Bentuk Usaha Dalam Keperawatan

  • Uploaded by: nanda aulia
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bentuk Usaha Dalam Keperawatan as PDF for free.

More details

  • Words: 3,000
  • Pages: 15
Loading documents preview...
MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

BENTUK USAHA DALAM KEPERAWATAN Untuk Memenuhi Nilai Kewirausahaan Pada Semester Ganjil

Dosen Pembimbing : Nining Hening Pramesti, S.KM.,SSiT

Disusun oleh:

Nama :

1. Angelina Gusti 18054 2. Dhea Alfa Ananda 18062 3. Nadia Dwi Anggreani 18076 4. Nanda Aulia 18077 5. Nur Salsabila 18081 6. Shafira Ananda Tiya D 18088 7. Yusnia Yuliawati 18095

Kelas :

2B

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA TAHUN AJARAN 2019 – 2020

Kata Pengantar Dengan memanjatkan piji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah Nya kepada kita sekalian, sehingga dalam kehidupan kita dapat berkarya serta melaksanakan tugas dan kewajiban di bidang masing – masing. Semoga kita semua selalu mendapat petunjuk dan perlindunganNya sepanjang masa. Dan itu dengan izinNya, Alhamdulillah niat dan tekad penyusun untuk menyelesaikan penyusunan “Makalah Kewirausahaan Bentuk Usaha Dalam Keperawatan” dapat tersusun dengan baik. Makalah ini di susun dengan bahasa yang sederhana berdasarkan berbagai literatur tertentu dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman mengenai teori yang di bahas. Kendati demikian, tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penyusun terbuka dengan senang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan sumbangsih untuk kemajuan perkembangan kewirausahaan.

Jakarta, 19 September 2019

Penyusun

ii

Daftar Isi

Kata Pengantar ...........................................................................................................................ii Daftar Isi .................................................................................................................................. iii BAB I ......................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................... 1 1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 1 BAB II........................................................................................................................................ 2 PEMBAHASAN .................................................................................................................... 2 2.1 POTENSI PERAWAT ................................................................................................. 2 2.2 BENTUK USAHA DALAM KEPERAWATAN ........................................................ 4 2.3 Tantangan Dalam Membangun Kewirausahawan ........................................................ 6 BAB III .................................................................................................................................... 11 PENUTUP ............................................................................................................................ 11 3.1 KESIMPULAN ......................................................................................................... 11 3.2 SARAN....................................................................................................................... 11 Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 12

iii

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewirausahaan

(entrepreneurship)

adalah

perencanaan,

pengorganisasian,

pengoperasian, dan pengambilan risiko dari suatu usaha bisnis. Seorang wirausahawan adalh seseorang yang terlibat dalam kewirausahaan. Apa yang membedakan seorang wirausahawan dengan yang lain? Yang membedakan adalah kemampuannya mengambil faktor-faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, dan modal, dan menggunakannya untuk memproduksi barang atau jasa baru. Wirausahawan menyadari peluang yang tidak dilihat atau tidak dipedulikan oleh eksekutif bisnis lainnya.

Wirausahawan berbeda dengan manajer. Seorang manajer bisa menjalankan usah milik orang lain dan mengolah sumber daya orang lain. Namun seorang wirausaha mempertaruhkan sumber dayanya sendiri dan mengambil risiko pribadi demi keberhasilan atau bahkan kegagalan dari usaha yang dijalaninya. Salah satu perbedaan mencolok antara para wirausahawan dengan para pekerja adalah wirausahawan selalu berpikir untuk menciptakan bisnis (business cretion) sementara para pekerja berpikir mencari pekerjaan. Para wirausahawan ini sangat bersemangat bila diajak berbicara tentang penciptaan bisnis dan gagasan bisnis baru.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja potensi perawat? 2. Apa saja bentuk usaha di keperawatan? 3. Apa saja rintangan memulai usaha dan cara mengatasinya?

1.3 Tujuan 1. Mengembangkan diri diberbagai usaha 2. Perawat sebagai penggagas ide 3. Kurangnya kepercayaan diri seorang perawat

1

BAB II

PEMBAHASAN 2.1 POTENSI PERAWAT Kata potensi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris to poten yang memiliki dua arti kata yaitu, (1) kesanggupan tenaga dan (2) kekuatan kemungkinan. Potensi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan dan daya. Potensi adalah sesuatu yang bisa kita kembangkan. Udo Yasmin Efendi Majdi (2007: 92) mengungkapkan bahwa Potensi adalah akumulatif dari pikiran, kemampuan yang kita miliki yang bisa dikembangkan. Menurut Slamet Wiyono (2006:37) potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam didalamnya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut. Potensi diri manusia adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang masih terpendam didalam dirinya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu manfaat nyata dalam kehidupan diri manusia. Menurut Endra K (2004: 6) potensi bisa disebut sebagai kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimiliki dan belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi diri yang dimaksud disini suatu kekuatan yang masih terpendam yang berupa fisik, karakter, minat, bakat, kecerdasan dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri tetapi belum dimanfaatkan dan diolah. Sedangkan Sri Habsari (2005: 2) menjelaskan, potensi diri adalah kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang baik fisik maupun mental dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik. Berdasarkan pengertian di atas potensi merupakan daya yang dimiliki oleh setiap manusia. Hanya saja, daya itu belum terwujud atau belum dimanfaatkan secara maksimal. Dalam penjelasan di atas telah disinggung bahwa manusia dianugerahi cipta, rasa, dan karsa. Budiyanto membagi potensi menjadi 5 macam yaitu: a. Potensi fisik (psychomotoric) adalah organ fisik manusia yang dapat dipergunakan dan diberdayakan untuk berbagai kepentingan pemenuhan kebutuhan hidup. Setiap

2

potensi fisik yang dimiliki manusia mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Misalnya: kaki untuk

berjalan,

mulut

untuk

berbicara,

telinga

untuk mendengar dan lain sebagainya. b. Potensi mental intelektual (intellectual quotient) adalah potensi kecerdasan yang ada dalam otak manusia. Potensi ini berfungsi untuk menganalisis, merencanakan, menghitung dan lain sebagainya. c. Potensi emosional (emotional quotient), adalah potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia (otak belahan kanan). Potensi berfungsi untuk mengendalikan marah, bertanggung jawab, motivasi, kesadaran diri dan lain sebagainya. d. Potensi mental spiritual (spiritual quotient), adalah potensi kecerdasan dalam diri sendiri yang berhubungan dengan kearifan di luar jiwa sadar (bukan hanya mengetahui nilai tetapi menemukan nilai. Spiritual quotient dapat terbentuk melalui pendidikan agama formal. e. Potensi Ketahanmalangan (adversity quotient), adalah potensi kesadaran manusia yang bersumberkan pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan keuletan, ketangguhan dan daya juang. Adversity quotient (AQ) adalah faktor spesifik sukses (prestasi) seseorang karena mampu merespon berbagai kesulitan. Melalui AQ manusia mampu mengubah suatu rintangan sebagai penghalang menjadi peluang. Menurut La Rose, pengembangan diri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: a. Bergaul dengan yang bukan satu profesi. b. Pilihlah teman yang dapat diajak diskusi dan tidak mudah tersinggung, serta mau memberi umpan balik yang sesuai realita. c. Bersikap dan berpikir positif terhadap sesama. d. Biasakan mengucapkan berterima kasih. e. Biasakan mengatakan hal-hal yang menghargai orang lain. f. Biasakan berbicara aktif La Rose (1991:56) menyebutkan bahwa orang yang berpotensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Suka belajar dan mau melihat kekurangan dirinya b. Memiliki sikap yang luwes, c. Berani melakukan perubahan secara total untuk perbaikan d. Tidak mau menyalahkan orang lain maupun keadaan e. Memiliki sikap yang tulus bukan kelicikan 3

f. Memiliki rasa tanggung jawab, g. Menerima kririk saran dari luar, h. Berjiwa optimis tidak mudah putus asa. Pengetian potensi diri dapat disimpulkan menjadi arti kemampuan dasar yang dimiliki oleh

seseorang

yang

masih

terpendam

dan

mempunyai

kemungkinan

untuk

dikembangkan jika didukung dengan latihan dan sarana yang memadai

2.2 BENTUK USAHA DALAM KEPERAWATAN Dalam bidang ini perawat dapat berperan sebagai penggagas ide, pengelola, pemilik modal, pemilik saham ataupun sebagai owner. Bentuk-bentuk usaha dalam bidang keperawatan, yaitu: 1. Home Care Definisi Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk

meningkatkan,

mempertahankan

atau

memulihkan

kesehatan

atau

memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit. Home care merupakan bagian dari praktik mandiri perawat. Perawat melanjutkan perawatan yang pernah diterima klien dari rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya atau mungkin pasien tidak ada indikasi masuk rumah sakit sehingga hanya membutuhkan pelayanan keperawatan di rumah. Selain itu, home care merupakan pelayanan yang dikelola oleh suatu unit atau sarana ataupun institusi baik aspek administrasi maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinir berbagai kategori tenaga professional dibantu tenaga non professional dibidang kesehatan maupun non kesehatan. 2. Konsultan Keperawatan Definisi Konsultan adalah seorang tenaga profesional yang menyediakan jasa nasihat ahli dalam bidang keahliannya. Perbedaan antara seorang konsultan dengan ahli biasa adalah konsultan bukan merupakan karyawan diperusahaan, melainkan seseorang yang menjalankan usa ha hanya sendiri serta berurusan dengan berbagai klien dalam satu waktu. Tidak hanya menyediakan jasa, konsultan juga bisa memberikan layanan konsultasi atau konseling secara langsung pada klien. Konseling adalah proses membantu pasien untuk menyadari dan 4

mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial, untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang dimana didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual (Mubarak dan Nur Chayatin, 2009). Konseling

keperawatan

dapat

membantu

dan

memotivasi

klien

untuk

lebih

bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri dalam mengatasi masalahnya. Konseling keperawatan juga diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan diri, proses belajar dari berperilaku tidak adaptif menjadi adaptif, dan belajar melakukan pemahaman yang lebih luas tentang dirinya 3. Terapi komplementer Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut : a. Akupuntur Medik. Akupuntur

medik

yang

dilakukan

oleh

dokter

umum

berdasarkan

kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphine yang banyak berperan pada sistem tubuh. b. Terapi Hiperbarik . Terapi hiperbarik merupakan suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar dari pada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh membaca, minum,atau makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara. c. Terapi herbal medik. Terapi herbal medik yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa 5

fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 4. Klinik Kesehatan Swasta di Bidang Penelitian Banyaknya permasalahan dalam bidang kesehatan terutama yang dihadapi oleh lembaga penyelenggara pelayanan kesehatan juga membuka peluang usaha tersendiri bagi perawat. Dengan membentuk tim riset profesional seperti: a. Teknik perawatan luka. b. Terapi modalitas 5. Dalam Bidang Pendidikan dan Penilitian Semakin meningkatnya permintaan masyarakat tentang layanan kesehatan dirumah dapat membuka peluang perawat untuk mendirikan lembaga pelatihan ataupun konsultan yang bergerak dibidang pendidikan seperti: a. Lembaga Pelatihan Baby Sister. b. Pelatihan Perawatan Lansia atau Anak.

2.3 Tantangan Dalam Membangun Kewirausahawan Dalam membangun kewirausahaan, kita perlu memerhatikan hal-hal apa saja yang harus kita susun atau persiapkan terlebih dahulu. Agar dapat terhindarnya faktor-faktor penyebab atau tantangan dalam membangun kewirausahaan. Beberapa tantangan dalam membangun kewirausahaan, yaitu: a. Ketidakmampuan Manajemen Dalam kebanyakan UKMK (Usaha Kecil Menengah ke Atas), kurangnya pengalaman manajemen atau lemahnya kemampuan pengambilan keputusan merupakan masalah utama dari kegagakan usaha. Pemiliknya kurang mempunyai jiwa kepemimpinan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membuat bisnisnya berlaku. b. Kurang Pengalaman. Idealnya, calon wirausahawan harus memiliki keterampilan teknis yang memadai pengalaman kerja mengenai pengoprasian fisik bisnis bisnis dan kemampuan konsep yang semau akan membantu dalam mengambil keputusan yang penting mengenai

6

yang penting mengenai bisnis dan harus terus menerus manantau apa yang telah direncanakan.

c. Kurangnya Pengetahuan Pendidikan formal seseorang secara tidak langsung akan memengaruhi tingkat pengetahuan tentang wirausaha. Namun, untuk mengatasi keterbatasan informasi dan memacu kreativitas, kita bisa mengikuti berbagai pelatihan wirausaha yang saat ini makin sering diadakan. Kurangnya kesempatan untuk mendapatkan pelatihan akan berpengaruh terhadap minimnya jaringan informasi untuk pemasaran dan distribusi produknya. d. Keterbatasan dalam Budaya Sampai saat ini masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa peran perempuan hanya sebatas dilingkup domestik, alias mengurus rumah dan keluarga. Persepsi ini secara tak langsung akan membatasi gerak perempuan untuk bisa mulai bekerja dan membantu perekonomian keluarga. Padahal sebenarnya perempuan tetap dapat menjalankan usaha di rumah, tanpa mengorbankan keluarga. e. Kurangnya akses ke layanan pinjaman Usaha memang tak dapat berjalan jika tak ada modal. Hal ini lah yang sering menjadi hambatan besar bagi para wirausahawan yang baru memulai usahanya. Kurangnya akses ke layanan pinjaman ini membuat para wirausahawan ini merasa jadi terbatas ruang geraknya. Padahal banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan modal usaha, misalnya dengan mengajukan pinjaman ke bank atau koperasi yang memiliki bunga yang rendah.

1. Hambatan Bagi Kewirausahaan Dalam memulai usaha, bisnis atau berwirausaha pastinya selalu terdapat rintangan maupun kendala. Dari sinilah para pengusaha diuji ketangguhan dan pengetahuannya dalam strategi berbisnis. Hambatan, kendala maupun rintangan tidak hanya dialami oleh pengusaha pemula tapi juga pengusaha berpengalaman sekalipun. Hal ini wajar terjadi untuk menguji kita untuk terus dapat berkembang. Berikut ini adalah hal-hal yang merupakan hambatan dan kendala yang umumnya pengusaha hadapi dalam berwirausaha: a. Kesulitan Modal

7

Pemasalahan klasik yang dihadapi para pengusaha baik pemula maupun berpengalaman sekalipun, kekurangan modal usaha ketika usaha sedang berjalan. Banyak cara untuk mendapatkan pinjaman uang yang tidak hanya berasal dari bank saja. Tergantung dari bagaimana kita mau menyelesaikan masalah tersebut dan segera mengambil tindakan sebelum akhirnya usaha kita kehabisan dana untuk operasional. b. Mencari Pemasok dan Menjual Produk Kendala selanjutnya adalah berkaitan dengan proses produksi dan pemasaran produk. Terkadang kita terlalu sibuk dengan pemikiran sendiri akan susahnya mencari pemasok bahan baku atau supplier untuk mendukung usaha. Sebenarnya mencari pemasok bahan baku tidak sesulit yang dibayangkan, saat ini banyak sekali media yang dapat digunakan untuk mempermudah pencarian pemasok bahan baku apapun yang Anda butuhkan untuk usaha Anda. Begitu pun halnya penjualan produk. Gunakanlah media-media yang ada dan teknologi yang semakin berkembang untuk mendukung usaha Anda. c. Takut Gagal dan Enggan Mengambil Resiko Akibat terlalu banyak pikiran mengakibatkan ketakutan akan kegagalan dan akhirnya kita jadi takut mengambil resiko untuk berwirausaha. Sebenarnya apapun yang Kita lakukan selalu memiliki resikonya tersendiri. Jika kita benar-benar ingin berwirausaha tidak baik untuk selalu ada di zona aman, kita harus melawan ketakutan kita dan menghadapi apapun itu yang terjadi sebagai proses pembelajaran. d. Salah Perencanaan dan Analisis Sebelum memulai usaha, sangat dianjutkan untuk melakukan perencanaan sebelumnya dan analisa usaha secara matang terlebih dahulu. Tapi seringkali pengusaha pemula menganggap remeh hal ini sehingga banyak yang terlewatkan dan akhirnya malah kewalahan ketika sesuatu buruk terjadi dalam proses. Yang krusial disini adalah dalam hal perencanaan dan analisa keuangan yang memiliki peran begitu penting dalam kelangsungan sebuah usaha. Mulailah memikirkan rencana jumlah modal yang kita butuhkan baik untuk produksi, tenaga kerja, infrastuktur bangunan dan lain sebagainya hingga bagaimana aliran kas masuk hariannya. e. Bisnis Yang Tidak Sesuai Dengan Diri Sendiri

8

Seringkali terjadi bagi beberapa pengusaha yang cenderung ikut-ikutan tren tanpa mencari tahu dan memperhatikan keahlian yang dimiliki masing-masing pribadi. Biasanya jika melihat beberapa pengusaha di bidang tertentu sukses lantas yang lainnya saling beradu membuka usaha di bidang yang sama dengan asumsi akan meraup kesuksesan seperti yang lain, kenyataannya adalah kita harus melihat dulu apakah bidang tersebut sesuai dengan diri kita, apakah kita menguasai betul seluk beluk yang ada di bidang usaha tersebut. Sebelum akhirnya memutuskan untuk membuka suatu usaha lebih baik lakukan dulu observasi dan reset lebih mendalam agar semua tidak sia-sia. f. Rasa Malas, Kurang Semangat dan Kurang Percaya Diri Kegagalan akan selalu terjadi bagi siapapun sebagai bentuk proses pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah ketika kita mengalami kegagalan tersebut kita langsung patah semangat dan kurang percaya diri untuk berinovasi? Jika demikian, inilah yang akan membahayakan bisnis dan diri kita sendiri karena apapun yang kita rintis nantinya akan kandas juga jika tidak disertai dengan kegigihan dan semangat juang yang tinggi. Jika mengalami kegagalan, buatlah diri kita semakin tertantang untuk belajar dan menemukan celah strategi-strategi yang pas untuk menuju kesuksesan kita. 2. Cara Mengatasi Tantangan dalam Berwirausaha Dalam berwirausaha, tantangan dan hambatan adalah hal yang biasa terjadi. Namun tantangan dan hambatan itu tidak boleh dijadikan sebagai alasan kita mundur dari usaha yang telah kita jalankan. Ada beberapa cara dalam mengatasi atau menghindari tantangan, hambatan dan kegagalan dalam berwirausaha (Zimmerer dan Scarborough, dalam Basrowi, 2011 : 24-25): a. Mengenali bisnis secara mendalam. Kita memerlukan pengalaman yang relevan dalam bisnis yang akan didirikan. Dapatka pendidikan terbaik yang mungkin diperoleh di bisnis itu sebelum membuka bisnis sendiri. Baca segala macam yang mungkin, misalnya, majalah bisnis, jurnal niaga, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan bisnis yang akan dimasuki. Hubungan pribadi dengan pemasok, pelanggaran, perkumpulan bisnis, dan kegiatan lainnya dalam industry yang sama adalah cara lain yang baik untuk memperoleh pengetahuan itu; b. Mengembangkan rencana bisnis yang matang. Untuk wirausaha yang baru, rencana bisnis yang ditulis dengan baik adalah resep yang sangat penting untuk keberhasilan 9

bisnis. Tanpa rencana bisnis yang matang, perusahaan berjalan tanpa arah yang jelas. Namun, para wirausaha yang cenderung menjadi orang yang cepat bertindak, sering kali langgsung lompat kesuatu usaha bisnis tanpa meluangkan waktu untuk menyiapkan rencana tertulis yang meluangkan waktu untuk menyiapkan rencana tertulis yang meluangkan pokok-pokok kegiatan bisnisnya. c. Mengelolah sumber daya keuangan. Pertahanan terbaiok dalam menghadapi persoalan keuangan adalah dengan mengembangka system informasi keuangan, kemudian, menggunakan informasi tersebut untuk pengambilan-pengambilan keputusan bisnis. d. Memahami laporan keuangan,. Setiap pemilik bisnis harus mengandalkan catatan dan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan bisnisnya. e. Belajar mengelolah manusia secara efektif. Tidak menjadi soal apa jenis bisnis yang dilakukan, tetapi harus dapat mempelajari cara mengelola manusia. f. Menjaga kondisi diri. Keberhasilan suatu bisnis akan tergantung pada keberadaan dan kondiri wirausaha. Oleh sebab itu, seorang wirausaha perlu memantau kesehatn diri dengan cermat. Stress merupakan masalah utama, terutama bila tidak dikendalikan. Karyawan juga bias menderita masalah kesehatan.

10

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh sifat dan kepribadian seseorang. The officer of Advocacy of Small Business Administration. bahwa kewirausahaan yang berhasil pada umumnya memiliki sifat-sifat kepribadian. Seperti telah diungkapkan bahwa wirausaha sebenarnya adalah seorang inovator atau individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat benda-benda materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat. Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya suatu motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi.

3.2 SARAN Disarankan bagi mahasiswa yang nantinya akan memulai berwirausaha untuk meneladani dan dapat mencontoh sikap, karakteristik, dan sebagainya dari apa yang tertulis di Bab Pembahasan di atas. Seorang wirausaha memang perlu untuk menghadapi sebuah risiko, karena dari proses risiko itu sendiri nantinya akan membawa sesuatu yang besar. Dan juga semangat, kerja keras, ulet, serta tidak putus asa sikap yang sangat dibutuhkan oleh seorang wirausaha agar terus berkarya dengan usaha yang di jalankannya.

11

Daftar Pustaka Kurniawan, Ihsan. 2012. Jenis Wirausaha Bagi Tenaga Keperawatan. Kewirausahaan Dalam Keperawatan. [ diunduh 2019 Sep 15].

12

Related Documents


More Documents from "ladygresia"

Lp Kenyamanan (nyeri)
February 2021 1
Askep Siadh
January 2021 0
Dops Ekg
March 2021 0
Teknik Merancang Bahan
February 2021 1