Bab 15 - Masalah Etis Terkait Spm

  • Uploaded by: Gilang Ramadhan
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 15 - Masalah Etis Terkait Spm as PDF for free.

More details

  • Words: 2,880
  • Pages: 53
Loading documents preview...
Masalah Etis  yang Terkait  dengan  Pengendalian  Manajemen

Materi Teori • Bab 15 Buku SPM

Studi Kasus • Contract Food Service Corporation (CFSC)

Implementasi • Kemenkeu - DJP

TEORI

“suatu ilmu  yang  mempelajari  tentang apa  yang baik  dan buruk  secara moral”

• Benar vs Salah • Panduan bagi individu dan kelompok bersikap

Manajemen & Etika Manajemen  ekonomi Etika  moral “Ethics ≠ Maximizing Value”

Pentingnya analisis etika yang baik

Perilaku tidak etis

Merugikan masyarakat

hukum

Perilaku etis

Perekat organisasi & masyarakat

Mencegah fraud

Manager as role model Etika ≠ Hukum

MODEL  ETIKA

Utilitarianism

Rights & Duties

Justice/Fairnes s

Virtues

UTILITARIANISME consequentialism

 kebenaran dari tindakan dinilai atas dasar konsekuensinya  “the  greatest  good  for  the  greater  number  of  the  people”    suatu  tindakan  dinilai  secara  moral  benar  jika  dapat  memaksimalkan total nilai kebaikan yang ada, dalam artian  menghasilkan  net  good  (manfaat  bersih)  yang  maksimal  (benefit­losses)  Kelemahan :  Sulit mengukur manfaat bersih  Beberapa dikorbankan

Hak dan Kewajiban Right & Duties

 Setiap individu memiliki hak moral sebagai manusia  munculnya hak tersebut menciptakan kewajiban  terhadap individu yang lainnya, minimal tidak  mengganggu hak individu  Kelemahan :  Kesepakatan hak sulit  Hak dapat bertentangan

Keadilan/Kewajaran

Justice/Fairness

 Setiap orang harus diperlakukan sama, kecuali  terdapat beberapa hal yang relevan yang  menyebabkan mereka harus dibedakan.   Proses Harus adil dan bebas bias  Kelemahan :  Mengabaikan  kesejahteraan  agregat  dan  individu tertentu.

Keutamaan

Virtues

 Model  lain  dari  perilaku  moral  adalah  virtues.  Contoh yang paling menonjol dari virtues adalah  integritas, loyalitas, dan keteguhan hati.   Virtues  sering  dicerminkan  dalam  codes  of  conduct.  Kelemahan :  bentuk virtues sangat banyak,   tidak  jelas  mana  yang  harus  diterapkan  pada kondisi tertentu,   beberapa  karakteristik  virtues  menghambat  perilaku etis

ANALISIS ISU-ISU ETIS

Klarifikasi • 5W + 1H

Tentukan Masalah • Model etik

Tentukan alternatif • Beberapa pilihan

Bandingkan nilai dan alternatif

Nilai Konsekuensi • Positif/negatif

Buat Keputusan

MENGAPA ORANG BERTINDAK TIDAK ETIS?

Tidak Jujur/Berwatak Buruk

Ketiadaan Moral/Ketidaktahuan Sehingga hati nurani mereka Rasionalisasi tidak mencegah mereka untuk berperilaku tidak etis.

Tahu kalau perbuatan tsb tidak etis namun mereka melakukan pembenaran. • Mengelola pendapatan kuartalan vs pemecatan karyawan. • Aggresivitas lap keuangan - Semua orang melakukan

Tidak memiliki keteguhan moral Takut akan konsekuensi jika berbuat etis => karena ada tekanan.

ISU-ISU ETIS TERKAIT PENGENDALIAN MANAJEMEN UMUM

Etika terkait management control. Menggunakan argumen2 etis untuk mempertanyakan pondasi dasar pengendalian manajemen

Empat Isu Etika Terkait SPM

01

 Manajemen diberikan kekuasaan dalam pengambilan keputusan

The Ethics Of Creating Budget Slack

ekonominya.

02 Pro-kontra Restrukturisasi (Terkait Etika) • CONS => Tidak etis karena mementingkan “keuntungan” diatas “kesejahteraan”

The Ethics Of Managing Earnings

03

The Ethics Of Responding To Flawed Control Indicators

04

The Ethics Of Using Control Indicators That Are Too Good

• PROS => Merupakan respon yang diperlukan untuk perubahan lingkungan. • “Destruksi kreatif” => Trade-of kondisi tidak disukai namun perlu untuk inovasi/kemajuan.

Etika Menciptakan Kelonggaran Anggaran The Ethics Of Creating Budget Slack Negosiasi antara budgeter dengan atasannya.

 Ada sandbagging (kelonggaran) dalam penyusunan target => “mempermainkan” proses => target mudah dicapai.  Target => dasar penghargaan berdasarkan performance.

Tidak Etis •

Melanggar standar kredibilitas etika profesi akuntan

Etis

 Mengkomunikasikan informasi secara wajar dan objektif.  Menyajikan gambaran yang menyimpang dari kenyataan •



Utilitarianisme, karyawan akan memperoleh keuntungan

Respon rasional dalam sistem pengendalian hasil  Melindungi dari risiko negatif atas ketidakpastian di masa depan

pribadi atas tindakannya.



Digunakan untuk menghilangkan efek uncontrollable factor ukuran kinerja.

 Merugikan para stakeholder (e.g. pemilik).



Diperlukan untuk mengatasi ketidakseimbangan kekuatan yang melekat

Tidak memotivasi pegawai secara optimal  Tidak berusaha untuk melewati target  Memicu tindakan kecurangan





Informasi => decision making => tidak reliable.

dalam organisasi hierarkis. (e.g. penyalahgunaan evaluasi oleh atasan) •

Fakta bahwa manajer mendapat promosi karena kemampuan menegosiasi kelonggaran dengan baik.

Etika Menciptakan Kelonggaran Anggaran The Ethics Of Creating Budget Slack

Faktor-faktor untuk menilai etis-tidaknya budget slack:  Apakah target anggaran diberlakukan sebagai janji yang kaku (rigid) dari manajer untuk korporasi.  Apakah maksud manajer menciptakan kelonggaran anggaran mencerminkan kepentingan pribadi.  Apakah (atau berapa banyak) atasan menyadari adanya kelonggaran.  Apakah atasan mendorong terciptanya kelonggaran.  Apakah jumlah kelonggaran “material”.  Apakah individu yang terlibat terikat oleh satu (lebih) perangkat standar kode etik profesi.

Etika Pengelolaan Laba

The Ethics Of Managing Earnings

Bentuk manipulasi data yang sering dilakukan => manajemen laba (earning management) • Umumnya dirancang untuk “meningkatkan” penghasilan, padahal tidak ada keuntungan ekonomi riil => kadang rugi. • Atau untuk meratakan pola keuntungan => mengesankan kemungkinan dapat diprediksinya laba lebih tinggi => risiko ketidakpastian akan berkurang • Dalam kondisi tertentu justru dirancang mengurangi laba.

Tidak Etis •

Hampir seluruh tindakan tidak nyata untuk kepentingan pengguna laporan keuangan (intern/ekstern)

Etis •

 Pihak yang terlibat mendapat manfaat pribadi (penipuan) •

dalam ukuran laba

Pelanggaran terkait kewajiban mengungkapkan informasi secara

 Untuk memberikan tanda-tanda kinerja informatif kepada pengguna

wajar/layak (oleh manajer/akuntan). •

Penghargaan yang diperoleh bukanlah kinerja yang sebenarnya (tidak nyata)

Untuk mengatasi gangguan jangka pendek yang tidak terlalu berarti

laporan keuangan •

Memungkinkan mereka mengambil tindakan yang tidak merugikan.  Daripada harus mem-PHK atau menangguhkan Litbang.

Etika Pengelolaan Laba

The Ethics Of Managing Earnings

Faktor situasional yang mempengaruhi penilaian etis-tidaknya tindakan manajemen laba: •

Arah manipulasi (meningkatkan, mengecilkan, atau hanya meratakan laba)



Ukuran efek (materialitas)



Waktu (triwulanan vs akhir tahun)



Metode yang digunakan (menyesuaikan cadangan, mengubah kebijakan akuntansi)



Maksud manajer mengenai informasi angka (dan pengungkapan)



Kejelasan aturan melarang tindakan



Tingkat pengulangan (satu kali vs terus menerus bahkan setelah ada peringatan)

Etika Merespon Indikator Pengendalian yang Cacat The Ethics Of Responding To Flawed Control Indicators

• Target hasil dan petunjuk tindakan => sinyal kepada karyawan apa yang penting bagi organisasi. • Jika tidak didefinikasikan dengan baik => memotivasi karyawan tidak sesuai dengan kepentingan terbaik organisasi. • Banyak kasus penipuan => karyawan melakukan tindakan illegal dan tidak etis  “Diperlukan” agar perusahaan berkembang / bertahan.  Adanya tekanan dari atasan. • Contoh respons cacat: Myopia.  Terjadi ketika organisasi menempatkan penekanan yang tinggi pada target jangka pendek.  Pada umumnya manajer yang terlibat dalam perilaku myopia tahu mereka menyebabkan kerugian jangka Panjang.  Mereka tetap melakukan karena mungkin adanya tekanan.

Etika Merespon Indikator Pengendalian yang Cacat The Ethics Of Responding To Flawed Control Indicators Isu etis terkait: Apa yang harus dilakukan oleh para pegawai jika mereka tahu ukuran hasil atau aturan-aturan tindakan cacat (flawed)?  Haruskah mereka bertindak untuk mendapat hasil yang akan membuat mereka diberi penghargaan?, atau  Haruskah mereka mengorbankan kepentingan tsb guna mendukung sesuatu yang diyakini “benar-benar” terbaik bagi organisasi? Atas konflik kepentingan tersebut umumnya karyawan lebih memilih reward system.  Norma perilaku ini mungkin tidak etis.  Akuntan manajemen memiliki standar kode etik yang mewajibkan mereka untuk bertindak sesuai “kepentingan sah” organisasi. (bertindak dengan itikad baik)  Akuntan manajemen yang tidak terikat standar professional mungkin harus terikat dengan loyalitas kepada organisasi.

Etika Menggunakan Indikator Pengendalian yang “Too Good” The Ethics Of Using Control Indicators That Are Too Good

Misalnya pemaanfaatan teknologi untuk pengendalian yang ketat di Network Dynamics of Gendale, California. Supervisor dapat memantau screen computer karyawan. Atau contoh lainnya;  Supervisor dapat mendengarkan panggilan telepon yang dilakukan oleh salesman.  Kamera (CCTV) untuk merekam seluruh tindakan karyawan.  Jumlah keystroke yang dilakukan petugas entri data dipantau menggunakan aplikasi computer.  Perangkat lokasi (GPS) dapat memantau keberadaan karyawan sepanjang hari kerja.

Isu etis terkait:  Hak pemberi kerja untuk untuk memantau VS hak karyawan terkait otonomi, privasi, atau bebas dari tekanan pengendalian.  Kesan karyawan bekerja pada electronic sweatshop (lingkungan kerja membuat pegawai merasa tertekan secara elektronik).

Etika Menggunakan Indikator Pengendalian yang “Too Good” The Ethics Of Using Control Indicators That Are Too Good

Pertanyaan untuk menilai etis-tidaknya suatu ukuran-ukuran:  Apakah penggunaan tindakan telah diungkapkan kepada karyawan.  Apakah telah ada usaha untuk melindungi data yang dikumpulkan.  Apakah telah ada usaha untuk memastikan bahwa data hanya digunakan untuk tujuan yang telah ditetapkan (e.g. pengawasan panggilan pelanggan hanya diterapkan untuk karyawan dalam masa training)  Ketika supervisor menggunakan pengendalian yang ketat, mereka menekankan kualitas daripada hanya kuantitas. Contoh Kasus: Sweatshop fisik => bunuh diri masal 11 karyawan Foxconn (Taipei)  Perusahaan seperti monster industri => memperlakukan pekerja seperti mesin.  Sulit menilai apakah pengendalian Foxcon “terlalu ketat” => faktanya membayar upah secara tepat waktu => banyak pelamar.  Ada banyak aturan yang diterapkan di Foxconn.

PENYEBARAN ETIKA YANG BAIK DALAM ORGANISASI Kemajuan etika dalam organisasi => berlangsung secara bertahap

• Pada Tahap Awal (Organisasi Kecil)  Organisasi perpanjangan tangan pendiri => Sosok pendiri akan menjadi panutan, pengatur standar etika, sekaligus memonitor kepatuhan karyawan.

• Pada Tahap Selanjutnya (Organisasi Besar)  Sebagian besar menggunakan pengendalian tipe akuntabilitas. => berbentuk standar/aturan/peraturan untuk mewujudkan perilaku yang diinginkan.  Dikomunikasikan melalui kebijakan, manual prosedur, kode etik, atau memorandum informal perusahaan.  Digunakan untuk memperjelas makna etika yang baik, perilaku etis dihargai, dan memberi panduan untuk memikirkan isu-isu etis kepada karyawan.  Aturan mungkin diperbaharui, meskipun prinsip dasar kode etik mungkin tetap sama. (e.g. “Sepuluh Hal” => google)  Organisasi mengambil langkah untuk memastikan aturan telah diikuti. => biasanya karyawan diminta untuk untuk menandatangani pernyataan bahwa mereka memahami dan akan mematuhi peraturan. (e.g. Boeing)

PENYEBARAN ETIKA YANG BAIK DALAM ORGANISASI Namun, pernyataan bahwa karyawan telah membacanya saja tidaklah cukup. Perlu dilakukan beberapa hal tambahan oleh manajemen puncak;  Menetapkan iklim kerja etis yang kredibel.  Mempertahankan SPM internal yang baik.  Pemantauan dilakukan oleh atasan karyawan, rekan (saling mengendalikan), serta auditor internal.  Adanya sanksi yang jelas bagi pelanggar, untuk melawan tekanan.  Menunjuk seorang ombudsman untuk membantu karyawan menghadapi masalah etika.

STUDI  KASUS Contract Food Service Corporation (CFSC)

Profil Perusahaan Contract Food Services Corporation (CSFC) adalah perusahaan penyedia makanan di universitas, rumah sakit, dan lembaga bisnis yang dilakukan berdasarkan kontrak. Pam worth merupakan manajer dari salah satu profit center CSFC yaitu Education Food Service (EFC) yang menyediakan layanan untuk Central Maine State University (CMSU).

Profil Perusahaan Operasinya: • Menyediakan makanan (kafetaria) kampus, melayani 12.000 mahasiswa dan 2.000 dosen dan staf. • Mengelola mesin penjual otomatis di kampus • Menyediakan jasa katering untuk pertemuan bisnis di kampus Profit center tersebut mempekerjakan 59 karyawan tetap dan 150-180 mahasiswa secara paruh waktu. Pendapatan tahunan mencapai ± $ 3 juta.

Kontrak antara CSFC dan CMSU • Hubungan antara CFSC dan CMSU diatur oleh kontrak yang dinegosiasi ulang setiap bulan Januari • Tanggung jawab: – Administrator CMSU memiliki kekuasaan untuk meninjau dan menyetujui rencana dan harga layanan CSFC – CMSU menyediakan semua biaya peralatan – CFSC menyiapkan menu dan mempekerjakan karyawan

Apabila keuntungan CSFC > 10% dari penjualan, maka selisih lebih tersebut dibagi sama rata dengan CMSU Apabila keuntungan CSFC < 10% dari penjualan, maka seluruh keuntungan merupakan milik CSFC. – Kontrak diatur sedemikian sebagai insentif bagi para manajer CSFC, agar kualitas layanan dapat ditingkatkan setelah mendapat kepastian terhadap keuntungan yang wajar

Penganggaran Anggaran secara bottom-up Mayoritas anggaran biaya untuk makanan dan tenaga kerja Dilakukan proyeksi sesuai dengan harapan manajer (Pam) Biasanya dilakukan proyeksi kenaikan laba berkisar 0 – 15%

Diskusi Pam  dengan  Peneliti Bisnis  Makanan (1)

• Pam menjelaskan beberapa ketidaksesuaian angka anggaran tahun lalu dengan yang sebenarnya • Ia selalu mencoba menyembunyikan kelonggaran saat menyusun anggaran, dengan dalih hal tsb biasa dilakukan orang lain dalam bisnis • Pam ingin memiliki buffer moderat dalam anggarannya, dgn tujuan: – Untuk review kinerja yang baik (mempertahankan pekerjaan) – Untuk kemudian mendapat bonus 20% – Tidak khawatir thdp efisiensi staf, sehingga tidak perlu mengawasi setiap tindakan – Dapat membeli hal-hal untuk memberikan layanan yang lebih baik

Buffer yang disembunyikan oleh  Pam Menggunakan proporsi penyajian makanan tahun lalu, meskipun ada kecenderungan jumlah mahasiswa meningkat

Menganggarkan $ 7,15 per jam untuk upah mahasiswa paruh waktu, namun mahasiswa menerima kurang dari angka tersebut

Tidak merencanakan efisiensi, karena trend efisiensi pasti akan meningkat dari tahun ke tahun. • Tidak memasukkan aspek kurva belajar dalam perencanaan anggaran, sehingga anggaran tidak efisien (over-budgeted)

Diskusi Pam  dengan  Peneliti Bisnis  Makanan (2)

• Atasan tidak keberatan atas buffer, karena apabila anggaran mampu terpenuhi, atasan juga akan memperoleh keuntungan • Tindakan Pam ini menggunakan budget buffer untuk melindungi pendapatan pribadinya. Apabila target penjualan tidak tercapai, maka ia mengambil dari buffer. • Pam tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi di CMSU, dan memanfaatkan kontrol yang lemah dari atasan untuk membuat asumsi-asumsi dalam penganggaran. • Pam merasa tindakan yang ia lakukan bukan pencurian melainkan hanya permainan thdp proyeksi.

Apakah Terjadi Masalah Etis  dari Tindakan yang  Dilakukan Pam?

Identifikasi  Model

• Stakeholders ada yg dirugikan/tidak? (Utilitarism) • Apakah ada konflik atas hak? (Right & obligation) • Apakah ada pihak yg diperlalukan tidak adil? (Equity) • Apakah seseorang tidak jujur? (Priority)

UTILITARIANISM (YES)

Utilitarianism

• Pam memanfaatkan buffer untuk menciptakan kelonggaran anggaran, anggaran dibuat kendur (sandbagging)

– mengetahui tren proporsi makanan meningkat, tapi setiap kali kontrak, anggaran/ target dibuat setara dengan tahun lalu. – mengetahui bahwa banyak pegawainya adalah mahasiswa paruh waktu, yang mana akan dibayar tidak penuh. (Dibawah yg dianggarkan/ direncanakannya) – sebenarnya tidak ada efsiensi. Pam memanfaatkan : membuat anggaran yg longgar sehingga pasti tercapai, dan atasan tidak keberatan karena ikut diuntungkan

• Pam tidak mengungkapkan semua informasi dan wawasan kepada atasannya, dan menyajikan gambaran yang menyimpang. • Menciptakan kelonggaran anggaran dapat dianggap melanggar beberapa kewajiban yang tercantum dalam Statement of Ethical Professional Practice dari Association for Accountant and Financial Professionals in Business – Yaitu standar KREDIBILITAS yang mengharuskan manajer untuk mengkomunikasikan informasi secara wajar dan objektif

Utilitarianism

Kelonggaran Anggaran

Tidak Etis

• Target anggaran diperlakukan sebagai janji yang kaku dari manajer untuk perusahaan. • Pam menciptakan kelonggaran yang menguntungkan diri sendiri (menaksimalkan utilitas). • Sedangkan sebagai manajer, Pam terikat oleh standar kode etik profesional. • Buffer yang dibuat tidak mencerminkan penggunaan sumberdaya secara maksimal. • Sejumlah atasan Top management mengetahui adanya praktik buffer dan mendukung terciptanya kelonggaran, namun mereka lebih berfokus pada pencapaian target secara umum. • Berdasarkan data yang ada, tidak dapat disimpulkan bahwa buffer yang dilakukan menimbulkan kerugian (bagi stakeholders) yang material atau tidak. Juga tidak diketahui berapa potensi kerugian yang akan timbul antara jika buffer dilakukan atau tidak dilakukan.

Alternatif Apa  yang Cocok  Diterapkan?

Pam seharusnya berusaha mengamankan pendapatannya melalui cara yang jujur, seperti revisi bonus plan

Bonus plan yang tepat akan mengurangi dorongan untuk berlaku curang dengan cara buffer

Dengan tidak adanya manipulasi, LK tersaji secara objektif

Pelaksanaan kerja sama kontrak akan lebih akurat sesuai tren pertumbuhan kebutuhan tahunan

IMPLEMENTASI DI PEMERINTAHAN

Peraturan terkait KODE ETIK

UU 5/2014 • ASN

PP 53/2010 • DJP

PMK 3/2013, PER 107/2007, SE-04/2007

Apa sih  pentingnya  Etika? SPIP: Lingkungan Pengendalian

SPM: Cultural Control

Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 1/PM.3/2007

 Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang selanjutnya disebut Kode Etik adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang mengikat Pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta dalam pergaulan hidup sehari-hari. Pelanggaran Kode Etik adalah segala bentuk ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai yang bertentangan dengan Kode Etik.

Kode Etik bertujuan untuk :

1. meningkatkan disiplin Pegawai; 2. menjamin terpeliharanya tata tertib; 3. menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif; 4. menciptakan dan memelihara kondisi kerja serta perilaku yang profesional; dan 5. meningkatkan citra dan kinerja Pegawai.

9 Kewajiban & 8 Larangan

KEWAJIBAN 1. menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain; 2. bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel; 3. mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak; 4. memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain dalam pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya; 5. mentaati perintah kedinasan; 6. bertanggung jawab dalam penggunaan barang iventaris milik Direktorat Jenderal Pajak; 7. mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor; 8. menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan; 9. bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan.

LARANGAN 1. bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas; 2. menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik; 3. menyalahgunakan kewenangan jabatan baik langsung maupun tidak langsung; 4. menyalahgunakan fasilitas kantor; 5. menerima segala pemberian dalam bentuk apapun, baik langsung maupun tidak langsung, dari Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain, yang menyebabkan Pegawai yang menerima, patut diduga memiliki kewajiban yang berkaitan dengan jabatan atau pekerjaannya; 6. menyalahgunakan data dan atau informasi perpajakan; 7. melakukan perbuatan yang patut diduga dapat mengakibatkan gangguan, kerusakan dan atau perubahan data pada sistem informasi milik Direktorat Jenderal Pajak; 8. melakukan perbuatan tidak terpuji yang bertentangan dengan norma kesusilaan dan dapat merusak citra serta martabat Direktorat Jenderal Pajak.

4 (EMPAT) ETHICAL ISSUES YANG BERKAITAN DENGAN MANAGEMENT CONTROL SYSTEMS :

CREATING BUDGET SLACK MANAGING EARNINGS RESPONDING TO FLAWED CONTROL INDICATORS USING CONTROL INDICATORS THAT ARE “TOO GOOD”

Budget Slack Ketidakselarasan antara kebutuhan/target dan anggaran Sulitnya belanja modal yang mendesak (di samping benturan administrasi) Seringnya penggunaan “dana taktis” untuk pembiayaan kegiatan menjelang akhir tahun Besaran alokasi anggaran yang sering tidak selaras dengan kenyataan di lapangan Biasanya selalu terjadi tiap tahun

Managing Earnings Terlalu berfokus pada target penerimaan Banyaknya praktik menahan restitusi Wajib Pajak untuk mempertahankan posisi penerimaan pajak Kebijakan kantor cenderung myopia, bukan untuk mendapat sumber penerimaan negara yang berkesinambungan

Responses to Flawed Control Indicators Indikator pengendalian terlalu fokus pada aspek kuantitatif Indikator kinerja yang berfokus pada kuantitas (jumlah STP, jumlah WP baru, dll) Aspek kualitatif masih belum terlalu diperhatikan dalam indikator kinerja (kualitas himbauan, kualitas WP baru yang terdaftar)

Control Indicators That Are “Too Good” Indikator yang tidak mencerminkan kinerja secara langsung Kehadiran pegawai berdasarkan mesin absen tidak menggambarkan kinerja sesungguhnya Masih sulit menerima solusi “out of the box” karena ringkihnya aturan administrasi

Related Documents


More Documents from "raghniya"