Bab Ii Tinjauan Pustaka: (sumber: Pt. Hafar Indotech)

  • Uploaded by: Rioo Lasandara
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii Tinjauan Pustaka: (sumber: Pt. Hafar Indotech) as PDF for free.

More details

  • Words: 2,438
  • Pages: 16
Loading documents preview...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Ditinjau dari morfologi (gambar 2.1) wilayah ini , didominasi oleh perbukitan yang memanjang berarah relatif barat laut – tenggara dan utara – selatan, yang diduga merupakan lipatan–lipatan yang dipengaruhi oleh Sesar Matano di sebelah utara dan Sesar Lasolo di bagian selatannya. Adanya bukit– bukit soliter yang ditemukan, diperkirakan merupakan bagian dari lipatan–lipatan yang tersesarkan. Pola pengairannya didominasi oleh pola dendritik dan rektangular. Satuan kelerengannya terbagi atas dataran landai di sepanjang pantai timur Sulawesi, perbukitan bergelombang lemah – kuat, serta perbukitan tertajam kuat di sekitar patahan.

(sumber : PT. Hafar Indotech)

Gambar 2.1 Morfologi Area PT. Hafar Indotech

2-1

2.1.1

Lokasi dan Kesampaian Daerah Secara administratif lokasi Izin Usaha Pertambangan PT. Hafar Indotech

berada pada desa Mandiodo Kec. Molawe Kab. Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi PT. Hafar Indotech dapat ditempuh dengan jalur udara menggunakan pesawat terbang ± 1 jam dari Makassar ke Kendari, kemudian melanjutkan perjalanan dari Bandara Haluoelo Kendari ke Desa Mandiodo Kec. Molawe Kab. Konawe Utara, menggunakan kendaraan umum ± 4 jam 2.1.2

Keadaan Geologi Penelitian Geologi daerah penelitian didominasi oleh Satuan Batuan Ofiolit/

Ultramafik (Ku) berumur Kapur, terdiri dari : peridotit dan hazburgit. Struktur geologi yang berkembang berupa sesar mendatar mengiri berarah baratlaut– tenggara (Sesar Lasolo). Sesar mendatar menganan Anggowala berarah baratlaut tenggara dan Sesar naik Wawo mengakibatkan beranjaknya batuan ultramafik. Lipatan ditemukan berupa lipatan tertutup, lipatan rebah, lipatan pisau dan lipatan terbalik, pada batuan Tersier, termasuk dalam Peta Geologi Lembar LasusuaKendari, Sulawesi, sekala 1 : 250.000, terlihat dalam gambar 1 (Rusmana, 1993). Menurut Moetamar (2007) batuan ultramafik yang terdiri dari peridotit dan hazburgit tersebut merupakan formasi pembawa logam nikel. Potensi bijih nikel Kabupaten Konawe adalah sebesar 529,9 juta ton, dengan nilai sumber daya sebesar 460,57 juta ton, dan cadangan 69,3 juta ton, kadar Ni berkisar 0,6–2%, terdapat di Kecamatan Routa, Kecamatan Puriala, Kecamatan

2-2

Pondidaha. Sedangkan di Kabupaten Konawe Utara total potensi nikel adalah sebesar 501,8 juta ton, dengan nilai sumber daya sebesar 348,5 juta ton,dan cadangan 153,3 juta ton, kadar Ni dari 0,98–2,95%, tersebar di Kecamatan Lasolo, Kecamatan Langikima, Kecamatan Molawe dan Kecamatan Wiwirano (Anonim, 2011).

(sumber : Sompotan, 2007)

Gambar 2.2 Keadaan Geologi Regional Kabupaten Konawe dan Konawe Utara 2.2 Endapan Nikel Laterit Laterit berasal dari bahasa latin yaitu later, yang artinya bata. Kata ini pertama kali digunakan pada tanah besi keras sebagai material dalam membuat bata untuk bahan bangunan yang digunakan oleh orang-orang India bagian tengah. Saat ini, istilah tersebut diterapkan pada tanah yang kaya akan besi dan

2-3

aluminium, terbentuk akibat pengaruh pelapukan kimia dengan kondisi air tanah tertentu. Endapan nikel laterit merupakan endapan hasil proses pelapukan batuan induk ultrabasa yang mengandung Ni dengan kadar tinggi, agen pelapukan tersebut berupa air hujan, suhu, kelembaban, topografi, dan lain-lain (Ahmad, 2001). Hasil pelapukan terkonsentrasi di suatu tempat dan tidak mengalami transportasi atau insitu. Umumnya pembentukan endapan nikel laterit terjadi di daerah tropis atau sub-tropis. Laterisasi

adalah

proses

penguraian

mineral-mineral

primer

yang

mengakibatkan unsur-unsur terbawa dalam larutan kemudian akan terpresipitasi pada tempat tertentu. Proses ini berjalan dinamis dan perlahan, dan dari perlapisan maka tampak bahwa profil laterit sesungguhnya merupakan kilasan dari perkembangan tahap-tahap laterisasi. Lapisan paling bawah merefleksikan tahap awal dari pelapukan batuan dasar (bedrock), dan setiap lapisan ke atas masing masing mewakili proses transformasi dari apa yang ada di bagian bawahnya, menampilkan perkembangan tahapan proses laterisasi secara progresif (Ahmad, 2001). 2.2.1 Genesa Pembentukan Endapan Nikel Laterit Pembentukan

endapan

nikel

laterit

dibentuk

dari

pelapukan

serpentin,sehingga terjadi serpentinisasi dari olivine (dari batuan peridotit). Serpentin adalah sebuah lapisan mineral lattice dengan komposisi H,Mg,SiO yang terbentuk oleh proses alterasi hidrotermal dari mineral FerroMagnesian (Fe,Mg) seperti olivine, piroksen,amphibol. Mg serpentin murni

2-4

bercampur dengan air kristal kurang lebih 12,9 % pada temp tinggi + 800 derajat celcius. Pada kenyataannya serpentin dapat dilihat sebagai replacement product dari mineral utama dan terbentuk sebagai pseudomorph. Yang terendapakan pada kekar / rekahan dan batuan terbuka lainnya. Juga dapat terbentuk dalam massa yang sangat besar / luas, pada beberapa kasus it is unvariably from the pervasive serpentinitation of peridotite bodies. Sementara serpentin dapat berasal dari sebagian / beberapa mineral ferro magnesian, pada bagian bawah di fokuskan pada olivin yang terserpentinikan yang menjadi komponen utama sebagian besar batuan ultramafik Salah satu produk nyata dari alterasi hidrotermal olivin adalah serpentin. Serpentin dapat di bagi menjadi 3 bentuk: 1. Di bawah kondisi statis, terbentuk fibrous chrysotile 2. Di bawah kondisi tekanan, terbentuk flaky antigorite 3. Di bawah kondisi pasti, terbentuk structureless serpophite Alterasi olivin umumnya dimulai di sepanjang kekar-kekar yang acak di dalam kristal. Bagaimanapun juga, kristal utama mungkin teralterasi dan tergantikan menjadi pseudomorph sebagai hasil/produk alterasi. Syarat-syarat terjadinya serpentinisasi dari olivin : 1. Besarnya penambahan air 2. Pencucian (leaching) dari magnesia (atau penambahan silika) 3. Pelepasan unsur besi (Mg, Fe) di dalam Olivine

2-5

4. Perbandingan pelepasan besi dari ferrous menjadi bagian dari ferric membentuk magnetit berbutir halus. Batuan yang tersenpentinitkan umumnya lebih bersifat magnetic. Berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : 1. Endapan sulfida nikel – tembaga berasal dari mineral pentlandit, yang terbentuk akibat injeksi magma; dan 2. Konsentrasi residu (sisa) silikat nikel hasil pelapukan batuan beku ultramafik yang sering disebut endapan nikel laterit. Endapan jenis konsentrasi sisa dapat terbentuk jika batuan induk yang mengandung bijih mengalami proses pelapukan, maka mineral yang mudah larut akan terusir oleh proses erosi, sedangkan mineral bijih biasanya stabil dan mempunyai berat jenis besar akan tertinggal dan terkumpul menjadi endapan konsentrasi sisa. Proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit, serpentin) dimana pada batuan ini banyak mengandung mineral olivin, magnesium silikat dan besi silikat, yang pada umumnya banyak mengandung 0,30 % nikel. Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pelapukan lateritik. Air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh-tumbuhan, akan menghancurkan olivin. Terjadi penguraian olivin, magnesium, besi, nikel dan silika ke dalam larutan, cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel-partikel silika yang submikroskopis. Di dalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya

2-6

endapan ini akan menghilangkan air dengan membentuk mineral-mineral seperti karat, yaitu hematit dan kobalt dalam jumlah kecil, jadi besi oksida mengendap dekat dengan permukaan tanah. Secara umum pembentukan nikel laterit sangat ditentukan oleh beberapa faktor yaitu adanya batuan induk seperti batuan ultra basa, topografi yang relatif landai (idealnya <20o) intensitas struktur rekahan (fracture) yang membentuk boxwork yang tinggi, terjadi di daerah yang luas dan iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi. Kondisi tersebut di atas menyebabkan proses laterisasi nikel di suatu daerah bisa berjalan dengan baik (Mick Elias, 2001). 2.2.2 Faktor- Faktor Pembentukan Endapan Nikel Laterit Faktor-faktor atau profil pembentukan endapan bijih nikel adalah batuan asal, struktur geologi, topografi waktu biologi dan iklim. 1. Batuan asal : Adanya batuan asal merupakan syarat utama terbentuknya

endapan

nikel laterit. Batuan asalnya adalah peridotit yang termasuk jenis batuan ultrabasa dengan kadar Ni sekitar 0,2-3,0%. Batuan asal ini mengandung unsur- unsur Ca, Mg, Si, Fe, Co, Cr, Mn dan Ni. Kemudian batuan asal ini mengalami dekomposisi akibat pelapukan secara kimiawi dan mekanis, dimana kandungan nikelnya akan terkonsentrasi pada tempat-tempat tertentu dan membentuk endapan bijih nikel. 2. Struktur geologi : Struktur geologi yang penting dalam pembentukan endapan bijih nikel adalah rekahan (joint) dan patahan (fault). Adanya rekahan dan patahan ini akan mempengaruhi dan mempermudah rembesan air ke dalam tanah dan akan

2-7

mempercepat proses pelapukan terhadap batuan induk. Selain itu rekahan dan patahan akan dapat pula berfungsi sebagai tempat pengendapan larutan-larutan yang mengandung Ni. 3. Topografi : Secara teoritis daerah yang baik untuk tempat pengendapan bijih nikel adalah punggung bukit yang landai dengan kemiringan antara 10-30° dimana pada tempat ini pelapukan secara mekanis dan kimia memungkinkan terbentuknya endapan bijih nikel. Pada daerah yang curam, air hujan yang jatuh ke permukaan lebih banyak mengalir daripada yang meresap ke dalam tanah, sehingga yang terjadi adalah erosi intensif, yang unsur-unsurnya ikut tererosi. Dan pada daerah ini, pelapukan kimia hanya sedikit yang terjadi sehingga menghasilkan endapan bijih nikel yang tipis, seperti pada endapan bijih nikel oksidasi. 4.

Waktu : Faktor yang sangat penting pada proses pelapukan adalah transportasi

dan konsentrasi endapan pada suatu tempat. Untuk terbentuknya endapan nikel laterit membutuhkan waktu yang lama, mungkin ribuan atau jutaan tahun. Bila waktu pelapukan terlalu cepat maka endapan bijih nikel yang terbentuk sangat tipis. Perbedaan-perbedaan di lapangan tergantung pada bentuk morfologi, kegiatan erosi atau mungkin oleh pengaruh struktur geologi lainnya. 5. Iklim Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup

2-8

besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahanrekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan. 2.3

LANDASAN TEORI

2.3.1

Pengertian Perencanaan Perencanaan adalah penentuan persyaratan dalam mencapai sasaran

kegiatan serta urutan teknik pelaksanaan berbagai macam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran yang diinginkan. Pada dasarnya perencanaan dibagi atas 2 bagian utama, yaitu: 

Perencanaan strategis yang mengacu kepada sasaran secara menyeluruh, strategi pencapaiannya serta penentuan cara, waktu, dan biaya.



Perencanaan operasional, menyangkut teknik pengerjaan dan penggunaan sumber daya untuk mencapai sasaran. Dari dasar perencanaan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu

perencanaan akan berjalan dengan menggunakan dua pertimbangan yaitu pertimbangan ekonomis dan pertimbangan teknis. Untuk merealisasikan perencanaan tersebut dibutuhkan suatu programprogram kegiatan yang sistematis berupa rancangan kegiatan yang dalam perencanaan penambangan disebut rancangan teknis penambangan Rancangan teknis ini sangat dibutuhkan karena merupakan landasan dasar atau konsep dasar dalam pembukaan suatu tambang khususnya tambang bijih nikel, salah satu rancangan teknis penambangan adalah rancangan mine design.

2-9

2.3.2 Perancangan Tambang menggunakan Software Surpac 6.3.2 Dalam perancangan tambang digunakan perangkat lunak Surpac 6.3.2. Sebelum melakukan perancangan tambang, perlu dilakukan pemodelan geologi, baik topografi maupun struktur penyebaran bijih. Pemodelan geologi ini bertujuan untukmendapatkan data dalam melakukan penaksiran cadangan ore, yang memenuhi syarat untuk dilakukan penambangan. Perangkat lunak surpac 6.3. digunakan agar mempermudah proses pemodelan geologi, maupun dalam penaksiran sumber daya dan cadangan ore, dan memilih daerah yang lebih prospek sehingga menghasilkan proses penambangan yang layak. Sesuai batasan stripping ratio yang ditetapkan. surpac 6.3.2 merupakan software mining system terpadu

yang

dirancang

khusus

untuk

pertambangan.

Surpac

mampu

meningkatkan semua aspek informasi teknis suatu lokasi tambang mulai dari data eksplorasi, perancangan tambang jangka pendek, penjadwalan jangka panjang dan sampai ke penjadwalan produksi tambang. Sub menu dari perangkat lunak surpac 6.3.2 yang digunakan untuk melakukan perancangan tambang yakni: 1) Data Base Untuk melakukan pemodelan geologi, langkah awal yang dilakukan dengan pengolahan data pemboran meliputi: assay, collar, geology dan survey. Hasil pengolahan data lubang bor dan menghasilkan gambar log bor yang titik bor serta kadar dari suatu ore. Log Bor ini digunakan untuk menentukan arah penyebaran ore dan mengetahui daerah yang layak untuk ditambang Penaksiran jumlah cadangan yang dapat ditambang pada daerah penelitian dilakukan dengan lebih detail, sehingga diharapkan dapat menghasilkan jumlah

2-10

cadangan ore yang mineable cukup besar untuk memenuhi target produksi. Pemodelan geologi selanjutnya yakni pembentukan ore body acuan perhitungan jumlah cadangan ore yang layak ditambang dan di lanjutkan dengan pembuatan blok model atau profil cadangan. 2) Desain Merupakan salah satu aplikasi yang terdapat dakam surpac 6.3.2 untuk pembuatan desain pit penambangan. Desain pit penambangan dilakukan setelah mendapatkan daerah yang memiliki stripping ratio sesuai dengan yang telah ditetapkan. Daerah-daerah tersebut kemudian dibentuk menjadi blok-blok penambangan dengan penamaan missal : Blok 01, Blok 02, dan seterusnya. Setiap blok-blok tersebut dibatasi oleh poligon dengan luasan yang berbeda-beda. Dalam penaksiran cadangan awal, bertujuan untuk menaksir jumlah cadangan yang dapat ditambang dengan stripping ratio yang sesuai dan memperoleh data distribusi penyebaran ore. Data distribusi tersebut didasarkan pada data kualitas hasil analisis laboratorium dari data coring pemboran eksplorasi. 2.3.3

Cadangan Bijih. Salah satu tahapan dalam mendesain pit penambangan adalah mengetahui

volume endapan bijih dan menghitung cadangannya. Untuk setiap blok atau lubang bor harus dihitung kualitas dan kuantitasnya dengan baik. Dengan menggunakan data hasil blok model dan perhitungan cadangan maka design pit penambangan dapat dibuat.

2-11

Penentuan jumlah cadangan atau jumlah sumberdaya mineral yang memiliki nilai ekonomis atau akan ditambang adalah suatu hal yang pertama harus dikaji, dihitung secara benar sesuai standar perhitungan cadangan yang lazim berlaku, karena akan berpengaruh terhadap optimalisasi rencana usaha tambang, umur tambang dan hasil yang akan di peroleh. Dalam hal penentuan cadangan, langkah yang diperlukan antara lain: 

Memadai atau tidaknya kegiatan dan hasil eksplorasi.



Kebenaran penyebaran dan kualitas cadangan berdasarkan korelasi seluruh data eksplorasi seperti pemboran dan analisis conto.



Kelayakan penentuan batas cadangan, seperti Cut Of Grade (COG), Stripping Ratio (SR), kedalaman maksimum Penambangan, ketebalan minimum dan sebagainya. Penaksiran cadangan merupakan salah satu tugas terpenting dan memiliki

tanggung jawab yang berat dalam mengevaluasi suatu proyek penambangan. Hasil dari penaksiran cadangan ini berupa suatu taksiran. Seperti model yang kita buat adalah pendekatan dari realitas berdasarkan data/informasi yang kita miliki, dan tentunya masih memiliki ketidakpastian. Data utama yang diperlukan untuk menentukan taksiran cadangan bijih dapat berupa data geologi, data kadar, data lokasi, peta topografi. 2.3.4

Pertimbangan Dasar Perencanaan Tambang Dalam suatu perencanaan tambang, khususnya tambang bijih terdapat dua

pertimbangan dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:

2-12

1) Pertimbangan Ekonomis Pertimbangan ekonomis ini menyangkut ongkos. Data untuk pertimbangan ekonomis dalam melakukan perencanaan tambang,yaitu: 

Nilai (value) dari endapan per ton nikel



Ongkos produksi, yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan produk berupa bijih nikel diluar ongkos stripping.



Ongkos ”stripping of overburden” dengan terlebih dahulu mengetahui “stripping ratio”nya.



Keuntungan yang diharapkan dengan mengetahui “Economic Stripping Ratio”.



Kondisi pasar Dari beberapa indikator ekonomi tersebut, diangkat pada suatu hasil

rancangan desain pit pada daerah penelitian. 2) Pertimbangan Teknis Yang termasuk dalam data untuk pertimbangan teknis adalah: 

Menentukan “Ultimate Pit Slope (UPS)”



Ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada akhir operasi



Dimensi jenjang/bench



Pemilihan sistem penirisan yang tergantung kondisi air tanah dan curah hujan daerah penambangan.



Kondisi geometrik jalan



Pemilihan peralatan mekanis



Kondisi geografi dan geologi

2-13

Dengan perkembangan teknologi, sistem penambangan dibagi dalam tiga sistem penambangan yaitu: 

Tambang terbuka yaitu sistem penambangan yang seluruh kegiatan penambangannya berhubungan langsung dengan udara luar.



Tambang dalam yaitu sistem penambangan yang aktivitas penambangannya dibawah permukaan atau di dalam tanah.



Tambang bawah air (Under water Mining) Dalam penentuan sistem penambangan yang akan digunakan ada beberapa

hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah: 

Letak kedalaman endapan apakah dekat dengan permukaan bumi atau jauh dari permukaan.



Pertimbangan ekonomis yang tujuannya untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dengan ”Mining Recovery” yang maksimal dan relatif aman.



Pertimbangan teknis



Pertimbangan Teknologi. Ketiga sistem penambangan

yang telah

disebutkan sebelumnya,

mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing serta sesuai dengan karakteristik dari endapan yang akan ditambang. Khusus dalam penelitian ini akan dibahas sistem penambangan secara tambang terbuka.

2-14

2.4

Krangka Pikir Penelitian KRANGKA PIKIR

Pembuatan Data Base

Pembuatan Blok Model

Pembuatan Constrain Blok

Pembuatan Arah Penyebaran ore

Pembuatan Pit

Menghitung Volume Pit

Menghitung Volume OB

Menentukan SR

2-15

2-16

Related Documents


More Documents from "Azhar Abu"