diet klien, yakni diet makanan lunak yang diberikan dalam porsi sedikit tapi lebih sering. Untuk menetralisir alkali, guna jus lemon encer atau cuka encer. Instruksikan klien untuk menghindari alkohol.

H. Komplikasi Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) berupa hematemisis dan melena, berakhir dengan syok hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi (Muhammad, 2012).

BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN GASTRITIS A. Pengkajian Hal-hal yang perlu di kumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga adalah: 1. Data umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : a.

Nama kepala keluarga

b.

Alamat dan telepon

c.

Pekerjaan kepala keluarga

d.

Pendidikan kepala keluarga

e.

Komposisi keluarga dan genogram Table 2 Komposisi Keluarga

No

Nama

Jenis kelamin

Hub dgn KK

umur

Pendidikan

f.

Tipe keluarga

g.

Suku bangsa

h.

Agama

i.

Status sosial ekonomi keluarga

j.

Aktivitas rekreasi keluarga

k.

Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

Status imunisasi

Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi: 1) Tahap perkembangan keluarga saat ini 2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi l.

Riwayat keluarga inti

m. Riwayat keluarga sebelumnya 2. Pengkajian lingkungan

ket

Pengkajian lingkungan meliputi : a. Karakteristik rumah. b. Karakteristik tetangga dan komunikasi RW. c. Mobilitas geografis keluarga. d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. 3. Struktur keluarga Struktur keluarga meliputi : a. System pendukung keluarga b. Pola komunikasi keluarga c. Struktur kekuatan keluarga d. Struktur peran e. Nilai atau norma keluarga 4. Fungsi keluarga Fungsi keluarga yang dikaji meliputi : a.

Fungsi Afektif

b.

Fungsi Sosialisasi

c.

Fungsi Perawatan Kesehatan

d.

Fungsi Reproduksi

e.

Fungsi Ekonomi

b.

Stress dan Koping Keluarga

5. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik. 6. Harapan keluarga Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

B. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada perumusan PES (Problem, Etiologi Dan Simptom) dimana untuk problem menggunakan rumusan masalah dari NANDA, sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan lima pedekatan lima tugas keluarga atau dengan menggambarkan pohon masalah.

1. Daftar diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA 1995 adalah sebagai berikut : a. Diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan lingkungan. 1) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah. 2) Resiko terhadap cedera. 3) Resiko terjadinya infeksi (penularan penyakit). b. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur peran. 1) Berduka dan di antisipasi. 2) Berduka disfungsional. 3) Isolasi sosial. 4) Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya orang yang sakit terhadap keluarga). 5) Potensial peningkatan menjadi orang tua. 6) Perubahan menjadi orang tua. 7) Perubahan penampilan peran. 8) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah. 9) Gangguan citra tubuh. c. Dignosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi afektif. 1) Perubahan proses keluarga. 2) Perubahan menjadi orang tua. 3) Potensial peningkatan menjadi orang tua. 4) Berduka yang antisipasi. 5) Koping keluarga tidak efektif, menurun. 6) Koping keluarga tidak efektif, ketidak mampuan. d. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial. 1) Perubahan proses keluarga. 2) Perilaku mencari bantuan kesehatan. 3) Konflik peran orang tua. 4) Perubahan menjadi orang tua. 5) Potensial peningkatan menjadi orang tua. 6) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan. 7) Perubahan pemeliharaan kesehatan.

8) Kurang pengetahuan. 9) Isolasi sosial. 10) Resiko terhadap tindakan kekerasan. 11) Ketida patuhan. 12) Gangguan identitas keperibadian.

2. Diagnosa keperawatan Gastritis Beberapa diagnosa yang dapat ditemukan pada klien Gastritis : a.

Nyeri (epigastrik) berhubungan dengan iritasi mukosa lambung, perforasi mukosa, kerusakkan jaringan lunak

b.

Hipertermi sehubungan dengan pirogen mikroorganisme, pirogen eksternal.

c.

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan intake maanan yang tidak adekuat.

d.

Ketidakseimbangan

cairan

dan

elektrolit

berhubungan

dengan

keluarnya cairan akibat muntah berlebihan. e.

Kecemasan berhubungan dengan pronogsis penyakit, kesalahan interprestasi informasi, perubahan status kesehatan,dan timbulnya rasa nyeri

3. Perioritas masalah Setelah merumuskan masalah tahap berikutnya merumuskan prioritas masalah adalah menentukan dignosa yang menjadi prioritas. Prioritas dilihat dari angka yang paling tinggi sampai angka paling rendah. Table 3 skala prioritas masalah keluarga Kriteria a) Sifat masalah Skala : (1) Tidak/kurang sehat (2) Ancaman kesehatan (3) krisis

Skor

3 2 1

Bobot

1

b) kemungkinan masalah dapat diubah skala : (1) Dengan mudah (2) Sebagian (3) Tidak dapat c)

c) Potensi masalah Skala : a) Tinggi b) Cukup c) Rendah d) Menonjolnya masalah untuk diubah Skala : a) Masalah berat harus diatasi b) Masalah yang tidak perlu harus diatasi c) Masalah tidak dirasakan

2 1 0

2 1 0

3

2

1

1

2 1

Sumber : bailon dan magiaya 2012

Keterangan : 1. Tentukan skor untuk setiap kriteria. 2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot. Skor × Bobot Angka Tertinggi 3. Jumlah skor untuk semua kriteria. 4. Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot.

Empat kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah : a) kriteria I (1) kurang sehat Keadaan sakit (sesudah atau sebelum di diagnosis) dan gagal pertumbuhan normal. (2) Ancaman kesehatan Yaitu keadaan yang memungkinkan terjadinya penyakit,

kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai kesehatan. (3) Status krisis Perkawinan, kehamilan, persalinan, masa nifas, menjadi orang tua, penambahan anggota keluarga/baby. b) Kriteria II Yaitu kemungkinan masalah dapat diubah. Dalam menentukan hal tersebut, perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut : (1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah. (2) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik keuangan. (3) Sumber

daya

perawat

dalam

bentuk

pengetahuan

keterampilan dan waktu. (4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam bentuk masyarakat. c) Kriteria III (1) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah. (2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu terjadi. (3) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah. (4) Adanya sekelompok “High Risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensial untuk mencegh masalah. d) Kriteria IV Yaitu menonjolkan masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana kelurga melihat masalah kesehatan tersebut.

C. Perencanaan 1.

Perencanaan keperawatan keluarga Perencanaan keperawatan kelurga terdiri dari penetapan tujuan, mencangkup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta

dilengkapi dengann rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Tujuan dirumuskan secara spesifik, dapat diukur (marusable), dapat dicapai (achievable), rasional dan menunjukan waktu (SMART). Rencana intervensi ditetapkan untuk mencapai tujuan. Wright dan Leahey dalam Friedman (2012) membagi intervensi keperawatan keluarga menjadi dua tingkatan intervensi, yaitu intervensi pemulaan dan intervensi lanjut. Intervensi permulaan meliputi intervensi yang bersifat suportif, edukatif dan langsung kea rah sasaran, sedangkan pada tingkat lanjut, meliputi sejumlah intervensi terapi keluarga yang lebih bersifat psikososial dan tidak langsung. Friendman (2012) mengklasifikasikan (tipologi) intervensi keperawatan keluarga menjadi : a. Intervensi supplemental Perawat sebagai pemberi perawatan langsung dengan mengintervensi bidang-bidang yang keluarga tidak dapat melakukannya. b. Intervensi Fasilitatif Perawat berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan keluarga seperti pelayanan medis, kesejahteraan social, transportasi dan pelayanan kesehatan di rumah. c. Intervensi perkembangan Perawat melakukan tindakan dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan kapasitas keluarga dalam perawatan diri dan tanggung jawab pribadi. Perawat membantu keluarga memanfaatkan sumbersumber perawatan untuk keluarga termasuk dukungan internal dan eksternal. d. Selanjutnya intervensi keluarga diklasifikasikan menjadi intervensi yang mengarah pada aspek kognitif, efektif dan psikomotor (prilaku).

2. Perencanaan keperawatan Gastritis Intervensi Keperawatan\ a.

Nyeri (epigastrium) berhubungan dengan edema, kenaikan mediator kimia.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri klien berkurang atau hilang. Kriteria hasil : 1) Klien menyatakan tidak terdapat nyeri (nyeri pada perut kiri atas). 2) Pasien tidak terlihat meringis. 3) Tidak terlihat diaphoresis. 4) Nadi tidak teraba cepat (frekuensi >100x/menit) 5) Skala nyeri menurun (misalnya menjadi 3 dari yang kemarin 6). 6) Pada pemeriksaan endoskopi ulang tidak kelihatan tanda edema pada gaster. Table 4 Intervensi Keperawatan manajemen nyeri. No 1)

Intervensi

No

Kaji nyeri secara komperhensif

1)

Rasional Untuk menentukan

meliputi lokasi, karakteristik,

intervensi dan mengetahui

skala, intensitas (dengan skala

efek terapi.

0-10), durasi, kualitas dan pemberat nyeri. 2)

Berikan makan dalam porsi

2)

sedikit tapi sering 3)

4)

5)

Makanan sebagai penetralisir asam lambung.

Jelaskan

agar

klien 3)

Makanan yang merangsang

menghindari

makanan

yang

dapat mengiritasi mukosa

merangsang

lambung.

Atur posisi tidur yang nyaman 4)

Posisi yang nyaman dapat

bagi pasien

menurunkan nyeri

Anjurkan klien untuk

5)

Teknik relaksasi dapat

melakukan teknik relaksasi,

mengalihkan perhatian

seperti menarik napas dalam,

klien, sehingga dapat

mendengarkan musik,

menurunkan nyeri.

menonton TV dan membaca

6)

Kolaborasi dalam pemberian 6)

Untuk menghilangkan nyeri

analgetik dan antasida.

lambung.

b. Hipertermi berhubungan dengan pirogen mikroorganisme, pirogen eksternal. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi Hipertermi pada klien Gastritis. Kriteria hasil : 1) Klien mengatakan tubuhnya tidak terasa panas. 2) Panas tubuh pasien menurun menjadi normal atau mendekati normal (normal 36,50C-37,50C). 3) Pada perabaan kulit pasien (kulit dahi, kulit punggung tangan). 4) Wajah tidak terlihat kemerahan. No 1)

2)

Intervensi

No

Rasional

Pantau suhu tubuh klien 1)

Mengetahui keadaan umum

tiap jam.

klien.

Monitor tanda-tanda

2)

Hipertermi tidak terkontrol

hipertermi (suhu tubuh

akan membahayakan aktivitas

>37,50C, kulit teraba

organ lain, hipotermi dapat

panas, wajah terlihat

membahayakan

merah, nadi cepat dan

sirkulasi karena vasokontriksi

berkeringat banyak) dan

yang

hipotermi (suhu >360C,

pembuluh dan sel.

kegagalan

berlebihan

pada

kulit teraba dingin, kulit pucat atau kebiru-biruan, nadi lemah) 3)

Berikan kompres hangat 3)

Rasa hangat dapat memicu

pada dahi dan ketiak.

vasodilator

pada

pori-pori

kulit sehingga meningkatkan

perpindahan panas dari tubuh kelingkungan melalui proses evaporasi. 4)

Anjurkan kepada klien 4)

Baju yang mudah menyerap

untuk menggunakan baju

keringat

yang mudah menyerap

terjadinya iritasi pada kulit.

dapat

mencegah

keringat 5)

Berikan antipiretik jika

5)

Mempercepat proses

diperlukan

penurunan suhu tubuh.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan mual muntah, anoreksia. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Kriteria hasil : 1) Klien bisa menghabiskan satu porsi makanan 2) Berat badan meningkat 3) Hasil laboratorium menunjukan kadar albumin. Internensi

No 1)

No

Kaji status nutrisi klien

1)

Rasional Sebagai dasar untuk menentukan intervensi

2)

Berikan

nutrisi

dalam 2)

keadaan lunak, porsi sedikit

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien

tapi sering 3)

Jelaskan

agar

klien 3)

menghindari minuman yang

Kafein dapat merangsang aktivitas gaster

mengandung kafein. 4)

Timbang berat badan klien 4)

Untuk mengetahui status

setiap hari dengan alat ukur

nutrisi klien.

yang sama. 5)

Berikan terapi multivitamin 5)

Untuk meningkatkan nafsu

dan antasida sesuai program

makan dan menghilangkan

medis.

mual.

d. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan keluarnya cairan akibat muntah berlebihan. Tujuan setelah

: diberikan

tindakkan

keperawatan

diharapkan

ketidakseimbangan cairan tidak terjadi. kriteria Hasil : 1) pasien menunjukan perbaikan keseimbangan cairan, membran mukosa lembab, turgor kulit normal. 2) TTV dalam batas normal, CRT > 3 detik, produksi urine > 600 ml/hari. 3) Laboratorium : nilai elektrolit normal, nilai hematocrit dan protein serum meningkat, BUN / Kreatinin menurun. No 1

Intervensi Observasi tanda vital.

No 1

Rasional Pemeriksaan tekanan darah perlu

dilakukan

hipotensi

karena

dapat

terjadi

dan

cairan

hipovolemi 2

Monitor status cairan (turgor 2

Jumlah

kulit, membrane mukosa dan

pengganti ditentukan status

urine autput).

cairan penurunan volume cairan

mengakibatkan

produksi urine menurun. 3

Pertahankan tirah baring, untuk 3

Aktifitas/muntah

mencegah muntah dan tekanan

meningkatkan

intraabdomen saat defekasi.

intraabdomen dan dapat mencetuskan

tekanan

pendarahan

lebih lanjut. 4

Tinggikan kepala tempat tidur 4

Mencegah refluks gaster

saat

atau

selama

pemberian

dan

antasida.

aspirasi

antasida,

dimana

dapat

menyebabkan komplikasi paru yang serius. 5

Tindakan

kolaborasi

pertahankan

pemberian

: 5

Jalur yang paten, penting

cairan

intavena.

untuk

pemberian

cairan

cepat

dan memudahkan

perawat dalam melakukan control intake dan output cairan.

e. Kecemasan berhubungan dengan pronogsis penyakit, kesalahan interprestasi informasi, perubahan status kesehatan,dan timbulnya rasa nyeri Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak ada cemas. kriteria hasil : 1) Kecemasan berkurang. 2) Klien tampak rileks No 1

2

Intervensi Observasi

respon

No fisiologi 1

Rasional Dapat

menjadi

indicator

(takipnea, palpitasi, pusing, sakit

untuk menilai derajat takut

kepala, sensasi kesemutan).

yang dialami klien.

Dorong

klien

untuk

mau 2

menyatakan perasaan takut dan

Membuat sebuah hubungan terapeautik

kecemasan yang ia hadapi dengan memberikan umpan balik. 3

Berikan informasi yang akurat.

3

Melibatkan rencana menurunkan yang

tak

klien

dalam

asuhan

dan

kecemasan perlu

ketidak tahuan klien.

akibat

4

Berikan lingkungan tenang untuk 4

Memindahkan

klien beristirahat.

pengaruh

klien

stressor

meningkatkan

dari luar,

relaksasi,

serta dapat meningkatkan keterampilan coping

D. Implementasi Merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Prisip yang mendasari implementasi keperawatan keluarga antara lain : 1. Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat. 2. Implementasi dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas masalah. 3. Kekuatan-kekuatan keluarga berupa, finansial, motivasi dan sumbersumber pendukung lainnya jangan diabaikan. 4. Pendokumentasian

implementasi

keperawatan

keluarga

janganlah

terlupakan dengan meyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab profesi (santun setiawati, 2007).

E. Evaluasi Tahap evaluasi suatu proses menilai diagnosis keperawatan keluarga yang teratasi, teratasi sebagian atau timbul masalah baru. Melalui kegiatan evaluasi, kita dapat menilai pencapaian tujuan yang diharapkan dan tujuan yang telah dicapai oleh keluarga. Kemampuan keluarga mengenal masalah penyakit : 1.

Kemampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan.

2.

Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

3.

Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat

4.

Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dalam menangani masalah kesehatan.

Evaluasi Merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan merupakan suatu proses menentukan nilai keberhasilan yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang di harapkan (Ardiansyah, 2012)

DAFTAR PUSTAKA Andarmoyo, S. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: GRAHA ILMU. Bailon, d. M. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Diyono, & Mulyanti, S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Jakarta: Kencana. Friedman. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Semarang: Nuha Medika. Nuari, N. A. (2015). Buku ajar Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta Timur: CV. TRANS INFO MEDIA. Padila. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika. Sukarmin. (2013). Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suratun, & Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: CV. Trans Info Media. WHO. (2015). Asuhan Keperawatan Keluarga. Semarang: Pustaka Pelajar. Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 1 Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

(1)

Related Documents

Askep Keluarga Gastritis
February 2021 0
Askep Keluarga Gastritis
February 2021 0
Askep Gastritis
January 2021 0
Askep Keluarga
January 2021 0
Askep Keluarga
March 2021 0
Lp Askep Keluarga Diare
February 2021 1

More Documents from "Widya Aryanti"