Asuhan Keperawatan Glaukoma

  • Uploaded by: nurul
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Keperawatan Glaukoma as PDF for free.

More details

  • Words: 9,008
  • Pages: 56
Loading documents preview...
ASUHAN KEPERAWATAN Pasien dengan Glaukoma

Disusun oleh : -

Naomi Y. Kodey

(11430116038) Tidak Aktif

-

Ninik sri wulandari

(11430116039)

-

Nur azizah

(11430116040)

-

Nurlaela samad

(11430116041)

-

Nurul hidayat

(11430116042)

-

Oktovianus s. kayaru

(11430116043) Tidak Aktif

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SORONG JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D.IV KEPERAWATAN SORONG

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah tentang Asuhan Keperawatan pasien dengan Glaukoma Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Sorong, 10 Mei 2018

Penulis

ii

DAFTAR ISI Kata pengantar ……………………………………………………….

ii

Daftar isi ……………………………………………………………

iii

BAB I : PENDAHULUAN 1. Latar Belakang …………………………………………… 1 2. Rumusan Masalah ……………………………………….

1

3. Tujuan penulisan ………………………………………..

1

4. Manfaat …………………………………………………… 2 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Medis …………………………………………… 3 1.

Definisi ……………………………………………….. 3

2.

Klasifikasi …………………………………………… 3

3.

Anantomi Fisiologi …………………………………… 4

4.

Etiologi ……………………………………………….. 6

5.

Patofisiologi …………………………………………. 7

6.

Tanda dan Gejala ………………………………………7

7.

Penatalaksanaan ………………………………………. 8

8.

Komplikasi ……………………………………………. 10

B. KONSEP KEPERAWATAN …………………………… 11 1.

Pengkajian Teoritis ………………………………….... 11

2.

Diagnosa Keperawatan ……………………………….. 15

3.

NOC (Nursing Outcome Classification) ……………. 17

4.

NIC (Nursing Interventions Classification) ………….. 21

C. PATHWAY ………………………………………………. 29 BAB III : KASUS A. RINGKASAN KASUS ………………………………………….. 30 B. ASUHAN KEPERAWATAN ……………………………………30 BAB IV : PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN …………………………………………………. 47 B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ……………………………… 48

iii

C. INTERVENSI ………………………………………………… 49 D. IMPLEMENTASI ……………………………………………. 111 E. EVALUASI …………………………………………………… 50 BAB V : PENUTUP A. KESIMPULAN ……………………………………………….. 51 B. SARAN ………………………………………………………

51

DAFTAR PUSTAKA

iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Glaucoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat sejumlah 0,40% penderita glaucoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan pada 0,16% penduduk. Prevalensi penyakit mata utama di Indonesia adalah kelainan

refraksi 24,72%, pterigium 8,79% , katarak 7,40% ,

konjungtivitis 1,74% , parut kornea 0,34% , glaucoma 0,40% , retinopati 0,17% , strabismus 0,12% . prevalensi dan penyebab buta kedua mata adalah lensa 1,02% ,glaucoma dan saraf kedua 0,16% , kelainan refraksi 0,11 % , retina 0,09% , kornea 0,06% , lain-lain 0,03% , prevalensi total 1,47% ( Sidharta Ilyas, 2004 ). Diperkirakan di Amerika serikat ada 2 juta orang yang menderita glaucoma. Diantara mereka, hampir setengahnya mengalami gangguan penglihatan, dan hampir 70.000 benar –benar buta, bertambah sebanyak 5.500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis memusatkan pada pencegahan dan pentalaksanaan glukoma (Suzanne C. Smeltzer, 2001).

B. Rumusan masalah Glaukoma merupakan penyakit mata terbesar ke-3 yang menyebabkan kebutaan di Indonesia, oleh karena itu penulis akan membahas bagaimanakah Asuhan Keperawatan pasien dengan Glaukoma

C. Tujuan penulisan 1. Tujuan Umum: Untuk mengidentifikasi konsep keperawatan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan Glaukoma 2. Tujuan khusus: a. Untuk melakukan pengkajian kepada pasien dengan Glaukoma b. Untuk menentukan diagnosa keperawatan kepada pasien dengan Glaukoma

1

c. Untuk menentukan intervensi kepada pasien dengan Glaukoma d. Untuk melakukan implementasi kepada pasien dengan Glaukoma e. Untuk melakukan evaluasi kepada pasien dengan Glaukoma

D. Manfaat 1. Manfaat Praktis Dengan adanya makalah ini diharapakan perawat dan pihak RS dapat meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Glaukoma dan meningkatkan pengetahuan dengan membaca bukubuku dan mengikuti seminar serta menindak lanjuti masalah yang belum teratasi. 2. Manfaat teoritis Dengan adanya makalah ini diharapakan dapat membantu mahasiswa untuk mengetahui dan lebih memahami penyakit Glaukoma serta menentukan rencana asuhan keperawatan yang tepat bagi penderita penyakit Glaukoma

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP MEDIS 1.

Defenisi Glukoma merupakan penyakit yang mengakibatkan kerusakan saraf optic

sehingga terjadinya gangguan pada sebagian atau seluruh lapang pandang, yang diakibatkan oleh tingginya tekanan bola mata seseorang, biasanyaa disebebkan karena adanya hambaatan pengeluaran cairan bola mata (humor aquous) (Kemenkes RI, 2015).

2. Anatomi fisiologi Mata adalah organ yang berbentuk bulat berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari bagian luar hingga paling dalam, laipsan-lapisan tersebut adalah sclera/kornea, koroid/badan siliaris/iris, dan retina. Sebagian besar bola mata ditutupi oleh suatu apisan kuat jaringan ikat, sclera, yang membentuk bagian putih mata. Lapisan tengah di bawah sclera adalah koroid, yang berpigmen banyak dan mengandung banyak pembuluh darah yang member nutrisi bagi retina. Lapisan khoroid di sebelah anterior mengalami spesialisasi membentuk badan siliaris dan iris. Lapisan paling dalam di bawah koroid adalah retina, yang terdiri dari lapisan berpigmen di sebelah luar dan lapisan jaringan saraf d sebelah dalam. Yang teralhir, mengandung sel barang (rods) dan sel kencut (cones), fotoreseptor yang mengubah energy cahaya menjadi implus saraf. Bagian interior mata terdiri dari dua rongga berisi cairan yang dipisahkan oleh sebuah lensa elips. Rongga tersebut berisi cairan humor akuoes yang berada di anterior dan cairan humor vitreus yang berada di posterior mata. Humor vitriues itu sendiri merupakan cairan yang mengandung bahan setengah cairan mirip gel yang berfungsi untuk mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Sedangkan humor akuoes membawa nutrient kornea dan lensa, yaitu dan

3

struktur yang tidak memiliki aliran darah. Adanya embuluh darah di strukturstruktur ini akan mengganggu cahaya ke fotoreseptor. Humor skueos dihasilkan dengan kecepatan sekitar 5ml/hari oleh suatu jaringan kapiler di dalam badan siliar, suatu turunan khusus lapisan khoroid anterior. Cairan ini menglir ke suatu kanalis di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah (Sherwood, 2009).

3. Klasifikasi a. Glukosa primer Glukoma jenis ini merupakan bentuk yang paling sering terjadi, struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorpsi akuos humor mengalami perubahan patologi langsung. 1. Glukoma sudut terbuka Glukoma sudut terbuka atau glukoma kronik atau glukoma simpleksi open angle glukoma merupakan bentuk glukoma primer yang lebih tersembunyi dan membahayakan serta paling sering terjadi (kurang lebih 90% dari klien glukoma). Sering kali gangguan periditer yang menyebabkan perubahan degenerative. Bentuk ini terjadi pada individu yang mempunyai sudut ruang (sudut antara iris dan kornea) terbuka normal tetapi terdapat hambatan pada aliran keluar. Akuos humor memalui sudut ruangan, kanal schelmn atau vena-vena akueos. Kedaan ini terjadi pada klien usia lanjut (>40 tahun) dan perubahan warna usia lanjut memgang peranan penting dalam proses sklerosa badan silinder dan jaringan trabekel. Karena akueos homur tidak dapat meninggalkan mata pada kecepatan yang sama dengan produksinya, TIO meningkat secra bertahap. Bentuk ini biasanya bilateral dan dapat berkembang menjadi kebutaan komplet tanpa adanya serangan akut. Gejalanya relative ringan dan bbanyak klien tidak menyadarinya sehingga terjadi kerusakan visus yang serius. Suatu tanda berharga yang dikemukakan oleh downey yaitu jika diantara kedua mata selalu terdapat

4

perbedaan TIO 4mmHg atau lebih, dianggap menunjukkan kemungkinan glukoma simpleks meskipun tensinya masih normal (Wijana n, 1993 ). Tanda klasik bersifat bilateral , heriditer, TIO meninggi, sudut COA terbuka, bola mata yang tenang, lapang pandang mengecil dengaan macammacam skotoma ang khas, perjalanan penyakit progresif lambat. 2. Glukoma sudut tertutup Glukoma sudut tertutup atau angle/closure glukoma atau close-angle glukoma atau narrow-angle glukoma atau acute glukoma awitania mendadak dan harus ditangani sebagai keadaan emergensi. Mekanisme dasar yang terlibat dalam patofisologi glukoma ini adalah menyempitnya sudut dan perubahan letak iris yang terlalu kedepan. Perubahan letak iris menyebabkan kornea menyempit atau menutup, sudut ruangan, yang akan menghalangi aliran keluar akueos homur. TIO meningkat dengan cepat, kadang-kadang mencapai tekanan 50-70mmHg (Dewit,1998). Tindakan pada situasi ini harus cepat dan tepat ata keruskan saraf otik akan menyebabkan kebutaan pada mata yang terserang. Tanda dan gejala meliputi nyeri hebat didalam dan sekitar mata, timbulnya halo disekitar cahaya, pandangan kabur. Klien kadang mengeluhkan keluhan umum seperti sakit kepala, mual, muntah, kedinginan, demam bahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang dapat sedemikian kuatnya sehingga keluhan mata (gangguan penglihatan foto phobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien. Peningkatan TIO menyebabkan nyeri yang melalui saraf kornea menjalar ke pelipis, oksiput dan rahang melalui cabang-cabang neufrus trigeminus. Iritasi saraf pagal dapat mengakibatkan sakit perut.

b. Glukoma sekunder Glukoma sekunder adalah glukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan didalam mata. Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktifitas struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorpsi akueos humor gangguan ini terjadi akibat :

5

1) Perubahan lensa dislokasi lensa, intumesensasi lensa yang katarak, terlepasnya kapsul lensa pada katarak 2) Perubahan uvea, uveitis anterior, melanoma dari jaringan uvea neovaskularisasi di iris. 3) trauma hivema kontusi bulbi, robeknya kornea atau limbus disertai prolaps iris 4) Operasi, pertumbuhan epitel yang masuk camera oculi anterior (COA), gagalnya pembentukan COA setelah operasi katarak, uveitis pasca oktraksi katarak yang menyebabkan terlengketan iris.

c. Glukoma congenital Glukoma ini terjadi akibat kegagaan jaringan mesodermal memfungsikan trabekular. Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom resesif dan biasanya bilateral.

4. Etiologi Berdasarkan penyebabnya, glukoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu glukoma primer, glukoma sekunder, dan glukoma congenital. Glukoma primer merupakan glukoma yang tidak ketahui penyebabnya. Glukoma primer dibedakan menjadi dua jenis yaitu glukoma primer sudut terbuka dan glukoma primer sudut tertutup. Perbedaan antara glukoma primer sudut terbuka dan sudut tertutup yaitu glukoma primer sudut terbuka bersifat kronis, dan glukoma sudut tertutup biasanya bersifat akut atau kronis. Glukoma sekunder merupakan glukoma yang terjadi akibat penyakit lain yaitu trauma mata, pembedahan (misalnya pada setelah pembedahan katarak yang mengakibatkn bilik mata depan yang tidak terbentuk dengan cepat), kelainan lensa, kelainan uvea, penggunaan kortikosteroid yang berlebihan, dan penyakit sistemik lainnya seperti DM dan hipertensi. Glukoma kongenental adalah glukoma yang ditemukan sejak lahir yang menyebabkan pembesaran mata bayi karena system saluran pembuangan

6

didalam mata bayi yang tidak berfumngsi dengan baik (Kemenkes RI, 2015).

5. Patofisiologi TIO ditentukan oleh kecepatan produksi akueos humor dan aliran keluar akueos humor dari mata. TIO normal adalah 10-21mmHg dan dipertahankan selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran akueos humor. Akueos humor diproduksi di dalam badan silier dan mengalir keluar melalui kanal schlemn kedalam system vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi lebih badan silier atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar akueos melalui camera oculi anterior (COA), peningkatan tekanan intra okuler >23mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran darah kesaraf optic dan retina iskemia menyebabkan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap. Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis, keruskan visus dan kerusakan saraf optic dan retina adalah ireversibel dan hal ini bersifat permanen. Hilangnnya penglihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang.

6. Tanda dan gejala Tanda dan gejala yang klien tergantung jenis glukoma yang klien derita. Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejalanya : -

Glukoma sudut terbuka : awalnya tidak timbul gejala. Gejala yang dapat terjadi saat muncul yaitu klien akan melihat bintik mata yang berupa area kecil pada penglihatan tepi atau pusat klien. Keluhan yang muncul dapat berupa seperti penglihatan seperti dalam terowongan atau melihat titik kehitaman yang melayang mengikuti gerakkan bola mata.

-

Glukoma sudut tertutup : gejala yang muncul dapat berupa sakit kepala berat, nyeri mata, mual, muntah, penglihatan kabur, lingakaran halo disekitar cahaya dan mata merah.

7

-

Glukoma sekunder : jenis glukoma ini disebebkan oleh penyakit lain. Gejala dan tandanya mirip dengan glukoma lain.

-

Glukoma congenital : glukoma ini terjadi pada bayi baru lahir. Klien dapat mengetahuinya dalam 1 tahun pertama kehidupan. Control ke dokter spesialis anak secara teratur merupakan hal yang penting.

7. Penatalaksaan a. Medis a) Terapi laser - Laser iridotomy melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata yang berwarna (iris) untuk mengizinkan cairan mengalir secara normal pada mata dengan sudut sempit atau tertutup (marrow or closed angels). - Laser trabeculoplasy adalah suatu prosedur laser dilaksanakan hanya pada mata-mata dengan sudut-sudut terbuka (open angles). Laser trabeculoplasy tidak menyembuhkan glukoma, namun sering dilakukan dari pada meningkatkan jumlah obat-obat tetes mata yang berbeda-beda. Pada beberapa kasus-kasus, dia digunakan sebagai terapi permulaan atau terapi utama untuk open-angle-glukoma. Prosedur ini adalah metode yang cepat, tidak sakit, dan relative aman untuk menurunkan tekanan intraocular. Dengan mata yang dibius dengan obat-obat tetes bius, perawatan laser dilaksanakan melalui lens kontak yang berkaca pada sudut mata (angle of the eye). Microscopic laser yang membakar sudut mengizinkan cairan keluar lebih leluasa dari kanal-kanal pengaliran. - Laser cilioablation (juga dikenal sebagai penghancur badan cillary atau cyclophotocoagulation) adalah bentuk lain dari perawatan yang umumnya dicadangkan untuk pasien-pasien dengaan bentuk-brntuk yang parah dari glukoma dengan potensi

8

penglihatan yang miskin. Prosedur ini melibatkan pelaksanaan pembakaran-pembakaran laser pada bagian mata yang membuat cairan

akueos

(cillary

body).

Pembakaran

laser

ini

menghancurkan sel-sel yangmembuat cairan, dengan demikian mengurangi tekanan mata. b) Terapi pembedahan - Trabeculectomy adalah suatu pprosedur operasi mikro yang sulit, digunakan untuk merawat yang tersumbat dihilangkan untuk menciptakan suatu pembukaan dan suatu jalan kecil penyaringan yang baru dibuat untuk cairan keluar dari mata. Untuk jalan-jalan kecil baru, suatu bab penyaringan kecil diciptakan dari jaringan konjungtiva. Konjungtiva adalah penutup bening diatas putih mata. Filtering bleb adalah suatu area yan timbul seperti bisul yang ditempatkan pada bagian atas mata dibawah kelopak atas. System pengaliran baru ini mengizinkan cairan untuk meninggalkan mata, masuk kedalam bleb, dan kemudian lewat masuk kedalam sirkulasi darah kapiler dengan demikian menurunkan tekanan mata. Trabeculectomy adalah operasi glukoma yang paling umum dilaksanakan. Jika suskes, dia merupakan alat paling efektif menurunkan tekanan mata.

- Viscocanalostorry adalah suatu prosedur operasi alternative yang digunakan untuk menurunkan tekanan mata. Dia melibatkan penghilangan suatu potongan dari sclera (dinding mata) untuk meninggaalkan hanya suatu membrane yang tipis dari jaringan yang melaluinya cairan akueos dapat dengan lebih mudah mengalir. Ketika dia lebih tidak invasive disbanding trabeculecomy dan akueos shunt surgery, dia juga bertendensi lebih tidak efektif. Ahli bedah kadang kala menciptakan tipe-tipe lain dari system pengaliran. Ketika

9

operasi glukoma seringakli efektif, komplikasi-komplikasi, seperti infeksi atau perdarahan adalah mungkin. Maka, operasi umumnya dicadangkan untk kasus-kasus yang dengan cara lain tidak dapat terkontrol.

b. keperawatan - Pemberian tetes mata obat golongan beta blocker (misalnya timolol, betaxolol, carteolol, levobunolol atau metipranolol) yang kemungkianan akan mengurangi pembentukkan cairan dimata dan TIO. - Pilocarpine untuk memperkecil pupil sehingga iris tertarik dan membuka saluran yang tersumbat. - Obat

lainnya

yang juga

diberikan

adalah

epinephrine,

dipvephrine dan carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi pembentukkan cairan) - Minum larutan gliderin dan air biasa untuk mengurangi tekanan dan menghentikan serangan glukoma - Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya acetazolmide) - Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan manitol intravena (melalui pembuluh darah).

8. Komplikasi 1. Glukoma kronis Penatalaksaan yang tidak adekuat dapat menyebabkan perjalan progresif dari glukoma yang lebih parah 2. Sinekia anterior Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat jalanan trabekular (sineka anterior), sehingga menimbulkan sumbatan irreversible sudut kamera anterior dan menghambat aliran akueos humor keluar.

10

3. Katarak Glukoma pada kedaan tekanan bola mata yang sangat tinggi, amak akan terjadi gangguan permeabilitas kapsul lensa sehingga terjadi kekeruhan lensa. 4. Kerusakan saraf optikus Kerusakan saraf pada glukoma umumnya terjadi karena terjadi peningkatan tekanan dalam bola mata. Bola mata normal memilki tekanan antara 10-20 mmHg, sedangkan penderita glukoma memilki tekanan mata yang lebih dari normal bahkan akan menyebabkan kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata akan semakin besar berat kerusakan saraf yang terjadi. 5. Kebutaan Kontrol tekanan intraocular yang jelek akan menyebabkan semakin rusaknya nervus optik dan semakin menurunnya visus sampai terjadi kebutaan.

B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian Teori menurut Lynn S. Bickley(2008) Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, suatu proses keperawatan, suatu kolaboratif melibatkan perawat, pasien dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan objektif yang dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan fisik, data tersebut kemudian diolah, dianalisa yang kemudian akan menghasilkan suatu diagnosa keperawatan yang membutuhkan perencanaan untuk mengatasi masalah yang timbul dan muncul.Tujuan utama pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan pasien yang memungkinkan perawat merencanakan asuhan keperawatan kepada klien dengan mudah. Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan meliputi: a. Identitas Klien

11

Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung jawab. b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama Terjadi tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi, nyeri hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak. 2) Riwayat Kesehatan Sekarang Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak. 3) Riwayat Kesehatan Dahulu Pernah mengalami penyakit glaukoma sebelumnya atau tidak dan apakah terdapat hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya. 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Kaji apakah dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis vertikal atau horisontal memiliki penyakit yang serupa. c. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien, BB,Tinggi badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi. 2) Pemeriksaan Kepala dan Leher Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri hebat pada kepala, mata merah, edema kornea, mata terasa kabur 3) Pemeriksaan Integumen Meliputi warna kulit, turgor kulit. 4) Pemeriksaan Sistem Respirasi Meliputi frekwensi pernafasan bentuk dada, pergerakan dada. 5) Pemeriksaan Kardiovaskular Meliputi irama dan suara jantung. 6) Pemeriksaan Sistem Gastrointestinal

12

Pada klien dengan glaukoma ditandai dengan mual muntah. 7) Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal Meliputi pergerakan ekstermitas. 8) Pemeriksaan Sistem Endokrin Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya glaukoma dalam sistem endokrin. 9) Pemeriksaan Genitouria Tidak ada disuria, retesi urin, inkontinesia urine. 10) Pemeriksaan Sistem Pernafasan Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena terbatasnya lapang pandang. d. Pola – pola Fungsi Kesehatan 1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Persepsi klien dalam menilai / melihat dari pengetahuan klien tentang penyakit yang diderita serta kemampuan klien dalam merawat diri dan juga adanya perubahan dalam pemeliharaan kesehatan. 2) Pola nutrisi dan metabolik Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami perubahan. Pada pola nutrisi dan metabolismenya. Walaupun begitu perlu dikaji pola makan dan komposisi, berapa banyak / dalam porsi, jenis minum dan berapa banyak jumlahnya. 3) Pola eliminasi Pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan tetapi tetap dikaji konsestansi, banyaknya warna dan baunya. 4) Pola tidur dan istirahat Pola tidur dan istirahat akan menurun, klien akan gelisah / sulit tidur karena nyeri / sakit hebat menjalar sampai kepala. 5) Pola aktivitas

13

Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan klien mengalami penurunan. 6) Pola persepsi konsep diri Meliputi : Body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa cemas terhadap penyakitnya, dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri. 7) Pola sensori dan kognitif Pada klien ini akan menjadi / mengalami gangguan pada fungsi penglihatan dan pada kongnitif tidak mengalami gangguan. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut). Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Tanda : Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.Peningkatan air mata. 8) Pola hubungan dan peran Bagimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain, apakah mengalami perubahan karena penyakit yang dideritanya. 9) Pola reproduksi Pada pola reproduksi tidak ada gangguan. 10) Pola penanggulangan stress Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya dan fungsi penglihatannya serta koping mekanis yang ditempuh klien bisa tidak efektif. 11) Pola tata nilai dan kepercayaan Biasanya klien tidak mengalami gangguan.

e. Pemeriksaan laboratorium/penunjang a. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit meningkat. b. Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatini meningkat

14

f. Analisa Data Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya fikir berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang sama dengan masalah yang di dapat pada pasien (Gusneli,2007)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Nyeri akut berhubungan dengan : agens cedera biologis,agens cedera fisik,agens cedera kimiawi di tandai dengan ; bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya,diaphoresis,dilatasi pupil,ekspresi wajah nyeri,fokus menyempit,fokus pada diri sendiri,keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri,keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri,laporan

tentang

perilaku

nyeri/perubahan

aktivitas,mengekspresikan perilaku,perilaku distraksi,perubahan pada paremeter fisiologis,perubahan posisi untuk menghindari nyeri,perubahan selera makan,putus asa,sikap melindungi area nyeri,dan sikap tubuh melindungi.

b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan Perubahan resepsi, transmisi, dan/atau integrasi sensori; Ketidakseimbangan biokimia; Ketidakseimbangan

elektrolit;

Stimulus

lingkungan

yang

berlebihan; Ketidakcukupan stimulus lingkungan; Stres psikologis. Ditandai dengan Subjektif : Distorsi sensori ; Objektif : Perubahan pola prilaku; Perubahan kemampuan; penyelesaian masalah; Perubahan ketajaman sensori; Perubahan respons yang biasanya terhadap stimulus; Disorientasi; Halusinasi; Hambatan komunikasi; Iritabilitas; Konsentrasi buruk; Gelisah c. Hambatan

mobilitas

fisik

berhubungan

dengan

:

agens

farmaseutikal, ansietas, depresi, disuse, fisik tidak bugar, gangguan

15

fungsi kognitif, gangguan metabolisme, gangguan muskoloskeletal, gangguan neuromuscular, gangguan sensoriperseptual, gaya hidup kurang gerak, indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia, intoleran aktivitas, kaku sendi, keengganan memulai pergerakan, kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat, kerusakan integritas struktur tulang, keterlambatan perkembangan, kontraktur, kurang dukungan(mis.fisik atau sosial), kurang pengetahuan, tentang nilai aktivitas fisik, malnutrisi, nyeri, penurunan kekuatan otot, penurunan kendali otot, penurunan ketahanan tubuh, penurunan massa otot, program pembatasan gerak.

d. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi biokimia, disfungsi rector, disfungsi imun, disfungsi integrasi sensori, gangguan mekanisme pertahanan primer(mis.kulit robek), gangguan orientasi efektif, gangguan sensasi(akibat dari cedera medulla spinallis, diabetes mellitus,dll ), hipoksia jaringan, malnutrisi, profil darah yang abnormal, usia ekstrem.

e. Ansietas berhubungan dengan : ancaman kematian, ancaman pada status terkini, hereditas, hubungan interpersonal, kebutuhan yang tidak dipenuhi, konflik nilai, konflik tentang tujuan hidup, krisis maturasi,

krisis

situasi,

pajanan

pada

toksin,

penularan

interpersonal, penyalahgunaan zat, perubahan besar(mis. Status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, fungsi peran, status peran), riwayat keluarga tentang ansietas, stresor.

f. Insomnia berhubungan dengan agens farmaseutikal, aktivitas fisik harian rata-rata kurang dari yang dianjurkan menurut usia dan jenis kelamin, ansietas, berduka, depresi, faktor lingkungan, higienis tidur tidak adekuat,ketakutan, ketidaknyamanan fisik, konsumsi alcohol, perubahan hormonal, sering mengantuk, stressor.

16

3. NOC No

Dx.kep

Tujuan

1.

Nyeri akut b.d agens cedera bilogis neoplasma ditandai dengan Setelah

dilakukan Dengan kriteria hasil :

bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri asuhan

keperawatan

untuk

3x24

pasien

yang

tidak

dapat selama

jam

- Pasien dapat mengungkapkan skala nyeri berdasarkan standar daftar periksa nyeri

mengungkapkannya,diaphoresis,dilatasi pupil, ekspresi wajah diharapkan

tingkat

- skala nyeri 0

nyeri,fokus menyempit,fokus pada diri sendiri,keluhan tentang kenyamanan

pasien

- Pasien merasa rileks dan tidak meringis lagi

intensitas menggunakan standar skala nyeri,keluhan tentang meningkat

- Tidak ada keluhan nyeri

karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen

- TTV dalam batas normal : nadi:60-100x/mnt,

nyeri,laporan

tentang

perilaku

nyeri/perubahan

aktivitas,mengekspresikan

2.

Kriteria hasil

TD:120/80 mmHg, RR 16-20x/mnt

perilaku,perilaku

- pasien tampak tenang

distraksi,perubahan pada paremeter fisiologis,perubahan posisi

- Kontriksi pupil

untuk menghindari nyeri,perubahan selera makan,putus

- Fokus terpusat

asa,sikap melindungi area nyeri,dan sikap tubuh melindungi.

- Nafsu makan meningkat

Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan Perubahan Setelah resepsi,

transmisi,

dan/atau

integrasi

sensori; asuhan

Ketidakseimbangan biokimia; Ketidakseimbangan elektrolit; selama Stimulus

lingkungan

yang berlebihan;

dilakukan Kriteria hasil : keperawatan 3x24

jam

- Klien berinteraksi secara sesuai dengan orang lain dan lingkungan

Ketidakcukupan diharapkan

17

- Klien mempertahankan lapang penglihatan

stimulus lingkungan; Stres psikologis. Ditandai dengan penggunaan Subjektif : Distorsi sensori ; Objektif : Perubahan pola prilaku; penglihatan

pasien

tanpa kehilangan lebih jauh - Menginterpretasikan

Perubahan kemampuan; penyelesaian masalah; Perubahan optimal ketajaman sensori; Perubahan respons yang biasanya terhadap

objek

yang

dikomunikasikan oleh orang lain secara benar

stimulus; Disorientasi; Halusinasi; Hambatan komunikasi;

- Kooperatif dalam tindakan

Iritabilitas; Konsentrasi buruk; Gelisah

- Menyadari

hilangnya

pengelihatan

secara

permanen - Tidak terjadi penurunan visus lebih lanjut 3.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan : agens Setelah

dilakukan Dengan kriteria hasil :

farmaseutikal, ansietas, depresi, disuse, fisik tidak bugar, asuhan

keperawatan

- Bisa melakukan pergerakan dan perpindahan

gangguan fungsi kognitif, gangguan metabolisme, gangguan selama

3x24

jam

- Mempertahankan mobilitas optimal yang dapat

gangguan diharapkan mobilitas

ditoleransi dengan karakteristik mandiri penuh

muskoloskeletal,

gangguan

neuromuscular,

sensoriperseptual, gaya hidup kurang gerak, indeks masa tubuh fisik optimal diatas persentil ke-75 sesuai usia, intoleran aktivitas, kaku sendi, keengganan memulai pergerakan, kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat, kerusakan integritas struktur tulang, keterlambatan perkembangan, kontraktur, kurang dukungan(mis.fisik atau sosial), kurang pengetahuan, tentang

18

nilai aktivitas fisik, malnutrisi, nyeri, penurunan kekuatan otot, penurunan

kendali

otot,

penurunan

ketahanan

tubuh,

penurunan massa otot, program pembatasan gerak.

4.

Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi biokimia, Setelah

dilakukan Dengan kriteria hasil :

disfungsi rector, disfungsi imun, disfungsi integrasi sensori, asuhan

keperawatan

gangguan mekanisme pertahanan primer(mis.kulit robek), selama

3x24

gangguan orientasi efektif, gangguan sensasi(akibat dari diharapkan

-

jam cedera

Klien

menyebutkan

faktor

yang

menyebabkan cedera -

cedera medulla spinallis, diabetes mellitus,dll ), hipoksia tidak terjadi

Klien tidak melakukan aktivitas yang meningkatkan resiko cedera

jaringan, malnutrisi, profil darah yang abnormal, usia ekstrem. 5.

Ansietas berhubungan dengan : ancaman kematian, ancaman Setelah

dilakukan Dengan kriteria hasil :

pada status terkini, hereditas, hubungan interpersonal, asuhan

keperawatan

-

Berkurangnya

kebutuhan yang tidak dipenuhi, konflik nilai, konflik tentang selama

3x24

jam

-

Posisi tubuh rileks

ansietas

-

Mengungkapkan

tujuan hidup, krisis maturasi, krisis situasi, pajanan pada diharapkan toksin,

penularan

interpersonal,

penyalahgunaan

zat, klien berkurang

perasaan gugup

pemahaman

tentang

rencana tindakan

perubahan besar(mis. Status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, fungsi peran, status peran), riwayat keluarga tentang ansietas, stresor.

19

6.

Insomnia berhubungan dengan agens farmaseutikal, aktivitas Setelah

dilakukan Dengan kriteria hasil :

fisik harian rata-rata kurang dari yang dianjurkan menurut usia asuhan

keperawatan

-

Pasien tidak bagun terlalu dini

dan jenis kelamin, ansietas, berduka, depresi, faktor selama

3x24

jam

-

Tidak terdapat gangguan pola tidur

insomnia

-

Pasien dapat tidur nyenyak

-

Pasien dapat memulai tidur

-

Tidur dapat memuaskan

lingkungan,

higienis

ketidaknyamanan

fisik,

tidur

tidak

konsumsi

hormonal, sering mengantuk, stressor.

adekuat,ketakutan, diharapkan alcohol,

perubahan pasien dapat teratasi

20

4. NIC

No

Dx. Keperawatan

Intervensi

1.

Nyeri akut b.d agens cedera biologis,agens cedera fisik,agens

1. Kaji tingkat nyeri.

cedera kimiawi di tandai dengan bukti nyeri dengan

2. Pantau derajat nyeri mata setiap 30 mentit

menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidak

dapat

mengungkapkannya,diaphoresis,dilatasi

pupil,ekspresi wajah nyeri,fokus menyempit,fokus pada diri sendiri,keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri,keluhan

tentang

karakteristik

nyeri

dengan

selama masa akut.

Rasional 1. Reaksi non verbal menandakan bahwa

pasien

kesulitan

untuk

berkomunikasi secara verbal

3. Siapkan pasien untuk pembedahan sesuai 2. Informasi memberikan data dasar peranan. 4. Pertahankan tirai baring ketat pada posisi semi fowler.

untuk

mengevaluasi

kebutuhan/

keefektifan intervensi 3. Teknik

relaksasi

dapat

menggunakan standar instrumen nyeri,laporan tentang

5. Berikan lingkungan gelap dan terang.

memudahkan pasien mengurangi

perilaku

6. Berikan analgesic yang diresepkan peran

nyeri

nyeri/perubahan

perilaku,perilaku fisiologis,perubahan

aktivitas,mengekspresikan

distraksi,perubahan posisi

untuk

pada

paremeter menghindari

dan evaluasi efektifitasnya

4. Analgetik dapat digunakan untuk mengurangi nyeri

nyeri,perubahan selera makan,putus asa,sikap melindungi area nyeri,dan sikap tubuh melindungi.

21

2.

Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan Perubahan resepsi,

transmisi,

dan/atau

integrasi

1.

sensori;

Ketidakseimbangan biokimia; Ketidakseimbangan elektrolit;

Kaji

dan

2.

Kaji tingkat deskripsi fugnsional terhadap

stimulus lingkungan; Stres psikologis. Ditandai dengan

perwatan 3.

prilaku; Perubahan kemampuan; penyelesaian masalah; Perubahan ketajaman sensori; Perubahan respons yang biasanya

terhadap

stimulus;

Disorientasi;

ketajaman

1. Menentukan kemampuan visual.

penglihatan

Stimulus lingkungan yang berlebihan; Ketidakcukupan

Subjektif : Distorsi sensori ; Objektif : Perubahan pola

catat

penglihatan

dan

Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan penglihatan.

4.

Halusinasi;

Kaji jumlah dan tipe rangsangan

2. Memberikan keakuratan terhadap penglihatan dan perawatan. 3. Meningkatkan self care dan mengurangi ketergantungan. 4. Meningkatkan rangsangan pada

yang dapat diterima Klien.

waktu kemampuan penglihatabn menurun.

Hambatan komunikasi; Iritabilitas; Konsentrasi buruk;

5.

Observasi TTV.

Gelisah

6.

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.

5. Mengetahui kondisi dan perkembangan klien secara dini. 6. Untuk mempercepat proses penyembuhan

3.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan : agens

1. Memantau keterbatasan klien dalam

farmaseutikal, ansietas, depresi, disuse, fisik tidak bugar,

melakukan kegiatan sehari-hari

gangguan fungsi kognitif, gangguan metabolisme, gangguan muskoloskeletal,

gangguan

neuromuscular,

1. Tidak semua aktivitas klien harus dibantu, sehingga perawat akan dapat

memberdayakan

klien

gangguan

22

sensoriperseptual, gaya hidup kurang gerak, indeks masa

2. Memberikan informasi mengenai

tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia, intoleran aktivitas,

mekanika

kaku sendi, keengganan memulai pergerakan, kepercayaan

postur tubuh, dsb

budaya tentang aktivitas yang tepat, kerusakan integritas struktur tulang, keterlambatan perkembangan, kontraktur, kurang dukungan(mis.fisik atau sosial), kurang pengetahuan, tentang nilai aktivitas fisik, malnutrisi, nyeri, penurunan kekuatan otot, penurunan kendali otot, penurunan ketahanan tubuh, penurunan massa otot, program pembatasan gerak.

tubuh,

latihan

fisik,

3. Memberikan terapi latihan fisik (ambulansi dan keseimbangan) 4. Membantu klien dalam proses perawatan diri (berpindah) 5. Bantu dalam menyusun jadwal terapi bersama dengan klien

secara

mandiri

sesuai

batas

kemampuannya 2. memfasilitasi penggunaan postur dan pergerakan dalam aktivitas sehari-hari

untuk

mencegah

dan

cedera

dan

membantu

berjalan

untuk

keletihan muskuloskeletal 3. Meningkatkan dalam

mempertahankan

dan

mengembalikan fungsi autonom dan volunter selama pengobatan dan pemulihan dari kondisi sakit. Menggunakan aktivitas, dan

gerakan

tertentu

postur, untuk

mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan keseimbangan 4. membantu

individu

untuk

mengubah posisi tubuhnya

23

5. dengan bantuan perawat, biasanya klien akan merasa lebih mudah dalam menyusun jadwal terapinya

4.

Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi biokimia,

1.

Bantu

pasien

ketika

mampu

1.

Menurunkan risiko jatuh atau

disfungsi rector, disfungsi imun, disfungsi integrasi sensori,

melakukan ambulasi pascaoperasi

cedera

ketikalangkah

gangguan mekanisme pertahanan primer(mis.kulit robek),

sampai

sempoyonga

atau

gangguan orientasi efektif, gangguan sensasi(akibat dari

penglihatan

cedera medulla spinallis, diabetes mellitus,dll ), hipoksia

koping yang memadai

jaringan, malnutrisi, profil darah yang abnormal, usia

2.

ekstrem.

stabil

dan

dan

mencapai

keterampilan

Bantu pasien menata lingkungan.

mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan penglihatan . 2.

Jangan mengubah penataan jika pasien tidak diorientasi dahulu. 3.

Orientasikan pasien pada ruangan.

4.

Bahas

5.

perlunya

penggunaan

Memfasilitasi kemandirian dan menurunkan risiko cedera

3.

Meningkatkan

4.

Tameng logam atau kaca mata melindungi

diperintahkan.

cedera.

mata yang terkena trauma

keamanan

mobilitas dalam lingkungan.

perisai metal atau kaca mata bila

Jangan memberikan tekanan pada

tidak

5.

Tekanan

mata

pada

terhadap

mata

dapat

mengakibatkan kerusakan serius lebih lanjut.

24

6.

Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata.

5.

Ansietas berhubungan dengan : ancaman kematian, ancaman

1.

6.

Cedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata

Kaji derajat kecemasan, faktor

1. Umumnya

faktor

yang

pada status terkini, hereditas, hubungan interpersonal,

yang menyebabkan kecemasan,

menyebabkan kecemasan adalah

kebutuhan yang tidak dipenuhi, konflik nilai, konflik tentang

tingkat

kurangnya

tujuan hidup, krisis maturasi, krisis situasi, pajanan pada

ketakutan klien akan penyakit.

toksin,

penularan

interpersonal,

penyalahgunaan

pengetahuan,

dan

pengetahuan

dan

ancaman aktual terhadap diri.

zat,

Pada klien glaukoma, rasa nyeri

perubahan besar(mis. Status ekonomi, lingkungan, status

dan penurunan lapang pandang

kesehatan, fungsi peran, status peran), riwayat keluarga

menimbulkan ketakutan utama.

tentang ansietas, stresor. 2.

Orientasikan

tentang

penyakit

2. Meningkatkan pemahaman klien

yang dialami klien, prognosis, dan

akan

penyakit.

tahapan perawatan yang akan

memberikan

dijalani klien.

seperti mengatakan penglihatan

keamanan

Jangan palsu

akan pulih atau nyeri akan segera hilang. Gambarkan secara objektif tahap pengobatan harapan proses

25

pengobatan,

dan

orientasi

pengobatan masa berikutnya.

3.

Berikan kesempatan pada klien untuk

bertanya

dengan

3. Menimbulkan rasa aman dan perhatian bagi klien.

penyakitnya.

4.

Berikan dukungan psikologis.

4. Dukungan

psikologis

dapat

berupa penguatan tentang kondisi klien, peran serta aktif klien dalam perawatan mengorientasikan kondisi

penyakit

maupun bagaimana yang

sama

menimpa klien yang lain. 5.

Terangkan setiap prosedur yang

5. Mengurangi rasa ketidaktahuan

dilakukan dan jelaskan tahap

dan kecemasan yang terjadi.

perawatan yang akan dijalani, seperti

riwayat

kesehatan,

26

pemeriksaan fisik, diet, sedasi operasi dll. 6.

Bantu

6. Memberi kesempatan klien untuk berbagi perasaan dan pendapat

klien

mengekspresikan

kecemasan dan ketakutan dengan

dan

menurunkan

ketegangan

pikiran.

mendengar aktif.

7.

Beri informasi tentang penyakit

7. Mengorientasikan pada penyakit

yang dialami oleh klien yang

dan kemungkinan realistik sebagai

berhubungan dengan kebutaan.

konsekuensi

penyakit

dan

menunjukan realitas.

6.

Insomnia berhubungan dengan agens farmaseutikal, aktivitas fisik harian rata-rata kurang dari yang dianjurkan menurut usia dan jenis kelamin, ansietas, berduka, depresi, faktor lingkungan,

higienis

ketidaknyamanan

fisik,

tidur

tidak

konsumsi

hormonal, sering mengantuk, stressor.

adekuat,ketakutan, alcohol,

perubahan

1. Observasi

TTV

klien

setelah

istirahat malam 2. kaji

penyebab

klien insomnia

dan

lamanya waktu tidur klien 3. lakukan

aktivitas

yang

keluarga

2. Klien

dapat

mengungkapkan

penyebab insomnia dan perawat dapat

memudahkan klien tidur 4. Anjurkan

1. Untuk mengetahui tekanan darah

dapat mengetahui waktu tidur klien cukup ataupun kurang dari

untuk

normal

mendampingi klien

27

3. Dengan aktvitas yg cukup dapat membantu klien tidur lebih cepat 4. Meningkatkan ketenagan pada klien

28

Glaukoma sudut terbuka

Glaukoma sudut tertutup Perubahan anatomis (iris terlalu kedepan)

Herediter, degeneratif

Sklerosa badan silier dan jaringan trabekel, miopi yang progresif

Ruang posterior (ruang sempit antara iris dan lensa) menyempit

KONGENITAL

SEKUNDER

PRIMER

Obstruksi pd kanal schlemn

Kegagalan perkembangan organ mata, kelainan anatomis

Penyakit mata lain

Mis. Trauma, uveitis

Gangguan aliran drainase

Penyempitan sudut mata atau obstruksi aliran drainase aqueus humor

Drainase aqueus humor terganggu

Obstruksi aliran aqueus humor

Peningkatan TIO

Tekananretina, pd sel Kerusakan ganglion dan saraf gangguan fungsi optik penglihatan

Tekanan pembuluh darah di retina

Gangguan Persepsi Sensori

Nyeri Akut

Suplai O2 ke Mata menurun

Kebutaan

Fotofobia, penurunan penglihatan, penurunan lapang pandang

Bola mata terlihat menonjol

Insomnia

Iskemik Hambatan Mobilitas Fisik

Resiko Cedera

Resiko Retinopati (Kebutaan)

Ansietas

29

BAB III KASUS

A. RINGKASAN KASUS Tn. S 68 th, mengeluh bola mata terasa nyeri, blured vision, lapang pandang lateral OD menurun, TIO OD : 28 mmHg, TIO OS : 24 mmHg, visus OD 1/60, OS : 20/60, Tekanan darah 160/90 mmHg, N : 92x/menit, rr : 24x/menit, S : 37 C, Rencana pemeriksaan penunjang uji midriatikum dan uji kamar gelap. Terapi : Golongan beta blocker, lasik, diet rendah garam.

B. ASUHAN KEPERAWATAN Tanggal Masuk

: 07-05-2018 pukul 14.00 WIT

Tanggal Pengkajian

: 08-05-2018 pukul 14.00 WIT

1.

PENGKAJIAN I.

DATA DEMOGRAFI

A. Biodata -

Nama

: Tn. S

-

Umur

: 68 tahun

-

Jeniskelamin

: laki-laki

-

Pendidikanterakhir

: SMA sederajat

- Alamat

: Jl. cempaka

-

Suku / bangsa

: jawa/ indonesia

-

Status pernikahan

: menikah

-

Agama / keyakinan

-

Pekerjaan / sumber penghasilan

: karyawan swasta

-

Diagnosa medik

: Glaukoma

-

No. medical record

:

-

Tanggal masuk

: 07-05-2018

:

islam

B. Penanggung jawab -

Nama

: Ny. H

-

Umur

: 50 tahun

30

-

Jeniskelamin

: perempuan

-

Pendidikan terakhir

: SMA Sederajat

-

Alamat

: Jl. cempaka

-

Suku / bangsa

: jawa/ indonsia

-

Agama / keyakinan

: islam

-

Pekerjaan / sumberpenghasilan

: ibu rumah tangga

II.

Hubungandenganklien

: istri

RIWAYAT KESEHATAN A. KeluhanUtama

: Klien mengatakan bola mata terasa nyeri

B. Keluhan yang menyertai

: klien mengatakan pandagan sedikit kabur dan

pusing C. Riwayat Kesehatan masa lalu : pasien mengatakan sebelumnya pasien mengalami sakit pada mata sejak 3 minggu terakhir. Pasien juga pernah mengalami sakit malaria dan diare. D. Riwayat Kesehatan Keluarga : klien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan (penyakit kelurga).

GENOGRAM

Keterangan : = laki-laki = perempuan = pasien pendrita = tinggal dalam satu rumah

31

III.

POLA FUNGSI (POLA FUNGSI GORDON) A. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat: -

Sebelum sakit : klien mengatakan sebelum sakit klien tidak pernah berfikir akan sakit seperti ini

-

Setelah sakit: klien mengatakan setelah sakit klien tidak tau mengapa bisa sampai menderita sakit tersebut

B. Pola Nutrisi dan Metabolisme -

:

Kebutuhan nutisi Sebelum sakit : Klien mengatakan klien makan 3 x sehari dan menghabiskan 1 porsi dengan menu sayur,nasi,dan lauk pauk dan buah buahan.

-

Kebutuhan Minum sebelum sakit : Klien mengatakan minum air mineral 56 gelas air dalam 24 jam/hari

-

Kebutuhan nutrisi Setelah sakit : klien mengatakan makan 2x sehari dan menghabiskan 1 porsi setiap makan, pasien makan nasi, sayur, ikan,telur, kue an buah yang di bagi dari rumah sakit.

-

Kebutuhan Minum setelah sakit: Klien mengatakan klien dapat menghabiskan minumnya 5/6 gelasair dalam 24 jam/hari

C. Pola Eliminasi -

Miksi sebelum sakit

: Klien mengatakan klien buang air kecil (BAK)

5-6x dalam sehari, warna kuning jernih, dan tidak ada keluhan lainnya. -

Miksi selama sakit

: Klien mengatakan klien buang air kecil (BAK)

5-6x dalam sehari, warna kuning jernih, tidak terasa nyeri saat pasien berkemih dan tidak terdapat darah dalam urine. -

Eliminasi Alvi sebelum sakit : Klien mengatakan klien buang air besar (BAB) 2x sehari setiap pagi dan malam hari, konsistensi agak lembek, dengan warna agak kuning, tidak terdapat darah dan lendir pada feses dan tidak ada keluhan lainnya.

-

Eliminasi alvi selama sakit : Klien mengatakan buang air besar ( BAB) 1x sehari , konsistensi agak lembek, dengan warna agak kuning, tidak terdapat darah dan lendir pada feses dan tidak ada keluhan lainnya.

32

D. Pola Tidur dan Istirahat -

Pola istirahat dan tidur sebelum sakit : Klien mengatakan klien tidur dari jam 10 malam hingga jam 5 subuh dan pasien juga jarang tidur siang. Kadang terbagun di tengah malam.

-

Pola istirahat dan tidur selama sakit : Klien mengatakan selama klien di rawat di RS pasien sering susah memulai tidur dan saat nyeri pasien susah untuk tidur dan pasien tidur pada jam yang tidak tentu.

E. Pola Aktivitas dan Latihan -

:

Pola aktivitas dan latihan sebelum sakit : Klien mengatakan klien biasa jalan-jalan pada pagi hari sekitar jam 6 hingga jam setengah 7 pagi

-

Pola aktivitas dan latihan Selama sakit : Klien mengatakan klien lebih sering berbaring, sedikit melakukan aktivitas.

F. Pola Hubungan dan peran -

Sebelum sakit : klien mengatakan hubungan dengan keluarga klien baik-baik saja dan berhubungan baik dengan keluaraga tetangga dan teman-teman pasien.

-

Saat sakit : klien mengatakan klien masih bisa berhubungan dengan baik dengan keluarga, tetangga dan teman-teman di sekitar klien.

G. Pola Sensori dan Kognitif -

:

Sebelum sakit : klien mengatakan klien berkomunikasi dengan baik, berespon dan berorientasi dengan baik dengan kelurga serta tetangga klien.

-

Saat sakit : klien mengatakan klien masih bisa berhubungan dengan baik dengan keluarga serta tetangga dan teman-teman yang menjenguk klien.

H. Pola Persepsi dan Konsep Diri

:

Sebelum sakit : klien mengatakan sangat bersyukur dengan anggota tubuh yang dimiliki, dan klien bersyukur diciptakan sebagai seorang laki-laki, klien berperan sebagai suami memiliki 2 orang anak. Klien senang semua keluarga mendukung dan memberi semagat klien dan klien ingin cepat sembuh serta segera beraktifitas seperti biasanya.

33

Selama sakit : klien mengatakan hanya bisa berdoa degan keadanya saat ini karena mata klien mulai makin kabur, klien berharap agar bisa sembuh dan dapat berkumpul dengan kluarga di rumah. I. Pola seksual dan reproduksi -

Sebelum sakit : Klien mengatakan klien memiliki satu istri dan 2 orang, anak laki-laki dan perempuan.

-

Selama sakit : klien mengatakan tidak melakukan hubungan suami istri dikarenakan klien berada di rumah sakit.

J. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping : -

Sebelum sakit : klien mengatakan saat ada masalah selalu terbuka dengan anggota keluarga klien, jika ada masalah selalu di selesaikan bersamasama.

-

Selama sakit : : klien mengatakan klien masih bisa terbuka dengan keluarga klien dan setiap masalah ada solusinya. Penilaian MMSE (orientasi : 5, registrasi :3, perhatian dan kalkulasi : 5, mengingat : 3, bahasa :9 )

K. Pola tatanilai dan keperacayaan : klien mengatakan klien beragama islam klien dan lien percaya akan adanya Allah sebagai tuhan yang di sembah

IV. PEMERIKSAAN FISIK A. Sistem Pernapasan Jalan nafas tidak ada sumbatan, klien tidak tampak sesak, tidak menggunakan otot bantu nafas dengan frekuensi pernafasan 24 x/ menit, irama nafas klien teratur, jenis pernafasan spontan, nafas dalam, palpasi dada klien simetris, perkusi dada bunyi sonor, suara nafas klien vasikuler, namun tidak mengalami nyeri dada dan tidak menggunakan alat bantu nafas. B. Sistem Cardiovaskuler Pada sirkulasi perifer kecepatan nadi perifer klien 92 x/menit dengan irama teratur, tidak mengalami distensi vena jugularis, temperature kulit hangat suhu tubuh klien 370C, warna kulit tidak pucat, pengisian kapiler 2 detik, dan tidak ada edema. Sedangkan pada sirkulasi jantung, kecepatan denyut

34

apical 92 x/ menit dengan irama teratur tidak ada kelainan bunyi jantung dan tidak ada nyeri dada. Betuk dada pektus karinatum (dada burung). Bunyi jantung I,II. C. Sistem Persarafan Ada keluhan sakit kepala, migran atau pertigo, tingkat kesadaran pasien kompos mentis dengan Glasgow Coma Scale (GCS) E: 4, M: 6, V: 5. 1. Saraf Cranial SC I

: olfaktorius

Ditujukan pada kecurigaan paralisis otot mata, kelompok otot kunyah dan lidah kadang perlu diperiksa berulang kali barulah ditemukan hasil positif (Desen, 2008). SC II

: optikus

Reaksi pupil saat di beri cahaya kurang baik lapang pandang menurun, mata terasa kabur, serta cairan TIO meningkat, bola mata terasa nyeri.

SC III

: okulomotor

Klien mengtakan dapat mencium bau tidak ada masalah pada penciuman pasien SC V

: trigeminus

Klien mengatakan terdapat rasa sentuhan stimulus ringan dan tajam di area pipi , rahang saat di sentuh. SC VII

: fasialis

Gerakan fasial normal bersifat simetris, sensasi rasa tidak terganggu dan dapat menelan makanan seperti biasanya SC VIII

: vestibulokok learis

Pendegaran klien tidak terganggu suara yang di degar terdengar jelas SC IX

: glosofaringeus.

Tidak ada gangguan pengecapan pasien masih bisa membedakan jenis dan rasa pada makanan yang pasien makan. SC X

: vagus

35

Tidak ada gangguan pada vagus pasien merasa tidak mual, dan pasien dalam keadaan sadar penuh. SC XI

: aksesorius

Tampak normal kedua bahu klien mampu megatasi tahanan degan cukup baik SC XII

: hipoglossus

Lidah klien berada di posisi normal, klien mampu mengerakkan lidanya ke atas dan kebawah, bicara klien sanggat jelas. D. Sistem Penginderaan 1. Penglihatan Pada penderita glaukoma posisi bola mata klien simetris, kelompak mata klien normal, pergerakan bola mata klien normal namun konjungtiva klien anemis, kornea normal, sclera anikterik, pupil mata klien isokor, otot mata klien tidak ada kelainan, namun fungsi penglihatan tampak kabur saat melihat tulisan yang di tunjuk, tandatanda radang tidak ada, reaksi terhadap cahaya kurang baik, bola mata terasa nyeri, blured vision, lapang pandang lateral OD menurun, TIO OD : 28 mmHg, TIO OS : 24 mmHg, visus OD 1/60, OS : 20/60. 2. Penciuman (Hidung) Pada penderita glaucoma bentuk hidung normal dan simetris, pernafasan normal, tidak terdapat secret dan tidak ada penyempitan jalan napas dan dan tidak mengalami gangguan penciuman. 3. Pendengaran Pada penderita glaukoma, daun telinga kiri dan kanan pasien normal dan simetris, tidak terdapat cairan pada rongga telinga, tidak ada nyeri tekan pada telinga, fungsi pendegaran baik dan dapat mendegar dengan jelas. E. Sistem Perkemihan Balance cairan klien dengan intake 700 ml, output 500 ml, tidak ada perubahan pola kemih (retensi urgency, disuria, tidak lampias, nokturia, inkontinensia, anunia), warna BAK klien kuning jernih, tidak ada distensi kandung kemih, ada keluhan sakit pinggang.

36

F. Sistem Pencernaan Keadaan mulut klien saat ini gigi tidak ada caries, tidak ada stomatitis lidah klien tidak kotor, namun tampak pucat, saliva normal, tidak muntah, tidak ada nyeri perut, tidak ada diare, konsistensi feses lunak, bising usus klien 10 x/menit, tidak terjadi konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen lembek. G. Sistem Muskuloskeletal Saat ini klien tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang, sendi dan kulit serta tidak ada fraktur. Tidak ada kelainan pada bentuk tulang sendi dan tidak ada kelainan struktur tulang belakang, dan keadaan otot baik, pasien dapat melakukan fleksi, ekstensi, dan rotasi dengan baik. H. Sistem Integumen Turgor kulit klien kriput, temperature kulit klien hangat, warna kulit sawo matang, keadaan kulit baik, tidak ada luka, kelainan kulit tidak ada, kondisi kulit daerah pemasangan infuse baik, tekstur kulit baik, kebersihan rambut bersih. I. Sistem Reproduksi -

Laki-laki Bentuk kelamin normal tidak ada integritas kulit pada penis, kelamin tampak bersih, tidak ada lesi dan ulkus pada kelamin, skrotum lengkap, tidak ada oedem, bulu pubis bersih, tidak ada nyeri tekan dan benjolan.

J. Sistem Endokrin Pada klien tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, nafas klien tidak berbau keton, dan tidak ada luka ganggren.

37

V. Data Penunjang 1. Pemeriksaan .Diagnostik a. Laboratorium Tanggalpe

Jenispemeriksaan

Hasil

Nilai normal

Interpretasi

Kalsium serum

9,2 mg/dl

8,7-10,6 mg/dl

Normal

meriksaan 08-05-2018

Normal Hematokrit

46%

42%-54%

Hemoglobin

12 g/dl

14-18 g/dl

Rendah

12.000/mm³

4000-10.000/mmᶾ

inggi

80 mmHg

PaO² : 75 - 100

normal

Leukosit

08-05-2018

-Kimia darah -Analisi gas darah arteri (ABG)

mmHg 37 mmHg

PaCO2 : 35-45 mmHg

38

-Hitung sel darah putih diferensial: Netrofil

64,5%

47,6% – 76,8%

Normal

Eosinofil

5%

0,3% - 7%

Normal

Basofil

0,9%

0,3% - 2%

Normal

Monosit

7.4 %

0,6% - 9,6%

Normal

Limfosit

36 %

16,2% – 43%

Normal

1,2 mg/dL

0,6-1,6 mg/dL

Normal

08-05-2018

Urin : Kreatinin

b. Pemeriksaan pencitraan Tanggal Pemeriksaan

Jenis Pemeriksaan

Hasil

08- mei – 2018

Pengukuran tonometri

Peningkatan TIO

08- mei-2018

Pemerksaan lampu selit

Efek glukoma pada struktur mata anterior

08- mei-2018

Ginioskopi

08-mei-2018

Oftalmoskopi

08-mei-2018

Perimetri atau uji pandang

Sudut ruang anterior mata Visualisasi fundus Kehilangan penglihatan

visual menurun 08-mei-2018

VI.

Fotografi fundus

Perubahan diskus optic

Program Therapy 1. Timolol : 2. Bimatoprost: 3. Brimonidin :

39

ANALISA DATA Nama

: Tn. S

No Register

Umur

: 68 tahun

Diagnosamedis : Glaukoma

Ruang Rawat

: melati

Alamat

Tanggal /

Data Fokus

: 01003456

: Jl. Cempaka

Etiologi

Problem

Peningkatan TIO

Nyeri akut

Jam 08-mei-2018 15.00 wit

DS: -

Klien

mengatakan

(Tekanan intraocular)

bola mata terasa nyeri DO: - Klien tampak diaphoresis, ekspresi wajah nyeri, sikap melindungi area nyeri

08-mei-2018 15.00 wit

DS: - klien mengatakan

Hilangnya pandagan

Gangguan persepsi

lapang pandang

sensori

Ketidak nyamanan fisik

Insomnia

pandagan sedikit kabur dan pusing DO: - klien tampak susah dalam membaca huruf yang di tunjukkan

08-mei-2018

DS:

40

15.00 wit

-

Klien

mengatakan

selama klien di rawat di RS pasien sering susah memulai tidur dan saat nyeri pasien susah untuk tidur dan pasien tidur pada jam yang tidak tentu.

DO: - klien tampak pucat, konjungtiva

tampak

anemis

Prioritas Diagnosa Keperawatan a.

Nyeri akut b.d Peningkatan TIO (Tekanan intraocular) ditandai dengan bola mata terasa nyeri, tampak diaphoresis, ekspresi wajah nyeri, sikap melindungi area nyeri.

b.

Gangguan persepsi sensori b.d Hilangnya pandagan lapang pandang di tandai dengan pandangan sedikit kabur dan pusing, tampak susah dalam membaca huruf yang di tunjukkan.

c.

Insomnia b.d Ketidak nyamanan fisik di tandai dengan sering susah memulai tidur dan saat nyeri pasien susah untuk tidur, tidur pada jam yang tidak tentu, tampak pucat, konjungtiva tampak anemis.

41

42

PROSES KEPERAWATAN

Nama

: Tn. S

No Register

Umur

: 68 tahun

Diagnosamedis : Glaukoma

Ruang Rawat

: melat

Alamat

No 1.

Dx. Kep Nyeri

akut

Peningkatan

: Jl. Cempaka

Tujuan Dan Kriteria Hasil b.d Setelah

dilakukan

asuhan

TIO keperawatan selama 3x24 jam

(Tekanan intraocular) diharapkan tingkat kenyamanan ditandai dengan -klien

: 01003456

pasien

meningkat.

Dengan

mengatakan kriteria hasil :

bola mata terasa nyeri - Klien tampak

skala

diaphoresis, ekspresi

standar daftar periksa nyeri - skala nyeri 0

7. Kaji tingkat nyeri. 8. Pantau derajat nyeri mata setiap 30 mentit selama masa akut. 9. Siapkan pasien untuk pembedahan sesuai peranan.

- Pasien dapat mengungkapkan nyeri

Intervensi

berdasarkan

10.

5. Reaksi

Berikan lingkungan gelap dan

terang.

non

Paraf verbal

menandakan bahwa pasien kesulitan

untuk

berkomunikasi

secara

verbal

Pertahankan tirai baring ketat 6. Informasi

pada posisi semi fowler. 11.

Rasional

data

memberikan dasar

untuk

mengevaluasi kebutuhan/ keefektifan intervensi

43

wajah nyeri, sikap melindungi area nyeri

- Pasien merasa rileks dan tidak meringis lagi - Tidak ada keluhan nyeri

12.

Berikan

analgesic

yang 7. Teknik

relaksasi

diresepkan peran dan evaluasi

memudahkan

efektifitasnya

mengurangi nyeri

- TTV dalam batas normal :

dapat pasien

8. Analgetik dapat digunakan untuk mengurangi nyeri

nadi:60-100x/mnt, TD:120/80 mmHg, RR 1620x/mnt - pasien tampak tenang - Kontriksi pupil - Fokus terpusat - Nafsu makan meningkat 2.

Gangguan

persepsi Setelah

dilakukan

asuhan

7.

sensori b.d Hilangnya keperawatan selama 3x24 jam pandagan pandang

lapang diharapkan di

tandai penglihatan

dengan : -klien pandagan

penggunaan pasien

penglihatan 8.

optimal.

sedikit

kabur dan pusing

- Klien

berinteraksi

secara

Kaji

tingkat

fugnsional

Dengan Kriteria hasil : mengatakan

Kaji dan catat ketajaman

9.

7. Menentukan kemampuan visual.

deskripsi terhadap

8. Memberikan

penglihatan dan perwatan

keakuratan terhadap

Sesuaikan

penglihatan dan

sesuai dengan orang lain dan

dengan

lingkungan

penglihatan.

lingkungan kemampuan

perawatan.

44

- klien tampak susah

- Klien

mempertahankan

dalam membaca huruf

lapang

yang di tunjukkan

kehilangan lebih jauh

penglihatan

tanpa

jumlah

rangsangan

dan yang

tipe dapat

diterima Klien.

- Menginterpretasikan

objek

yang dikomunikasikan oleh orang lain secara benar - Kooperatif dalam tindakan - Menyadari

10. Kaji

dengan

dan mengurangi ketergantungan.

11. Observasi TTV. 12. Kolaborasi

9. Meningkatkan self care

10. Meningkatkan tim

rangsangan pada waktu

medis dalam pemberian

kemampuan

terapi.

penglihatabn menurun. 11. Mengetahui kondisi

hilangnya

dan perkembangan

pengelihatan secara permanen

klien secara dini. 12. Untuk mempercepat proses penyembuhan

3.

Insomnia b.d Ketidak Setelah nyamanan

fisik

dilakukan

asuhan

di keperawatan selama 3x24 jam

tandai dengan :

diharapkan

insomnia

pasien

- Klien mengatakan dapat teratasi. Dengan kriteria selama klien di rawat hasil : di RS pasien sering

5. Observasi TTV klien setelah istirahat malam 6. kaji penyebab insomnia dan lamanya waktu tidur klien 7. lakukan aktivitas yang dapat memudahkan klien tidur

5. Untuk

mengetahui

tekanan darah klien 6. Klien

dapat

mengungkapkan penyebab insomnia dan perawat

dapat

45

susah memulai tidur

-

dan saat nyeri pasien susah untuk tidur dan

-

- klien tampak pucat, konjungtiva

tampak

Tidak terdapat gangguan

Pasien

dapat

tidur

anemis

Pasien dapat

memulai

tidur -

untuk

mengetahui waktu tidur klien

cukup

ataupun

kurang dari normal aktvitas

yg

cukup dapat membantu klien tidur lebih cepat

nyenyak -

keluarga

7. Dengan

pola tidur -

8. Anjurkan

mendampingi klien

dini

pasien tidur pada jam yang tidak tentu.

Pasien tidak bagun terlalu

8. Meningkatkan ketenagan pada klien

Tidur dapat memuaskan

46

BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Pengkajian adalah tahap pertama yang kelompok lakukan di dalam proses keperawatan. Pengkajian ini melalui pengkajian head to toe, dan pengumpulan informasi atau data-data ini diperoleh dari wawancara dengan klien, keluarga klien, melakukan observasi, dan pemeriksaan fisik.

Tanda dan gejala yang muncul klien mengeluh bola mata terasa nyeri, blured vision, lapang pandang. Klien memilki riwayat kesehatan pernah mengalami sakit pada mata sejak 3 minggu terakhir. Sebelum sakit pola nutrisi klien, klien mengatakan makan 3x sehari dan menghabiskan 1 porsi dengan menu sayur,nasi,dan lauk pauk juga bua-buahan. Kebutuhan minum sebelum sakit klien minum air mineral 5-6 gelas air dalam 24 jam/hari. Pola makan setelah sakit, klien makan 2x sehari dan menghabiskan

1

porsi

setiap

makan

dengan

menu

nasi,sayur,ikan,telur,kue,dan buah. Kebutuhan minum klien setelah sakit, klien minum 5/6 gelas air dalam 24 jam/hari. Pola eliminasi sebelum sakit, klien mengatakan BAK 5-6x dalam sehari dengan konsistensi kuning jernih, BAB 2x sehari setiap pagi dan malam hari dengan konsistensi agak lembek, warna agak kuning, tidak terdapat darah dan lender pada feses. Setelah sakit BAK 5-6 2x sehari dengan warna kuning jernih, BAB 1X sehari dengan konsistensi agak lembek, dengan warna agak kuning, tidak terdapat darah dan lender pada feses. Pola istrirahat dan tidur sebelum sakit, klien tidur dari jam 10 malam hingga jam 5 subuh dan jarang tidur siang. Sesudah sakit klien kesulitan untuk tidur dikarenakan nyeri pada mata. Pada klien terdapat gangguan pada saraf optik yang mebuat reflex pada pupil kurang baik lapang pandang menurun, mata terasa kabur, serta cairan TIO meningkat, bola mata terasa nyeri.

47

B. Diagnosa a. Nyeri akut berhubungan dengan : agens cedera biologis,agens cedera fisik,agens cedera kimiawi di tandai dengan ; bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya, diaphoresis, dilatasi pupil, ekspresi wajah nyeri, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri, keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri,laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas, mengekspresikan perilaku, perilaku distraksi, perubahan

pada

paremeter

fisiologis,

perubahan

posisi

untuk

menghindari nyeri,perubahan selera makan, putus asa, sikap melindungi area nyeri, dan sikap tubuh melindungi. b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan Perubahan resepsi, transmisi, dan/atau integrasi sensori; Ketidakseimbangan biokimia; Ketidakseimbangan elektrolit; Stimulus lingkungan yang berlebihan; Ketidakcukupan stimulus lingkungan; Stres psikologis. Ditandai dengan Subjektif : Distorsi sensori ; Objektif : Perubahan pola prilaku; Perubahan kemampuan; penyelesaian masalah; Perubahan ketajaman sensori;

Perubahan respons

yang biasanya

terhadap stimulus;

Disorientasi; Halusinasi; Hambatan komunikasi; Iritabilitas; Konsentrasi buruk; Gelisah c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan : agens farmaseutikal, ansietas, depresi, disuse, fisik tidak bugar, gangguan fungsi kognitif, gangguan

metabolisme,

gangguan

muskoloskeletal,

gangguan

neuromuscular, gangguan sensoriperseptual, gaya hidup kurang gerak, indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia, intoleran aktivitas, kaku sendi, keengganan memulai pergerakan, kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat, kerusakan integritas struktur tulang, keterlambatan perkembangan, kontraktur, kurang dukungan(mis.fisik atau sosial), kurang pengetahuan, tentang nilai aktivitas fisik, malnutrisi,

48

nyeri, penurunan kekuatan otot, penurunan kendali otot, penurunan ketahanan tubuh, penurunan massa otot, program pembatasan gerak. d. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi biokimia, disfungsi rector, disfungsi imun, disfungsi integrasi sensori, gangguan mekanisme pertahanan primer(mis.kulit robek), gangguan orientasi

efektif,

gangguan sensasi(akibat dari cedera medulla spinallis, diabetes mellitus,dll ), hipoksia jaringan, malnutrisi, profil darah yang abnormal, usia ekstrem. e. Ansietas berhubungan dengan : ancaman kematian, ancaman pada status terkini, hereditas, hubungan interpersonal, kebutuhan yang tidak dipenuhi, konflik nilai, konflik tentang tujuan hidup, krisis maturasi, krisis

situasi,

pajanan

pada

toksin,

penularan

interpersonal,

penyalahgunaan zat, perubahan besar(mis. Status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, fungsi peran, status peran), riwayat keluarga tentang ansietas, stresor. f. Insomnia berhubungan dengan agens farmaseutikal, aktivitas fisik harian rata-rata kurang dari yang dianjurkan menurut usia dan jenis kelamin, ansietas, berduka, depresi, faktor lingkungan, higienis tidur tidak adekuat,ketakutan, ketidaknyamanan fisik, konsumsi alcohol, perubahan hormonal, sering mengantuk. c. Intervensi 1) Nyeri akut b.d peningakatan TIO (Tekanan intraocular) ditandai dengan bola mata terasa nyeri, tampak diaphoresis, ekpresi wajah nyeri, sikap melindungi area nyeri. Intervensi yang diberikan pertama, kaji tngakt nyeri. Kedua, pantau derajat nyeri setiap 30 menit selama masa akut. Ketiga, siapkan klien untuk pembedahan sesuai perintah. Keempat, pertahankan tirai baring ketet pada posisi semi fowler. Kelima, berikan lingkungan gelap dan terang. Keenam, berikan analgesic yang diresepkan dan evaluasi efektifitasnya. 2) Gangguan presepsi sensori b.d hilangnya pandangan di tandai dengan pandangan sedikit kabur dan pusing, tampak susah dalam membaca

49

huruf yang ditunjukkan. Intervensi yang diberikan pertama, kaji dan catat ketajaman penglihatan. Kedua, kaji tingakat deskripsi fungsional terhadap penglihatan dan perawatan. Ketiga, sesuaikan lingkungan dengan kemampuan penglihatan. Keempat, kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima klien. Kelima, observasi TTV. Keenam, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi. 3) Insomnia b.d ketidaknyamanan fisik ditandai dengan sering susah memulai tidur dan saat nyeri klirn susah untuk tidur, tidur pada jam yang tidak tertentu, tampak pucat, konjungtiva tampak anemis. Intervensi yang diberikan pertam, obervasi TTV klien setelah istirahat. Kedua, kaji penyebeb insomnia dan lamanya waktu tidur klien. Ketiga, lakukan aktivitas yang dapat memudahkan klien tidur. Keempat, anjurkan keluarga untuk mendampingi klien.

50

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN Glukoma adalah suatu keadaan dimana di tandai dengan peningkatan tekanan intra okuler yang dapat merusak saraf mata sehingga mengakibatkan kebutaan. Glukoma diklarifikasikan antara lain glukoma primer, glukoma sekunder, glukoma konginetal. Penyebabnya tergantung klasifikasi glukoma itu sendiri tetapi pada umumnya disebebkan karena aliran akueos humor terhambat yang bisa meningkatkan TIO. Tanda dan gejalanya kornea suram, sakit kepala, nyeri, lapang pandang

menurun,

dll.

Komplikasi

dari

glikoma

adalah

kebutaan.

Penatalaksanaannya dapat dilakukan pembedahan dan obat-obatan.

B. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1.

Pada Perawat agar meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Glaukoma dan meningkatkan pengetahuan dengan membaca buku-uku dan mengikuti seminar serta menindak lanjuti masalah yang belum teratasi.

2.

Pada Mahasiswa Diharapkan dapat melaksanakan tehknik komunikasi terapeutik dan melakukan pengkajian agar kualitas pengumpulan data dapat lebih baik sehingga dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan dengan baik.

3.

Pada Klien dan Keluarga Diharapkan klien dapat melaksanakan anjuran dan penatalaksanaan pengobatan dan terapi yang telah diinstruksikan leh perawat dan dokter.

51

DAFTAR PUSTAKA

-

Asuhan keperawatan klien gangguan mata / Indriana N Istikomah : Jakarta :EGC,2004

-

Kapita selekta penyakit : dengan implikasi keperawatan, / editor kimberly A.J Bilotta : editor edisi Indonesia, Wuri Praptian, Barrara Bariid. Ed.2Jakarta : EGC, 2011

-

Herdman, T.Heather. Nanda international Inc. diagnosis keperawtan: definisi & klasifikasi 2015-2017- Jakarta : EGC, 2015

52

Related Documents


More Documents from "rahmat ilham"