Asuhan Keperawatan Demensia

  • Uploaded by: ma'rifatul fardla
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Keperawatan Demensia as PDF for free.

More details

  • Words: 3,749
  • Pages: 19
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lanjut usia tidak identik dengan pikun (Dementia) dan perlu diketahui bahwa pikun bukanlah hal yang normal pada proses penuaan. Lansia dapat hidup normal tanpa mengalami berbagai gangguan memori dan perubahan tingkah laku seperti dialami oleh lansia dengan demensia. Sebagian besar orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang diderita oleh lansia. Tapi kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapa saja dari semua tingkat usia dan jenis kelamin. Berdasarkan sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa demensia sering kali terjadi pada lansia yang telah berumur ± 60 tahun. Demensia dibagi menjadi dua kategori, yaitu : 1) demensia senilis (≥ 60 tahun), 2) demensia prasenilis (≤ 60 tahun). Sekitar 56,8 % lansia mengalami demensia dalam bentuk demensia Alzheimeir (4 % dialami lansia yang telah berusia 75 tahun, 16 % pada usia 85 tahun dan 32% pada usia 90 tahun). Sampai saat ini diperkirakan ± 30 juta penduduk dunia mengalami demensia dengan berbagai sebab.Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi. Berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan meningkatnya umur harapan hidup akan memberikan dampak meningkatnya masalah kesehatan terutama yang berkaitan dengan proses degeneratif. Keadaan ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara mandiri. Peran perawat dalam meminimalkan atau mengantisipasi masalah kesehatan pada lansia adalah dengan memberikan asuhan keperawatan pada lansia baik dalam

keadaan sehat maupun sakit pada tingkat individu maupun kelompok. Focus asuhan keperawatan lansia adalah melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan mengoptimalkan fungsi fisik dan mental.

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana landasan teori tentang demensia 2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan demensia? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui landasan teori tentang demensia. 2. Untuk mengetahui asuhan keperaatan pada pasien dengan demensia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Demensia adalah penurunan menyeluruh dari fungsi mental luhur yang bersifat progresif dan ireversibel dengan kesadaran yang baik. (Katona, 2012) 2.2 Etiologi Penyebab dari demensia adalah : a. Degenerasi neuronnal atau gangguan multifokal b. Penyakit vaskuler atau keadaan lanjut usia pada orang tua c. Faktor usia 2.3 Patofisiologi Beberapa ahli memisahkan demensia yang terjadi sebelum usia 65 tahun (demensia prasenilis) dan yang terjadi setelah usia 65 tahun (demensia

senilis). Perbedaan ini dari asumsi penyebab yang berbeda; degenerasi neuronal yang jarang pada orang muda dan penyakit vaskuler atau keadaan usia lanjut usia pada orang tua. Meskipun ekspresi penyakit dapat berbeda pada usia yang berbeda, kelainan utama pada pasien demensia dari semua usia adalah sama, dan perbedaan berdasarkan kenyataan. Sebagian besar penyakit yang menyebabkan demensia adalah degenerasi neuronal yang luas atau gangguan multifokal. Gejala awal tergantung dimana proses demensia mulai terjadi, tetapi lokasi danjumlah neuron ynag hilang yang diperlukan untuk menimbulkan demensia sulit ditetapkan. Bertambahnya usia mengakibatkanhilangnya neuron dan masa otak secara bertahap, tetapi hal ini tidak disertai dengan peurunan yang signifikan tanpa adanya penyakit. Sesungguhnya, massa otak adalah petunjuk yang buruk untuk fungsi intelektual. Pasien dengan demenasia degeneratif pada dekade ke enam mempunyai massa otak lebih besar dari pada pasien normal secara intelektual pada dekade delapan. Akibatnya dokumentsai atrofi yang menyeluruh dengan pemindahan CT bukan indikasi demensia yang jelas. Demensia yang terjadi akibat penyakit kortikal (misalnya penyakit Alheimer atau dari penyakit struktur subkortikal) sperti basal ganglia, talamus, dan substansi alaba bagian dalam (misalnya penyakit Hungtington atau multiple sklerosis).demensia kortikal ditandai dengan hilangnya fungsi kognitif seperti bahasa, persepsi,kalkulasi; sebaliknya, demensia subkortikal menunjukkan perlambatan kognitif dan proses informasi (“bradiphrenia”), pendataran afek,dan gangguan motivasi,suasana hati dan bangun. Ingatan terganggu pada kedua jenis.gambaran demensia subkortikal juga terjadi pada subkortikal yang mengenai lobus frontalis dan mungkin menunjukkan proyeksi yang rusak dan dari dan ke lobus frontalis. Pada penyakit Alzheimer, yang merupakan penyebab demensia paling sering, demensia akibat hilangnya jaringan kortikal terutama pada lobus temporalis, parientalis, dan frontalis. Hal ini mnyertai sebagian kasus dengan bertambahnya jarak antara girus dan pembesaran ventrikel. Tanda histologik adalah adanya beberapa kekacauan neurofibrinalis dan plak senilis. Plak dan

kekacauan ditemukan dalam otak orang tua yang normal tetapi meningkat jumlahnya pada penyakit Alzheimer, terutama dalam hipokampus dan temporalis. Terkenanya hippokampal mungkin bertanggung jawab terhadap gangguan ingatan, yang mungkin sebagian diperantarai oleh berkurangnya aktivitas kolinergik. Aktivitas neurotransmitter lntermasuk norepinefrin, serotonin, dopamin, glutamat, somatostatin juga menurun. Perubahan – perubahan ini disertai dengan berkurangnya aliran darah serebrall dan menurunnya metabolisme okigen dan glukosa. 2.4 Manifestasi Klinis Demensia lebih merupakan suatu sindrom, bukan diagnosis, dengan tanda gejala yang muncul adalah : a. Menurunnya gangguan memori jangka pendek jangka panjang b. Menurunnya bahasa (afasia nominal) c. Menurunnya pemikiran, penilaian d. Hilangnya

kemampuan

hidup

sehari



hari

(misalnya,

mencuci,memakai oakaian, mengatur keuangan) e. Prilaku yang abnormal (misalnya, menyerang, berjalan-jalan tanpa tujuan, disinhibisi seksual) juga dapat muncul f. Apatis, depresi dan ansietas g. Pola tidur terganggu h. Mengantuk di siang hari i. Bingung membedakan siang dan malam j. Kegelisahan di malam hari k. Fenomena psikotik, terutama waham kejar (diperburuk dengan sifat pelupa) l. Auditorik m. Halusinasi visual. 2.5 Klasifikasi a. Demensia kortikal; gejala khas melibatkan memori, bahasa, penyelesaian masalah, dan pemikiran, dan gejalanya muncul pada :

1) Penyakit Alzheimer (Alzheimer’s disease,AD), pada pemeriksaan makroskopik melalui CT dan MRI didapatkan penyusutan otak,dengan peningkatanpelebaran sulkus dan pembesaran ventrikel. Sedangkan pemeriksaan mikroskopik, gambaran utama berupa hilangnya neuron dan adanya (terutama pada korteks dan hipokampus) plak amiloid dan kekusutan serat – serat saraf. Dan pemeriksaan secara neurokimia, terdapat penurunan beberapa neurotransmiter, terutama asetikolin, noradrenalin, serotonin, dan somatostatin dengan kehilangan badan sel neuron terkait yang mensekresikan transmiter ini. 2) Demensia Vaskuler (Vascular dementia,VaD) 3) Demensia badan Lewy (demntia with Lewy bodies, DLB) 4) Demnsia frontotemporal b. Demensia Subkortikal; gejala khas meliputi perlambatan psikomotor dan disfungsi eksekutif

terkait dengan gangguan terhadap jalur frontal,

sedangkan gejala kognitif fokal seperti afasia atau agnosia jarang ada, dan gejalanya muncul pada : 1) Penyakit Parkinson 2) Penyakit Hungtinton 3) Kelumpuhan supranuklear progesif 2.6 Penatalaksanaan Penatalaksanaan awal meliputi pengobatan setiap penyebab demensia yang reversibel atau keadaan bingung yangsaling tumpang tindih. Sekitar 10 persen pasien dengan demensia menderita penyakit sistemik atau neurologik yang dapat diobati. Sepuluh persen menderita pseudodemensia yang disebabkan oleh penyakit psikiatrik yang dapat diobati, dan 10 persen yang menderita penyebab penunjang yang dapat dimodifikasi seperti alkoholisme atau hipertensi. Pasien demensia ringan dapat melanjutkan aktivitas di rumah yang relatif normal tetapi jarang di tempat kerja. Dengan berkembangnya demensia diperlukan lebih baayk pengawasan. Ketika gangguan menjadi lebih dalam, pasien membutuhkan banyak bantuan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Beberapa pasien yang terganggu agak berat dapat dapat hidup sendiri jka mereka mendapat dukungan dari masyarakat, termasuk kunjungan setiap hari dari

keluarga

atau

teman,

kunjungan

teratur

oleh

perawat

masyarakat,pemberian makanan dan bantuan dari tetangga. Beberapa individu demensia ringan menjadi terganggu orientasinya dan binggung jika dipindahkan ke lingkungan yang tidak bisa seperti rumah sakit. Pada stadium lanjut pansien mungkin dibantu dengan pengobatan untuk deperesi, kecemasan, gelisah, gejala psikotik yang menyertainya. Atau insomnia dengan pengobatan psikotropik yang sesuai.aka tetapi, obat psikotropik yang membuat pasien demensia menjadi lebih bingung, membutuhkan pengurungan atau penhentian pengobatan. Kebutuhan akan perawatan dari keluarga untuk pasien demensia adalah tinggi, terutama jika pasien gelisahpada malam hari dan membutuhkanpengawasan konstan untuk mencegah berjalan-jalan atau membahayakan diri sendiri. Kenyataan bahwa individu hidup beberapa tahun dalam keadaan yang menyusahkan. Situasi sering tidak dapat ditoleransi jika timbul inkontinensia.gangguan tidur dan kelelahan fisis menambah stresperawatan untuk keluarga pasien demensia yang tampak tidak berterima kasih,keras kepala, agresif, atautidak dapat dihalangi. Karena itu, perhatian simpatik pada keluarga pasien demensia, penting. Halini membantu untuk memperoleh “pengasuh bayi” dengan memberikan waktu libur yang teratur pada perawat. Jika perawat pasien demensia dapat melakukan ini tanpa ras bersalah yang tidak semestinya, liburan tahun ketika pasien tinggal sementara di rumah perawatan adalah tidak dapat dinilaiharganya. Akhirnyabeberapa pasien demensia membutuhkan perawatan penuh di rumah atau rumah sakit. Keluarga sebaiknya di dorong untuk merencanakan ini dan sebaiknya tidak dinasehati mengenai hasil ini sebagai kegagalan pribadi. Penatalaksanaan lebih lanjut ditunjukkan untuk martabat dan rasa nyaman pasien.

BAB III TINJAUAN KASUS Tn. B usia 79 tahun, tinggal di panti werdha budi luhur sejak 2 tahun yang lalu, keluarga menitipkan Tn. B di sebabkan karena keluarga sibuk dengan urusan masing-masing. Tn. B dulunya bekerja di pabrik alumunium, Kondisi fisik Tn. B saat ini mengalami gangguan memori dan orientasi. Selain itu klien tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri melainkan membutuhkan bantuan orang lain. Tn. B sering lupa jalan pulang apa bila sedang berpergian, sulit mandi, berpakaian, dan toileting, Tn. B juga sering tersinggung dan mudah marah. Sebelumnya klien pernah dibawa berobat ke PKM dan di diagnosa oleh dokter bahwa Tn. B menderita demensia yang merupakan bagian normal dari preses penuaan. Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 37 0C, RR: 24 x/menit, N : 75 x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien bau, penampilan kurang menarik, kulit kepala kotor dan bau, mulut klien bau, gigi klien tampak tidak lengkap dan tampak adanya caries pada gigi klien serta klien tampak binggung. Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien yang masuk kurang satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung protein, mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta meningkatkan status nutrisi klien, fungsi mengunyah kurang baik. Jumlah minum klien 1000 cc/hari dengan air mineral. Perawat mengatakan kekuatan otot klien menurun sehingga klien berjalan dengan lambat, klien tampak mengalami kaku sendi, klien tampak menggunakan tongkat, klien tampak berjalan dengan hati- hati dan kekuatan otot klien 4 ( dapat gerak dan dapat melawan hambatan yang ringan) dan pemeriksaan lab. Didapatkan hasil Hb : 9 gr/dl, leukosit : 12000 mm3, trombosit 340.000/mm3, dan pemeriksaan MMSE : Klien mengalami demensia berat yaitu 11 dengan rentang normal 0-15 berat. I. Pengkajian Nama Panti

: Wredha budi luhur

Ruang/ Kamar

: Melati

Tanggal Masuk

: 18 Oktober 2015

Tanggal Pengkajian

: 19 Oktober 2015

A. Identitas Klien Nama Lansia

: Tn. B

Umur Jenis kelamin Status merital Agama Suku/Bangsa Bahasa yang digunakan Pendidikan Pekerjaan Alamat asal

: 79 tahun : Laki- laki : Menikah : Islam : Melayu : Daerah : SMA : Wiraswasta :-

Keluhan utama

:

Keluarga klien mengatakan bahwa Tn. B mengalami gangguan memori dan orientasi. B.

Alasan masuk Keluarga klien minitipkan Tn. B di sebabkan karena keluarga sibuk dengan urusan masing-masing.

C.

Riwayat Kesehatan

1.

Riwayat kesehatan saat ini Keluarga klien mengatakan bahwa Tn. B mengalami gangguan memori dan orientasi, dan Tn. B juga sering lupa jalan pulang apa bila sedang berpergian, sulit mandi, berpakaian, dan toileting, Tn. B juga sering tersinggung dan mudah marah. Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 37 0C, RR: 24 x/menit, N : 75 x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien bau, penampilan kurang menarik, kulit kepala kotor dan bau, mulut klien bau, gigi klien tampak tidak lengkap dan tampak adanya caries pada gigi klien serta klien tampak binggung. Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien yang masuk kurang satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung protein, mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta meningkatkan status nutrisi klien, fungsi mengunyah kurang baik. Jumlah minum klien 1000 cc/hari dengan air mineral. Perawat mengatakan kekuatan otot klien menurun sehingga klien berjalan dengan lambat, klien tampak mengalami kaku sendi, klien tampak menggunakan tongkat, klien tampak berjalan dengan hati- hati

2.

Riwayat kesehatan masa lalu Keluarnga klien mengatakan dulunya klien pernah bekerja di pabrik alumunium. Klien tidak pernah di rawat di RS, tidak pernah dioperasi, tidak alergi obat, makan, dan klien juga tidak mempenyai kebiasaan merokok, alkohol dan juga obat- obatan.

D. 1.

Kebiasaan sehari-hari Nutrisi cairan / makanan Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien 3x sehari, jumlah makan klien yang masuk kurang satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung protein, mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta meningkat status nutrisi klien. Jumlah minum

klien 1000 cc / hari dengan air mineral. 2. Eliminasi Frekuensi BAB 1 x 24 jam, warna feses kuning, bau khas. Frekuensi BAK 2 x 24 jam, volume urine 400cc, warna kuning, bau urine khas. 3. Aktivitas – latihan Klien makan, mandi, berpakaian, kerapian, buang air besar, buang air kecil, di bantu orang/ perawat. 4. Tidur – istirahat Klien tampak ada tidur siang kurang lebih 30 menit, tidur malam klien kurang lebih 5 jam. E.

Data psikologi Klien ikhlas menerima keadaanya, walaupun suasana hatinya sedih, klien tampak sering tersinggung dan mudah marah. Konsep diiri klien tampak menurun karena faktor usia dan merupakan proses penuaan. Orientasi klien kurang baik karena konsentrasi yang menurun sehingga klien mengalami penurunan daya ingat dengan nilai 11 (berat) menyebabkan klien sulit melakukan aktifitas dan devisit keperawatan diri. Memori klien pendek karena klien sering kali lupa jalan pulang bila sedang berpergian, sulit untuk mandi, berpakaian, dan toileting. Bahas klien kurang jelas

dan bahasa yang digunakan klien kurang

dipahami oleh orang lain. klien mnegalami gangguan memori jangka pendek dikernakan klien Tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi dalam minggu terakhir, bahkan klien sering lupa jalan saat perpergian, sulit bandi, berpakaian, dan toileting.

F.

Data sosial Hubungan klien dengan keluarga / kerabat kurang baik, hubungan klien dengan penghuni lain kurang baik, hubungan dengan petugas kurang baik dan adat istiadat yang dianut klien yaitu melayu. Dikarenakan klien mengalami gangguan memori dan orentasi sehingga klien kurang berintraksi sosial dengan baik.

G.

Data spritual klien menganut agama islam, klien tampak sering sholat dan sering berdoa.

H. 1.

Pemeriksaan fisik Keadaan sakit klien tampak sakit berat karena klien mengalami gangguan memori dan orientasi. Selain itu klien tidak mampu melakukan devisit keperawan diri secara mandiri

melainkan membutuhkan bantuan orang. 2. Tanda- tanda vital Kesadaran klien komposmentis, klien masih dalam kesadaran penuh. Tekanan darah 140/80 mmhg, nadi 75 x / menit, suhu 37 oC menggunakan axila, RR : 3.

24x/menit, pola pernapasan klien tampak teratur. Kepala Bentuk kepala simetris, warna rambut memutih/ beruban, keadaan rambut rontok,

4.

kulit kepala kotor dan bau. Mata/ penglihatan Ketajaman penglihatan klien kabur, sclera putih dan jernih, ukuran isocor, warna gelap, reaksi terhadap cahaya miosis. Refleks pupil sama besar, dan bereaksi terhadap cahaya, konjungtiva anemis, lapang pandang kurang jelas, penglihatan

klien terasa kabur apabila tidak menggunakan kacamata. 5. Hidung/penciuman Bentuk simetris, struktur bagian dalam merah muda, fungsi penciuman klien kurang baik. 6. Telinga/ pendengaran Warna kulit luar telinga bagian luar sawo matang, tidak terdapat lesi, kulit telinga berkurang elastisitasnya. fungsi pendengaran kurang baik, tidak ada nyeri, tidak menggunakan alat bantu pendengaran. 7.

Mulut/pengecap

Bibir berwarna pucat, simetris, kelembaban baik, mukosa mulut merah muda baik, gigi kurang bersih, ada caries, gigi tidak lengkap, kaadaan gusi kurang baik, tidak ada peradangan. Fungsi mengunyah kurang baik, fungsi pengecap tidak begitu baik, fungsi bicara kurang jelas, bau mulut, refleks menelan juga kurang baik. 8. Leher Saat diraba tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening, kelenjar tryroid dan sub mandibulalis baik, kaku kuduk dan sulit menelan tidak ada. 9. Dada/pernapasan I : bentuk dada simetris, kwalitas nafas cepat, klien tidak ada batuk dan tidak menggunakan alat bantu pernapasan P : tidak terdapat tonjolan, tactile fremitus seimbang kiri dan kanan P : perkusi dada resonan A : suara napas vesiculer 10. Kardiovaskuler I : bentuk jantung simetris. P : Denyut nadi perifer teraba melemah, ictus kordis teraba. P : Perkusi terdapat bunyi pekak A : Bunyi jantung normal Lub Dub (tidak ada bunyi tambahan), biasanya S1 terdengar lebih keras dari pada S2, namun nada S1 lebih rendah sedangkan S2 tinggi. Jarak antara bunyi lub dan dub sekitar 1 detik / kurang. 11. Abdomen I : Tidak terdapat lesi, dan perut pasien tidak membuncit. A : Bising usus normal ( 10 x /menit ) P : Tidak teraba masa. P : Perkusi terdengar : Tympani 12. Muskulo skeletal Kekuatan otot klien 4 dan terdapat kaku sendi, gaya berjalan klien lambat. 4444 4444 4444 4444 Ket : dapat gerak dan dapat melawan hambatan yang ringan. 13. Keadaan neurologi Penciuman pada klien terganggu N.1 (olfaktorius), penglihatan klien terganggu N. II (optikus), refleks menelan klien terganggu N. V (trigeminus), dan pengecap klien terganggu N. XII (hipoglosus) sedangkan untuk pendengaran klien masih normal N. VII (koklearis). 14. Integumen/kulit Warna kulit telinga luar sawo matang, tekstur keriput, suhu kulit normal/ alamiah, keadaan kuku klien tampak kotor. 15. Catatan khusus Klien tidak mengerti tentang kondisinya, hubungan klien dengan keluarga kurang baik, orang yang paling dekat dengan klien hanya perawat.

I.

Informasi penunjang Nama pasien : Tn.B Diagnosa medik : Demensia Tgl. Pengkajian : 20 januari 2013 1. laboratorium a) Hb : 9 gr/ dl (P : 13-18 gr dan W : 12-16 gr) b) Leukosit : 11000 mm3 (4000 - 11000 / 5000 – 10000 mm3) c) Trombosit : 340.000/ mm3 (150.000 – 450.000/mm3) 2. Pemeriksaan Status Mental Mini Exam (MMSE) Nomor Identifikasi

:

Nama Responden

: Tn. B

Pendidikan

: Wiraswasta

Umur

: 79 Tahun

No

Tes

Nilai Normal

Hasil pemeriksaan

ORIENTASI 1.

Sekarang (tahun), (musim), (bulan), ( tanggal), hari apa?

5

1

2.

Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai

5

1

3

1

5

2

3

1

2

1

kamar) REGISTRASI 3.

Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan ATENSI DAN KAKULASI

4.

Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja tebalik kata “WAHYU” (nilai di berikan huruf yang benar sebelum kesalahan: minsalnya uyahw – 2 nilai MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

5.

Pasien di suruh menyebutkan kembali 3 benda diatas BAHASA

6.

Pasien di suruh menyebut nama benda yang di tunjukkan (pensil, buku)

7.

Pasien di suruh mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila”

1

1

8.

Pasien di suruh melakukan perintah “ambil kertas itu dengan

3

1

9.

tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letaklah dilantai” Pasien di suruh melakukan perintah “pejamkanlah mata anda”

1

1

10. Pasien disuruh menulis dengan spontan

1

1

11.

Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini

1

0

TOTAL

30

11

Tanggal

: 18 januari 2013

Ket

: Klien mengalami demensia berat yaitu 11 dengan rentang normal 0-15 berat.

3. a. b. c. d. 4. a. b.

Obat –obatan Donezepil : 5 mg 3x/hari Anti depresi : citalopram 3x 10-20 mg Galantamine : 3x 3-5 mg Diet makanan lunak yang kalori penuh serta gizi yang baik Terapi simtomatik Latihan kemampun kognitif, dan mengasah pola fikir Terapi rekreasional dan aktifitas

A. ANALISA DATA Nama pasien : Tn. B Umur

: 79 tahun

N O 1.

DATA DS: Petugas panti mengatakan klien sering tersinggung dan mudah marah Perawat mengatakan klien sering lupa jalan pulang bila berpergian

PENYEBAB

MASALAH

perubahan

Perubahan proses

fisiologis

pikir

(degenerasi neuron ireversibel)

DO: Klien tampak mengalami gangguan memori dan orientasi Klien tampak bingung Pemeriksaan MMSE: nilai 11 (berat) 2.

DS: Petugas panti mengatakan klien sulit mandi, berpakaian dan toileting

Menurunya

defisit perawatan

kemampuan

diri

merawat diri

DO: Kuku klien tampak kotor Badan klien Bau Penampilan kurang menarik Kulit kepala kotor dan bau Mulut klien bau dan Tampak adanya caries 3.

DS :

kesulitan

Petugas panti mengatakan kekuatan otot klien menurun sehingga klien berjalan dengan lambat

DO : klien tampak sering mengalami kaku sendi klien tampak menggunkan tongkat klien tampak berjalan dengan hati- hati kekuatan otot klien 4444 4444 4444

4444

keseimbangan dalam beraktifitas

Risiko cidera

2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat. b. Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas, menurunnya daya tahan dan kekuatan ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari. c. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.

No Dx

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi

Rasional

1

Setelah diberikan tindakan

a. Kembangkan lingkungan

keperawatan diharapkan klien

yang mendukung dan

mampu mengenali perubahan

hubungan klien-perawat

dalam berpikir dengan KH: a.

Mampu memperlihatkan

kemampuan kognitif untuk menjalani konsekuensi kejadian yang menegangkan terhadap emosi dan pikiran

anggapan diri yang negative. c. Mampu mengenali

dan emosional.

yang terapeutik. b. Pertahankan lingkungan

b. Kebisingan merupakan

yang menyenangkan dan

sensori berlebihan yang

tenang.

meningkatkan gangguan

c. Tatap wajah ketika berbicara dengan klien.

tentang diri. b. Mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi

a. Mengurangi kecemasan

neuron. c. Menimbulkan perhatian terutama pada klien dengan gangguan

d. Panggil klien dengan namanya.

perceptual. d. Nama adalah bentuk identitas diri dan

menimbulkan pengenala

tingkah laku dan faktor

terhadap realita dan

penyebab. e. Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada klien.

klien. e. Meningkatkan pemahaman. Ucapan tinggi dan keras menimbulkan stress yg

mencetuskan konfrontas 2

Setelah diberikan tindakan

a. Identifikasi kesulitan

dan respon marah. a. Memahami penyebab yan

keperawatan diharapkan klien

dalam berpakaian/

mempengaruhi intervensi

dapat merawat dirinya sesuai

perawatan diri, seperti:

Masalah dapat

dengan kemampuannya

keterbatasan gerak fisik,

diminimalkan dengan

dengan KH :

apatis/ depresi,

menyesuaikan atau

a.

Mampu melakukan

penurunan kognitif

memerlukan konsultasi

aktivitas perawatan diri sesuai

seperti apraksia. b. Identifikasi kebutuhan

dari ahli lain. b. Seiring perkembangan

kebersihan diri dan

penyakit, kebutuhan

dan menggunakan sumber

berikan bantuan sesuai

kebersihan dasar mungkin

pribadi/ komunitas yang dapat

kebutuhan dengan

dilupakan.

dengan tingkat kemampuan. b. Mampu mengidentifikasi

memberikan bantuan.

perawatan rambut/kuku/ kulit, bersihkan kaca mata, dan gosok gigi. c. Kehilangan sensori dan c. Perhatikan adanya tandapenurunan fungsi bahasa tanda nonverbal yang menyebabkan klien fisiologis. mengungkapkan

kebutuhan perawatan diri dengan cara nonverbal, seperti terengah-engah, ingin berkemih dengan d. Beri banyak waktu untuk melakukan tugas.

memegang dirinya. d. Pekerjaan yang tadinya mudah sekarang menjadi terhambat karena penurunan motorik dan

e. Bantu mengenakan pakaian yang rapi dan 3

Setelah dilakukan tindakan

indah. a. Kaji derajat gangguan

perubahan kognitif. e. Meningkatkan

kepercayaan untuk hidup a.Mengidentifikasi risiko di

keperawatan diharapkan

kemampuan, tingkah

lingkungan dan

Risiko cedera tidak terjadi

laku impulsive dan

mempertinggi kesadaran

dengan KH :

penurunan persepsi

perawat akan bahaya. Klien

a. Meningkatkan tingkat

visual. Bantu keluarga

dengan tingkah laku impul

aktivitas. b. Dapat beradaptasi

mengidentifikasi risiko

berisiko trauma karena

terjadinya bahaya yang

kurang mampu

mungkin timbul.

mengendalikan perilaku.

dengan lingkungan untuk mengurangi risiko trauma/

Penurunan persepsi visual

cedera. c. Tidak mengalami cedera.

berisiko terjatuh. b.Klien dengan gangguan b. Hilangkan sumber bahaya lingkungan.

kognitif, gangguan perseps adalah awal terjadi trauma akibat tidak bertanggung

jawab terhadap kebutuhan keamanan dasar. c.Mempertahankan keamanan c. Alihkan perhatian saat perilaku teragitasi/ berbahaya, memenjat pagar tempat tidur.

dengan menghindari konfrontasi yang meningkatkan risiko terjadinya trauma. d.Klien yang tidak dapat melaporkan tanda/gejala

d. Kaji efek samping obat, tanda keracunan (tanda ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik, gangguan penglihatan, gangguan gastrointestinal). e. eHindari penggunaan restrain terus-menerus. Berikan kesempatan keluarga tinggal bersama klien selama periode agitasi akut.

obat dapat menimbulkan

kadar toksisitas pada lansia

Ukuran dosis/ penggantian obat diperlukan untuk mengurangi gangguan. e.Membahayakan klien, meningkatkan agitasi dan timbul risiko fraktur pada klien lansia (berhubungan

dengan penurunan kalsium tulang).

Related Documents


More Documents from "rahmat ilham"

Asuhan Keperawatan Demensia
February 2021 0