Bab I Pendahuluan Smokers Melanosis

  • Uploaded by: Omega Tiorina Saragih
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I Pendahuluan Smokers Melanosis as PDF for free.

More details

  • Words: 2,782
  • Pages: 15
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik

menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Rokok merupakan benda yang tidak asing lagi di masyarakat saat ini. Merokok merupakan kebiasaan yang sering dijumpai setiap hari dan sudah menjadi masalah yang kompleks secara sosial. Kebiasaan merokok sulit untuk dihilangkan dan jarang diakui oleh sebagian orang sebagai kebiasaan yang buruk terutama bila tujuan merokok untuk mengalihkan diri dari stress dan tekanan emosi. Merokok dapat merusak kehidupan pribadi bahkan menurunkan kualitas kehidupan pada masa akan datang. Rangsangan asap rokok yangn lama pada saat mengisap rokok dengan berbagai cara dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang bersifat merusak bagian mukosa mulut yang terkena asap rokok. Meskipun kebiasaan merokok berdampak buruk pada kesehatan, tetapi prevalensi perokok terus meningkat. Meningkatnya prevalensi merokok di negara berkembang termasuk Indonesia menyebabkan masalah rokok menjadi semakin serius. Sebagian perokok di Indonesia telah menganggap bahwa merokok adalah suatu kebutuhan yang tidak bisa dielakkan sehingga merokok dianggap hal yang biasa. Menurut World Health Organisation (WHO) tahun 2008, Indonesia menduduki peringkat ke-3 sebagai jumlah perokok terbesar di dunia. Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi perokok di Indonesia sebanyak 29,2 % dan pada tahun 2012 menjadi 34,7%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan prevalensi perokok di Indonesia.

Merokok tidak hanya menimbulkan efek secara sistemik , tetapi juga dapat menyebabkan timbulnya kondisi patologis di rongga mulut. Ronggga mulut merupakan bagian tubuh yang pertama kali terpapar asap rokok sehingga sangat mudah terpapar efek rokok karena merupakan tempat terjadinya penyerapan zat hasil pembakaran rokok yang utama. Salah satu penyakit yang paling sering dikaitkan dengan merokok adalah smoker’s melanosis. Smoker’s melanosis merupakan pigmentasi pada mukosa mulut yang secara langsung dihubungkan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari, lamanya merokok dan kebiasaan merokok tembakau . Smoker’s melanosis dapat mempengaruhi permukaan mukosa manapun namun pada umumnya terjadi pada ginggiva anterior labial mandibula, khususnya pada labial gigi anterior perokok. Siswa Berdasarkan uraian diatas maka muncul suatu permasalahan yang menjadikan peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan terjadinya Smoker’s melanosis, sehingga perlu dilakukan penelitian khususnya dikalangan Siswa.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah umum yaitu Apakah ada hubngan antara kebiasaan merokok dengan terjadinya smoker’s melanosis di kalangan Siswa SMA Negri 1 Tanah Pinem? Masalah khusus yang dapat dirumuskan yaitu :

1. Apakah ada hubungan antara jenis rokok yang dihisap denag smoker’s melanosis rongga mulut pada Siswa SMA Negri 1 Tanah Pinem ? 2. Apakah ada hubunagan antara lama merokok denagn smoker’s melanosis rongga mulut pada Siswa SMA Negri 1 Tanah pinem ? 3. Apakah ada hubugan antara jumlah rokok yang dihisap dengan smoker’s melanosis rongga mulut pada Siswa SMA Negri 1 Taanah Pinem ? 4. Apakah ada hubungan antara cara mengisap rokok dengan smoker’s melanosis pada Siswa SMA Negri 1 Tanah Pinem ? 1.3 Tujuan khusus dilakukanya penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan smoker’s melanosis rongga mulut pada Siswa SMA Negri 1 Tanah Pinem 2. Untuk mengetahui hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dengan smoker’s melanosis rongga mulut pada Siswa SMA Negri 1 Tanah Pinem 3. Untuk mengetahui hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dengan smoker’s melanosis rongga mulut pada Siswa SMA Negri 1 Tanah Pinem 4. Untuk mengetahui hubungan antara cara menghisap rokok dengan smoker’s melanosis rongga mulut pada Siswa SMA Negri 1 Tanah Pinem

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dilihat anatara lain : 1. Dapat memberikan informasi mengenai efek kebiasaan merokok terhadap perubahan mukosa yang terjadi pada rongga mulut 2. Dapat mengalakan usaha preventif dan promotif untuk mencegah terjadinya melanosis rongga mulut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik mengunakan rokok maupun menggunakan pipa. Rokok merupakan benda yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat tetapi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat tetapi kebiasaan merokok sulit dihilangkan dan jarang diakui orang sebagai kebiasaan buruk. Sementara, alasan utama merokok adalah cara untuk bisa diterima secra sosial, melihat orang tuanya merokok, menghilangkan rasa jenuh, ketagihan dan untuk menghilangkan stress. A.

Sejarah Rokok Awal mula perkenalan dunia pada tembakau dan kebiasaan merokok tidak bisa

dilepaskan dari peristiwa penemuan benua Amerika oleh para pelaut Spanyol di bawah pimpinan Christopher Colombus, melihat bangsa Indian mempergunakan daun kering dengan berbagai cara, salah satu diantarannya dengan membakarnya sebagai rokok yang mendatangkan kenikmatan pada tubuh mereka, menciptakan rasa nyaman dan mengurangi kelelahan. Sejarah rokok daun tembakau dipopulerkan pada abad XVI di eropa, jumlah perokok terus meningkat. Bangsa Spanyol dan Portugis bersama menanam tembakau di Hindia Barat dan Brasil. Prancis mengenal tembakau lewat Jean Nicot dijumpai istilah Nikotiane untuk menyebut jenis tanaman obat (tembakau) yang dimaksud. Pada abad XVIII orang Rusia mengenal cara baru menikmati tembakau dengan menggunakan pipa air, yang sebelumnya telah populer di kalangan orang Turki. Kemudian kebiassan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual dan pengobatan, Di Eropa oarang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata Merokok yang semula betujuan untuk pengobatan akhirnya menjadi penyebab banyak kelainan dan penyakit. Salah satu berhubungan dengan sistem kardiovaskuler,

merokok jugak berhubungan dengan jaringan lunak dan keras di rongga mulut karena merupakan awal terjadinya penyerapan zat hasil pembakaran rokok, maka mukosa mulut juga mempunyai akibat dari merokok.

B.

Cara Menghisap Rokok Penggunaan daun tembakau yang paling dominan adalah dengan cara dirokok

dimana tembakau kering digulung denagan pembungkus atau menggunakan pipa. Setiap orang mempunyai cara masing-masing menghisap rokok, ada yang menghisap dari mulut kemudian asap rokok dikeluarkan melalui mulut atau hidung dan dengan berbagai cara lain. Secara garis besar dapat dibedakan tiga macam penghisap rokok, yaitu perokok paru mulut yang mana tipe ini hanya menghisap asap rokok sampai rongga mulut saja. Perokok yang menghisap rokok sampai ke dalam paru-paru disebut perokok paru dalam, perokok yang menghisap rokok sampai kedalam paru, menahan sebentar dan baru menghembuskannyakeluar disebut perokok paru. C.

Jenis Rokok Bahan baku rokok hanya tembakau baik menggunakan filter maupun non filter

dikenal sebagai rokok putih. Rokok kretek adalah rokok denagn atau tanpa filter yang menggunakan tembakau rejangan dengan cengkeh rajangan digulung dengan kertas sigaret boleh memakai bahan tambahan aslkan diizinkan pemerintah. Rokok campuran adalah rokok yang dihisap oleh seseorang dalam waktu tidak tentu dengan jenis rokok kretek maupun rokok putih. Rokok filter adalah rokok yang bagian pangkalnya terdapat gabus. Rokok non filter adalah rokok yang bagian pangkalnya tidak terdapay gabus. D.

Kandungan Rokok

Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia. Satu batang rokok yang dibakar akan mengeluarkan 4000 bahan kimia.

Secara umum bahan-bahan ini dapat

dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen gas (92%) dan komponen padat atau pertikel (8%). Asap rokok yang dihisap dapat berupa gas sejumlahn 85 persen dan sisanya berupa partikel. Asap yang dihasilakan rokok terdiri dari asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama adalah asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, sehingga dapat terhirup oleh orang lain yang dikenal sebagai perokok pasif. Komponen gas asap rokok adalah karbondioksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi dan menimbulkan kanker (karsinogen). Nikotin paling banyak dijumpai di dalam rokok. Kadar nikotin pada rokok putih adalah 4-5 mg, sedangkan pada rokok kretek adalah 5 mg. Kandungan kadar karbon monoksida didalm rokok kretek lebih rendah daripada di dalam putih. Kadar tar pada rokok putih adalah 14-15 mg, sedangkan pada rokok kretek adalah 20 mg.

E.

Efek Merokok Terhadap Mukosa Mulut Merokok merupakan salah satu faktor etiologi pununjang kelainan mukosa pada

rongga mulut karena bahan-bahan yang terdapat dalam rokok bersifat merangsang infeksi mukosa. Merokok dapat memperlambat penyembuhan luka. Dry socket terjadi empat kali lebih banyak pada perokok daripada bukan perokok. Efek merokok yang timbul dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok yang dihisap, bahkan berhubungan dengan dalamnya hisapan rokok yang dilakukan. Artinya, makin banyak rokok yang dihisap, makin lama kebiasaan merokok, makin tinggi kadar tar dan nikotin yang dihisap, makin dalam seseorang menghisap rokoknya, maka semakin tinggi efek perusakan yang akan diterima orang tersebut.

Menurut smet ada tiga tipe perilaku merokok menurut banyaknya rokok yang dihisap yaitu perokok berat menghisap rokok lebih dari 15 batang dalam sehari, perokok sedang menghisap rokok 5-14 batang dalam sehari, dan perokok ringan menghisap rokok 1-4 batang dalam sehari. Rongga mulut sangatlah mudah terpapar efek yang merugikan akibat rokok. Rokok yang dihisap dengan tarikan berat dan panjang akan menghasilkan lebih banyak asap rokok dibandingkan dengan rokok yang dihisap dengan tarikan pelan atau tiupan cepat. Temperatur rokok pada bibir adalah 30˚C, sedangkan ujung rokok yang terbakar jauh lebih panas karena ditandai dengan bara api pada ujung yang dibakar. Asap panas yang berhembus terus menerus kedalam rongga mulut merupakan rangsangan panas yang menyebabkan perubahan aliran darah dan mengurangi pengeluaran ludah. Akhirnya rongga mulut menjadi kering dan lebih anaerob dapat mengakibatkan perokok beresiko lebih besar terinfeksi bakteri penyebab penyakit jarinagan pendukung gigi dibandingkan mereka yang bukan perokok. Pengaruh asap rokok secara langsung adalah iritasi terhadap gusi secara tidak langsung melalui produk-produk rokok seperti nikotin yang sudah masuk melalui aliran darah dan ludah, jaringan pendukung gigi yang sehat seperti gusi, selaput gigi, semen gigi dan tulang tempat tertanamnya gigi menjadi rusak karena terganggunya funsi normal mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan dapat merangsang tubuh untuk merangsang tubuh untuk menghancurkan jaringan sehat sekitarnya. Gusi seorang perokok juga cenderung mengalami penebalan lapisan tanduk. Daerah yang mengalami penebalan ini terlihat lebih kasar dibandingkan jaringan di sekitarnya dan berkurang kekenyalanya. Penyempitan pembuluh darah yang disebabkan nikotin mengakibatkan

berkurangnya

aliran

darah

di

gusi

sehingga

meningkatkan

kecenderungan timbulnya penyakit gusi melalui aliran darah dan perlekatan gusi pada permukaan gigi dan akar.

Pada perokok terdapat penurunan zat kekebalan tubuh (antibodi) yang terdapat didalam ludah yang berguna untuk menetralisir bakteri dalam rongga mulut dan terjadi gangguan fungsi sel-sel pertahanan tubuh. Sel pertahanan tubuh tidak dapat mendekati dan memakan bakteri-bakteri penyerang tubuh sehingga sel pertahanan tubuh tidak peka lagi terhadap perubahan disekitarnya juga terhadap infeksi. Jumlah rokok yang dihisap lebih penting daripada lamanya merokok karena menunjukan kerentanan individual terhadap suatu penyakit. Beberapa dampak negatif merokok terhadap mukosa mulut adalah kanker rongga mulut, leukoplakia, stomatitis nikotin, keratosis rokok, smoker’s melanosis, fibrosis submukosa, dan hairy tongue. Salah satunya adalah smoker’s melanosis. “melanosis gingiva” pigmentasi melanosis biasanya terjadi pada golongan etnis kulit hitam. Melanin adalah pigmen yang memberikan warna pada kulit, mata dan rambut. Melanin diproduksi secara khusus oleh melanosomes yang disintesa oleh sel khusus yang tinggi disebut melanocytes. Melanin pada setiap etnik atau ras mempunyai perbedaan. Pada orang kulit putih mempunya lebih sedikit melanin dan melanosomes dibandingkan dengan orang kulit gelap. Pigmentasi terjadi karena sintesis melanin dari melanosomes ke kreatinocytes. Pigmentasi yang terjadi dihubungkan dengan medikasi kemotrapi yang mengunakan obat doxorubicin, busulfan, cyclophosphsmide atau 5-fluorouracil. Pada pasien AIDS yang mengunakan zidovudine (AZT), clofazimine atau ketoconazolc dapat meningkatkan pigmentasi melanin Smoker’s melanosis Para peneliti telah menemukan bahwa adanya peranan pigmentasi melanin diakumulasi oleh macam-macam obat seperti nikotin ( bahan campuran polyacylic) yang terkandung dalam sebatang rokok. Ketika nikotin berperan dalam afinitas melanin di rambut, juga dala afinitas melanin yang terdapat pada kulit dan jaringan lainya (seperti mukosa mulut). Nikotin yang terdapat dalam sebatang rokok akan

menstimulasi secara langsung melanocytes untuk memproduksi melanosomes, diaman akan menghasilakan peningkaatan endapan pingmen melaninpada basil melanosis dengan berbagai macam jumlah takaran melanin Melanosis rongga mulut terjadi pengendapan melanin dalam lapisan sel basal pada lapisan epitelium mukosa mulut. Pigmentasi melanin pada membran mukosa mulut secara normal dilihat mengelilingi daerah mukosa. Melanosis rongga mulut adalah suatu lesi yang bersifat reversibel, dapat hilang apabila menghentikan kebiasaan merokok. Smoker’s melanosis yang terjadi pada golongan etnis kulit hitam maupun kulit putih, dimana meningkatya pigmentasi yang berhubungan langsung dengan kebiasaan merokok ( banyaknya jumlah rokok yang dihisap setiap hari, jenis rokok yang dihisap, lama merokok dan cara seseorang menghisap rokok). Pigmentasi gingiva meningkat sebanding dengan konsumsi tembakau. Adanaya hipotesis yang didapatkan bahwa kemungkinan nikotin menstimulasi aktivitas melanosit dan produksi melanin atau berhubungan dengan ikatan melanin yang berbahaya pada rokok tembakau. Gambaran klinis yang terlihat pada smoker’s melanosis adalah menunjukan bercak coklat difus yang ukuranya beberapa sentimeter dan biasanya terdapat pada gingiva anterior mandibula dan mukosa pipi. Pada perokok pipa menunjukan pigmentasi pada mukosa bukal. Pada beberapa orang mengunakan rokok seperti rokok putih yang ditempatkan pada kavitas mulut, akan menunjukan pigmentasi pada palatum keras.

Lesi ini tidak mempunyai symtom, perubahan yang etrjadi tidak

menunjukan premalignat. Gigi pada smoker’s melanosis menunjukan berwarna coklat muda sampai coklat tua disertai dengan halitosis menyertai keadaan tersebut disebabkan oleh adanya perubahan alitran darah dan pengurangan pengeluaran ludah mengakibatkan rongga mulut menjadi kering dan lebih anaerob. Smoker’s melanosis biasanya terjadi pada ras Kaukasian yang menunjukan prevalensi 31% pada giginva cekat.

Diagnosa banding dari smoker’s melanosis adalah Adiison Disease, Albright syndrome, Memochromatosis, Neurofibromatosis, Oral Malignant Melanoma, Oral Nevi. Perawatan yang dilakukan adalah menyuruh pasien untuk berhenti merokok karena alasan kesehatan. Berhenti merokok biasanya menunjukan hilangnya melanosis selama beberapa periode sampai beberapa tahun. Program berhenti merokok dengan konsultasi dan dibantu oleh lingkungan keluarga akan memberikan keuntungan.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik yang menggunakan desain cross-sectional, digunakan untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok terhadap terjadinya smoker’s melanosis.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negri 1 Tanah Pinem Kabupaten Dairi, dengan alasan populasi siswa berjenis kelamin laki-laki relatif jumlahnya banyak dan tempat penelitian terletak pada satu lokasi sehingga mempermudah dalam pngumpulan data. Lamanya penelitian dilakukan sampai jumlah sampel terpenuhi. 3.3.Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa SMA Negri 1 Tanah Pinem Kabupaten dairi yang tedaftar aktif pada tahun 2012-2014. 2. Sampel

Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Negri 1 Tanah Pinem Kabupaten Dairi yang berusia 14-17 tahun, yang mempunyai riwayat merokok. Untuk mendapatkan besar subjek penelitian akan daimbil dalam penelitian ini, penulis mengunakan persentase insiden smoker’s melanosis dari data yang telah ada yaitu 31%, diperoleh subjek penelitian dengan mengunakan rumus untuk data kuantitatif:

Jadi jumlah subjek penelitian adalah 82 orang perokok diambil dari siswa SMA Negri 1 Tanah Pinem. Dalam penelitian ini, juga diambil sujek penelitian 82 responden tidak perokok sebagai pengontrol. Teknik pemilihan subjek penelitian ini adalah teknik purposive non probability sampling, dimana pemilihan subjek penelitian bertitik tolak pada ciri-ciri krakteristik yang telah didapat dari popullasi sebelumnya yang ditetapkan dalam dua kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4.Kriteria Iklusi dan Eksklusi 1. Kriteria Inklusi - Memiliki kebiasaan merokok sekitar 1 batang per hari selama skurang-kurangnya 1 tahun sampai pada saat penelitian dilakukan (perokok rutin) - Bersedia mengikuti penelitian 2.Kriteria Eksklusi - Kebiasaan merokok dilakukan hanya sewaktu-waktu (tidak perokok rutin) - Menolak turut serta dalam penelitian 3.5. Variabel penelitian Variabel bebas

: Jumlah rokok yang dihisap Lama merokok Jenis rokok yang dihisap Cara menghisap rokok

Variabel terikat

: Smoker’s melanosis

Variabel Terkendali

: Umur mahasiswa : 14-17 tahun Siswa SMA Negri 1 Tanah Pinem Berjenis kelamin laki-laki

Variabel tidak terkendali

3.6.Definisi Operasional

: Penyakit Sistemik

a) Smoker’s melanosis merupakan perubahan warna yang khas pada permukaan mukosa yang terpajan, derajat pigmentasi berkisar dari coklat muda sampai coklat tua. b) Kebiasaan merokok meliputi : - Perokok adalah seseorang yang merokok sedikitnya 1 batang per hari selama sekurang-kurangnya 1 tahun. - Kebiasaan merokok adalah kebiasaan yang dilakukan seseorang dengan cara menghisap rokok sedikitnya 1 batang per hari. - Jumlah rokok adalah banyaknya batang rokok yang dihisap oleh seorang perokok dalam 1 hari. - Lama merokok adalah lama seseorang melakukan kebiasaan merokok dimulai dari waktu pertama kali sampai penelitian dilakukan (tahun). - Jenis rokok adalah berbagai bentuk rokok yang biasa digunakan dalam keseharian : 1. Rokok kretek adalah rokok yang menggunakan bahan baku tembakau dan cengkeh. 2. Rokok putih adalah rokok dengan menggunakan bahan baku tembakau. 3. Rokok campuran adalah rokok yang dihisap oleh seseorang dalam waktu tidak tentu dengan jenis rokok kretek maupun rokok putih. Cara mengisap rokok adalah cara kebiasaan seseorang dalam menggunakan rokok dalam keseharian : 1. Perokok paru mulut adalah hanya menghisap asap rokok hingga rongga mulut saja 2. Perokok paru adalah perokok yang menghisap asap rokok sampai kedalam paru. 3. Perokok paru dalam adalah perokok yang menghisap asap rokok sampai kedalam paru, menahan panas sebentar dan baru menghembuskannya keluar 3.7.Sarana Penelitian 1. Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk pemeriksaan rongga mulut adalah kaca mulut, sarung tangan, masker dan lampu senter.

2. Formulir Pencatatan Formulir Pencatatan terdiri dari : - Blanko rekam medik yang mencakup data demografi (nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku bangsa). - Blanko kuesioner mengenai kebiasaan merokok. 3.8.Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan pada siswa SMA Negri 1 Tanah Pinem Kabupaten Dairi yang berumur 14-17 tahun, kemudian diberikan informed consent dan bagi siswa yang bersedia menjadi subjek penelitian kemudian lakukan pemeriksaan klinis rongga mulut dan dengan bantuan 2 kaca mulutdan dengan penerangan lampu senter, kemudian subjek penelitian diwawancarai mengenai kebiasaan merokok. 3.9.Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer program softwere SPSS 17.0 for windows menurut tujuan penelitian 3.10.Analisa Data a) Kualitas Data Dalam penelitian ini validitas item dianalisis dengan mengunakan komputer program SPSS 17.0 for windows b) Uji Hipotesa Dilakukan

Related Documents

Smokers Melanosis
January 2021 0
Smokers Melanosis
January 2021 0
Smokers Melanosis Icha
January 2021 0
Bab I Pendahuluan
January 2021 1

More Documents from "ARIE"