Asuhan Keperawatan Pada Anak Tetanus Fix

  • Uploaded by: ririnsme
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Keperawatan Pada Anak Tetanus Fix as PDF for free.

More details

  • Words: 2,930
  • Pages: 25
Loading documents preview...
Asuhan Keperawatan pada Anak Tetanus Dosen Pengampu : Endang Sumirih., BSc., SPd

Di susun Oleh : Asih Trimulyani (2420132209) Diyah Yulita Sari (2420132216) Dwi Febriarti M (2420132217) Ririn Rusmiyanti (2420132252) Kelas 2A

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA 2015

BAB I Tinjauan Teori Tetanus A. Pengertian Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung, tetapi sebagai dampak eksotoksin (tetanoplasmin) yang dihasilkan oleh kuman pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuro muscular (neuro muscular jungtion) dan saraf autonom. (Smarmo 2002) Penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostridium tetani, bermanifestasi dengan kejang otot secara paroksisimal dan diikuti oleh kekakuan otot seluruh badan, khususnya otot-otot massester dan otot rangka. Klasifikasi tetanus berdasarkan bentuk klinis yaitu: (Sudoyo Aru, 2009) 1. Tetanus local: Biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas dan spasme pada bagian proksimal luar. Gejala itu dapat menetap dalam beberapa minggu dan menghilang. 2. Tetanus sefalik: Varian tetanus local yang jarang terjadi. Masa inkubasi 1-2 hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX, dan XI tersering saraf otak VII diikuti tetanus umum. 3. Tetanus general: yang merupakan bentuk paling sering. Spasme otot, kaku kuduk, nyeri tenggorokan, kesulitan membuka mulut, rahang terkunci (trismus), disfagia. Timbul kejang menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya, spasme berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode relaksasi. 4. Tetanus neonatorum: biasa terjadi dalam bentuk general dan fatal apabila tidak ditanggani, terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak imunisasi secara adekuat, rigiditas, sulit menelan ASI, iritabilitas, spasme.

Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan obat tradisional yang tidak steril, merupakan faktor yang utama dalam terjadinya neonatal tetanus. (8,10) Menurut penelitian E.Hamid.dkk, Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Dr.Pringadi Medan, pada tahun 1981. ada 42 kasus dan tahun 1982 ada 40 kasus tetanus.(8) Biasanya ditolong melalui tenaga persalianan tradisional ( TBA =Traditional Birth Attedence ) 56 kasus ( 68,29 % ), tenaga bidan 20 kasus ( 24,39 % ) ,dan selebihnya melalui dokter 6 kasus ( 7, 32 %) ). Berikut ini tabel. Yang memperlihatkan instrument Untuk memotong tali pusat. Tabel 1 : BAHAN UNTUK MEMOTONG TALI PUSAT

Sedangkan berikut ini pada tabel 2. Memperlihatkan material yang dipergunakan untuk tali pusat. TABEL 2. : MATERIAL UNTUK TALI PUSAT

Jadi dari tabel diatas ( Tabel 2 ) terlihat dari 29 kasus ( 35,37 % ) biasanya mereka mempergunakan alkohol /spiritus untuk perlindungan terhadap tali pusat, sedangkan 26 kasus ( 31,70 %) mereka mempergunakan material yang berbeda berupa herbal origin Masa inkubasi neonatal tetanus berkisar antara 3 -14 hari, tetapi bisa lebih pendek atau pun lebih panjang. Berat ringannya penyakit juga tergantung pada lamanya masa inkubasi, makin pendek masa inkubasi biasanya prognosa makin jelek. Prognosa tetanus neonatal jelek bila: 1. 2. 3. 4.

Umur bayi kurang dari 7 hari Masa inkubasi 7 hari atau kurang Periode timbulnya gejala kurang dari 18 ,jam Dijumpai muscular spasm.

B. Etiologi Gangguan neurologis tetanus disebabkan oleh tetanoplasmin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Kuman ini mengeluarkan toxin yang bersifat neurotoksik (tetanospasmin) yang menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Termasuk bakteri gram positif. Bentuk: batang. Terdapat: di tanah, kotoran manusia dan binatang (khususnya kuda) sebagai spora, debu, instrument lain. Spora bersifat dorman dapat bertahan bertahun-tahun (> 40 tahun)

C. Patofisiologi

Luka karena kecelakaan  Luka gores  Luka tusuk Perawatan luka yg salah Keadaan luka anaerob Kuman berkembang biak dan memperbanyak diri Menghasilkan toksin tetanus yg menyebar keseluruh tubuh

Ketidakefektifan termoregulasi

Toksin melekat pada Sambungan neuromuskular Menghambat penghantaran neurotransmiter Spasme otot Kekakuan otot-otot maseter Timbul Gejala Kejang Susah menelan

Otot gerak/ekstremitas

Kehilangan koordinasi otot besar & kecil paru

Kekakuan Immobilisasi

Penumpukan sekret

Gangguan ventilasi spontan

Bersihan jalan nafas tidak efektif Obstruksi trachea brachial Indikasi trakeostomi

D. Manifestasi Klinis

Resiko Infeksi

Intoleransi aktivitas Nyeri akut

Periode inkubasi (rentang waktu antara trauma dengan gejala pertama) rata-rata 7-10 hari dengan rentang 1-60 hari. Onset (rentang waktu antara gejala pertama dengan spasme pertama) bervariasi antara 1-7 hari. Minggu pertama: regiditas, spasme otot. Gangguan ototnomik biasanya dimulai beberapa hari setelah spasme dan bertahan sampai 1-2 minggu tetapi kekakuan tetap bertahan lebih lama. Pemulihan bisa memerlukan waktu 4 minggu. (Sudoyo, Aru 2009) Pemeriksaan fisis (Sumarmo, 2002) 1. Trismus adalah kekakuan otot mengunyah sehingga sukar membuka mulut. 2. Risus sardonicus, terjadi sebagai kekakuan otot mimic, sehingga tampak dahi mengkerut, mata agak tertutup, dan sudut mulut tertarik keluar kebawah. 3. Opistotonus adalah kekakuan otot yang menunjang tubuh seperti: otot punggung, otot leher, otot badan, dan trunk muscle. Kekakuan yang sangat berat dapat menyebabkan tubuh melengkung seperti busur. 4. Otot dinding perut kaku sehingga dinding perut seperti papan 5. Bila kekakuan semakin berat, akan timbul kejang umum yang awalnya hanya terjadi setelah dirangsang misalnya dicubit, digerakkan secara kasar, atau terkena sinar yang kuat. 6. Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernapasan akibat kejang yang terus-menerus atau oleh kekakuan otot laring yang dapat menimbulkan anoksia dan kematian. Secara umum tanda dan gejala yang akan muncul: 1. Spasme dan kaku otot rahang (massester) menyebabkan kesukaran membuka mulut (trismus) 2. Pembengkakan, rasa sakit dan kaku dari berbagai otot: 3. Otot leher 4. Otot dada 5. Merambat ke otot perut 6. Otot lengan dan paha 7. Otot punggung, seringnya epistotonus 8. Tetanik seizures (nyeri, kontraksi otot yang kuat) 9. Iritabilitas 10. Demam

Gejala penyerta lainnya: 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Keringat berlebihan Sakit menelan Spasme tangan dan kaki Produksi air liur BAB dan BAK tidak terkontrol Terganggunya pernapasan karena otot laring terserang.

Klasifikasi beratnya tetanus oleh albert (Sudoyo Aru, 2009): 1. Derajat I (ringan): trismus (kekakuan otot mengunyah) ringan sampai sedang, spasitas general, tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa disfagia 2. Derajat II (sedang): trismus sedang, rigiditas yang nampak jelas, spasme singkat ringan sampai sedang, gangguan pernapasan sedang RR ≥ 30x/ menit, disfagia ringan. 3. Derajat III (berat): trismus berat, spastisitas generaisata, spasme reflek berkepanjangan, RR ≥ 40x/ menit, serangan apnea, disfagia berat, takikardia ≥ 120. 4. Derajat IV (sangat berat): derajat tiga dengan otomik berat melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipotensi berat dan takikardia terjadi perselingan dengan hipotensi dan bradikardia, salah satunya dapat menetap.

E. Penatalaksanaan 1. Netralisasi toksin dengan tetanus antitoksin (TAT) a. Hiperimun globulin (paling baik) Dosis: 3.000-6.000 unit IM Waktu paruh: 24 hari, jadi dosis ulang tidak diperlukan Tidak berefek pada toksin yang terikat di jaringan saraf; tidak dapat menembus barier darah-otak b. Pemberian ATS (anti tetanus) ATS profilaksis diberikan untuk (luka yang kemungkinan terdapat clostridium: luka paku berkarat), luka yang besar, luka yang

terlambat dirawat, luka tembak, luka yang terdapat diregio leher dan muka, dan luka-luka tusuk atau gigitan yang dalam) yaitu sebanyak 1500 IU – 4500 IU ATS terapi sebanyak > 1000 IU, ATS ini tidak berfungsi membunuh kuman tetanus tetapi untuk menetralisir eksotoksin yang dikeluarkan clostridium tetani disekitar luka yang kemudian menyebar melalui sirkulasi menuju otak. Untuk terapi, pemberian ATS melelui 3 cara yaitu:  

Di suntik disekitar luka 10.000 IU (1 ampul) IV 200.000 IU (10 ampul lengan kanan dan 10 ampul lengan

kiri)  IM di region gluteal 10.000 IU 2. Perawatan luka a. Bersihkan, kalau perlu didebridemen, buang benda asing, biarkan terbuka (jaringan nekrosis atau pus membuat kondisis baik C. Tetani untuk berkembang biak) b. Penicillin G 100.000 U/kg BB/6 jam (atau 2.000.000 U/kg BB/24 jam IV) selama 10 hari c. Alternatif Tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari (max 2 gr) terbagi dalam 3 atau 4 dosis Metronidazol yang merupakan agent anti mikribial. Kuman penyebab tetanus terus memproduksi eksotoksin yang hanya dapat dihentikan dengan membasmi kuman tersebut. 3. Berantas kejang a. Hindari rangsang, kamar terang/silau, suasana tenang b. Preparat anti kejang c. Barbiturat dan Phenotiazim  Sekobarbital/Pentobarbital 6-10 mg/kg BB IM jika perlu tiap 2 jam untuk optimum level, yaitu pasien tenag setengah tidur  

tetapi berespon segera bila dirangsang Chlorpromazim efektif terhadap kejang pada tetanus Diazepam 0,1-0,2 mg/kg BB/3-6 jam IV kalau perlu 10-15 mg/kg BB/24 jam: mungkin 2-6 minggu

4. Terapi suportif a. Hindari rangsang suara, cahaya, manipulasi yang merangsang b. Perawatan umum, oksigen c. Bebas jalan napas dari lendir, bila perlu trakeostomi d. Diet TKTP yang tidak merangsang, bila perlu nutrisi parenteral, hindari dehidrasi. Selama pasase usus baik, nutrisi interal merupakan pilihan selain berfungsi untuk mencegah atropi saluran cerna. e. Kebersihan mulut, kulit, hindari obstipasi, retensi urin F. Komplikasi Tetanus (Sudoyo Aru, dkk 2009) 1. Aspirasi 2. Apnea 3. Hipoksia 4. Gagal nafas 5. Hipertensi 6. Gagal jantung 7. Perdarahan 8. Penurunan berat badan

G. Pencegahan 1. Imunisasi tetanus Dipertimbangkan proteksi terhadap tetanus selama 10 tahun setelah suntukan a. DPT vaksin pada bayi dan anak-anak b. Td vaksin digunakan pada booster untuk remaja dan dewasa. Ada juga yang menganjurkan dilakukan imunisasi setiap interval 5 tahun 2. Membersihkan semua jenis luka setelah injuri terjadi, sekecil apapun. 3. Melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN TETANUS NEONATORUM

Khasus Ny D berumur 25 tahun, seminggu yang lalu melahirkan seorang anak perempuan di dukun bayi ..Ny. D datang bersama bayinya tanggal 17 Novenber 2015. Ny D mengatakan bahwa bayinya panas, tidak mau menyusu dan mulut bayinya mencucu seperti mulut ikan disertai kejang. Setelah diperiksa bidan mendapatkan Keadaan umum anak sering menangis, tampak gelisah dan lemah , Suhu 39.5ºC, Pernafasan 48 x/menit, Nadi

124x/menit , BB sekarang 2600 gr, PB sekarang 49

cm.

A. PENGKAJIAN Format Pengkajian 1.

Bayi

Nama Bayi

: inisial D

Umur Bayi

: 8 hari

Tgl Lahir

: 8 Maret 2015

Jenis Kelamin

: perempuan

Berat Badan

: 2700 gr

Panjang Badan

2.

: 49 cm

Orang Tua

Nama

: Ny D

Nama Suami

:Tn Z

Umur

: 25 th

Umur

:28 th

Suku

:WNI

Suku

:WNI

Agama

:Islam

Agama

:islam

Pendidikan :SMA

Pendidikan

:SMA

Pekerjaan

:IRT

Pekerjaan

:Wiraswasta

No.Telp

:081355675678

No. Telp

Alamat

:SITEBA,jln pdk kopi

Alamat

:0823664545451 : SITEBA,jln pdk

kopi II

Keluhan : Ny. D mengatakan bahwa bayinya panas, tidak mau menyusu dan mulut bayinya mencucu seperti mulut ikan disertai kejang. 1. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Ibu mengatakan bayinya panas, kejang dan mulut bayi mencucu seperti mulut ikan b. Riwayat kesehatan lalu Bayi lahir aterm, tidak ada kelainan c. Riwayat persalinan Hamil ke Thn lahir Lama dan jenis persalinan Penolong dan tempat BBL Keadaan anak 1 2007 8 jam Dukun, dirumah BB : 2.700 PB : 49 Normal

d. Imunisasi Ibu mengatakan anaknya telah diimunisasi pada hari ke-2 setelah persalinan e. Aktivitas Aktivitas melemah, terus menangis f. Riwayat kesehatan keluarga Ayah dan ibu mengaku tidak pernah menderita penyakit menular ataupun penyakit keturunan. 2. Pemeriksaan umum Keadaan umum

: anak tampak gelisah dan lemah

Suhu

: 38.5ºC

Pernafasan

: 48 x/menit

Nadi

:124x/menit

BB sekarang

: 2600 gr

PB sekarang

: 49 cm

3. Pola Kebutuhan Dasar 1. Nutrisi Sebelum sakit : bayi minum ASI sebanyak 6-8 x/hari Sesudah sakit : bayi tidak mau menyusui 2. Eliminasi Sebelum sakit : BAB 3 x/hari, BAK 5-6 x/hari Sesudah sakit : BAB 1 x/hari, BAK 2-3 x/hari 3. Personal Hygiene Sebelum sakit : 2 x/hari mandi kering Sesudah sakit : 2 x/hari mandi kering 4. Istirahat Sebelum sakit : tidur 18-20 jam/hari Sesudah sakit : tidur 5-6 jam/hari

5. Aktivitas Sebelum sakit : bayi aktif tampak bugar Sesudah sakit : bayi tampak lemah dan aktivitas terganggu

Pemeriksaan fisik Kepala

: Kepala normal, simetris, tidak ada caput succedaneum, tidak adacepal hematom ataupun luka, rambut tipis

Wajah

: Simetris, bentuk oval, tidak ada oedem maupun luka, warna kulit kemerahan, tidak ada paralisis, tidak monface

Mata

: Lengkap, simetris, tidak ada kelainan pada mata, skelera tidak kuning, konjungtiva tida pucat, tidak ada perdarahan pada mata, tidak ada tanda – tanda infeksi

Hidung

: Simetris, hidung berlubang kanan dan kiri, tidak ada pernafasan cuping hidung

Mulut

: Bersih, bibir warna merah, reflek menelan dan menghisap kuat, tidak ada labioplatoskizis dan labioskisis

Telinga: Simetris, tidak ada kelainan Leher

: Simetris, tidak ada bendungan vena jugularis

Ketiak

: Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Dada

: Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, pernafasan kombinasi dada dan perut

Abdomen

: Simetris, keadaan tali pusat baik (talpus terbungkus kasa), tidak ada perdarahan tali pusat

Genetalia

: Tidak ada kelainan, labia mayora sudah menutupi labia minora

Anus

: Tidak ada kelainan, anus berlubang

Ekstremitas

: Simetris, tidak ada polidaktil ataupun sindikatil

Antropometri Lingkar kepala

: 34 cm

Lingkar dada

: 35 cm

Lingkar lengan atas

: 11 cm

Pemeriksaan penunjang Periksa lab

: leukosit 5400 ul

B. ANALISA DATA Data DO : Ku:anak tampak gelisah dan lemah N :124x/menit S :39.5ºC  DS : Ny. D mengatakan bahwa bayinya panas  Ny. D mengatakan bahwa bayi tidak mau menyusu dan mulut bayinya

Etiologi Proses penyakit

Problem Ketidakefektifan termoregulasi

mencucu seperti mulut ikan, disertai kejang. DS : Bayi tampak rewel

Agen injuri biologi

dan sering menangis

(spasme otot)

Nyeri akut

DO : Byi kejang, otot tampak kaku DS : Ny D. Mengatakan

Gangguan

Resiko ketidakefektifan

anaknya sesak

muskoloskelektal

pola nafas

DO : Dyspneu , RR : 48x/m C. Diagnosa Prioritas 1. Resiko ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan muskoloskelektal 2. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyakit 3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (spasme otot)

D. Nursing Care Plan E.

F. Diagnosa

G. Tujuan & Kriteria Hasil

H. Intervensi

I. Rasional

K. Resiko

M. Setelah dilakukan tidakan

P. NIC: Airways management

R.

N J. 1

ketidakefek

keperawatan selama proses

Q. Intervensi:

tifan pola

diharapkan bersihan jalan

nafas

nafas efektif

 

Monitor vital sign Buka jalan nafas (posisi kepala



ekatensi) Posisikan pasien untuk



memaksimalkan ventilasi Pertahankan posisi jalan nafas yang

  

paten Pasang mayo bila perlu Monitoring aliran oksigen Auskultasi suara nafas, catat

 

adanya suara tambahan Berikan kasa basah NaCl lembab Atur intake cairan untuk



mengoptimalkan keimbangan Monitor respirasi dan status O2

berhubunga

N. NOC: Respiratori status:

n dengan

Airways patency

gangguan

O. Kriteria Hasil :

muskoloske



Menunjukan jalan nafas



yang paten. Vital sign dalam rentan

lektal L.

normal



S.

T. Ketidakefek

2

hipoventilasi  Monitor pola pernafasan abnormal  Monitor sianosis perifer Y. NIC: Temperature regulation

tifan

keperawatan selama proses

Z. Intervensi:

termoregula

keperawatan diharapkan

si

status termoregulasi efektif

  

Monitor vital sign Monitor suhu tiap 2 jam Monitor tanda-tanda hipotermia



dan hipertermia Tingkatkan intake cairan dan



nutrisi Selimuti pasien untuk mencegah

berhubunga

W. NOC: Immune status

n dengan

X. Kriteria hasil :

proses

  

penyakit U.

Temperature stabil Tidak ada kejang Tidak ada perubahan warna kulit

AB. AC. 3

V. Setelah dilakukan tidakan

Observasi adanya tanda-tanda

Nye

AD.

Setelah dilakukan

hilangnya kehangatan tubuh  Berikan antipiretik jika perlu AG. NIC: Pain management

ri akut

tindakan keperawatan

AH.

berhubunga

selama proses keperawatan



Identifikasi nyeri yang dirasakan

n dengan

diharapkan nyeri berkurang   

klien (P, Q, R, S, T) Monitor tanda-tanda vital. Berikan tindakan kenyamanan. Berikan analgetik sesuai indikasi

agen injuri biologis

AE.

NOC: Control

nyeri, pain level, comfort

Intervensi:

AA.

AI.

(spasme



pain

otot)

AF.Kriteria Hasil: Bayi tampak lebih tenang Frekuensi menangis berkurang Frekuensi kejang

Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan., pencahayaan dan kebisingan.

berkurang Ekspresi wajah tampak tenang (rileks) AJ. AK. AL.

Implementasi

AM.

Dx : Resiko ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan muskoloskelektal

AN.

AO.

Hari/

Waktu

AP.Implementasi

AQ.

Evaluasi

AR. Ttd

T gl AS.

AT.08.30

AW.

AU.

AX.

Monitor vital sign

BK.

DS : -

BL.

DO : TTV : N : 120x/menit S : 39 ºC

BY.

AY.Buka jalan nafas (posisi kepala ekatensi) AV.08.45

AZ.

Posisikan pasien untuk memaksimalkan

ventilasi

RR : 40x/m BM.

DS :

BN.

DO : DS :

BA.

Pertahankan posisi jalan nafas yang paten

BO.

BB.

Pasang mayo bila perlu

BP.DO :

BC.

Monitoring aliran oksigen

BQ.

DS :

BD.

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

BR.

DO :

tambahan BE.

Berikan kasa basah NaCl lembab

BF.Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keimbangan

BS.DS : BT.DO : BU.

DS :

BV.

DO :

BG.

Monitor respirasi dan status O2

BW.

DS :

BH.

Observasi adanya tanda-tanda

BX.

DO :

hipoventilasi BI. Monitor pola pernafasan abnormal BJ. Monitor sianosis perifer BZ. CA. CB.

CC.

Dx : Resiko ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan muskoloskelektal CD.

Implementasi

CE.

Evaluasi

CF.Ttd

Hari/

Waktu

T gl CG.

CH.

CI. Monitor vital sign

CO.

CP.

CJ. Monitor suhu tiap 2 jam CK.

Monitor tanda-tanda hipotermia dan

hipertermia CL.

Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

CM.

Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya

kehangatan tubuh CN.

Berikan antipiretik jika perlu

CQ. CR. CS.H ar

Dx : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (spasme otot) CT.Wakt

CU.

Implementasi

CV.

u

Evaluasi

CW. Ttd

i/ T gl CX.

CY.

CZ.

Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P,

DE.

DF.

Q, R, S, T) DA.

Monitor tanda-tanda vital.

DB.

Berikan tindakan kenyamanan.

DC.

Berikan analgetik sesuai indikasi

DD.

Kontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan., pencahayaan dan kebisingan.

DG.

DH.

DI. DJ. DAFTAR PUSTAKA DK. DL.

http://health.yahoo.com/ency/adam/00615.last diakses pada tanggal

14 Maret 2015 DM.

http://Medindia.net/patients/patientinfo/poll/vote_comfirm.asp diak

ses pada tanggal 14 Maret 2015 DN.

http://www.nfid.org/factsheets/tetanusadult.html.

diakses

pada

tanggal 14 Maret 2015 DO.

http://arindracase.blogspot.com/2014/10/laporan-pendahuluan-

tetanus.html , diakses pada 14 Maret 2015 DP.Komite medik RSUP Dr. Sardjito, 2000. Standar Pelayanan Medis, Edisi 2, Cetakan I, Medika FK UGM, Yogyakarta DQ.

Mc Closkey, Joanne C and Bulechek, Gloria M, 1996, Nursing

Intervention Classification (NIC), Second edition, Mosby Year Book Inc, St. Louis DR.

Nanda, 2001, Nursing Diagnosis: Definitions & Classification

2001-2002, Ed-, United States of America DS.

Arif, Hardi. 2013.Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan

diagnosa medis& nanda nic noc jilid 1. Media Action publishing. Yogyakarta DT.

Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 1, 2,

3, edisi keempat. Internal Publising. Jakarta DU.

Sumarmo, herry. 2002. Buku ajar nfeksi dan pediatric tropis edisi

kedua.IDAI. Jakarta

DV.

Related Documents


More Documents from "capiboy"