Loading documents preview...
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI ANTENATAL CARE HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Disusun Oleh : NANDA AKHTSARUL HIKMAH P27824417037 KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sehubungan dengan adanya suatu program pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin, maka kami melatih diri untuk ikut berpartisipasi dalam memberikan pelayanan yang optimal. Salah satunya pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum. Dalam perawatan pada penderita hiperemesis gravidarum dengan menggunakan asuhan kebidanan yang dilakukan mulai pasien masuk ke Rumah Sakit sampai pasien pulang. Hiperemesis gravidarum ini gejalanya mual dan muntah yang berlebihan yang merupakan gangguan paling sering kita jumpai pada kehamilan muda terutama pada ibu primigravida. Ini disebabkan karena adanya peningkatan dan perubahan produksi hormonal dan faktor psikologi dari ibu hamil. Dalam merawat hiperemesis gravidarum ini sebaiknya penderita dirawat di Puskesmas Rawat Inap / Rumah Sakit karena memerlukan perawatan secara intensif agar tidak terjadi komplikasi yang lebih berat sehingga dapat menghambat pertumbuhan janin. 1.2 Tujuan 1.2.1
Tujuan Umum Diharapkan penulis mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum
1.2.2
Tujuan Khusus 1. Melakukan pengkajian pada kasus hiperemesis gravidarum. 2. Menentukan
masalah
diagnosa
pada
klien
dengan
hiperemesis
gravidarum. 3. Menentukan antisipasi masalah potensial pada klien dengan hiperemesis gravidarum. 4. Menentukan kebutuhan segera pada klien dengan hiperemesis gravidarum. 5. Menentukan intervensi yang akan dilakukan pada pada klien dengan hiperemesis gravidarum. 6. Melakukan intervensi yang telah ditentukan. 7. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan.
1.3 Manfaat 1.3.1
Bagi penulis Penulis memahami tentang hyperemesis gravidarum dan dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat
1.3.2
Bagi institusi Sebagai bahan pembelajaran mengenai konsep hyperemesis gravidarum
BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Kosep dasar hyperemesis gravidarum 2.1.1 Definisi Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 2014) Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah dengan kondisi yang lebih serius. (Debbie Holmes dan Philip N. Baker 2010) Hiperemesis gravidarum adalah emosi gravidarum yang berat dan berlangsung sampai 4 bulan sehingga pekerjaan sehari-hari menjadi buruk. (Sarwono Prawiharjo, 2007).,, Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk, paling sering dijumpai pada kehamilan trimester I terutama ditemukan pada primigravida. (Arif Mansjoer, 2016). Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual muntah yang berat yang dapat berlangsung sampai 4 bulan yang di sebabkan karena meningkatnya kadar hormone estrogen dan HCG dalam serum. (Sarwono Prawirohardjo, 2007). 2.1.2 Etiologi Pada tubuh wanita yang hamil terjadi perubahan – perubahan yang cukup besar yang mungkin merusak keseimbangan di dalam tubuh, terutama perubahan endokrin misalnya hipofungsi cortex gland suprarenalis, perubahan metabolik dan kurangnya pergerakan lambung. Tetapi bagaimana reaksi seorang wanita terhadap kejadian kejadian tersebut diatas, tergantung pada kekuatan jiwanya dan bagaimana penerimaan ibu itu terhadap kehamilannya. Pada Hiperemesis yang berat dapat di ketemukan Necrose di bagian sentral lobulus hati atau degenerasi lemak pada hati. Kelainan ini rupa-rupanya disebabkan oleh kelaparan bukan karena adanya toksin-toksin.Mungkin juga terdapat kelainan degenerative pada ginjal. Kadang-kadang ada polyneuritis akibat kekurangan vitamin B karena muntah. Secara pendek etiologi belum jelas,tetapi factor psikis sangat mempengaruhi penyakit ini.( Manuaba, 2014)
Penyebab Hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor yang telah ditemukan yaitu : 1. Faktor presdisposisi yang sering dikemukakan adalah prininggravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. 2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan, ini merupakan faktor organic. 3. Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak. 4. Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan. Takut terhadap tanggug jawab sebagai ibu, di duga dapat menjadi factor kejadian hyperemesis gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit, penderitaannya dapat berkurang sampai menghilang. 5. Faktor adaptasi dan hormonal, pada ibu hamil yang kekurangan darah labih sering terjadi hyperemesis gravidarum. Yang termasuk dalam ruuang lingkup adaptasi adalah ibu hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan overdistensi rahim pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormone estrogen dan gonadotropin chorionic, sedangkan pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormone yang dekeluarkan terlalu tinggi, dan menyebabkan terjadi hyperemesis gravidarum. (Sarwono P, 2007). 2.1.3 Tanda dan gejala Batas mual muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bisa lebih dari 10 kali muntah akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan. 1. Tingkat 1 : Ringan Mual muntah terus menerus mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, tidak nafsu makan, berat badan turun dan rasa nyeri pada
epigastrium, nadi sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah kering, mata cekung. 2. Tingkat 2 : Sedang Penderita lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik, dan mata sedikit ikterik, berat badan turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi. Dapat pula terjadi acetonuria dan nafas bau aceton. 3. Tingkat 3 : Berat Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat kesadaran, suhu badan meningkat, tensi menurun, icterus, komplikasi fatal terjadi pada susunan syaraf pusat (ensefalopati wernicks) dengan gejala : nistagmus, diplopia, perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati. (Sarwono P, 2007). 2.1.4 Patofisiologi Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terusmenerus
dapat
penurunan
menyebabkan
klorida
dehidrasi,
urin, selanjutnya
hiponatremi,
terjadi
hipokloremia,
hemokonsentrasi
yang
mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna. (Mansjoer, arif, dkk. 2008). Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetic, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
Kekurangan
cairan
dan
kehilangan
cairan
karena
muntah
menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstrseluler dan plasma berkurang. Dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunyya zat metabolic yang toksik. Terganggunya keseimbangan elektrolit seperti hipokalimia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya dapat menambah frekuensi muntah dan merusak hepar, selaput lendir esophagus dan lambung dapat
robek
(Sindrom
Mallory-Weiss)
sehingga
terjadi
perdarahan
gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfuse atau tindakan operatif. (Sarwono P, 2007) 2.1.5 Komplikasi Komplikasi yang mugkin terjadi menurut (Lokhart 2014) adalah sebagai berikut : a. Penurunan berat badan yang banyak b. Saturasi dengan ketosis dan ketonuria c. Dehidrsi dengan selanjutnya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (hypokalemia) d. Gangguan keseimbangan asam basa e. Kerusakan retina, saraf dan renal 2.2 Konsep dasar asuhan kebidanan 2.2.1 Data Subjetif 1. Identitas 1) Nama Klien Nama klien, ibu dan ayah perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan dengan klien lain (Kristina Ibrahim, 1984) 2) Umur Digunakan untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau tidak. Wanita hamil umumnya tidak boleh kurang dari 16 tahun dan lebih dari 35 tahun. (Manuaba, 1998 : 326) 3) Agama Untuk memudahkan dalam memberikan nasehat spiritual sesuai dengan kepercayaan yang dianut. 4) Pendidikan Untuk
mengetahui
tingkat
pengetahuan
klien,
sehingga
dalam
memberikan asuhan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan. 5) Pekerjaan Untuk mengetahui tingkat ekonomi klien dan pengaruh pekerjaan terhadap kehamilan klien.
6) Alamat Untuk memudahkan dimana tempat tinggal klien, sehingga memudahkan petugas kesehatan dalam melakukan kunjungan rumah. 2. Keluhan utama Pada kasus hyperemesis gravidarum biasanya klien mengeluh mual dan muntah yang berlebihan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. 3. Riwayat menstruasi
menarche untuk mengetahui keadaan alat kelamin dalam normal atau tidak
siklus menstruasi untuk mengetahui adanya penyakit yang menyertai.
Haid terakhir lamanya
Banyaknya darah yang keluar
Konsistensinya
Teratur tidaknya haid yang digunakan untuk membantu diagnosa lamanya kehamilan dan untuk memperhitungkan taksiran persalinan
4. Riwayat kehamilan, persalinn dan nifas yang lalu Untuk mengetahui masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan yang ditanyakan berapa kali itu hamil atau sekarang ini anak yang keberapa 5. Riwayat kehamilan sekarang a. ANC berapa kali b. Keluhan selama TM I c. Terapi yang diberikan selama ANC d. Pegerakan janin Pada kasus Hyperemesis Gravidarum pergerakan belum dirasakan karena pada kasus ini terjadi pada trimester I. e. Imunisasi TT Untuk mencegah tetatus nenatorum, maka ibu hamil sebaiknya mendapatkan imunisasi TT2 kali dengan interval 4 minggu dari TT1. 6. Riwayat kontrasepsi Untuk mengetahui kontrasepsi apa yang pernah digunakan. 7. Riwayat kesehatan ibu
Karena penyakit yang pernah diderita dapat timbul kembali karena keadaan ibu yang lemah pada waktu kehamilan atau setelah melahirkan nanti. Pertanyaan yang diajukan nanti adalah apakah pernah menderita penyakit hepatitis yang bisa menurun pada bayi melalui trans plasenta, penyakit jantung, paru-paru, diabetes mellitus, gemelli, apakah alergi terhadap makanan dan obat-obatan, apakah punya kebiasaan merokok dan minum jamu-jamuan. 8. Riwayat kesehatan keluarga Karena dalam kehamilan daya tahan tubuh ibu menurun bila ada penyakit yang menular dapat lekas menular kepada ibu dan mempengaruhi janin. ( Prawirohardjo : 2012 : 278 ) 9. Riwayat psikososial dan budaya a. Menikah ke, usia menikah, lamanya. b. Bagaimana respon pasien dan keluarga terhadap kodisi kehamilan klien saat ini. c. Bagaimana psikis ibu, apakah kehamilan ini diharapkan atau tidak. d. Bagaimana adat istiadat yang ada di lingkungan sekitar. e. Apakah ibu percaya terhadap mitos atau tidak. f. Adakah kebiasaan-kebiasaan keluarga maupun lingkungan masyarakat yang mengganggu kehamilan ibu. 10. Pola kebiasaan sehari-hari a. Pola istirahat tidur 1. Tidur siang normalnya 1 – 2 jam/hari. 2. Tidur malam normalnya 8 – 10 jam/hari. 3. Kualitas tidur nyenyak dan tidak terganggu. b. Pola Aktifitas Pada kasus hyperemesis gravidarum aktivitanya terganggu karena biasanya badanya terasa lemah. c. Pola Eliminasi 1. BAB: Pada kasus hyperemesis gravidarum biasanya pasien BAB mengalami konstipasi 2. BAK: Pada kasus hyperemesis gravidarum biasanya pasien BAK mengalami oliguri. d. Pola Nutrisi
1. Makan: normalnya 3x/hari dengan menu seimbang (nasi, sayur, lauk pauk, buah). Makan dan jenis makanan pada kasus hyperemesis gravidarum makanan yang berlemak merangsang mempengaruhi ibu yang mengakibatkan tidak nafsu makan. 2. Minum: normalnya sekitar 8 gelas/hari (teh, susu, air putih). e. Pola personal hygiene Normalnya mandi 2x/hari, gosok gigi 3x/hari, ganti baju 2x/hari, keramas 2x/minggu, ganti celana dalam 2x/hari, atau jika terasa basah. f. Pola kebiasaan Normalnya ibu bukan perokok aktif/pasif, ibu tidak mengkonsumsi jamu atau alkohol. g. hub seks 2.2.2 Data Objekif 2.2.2.1 Pemeriksaan umum Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: Pada kasus hiperemesis gravidarum umumnya lemah.StabilMenurun dari composmentis sampai koma
TTV : - TD
: Biasanya pada kasus hiperemesis gravidarum tekanan darahnya turun.
- Suhu : Biasanya pada kasus hiperemesis gravidarum suhu tubuhnya meningkat. - Nadi : Biasanya pada kasus hiperemesis gravidarum denyut nadinya meningkat > 100 x menit.(Prawirohardjo, 2002 : 278) - RR
: normalnya 16 – 24 kali/menit.
BB : normalnya kenaikan BB selama hamil 10 – 11 kg. Pada kasus hyperemesis gravidarum BB menurun TB
: normalnya > 145 cm
Lila
: normalnya > 23,5 cm
TP
: mengetahui usia kehamilan dan tafsiran persalinan
UK
: menentukan usia kehamilan
2.2.2.2 Pemeriksaan fisik a. Inspeksi
1. Muka Kelopak mata Cekung, Konjungtiva Pucat, Sklera Putih, ada Cloasma gravidarum, tidak ada Oedem 2. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid. 3. Dada Hiperpigmentasi pada puting dan areola, puting bersih dan menonjol, tidak ada massa. 4. Abdomen Striae livida pada primigravida, hiperpigmentasi pada linea alba menjadi linea nigra, bekas luka SC tidak ada. 5. Genetalia dan anus Vulva dan vagina : Tidak ada varises, tidak ada oedema, tidak ada kondiloma lata, dan tidak ada kondiloma akuminata, tidak ada infeksi bartolini, tidak ada infeksi skene, tidak ada kemerahan. Terdapat
tanda
chadwick,
elastisitas
bertambah,
tidak
ada
pembengkakan kelenjar bartolini dan skene. Perineum : Tidak ada bekas luka Anus : Tidak ada haemoroid 6. Ekstrimitas Atas : tidak ada oedema Bawah : tidak ada oedema, tidak ada varises b. Palpasi Leopold I : Untuk menentukan usia kehamilan dan bagian janin apa yang terdapat dalam fundus. Teraba ballotement Leopold II: Untuk menentukan di mana letaknya punggung dan bagianbagian kecil janin Sifat punggung janin ialah rata, tidak teraba ekstremitas, keras dan melengkung; Bagian-bagian kecil ialah ekstermitas eksteritas beum teraba Leopold III: Untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah bagian bawah janin sudah masuk PAP. Tidak dilakukan pada hyperemesis gravidarum
Leopold IV: Untuk menentukan seberapa jauh bagian bawah janin yang masuk PAP. Tidak dilakukan pada hyperemesis gravidarum c. Auskultasi DJJ: belum terdengar d. Perkusi Reflek Patella : (+/+) 2.2.2.3 Pemeriksaan laboratorium a. Darah 1. Hb : 11 gr% 2. Golongan darah : A/B/O/AB b. Urin 1. Test PP : positif 2. Reduksi urin : negative 3. Albumin : negative 4. Hbs Ag : negatif 5. Elektrolit
2.2.3 Analisa Data Analisa
data
adalah
kemampuan
menguraikan,
mengaitkan
dan
menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan. (Effendi N,2015:24) Diagnosa : Gravida… PAterm Preterem Abortus Hidup, usia kehamilan……... Keadaan umum ibu dan janin baik, kesan jalan lahir baik, janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi. 2.2.4 Penatalaksanaan 1. Memeriksa kemungkinan lain mual antara lain faktor penyulit dalam kehamilan dan penyakit yang memerlukan pembedahan seperti apendisitis atau ileus obstruktif lainnya. 2. Melakukan pemeriksaan darah : a. Hemoglobin,BUN dan serum creatinibe b. Elektrolit Gula darah Test Fungsi Hepar,
c. Kadar TSH dan tiroksin 3. Membatasi asupan makan makan per oral. 4. Memberikan terapi cairan untuk mengatasi dehidrasi 5. Melakukan pemberian makanan via NGT – naso gastric tube bila hiperemesis parah. 6. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi a. Anti alergi (Antihistamin, Dramamin, Avomin dll.) b. Anti emetik (Mediamer B6, Emetrole dll.) c. Vitamin (terutama B kompleks, vitamin C)
BAB 3 TINJAUAN KASUS Tanggal Pengkajian
: 16 April 2020
Tempat Pengkajian
:
Oleh
: Nanda Akhtsarul Hikmah
3.1 Data Subjektif 1. Biodata Nama Ibu
: Ny “L”
Nama Suami : Tn “Y”
Umur
: 32 tahun
Umur
: 37 tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Pekerjaan
: Arsitek
Alamat
: JL Raya Kendalsari Rungkut Surabaya
2. Alasan Berkunjung Ingin memeriksakan kehamilannya 3. Keluhan Utama Ibu mengatakan mual dan muntah sejak 1 minggu yang lalu (9 April 2020) 4.
Riwayat Menstruasi Menarche : 12 tahun Siklus
: 28 hari
Lama
: 7-8 hari
Disminorea : tidak Fluor albus : tidak HPHT
: 21 Februari 2020
5. Riwayat Perkawinan Status
: Sah
Menikah ke
:2
Lama
: 4 bulan
Menikah umur : 32 tahun
6. Riwayat Obstetri Suami
Anak
ke-
ke-
Usia Kehamila
Penolong
n
Jenis
BB
Persalinan lahir
Jenis
Laktasi
Kelamin
HAMIL INI
7. Riwayat kehamilan saat ini Kehamilan ke : 1 UK
: 2 bulan (7-8 miggu)
ANC di
: Puskesmas
Trimester l
: 2x
Keluhan
: mual, muntah, nafsu makan menurun sejak 9 April 2020
Terapi
: asam folat 1x1 (diminum siang hari) ,Folaxin 1x1 (diminum pagi
hari) Test PP
: Hasil (+) pada tanggal 28 Februari 2019
8. Riwayat Kesehatan Ibu Ibu tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular, menurun dan menahun seperti DM, TBC, HIV, IMS, hipertensi, jantung, asma, ginjal, dll 9. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular, menurun dan menahun seperti DM, TBC, HIV, IMS, hipertensi, jantung, asma, ginjal, dll 10. Riwayat KB Belum pernah memakai KB 11. Pola Sehari-hari Pola Nutrisi
Makan
Sebelum sakit Frekuensi : 3x/hari
Saat ini Ibu bila makan selalu
Porsi
: 1 piring
mual
Jenis
: nasi, lauk (tempe, muntah
dan
langsung
ayam, ikan telur, daging), Frekuensi : 2x/hari sayur (bayam, sop) dan Minum
buah
Porsi
: 1/2 piring
(semangka, Jenis
: nasi,
melon, dll) Frekunsi : 5-6gelas/hari
lauk,sayur Frekuensi
:
6-
Jenis
7gelas/hari jenis
:
: air putih
KB
air
putih
dan
susu
hangat Eliminas
BAB
i
BAK
Frekuensi
: 1x sehari
Frekuensi : 2 hari sekali
tiap pagi lancer
Konsistensi : padat
Konsistensi
: padat
Warna
: kuning
Warna
: kuning
Bau
:
Bau
: normal
normal
Frekuensi
:4-5x/ hari
Frekuensi
Konsistensi
: cair
7x/hari
Warna
:kuning
Konsistensi
: cair
Warna
: kuning
jernih Bau
: normal
:6-
jernih Bau
Istirahat
Malam Siang
6-7 jam 1-2 jam
feses
: normal
Sepanjang hari ibu tiduran di tempat tidur
Aktivitas
lbu
Tidur ± 11 jam/hari melakukan Ibu hanya berbaring di
bisa
pekerjaan
rumah
(mencuci,
hygiene
Seksual
tidur
menyapu, pemenuhan
memasak) Personal
tangga tempat lainnya
untuk
kebutuhan
dibantu
olah
Mandi 2x/hari Gosok gigi 2x/hari Ganti 2x/hari
orang lain 2x/hari 2x/hari 2x/hari
pakaian Keramas 3x/minggu Hubungan 2x dalam seminggu
3x/minggu 2 minggu sekali, tidak
seksual 12. Riwayat Psikososial dan spiritual 1. hubungan dengan suami baik 2. keluarga mendukung kehamilannya 3. pengambilan keputusan adalah suami
menentu
4. ibu tidak punya masalah dalam menjalankan ibadah
3.2 Data Objektif 1. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum
: lemas
Kesadaran
: compos mentis
TTV
: TD : 90/ 70 mmHg N
: 80x/menit
BB sebelum hamil
: 68 kg
BB Saat hamil
: 63 kg
Penrunan BB
: 5 kg
TB
: 153 cm
LILA
: 24 cm
HPL
:
S
: 36oC
RR
: 24x/menit
2. Pemeriksaan Fisik a. Kepala
: rambut hitam, kepala bersih, tidak ada nyeri tekan
b. Wajah
: Agak pucat, tidak ada bekas luka, cloasma gravidarum (-)
c. Mata
: Simetris, conjungtiva palpebra tidak pucat, sklerata mata tidak icterus, conjugntivitis (-)/(-), bintik bitot (-)/(-), kelopak mata cowong
d. Mulut
: Bibir pucat, stomatitis (-), tanda rhagaden (-), bibir kering, gigi agak kotor, caries gigi tidak ada, gusi tidak berdarah
e. Leher
: tidak ada pembesaran tiroid, tidak bendungan vena jugolaris
f. Payudara
: hiperpigmentasi areola, tidak ada benjolan abnormal, putting
menonjol g. Abdomen
: tidak ada bekas SC, tidak ada nyeri tekan, belum teraba ballotemen
h. Leopold I
: Tidak dilakukan
i. Leopold II
: Tidak dilakukan
j. Leopold III
: Tidak dilakukan
k. Leopold IV
: Tidak dilakukan
l. DJJ
: Tidak dilakukan
m. MCD
: Tidak dilakukan
n. Genitalia
: Tidak ada tanda infeksi, tidak ada kondiloma akuminata, tidak ada kelainan
o. Anus
: tidak ada hemoroid
p. Ekstermitas
: tidak oedema, reflek pattela kanan dan kiri (+)
3. Pemeriksaan Penunjang a. darah 1. Hb : 11 gr% 2. Golongan darah : A b. urine 1. Test PP : positif 2. Reduksi urin : negative 3. Albumin : negative 4. Hbs Ag : negatif 4. Terapi yang diberkan 1. Infus D5 % 30 tetes/menit 2. Inj. Primperan III 3 x 1 ampul/hari
3. Inj. Ulsikur II 2 x 1 ampul/hari 4. Anvomert 1 tablet 5. Plantacid fork syp 2 sendok teh 3.3 Analisa Data G1P00000 Usia kehamilan 7-8 minggu dengan hiperemesis graviarum. 3.4 Penatalaksanaan 1. Melakukan pendekatan pada ibu dan keluarga dengan menggunakan komunikasi terapeutik dengan cara : Memberi salam, memperkenalkan diri, menanyakan dan mendengarkan keluhan ibu dengan baik , Ibu kooperatif 2. Menjelaskan tentang keadaannya bahwa hal tersebut dikarenakan terjadinya peningkatan hormon HCG didalam tubuhnya, bisa juga disebabkan dari psikologis ibu sendiri. Dan hal tersebut biasanya akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan , Ibu dapat menerima dan memahami keadaannya saat ini. 3. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign , Ibu kooperatif saat petugas melakukan pemeriksaan 4. Mengobservasi mual dan muntah , Setiap kali makan dan minum ibu masih mual dan muntah 5. Memberikan terapi sesuai advis dokter , Ibu telah mendapatkan terapi obat
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesipulan Setelah dilakukan asuhan kebidanan maka masalah yang ada dapat teratasi sehingga pasien dapat pulang dengan keadaan sehat. Dengan terselesainya management kebidanan tentang perawatan penderita hiperemesis gravidarum maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Hiperemesis gravidarum sering terjadi pada ibu hamil muda dan sampai sekarang penyebab pastinya belum diketahui 2. Tindakan yang diberikan dapat disesuaikan dengan keluhan yang ada sebelum diagnosa pasti ditegakkan 3. Penyembuhan memerlukan ketenangan dan waktu yang lama, maka dalam peraturannya perawatannya harus diperhatikan secara keseluruhan baik bio, psiko dan sosial. 4.2 Saran 4.2.1
Pada Klien/Keluarga 1. Diharapkan agar setiap ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara teratur untuk mendeteksi adanya kelainan yang bisa terjadi pada masa kehamilan. persalinan maupun masa nifas. 2. Mengkonsumsi makanan yang tinggi akan zat gizi. 3. Menjaga personal higiene agar tidak terjadi infeksi selama kehamilan, persalinan dan nifas
4.2.2
Pada petugas kesehatan 1. Diharapkan petugas kesehatan selalu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya sesuai dengan kemajuan IPTEK. 2. Diharapkan petugas kesehatan jeli dalam mencari masalah yang sedang dihadapi oleh pasien dan mampu mencari solusi dalam menangani masalah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, IGB. 2014. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta : EGC Manuaba, IGB. 2009. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC. Mansjoer, arif ,dkk. 2016. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Mochtar R.. 2010. Sinopsis Obstetri Fisiologi. Cetakan ke-II. Jakarta : EGC. Prawirohario. Sarwono, 2001. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Prawirohario. Sarwono, 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.