Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

  • Uploaded by: Anonymous foY9j3oJ
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang as PDF for free.

More details

  • Words: 3,255
  • Pages: 21
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerebral palsy (CP) merupakan suatu kedaan dimana terjadi kelumpuhan otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan kata cerebral itu sendiri adalah otak, sedangkan palsy adalah kelumpuhan, kelemahan atau kurangnya pengendalian otot dalam setiap pergerakan atau bahkan tidak terkontrol. Kerusakan otk tersebut mempengaruhi system dan penyebab anak mempunyai kondisi yang buruk, keseimbangan yang buruk, pola-pola gerakan yang abnormal atau kombinasi dari karakter-karakter tersebut (Hidayat,2010). Berdasarkan gejala klinis dan fisiologis gangguan gerak spastik ditandai dengan adanya kekakuan pada sebagian atau seluruh otot. Letak kelainan cerebral palsy jenis ini ada di tractus pyramidalis (motor cortex). American Academy for cerebral palsy mengemukakan kalsifikasi gambaran klinis cerebral palsy sebagai berikut : klasifikasi neuromotorik yaitu, spastik, atetosis, regiditas, atexia, tremor, dan mixed. Klasifikasi distribusi topografi keterlibatan neuromotorik : diplegi, hemiplegi, triplegi dan quadriplegi yang pada masing-masing dengan tipe spastik (Sunusi dan Nara,2007). Berdasarkan penelitian National Intitute of Neurological Disorder and Stroke (NINDS) PADA TAHUN 2002, menyatakan bahwa 2-3 bayi per 1000 kelahiran menderita cerebral palsy. Menurut Garrison pada tahun 2005, angka kejadiannya adalah kurang lebih 5,5 per 1000 kelahiran dan tersebar pada kedua jenis kelamin, segala ras dan berbagai negara. Resiko terkena cerebral palsy meningkat tajam seiring dengan berat badan lahir rendah, bayi yang berat badan lahir kurang dari 1000 gram mempunyai resiko tinggi 40 kali lipat dibandingkan dengan bayi berat badan lahirnya normal (2,5 kg-4 kg). Permasalahn yang serig terjadi pada kasus diatas adalah gangguan postur dan kontrol gerakan yang bersifat non progresif yang disebabkan oleh karena lesi atau perkembangan abnormal pada otak yang sedang tumbuh atau belum selasai

1

pertumbuhannya yang ditandai dengan meningkatnya reflek tendon, stretch reflek yang berlebihan, lingkup gerak sendi menurun, gangguan kesimbangan hipertonus dan spasme otot pada keempat ekstremitas dan klonus yang terjadi pada anggota gerak bawah. Pada kasus cerebral palsy tipe spastic quadriplegy permasalahan utama yang terjadi adalah gangguan motoris berupa spastisitas antara lain peningkatan ketegangan otot pada keempat anggota gerak seperti lengan atas, lengan bawah, wrist, trunk, tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki. Selain itu juga menghambat tumbuh kembang motorik pada anak dimana terjadi keterbatasan untuk melakukan aktivitas-aktivitas sehari-hari yang seharusnya bisa dilakukan sesuai dengan umur perkembangan anak.

1.2 Rumusan Masalah 1.

Apa itu cerebral palsy?

2. Seperti Apa Asuhan Keperawatancerebral palsy?

1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui Konsep cerebral palsy 2. Memahami Asuhan Keperawatan cerebral palsy

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Cerebral palsy 2.1.1 Definsi Cerebral palsy Cerebral palsy terdiri dari dua kata, yaitu cerebral yang berasal dari cerebrum yang berarti otak, dan palsy yang berarti kelumpuhan. Jadi menurut arti kata cerebral palsy adalah kelumpuhan yang disebabkan karena sebab-sebab yang berada diotak. Cerebral palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) dan merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologist berupa kelumpuhan spastik, gangguan gangli basalis, dan cerebellum serta kelainan mental (Soeharso dalam Ahmad Toha Muslim & M.Sugarmin 1994). Cerebral palsy merupakan brain injury yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi pengendalian sistem motorik sebagai akibat lesi dalam otak, atau suatu penyakit neuromuskuler yang disebabkan oleh gangguan perkembangan atau kerusakan sebagian dari otak yang berhubungan dengan pengendalian fungsi motorik (Somantri,2007 : 12). The American Academy of Cerebral Palsy mendefinisikan yaitu berbagai perubahan gerakan atau fungsi motor tidak normal dan timbul sebagai akibat kecelakaan, luka atau penyakit pada susunan saraf yang terdapat pada rongga tengkorak. Pengertian selengkap nya dapat dikutip dari the united cerebral palsy association, cerebral palsy menyangkut gambaran klinis yang diakibatkan oleh luka pada otak, terutama pada kompunen yang menjadi penghalang dalam gerak sehingga keadaan anak yang dikategorikan cerebral palsy dapat digambarkan sebagai kondisi semenjak anak-anak dengan kondisi nyata, seperti lumpuh,

3

lemah, tidak adanya koordinasi atau penyimpangan fungsi gerak yang disebabkan oleh patologi pusat kontrol gerak di otak (Efendi,2006).

2.1.2

Etiologi Cerebral palsy terjadi akibat kerusakan otak saat periode prenatal, perinatal dan postnatal. Sekitar 70-80% terjadi akibat kerusakan otak saat prenatal. Bayi lahir prematur dan gangguan pertumbuhn saat kehamilan baik pada bayi prematur maupun yang cukup bulan sebagai penyebab yang sering didapatkan pada saat prenatal. Lebih dari 50% penyebab cerebral palsy tidak diketahui. Etiologi dapat di klasifikasikan berdasarkan waktu dari gangguan selam masa prenatal, perinatal, dan postnatal. Sistem klasifikasi etiologi yang lain berdasarkan penyebab sebenarnya seperti kongenital (syndrome, malformasi, developmental) atau acquired (trauma, infeksi, hypoxia, iskemik, infeksi TORCH) perinatal asphyxia hanya sekitar 8-15% dari seluruh kasus cerebral palsy dan kasus cerebral palsy pada masa postnatal sekitar 12-21%. 1. Prenatal Penyebab utama cerebral palsy pada periode ini adalah malformasi otak kongenital. Sedangkan penyebab lainnya adalah : infeksi intrauterin (infeksi Toxoolasma, Rubella, cytomegalovirus, Herves virus dan sifilis), trauma, asfiksia intrauterin (abrupsio plasenta, plasenta previa, anoreksia maternal, kelainan umbilikus, perdarahan plasenta,

ibu

hipertensi),

toksemia

gravidarum,

maternalseizure disorder, dan sangat jarang yaitu faktor genetik, kelainan kromosom. 2. Perinatal Penyebab cerebral palsy dalam periode ini antara lain anoksia atau hipoksia yang dialami bayi selama proses

4

kelahiran,

trauma

(disproporsi

sefalopelvik,

sectio

caesaria), prematuritas dan hiperbilirubinemia. 3. Postnatal Penyebab cerebral palsy dalam periode ini yaitu tarauma kepala, infeksi (meningitis/ensefalitis yang terjadi 6 bulan pertama kehidupan), anoksia, dan luka parut pada otak setelah operasi.

2.1.3

Faktor-faktor resiko cerebral palsy Faktor-faktor

resiko

yang

menyebabkan

kemungkinan

terjadinya cerebral palsy semakin bsar antara lain yaitu : 1. Letak lahir sungsang 2. Proses persalinan sulit Masalah vaskular atau respirasi bayi selama persalinan merupakan tanda awal yang menunjukan adanya masalah kerusakan otak atau otak bayi tidak berkembang secara normal. Komplikasi tersebut dapat menyebabkan kerusakan otak permanen. 3. Apgar score rendah Apgar score yang rendah hingga 10-20 menit setelah kelahiran. 4. BBLR dan prematunitas Resiko cerebral palsy lebih tinggi diantara bayi dengan berat <2500 kg dan bayi lahir dengan usia kehamilan <37 minggu. Resiko akan meningkat sesuai dengan rendahnya berat lahir dan usia kehamilan. 5. Kehamilan ganda 6. Malformasi SSP Sebagian besar bayi yang lahir dengan cerebral palsy memperlihatan malformasi sistem saraf pusat yang nyata. Misalnya lingkar kepala abnormal (microcefali)

5

7. Perdarahan maternal pada saat masa akhir kehamilan. Pendarahan vaginal selama bulan ke 9-10 kehamilan dan peningkatan jumlah protein dalam urine berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya cerebral palsy pada bayi. 8. Retardasi mental dan kejang 9. Kejang pada bayi baru lahir

2.1.4

Klasifikasi cerebral palsy Cerebral palsy dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala dan tanda klinis neurologis. Spastik diplegia, untuk pertama kali di deskripsikan oleh Little (1860), merupakan salah satu bentuk penyakit yang dikenal selanjutnya sebagai cerebral palsy. Hingga saat ini cerebral palsy diklasifikasikan berdasarkan kerusakan gerakan yang terjadi dan dibagi dalam 4 kategori, yaitu : 1. Cerebral palsy Spastik Merupakan bentuk cerebral palsy terbanyak (70-80%). Kerusakan

terjadi

dikorteks),

anak

di

traktus

mengalami

kontrikospinalis kelumpuhan

yang

(darah kaku,

refleksnya mengigil, misalnya refleks moro (salah satu refleks bayi) yang sering terjadi, baik dirangsang maupun tidak dan ada refleks yang menetap padahal seharusnya hilang diusia tertentu tapi masih ada, misalnya refleks menggenggam pada bayi. Normalnya menghilang diusia 3-4 bulan, tapi pada anak cerebral palsy ini muncul atau tetap ada. Cerebral palsy spastik dibagi berdasarkan jumlah ekstremitas yang terkena, yaitu : 1) Monoplegi, kelumpuhan empat anggota gerak tapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari sebelumnya. 2) Quadriplegia, kelumpuhan pada keempat gerakan anggota geraknya, dua kaki dan dua tangan lumpuh. 3) Diplegia,

kelumpuhan

dua

anggota

gerak

yang

berhubungan, biasanya kedua anggota gerak bawah. 6

Misalnya, tungaki bawah tapi dapat pula kedua anggota gerak atas. 4) Hemiplegia, kelumpuhan pada satu sisi tubuh dan anggota gerak yang dibatasi oleh garis tengah yang didepan atau belakang, misalnya tangan kiri, kaki kiri. Pergerakan anggota gerak berkurang, fleksi (menekuk) lengan pada siku, lengan tetap mengepal 2. Koreo-Attentoid Dikenal juga dengan istilah cerebral palsy diskrinetik atau gerak, juga tangan anak atau kakinya bergerak melengkunglengkung, sikapnya abnormal dan geraknya infolumenter dengan sendirinya. Refleks neonatalnya menetap. Kerusakan terjadi di ganglia basalis (darah yang mengatur gerakan). 3. Aktaksik Gangguan koordinasi, gerakannya melengkung juga, tapi biasanya gangguan ditulang belakangnya, lehernya kaku dan tampak melengkung. Gangguan ini biasanya menunjukan perkembangan motorik yang terhambat sehingga kehilangan keseimbangan yang dapat terlihat saat anak belajar duduk. Kerusakan otaknya di serebrum (daerah otak kecil). 4. Distonia Ada yang ototnya tegang dan ada juga yang lemas. Kerusakan otaknya berada pada bagian korteks (bagian lapisan luar otak) dan di ganglia basalis. 5. Balismus Ada gerakan yang tidak terkoordinasi atau involumenter, kadang juga melengkung-lengkung. Kerusakan berada di ganglia basalis. 6. Campuran Merupakan jenis cerebral palsy dengan semua gabungan diatas, kerusakan ini bisa terjadi di derah otak mana saja.

7

2.1.5

Penyakit yang berhubungan dengan cerebral palsy Banyak penderita cerebral palsy juga menderita penyakit lain. Kelainan yang mempengaruhi otak dan menyebabkan gangguan fungsi motorik dapat menyebabkan kejang dan mempengaruhi perkembangan intelektual seseorang, atensi terhadap dunia luar, aktivitas dan perilaku dan penglihatan serta pendegaran. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan cerebral palsy yaitu : 1. Gangguan mental Sepertiga anak cerebral palsy memiliki gangguan intelektual ringan, sepertiga dengan gangguan sedang hingga berat dan sepertiga lainnya normal. Gangguan mental sering dijumpai pada anak dengan klinis spastik quadriplegia. 2. Kejang dan epilepsi Setengah dari seluruh anak cerebral palsy menderita kejangkejang. Gangguan tersebut akan menyebar keseluruh otak dan menyebabkan gejala pada seluruh tubuh. 3. Gangguan pertumbuhan Gagal tubuh secara umum merupakan isitilah untuk mendeskripsikan anak-anak yang terhambat pertumbuhan dan perkembangannya walaupun cukup mendapatkan asupan makanan. 4. Gangguan penglihatan dan pendengaran Banyak anak cerebral palsy menderita starbismus. Dimana mata tidak tampak segaris karena ada perbedaan pada otot mata kanan dan kiri. Pada perkembangannya, hal ini akan menimbulkan

gejala

penglihatan

ganda.

Gangguan

pendengaran juga sering dijumpai diantara penderita cerebral palsy dibanding pada populasi umum.

8

2.1.6

Tanda-tanda cerebral palsy Terdapat beberapa langkah untuk mengetahui tanda-tanda cerebral palsy yaitu : 1. Gejala awal Pada umumnya cerebral palsy dapat terlihat pada usia kurang dari 3 tahun, dan dapat dicurigai pada kemampuan perkembangan motorik tidak normal. Bayi yang mengalami cerebral palsy akan terlihat keterlambatan perkembangan, misalnya tengkurap, duduk dan sebagainya. Ada sebagian yang mengalami abnormalitas tonus otot. Penurunan tonus, bayi kan terlihat lemas dan kaku. Ada juga bayi pada periode awal tampak hipotonia dan selanjutnya berkembang menjadi hipertonia setelah 2-3 bulan pertama. Sehingga anak cerebral palsy menunjukan postur abnormal pada satu sisi tubuh. 2. Pemeriksaaan fisik Pada hal ini penderita cerebral palsy melakukan pemeriksaan kemampuan motorik bayi dan melihat kembali riwayat medis mulai dari riwayat kehamilan, persalinan, dan kesehatan bayi. Perlu juga dilakukan pemeriksaan refleks dan mengukur perkembangan lingkar kepala anak. Refleks ialah gerakan tubus secara otomatis bereaksi sebagai respon terhadap sttimulus spesifik. 3. Pemeriksaan neuroradiologik Pemeriksaan

khusus

neuroradiologik

untuk

mencari

kemungkinan penyebab cerebral palsy perlu dikerjakan, salah satu pemeriksaan yaitu dengan melakukan CT-scan kepala, CT-scan kepala yaitu pemeriksan imaging untuk mengetahui struktur jaringan otak selain itu juga dapat menjabarkan area otak yang kurang berkembang, kista abnormal ataupun kelainan lainnya. 4. Pemeriksaan lainnya 9

Dalam hal ini pun perlu pemeriksaan lainnya, dimana yang mempertimbangkan kondisi lain yang berhubungan dengan cerebral palsy. Beberapa dokter mengatakan bahwa terdapat penyakit kejang maka harus dilakukan EEG, dimana dapat membantu untuk melihat aktivitas elektrik otak dan akan menunjukan penyakit kejang tersebut.

2.1.7

Patofisiologi Cerebral palsy adalah isitilah tidak spesifik yang digunakan untuk memberi ciri khas pada ketidaknormalan tonus otot, postur, dan koordinasi yang diakibatkan oleh suatu lesi tidak progresif atau cedera yang mempengaruhi otak yang tidak matur ( Betz & Sowden,2009). Cerebral dapat diakibatkan dari ketidaknormalan otak prenatal. Ketidaknormalan

dapat

muncul

dari

berbagai

penyebab,

malformasi anatomi otak, atrofi, okulasi vasculer, maupun kehilangan neuron. Faktor resiko yang menjadi predisposisi meliputi kelahiran kembar, infeksi ibu dan kondisi trombofilik janin dan ibu. Penyebab dari cerebral palsy kongenital sering tidak diketahui, diperkirakan terjadi pada masa kehamilan atau setelah kehamilan dimana terjadi kerusakan motorik pada otak yang sedang berkembang. Faktor penyebab cerebral palsy dapat terjadi pada tahap prenatal, perinatal, maupun pada saat post natal. Misalnya pada fase perinatal, bayi mengalami asfiksia yang berkombinasi dengan iskemi yang bisa menyebabkan nekrosis kerniktrus secara klinis memberikan gambaran kuning pada seluruh tubuh dan akan menempati ganglia basalis, hipokampus, sel-sel nukleus batang otak yang bisa menyebabkan cerebral palsy tipe atetoid yaitu gangguan pendengaran dan reterdasi mental.

10

2.1.8

Masalah utama gangguan cerebral palsy Masalah utama yang dijumpai dan dihadapi pada anak yang mengalami cerebral palsy yaitu : (Suharso,2006) 1. Kelemahan dalam mengendalikan otot tenggorokan, mulut dan lidah akan menyebabkan anak tampak selalu berliur. Air liur dapat menyebabkan iritasi berat kulit dan menyebabkan seseorang sulit diterima dalam kehidupan sosial dan pada akhirnya menyebabkan seseorang sulit diterima dalam kehidupan sosial dan pada akhirnya menyebabkan anak akan terisolir dalam kehidupan kelompoknya. Walaupun sejumlah terapi untuk drooling telah dicoba selama bertahun-tahun, dikatakan tidak ada satupun yang berhasil. Ada cara dengan pembedahan, walaupun kadang efektif akan tetapi bisa membawa komplikasi termasuk memburuknya masalah menelan. 2. Kesulitan makan dan menelan yang dipicu oleh masalah motorik pada mulut, dapat menyebabkan gangguan nutrisi yang berat. Nutrisi yang buruk pada akhirnya akan mebuat seseorangrentan terhadap infeksi dan menyebabkan gagal tumbuh. Untuk membuat menelan lebih mudah, disarankan untuk membuat makanan semisolid ( sayur dan buah-buahan yang dihancurkan). Anak yang mengalami gangguan berat menelan dan malnutrisi, dimana hal ini disarankan untuk menggunakan

selang

makanan.

Ini

digunakan

untuk

memasukan makanan dan nutrien makanan, dalam hal ini dokter bedah akan meletakan selang langsung pada lambung. 3. Inkontinentia Urin Ini merupakan kompliksi yang sering terjadi. Inkontinentia urin disebabkan karena gangguan cerebral palsy kesulitan mengendalikan otot yang selalu menjaga supaya kandung kemih tertutup. Inkontinentia urin dapat berupa euresis, dimana seseorang tidak dapat mengendalikan urinasi selama 11

aktivitas fisik. Terapi medikasi yang dapat diberikan diantaranya olahraga khusus, biofeedback, obat-obatan, pembedahan atau alat yang diletakan dengan pembedahan untuk mengganti atau membantu otot.

2.1.9

Penatalaksanaan pengobatan casual untuk cerebral palsy tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini dibutuhkan teamwork dengan rencana pendekatan kepada masalah individu anak. Anak, orang tua, dokter anak, dokter saraf, ahli terafi fisik, psikiater dan pihak sekolah harus turut serta. Secara garis besar, penatalaksanaan penderita cerebral palsy adalah sebagai berikut : 1. Aspek medis a. Aspek medis umum Gizi : masalah gangguan pola makan yang berat pada anak dengan cerebral palsy tampak pada beberapa kelompok anak yang tidak menjaga status gizi normal dan menandakan kegagalan pertumbuhan. Masalah pola makan mereka biasanya diawali dari saat lahir dan mereka bisa diidentifikasi dini dari lama waktu mengunyah dan menelan jumlah standar makanan dan dibandingkan dengan kontrol berat badan mereka. Pencatatan rutin dan perkembangan berat badan anak perlu dilaksanakan. b. Terapi obat-obatan Obat pada gangguan motorik cerebral palsy dibatasi, namun tetap harus diberikan utamanya pada bentuk spastic. Diazepam jarang digunakan karena kurang membantu dan kadang menimbulkan hipotonia namun pada syndromedyskinetic kadang dapat mengurangi gerakan involunter. Lioresal (baclofen) telah terbukti sangat efektif pada beberapa kasus hemiplegia dan diplegia dalam mengurangi spatisitas dan memudahkan 12

fisioterapi namun kontraindikasi pada anak dengan riwayat seizures. c. Terapi aspek orthopedic Kontribusi orthopedic penting, perencanaan yang hati-hati dari

prosedur

orthopedik

berpengaruh

terhadap

pengobatan, dan hal tersebut membantu ahli bedah mengidentifikasi pasien lebih dini sehingga mereka dapat merencanakan

kemungkinan

intervensi

yang

akan

dilakukan bersama, dengan pendekatan dengan spesialis anak, fisioterapi dan orangtua. Split dan calipers dibatasi pada pasien cerebral palsy mski dalam beberapa kasus hal tersebut berguna. d. Fisioterapi Tindakan ini harus segera dilakukan secara intensif. Orang tua turut membantu program latihan di rumah. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi penderita pada waktu istirahat atau tidur. Bagi penderita yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal di suatu pusat latihan. Fisioterapi dilakukan sepanjang usia penderita hidup. 2. Aspek non medis Pendidikan dan pekerjaan : penderita cerebral palsy dididik sesuai dengan tingkat intelegensinya. Di sekolah luar biasa dan bila mungkin disekolah biasa bersama anak yang normal. Mereka sebaiknya diperlakukan sama seperti anak yang normal yaitu pulang kerumah dengan kendaraan bersamasama sehingga mereka tidak merasa diasingkan, hidup dalam suasana normal.

2.1.10 Komplikasi Anak yang mengalami cerebral palsy akan mengalami komplikasi sepertti :

13

1. Kontraktur, yaitu sendi tidak dapat digerakan atau ditekuk karena otot memendek 2. Skoliosis, yaitu tulang belakang melengkung kesamping disebabkan karena kelumpuhan hemiplegia 3. Dekubitus, yaitu adanya suatu luka akibat mengalami kelumpuhan menyeluruh, sehingga ia harus selalu berbaring ditempat tidur 4. Deformita (perubahan bentuk) akibat adanya kontraktur 5. Gangguan mental. Anak dengan cerebral palsy tidak semua terganggu kecerdasannya, mereka ada yang memiliki kadar kecerdasan pada taraf rata-rata bahkan ada yang berada di atas rata-rata. 6. Gangguan komunikasi 7. Ketidak mampuan belajar 8. Komplikasi mental dapat terjadi apabila yang bersangkutan diperlakukan secara tidak wajar.

14

2.1.11 Pathway Prenatal

Natal

1. Malformasi kongenital 2. Infeksi dalam kandungan 3. Radiasi 4. Asfiksia dalam kandungan

1. Anoksialhipo ksia 2. Perdarahan intrakranial 3. Trauma lahir 4. prematuritas

Postnatal

1. Trauma kapitis 2. Infeksi 3. kernicterus

Cerebral palsy Non operative Kecacatan multifase

Kerusakan motorik

Mk : gangguan tumbuh kembang

Kelumpuha n spastisitas : hemiplegi kanan

Kerusakan N.Troklear is

Operative

Luka insisi fisioterafi

kerusakan

Mk : kerusakan mobilitas fisik

15

Gangguan pendengaran Resiko cedera

2.1 Asuhan Keperawatan 1. PENGKAJIAN A. Identitas klien dan penanggung jawa Nama

: An. R A

Usia

: 9 Tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Nama ibu

: Reni

Nama ayah

: Asep

Riwayat kesehatan keluarga

:Tidak ada yang mengalami penyakit seperti klien

B. Riwayat kesehatan a. Prenatal : Tidak ada gangguan, ibu klien rutin selalu memeriksakan kandungannya ke bidan terdekat. b. Natal

: Klien lahir sehat dan sempurna diklinik dengan

bantuan bidan dengan BB 3500 gram dengan proses melahirkan normal. c. Postnatal : Tidak ada gangguan sampai usia 11 bulan. Pada saat usia 12 bulan klien mengalami demam tinggi. C. Keluhan dan manifestasi klinikmotorik. a. Perlambatan perkembangan motorik kasar Manifestasi umum, keterlambatan pada beberapa pencapaian motorik, namun meningkat sejalan dengan pertumbuhan. b. Tampilan motorik abnormal Penggunaaan tangan hanya sebelah, berjalan dengan menggusur kaki sebelah, buruk menghisap, kesulitan menelan. c. Posture abnormal Lengan kanan abduksi pada bahu, siku fleksi, tangan mengepal, dan ada tahanan pada saat duduk. d. Gejala lain yang juga ditemukan a) Gangguan menghisap atau makan b) Gangguan perkembangan kemampuan motorik ( duduk, menggapai sesuatu, berjalan) 16

c) Gangguan berbicara d) Gangguan pendengaran e. Pemeriksaan fisik a) Muskuloskeletal

: spastisitas , ataksia

b) Neurosensory

: gangguan menangkap suara tinggi,

gangguan bicara, anak berliur.

2. Analisa data No

Data

Etiologi

Masalah keperawatan

1

Ds :

Gangguan

1. Gangguan

ibu klien mengatakan neurologi

nutrisi kurang

awal terjadi nya CP (N.VII facialis)

dari

karena demam tinggi.

kebutuhan.

fungsi

Ibu klien mangatan pengecapan klien

kesulitan terganggu,

menelan.

IX

DAN

(N. X

Ibu klien mengatakan glosopharingeus BB klien turun dari dan BB sebelumnya.

vagus)

refleks menelan.

Do : Terlihat adanya Air liur yang keluar dari mulut klien. Klien terlihat kurus

2

Ds :

Gangguan

Ibu

klien neurologi :

mengatakan,

klien N.IX

dan

2.

komunikasi X

mengalami gangguan glosopharingeus bicara sejak setahun dan

17

vagus

Gangguan

(

verbal

yang lalu.

refleks menelan,

Do :

muntah,

Klien kesulitan bicara pengecapan 1/3 pada saat dikaji

lidah

bagian

Tampak air liur yang belakang,suara) keluar

dari

mulut N.XI

klien.

hypoglosus (deviasi lidah)

3

DS :

Cerebral palsy

Ibu klien mengatakan klien

3.Gangguan mobilitas fisik

kesulitan Kerusakan

menggerakan tangan motorik kanan

dan

sulit

menjalankan

kaki

sebelah kiri DO :

Kelumpuhan spastisitas : hemiplegi kanan

Terlihat tangan klien menekuk ke daerag bahu

Gangguan mobilitas fisik

klien

terlihat

menggusur/ menyeret kaki sebelah kiri pada saat berjalan 4

Ds :

cerebral palsy

Ibu klien mengatakan 2

hari

sebelum kerusakan

pengkajian

tangan motorik

klien terkena panci panas.

gangguan

DO :

mobilitas fisik

Terlihat

ada

luka

ditangan kanan akibat gangguan 18

4.Resiko cedera

terkena panci panas

kesimbangan

resiko cedera

3. Diagnosa keperawatan 1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan proses menelan 2. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan neuromuskular pada sistem pendengaran 3. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan otot 4. Resiko cedera b.d penurunan fungsi motorik

4. Rencana keperawatan Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Tujuan :

1.

keperawatan 1. Gangguan

nutrisi kurang Pemenuhan nutrisi dari

klien

kebutuhan

adekuat,dengan

b.d gangguan kriteria hasi : proses

1. Adanya

menelan

kemajuan peningkata n BB. 2. Berat badan klien normal sesuai dengan usia klien.

19

Rasional

20

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

21

Related Documents


More Documents from "Rezki Ishar"