Askep Low Back Pain ( Lbp).docx

  • Uploaded by: Inisial J
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Low Back Pain ( Lbp).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,867
  • Pages: 39
Loading documents preview...
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. L DENGAN DIAGNOSA MEDIS LOW BACK PAIN ( LBP ) DAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PEMENUHAN KEBUTUHAN NYERI DI RUANG NUSA INDAH RSUD Dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

DI SUSUN OLEH: TETENIA DIYANTI 2018.C.10a.0987

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI SARJANA KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2019/2020

KATA PENGANTAR Puji syukur panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dan asuhan keperawatan yang berjudul tentang “ Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan tentang Low Back Pain ( LBP ) Tn. L di RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya” dalam bentuk laporan ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih ada kekurangan maupun kesalahan, untuk itu penulis megharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Atas perhatiannya saya ucapaka terimakasih.

Palangkaraya 11 mei 2020

penulis

i

DAFTAR ISI Sampul depan Kata Pengantar……………………………………………………………………….i Daftar isi…………………………………………………………………………….ii BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………..1 1.1.

Latar Belakang…………………………………………………………………..1

1.2.

Rumusan Masalah……………………………………………………………….2

1.3.

Tujuan penulisan………………………………………………………………..3

1.3.1. Tujuan Umum…………………………………………………………….3 1.3.2. Tujuan Penulis……………………………………………………………3 1.4. Manfaat………………………………………………………………………….3 1.4.1. Untuk Mahasiswa…………………………………………………………3 1.4.2. Untuk Klien dan Keluarga………………………………………………..3 1.4.3. Untuk Institusi ( Pendidikan dan Rumah sakit )………………………….3 1.4.4. Untuk IPTEK……………………………………………………………..3 BAB 2 TINJUAN PUSTAKA………………………………………………………4 2.1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia……………………………………………..4 2.1.1. Definisi…………………………………………………………………...4 2.1.2. Anatomi Fisiologi………………………………………………………...4 2.1.3. Etologi……………………………………………………………………4 2.1.4. Klasifikasi………………………………………………………………..5 2.1.5. Patofisiologi……………………………………………………………...6 2.1.6. Manifestasi Klinis………………………………………………………..6 2.1.7. Komplikasi………………………………………………………………7 2.18. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………….8

ii

2.1.9. Penatalaksanaan Medis………………………………………………….8

2.2. konsep Penyakit………………………………………………………………8 2.2.1. Definisi…………………………………………………………………8 2.2.2. Anatomi Fisiologi………………………………………………………8 2.2.3. Etologi…………………………………………………………………..11 2.2.4. Klasifikasi………………………………………………………………13 2.2.5. Patofiologi………………………………………………………………14 2.2.6. Manifestasi………………………………………………………………15 2.2.7. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………16 2.2.8. penatalaksanaan medis…………………………………………………..17 2.3. Manajemen Asuhan Keperawatan……………………………………………..19 2.3.1. Pengkajian Keperawatan………………………………………………..19 2.3.2. Diagnosa Keperawatan………………………………………………….19 2.3.3. Intervensi Keperawatan…………………………………………………20 2.3.4. Implementasi Keperawatan……………………………………………..20 2.3.5. Evaluasi Keperawatan…………………………………………………..20 BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN………………………………………………21 3.1. Pengkajian………………………………………………………………21 3.2. Diagnosa………………………………………………………………..28 3.3. Intervensi……………………………………………………………….29 3.4. Implementasi……………………………………………………………29 3.5. Evaluasi…………………………………………………………………30 BAB 4 PENUTUP…………………………………………………………………..31 4.1. Kesimpulan……………………………………………………………….31 4.2. Saran………………………………………………………………………32 DAFTAR PUSTAKA

iii

iv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan yang membuat seseorang merasa

nyaman, terlindung dari ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit terutama nyeri (Purwanto dalam Karendehi, 2015). Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan terkait kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial, atau yang di gambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (Meliala & Suryamiharja, 2007). Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari Word Health Organization (WHO) (2015), jumlah pasien nyeri pembedahan meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2011 tercatat terdapat 140 juta pasien atau sekitar 1,9% di seluruh dunia, pada tahun 2012 terjadi peningkatan sebesar 148 juta pasien atau sekitar 2,1%, Sedangkan menurut Fabbian, Giorgi, Palam, Menegatti, Gallerani & Manfredini (2014), prevalensi nyeri di Italia di alami oleh 21% pasien penyakit kanker, 33% pasien penyakit cardiovaskuler, 23% pasien penyakit Pulmo, 24% pasien dengan penyakit pembuluh darah, 16% pasien dengan gangguan musculoskeletal, 18% pasien dengan penyakit saraf, 4% pasien penyakit kulit, 15% pasien penyakit ginjal, 16% pasien dengan penyakit gangguan metabolik, 10% pasien penyakit hepatik, 9% pasien dengan penyakit dan gangguan pankreas, 12% pasien dengan penyakit dan gangguan lambung dan 11% pasien dengan penyakit dan gangguan pada usus. Jumlah prevalensi nyeri secara keseluruhan belum pernah di teliti di Indonesia, namun diperkirakan nyeri kanker dialami oleh sekitar 12,7 juta orang atau sekitar 5% dari penduduk Indonesia (WHO, 2014), angka kejadian nyeri rematik di Indonesia mencapai 23,6-31,3% (Purastuti dalam Fanada & Muda 2012), sedangkan nyeri punggung bawah (LBP) sebanyak 40% penduduk dengan jumlah prevalensi pada laki-laki sekitar 18,2% dan wanita 13,6% (Wulandari, Maja & Khosama, 2013).

1

Pasien dalam merespon terhadap nyeri yang dialaminya dengan cara berbedabeda misalnya berteriak, meringis, menangis dan sebagainya, maka perawat harus peka terhadap sensasi nyeri yang dialami oleh pasien (Asmadi dalam Saifullah, 2015). Perawat harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam semua aspek keperawatan mencangkup pemeliharaan suhu tubuh normal, pernafasan yang optimal, bebas dari cidera, terutama meminimalkan nyeri dan ketidaknyamanan (Baradero dalam Saifullah, 2015). Perawat dengan menggunakan pengetahuannya dapat mengatasi masalah nyeri baik secara mandiri maupun kolaboratif dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan farmakologi dan pendekatan non farmakologi (Saifullah, 2015). Pendekatan farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk menghilangkan nyeri terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang berlangsung berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Terapi farmakologis seperti obat-obatan analgetik atau pereda nyeri memiliki efek samping seperti depresi, sedasi, mual muntah dan konstipasi, sedangkan pendekatan nonfarmakologi merupakan pendekatan untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan teknik managemen nyeri meliputi stimulasi dan masase kutaneus, terapi es dan panas, distraksi, imajinasi terbimbing, teknik relaksasi nafas dalam dan sebagainya 1.2.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian dapat di rumuskan permasalahan, yaitu

“Bagaimanakah Intervensi Keperawatan Mandiri pada Pasien yang Mengalami Nyeri di ruangan Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ?” 1.3.

Tujuan Penulis

1.3.1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat memahami dan melakukan peran sebagai perawat dalam pencegahan dan penanganan masalah Gangguan Rasa nyaman nyeri di Ruang Nusa indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka raya

2

1.3.2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnose keperawatan, membuat intervensi keperawatan mampu melakukan perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah di berikan. b. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut c. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang di berikan. 1.4. Manfaat 1.4.1. Untuk Mahasiswa Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang (Gangguan Rasa Nyaman atau Nyeri ) dan juga mengembangkan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan di program studi S1 keperawatan Stikes Eka Harap Palangka raya 1.4.2. Untuk Klien dan Keluarga Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi klien yang mengidap penyakit LBP, dan klien dapat mengatasi penyakit yang diderita klien. 1.4.3. Untuk Institusi ( Pendidikan dan Rumah Sakit ) 1.4.3.1. Bagi pendidikan Dapat memberikan Wawasandan masukan tentang (gangguan rasa nyaman Nyeri) sebagaiinformasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang. 1.4.3.2. Bagi Rumah Sakit Karya tulis ini diharapkan sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya bagi pasien Gangguan Rasa Nyaman atau Nyeri 1.4.4. Untuk IPTEK Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat membuat serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status kesembuhan klien.

3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia ( Gangguan Rasa Nyaman atau Nyeri ) 2.1.1. Definisi Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Smatzler & Bare, 2002). Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan IASP (dalam Potter & Perry, 2006). Nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri (Mc Caffery dalam Potter & Perry, 2006). 2.1.2. Anatomi Fisiologi Stimulus dengan intensitas rendah menimbulkan sensasi rasa yang diaktifkan oleh serabut saraf A beta, sedang stimulus dengan intensitas tinggi menimbulkan sensasi rasa nyeri yang diaktifkan oleh serabut A delta dan serabut saraf C. Pada keadaan paska bedah, sistem saraf sensorik ini mengalami hipersensitifitas yang akan menyebabkan juga perubahan fungsi di kornu dorsalis medula spinalis sehingga dengan stimulus yang rendah menyebabkan rasa nyeri yang nyata. 2.1.3. Etologi 2.1.3.1. Faktor Risiko a. Nyeri Akut 1. Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal 2. Menunjukan kerusakan 3. Posisi untuk mengurangi nyeri 4. Muka dengan ekspresi nyeri 5. Gangguan tidur 6. Respon otonom ( penurunan tekanan dara, suhu,nadi) 7. Tingkah laku ekspresif

4

b. Nyeri Kronis 1. Perubahan berat badan 2. Melaporkan secara verbal dan non verbal 3. Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, fokus pada diri sendiri 4. Kelelahan 5. Takut cedera 6. Interaksi dengan orang lain menurun c. Faktor predisposisi a. Trauma b. Peradangan c. Trauma Psikologi d. Faktor Presipitasi a. Lingkungan b. Suhu ekstrim c. Kegiatan d. Emosi 2.1.4. Klasifikasi Nyeri Akut. Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot berbatasan karakteristik. -          Mayor : Komunikasi (verbal atau penggunaan kode) tentang nyeri yang dideskripsikan. -          Minor : 1.      Mengatupkan rahang atau pergelangan tangan 2.      Perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktivitas. 3.      Agirasi / kegelisahan 4.      Peka rangsangan 5.      Menggosok bagian nyeri

5

6.      Mengerok 7.      Postur tidak biasa 8.      Ketidakaktifan fusik dan mobilitas 9.      Perubahan pada pola tidur 10.  Rasa takut mengalami cedera tulang 11.  Mata terbuka lebar dan sangat tajam 12.  Mual muntah. Nyeri Kronis. Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan. Biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama lebih daro 6 bulan. Batasan karakteristik : -          Mayor : Nyeri telah ada lebih dari 6 bulan -          Minor : 1.      Gangguan hubungan social dan keluarga. 2.      Peka rangsangan 3.      Ketidakaktifan fisik dan mobilitas 4.      Menggosok kebagian yang nyeri. 5.      Tampilan yang meringis 6.      Keletihan. 2.1.5. Patofisiologi Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia seperti bradikinim, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan merusak ujung saraf respetor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulus terhadap respetor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri. 2.1.6. Manifestasi klinis 1.      Tekanan darah meningkat 2.      Nadi meningkat

6

3.      Pernafasan meningkat 4.      Raut wajah kesakitan 5.      Menangis, merintih 6.      Posisi berhati-hati 2.1.7. Komplikasi a. Edema pulmonal b. Kejang c. Masalah Mobilitas d. Hipovolemik e. Hipertensi 2.1.8. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium 2. Foto rontgen 3. CT sen 2.1.9. Penatalaksanaan Medis 1. Pemberian analgesic akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri 2. Terapi fisik agar mengurangi rasa nyeri di punggung klien 3. Terapi relaksasi 2.2. Konsep Penyakit 2.2.1. Definisi Kerusakan punggung dan tulang adalah penyebab ketiga ketidakmampuan individu dalam bertahun-tahun pekerjaannya. Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh

masalah-masalah musculoskeletal (misalnya perenggangan

lumbosakral akut, ligament lumbosakral yang tidak stabil dan kelemahan otot, osteotitis medulla, stenosis medulla, masalah-masalah diskus intervertebra, panjang tungkai yang tidak sama. Pasien lansia mungkin mengalami sakit punggung yang berkaitan dengan fraktur vertebra, osteoporosis atau metastasis tulang. Banyak kondisi medikal dan psikomatis lain yang menyebabkan nyeri punggung. Obesitas, stress dan kadang depresi dapat menunjang terjadinya nyeri

7

punggung bawah. Pasien dengan nyeri punggung bawah kronik mungkin mengalami ketergantung pada alkohol atau analgesik. Masalah nyeri punggung bawah merupakan sumber data tarik, frustasi dan kadang menjadi kebingungan pada banyak dokter dan ilmuan untuk mempelajari dan menangani penyakit ini. Tulang belakang merupakan satu- satunya organ yang terdiri dari tulang-tulang, sendi-sendi, ligament-ligamen, jaringan lemak, berlapis lapis otot, saraf tepi, ganglion sensoris, ganglion otonom dan saraf tulang belakang. Struktur tersebut di suplay oleh satu sistem arteri dan vena yang rumit. Selain itu pergerakan dari tulang belakang itu sendiri sangat kompleks dan cidera pada tulang belakang dan struktur-struktur tersebut akan menghasilakan pola nyeri yang unik. 2.2.2. Anatomi Fisiologi 2.2.2.1. Anatomi Muskuloskeletal Kerangka merupakan dasar bentuk tubuh sebagai tempat melekatnya otot, pelindung organ tubuh yang lunak, penentuan tinggi, pengganti sel - sel yang rusak, memberikan sistem sambungan untuk gerak pengendali dan untuk menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut. Rangka manusia terdiri dari tulang – tulang yang menyokong tubuh manusia yang terdiri atas tulang tengkorak, tulang badan dan tulang anggota gerak. Fungsi dari sistem muskuloskeletal adalah mendukung dan melindungi tubuh dan organ-organnya dalam melakukan gerakan. Terdapat enam elemen dari muskuloskeletal antara lain : tendon, ligamen, fascia (pembungkus), kartilago, tulang sendi dan otot. Tendon, ligamen, fascia dan otot sering disebut sebagai jaringan lunak, sedangkan tulang sendi diperlukan untuk pergerakan antara segmen tubuh. Sistem otot dan rangka merupakan rangkaian alat gerak yang mampu mempengaruhi postur dalam bekerja. Sistem ini berguna dalam mendesain atau merancang tempat kerja, peralatan kerja dan produk baru yang harus disesuaikan dengan karakteristik manusia. Sistem otot dan rangka berpengaruh dalam kemampuan dan keterbatasan manusia dalam melakukan suatu pekerjaan. 2.2.2.2. Anatomi Tulang Belakang.

8

Tulang belakang merupakan bagian terpenting dalam menentukan posisi ergonomi terutama saat bekerja karena bagian ini merupakan rangka yang menyokong tubuh manusia bersama dengan panggul mentransmisikan beban kepada kedua kaki melalui persendian pangkal paha. Tulang belakang terdiri dari beberapa bagian

yaitu:

a. Tulang Belakang Servikal. Terdiri dari tujuh tulang yang memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau proccesus spinosus (bagian sepertisayap pada belakang tulang) yang pendek kecuali tulang ke-2 dan ke-7. Tulang ini merupakan tulang yang mendukung bagian leher b. Tulang Belakang Thorax. Terdiri dari 12 tulang (tulang dorsal). Proccesus spinosus pada tulang ini terhubung dengan rusuk. Kemungkinan beberapa gerakan memutar dapat terjadi pada tulang ini. c. Tulang Belakang Lumbal. Terdiri dari lima tulang yang merupakan bagian yang paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil. d. Tulang Belakang Sakrum. Terdiri dari lima tulang dimana tulang – tulangnya bergabung dan tidak memiliki celah atau intervertebral disc satu sama.

9

Gambar tulang Belakang Pada tulang belakang terdapat bantalan yaitu intervertebral disc yang terdapat di sepanjang tulang belakang sebagai sambungan antar tulang dan berfungsi melindungi jalinan tulang belakang. Bagian luar dari bantalan ini terdiri dari annulus fibrosus yang terbuat dari tulang rawan dan nukleus pulposus yang berbentuk seperti jeli dan mengandung banyak air. Dengan adanya bantalan ini memungkinkan terjadinya gerakan pada tulang belakang dan sebagai penahan jika terjadi tekanan pada tulang belakang seperti dalam keadaan melompat. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini maka tulang dapat menekan syaraf pada tulang belakang sehingga menimbulkan kesakitan pada punggung bagian bawah dan kaki. Struktur tulang belakang ini harus dipertahankan dalam kondisi yang baik agar tidak terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan cidera. Gambar penampung tulang belakang potongan tranversal

Gambar penampung tulang belakang potongan sagital

10

2.2.2.3. Fisiologi Kontraksi Otot. Sistem otot terdiri dari sejumlah besar otot yang berperandalam pergerakan (body movement) dan menyusun sekitar 40% dari total massa tubuh manusia. Sel otot merupakan sel khusus yang memiliki kemampuan untuk melakukan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan gerakan. Ketika melakukan kontraksi, otot membutuhkan energi yang diperoleh dari reaksi pemecahan ATP (adenosine triphospate) menjadi (adenosinediphospate) dan energy. Jika kontraksi dilakukan terus-menerus, aliran darah keotot terhambat sehingga energi diperoleh dari senyawa glukosa otot (glikogen). Glukosa kemudian mengalami glikolisis menjadi 25 asam piruvat dan ATP yang menghasilkan energy untuk kontraksi otot serta asam laktat sebagai produk sampingan yang mengakibatkan timbulnya rasapegal atau kelelahan. Otot yang bekerja terus - menerus akan mengalami kejang otot. Terdapat dua jenis kerja otot, yaitu kerja otot statis dan dinamis. Dalam pemanfaatan energy, pekerjaan dinamis lebih baik dari pada pekerjaan statis. Pada pekerjaan statis, peredaran darah ke otot berkurang sehingga energi yang dihasilkanpun berkurang pula. Hal ini menyebabkan konsumsi energy yang lebih besar pada pekerjaan statis dibanding pekerjaan dinamis pada beban kerja yang sama. 2.2.3. Etologi

11

Tulang belakang merupakan organ mekanik yang sering digambarkan sebqgai suatu derek (crane) dengan kemampuan menyangga berat badan, menjaga keseimbangan dan melawan berbagai tarikan sebagai akibat dari pekerjaan seharihari maupun aktivitas rekreasional. Walaupun tulang belakang memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menahan sebagian besar tekanan mekanis, tulang belakang tidak dapat dipaksa untuk melampaui kemampuannya. Kekuatan yang melampaui kapasitas jaringan tulang belakang untuk merenggang akan mengakibatkan cidera atau nyeri. Penyebab dari nyeri punggung masih belum dapat diketahui dengan jelas dan masih belum dapat dijelaskan dengan detail. Banyak grup peneliti telah menyerah dalam usaha untuk menjelaskan penyebab dari nyeri punggung bawah dan kemudian justru menjelaskan beberapa kondisi tanda bahaya (red flag) yang berkaitan dengan gangguan ini. Kelompok permasalahan yang dapat menyebabkan nyeri punggung adalah sebagi berikut. 1. Berasal dari biomekanis dan destruktif, misalnya kompresi diskus vertebralis,

herniasi

diskusvertebralis,

cidera

torsio

dan

vibrasi.

Permasalahan-permasalahan tersebut dapat terlihat pada klien yang memiliki pekerjaan yang membutuhkan kerja mengangkat yang berat dan berulang pada posisi membungkuk atau pekerjaan mengoprasikan mesin yang bergetar. 2. Bersifat destruktif, misal infeksi, tumor dan gangguan rematik. Kondisikondisi tersebut dapat memberikan tekanan pada saraf tulang belakang atau akarnya, atau bahkan merubah struktur dari tulang vertebra. Pembagian etiologi berdasarkan sistem anatomi : a. LBP Viserogenik (organ abdomen) Kelainan berasal dari ginjal, viscera pelvis, omentum minor, tumor retroperitoneal, fibroid retrouteri b. LBP Verkulogenik (pembuluh darah) Aneurisme diabdomen, penyakit vaskuler perifes, insufiensi dari arteri glutea superior

12

c. LBP Neuvogenik Tumor-tumor letaknya ekstradural maupun intradural ekstra medullar sering menyebabkan LBP oleh karena juga menekan radik. d. LBP Spondilogenik Berasal dari : 1. Tulang koluma spinalis (trauma, radang, tumor, metabolic dan spondilolistesis) 2. Sendi-sendir sakroiliakan 3. Jaringan lunak (degenerasi diskus, aptur diskus, penjepitan akar saraf akibat stenosis spinalis. e. LBP Psikogenik Dapat disebabkan oleh keadaan depresi, kecemasan maupun neurosis. Pembagian lain adalah berdasarkan etiologi : a. LBP Traumatik 1. LBP pada unsur miofasial 2. LBP

akibat

trauma

pada

komponen

keras

neuromuskuloskeletal b. LBP akibat proses degeneratif yang mencakup 1.

Spondilosis

2.

HNP

3.

Stenosis spinalis

4.

Oesteoartritis

c. LBP akibat penyakit inflamasi yaitu 1. Artritis rematoid 2. Spondilitis angkilopoetika 3. Spondylitis d. LBP akibat gangguan metabolisme, misalnya osteoporosis tulang e. LBP akibat neoplasma 1. Tumor myelum 2. Retikulosis

13

susunan

f. LBP akibat kelainan congenital g. LBP sebagai refered pain h. LBP akibat gangguan sirkulatorik i. LBP oleh karena psikoneurotik 2.2.4. Klasifikasi Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP terbagi menjadi dua jenis, yaitu: 1. Acute Low Back Pain Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba -tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik. 2. Chronic Low Back Pain Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang- ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis , rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor. 2.2.5. Patofisiologi berat memiliki berbagai efek terhadap diskus intervertebralis, badan dari vertebrata, faset dan ligamen-ligamen tulang belakang. Pada beban berat yang menekan (compressive load) serabut anuker dari diskus mengalami perenggangan. Tulang vertebra juga mengalami tekanan dan dapat patah pada end–plate–nya. Ligamen- ligamen tulang belakang cenderung dapat melengkung dengan mudah dan sendi faset hanya dapat sedikit menahan kompresi.

14

Akibatnya adalah dapat mengakibatkan herniasi. Ketika diskus hanya menonjol, anulusnya masih sempurna. Ketika terjadi herniasi, annulus bisa robek, sehingga menghasilkan ekstrusi dari nucleus pulpous. Kompresi dari akar saraf tulang belakang dapat terjadi karena herniasi diskus tadi. Diskus yang memisahkan dan memberi bantalan vertebra mendapatkan inervasi oleh ujung-ujung halus. Ketika diskus menimpa nervus sklialitikus, kondisi ini dan denyut nyeri yang dihasilkan disebut sebagai skiatika. Skiatika adalah bentuk nyeri yang parah dan konstan di dareah kaki yang muncul disepanjang jalur nervus skiatik dan cabang- cabangnya. Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus merupakan penyebab nyeri punggung yang biasa diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus (herniasi nucleus pulposus) atau kerusakan sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut. Sekitar 12% orang dengan nyeri punggung bawah  menderita hernia nucleus pulposus ( Brunner & Suddarth, 2002 : 2321 ). 2.2.6. Manifestasi Klinis Gambaran klinis LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat menuju ke daerah lain atau sebaliknya , nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (reffered pain/nyeri yang menjalar). Tanda dan gejala yang timbul antara lain: a. Cara berjalan pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk pemeriksaan neurologis) b. Perilaku

penderita

apakah

konsisten

(kemungkinan kelainan psikiatrik)

15

dengan

keluhan

nyerinya

c. Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal (pinggang) sehingga penderita berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, peradangan, tumor atau patah tulang ) Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang termasuk dalam low back pain terdiri dari : 1. Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi: superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis. 2. Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra sakralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui spina iliaka superior posterior dan inferior. 3. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain Selain itu, IASP juga membagi low back pain ke dalam : a. Low Back Pain Akut, telah dirasakan kurang dari 3 bulan. b. Low Back Pain Kronik, telah dirasakan sekurangnya c. Low Back Pain Subakut, telah dirasakan minimal 5-7 minggu, tetapi tidak lebih dari 12 minggu. 2.2.7. Komplikasi Komplikasi umum yang biasanya terjadi setelah pembedahan (Joyce, 2009) : 1. Infeksi dan peradangan 2. Cedera pada akar-akar saraf 3. Robekan pada lapisan durameter 4. Sindroma kauda ekuina 5. Hematoma 6. Tidak ada penyatuan pada area bedah

16

2.2.8. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang adalah suatu pemeriksaan medis yang dilakukan karena suatu indikasi tertentu guna memperoleh keterangan lebih lengkap : 1. Pemeriksaan Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan sesuai indikasi, berguna untuk melihat laju endap darah (LED), morfologi darah tepi, kalsium, fosfor, asam urat, alkali fosfatase, asam fosfatase, antigen spesifik prostat (jika ditemukan kecurigaan metastasis karsinoma prostat) danelektroforesis protein serum (protein myeloma). 2. Pemeriksaan Radiologis. a. Foto Rontgen. Foto rontgen merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukkan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung bawah.Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblique kanan dan kiri. b. MRI. MRI digunakan untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta melihat jaringan lunak.Pada pemeriksaan dengan MRI bertujuanuntuk melihat vertebra dan level neurologis yang belum jelas, kecurigaan kelainan patologis pada medula spinalis atau jaringan lunak, menentukan kemungkinan herniasi diskus

pada

kasus

post

operasi,

kecurigaan

karena

infeksi

atau

neoplasma. c. CT. CT-Mielografimielografi merupakan alat diagnostic yang sangat berharga untuk diagnosis LBP untuk menentukan lokalisasilesi pre-operatif dan menentukan adanya sekuester diskus yang lepas dan mengeksklusi suatu tumor. 2.2.9. Penatalaksanaan Medis 2.2.9.1.

Penatalaksanaan low back pain akut

17

Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan kombinasi dari pemberian informasi, saran, analgesia, dan jaminan yang tepat. Pasien juga harus disemangati untuk segera kembali bekerja. Penjelasan dan saran dapat juga dalam bentuk tertulis. Kronisitas low back pain dapat dihindari dengan : memperhatikan aspek psikologis gejala yang ada, menghindari pemeriksaan yang tidak perlu dan berlebihan, menghindari penatalaksanaan yang tidak konsisten, serta memberikan saran untuk mencegah rekurensi (menghindari pengangkatan beban yang berat). 2.2.9.2.

Penatalaksanaan Low Back Pain Kronik

yang menyebabkan

Disabilitas Penelitian

telah

perkembangan

menunjukkan

kronisitas

adalah

bahwa

pengaruh

psikologikal

terpenting

dibandingkan

dalam dengan

biomekanikal. Faktor-faktor psikologis yang dimaksud adalah distress berat, kesalahpahaman tentang nyeri dan implikasinya, serta penghindaran aktivitas karena takut membuat rasa nyeri bertambah parah. 2.2.9.3.

Penatalaksanaan Low Back Pain Non Spesifik 1. Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan kerja seperti biasanya. 2. Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa kasus dapat dilakukan tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri. 3. Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan digunakan hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau NSAID. Jika tidak ada perbaikan, coba campuran parasetamol dengan opioid. Pertimbangkan tambahan muscle relaxant tetapi hanya untuk jangka pendek, mengingat bahaya ketergantungan. 4. Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali ke aktivitas sehari-harinya dalam 4-6 minggu. 5. Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasuskasus yang membutuhkan obat penghilang nyeri ekstra dan belum dapat kembali bekerja dalam 1-2 minggu. Terapi dan intervensi lain: belum ada penelitian mengenai terapi

18

dengan traksi, termis ultrasound, akupuntur, sabuk penyangga, ataupun pijatan. 2.2.9.4.

Penatalaksanaan Low Back Pain dengan Nerve Root Affection 1. Aktivitas: pasien didorong melakukan beragam aktivitas walaupun punggung/tungkai bawahnya nyeri. 2. Tirah baring: mungkin dibutuhkan untuk menghilangkan nyeri. 3. Medikasi: obat anti nyeri diberikan dengan interval biasa dan digunakan hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau dikombinasikan dengan opioid. Pertimbangkan tambahan relaksan otot tetapi hanya untuk jangka pendek, mengingat bahaya ketergantungan.

2.3. Manajemen Asuhan Keperawatan 2.3.1. Pengkajian Keperawatan 1. Identitas Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat. 2. Keluhan utama Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari 2 bulan, nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki. 3. Riwayat penyakit sekarang Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan timbulnya keluhan(apakah menetap atau hilang timbul), hal apa yang mengakibatkan terjadinya keluhan, apa saja yang dilakukan untuk mengurangi keluhan yang dirasakan, tanyakan pada klien apakah klien sering mengkonsumsi obat tertentu atau tidak. 4. Riwayat penyakit dahulu Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya, apakah klien pernah mengalami kecelakaan atau trauma, apakah klien pernah menderita penyakit gangguan tulang atau otot sebelumnya

19

5. Riwayat pekerjaan Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, dan kerja statis. 2.3.2. Diagnose keperawatan a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik ( D.0077, Hal. 172 ) b. Gangguan mobilitas Fisik b.d penurunan kekuatan otot ( D. 0054, Hal. 124) c. Gangguan pola tidur b.d nyeri ( D. 0055, Hal. 126) 2.3.3. Intervensi Keperawatan 2.3.3.1.

Nyeri akut b.d agen pencedera fisik Tujuan :  

Klien merasakan berkurang atau hilangnya nyeri Klien dapat beristirahat dengan nyaman, efisien



Mengubah posisi dengan Nyaman

Intervensi: 1. Identifikasi respon nyeri non verbal 2. Identifikasi skala nyeri 3. Berikan non farmokologi untuk mengurangi Nyeri Gangguan mobilitas Fisik b.d penurunan kekuatan otot

2.3.3.2.

Tujuan : 

Klien mengalami kemudahan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari secara bertahap  Nyeri berkurang bahkan hilang saat klien melakukan aktivitas  Gait kembali normal tidak ada keterbatasan  Kecepatan berjalan klien dapat kembali normal untuk melakukan aktifitas tidak ada keterbatasan gerak Intervensi :

2.3.3.3.

1. Berkolaborasi dengan terapis okupasi, fisik, atau rekreasi dalam perencanaan dan monitoring program kegiatan 2. Mengkoordinasikan pasien dalam menyeleksi kegiatan sesuai usia Gangguan Pola Tidur b.d. nyeri Tujuan : Klien dapat mempertahankan kebutuhan tidur dalam batas normal Intervensi :

20

 

Identifikasi pola aktivitas dan tidur Anjurkan klien untuk mengurangi distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat menganggu tidur 2.3.4. Implementasi Keperawatan Perawat

memberikan

perancanaan

kepada

klien

agar

bisa

mengintervensikan suatu tindakan yang diberikan kepada kliennya 2.3.5. Evaluasi Kperawatan Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Tahap evaluasi merupakan indicator keberhasilan penggunaan proses keperawatan.

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN Nama Mahasiswa

: Tetenia Diyanti

Nim

: 2018.C.10a.0987

Ruang Praktek

: Nusa Indah

Tanggal Praktek

: 11 mei 2020

Tanggal & Jam Pengkajian

: 11 Mei 2020 pukul 10.00 wib

3.1 Pengkajian 3.1.1. Identitas Klien dengan inisial Tn.L berusia 48 tahun dan seorang laki-laki dengan suku Dayak, dan berbangsa Indonesia beragama islam pendidikan SMA , sudah menikah alamat klien jln. Temamnggung tilung VI no 23 Palangka raya, klien masuk rumah sakit pada tanggal 11 mei 2020 21

3.1.2. Riwayat Kesehatan/ Perawatan 3.1.2.1. Keluhan utama Nyeri Punggung Bawah Pantat dan kaki 3.1.2.2. Riwayat penyakit sekarang Klien masuk RSUD dr. Doris Sylvanus pada tanggal 11 mei 2020 dengan keluhan nyeri punggung bawah sampai ke pantat dan kaki, keadaan ini dirasakan klien sejak 1 bulan sebelum masuk RS. Klien mengatakan nyeri seperti terbakar, didareah punggung. Nyeri yang dirasakan timbul dengan skala 8 ( berat ). klien juga pernah terjatuh dari bangunan saat berkerja. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 11 mei 2020 didapatkan hasil Tanda – tanda vital Pasien tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 115 x/menit Suhu Tubuh : 37,2 o C Pernapasan : 24 x/menit klien mengatakan susah untuk bergerak dan juga pola tidur klien berkurang. Klien menanyakan apakah penyakit yang dialaimi saya bisa sembuh dank lien khawatir terhadap penyakitnya 3.1.2.3.

Riwayat penyakit dahulu Klien mengatakan pernah mengalami kecelakan jatuh dari banguan saat bekerja sebagai kuli bangunan 3.1.2.4. Riwayat penyakit Keluarga Klien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien GENOGRAM KELUARGA

22

Ket : : Laki-laki

: perempuan

: klien

: Meninggal

------- : tinggal serumah : Garis Perkawinan : Garis Keturunan

3.1.3. Pemeriksaan fisik 3.1.3.1. Keadaan Umum : Klien tampak sakit , kesadaran compos mentis, posisi berbaring terlungkup, penampilan klien tidak sesuai dengan usianya , ekspresi wajah Meringis 3.1.3.2. Status Mental tingkat kesadaran pasien compos mentis, ekspresi wajah klien tampak meringis , bentuk badan simestris, posisi terlungkup klien berbicara jelas, suasana hati klien cemas, penampilan klien agak rapi, klien mengetahui pagi, siang dan malam dapat membedakan antara perawat dan keluarga serta mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah sakit, insigt klien baik, dan mekanisme pertahanan diri klien adaptif 3.1.3.3. Tanda –tanda Vital Saat pengkajian TTv klien tanggal 11 mei 2020 pukul 13.00 WIB, suhu tubuh 37,2 o C tempat pemeriksaan axila, Nadi : 115 x/menit Pernapasan/RR : 24 x/menit Tekanan darah klien/TD : 130/80 mmHg. 3.1.3.4. Pernapasan ( Breathing )

23

Bentuk dada klien simestris, kebiasaan klien merokok tidak ada, klien tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak ada sianosis , klien tida ada mengalami nyeri dada, klien tidak ada mengalami sesak napas, type pernapasan dada, irama pernapasan klien teratur suara nafas klien vaskuler ( normal ) klien tidak ada suara nafas tambahan. Keluhan lainnya: tidak ada Masalah keperawatan : tidak ada 3.1.3.5. Cardiovaskuler ( Bleeding Klien tidak mengalami nyeri dada, klien tidak ada mengalami kaki kram, klien tampak tidak pucat, tidak ada merasakan pusing, klien tidak ada mengalami sakit kepala, tidak ada palpitasi, tidak ada pingsan, capillary refill ditekan dan dilepaskan selama 2 detik, tidak ada oedema, lingkar perut klien 55 cm ictus cordis klien tidak terlihat, vena jugularis klien tidak mengalami peningkatan, suara jantung klien normal regular. Keluhan lainnya : tidak ada Masalah keperawatan : tidak ada 3.1.3.6. Persyarafan ( Brain ) Nilai GCS klien normal yaitu 15, yaitu Eye (4), motoric (5 ), sensorik ( 6 ) kesadaran klien compos mentis, pupil klien isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri positif, tidak ada nyeri

Uji syaraf Kranial Nervus Kranial I: (olfaktorius)Penghidung : penciuman normal Nervus Kranial II : (Optikus) penglihatan : baik tidak ada masalah Nervus Kranial III: (Okulomotoris) Pergerakan mata ke dalam, ke atas, elevasi alis, mata kontraksi pupil, reaksi bersamaan : normal Nervus Kranial IV: (Trokhlearis)Pergerakan mata ke bawah, keluar : normal Nervus Kranial V: (Trigeminus) Mengunyah, sensasi wajah, kulit, kepala, dan gigi) : normal Nervus Kranial VI: (Abdusen) Pergerakan mata lateral : normal Nervus Kranial VII: (Facialis) Ekspresi Wajah : tampak meringis karena kesakitan menehan nyeri yang dirasakan klien di bagian punggungnya Nervus Kranial VIII : (Akustikus) Pendengaran dan keseimbangan : normal

24

Nervus Kranial IX : (Glosofaringeus) Menelan, Pengecapan : normal Nervus Kranial X : (Vagus)

Menelan Berbicara : normal

Nervus Kranial XI : (Asesoris) Pergerakan bahu, rotasi kepala : normal Nervus Kranial XII: (Hipoglosus) Pergerakan Lidah : normal 3.1.3.7.

Uliminasi Uri ( Bladder ) Produksi urin 2500 cc 3 x/hari, warna urin klien berwarna kuning, urin klien tidak berbau, tidak ada masalah/ lancer, tidak ada menetes, tidak ada inkotinen, tidak ada oliguria, tidak ada nyeri, tidak ada retensi, tidak ada dysuria tidak ada nocturi tidak ada hematuria klien tidak terpasang kateter dan tidak mengalami cystostomi Keluhan lainnya : tidak ada Masalah keperawatan : tidak ada 3.1.3.8. Eliminasi Alvi ( Bowel ) bibir tampak kering , gigi klien tampak kuning, gusi klien tampak kemerahan normal, gusi klien tidak ada peradangan, lidah klien normal, tidak ada mukosa, tonsil klien tampak T1 tenang. Klien BAB 2 x/hari warna nya kuning kecoklatan, konsistensi padat. Bising usus klien normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, keluhan lainnya : tidak ada 3.1.3.9.

Tulang-Otot- Integumen ( Bone ) Kemampuan pergerakan sendi klien terbatas, klien tidak ada mengalami parase, tidak ada paralise, tidak ada hemiparase, tidak ada krepitasi, klien mengalami nyeri di bagian punggung dan pantat , kaki, klien tidak ada mengalami bengkak, klien mengalami kekakuan bagian punggung klien tidak ada flasiditas, klien tidak ada spastistas, ukuran kekuatan otot klien normal. Uji kekuatan otot klien ekstrimitas atas 3 dan ektrimitas bawah 2 Tulang belakang klien normal. Keluhan lainnya : tidak ada Masalah keperawatan : gangguan mobilitas fisik 3.1.3.10. Kulit-kulit Rambut klien tidak ada riwayat alergi apapun dari obat, makanan, kosamatik, suhu tubuh klien hangat, warna kulit klien normal, turgor kulit baik, tekstur halus, tidak ada lesi apapun. Tidak jaringan parut, tekstur rambut halus, distribusi rambut tidak mudah tercabut, bentuk kuku klien normal keluhan lainnya : tidak ada masalah keperawatan : tidak ada 3.1.3.11. Sistem Pengindraan 25

a. Mata / penglihatan Fungsi penglihatan klien normal, gerakan bola mata klien normal, visus mata kanan (VOD) 3/3 normal, mata kiri (VOD) 3/3 selera klien normal, konjungtiva klien anemis, tidaka ada alat bantu, tidak ada nyeri, Keluhan lain : tidak ada b. Telinga/ pendengaran Klien mudah mendengar suara apapun baik dari jam yang berdetak dari dekat telinga klien c. hidung / penciuman bentuk hidung klien terlihat simestris, tidak ada lesi, tidak ada patensi, tidak ada obstruksi, tidak ada nyeri tekan sinus, tidak ada septum deviasi, tidak ada sekresi 3.1.3.12. Leher Dan kelenjat Limfe tidak ada perbesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada perbesaran kelenjar limfe pada klien 3.1.4. Pola fungsi kesehatan 1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Klien ingin penyakit yang di rasakan ini agar cepat sembuh 2) Pola aktifitas dan latihan Klien sebelum sakit klien selalu mengangkat sesuatu yang berat, dan setelah dia sakit klien mengangkat sesuatu yang berat saja tidak kuat karena nyeri punggung dialaminya 3) Pola nutrisi dan metabolism Klien tidak ada program diet apa pun, status gizi klien sangat cukup 4) Pola tidur dan istirahat (klien sering mengalami gangguan pola tidur dikarenakan menahan nyeri yang hebat . Masalah keperawatannya : Gangguan pola tidur 5) Pola kognitif dan perseptual klien sering mengeluh dengan nyeri yang dirasakannya ini 6) Persepsi diri/konsep diri Klien tidak senang dengan penyakit yang dialaminya saat ini 7) Pola toleransi dan koping stress Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga penderita berjalan sangat hati-hati untuk mengurangi rasa sakit tersebut. 8) Pola hubungan dan peran Klien baik dengan keluarga dan perawat 9) Pola nilai dan keyakinan

26

klien yakin bahwa tindakan medis tidak bertentangan dengan agama yg di anutnya 3.1.5. Sosial dan Spiritual a. Kemampuan berkomunikasi Klien mampu berkomunikasi dengan baik b. Bahasa sehari-hari Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Dayak / Indonesia c. Hubungan klien dengan orang berarti Klien berhubungan dengan baik dengan semua keluarga baik anak dan istrinya

No . 1.

Data DS : 1. Pasien mengeluh sering merasakan nyeri pada punggung bagian bawah DO: 1. Wajah klien tampak kesakitan, gelisah 2. Skala nyeri : 2 3. TD : 130/80 mmHg N : 115 x/menit RR : 24 x/menit

Analisa Data Etiologi Perubahan postur tubuh karena trauma primer dan sekunder  Trauma primer seperti: trauma secara spontan. Contohnya kecelakaan  Kontraksi punggung  Terdesaknya otot vetebrata  Tulang belakang menyerap goncangan vertikal

27

Masalah Keperawatan Nyeri

2.

DS : 1. Klien mengatakan nyeri punguung bawah 2. Pernah terjatuh dari tempat bekerja 3. Pergerakan terbatas

DO : 1. Penyempitan pada L4-L5 2. Skala nyeri 8 3. Klien mengalami kekakuan di bagian punggung 4. Klien mengalami peradangan 5. Gerakan ektrimitas atas 4 dan nilai gerakan ektrimitas bawah 2

3.2

 Terjadi perubahan struktur dengan diskus atas febri fertigo  Nyeri punggung bawah (low back pain)  nyeri Perubahan postur tubuh Hambatan Mobilitas karena trauma primer dan sekunder  Trauma primer seperti: trauma secara spontan. Contohnya kecelakaan  Kontraksi punggung  Terdesaknya otot vetebrata  Tulang belakang menyerap goncangan vertikal  Terjadi perubahan struktur dengan diskus atas febri fertigo  Nyeri punggung bawah (low back pain)  Kelemahan otot  Mobilitas fisik terganggu  hambatan mobilitas

Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan : 28

a. Trauma jaringan dan reflek spasme otot b. Inflamasi c. Kompresi saraf 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan a. Nyeri dan ketidaknyamanan b. Spasme otot c. Terapi testriktif d. Kerusanan neuromuscular 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan a. Hambatan lingkungan b. Nyeri dan ketidaknyamanan Prioritas keperawatan 1. Menurunkan stress pada spinal, spasme otot, dan nyeri 2. Meningkatkan berfungsi dengan optimal 3. Memberi dukungan pada pasien/keluarga/orang terdekat dalam proses rehabilitasi 4. Memberikan informasi yang berhubungan dengan penyakit/prignosis dan kebutuhan pengobatannya.

3.3 Intervensi Keperawatan 1. Dx : nyeri akut b/d agen cedera fisik (trauma) dan reflek spasme otot Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri klien berkurang. Kriteria hasil : 1. Klien merasakan berkurang atau hilangnya nyeri 2. Klien dapat beristirahat dengan nyaman 3. Mengubah posisi dengan nyaman

1.

2.

3. 4.

5.

29

Intervensi Kaji adanya keluhan nyeri catat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus yang memperberat Dorong klien untuk tirah baring dan perubahan posisi untuk memperbaiki posisi lumbal. Pasien pada posisi semi fowler Gunakan papan selama melakukan perubahan posisi Ajarkan klien teknik relaksasi untuk mengontrol dan menyesuaikan nyeri Ajarkan dan anjurkan klien untuk melakukan pernapasan diafragma

untukmengurangi tegangan otot 6. Alihkan perhatian klien : membaca, menonton tv, mendengarkan lagu 7. Batasi aktivitas klien sesuai dengan kebutuhan 8. Berikan obat sesuai order 2. Dx : gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot, spasme otot Kriteria Hasil Tujuan : setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, klien dapat mengalami mobilitas fisik Kriteria Hasil: 1. Klien menunjukkan kembalinya mobilitas fisik 2. Kembali ke aktivitas semula secara bertahap 3. Menghindari posisi yang mengakibatkan ketidaknyamanan dan spasme otot 4. Merencanakan atau jadwal baring setiap hari

3. Dx. Gangguan pola tidur b.d. nyeri Kriteria Hasil Klien dapat mempertahankan kebutuhan tidur dalam batas normal

3.4 Evaluasi 30

Intervensi 1. Memantau secara kontinu mobilitas akan mengetahui aktivitas klien 2. Bantu klien mengubah posisi secara perlahan 3. Ajarkan klien cara yang tepat turun dari tempat tidur dengan nyeri yang minimal 4. Sampaikan dan ingatkan klien untuk tidak diperbolehkan melakukan gerakan memutar atau melengok 5. Dorong pasien untuk melakukan perubahan posisi berbaring, duduk, berjalan. Dalam kurun waktu yang singkat 6. Buat jadwal periode berbaring di tempat tidur berapa kali sehari bersama dengan klien 7. Dorong klien untuk mematuhi jadwal latihan yang sudah dibat dan meningkatkan latihan secara bertahap Intervensi Identifikasi pola aktivitas dan tidur Anjurkan klien untuk mengurangi distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat menganggu tidur

1. Klien mengalami peredaan nyeri a. Klien dapat beristirahat dengan nyaman b. Klien dapat mengubah posisi dengan nyaman 2. Klien menunjukkan kembalinya mobilitas fisik a. Klien dapat menjalankan aktivitasnya kembali secara bertahap b. Menghindari posisi yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan 3. Klien mencapai pola tidurnya kembali.

31

BAB 4 PENUTUP 4.1. Kesimpulan Kerusakan punggung dan tulang adalah penyebab ketiga ketidakmampuan individu dalam bertahun-tahun pekerjaannya. Pasien lansia mungkin mengalami sakit punggung yang berkaitan dengan fraktur vertebra, osteoporosis atau metastasis tulang. Banyak kondisi medikal dan psikomatis lain yang menyebabkan nyeri punggung. Obesitas, stress dan kadang depresi dapat menunjang terjadinya nyeri punggung bawah. Pasien dengan nyeri punggung bawah kroning mungkin mengalami ketergantung pada alkohol atau analgesik. Penyebab dari nyeri punggung masih belum dapat diketahui dengan jelas dan masih belum dapat dijelaskan dengan detail. Banyak grup peneliti telah menyerah dalam usaha untuk menjelaskan penyebab dari nyeri punggung bawah dan kemudian justru menjelaskan beberapa kondisi tanda bahaya (red flag) yang berkaitan dengan gangguan ini. Ditinjau dari kasus yang sudah dijelaskan diatas, Etiologi dari kasus LBP yang dialami oleh klien adalah akibat trauma pada komponen keras susunan neuromuskuloskeletal. Klien mempunyai riwayat jatuh dari ketinggian yang dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada akar saraf di tulang belakang (kompresi) sehingga terjadi lesi pada bantalan tulang belakang yang menyebabkan cincin bantalan tulang belakang menjadi menonjol keluar dari tempatnya dan menekan saraf-saraf yang ada di punggung sehingga pasien mengeluhkan nyeri pada punggung bawahnya. Gambaran klinis LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat menuju ke daerah lain atau sebaliknya , nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (reffered pain/nyeri yang menjalar). Ditinjau dari etiologinya, LBP yang dialami klien pada kasus diatas termasuk dalam LBP traumatik. Sedangkan apabila ditinjau dari perjalanan klinisnya, kasus LBP yang dialami oleh klien diatas termasuk dalam LBP akut karena masih terjadi dalam waktu 1 bulan. Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan kombinasi dari pemberian informasi, saran, analgesia, dan jaminan yang tepat. Selain itu pasien juga dapat didorong untuk melakukan aktivitas, tirah baring, dan olahraga. Medikasi dan operasi juga bisa menjadi penatalaksanaan dari Low Back Pain. Pada kasus di atas penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain adalah tetap mendorong klien untuk beraktivitas walaupun hanya aktivitas ringan, tirah baring, dan edukasi kepada klien dan keluarga klien. Biasanya pasien sembuh rata-rata dalam 7 minggu. Tetapi sering dijumpai episode nyeri berulang. Dan sebanyak 80% pasien mengalami keterbatasan dalam derajat tertentu selama 12 bulan, mungkin hanya 10-15% yang mengalami disabilitas

32

berat. Status pasien setelah 2 bulan terapi merupakan indikator untuk meramalkan status pasien pada bulan ke-12. 4.2.Saran Disampaikan kepada seluruh mahasiswa agar mempelajari askep terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan keperawatan, dan di himbau kepada pembaca untuk kritik dan saran yang membangun demi kelengkapan isi askep ini.

33

DAFTAR PUSTAKA Baughman C Diane dan Hackley C Joann. 1996. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Black, Joyce. 2009. Keperawatan Medical Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Singapore:Elsevier Black M. Joycem. Hawks Hokanson Jane. 2009. .Elsevier: Singapore

Keperawatan Medikal Bedah

Brunner and Suddarth. 1984. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: JB Lippincot Company. Bulechek, Gloria M, Howard K. Butcher, and Joanne McCloskey Dochterman. 2014. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition. Mosby Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC Dewit,Susan. 1998. Essentials of Medical – Surgical Nursing. USA:W.B. Saunders Company

34

Related Documents

Low Back Pain
January 2021 2
Low Back Pain Syndrome
January 2021 1
Low Back Pain Guidelines
January 2021 1
Back Pain
January 2021 2

More Documents from "Dean Amory"