Loading documents preview...
PRINSIP-PRINSIP DASAR GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN PENDAHULUAN Tujuan pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan adalah untuk memperbaiki fungsi bicara, pengunyahan, estetika serta memelihara struktur jaringan sisa di dalam mulut. Pembuatan gigi tiruan bukanlah semata-mata hanya menghasilkan alat yang dapat memenuhi fungsi diatas, tetapi juga harus dipertimbangkan bagaimana pengaruh kehadiran gigi tiruan tersebut di dalam rongga mulut, dimana tempat kedudukan dari gigi tiruan tersebut adalah jaringan hidup. Gigi tiruan yang berdiri sendiri tidak menimbulkan gerakan, tetapi pergerakan mandibula akan merubah kondisi gigi tiruan yang semula statis menjadi dinamis untuk kemudian memberi pengaruh kepada jaringan yang ditempatinya. Organ di dalam mulut seperti bagian-bagian tubuh lainnya mempunyai batas toleransi terhadap gaya atau tekanan yang diterima. Mengingat batas toleransi tersebut sukar diketahui serta berakibat buruk bila terlampaui, maka untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan perlu diketahui dua faktor yang saling mempengaruhi: yaitu faktor mekanik dan faktor biologi. Faktor mekanik meliputi gaya yang diterima oleh gigi tiruan dalam keadaan aktif maupun pasif sedangkan faktor biologi meliputi keadaan umum dan lokal penderita. Faktor biologi dan faktor mekanik ini nantinya akan berkaitan langsung dalam penentuan desain gigi tiruan sebagian lepasan. PRINSIP-PRINSIP BIOMEKANIK Gigi tiruan sebagian lepasan secara keseluruhan dalam pemenuhan fungsinya berkaitan erat dengan dua faktor yaitu faktor biologis dan faktor mekanik. Faktor mekanik meliputi gaya-gaya yang diterima oleh gigi tiruan dan faktor biologi meliputi keadaan umum dan lokal penderita. Mekanika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gerak dan keseimbangan. Biologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai kehidupan atau segala sesuatu yang hidup. Panduan kedua hal tersebut disebut biomekanik dalam kedokteran gigi (dental
biomechanics) diartikan sebagai hubungan antara sifat-sifat biologi struktur rongga mulut dan pengaruh fisik dari dental restorasi. TIPE-TIPE PENGUNGKIT PADA GTSL Pengertian
tentang
mekanik
harus
dipertinggi
untuk
dapat
mempertimbangkan desain GTSL sehingga menyempurnakan pemeliharaan struktur rongga mulut. GTSL dalam rongga mulut dapat diilustrasikan sebagai aksi dari dua alat sederhana, pengungkit (lever) dan inclined plane. Pengungkit adalah batang kaku yang didukung pada beberapa titik sepanjang batang tersebut. Apabila pengungkit menerima beban pada satu titik, perputaran akan terjadi disekitar jaringan pendukung. Dukungn disebut fulcrum dan akan terjadi pergerakan disekitar fulcrum. Inclined plane adalah alat yang berpengaruh terhadap kekuatan. Kekuatan yang terjadi pada inclined plane didefleksikan atau dapat menimbulkan pergerakan pada inclined plane. Ada tiga tipe pengungkit yaitu Kla I, Klas II, dan Klas III dan masingmasing tipe pengungkit dapat menambah atau menghilangkan kekuatan pada derajat yang bereda. 1. Pengungkit Klas I (first-class lever), titik fulcrum berada di tengah, tahanan (resistance) pada salah satu ujung dan tekanan (effort) pada ujung yang berlawanan. Keadaan ini paling efisien dan mudah mengendalikan ungkitan.
Gambar. Tipe pengungkit kelas I. R (resistence/ tahanan), E (effort/ tekanan), F (fulkrum)
2. Pengungkit Klas II (second-class lever), titik fulcrum berada diujung, tekanan pada ujung yang berlawanan dan tahanan berada ditengah.
Gambar. Tipe pengungkit kelas II. R (resistence/ tahanan), E (effort/ tekanan), F (fulkrum)
3. Pengungkit Klas III (third-class lever), titik fulcrum pada salah satu ujung, tahanan pada ujung yang berlawanan dan tekanan di tengah. Tipe pengungkit ini tidak ditemukan pada GTSL.
Gambar. Tipe pengungkit kelas III. R (resistence/ tahanan), E (effort/ tekanan), F (fulkrum)
GAYA-GAYA YANG TERJADI KETIKA GTSL BERFUNGSI Berbicara mengenai mekanika tidak terlepas dari masalah gaya. Gaya dapat didefenisikan sebagai suatu aksi pada suatu benda yang cenderung mengubah status diam atau bergeraknya benda itu. Dengan pemahaman gaya-gaya dan pergerakan yang mungkin terjadi, seorang dokter gigi dapatlah diharapkan membuat desain yang memenuhi persyaratan dukungan, retensi, stabilisasi dan pelestarian jaringan gigi dan mulut yang masih ada. Gaya dapat dibagi atas: 1. GAYA VERTIKAL adalah gaya yang timbul sewaktu bolus makanan berada di permukaan oklusal gigi tiruan sebelum dan pada saat berfungsi. Pada gigi tiruan dengan kedua sisi masih dibatasi dengan gigi asli (bounded sadle), gaya vertical akan disinggahi oleh tahanan oklusal cangkolan. Dengan cara ini gaya vertical tadi akan disalurkan ke akar gigi lalu ke membrane periodontal, diterima oleh tulang periodontal sampai akhirnya diterima oleh tulang
alveolar. Pada gigi tiruan berujung bebas sebagian gaya vertical akan diterima oleh gigi penyangga sedangkan sisanya akan diterima oleh jaringan lunak di bawah basis gigi tiruan. 2. GAYA LATERAL adalah gaya yang timbul saat rahang bawah dari posisi kontak oklusi keposisi sentrik ataupun sebaliknya. Gaya ini merupakan gaya yang paling merusak gigi asli maupun tulang alveolar pada daerah tidak bergigi karena hanya sebagian serat periodontal ataupun mukosa saja yang menyangga. 3. GAYA ANTERO-POSTERIOR adalah gaya yang terjadi pada pergerakan rahang dimana gigi depan pada posisi edge to edge atau oklusi sentrik ataupun sebaliknya. Pada pergerakan ini ada kecenderungan gigi tiruan rahang bawah bergerak kearah posterior dan gigitiruan rahang atas bergerak keanterior. Gaya lateral dan gaya antero-posterior disebut juga gaya horizontal dapat disebabkan karena adanya tonjol gigi yang tinggi, pengaruh letak gigi dalam rahang dan perbedaan kompresibilitas jaringan. Gaya horizontal ini dapat diimbangi dengan menyalurkan gaya lateral sebanyak mungkin kepada gigi asli, pengurangan sudut tonjol gigi, pengurangan luas permukaan bidang oklusal elemen gigi dan penyusunan oklusi dan artikulasi yang harmonis. 4. GAYA PEMINDAH / PELEPAS (dislodging force) adalah gaya yang timbul pada saat mastikasi, dimana makanan lengket melekat pada permukaan oklusal gigi tiruan dan pada saat mulut terbuka, gigi tiruan akan ditarik kearah oklusal selanjutnya pergerakan otot – otot perifer, pergerakan tidak terkontrol seperti, batuk, bersin dan gaya berat pada gigi tiruan atas termasuk dalam gaya ini. Gaya pemindah ini dapat dicegah dengan pembuatan cangkolan yang baik, membuat arah pasang yang tidak sejajar degan vertical displacement, meningkatkan factor retensi seperti adhesi, kohesi dan surface tension. PERGERAKAN ROTASI PADA SAAT GTSL BERFUNGSI Pada gigi tiruan berujung bebas akan terjadi pergerakan rotasi pada saat fungsi dalam hal ini ada tiga kemungkinan pergerakan rotasi, masing – masing rotasi pada garis fulcrum (fulkrum pertama), rotasi ada sumbu longitudinal
(fulkrum kedua) dan rotasi pada sumbu imaginer yang tegak lurus pusat rahang (fulkrum ketiga) (6). 1. Rotasi pada garis fulkrum (fulkrum pertama) Terletak pada dataran horizontal yang meluas melalui kedua gigi penyangga pada setiap sisi dari lengkung rahang dan diistilahkan dengan garis fulkrum. Fulkrum ini mengatur pergerakan perputaran dari gigi tiruan dalam arah sagittal (gerakan gigitiruan ini kearah atau mejauhi linggir pendukung). Bila ada gaya oklusal yang diterima gigi tiruan, maka gigi tiruan akan bergerak kearah jaringan mukosa. Besarnya pergerakan tergantung pada besarnya kompresibilitas mukosa yang bersangkutan. Garis fulkrum juga merupakan pusat rotasi basis gigi tiruan menjauhi jaringan mukosa. Pergerakan kemuka dapat ditanggulangi dengan cetakan fungsionil, ketetapan basis dan kwalitas jaringan pendukung yang baik. Pergerakan ke oklusal dapat ditanggulangi dengan retensi tidak langsung (indirect retainer). 2. Rotasi pada sumbu longditional (fulkrum kedua)
Terletak pada dataran sagittal dan meluas melalui tahanan oklusal pada gigi penyangga dan sepanjang puncak linggir alveolus pada sisi lengkung rahang. 3. Rotasi pada sumbu imajiner (fulkrum ketiga)
Terletak disekitar garis tengah, sedikit kelingual dari gigi anterior. Garis fulkrum ini vertical dan mengatur pergerakan dari gigi tiruan dalam arah horizontal atau gerakan meligkar dari gigitiruan. Oleh karena itu desain dari gigi tiruan harus sedemikian rupa untuk mengatur dan memperkecil perputaran dari GTSL dalam hubungannya dengan ketiga fulkfrum tersebut. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA TEKANAN TERHADAP GIGI PENYANGGA
Pada beberapa kasus tertentu seperti gigi tiruan berujung bebas, jumlah tekanan yang dipindahkan ke gigi penyangga melalui cangkolan tergantung pada beberapa factor, yang beberapa diantaranya dapat diawasi oleh ahli prostodonsia. 1. Luas daerah tidak bergigi Makin panjang ruangan yang tidak bergigi, makin panjang pula basis gigi tiruan. Semakin panjang basis gigi tiruan semakin besar daya ungkit dan oleh karena itu semakin besar pula kekuatan yang dipindahkan ke gigi penyangga. Basis gigi tiruan yang dimulai sampai kaninus, mempunyai derajat pergerakan yang lebih besar dan akan memberikan tambahan jumlah tenaga dibandingkan basis gigi tiruan yang dimulai dari distal premolar dua. 2. Kualitas linggir alveolaris Bentuk linggir alveolaris mempunyai peran yang besar untuk menghilangkan beban yang ditimbulkan oleh gigi tiruan sebagian lepasan ketika berfungsi. Linggir alveolaris yang bentuknya lebar merupakan bentuk yang mampu menyerap tekanan yang lebih besar daripada linggir yang kecil, tipis, atau berujung tajam. Linggir yang lebar pada kedua sisi akan memungkinkan untuk digunakannya sayap yang panjang pada basis gigi tiruan, yang menstabilkan gigi tiruan terhadap kekuatan dari arah lateral. Jenis mukoperiosteum mempengaruhi besarnya tekanan yang dipindahkan ke gigi penyangga. Mukoperiosteum yang sehat tebalnya kira-kira 1 mm, mampu untuk menahan beban yang lebih besar daripada mukosa yang tipis dan atropi. Mukosa yang lunak atau flabby, mudah bergerak, memberikan dukungan vertical yang kecil terhadap gigi tiruan sebagian lepasan dan tidak memberikan kestabilan gigi tiruan sehingga memungkikan pergeseran yang lebih besar dari basis gigi tiruan dan mengakibatkan tekanan yang lebih besar kesekitar gigi penyangga. 3. Kualitas cangkolan Lengan retentif cangkolan yang fleksibel akan memberikan tekanan yang lebih pada gigi penyangga, tetapi kurang daya tahannya terhadap tekanan lateral yang destruktif atau merusak. Karena itu bila kelenturan cangkolan bertambah, maka baik tekanan lateral maupun vertical yang dipindahkan ke linggir akan bertambah. Berdasarkan hal ini sewaktu dilakukan pemeriksaan harus diputuskan apakah
linggir alveolaris atau gigi penyangga yang membutuhkan perlindungan lebih baik, maka cangkolan yang tidak begitu lentur dapat digunakan karena gigi akan mampu menahan tekanan yang lebih besar. Dengan kata lain jika keadaan periodontal pendukungnya lemah, maka cangkolan yang lebih lentur seperti halnya kombinasi antara lengan retentif dari kawat harus digunakan sehingga linggir alveolaris lebih mampu bertahan terhadap kekuatan lateral yang bekerja pada GTSL. 4. Desain cangkolan Cangkolan yang didesain sedemikian rupa sehingga berada dalam keadaan pasif bila telah masuk pada gigi penyangga dalam kedudukan yang sempurna akan memberikan tekanan yang lebih sedikit dibandingkan bila berada dalam keadaan yang tidak pasif. Cangkolan yang seimbang, yang didesain dengan aksi retentif yang efektif akan dapat mengurangi tekanan yang mengenai gigi sebagaimana ujung retentifnya melewati kontur terbesar dari gigi. Cangkolan harus didesain sedemikian rupa sehingga pada waktu pemasangan atau melepas GTSL, lengan retentif berkontak dengan gigi sebelum ujung lengan retentif melalui permukaan terbesar dari gigi penyangga. Hal ini akan menstabilkan atau menetralkan tekanan pada gigi penyangga yang akan merupakan penahan paling ujung yang melewati permukaan terbesar dari gigi. 5. Panjang cangkolan Seperti telah dijelaskan sebelumnya, makin fleksibel lengan cangkolan makin kurang tekanan yang diberikan terhadap gigi penyangga. Kelenturan ini akan bertambah dengan cara memperpanjang cangkolan, dengan menggunakan cangkolan bentuk lengkung daripada cangkolan bentuk lurus pada gigi penyangga 6. Bahan cangkolan Cangkolan yang terbuat dari logam chromium-cobalt akan memberikan tekanan yang lebih besar terhadap gigi penyangga dari pada cangkolan yang dibuat dari emas, karena chromium-cobalt lebih kaku untuk mengimbangi sifat itu. Untuk mengimbangi sifat itu lengan cangkolan dari bahan chromium-cobalt dibuat lebih kecil dibandingkan dari emas. Demikian juga lengan retentif suatu
cangkolan yang dibuat dari kawat lebih lenting dari pada cangkolan yang dituang dan juga memindahkan tekanan lebih sedikit ke gigi penyangga. 7. Permukaan gigi penyangga Permukaan suatu mahkota emas atau tambalan memerlukan ketahanan terhadap pergeseran yang lebih besar menghadapi pergerakan lengan cangkolan, dari pada yang dialami enamel gigi. 8. Kualitas oklusi Kualitas dari tipe oklusi memegang peranan penting dalam gigi tiruan terhadap gigi penyangga. Disharmoni oklusi Ketidakharmonisan oklusi, satu diantara kontak oklusal yang mengalami penyimpangan diantara gigi yang masih ada, menimbulkan gaya-gaya horizontal, bila terjadi suatu gaya pengungkit dapat menimbulkan gaya-gaya yang merusak baik terhadap gigi penyangga maupun linggir alveolaris.
DAFTAR PUSTAKA 1. Carr. AB, Brown DT. McCracken’s Removable Partial Prosthodontics. 12th. Ed, Mosby Elservier, 2011 2. Henderson D, Steffel VI, 1991. Removable Partial Prosthodontics. 6 nd. Ed, St Louis: Mosby Company, pp. 120-41 3. Miller EL, Grasso JE, 1981. Removable Partial Prosthodontics. 2nd. Ed., Baltimore, William & Wilkins, pp. 103-117 4. Steward KL, Rudd KD, Keubler WA, 1983. Clinical Removable Partial Prosthodontics, 1st ed, St. Louis: Mosby Company, pp.94-112 5. Watt DM, MacGregor AR, 1992. Penentuan Desain: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan, Jakarta: Hipokrates, pp. 55-71, 233-47.