Bahan Kuliah Rekayasa Sungai Dan Rawa

  • Uploaded by: Mumut D Mutmainah
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bahan Kuliah Rekayasa Sungai Dan Rawa as PDF for free.

More details

  • Words: 3,071
  • Pages: 45
Loading documents preview...
1

2

KONTRAK PERKULIAHAN Kompetensi yang diharapkan : • Mampu menjelaskan pengertian sungai, jaringan sungai dan aliran sngai pada suatu DAS (Pertemuan Ke-1) • Mampu memahami Morfologi Sungai dan Proses Perubahannya (Pertemuan Ke-2) • Mampu memahami survey sungai (Pertemuan Ke-3 & 4) • Mampu menjelaskan dan menganalisis hidraulika sungai dan pergerakan sedimen (Pertemuan Ke-5 & 6) • UTS • Mampu mendesain model penampang sungai (Pertemuan Ke-7 & 8) • Mampu memahami bangunan air pada sungai untuk pengendalian daya rusak air dan pendayagunaan air dan konservasi (Pertemuan Ke-9 & 10) • Mampu menjelaskan Sistem Rawa (Pertemuan Ke-11 & 12) • Mampu memahami parameter Perencanaan Irigasi Rawa (Pertemuan Ke13 & 14) 2

3

EVALUASI PERKULIAHAN • • • •

Tugas UTS QUIZ UAS

• Ekstra (keaktifan)

: 15 % : 30 % : 10 % : 40 % : +5 %

• Kehadiran 80% • Keterlambatan 15 menit … (negotiable…)

Mohon agar memperhatikan ketika Dosen sedang mengajar… Saling menghargai ketika seseorang sedang berbicara di depan adalah sikap yang harus dipelihara!! 3

LANDASAN HUKUM 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan. PP Nomor 20 Tahun 1990: tentang Pengendalian Pencemaran Air Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai Permen Pu No. 12 /PRT/M/2014, tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 04/PRT/M/2015, tentang Kriteria dan Penetepan Wilayah Sungai di Indonesia 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 06/PRT/M/2015, tentang Eksploitasi Dan Pemeliharaan Sumber Air Dan Bangunan Pengairan 8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No 10/PRT/M/2015 Tentang Rencana Dan Rencana Teknis Tata Pengaturan Air Dan Tata Pengairan 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 26/PRT/M/2015, tentang Pengalihan Alur Sungai Dan/Atau Pemanfaatan Ruas Bekas Sungai 10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat No. 28/PRT/M/2015, tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai Dan Garis Sempadan Danau 11. Pola SDA Wilayah Sungai 12. Rencana Pengelolaan SDA Wilayah Sungai 13. Perda Pemda Tentang Sempadan Sungai 14. Perda Pemda Tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup 15. Perda Pemda Tentang Pengelolaan Sampah 16. Peraturan Daerah Pemda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota 4

4

Standar Teknis yang Dijadikan Sebagai Acuan 1. Standar Teknis SNI dan Kriteria Perencanaan Bangunan Irigasi (KP tahun 2013) 2. Pd m-18-1995-03 Metode Pengolahan Data Klimatologi 3. Pd T-02-2005-A Analisis Daya Dukung tanah Pondasi Dangkal pd Bang. Air 4. Pd T-03.1-2005-A Penyelidikan Geoteknik utk Pondasi Bang. Air Vol. 1, 2 dan 3 5. Pd T-03-2005-A Pedoman Penyelidikan Geoteknik utk Pondasi Bang. air Vol. 1

6. Pd T-06-2004-A Peramalan Debit Aliran Sungai 7. Pd T-10-2004-A Pengukuran dan Pemetaan Teristris Sungai 8. Pd T-40-2000-A Tata Cara Deskripsi Keadaan & Penyelidikan Lap. Pada Pek. Tanah 9. SNI 03-1724-1989 Tata cara perencanaan hidrologi dan Hidraulik untuk bangunan di sungai

10. SNI 03-2415-1991 Metode Perhitungan Debit Banjir 11. SNI 03-2435-1991 Metode Pengujian Laboratorium tentang contoh tanah 12. SNI 03-2849-1992 Tata Cara pemetaan geologi teknik 13. Persyaratan Teknis bagian Pengukuran Topografi PT-02, Standar Perencanaan Irigasi, Ditjen Air, Desember 1986”.

14. SNI 06-2421-1991 Metode pengambilan contoh uji kualitas air 15. SNI 03-7016-2004Tata cara pengambilan contoh dalam rangka pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai 5

5

Terminologi 1.

Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. 2. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah. 3. Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber air yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya. 4. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2. 5. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. 6. Tata Pengairan adalah susunan dan letak sumber-sumber air dan atau bangunan-bangunan pengairan menurut ketentuanketentuan teknik pembinaanya disuatu wilayah pengairan. 7. Tata pengaturan air adalah segala usaha untuk mengatur pembinaan seperti pemilikan, penguasaan, pengelolaan, penggunaan, pengusahaan, dan pengawasan atas air beserta sumber-sumbernya, termasuk kekayaan alam bukan hewani yang terkandung didalamnya, guna mencapai manfaat yang sebesar-besarnya dalam memenuhi hajat hidup dan peri kehidupan rakyat. 8. Rencana tata pengaturan air dan tata pengairan adalah hasil perencanaan tata pengaturan air dan tata pengairan pada setiap wilayah sungai yang bersifat makro, dimuat dalam suatu dokumen pola pengelolaan sumber daya air. 9. Rencana teknis tata pengaturan air dan tata pengairan adalah hasil perencanaan teknis tata pengaturan air dan tata pengairan pada setiap wilayah sungai yang dimuat dalam suatu dokumen rencana pengelolaan sumber daya air. 10. Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. 11. Pendayagunaan sumber daya air adalah upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna. 12. Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air. 6

6

Permasalahan Umum SDA • Krisis Air - Pertumbuhan penduduk, over ekploitasi - Air terlalu banyak, terlalu sedikit, dan terlalu kotor

• Krisis Perilaku - Pencemaran - Kerusakan ekosistem

• Krisis Penyelenggaraan Pengelolaan - sektoral, top down, tidak terlegitimasi

Indikator ketidakseimbangan Hidrologis • • •

Erosi Sedimentasi Debit (Q) – Debit banjir – Ketersediaan air (Kuantitas dan Kualitas) – Qmax/Qmin

7

SUMBER DAYA AIR (UUD 1945 Pasal 33 ayat 3)

Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat Sumber Daya Air dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan, dengan tujuan mewujudkan pemanfaatan SDA berkelanjutan untuk kemakmuran rakyat

Negara/Pemerintah harus menjamin

Masyarakat

Tidak susah memperoleh air Tidak susah oleh air

Kepuasan masyarakat

8

Secara menyeluruh: meliputi seluruh kegiatan konservasi, pendayagunaan, dan pengendalian daya rusak air, serta satu sistem wil pengelolaan, yg mencakup semua proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi Secara terpadu: dilaksanakan melibatkan semua pemangku kepentingan antar sektor dan antar wilayah  Berwawasan

lingkungan hidup: memperhatikan keseimbangan ekosistem, dan daya dukung lingkungan  Berkelanjutan: pengelolaan ditujukan untuk kepentingan generasi sekarang, dan generasi mendatang

9

9

PENGELOLAAN SDA TERPADU KEWENANGAN PENGELOLAAN SDA  Mengacu UU No. 23 tahun 2014 ttg Pemerintahan Daerah  Disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsinya, serta jenis dan besaran kegiatan pengelolaan SDA :  Kewenangan pemerintah pusat  Kewenangan pemerintah provinsi  Kewenangan pemerintah kabupaten/kota

10

10

Lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, sub urusan bidang sumber daya air dibagi sebagai berikut : No.

1

Sub Urusan

Pemeritahan Pusat

Daerah Provinsi

Daerah Kabupaten/Kota

Sumber Daya a. Pengelolaa SDA dan a. Pengelolaan SDA a. Pengelolaan SDA dan Air (SDA) bangunan pengaman pantai dan Bangunan bangunan pengaman pantai pada wilayah sungai lintas pengaman pantai pada wilayah sungai dalam 1 Daerah provinsi, wilayah pada wilayah sungai (satu Daerah kabupaten/kota sungai lintas Negara, dan lintas Daerah wilayah sungai strategis kabupaten/kota. nasional b. Pengembangan dan b. Pengembangan dan b. Pengembangan dan pengelolaan sistem Pengelolaan sistem irigasi pengelolaan sistem Irigasi irigasi primer dan primer dan sekunder pada primer dan sekunder pada sekunder pada daerah irigasi yang luasnya daerah irigasi yang luasnya daerah irigasi yang kurang dari 1000 ha dalam 1 lebih dari 3000 ha, daerah luasnya 1000 ha (satu) Daerah irigasi lintas daerah 3000 ha, dan daerah kabupaten/kota provinsi, daerah irigasi irigasi lintas Daerah lintas Negara, dan daerah kabupaten/kota. irigasi strategis nasional.

11

12

12

PENGELOLAAN SDA TERPADU

Pembagian Wilayah Sungai No

Status Wilayah Sungai

Jml

Keterangan

Pemerintah Pusat (59 WS)

Dikelola oleh BBWS & BWS sbg UPT Pusat

52

pemprov

Dinas SDA Provinsi

12

pem. kab/kota

Dinas SDA Kabupaten/Kota

1

WS Lintas Negara

5

2

WS Lintas Provinsi

31

3

WS Strategis Nasional

28

4

WS Lintas Kab/ Kota, dlm Provinsi

5

WS dalam Kab / Kota

Jumlah

Kewenangan

128

Permen PUPR No 04/PRT/M/2015 13

REKAYASA SUNGAI • Rekayasa adalah ilmu, seni, ketrampilan dan profesi pembelajaran dan aplikasi (terapan) pengetahuan (ilmu) secara ilmiah, matematis, ekonomis, sosial dan praktis dalam rangka perencanaan dan pembangunan struktur, mesin, peralatan, sistem, material dan proses yang merealisasikan secara aman peningkatan kehidupan manusia. • Definisi lainnya adalah aplikasi kreatif prinsip ilmu pengetahuan untuk mendesain dan mengembangkan struktur, mesin, alat, atau proses manufaktur atau utilitas kerja baik tunggal maupun kombinasi; atau mengkonstruksi atau operasi sama dengan penuh tanggung jawab dari desain; atau memprediksi prilaku dengan kondisi operasi spesifik; dalam banyak hal terkait dengan fungsi yang diharapkan, ekonomi dari operasi dan keamanan kehidupan dan kepemilikan. Teknik atau rekayasa adalah penerapan ilmu dan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan manusia. (Rekayasa dan Manajemen Banjir Kota – Robert J Kodoatie)

14

Sifat Sungai dan Proses Fluvial • Fluvial adalah istilah yang merujuk pada proses yang terkait dengan sungai dan aliran serta endapan dan bentang alam yang dihasilkan (https://id.wikipedia.org/wiki/Fluvial) • Pembentukan alur sungai dipengaruhi oleh: kondisi hidrologi, geologi dan sediment transport. • Skala waktu: – Jangka waktu panjang: geologi, evolusi lanskap – Jangka waktu menengah (10-100 tahunan): pembentukan alur sungai/channel form, dipengaruhi debit rata-rata, sedimen – Jangka waktu pendek: perubahan-perubahan bersifat lokal.

Karakteristik Sungai • • • •

Alur Sungai DAS Hujan-Limpasan Sedimen

Alur Sungai • Dimensi alur sungai bervariasi: mulai dari parit kecil hingga sungai besar. • Variabel yang menggambarkan proses morfologi: – – – – – – – – –

X: jarak t: waktu, Q: debit aliran, S: kelandaian sungai, B: lebar sungai h: kedalaman aliran i: gradien energi D: ukuran sedimen C: koefisien kekasaran

Hanya ada 4 persamaan tersedia: -Konservasi massa -Konservasi momentum -Persamaan energi -Transport sedimen

Alur Sungai Dari tempat asal sampai berakhirnya di laut atau dari letak geografisnya, sungai dapat dikelompokkan menjadi tiga daerah yaitu: daerah hulu (pegunungan), daerah transisi dan daerah hilir (pantai). Ketiga daerah ini juga menunjukkan sifat dan karakteristik dari sistem sungai yang berbeda.

Di daerah hulu terutama di daerah pegunungan • kemiringan yang terjal (steep slope). kemiringan dasar sungainya antara 2 - 3 % atau lebih. • Kemiringan terjal ini dan curah hujan yang tinggi akan menimbulkan stream power (kuat arus) besar sehingga debit aliran cukup besar.

Di daerah transisi batas pegunungan bagian sampai ke daerah pantai, kemiringan dasar sungai kurang dari 2% dan lebih besar dari 0,01 % kemiringan dasar sungai berangsur-angsur menjadi landai (mild).

Di daerah hilir yaitu sungai mulai dari batas transisi, daerah pantai dan berakhir di laut (mulut sungai/estuary). Kemiringan di daerah ini dari landai menjadi sangat landai (+ 0,01 %), bahkan ada bagian-bagian sungai terutama yang mendekati laut kemiringan dasar sungai hampir mendekati 0. Umumnya bentuk sungai menunjukkan pola yang berbentuk meandering, sehingga akan menghambat aliran banjir.

Seiring dengan waktu terjadi pemotongan meander sungai yang menjadi cekungan terpisah dari sungai dan dinamakan oxbow lake

Pola Aliran Meskipun semua jaringan alur sungai bercabangcabang dengan cara yang sama akan tetapi masingmasing menunjukkan pola yang berbeda satu dengan yang lain tergantung pada medan dan kondisi geologinya. Beberapa pola aliran yang terdapat di Indonesia antara lain : 1) Dendritik : Pola ini terjadi pada daerah berbatuan sejenis dengan penyebaran yang Iuas. Misalnya suatu daerah ditutupi oleh endapan sedimen yang meliputi daerah yang luas dan yang umumnya endapan itu terletak pada suatu bidang horizontal 2) Radial : Biasanya pola radial dijumpai pada lereng gunung api daerah topografi ber¬beniuk kubah. 3) Rektangular : Terdapat di daerah yang batuannya mengalami retakan-retakan, misalnya batuan jenis limestone. 4) Trellis : Akan dapat dijumpai pada daerah dengan lapisan sedimen keras yang diselingi oleh sedimen lunak yang mengalami lipatan.

21

DAS / Catchment Area • DAS / Catchment Area: merupakan suatu wilayah di mana air hujan yang jatuh pada area tersebut akan berkonstribusi pada terjadinya aliran sungai. • Batas DAS secara topografi ditentukan dari keberadaan garis yang menghubungkan titik-titik tertinggi. • Drainage basin = drainage area = catchment area • Karakteristik DAS: – Luas area, A – Panjang sungai utama, L – Bentuk DAS

Bentuk DAS • Pengelolaan sumber daya air daerah aliran sungai (DAS) dan perencanaan tata guna lahan secara teknis (rekayasa) membutuhkan banyak hal yang sangat kompleks. • Konsekuensinya dibutuhkan stimulasi model-model pengembangan DAS dan sistem sungai untuk prediksi response sistem fluvial terhadap alam dan manusia. • Proses-proses fisik yang menentukan respon DAS meliputi (Simons & Li, 1982 dengan elaborasi) :  Sejarah  Tektonik  Topografi  Tanah  Geologi (litologi)  Vegetasi Iklim  Hidrologi dan Hidraulik  Transpor sedimen  Aktifitas, kegiatan atau tindakan manusia (man influence atau man-induced change).

Bentuk DAS Kinori dan Mevorach (1984) juga menyatakan faktor yang berpengaruh terhadap karakterisitik hidrolik suatu DAS yang merupakan bagian dari keseluruhan suatu sistem fluvial, meliputi: • Bentuk geometrik DAS: bentuk, lokasi, panjang sungai, kemiringan dasar, kerapatan sistem drainase. • Karakteristik tanah: jenis tanah, ukuran butiran, tekstur, erosivitas tanah. • Vegetasi: bentuk penutupan lahan, jenis vegetasi, distribusi vegetasi, intersepsi, transpiration. • Hidrologi dan klimatologi: temperatur, curah hujan (tipe, durasi, waktu, frekuensi, distribusi), laju infiltrasi, perkolasi, kejadian musiman. • Hidrolika dan sedimentasi: debit puncak sungai, jenis aliran, kondisi tanah dasar dan tebing, ukuran butiran sedimen, aliran dasar, aliran permukaan, aliran air tanah, kondisi tanah permukaan, sedimentasi lahan (sediment yield) dari hasil erosi DAS, transport sedimen, pengaruh pasang laut. • Geologi: struktur, fraktur, batuan dasar, jenis material tanah atau lapukan batuan • Tata guna lahan: pengembangan, aktifitas, penggundulan hutan, perubahan tata guna lahan.

Ilustrasi suatu DAS

Bentuk DAS • Faktor-faktor tersebut memberikan pengaruh kepada volume aliran permukaan maupun air tanah dalam suatu DAS serta debit sungai. • Secara lebih spesifik bentuk geometrik DAS memberikan pengaruh yang cukup dominan kepada debit puncak sistem sungainya. • DAS mempunyai bentuk yang bermacam-macam berdasarkan bentuk topografi dan geologinya. • Secara garis besar bentuk DAS dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu: bentuk memanjang, bentuk melebar dan bentuk kipas.

Bentuk sederhana DAS (Kinori dan Mevorach, 1984) – Buku Rekayasa dan Manajemen Banjir Kota – Robert J Kodoatie

Pengaruh DAS terhadap Hidrograf

DAS mempunyai arti penting dalam hubungannya dengan aliran sungai, yaitu berpengaruh terhadap kecepatan terpusatnya aliran. Secara fisik setelah batas DAS ditentukan garis batasnya, maka bentuk DAS nya dapat diketahui. a) DAS berbentuk memanjang : Biasanya induk sungainya akan memanjang dengan anak-anak sungai langsung mengalir ke induk sungai. b) DAS berbentuk radial : Bentuk ini karena arah sungai seolah-olah memusat pada suatu titik sehingga menggambarkan adanya bentuk radial, kadang-kadang gambaran tersebut memberi bentuk kipas atau lingkaran. c) DAS berbentuk paralel : DAS ini dibentuk oleh dua jalur DAS yang bersatu di bagian hilir. d) DAS berbentuk komplek : merupakan bentuk kejadian gabungan dari beberapa bentuk DAS di atas.

STREAM ORDER Strahler’s scheme is most commonly used

Sumber: Penerapan Model daya Dukung Lingkungan Permukiman untuk Mendukung Kelestarian DAS

Geometri Daerah Aliran Sungai •Garis batas antara Daerah Aliran Sungai ialah punggung permukaan bumi yang dapat memisahkan dan membagi air hujan ke masing-masing DAS. •Garis batas tersebut berdasarkan kontur dari peta topografi sedangkan luas DAS nya dapat diukur.

•Skala peta yang digunakan akan mempengaruhi ketelitian perhitungan luasnya.

Batasan Penggunaan Peta Topografi Untuk Menghtiung Geometri Das Interval Kontur Skala Peta Luas DAS (km2) (m) 1:250.000 4o 5o 1:250.000 25 40 1:100.000 7 25 1: 50.000 1.60 25 1: 25.000 0.40 12.5 1: 20.000 0.25 10 1: 10.000 0.07 5 (Sumber : Buku Hidrologi Sungai, Departemen Pekerjaan Umum : 1993)

•Dengan demikian semakin kecil luas DAS yang dihitung, diperlukan peta topografi dengan skala semakin besar.

30

Pola Aliran dan Bentuk Daerah Allran Sungai Meskipun semua jaringan alur sungai bercabangcabang dengan cara yang sama akan tetapi masingmasing menunjukkan pola yang berbeda satu dengan yang lain tergantung pada medan dan kondisi geologinya. Beberapa pola aliran yang terdapat di Indonesia antara lain : 1) Dendritik : Pola ini terjadi pada daerah berbatuan sejenis dengan penyebaran yang Iuas. Misalnya suatu daerah ditutupi oleh endapan sedimen yang meliputi daerah yang luas dan yang umumnya endapan itu terletak pada suatu bidang horizontal 2) Radial : Biasanya pola radial dijumpai pada lereng gunung api daerah topografi ber¬beniuk kubah. 3) Rektangular : Terdapat di daerah yang batuannya mengalami retakan-retakan, misalnya batuan jenis limestone. 4) Trellis : Akan dapat dijumpai pada daerah dengan lapisan sedimen keras yang diselingi oleh sedimen lunak yang mengalami lipatan.

31

Siklus Hidrologi • Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air atau perjalanan air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer (ruang udara) ke bumi dan kembali lagi ke atmosfir. • Di darat air mengalir baik di permukaan bumi maupun di dalam bumi (ruang darat) menuju laut (ruang laut) secara terus menerus dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah secara gravitasi. • Di atmosfir perjalanannya melalui melalui evaporasi (E), transpirasi (T), evapo-transpirasi (ET), kondensasi, presipitasi (hujan).

32

Siklus Hidrologi

recharge

air permukaan

aliran air tanah lapisan kedap air

33

Siklus Hidrologi

Contoh siklus hidrologi dalam skala regional atau lokal di suatu DAS dan dipilih DAS Serayu (Jawa Tengah) 34

Curah Hujan dan Limpasan / Rainfall - Runoff • Informasi debit dan muka air merupakan hal yang sangat penting dalam mempelajari rekayasa sungai. • Terdapat keterkaitan antara hujan – limpasan. • Data debit pada umumnya lebih sulit diperoleh daripada data hujan. • Model hubungan hujan – limpasan merupakan instrumen penting dalam rekayasa sungai.

Hidrograf

Sediment Yield / Jumlah Sedimen Terangkut • Sediment Yield pada suatu DAS biasanya lebih kecil daripada jumlah dari keseluruhan sedimen yield dari masing-masing sub-DAS. • Rasio Sediment Yield DAS terhadap jumlah Sediment Yield dari seluruh sub-DAS disebut sebagai Sediment Delivery Ratio (SDR) • Harga SDR: – DAS kecil mendekati 100% – DAS besar bisa kurang dari 10% – Untuk 1 mil persegi sekitar 30%, 100 mil persegi sekitar 10%, 500 mil persegi sekitar 5%.

FUNGSI SUNGAI

Transportasi Sungai

Pembangkitan Energi Listrik • Hanya 5% (4,264 MW produksi dari total kapasitas proyeksi 75,670 MW). • Dari jumlah tersebut 17% dibangkitkan dari mikrohidro, di mana prospek potensial adalah 500 MW.

Irigasi

Air Minum, Industri • Standar kuantitas • Standar kualitas

Tujuan Rekayasa Sungai • Memaksimalkan manfaat dan meminimalkan dampak. • Manfaat: Penyediaan air baku, navigasi, tenaga air dll. • Dampak: banjir, erosi tebing & dasar, permukaan & debit yang terlalu rendah dll.

Infrastruktur Pengembangan Sumber Daya Air • • • • •

Bendung Bendungan/Waduk/Reservoir Jaringan Irigasi Kanal Navigasi / Transportasi Air Bangunan Pelindung/Pengaman Sungai: Perkuatan lereng, Krib, Groundsill/Ambang • Bangunan Pengendali Sedimen • Tanggul • Transmisi Air Baku

Related Documents


More Documents from "Eka Ambar's"