Bronkitis Anak

  • Uploaded by: Yudha Wirawan
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bronkitis Anak as PDF for free.

More details

  • Words: 2,746
  • Pages: 12
Loading documents preview...
KONSEP BRONKHITIS PADA ANAK

A. Definisi Bronchitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang menyebabkan inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa therapy dalam 2 minggu. Bronchitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, RSV, virus influenza, Adenovirus, virus rubeola dan paramyxovirus dan bronchitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia, Bordetella pertussis, atau Corynebacterium diphtheria (Rahajoe, 2012). Bronkhitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terdapat pada orang dewasa. Pada anak, bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain, namun ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri. Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994) Sebagai penyakit tersendiri, bronkhitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama.(Taussig, 1982; Rahayu, 1984).

B. Anatomi dan fisiologi system pernapasan Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme . 1. Hidung Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat septum nasi.Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara 2. Faring Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening. 1

3. Laring Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis. 4. Trakea Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka.Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan. 5. Bronkus Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan mempunyai 3 cabang.Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang.Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli. 6. Bronkiolus Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia.Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas. 7. Alveoli Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli.Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar.Sel alveolar tipe II sel – sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps.Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting. 8. Paru-paru Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah

C. Klasifikasi Bronkhitis dapat diklasifikasikan sebagai : 1. Bronkhitis Akut Bronkhitis akut pada bayi dan anak biasanya bersama juga dengan trakheitis, merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut (ISNA) bawah yang sering 2

dijumpai.Penyebab utama penyakit ini adalah virus.Batuk merupakan gejala yang menonjol dank arena batuk berhubungan dengan ISNA atas.Berarti bahwa peradangan tersebut meliputi laring, trachea dan bronkus.Gangguan ini sering juga disebut laringotrakeobronkhitis akut atau croup dan sering mengenai anak sampai umur 3 tahun dengan gejala suara serak, stridor, dan nafas berbunyi. 2. Bronkhitis Kronis atau batuk berulang Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronchitis kronik, yang ada ialah mengenai batuk kronik dan atau berulang yang di singkat (BKB). BKB ialah keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan, dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya. Dengan memakai batasan ini secara klinis jelas bahwa bronchitis kronik pada anak adalah batuk kronik dan atau berulang (BKB) yang telah disingkirkan penyebab-penyebab BKB itu misalnya asma atau infeksi kronik saluran napas dan sebagainya. Walaupun belum ada keseragaman mengenai patologi dan patofisiologi bronchitis kronik, tetapi kesimpulan akibat jangka panjang umumnya sama. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bayi sampai anak umur 5 tahun yang menderita bronchitis kronik akan mempunyai resiko lebih besar untuk menderita gangguan pada saluran napas kronik setelah umur 20 tahun, terutama jika pasien tersebut merokok akan mempercepat menurunnya fungsi paru.

D. Etiologi Kasus-kasus bronchitis dapat timbul secara congenital maupun didapat. 1. Kelainan kongenital Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan.Factor genetic atau factor pertumbuhan dan factor perkembangan fetus memegang peran penting. Bronchitis yang timbul congenital ini mempunyai ciri sebagai berikut : a. Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru. b. Bronchitis konginetal sering menyertai penyakit-penyakit konginetal lainya, misalnya : mucoviscidosis ( cystic pulmonary fibrosis ), sindrom kartagener ( bronkiektasis konginetal, sinusitis paranasal dan situs inversus ), hipo atau agamaglobalinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu telur ( anak yg satu dengan bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga menderita bronkiektasis), bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan congenital berikut : tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan, kifoskoliasis konginetal. 2. Kelainan didapat Kelaianan didapat merupakan akibat proses berikut : a. Infeksi Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama, pneumonia ini merupakan komplikasi pertusis

3

maupun influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru dan sebagainya b. Obstruksi bronkus Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab : korpus alineum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar terhadap bronkus. Penyebab utama penyakit Bronkhitis Akut adalah adalah virus.Sebagai contoh Rhinovirus, Respiratory Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus.Bronkitis Akut sering terjadi pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat terjadi, namun ini jarang di lingkungan sosio-ekonomi yang baik.

E. Patofisiologi Virus (penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel silia - Berlanjut - Masuk saluran pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran pernapasan - Bronkitis - Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 – 4 hari - Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer Hilang - Batuk - Keluar - Suara ronchi basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika tidak hilang setelah tiga minggu - Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981). Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui diduga erat hubungannya dengan genetic serta factor pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam kandungan. Pada bronchitis yang didapat patogenesisnya diduga melelui beberapa mekanisme : factor obstruksi bronkus, factor infeksi pada bronkus atau paru-paru, fibrosis paru, dan factor intrinsik dalam bronkus atau paru. Patogenesis pada kebanyakan bronchitis yang didapat melalui dua mekanisme dasar: 1. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronchitis. Infeksi pada bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan kemudian timbul bronchitis. 2. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada bagian distal obstruksi dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus. Bronchitis merupakan penyakit paru yang mengenai paru dan sifatnya kronik. Keluhan-keluhan yang timbul juga berlangsung kronik dan menetap .keluhankeluhan yang timbul erat dengan : luas atau banyaknya bronkus yang terkena, tingkatan beratnya penyakit, lokasi bronkus yang terkena, ada atau tidaknya komplikasi lanjut.. keluhan-keluhan yang timbul umumnya sebagai akibat adanya beberapa hal : adanya kerusakan dinding bronkus, akibat komplikasi, adanya kerusakan fungsi bronkus.Mengenai infeksi dan hubungannya dengan patogenesis bronchitis, data dijelaskan sebagai berikut:

4

1. Infeksi pertama ( primer ) Kecuali pada bentuk bronchitis kongenital.Masih menjadi pertanyaan apakah infeksi yang mendahului terjadinya bronchitis tersebut disebabkan oleh bakteri atau virus.Infeksi yang mendahului bronchitis adalah infeksi bacterial yaitu mikroorgansme penyebab pneumonia. Dikatakan bahwa hanya infeksi bakteri saja yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding bronkus sehingga terjadi bronchitis, sedangkan infeksi virus tidak dapat ( misalnya adenovirus tipe 21, virus influenza, campak, dan sebagainnya ) 2. Infeksi sekunder Tiap pasien bronchitis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada lesi, apabila sputum pasien yang semula berwarna putih jernih kemudian berubah warnanya menjadi kuning atau kehijauan atau berbau busuk berarti telah terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob misalnya : fusifomis fusiformis, treponema vincenti, anaerobic streptococci. Kuman yang erring ditemukan dan menginfeksi bronkus misalnya : streptococcus pneumonie, haemophilus influenza, klebsiella ozaena.

F. Tanda dan gejala Biasanya penyakit dimulai dengan tanda-tanda infeksi saluran napas akut (ISNA) atas yang disebabkan oleh virus.Batuk mula-mula kering, setelah 2 atau 3 hari batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara lender. Pada anak dahak yang mukoid (kental) susah ditemukan karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning dan kental tetapi tidak selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri sekunder.Anak besar sering mengeluh rasa sakit retrosternal dan pada anak kecil dapat terjadi sesak napas.Pada beberapa hari pertama tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan dada tetapi kemudian dapat timbul ronchi basah kasar dan suara napas kasar. Batuk biasanya akan menghilang setelah 2-3 minggu. Bila setelah 2 minggu batuk masih tetap ada, mungkin telah terjadi kolaps paru segmental atau terjadi infeksi paru sekunder.Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada pasien bronchitis.Mengi dapat murni merupakan tanda bronchitis akut, tetapi juga kemungkinan merupakan manifestasi asma pada anak tersebut, lebih-lebih bila keadaan ini sudah terjadi berulang kali.Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu: 1. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah 2. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak 3. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis 4. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar

G. Pemeriksaan penunjang 1. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia 2. Laboratorium : Leukosit > 17.500

H. Pencegahan 5

Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah 1. Membatasi aktivitas anak 2. Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya 3. Hindari makanan yang merangsang 4. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air hangat 5. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan 6. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BRONKHITIS ANAK

A. Dasar pengkajian Pasien 1. Identitas Klien : Nama, umur, alamat, pendidikan, agama, no. register, diagnose medis 2. Riwayat kesehatan :Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic, riwayat tentang disfungsi pernapasan sebelumnya, bukti terbaru penularan terhadap infeksi, allergen, atau iritan lain, trauma. 3. Pemeriksaan Fisik : a. Breathing 6

b.

c. d. e.

Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan membrane mukosa pucat dan cyanosis, adanya suara serak, stridor dan batuk.Pada anak yang menderita bronchitis biasanya disertai dengan demam ringan, secara bertahap mengalami peningkatan distress pernapasan, dispnea, batuk non produktif paroksimal, takipnea dengan pernapasan cuping hidung dan retraksi, emfisema. Gejala : 1) Takipnea (barat saat aktivitas) 2) Batuk menetap dengan sputum terutama pagi hari 3) Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak sekali 4) Riwayat infeksi saluran nafas berulang 5) Riwayat terpajan polusi(rokok dll) Blood Gejala :Pembengkakan pada ekstremitas bawah Tanda :Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena jugularis, Bunyi jantung redup(karena cairan di paru-paru), Warna kulit normal atau sianosis. Brain Klien tampak gelisah, peka terhadap rangsang, ketakutan, nyeri dada. Bladder Tidak ditemukan masalah, tidak ditemukan adanya kelainan. Bowel Gejala : 1) Gejala 2) Mual/muntah 3) Nafsu makan menurun 4) Ketidakmampuan makan karena distres pernafasan 5) Penurunan berat badan. 6) Nyeri abdomen

f. Bone Gejala : 1) Keletihan,kelelahan 2) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena sulit bernafas 3) Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi duduk tinggi 4) Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan

B. Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret. 2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus. 3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus. 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah. 5. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan

C. Intervensi Keperawatan 7

Diagnosa

Tujuan

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan ….x 24 jam diharapkan dapat mempertahanka n jalan nafas paten

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan ….x24 jam diharapkan Menunjukkan perbaikan

Intervensi 1. Kaji/pantau frekuensi pernafasan. 2. Auskultasi bunyi nafas 3. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir 4. Observasi karakteristik batuk 5. Tingkatkan masukan cairan sampai 15002000 ml/hari

1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan 2. Latihan nafas untuk menurunkan

Rasional 1. achipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut 2. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas. 3. memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara 4. Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan 5. Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran 1. Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit. 2. Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran 8

ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriks i, mucus

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah

Setelah dilakukan asuhan keperawatan ….x24 jam diharapkan Perbaikan dalam pola nafas.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan ….x24 jam diharapkan Menunjukkan peningkatan

kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas. 3. Awasi tanda vital dan irama jantung 4. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA

1. Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir 2. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat 3. Berikan dorongan penggunaan pelatihan otototot pernafasan jika diharuskan

1. Kaji kebiasaan diet. 2. Auskultasi bunyi usus 3. Timbang berat badan sesuai indikasi. 4. Konsul ahli gizi

udara atau area konsolidasi 3. Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung. 4. Dapat memperbaiki/men cegah buruknya hipoksia. 1. Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif. 2. memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan 3. menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.

1. Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum 2. Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster 9

berat badan

Hipertermi berhubungan dengan proses Setelah peradangan dilakukan asuhan keperawatan ….x24 jam diharapkan suhu tubuh dalam rentang normal

3. Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi 4. Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.

1. Monitor suhu sesering mungkin 2. Berikan hangat

kompres

3. Anjurkan pasien untuk banyak minum air 4. Kolaborasikan dengan tim dokter dalam pemberian paracetamol

1. Monitoring suhu untuk intervensi selanjutnya 2. Membantu dalam menurunkan suhu tubuh 3. Mencegah terjadinya dehidrasi 4. Mempercepat penyembuhan.

D. Implementasi Keperawatan Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien.Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan).

E. Evaluasi Keperawatan

10

Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai, Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan 8keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, suhu tubuh dalam rentang normal (36-37,5oC), klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan

11

12

Related Documents

Bronkitis Anak
January 2021 1
Bronkitis Pada Anak
January 2021 1
Bronkitis Kronis
January 2021 1
Bronkitis Kronis
January 2021 1

More Documents from "WillyWiliam"