Loading documents preview...
Asuhan Keperawatan pada Anak Tetanus Dosen Pengampu : Endang Sumirih., BSc., SPd
Di susun Oleh : Asih Trimulyani (2420132209) Diyah Yulita Sari (2420132216) Dwi Febriarti M (2420132217) Ririn Rusmiyanti (2420132252) Kelas 2A
AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA 2015
BAB I Tinjauan Teori Tetanus A. Pengertian Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung, tetapi sebagai dampak eksotoksin (tetanoplasmin) yang dihasilkan oleh kuman pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuro muscular (neuro muscular jungtion) dan saraf autonom. (Smarmo 2002) Penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostridium tetani, bermanifestasi dengan kejang otot secara paroksisimal dan diikuti oleh kekakuan otot seluruh badan, khususnya otot-otot massester dan otot rangka. Klasifikasi tetanus berdasarkan bentuk klinis yaitu: (Sudoyo Aru, 2009) 1. Tetanus local: Biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas dan spasme pada bagian proksimal luar. Gejala itu dapat menetap dalam beberapa minggu dan menghilang. 2. Tetanus sefalik: Varian tetanus local yang jarang terjadi. Masa inkubasi 1-2 hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX, dan XI tersering saraf otak VII diikuti tetanus umum. 3. Tetanus general: yang merupakan bentuk paling sering. Spasme otot, kaku kuduk, nyeri tenggorokan, kesulitan membuka mulut, rahang terkunci (trismus), disfagia. Timbul kejang menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya, spasme berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode relaksasi. 4. Tetanus neonatorum: biasa terjadi dalam bentuk general dan fatal apabila tidak ditanggani, terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak imunisasi secara adekuat, rigiditas, sulit menelan ASI, iritabilitas, spasme.
Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan obat tradisional yang tidak steril, merupakan faktor yang utama dalam terjadinya neonatal tetanus. (8,10) Menurut penelitian E.Hamid.dkk, Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Dr.Pringadi Medan, pada tahun 1981. ada 42 kasus dan tahun 1982 ada 40 kasus tetanus.(8) Biasanya ditolong melalui tenaga persalianan tradisional ( TBA =Traditional Birth Attedence ) 56 kasus ( 68,29 % ), tenaga bidan 20 kasus ( 24,39 % ) ,dan selebihnya melalui dokter 6 kasus ( 7, 32 %) ). Berikut ini tabel. Yang memperlihatkan instrument Untuk memotong tali pusat. Tabel 1 : BAHAN UNTUK MEMOTONG TALI PUSAT
Sedangkan berikut ini pada tabel 2. Memperlihatkan material yang dipergunakan untuk tali pusat. TABEL 2. : MATERIAL UNTUK TALI PUSAT
Jadi dari tabel diatas ( Tabel 2 ) terlihat dari 29 kasus ( 35,37 % ) biasanya mereka mempergunakan alkohol /spiritus untuk perlindungan terhadap tali pusat, sedangkan 26 kasus ( 31,70 %) mereka mempergunakan material yang berbeda berupa herbal origin Masa inkubasi neonatal tetanus berkisar antara 3 -14 hari, tetapi bisa lebih pendek atau pun lebih panjang. Berat ringannya penyakit juga tergantung pada lamanya masa inkubasi, makin pendek masa inkubasi biasanya prognosa makin jelek. Prognosa tetanus neonatal jelek bila: 1. 2. 3. 4.
Umur bayi kurang dari 7 hari Masa inkubasi 7 hari atau kurang Periode timbulnya gejala kurang dari 18 ,jam Dijumpai muscular spasm.
B. Etiologi Gangguan neurologis tetanus disebabkan oleh tetanoplasmin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Kuman ini mengeluarkan toxin yang bersifat neurotoksik (tetanospasmin) yang menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Termasuk bakteri gram positif. Bentuk: batang. Terdapat: di tanah, kotoran manusia dan binatang (khususnya kuda) sebagai spora, debu, instrument lain. Spora bersifat dorman dapat bertahan bertahun-tahun (> 40 tahun)
C. Patofisiologi
Luka karena kecelakaan Luka gores Luka tusuk Perawatan luka yg salah Keadaan luka anaerob Kuman berkembang biak dan memperbanyak diri Menghasilkan toksin tetanus yg menyebar keseluruh tubuh
Ketidakefektifan termoregulasi
Toksin melekat pada Sambungan neuromuskular Menghambat penghantaran neurotransmiter Spasme otot Kekakuan otot-otot maseter Timbul Gejala Kejang Susah menelan
Otot gerak/ekstremitas
Kehilangan koordinasi otot besar & kecil paru
Kekakuan Immobilisasi
Penumpukan sekret
Gangguan ventilasi spontan
Bersihan jalan nafas tidak efektif Obstruksi trachea brachial Indikasi trakeostomi
D. Manifestasi Klinis
Resiko Infeksi
Intoleransi aktivitas Nyeri akut
Periode inkubasi (rentang waktu antara trauma dengan gejala pertama) rata-rata 7-10 hari dengan rentang 1-60 hari. Onset (rentang waktu antara gejala pertama dengan spasme pertama) bervariasi antara 1-7 hari. Minggu pertama: regiditas, spasme otot. Gangguan ototnomik biasanya dimulai beberapa hari setelah spasme dan bertahan sampai 1-2 minggu tetapi kekakuan tetap bertahan lebih lama. Pemulihan bisa memerlukan waktu 4 minggu. (Sudoyo, Aru 2009) Pemeriksaan fisis (Sumarmo, 2002) 1. Trismus adalah kekakuan otot mengunyah sehingga sukar membuka mulut. 2. Risus sardonicus, terjadi sebagai kekakuan otot mimic, sehingga tampak dahi mengkerut, mata agak tertutup, dan sudut mulut tertarik keluar kebawah. 3. Opistotonus adalah kekakuan otot yang menunjang tubuh seperti: otot punggung, otot leher, otot badan, dan trunk muscle. Kekakuan yang sangat berat dapat menyebabkan tubuh melengkung seperti busur. 4. Otot dinding perut kaku sehingga dinding perut seperti papan 5. Bila kekakuan semakin berat, akan timbul kejang umum yang awalnya hanya terjadi setelah dirangsang misalnya dicubit, digerakkan secara kasar, atau terkena sinar yang kuat. 6. Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernapasan akibat kejang yang terus-menerus atau oleh kekakuan otot laring yang dapat menimbulkan anoksia dan kematian. Secara umum tanda dan gejala yang akan muncul: 1. Spasme dan kaku otot rahang (massester) menyebabkan kesukaran membuka mulut (trismus) 2. Pembengkakan, rasa sakit dan kaku dari berbagai otot: 3. Otot leher 4. Otot dada 5. Merambat ke otot perut 6. Otot lengan dan paha 7. Otot punggung, seringnya epistotonus 8. Tetanik seizures (nyeri, kontraksi otot yang kuat) 9. Iritabilitas 10. Demam
Gejala penyerta lainnya: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Keringat berlebihan Sakit menelan Spasme tangan dan kaki Produksi air liur BAB dan BAK tidak terkontrol Terganggunya pernapasan karena otot laring terserang.
Klasifikasi beratnya tetanus oleh albert (Sudoyo Aru, 2009): 1. Derajat I (ringan): trismus (kekakuan otot mengunyah) ringan sampai sedang, spasitas general, tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa disfagia 2. Derajat II (sedang): trismus sedang, rigiditas yang nampak jelas, spasme singkat ringan sampai sedang, gangguan pernapasan sedang RR ≥ 30x/ menit, disfagia ringan. 3. Derajat III (berat): trismus berat, spastisitas generaisata, spasme reflek berkepanjangan, RR ≥ 40x/ menit, serangan apnea, disfagia berat, takikardia ≥ 120. 4. Derajat IV (sangat berat): derajat tiga dengan otomik berat melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipotensi berat dan takikardia terjadi perselingan dengan hipotensi dan bradikardia, salah satunya dapat menetap.
E. Penatalaksanaan 1. Netralisasi toksin dengan tetanus antitoksin (TAT) a. Hiperimun globulin (paling baik) Dosis: 3.000-6.000 unit IM Waktu paruh: 24 hari, jadi dosis ulang tidak diperlukan Tidak berefek pada toksin yang terikat di jaringan saraf; tidak dapat menembus barier darah-otak b. Pemberian ATS (anti tetanus) ATS profilaksis diberikan untuk (luka yang kemungkinan terdapat clostridium: luka paku berkarat), luka yang besar, luka yang
terlambat dirawat, luka tembak, luka yang terdapat diregio leher dan muka, dan luka-luka tusuk atau gigitan yang dalam) yaitu sebanyak 1500 IU – 4500 IU ATS terapi sebanyak > 1000 IU, ATS ini tidak berfungsi membunuh kuman tetanus tetapi untuk menetralisir eksotoksin yang dikeluarkan clostridium tetani disekitar luka yang kemudian menyebar melalui sirkulasi menuju otak. Untuk terapi, pemberian ATS melelui 3 cara yaitu:
Di suntik disekitar luka 10.000 IU (1 ampul) IV 200.000 IU (10 ampul lengan kanan dan 10 ampul lengan
kiri) IM di region gluteal 10.000 IU 2. Perawatan luka a. Bersihkan, kalau perlu didebridemen, buang benda asing, biarkan terbuka (jaringan nekrosis atau pus membuat kondisis baik C. Tetani untuk berkembang biak) b. Penicillin G 100.000 U/kg BB/6 jam (atau 2.000.000 U/kg BB/24 jam IV) selama 10 hari c. Alternatif Tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari (max 2 gr) terbagi dalam 3 atau 4 dosis Metronidazol yang merupakan agent anti mikribial. Kuman penyebab tetanus terus memproduksi eksotoksin yang hanya dapat dihentikan dengan membasmi kuman tersebut. 3. Berantas kejang a. Hindari rangsang, kamar terang/silau, suasana tenang b. Preparat anti kejang c. Barbiturat dan Phenotiazim Sekobarbital/Pentobarbital 6-10 mg/kg BB IM jika perlu tiap 2 jam untuk optimum level, yaitu pasien tenag setengah tidur
tetapi berespon segera bila dirangsang Chlorpromazim efektif terhadap kejang pada tetanus Diazepam 0,1-0,2 mg/kg BB/3-6 jam IV kalau perlu 10-15 mg/kg BB/24 jam: mungkin 2-6 minggu
4. Terapi suportif a. Hindari rangsang suara, cahaya, manipulasi yang merangsang b. Perawatan umum, oksigen c. Bebas jalan napas dari lendir, bila perlu trakeostomi d. Diet TKTP yang tidak merangsang, bila perlu nutrisi parenteral, hindari dehidrasi. Selama pasase usus baik, nutrisi interal merupakan pilihan selain berfungsi untuk mencegah atropi saluran cerna. e. Kebersihan mulut, kulit, hindari obstipasi, retensi urin F. Komplikasi Tetanus (Sudoyo Aru, dkk 2009) 1. Aspirasi 2. Apnea 3. Hipoksia 4. Gagal nafas 5. Hipertensi 6. Gagal jantung 7. Perdarahan 8. Penurunan berat badan
G. Pencegahan 1. Imunisasi tetanus Dipertimbangkan proteksi terhadap tetanus selama 10 tahun setelah suntukan a. DPT vaksin pada bayi dan anak-anak b. Td vaksin digunakan pada booster untuk remaja dan dewasa. Ada juga yang menganjurkan dilakukan imunisasi setiap interval 5 tahun 2. Membersihkan semua jenis luka setelah injuri terjadi, sekecil apapun. 3. Melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN TETANUS NEONATORUM
Khasus Ny D berumur 25 tahun, seminggu yang lalu melahirkan seorang anak perempuan di dukun bayi ..Ny. D datang bersama bayinya tanggal 17 Novenber 2015. Ny D mengatakan bahwa bayinya panas, tidak mau menyusu dan mulut bayinya mencucu seperti mulut ikan disertai kejang. Setelah diperiksa bidan mendapatkan Keadaan umum anak sering menangis, tampak gelisah dan lemah , Suhu 39.5ºC, Pernafasan 48 x/menit, Nadi
124x/menit , BB sekarang 2600 gr, PB sekarang 49
cm.
A. PENGKAJIAN Format Pengkajian 1.
Bayi
Nama Bayi
: inisial D
Umur Bayi
: 8 hari
Tgl Lahir
: 8 Maret 2015
Jenis Kelamin
: perempuan
Berat Badan
: 2700 gr
Panjang Badan
2.
: 49 cm
Orang Tua
Nama
: Ny D
Nama Suami
:Tn Z
Umur
: 25 th
Umur
:28 th
Suku
:WNI
Suku
:WNI
Agama
:Islam
Agama
:islam
Pendidikan :SMA
Pendidikan
:SMA
Pekerjaan
:IRT
Pekerjaan
:Wiraswasta
No.Telp
:081355675678
No. Telp
Alamat
:SITEBA,jln pdk kopi
Alamat
:0823664545451 : SITEBA,jln pdk
kopi II
Keluhan : Ny. D mengatakan bahwa bayinya panas, tidak mau menyusu dan mulut bayinya mencucu seperti mulut ikan disertai kejang. 1. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Ibu mengatakan bayinya panas, kejang dan mulut bayi mencucu seperti mulut ikan b. Riwayat kesehatan lalu Bayi lahir aterm, tidak ada kelainan c. Riwayat persalinan Hamil ke Thn lahir Lama dan jenis persalinan Penolong dan tempat BBL Keadaan anak 1 2007 8 jam Dukun, dirumah BB : 2.700 PB : 49 Normal
d. Imunisasi Ibu mengatakan anaknya telah diimunisasi pada hari ke-2 setelah persalinan e. Aktivitas Aktivitas melemah, terus menangis f. Riwayat kesehatan keluarga Ayah dan ibu mengaku tidak pernah menderita penyakit menular ataupun penyakit keturunan. 2. Pemeriksaan umum Keadaan umum
: anak tampak gelisah dan lemah
Suhu
: 38.5ºC
Pernafasan
: 48 x/menit
Nadi
:124x/menit
BB sekarang
: 2600 gr
PB sekarang
: 49 cm
3. Pola Kebutuhan Dasar 1. Nutrisi Sebelum sakit : bayi minum ASI sebanyak 6-8 x/hari Sesudah sakit : bayi tidak mau menyusui 2. Eliminasi Sebelum sakit : BAB 3 x/hari, BAK 5-6 x/hari Sesudah sakit : BAB 1 x/hari, BAK 2-3 x/hari 3. Personal Hygiene Sebelum sakit : 2 x/hari mandi kering Sesudah sakit : 2 x/hari mandi kering 4. Istirahat Sebelum sakit : tidur 18-20 jam/hari Sesudah sakit : tidur 5-6 jam/hari
5. Aktivitas Sebelum sakit : bayi aktif tampak bugar Sesudah sakit : bayi tampak lemah dan aktivitas terganggu
Pemeriksaan fisik Kepala
: Kepala normal, simetris, tidak ada caput succedaneum, tidak adacepal hematom ataupun luka, rambut tipis
Wajah
: Simetris, bentuk oval, tidak ada oedem maupun luka, warna kulit kemerahan, tidak ada paralisis, tidak monface
Mata
: Lengkap, simetris, tidak ada kelainan pada mata, skelera tidak kuning, konjungtiva tida pucat, tidak ada perdarahan pada mata, tidak ada tanda – tanda infeksi
Hidung
: Simetris, hidung berlubang kanan dan kiri, tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut
: Bersih, bibir warna merah, reflek menelan dan menghisap kuat, tidak ada labioplatoskizis dan labioskisis
Telinga: Simetris, tidak ada kelainan Leher
: Simetris, tidak ada bendungan vena jugularis
Ketiak
: Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada
: Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, pernafasan kombinasi dada dan perut
Abdomen
: Simetris, keadaan tali pusat baik (talpus terbungkus kasa), tidak ada perdarahan tali pusat
Genetalia
: Tidak ada kelainan, labia mayora sudah menutupi labia minora
Anus
: Tidak ada kelainan, anus berlubang
Ekstremitas
: Simetris, tidak ada polidaktil ataupun sindikatil
Antropometri Lingkar kepala
: 34 cm
Lingkar dada
: 35 cm
Lingkar lengan atas
: 11 cm
Pemeriksaan penunjang Periksa lab
: leukosit 5400 ul
B. ANALISA DATA Data DO : Ku:anak tampak gelisah dan lemah N :124x/menit S :39.5ºC DS : Ny. D mengatakan bahwa bayinya panas Ny. D mengatakan bahwa bayi tidak mau menyusu dan mulut bayinya
Etiologi Proses penyakit
Problem Ketidakefektifan termoregulasi
mencucu seperti mulut ikan, disertai kejang. DS : Bayi tampak rewel
Agen injuri biologi
dan sering menangis
(spasme otot)
Nyeri akut
DO : Byi kejang, otot tampak kaku DS : Ny D. Mengatakan
Gangguan
Resiko ketidakefektifan
anaknya sesak
muskoloskelektal
pola nafas
DO : Dyspneu , RR : 48x/m C. Diagnosa Prioritas 1. Resiko ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan muskoloskelektal 2. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyakit 3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (spasme otot)
D. Nursing Care Plan E.
F. Diagnosa
G. Tujuan & Kriteria Hasil
H. Intervensi
I. Rasional
K. Resiko
M. Setelah dilakukan tidakan
P. NIC: Airways management
R.
N J. 1
ketidakefek
keperawatan selama proses
Q. Intervensi:
tifan pola
diharapkan bersihan jalan
nafas
nafas efektif
Monitor vital sign Buka jalan nafas (posisi kepala
ekatensi) Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi Pertahankan posisi jalan nafas yang
paten Pasang mayo bila perlu Monitoring aliran oksigen Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan Berikan kasa basah NaCl lembab Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan keimbangan Monitor respirasi dan status O2
berhubunga
N. NOC: Respiratori status:
n dengan
Airways patency
gangguan
O. Kriteria Hasil :
muskoloske
Menunjukan jalan nafas
yang paten. Vital sign dalam rentan
lektal L.
normal
S.
T. Ketidakefek
2
hipoventilasi Monitor pola pernafasan abnormal Monitor sianosis perifer Y. NIC: Temperature regulation
tifan
keperawatan selama proses
Z. Intervensi:
termoregula
keperawatan diharapkan
si
status termoregulasi efektif
Monitor vital sign Monitor suhu tiap 2 jam Monitor tanda-tanda hipotermia
dan hipertermia Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi Selimuti pasien untuk mencegah
berhubunga
W. NOC: Immune status
n dengan
X. Kriteria hasil :
proses
penyakit U.
Temperature stabil Tidak ada kejang Tidak ada perubahan warna kulit
AB. AC. 3
V. Setelah dilakukan tidakan
Observasi adanya tanda-tanda
Nye
AD.
Setelah dilakukan
hilangnya kehangatan tubuh Berikan antipiretik jika perlu AG. NIC: Pain management
ri akut
tindakan keperawatan
AH.
berhubunga
selama proses keperawatan
Identifikasi nyeri yang dirasakan
n dengan
diharapkan nyeri berkurang
klien (P, Q, R, S, T) Monitor tanda-tanda vital. Berikan tindakan kenyamanan. Berikan analgetik sesuai indikasi
agen injuri biologis
AE.
NOC: Control
nyeri, pain level, comfort
Intervensi:
AA.
AI.
(spasme
pain
otot)
AF.Kriteria Hasil: Bayi tampak lebih tenang Frekuensi menangis berkurang Frekuensi kejang
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan., pencahayaan dan kebisingan.
berkurang Ekspresi wajah tampak tenang (rileks) AJ. AK. AL.
Implementasi
AM.
Dx : Resiko ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan muskoloskelektal
AN.
AO.
Hari/
Waktu
AP.Implementasi
AQ.
Evaluasi
AR. Ttd
T gl AS.
AT.08.30
AW.
AU.
AX.
Monitor vital sign
BK.
DS : -
BL.
DO : TTV : N : 120x/menit S : 39 ºC
BY.
AY.Buka jalan nafas (posisi kepala ekatensi) AV.08.45
AZ.
Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
RR : 40x/m BM.
DS :
BN.
DO : DS :
BA.
Pertahankan posisi jalan nafas yang paten
BO.
BB.
Pasang mayo bila perlu
BP.DO :
BC.
Monitoring aliran oksigen
BQ.
DS :
BD.
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
BR.
DO :
tambahan BE.
Berikan kasa basah NaCl lembab
BF.Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keimbangan
BS.DS : BT.DO : BU.
DS :
BV.
DO :
BG.
Monitor respirasi dan status O2
BW.
DS :
BH.
Observasi adanya tanda-tanda
BX.
DO :
hipoventilasi BI. Monitor pola pernafasan abnormal BJ. Monitor sianosis perifer BZ. CA. CB.
CC.
Dx : Resiko ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan muskoloskelektal CD.
Implementasi
CE.
Evaluasi
CF.Ttd
Hari/
Waktu
T gl CG.
CH.
CI. Monitor vital sign
CO.
CP.
CJ. Monitor suhu tiap 2 jam CK.
Monitor tanda-tanda hipotermia dan
hipertermia CL.
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
CM.
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh CN.
Berikan antipiretik jika perlu
CQ. CR. CS.H ar
Dx : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (spasme otot) CT.Wakt
CU.
Implementasi
CV.
u
Evaluasi
CW. Ttd
i/ T gl CX.
CY.
CZ.
Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P,
DE.
DF.
Q, R, S, T) DA.
Monitor tanda-tanda vital.
DB.
Berikan tindakan kenyamanan.
DC.
Berikan analgetik sesuai indikasi
DD.
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan., pencahayaan dan kebisingan.
DG.
DH.
DI. DJ. DAFTAR PUSTAKA DK. DL.
http://health.yahoo.com/ency/adam/00615.last diakses pada tanggal
14 Maret 2015 DM.
http://Medindia.net/patients/patientinfo/poll/vote_comfirm.asp diak
ses pada tanggal 14 Maret 2015 DN.
http://www.nfid.org/factsheets/tetanusadult.html.
diakses
pada
tanggal 14 Maret 2015 DO.
http://arindracase.blogspot.com/2014/10/laporan-pendahuluan-
tetanus.html , diakses pada 14 Maret 2015 DP.Komite medik RSUP Dr. Sardjito, 2000. Standar Pelayanan Medis, Edisi 2, Cetakan I, Medika FK UGM, Yogyakarta DQ.
Mc Closkey, Joanne C and Bulechek, Gloria M, 1996, Nursing
Intervention Classification (NIC), Second edition, Mosby Year Book Inc, St. Louis DR.
Nanda, 2001, Nursing Diagnosis: Definitions & Classification
2001-2002, Ed-, United States of America DS.
Arif, Hardi. 2013.Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis& nanda nic noc jilid 1. Media Action publishing. Yogyakarta DT.
Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 1, 2,
3, edisi keempat. Internal Publising. Jakarta DU.
Sumarmo, herry. 2002. Buku ajar nfeksi dan pediatric tropis edisi
kedua.IDAI. Jakarta
DV.