Asuhan Keperawatan Osteoartritis

  • Uploaded by: nuurhasanah
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Keperawatan Osteoartritis as PDF for free.

More details

  • Words: 2,217
  • Pages: 14
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Sistem muskuloskletal meliputi tulang, otot, dan sendi yang disertai dengan tendon dan ligamen untuk memberi kerangka bagi dukungan dan gerakan tubuh. Dalam masyarakat modern, kemandirian individu sebagian dinilai berdasarkan mobilitas dan kemampuan untuk mempertahankan aktivitas dan peran-peran sosial yang terkait. Sejumlah studi kasus klinis yang sering ditemukan dibahas dengan memperlihatkan gangguan kesehatan pada sistem muskuloskletal. Studi kasus tersebut meliputi trauma (fraktur), osteomielitis, penyakit rakitis, osteoporosis, fibromialgia, osteoartritis, dan lain-lain. Gangguan sendi tersebut dapat mengenai individu muda maupun lansia. Pada kesempatan ini, penyusun akan membahas mengenai salah satu gangguan sendi yaitu osteoartritis. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi osteoartritis ? 2. Apa saja klasifikasi osteoartritis ? 3. Apa saja penyebab dari osteoartritis ? 4. Bagaimana patofisiologi dari osteoartritis ? 5. Apa saja tanda dan gelaja osteoartritis ? 6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus osteoartritis ? 7. Bagaimana penatalaksanaan pada osteoartritis ? 8. Bagaimana penyimpangan KDM pada kasus osteoartritis ? 9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada kasus osteoartritis ? C. TUJUAN Makalah ini disusun agar dapat menambah pengetahuan kita mengenai salah satu gangguan sendi yaitu osteoartritis. Khususnya sesuai dengan rumusan masalah diatas. 1

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI Osteoartritis adalah penyakit degenarasi sendi pada kartilago dan merupakan bentu atritis yang paling sering ditemukan. Proses terjadinya gangguan berupa penyakitnon inflamasi yang proresif, biasanya terjadi pada sendi yang menopang berat badan. Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa osteoartritis merupakan penyakit kelainan sendi degeneratif non inflamasi yang mengenai sendi penumpu badan, serta dapat menyebabkan ketidakmampuan (distabilitas). B. KLASIFIKASI Osteoartritis diklasifikasikan menjadi : 1. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang 2.

berhubungan dengan osteoartritis. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur.

C. ETIOLOGI

3

Penyebab pasti osteoartritis belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor predisposisi yang dapat menimulkan osteoartritis, yaitu sebagai berikut: 1. Umur Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan

dengan

bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning. 2. Pengausan (wear and tear) Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya. 3. Kegemukan Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan. 4. Trauma Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut. 5. Keturunan Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena. 6. Akibat penyakit radang sendi lain Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel radang. 7. Joint Mallignment

4

Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi. 8. Penyakit endokrin Pada hipertiroidisme, terjadi produksi

air

dan

garam-garam

proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun. 9. Deposit pada rawan sendi Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi. D. PATOFISIOLOGI Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwaperistiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan 5

penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. E. MANIFESTASI KLINIK 1. Rasa nyeri pada sendi Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik. 2. Kekakuan dan keterbatasan gerak Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik. 3. Peradangan Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri. 4. Mekanik Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya. 5. Pembengkakan Sendi

6

Pembengkakan

sendi

merupakan

reaksi

peradangan

karena

pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan. 6. Deformitas Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi. 7. Gangguan Fungsi Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi 2.

sebagai penyempitan rongga sendi. Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal.

G. PENATALAKSANAAN 1. Tindakan preventif: a. Penurunan berat badan b. Pencegahan cedera c. Screening sendi paha d. Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja 2. Farmakologi: obat NSAID bila nyeri muncul 3. Terapi konservatif: kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alatalat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi 4. Irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik. 5. Pembedahan: artroplasti. H. PENYIMPANGAN KDM Proses Penuaan

Trauma : Intrinsik,

Pemecahan Kondrosit

Perubahan metabolisme sendi

Pengeluaran enzim lisosom

Kerusakan matrik kartilago

Penebalan tulang sendi Penurunan Dx: Defsit Penyempitan kekuatan,diri Perawatan

Perubahan fungsi sendi

Dx:Gangguan Konfraktu citra rtubuh

7

Deformit Dx: Hambatan Hipertrof as sendiFisik Distensi Mobilitas Dx: Nyeri

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN 1. Aktivitas/Istirahat Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise. Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot. 2. Kardiovaskuler Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal. 3. Integritas Ego Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan,

faktor-faktor

hubungan.

Keputusasaan

dan

ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan). Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain. 4. Makanan/Cairan Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa. 5. Hygiene Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan pada orang lain. 6. Neurosensori Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi. 7. Nyeri/kenyamanan

8

Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari). 8. Keamanan Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus. Lesi kulit, ulkas kaki. Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap. Kekeringan pada mata dan membran mukosa. 9. Interaksi Sosial Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi. B. DIAGNOSA 1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi. 2. Hambatanmobilitas fisik berhubungan

dengan

deformitas

skeletal,

nyeri/ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot. 3. Gangguan Citra Tubuh/Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan

kemampuan

melakukan

tugas-tugas

umum,

peningkatan

penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas. 4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan auskuloskeletal: penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi. C. INTERVENSI 1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi. INTERVENSI

RASIONAL

9

1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi 1. dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal. 2. Berikan matras atau kasur keras, 2. bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.

Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.

3. Biarkan pasien mengambil posisi 3. yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi. 4. Dorong untuk sering mengubah 4. posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak. 5. Anjurkan pasien untuk mandi air 5. hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendisendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi. 6. Berikan masase yang lembut 6.

Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.

7. Kolaborasi: Beri obat sebelum 7. aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat.

Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot, memudahkan untuk ikut dalam terapi

Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri.

Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi.

Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan. Meningkatkan relaksasi/ mengurangi tegangan otot.

serta

10

2. Hambatan mobilitas

fisik berhubungan

dengan deformitas

skeletal,

nyeri/ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot.

1. 2. 3.

4.

5.

INTERVENSI Pertahankan istirahat tirah 1. baring/duduk jika diperlukan. Bantu bergerak dengan bantuan 2. seminimal mungkin. Dorong klien mempertahankan 3. postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan. Berikan lingkungan yang aman 4. dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu. Berikan obat-obatan sesuai 5. indikasi seperti steroid.

RASIONAL Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan. Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas. Menghindari cedera kecelakaan seperti jatuh.

akibat

Untuk menekan inflamasi sistemik akut.

3. Gangguan Citra Tubuh/Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan

kemampuan

melakukan

tugas-tugas

umum,

peningkatan

penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas. Kriteria hasil: a. Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan. b. Menyusun tujuan atau rencana realistis untuk masa mendatang INTERVENSI 1. Dorong pengungkapan mengenai masalah proses penyakit, harapan masa depan.

RASIONAL 1. Beri kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung.

2. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.

2. Mengidentfikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan 11

orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi atau konseling lebih lanjut. 3. Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.

3. Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri.

4. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.

4. Nyeri konstanakan melelahkan, dan perasaan marah, bermusuhan umum terjadi.

5. Perhatikan prilaku menarik diri, terlalu memperhatikan tubuh/perubahan.

5. Dapat menunjukkan emocional atau metode koping mal adaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut atau dukungan psikologis. 6. Membantu pasien untuk mempertahankan control diri yang dapat meningkatkan perasaan harga diri.

6. Susun batasan pada prilaku mal adaptive. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.

7. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktifitas.

8. Berikan obat-obatan sesuai petunjuk.

7. Meningkatkan perasaan kompetensi/harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong partisipasi dan terapi. 8. Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ketidakmampuan.

12

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan auskuloskeletal: penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi. Kriteria harsil : a. Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan klien. b. Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri. INTERVENSI 1. Kaji tingkat fungsi fisik.

RASIONAL 1. Mengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan yang diperlukan. 2. Pertahankan mobilitas, kontrol 2. Mendukung kemandirian terhadap nyeri dan program fisik/emosional. latihan. 3. Kaji hambatan terhadap 3. Menyiapkan untuk meningkatkan partisipasi dalam perawatan diri kemandirian yang akan meningkatkan harga diri. 4. Identifikasikasi untuk perawatan 4. Memberikan kesempatan untuk yang diperlukan, misalnya; lift, dapat melakukan aktivitas secara peninggian dudukan toilet, kursi mandiri roda.

13

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN Osteoartritis merupakan penyakit kelainan sendi degeneratif non inflamasi yang mengenai sendi penumpu badan, serta dapat menyebabkan ketidakmampuan (distabilitas). Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan dengan faktor sistemik atau infeksi. Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut: usia/umur, jenis kelamin, ras, faktor keturunan, faktor metabolik/endokrin, faktor mekanik, diet. B. SARAN 1. Mahasiswa harus mengerti tentang pengertian Osteoartritis beserta etiologi dan patofisiologinya secara lengkap. 2. Mahasiswa keperawatan harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit osteoarthritis secara langsung dan komprehensif meliputi

aspek

bio-psiko-sosio-spiritual

dengan

pendekatan

proses

Keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, evaluasi). 3. Mahasiswa sebaiknya menggunakan makalah ini sebagai sumber ilmu untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit osteoarthritis lebih lanjut.

14

Related Documents


More Documents from "rahmat ilham"