Buku Panduan Neuro 1

  • Uploaded by: Risha Meilinda Margaretha Marpaung
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Buku Panduan Neuro 1 as PDF for free.

More details

  • Words: 4,314
  • Pages: 21
Loading documents preview...
BUKU PANDUAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS SARAF

BAGIAN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG, 2014

DAFTAR ISI

I. II. III. IV. V.

Pendahuluan Visi, Misi dan Tujuan PSDSS Saraf Program Studi Dokter Spesialis Saraf Evaluasi Penerimaan Calon Peserta Program

BAB I

PENDAHULUAN

Kurikulum (Buku Panduan) Program Studi Dokter Spesialis Neurologi(PSDSN) Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya ini adalah untuk memberi petunjuk bagi para peserta program maupun staf pengajar, agar segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan dokter spesialis neurologi akan menjadi jelas Penyusunan kurikulum (Buku Panduan) ini berpedoman kepada: 1. Katalog ProgramStudi Ilmu Penyakit Saraf Tahun 1978, yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 2. Standar Pendidikan Dokter Spesialis Neurologi Tahun 2013 yang diterbitkan oleh KNI Perdossi 3. Kurikulum Program Studi Dokter Spesialis Neurologi Tahun 2013 yang diterbitkan oleh KNI Perdossi 4. Buku Standar Kompetensi Dokter Spesialis Saraf Tahun 2013 yang diterbitkan oleh KNI Perdossi. Bagian Neurologi berusaha mengembangkan ilmu penyakit saraf secara komprehensif dengan memperhatikan aspek-aspek medico-science dan medico-legal. Sejalan dengan kemajuan IPTEKDOKKES (Ilmu Pengetahuan Teknologi Kedokteran Kesehatan), kebutuhan akan pelayanan yang lebih baik dan kesadaran hukum masyarakat yang semakin tinggi maka untuk meningkatkan kualitas pendidikan, Kurikulum Program Studi Dokter Spesialis Neurologi memuat standar kompetensi minimal termasuk Tahapan Pendidikan serta kegiatankegiatan dalam tiap tahap dalam tiga model pendidikan yaitu: 1. Pendidikan Dokter Spesialis Saraf dengan pembobotan Neurosains 2. Pendidikan Dokter Spesialis Saraf/ Magister Neurosains terintegrasi 3. Pendidikan Dokter Spesialis Saraf/ Magister Epidemiologi Klinik Ketiga bentuk pendidikan ini telah dilaksanakan di pusat-pusat pendidikan dokter spesialis saraf di Indonesia yang dinilai memenuhi persyaratan. Pendidikan Dokter Spesialis Saraf / Magister Neurosains dilaksanakan di Bagian Neurologi FKUI dengan menitikberatkan pendalaman materi di bidang biologi molekuler dan penelitian dasar neurologi, sedangkan Bagian Neurologi UGM meaksanakan Pendidikan Dokter Spesialis Saraf / Magister Epidemiologi Klinik, dengan memfokuskan pada analisis ilmu penyakit saraf secara klinis dan komunitas, yang semua berpedoman kepada ‘evidence based medicine”. Bagian Neurologi FK UNSRI saat ini mengikuti kurikulum bentuk pendidikan dokter Spesialis Saraf dengan pembobotan Neurosains. Buku Panduan Program Pendidikan Dokter Spesialis saraf FK UNSRI ini merupakan revisi dari buku panduan sebelumnya yang telah dievaluasi melalui rapat Bagian Neurologi.

BAB II VISI, MISI dan TUJUAN PENDIDIKAN

VISI P “Pusat Rujukan dan Pendidikan Neurologi yang handal dan bermutu se Sumatera tahun 2018 Misi PSDSS Saraf  Menjadikan Pusat pendidikan yang berkualitas, sehingga lulusan dapat bersaing di era globalisasi  Menyelenggarakan penelitian neurosains, klinis dan komunitas yang berkualitas Nasional dalam upaya pengembangan ilmu dan teknologi kedokteran  Memberikan pelayanan Medik penyakit syaraf yang cepat, tepat, berkualitas dan memuaskan konsumen di RSMH dan RS Jejaring.  Menyelenggarakan upaya promosi kesehatan di bidang penyakit saraf  Mengembangkan profesionalisme sumber daya manusia (SDM)

Tujuan Pendidikan PSDSS Saraf Tujuan Umum Tujuan pendidikan dokter spesialis secara umum : 1. Mempunyai rasa tanggung jawab dalam pengamalan ilmu kesehatan sesuai dengan kebijakan pemerintah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 2. Mempunyai pengetahuan yang luas dalam bidangnya serta mempunyai keterampilan dan sikap yang baik sehingga sanggup memahami, memecahkan masalah kesehatan secara ilmiah dan dapat mengamalkan ilmu kesehatan kepada masyarakat yang sesuai dengan bidangnya secara optimal 3. Mampu menemukan, merencanakan, melaksanakan pendidikan, penelitian secara mandiri dan mengembangkan ilmu ke tingkat akademik yang lebih tinggi 4. Mampu mengembangkan sikap pribadi sesuai dengan etika ilmu dan etika profesi Tujuan Khusus Mengubah dan membentuk dokter umum melalui proses belajar dengan suatu kurikulum menjadi Dokter Spesialis Saraf, dengan Magister Neurosains atau dengan Magister Epidemiologi Klinik yang mempunyai peran, fungsi dan kompetensi sbb : 1. Mempunyai pengetahuan dan pengertian menyeluruh tentang penyakit saraf, juga menampilkan konsep neurosains dasar, neurologi klinik dalam neurologi dan keadaan/penyakit lain yang terkait. Mampu menguraikan makna/arti, tanda, dan gejala tertentu serta hasil-hasil pemeriksaan klinik yang lain, dan

2.

3.

4.

5.

6.

mempertunjukkan/mendemonstrasikan pengertiannya tentang berbagai cara pengobatan yang tepat untuk sekelompok kelainan/masalah tertentu, serta bagaimana mekanismenya agar intervensi tersebut dapat berhasil. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan klinik neurologi. Mengenal adanya masalah-masalah klinik, mengumpulkan informasi tentang masalah tersebut dari berbagai sumber, menilai data klinik atas dasar penguasaan peluang terbesar terjadinya masalah tersebut, menegakkan diagnosis atas dasar data yang dikumpulkan, menggunakan kesimpulan tersebut untuk merumuskan dan menerencakan pelaksanaan secara tepat dan mengevaluasi. Setelah itu meramalkan perjalanan penyakit saraf dan penyakit/keadaan lain yang terkait. Keterampilan prosedur dan tindakan klinik. Melaksanakan berbagai prosedur terutama yang memerlukan keterampilan dan psikomotor. Termasuk melakukan berbagai aspek pemeriksaan fisik, prosedur diagnosis dan melakukan prosedur terapeutik dalam bidang Ilmu Penykit Saraf dan keadaan/penyakit lain yang terkait. Keterampilan Interpersonal. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan memahami perilaku penderita, baik yang terucap maupun tersirat, “membesarkan hati” penderita, bereaksi wajar terhadap perasaan penderita, dan menggunakan keterampilan interpersonal untuk bekerja sama dengan sesama insan profesi kesehatan lainnya. Kebiasaan kerja dan sikap professional. Dalam melakukan tanggung jawab profesi senantiasa menampilkan objektivitas, ketelitian, kegighan efisiensi, keterandalan, kewaspadaan, dan penuh pengabdian kepada kebutuhan penderita serta kelaurganya. Senantiasa siap untuk melakukan tanggung jawab profesionalnya sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil perawatan kedokteran/kesehatan yang sebesar-besarnya. Disamping itu juga senantiasa melakukan tanggung jawab profesionalnya secara sopan dan penuh kasih sayang berdasarkan Kode Etik Kedokteran. Mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas penelitian dasar, klinik dan komunitas. Mempunyai motivasi mengembangkan pengalaman belajarnya sehingga dapat mencapai tingkat akademik lebih tinggi.

BAB III PROGRAM STUDI DOKTER SPESIALIS SARAF PENYELENGGARA

Penyelenggara program studi dokter spesialis saraf adalah pusat pendidikan dokter spesialis saraf yang berada di lingkungan departemen Fakultas Kedokteran Negeri yang telah dinilai, disetujui dan ditetapkan oleh Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI). Fakultas Kedokteran UNSRI berdasarkan surat keputusan MKKI No. 01/MKKI/SK/2003 telah diresmikan sebagai pusat pendidikan dokter spesialis saraf. Institusi Pendidikan Kedokteran dalam hal ini tingkat Fakultas bertanggung jawab terhadap : 1. Penyelenggaraan dan kelancaran proses praseleksi calon peserta program studi misalnya : ▪ Kelengkapan administrasi ▪ Tes kesehatan ▪ Tes Psikologi ▪ Tes Bahasa Inggris 2. Koordinasi seleksi peserta program studi dan melaporkan hasil seleksi pada pimpinan fakultas. 3. Pelaksanaan aktifitas pendidikan bersama antar program studi atau matrikulasi seperti: ▪ Orientasi tatalaksana RS Pendidikan ▪ Orientasi FK Penyelenggaraan. ▪ Metode Penelitian ▪ MKDU, Kuliah bersama seluruh peserta program studi Fakultas Kedokteran 4. Koordinasi penyelenggaraan proses pendidikan antar program studi 5. Pengawasan dinamika peserta program studi. 6. Kelancaran peserta program studi yang dihentikan pendidikannya atau yang sudah selesai pendidikan untuk diwisuda di fakultas. 7. Penyaluran dan koordinasi pelaksanaan adaptasi dokter spesialis lulusan luar negeri. 8. Konseling bagi peserta program studi di tingkat fakultas

PENGELOLA Organisasi Program Studi dipimpin oleh seorang Ketua Program Studi (KPS) dan Sekretaris Program Studi (SPS), yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan dokter spesialis saraf.

Ketua Program Studi (KPS) Neurologi 1. KPS adalah seorang dokter spesialis saraf sebagai staf pengajar berpangkat sekurang-kurangnya lektor kepala dengan pengalaman minimal 5 tahun dalam bidang pendidikan (medical education) dan diterima seluruh staf pengajar. 2. KPS tidak merangkap sebagai Ketua Jurusan atau Ketua Bagian.

3. KPS dipilih oleh dan disetujui oleh rapat staf pengajar Bagian Neurologi, kemudian diusulkan ke Dekan Fakultas Kedokteran melalui Kepala Bagian dan dikukuhkan serta diangkat dengan Surat Keputusan Rektor. 4. KPS secara ex-officio adalah anggota Kolegium Neurologi Indonesia. Sekretaris Program Studi (SPS) Neurologi 1. SPS adalah seorang dokter spesialis saraf sebagai staf pengajar berpangkat sekurang-kurangnya lektor, membantu KPS dalam mengelola penyelenggaraan pendidikan PPDS. 2. SPS dipilh oleh dan disetujui oleh rapat pengajar Bagian Neurologi, kemudian diusulkan ke Dekan Fakultas Kedokteran melalui Kepala Bagian dan dikukuhkan serta diangkat dengan Surat Keputusan Rektor. Ruang Lingkup Tugas KPS dan SPS KPS dan SPS bertanggung jawab atas pengelolaan kegiatan penyelenggaraan program studi dengan : 1. Merencanakan pelaksanaan program studi sesuai kurikulum pendidikan yang dijabarkan dalam buku panduan pelaksanaan. 2. Menyelenggarakan seleksi akademis calon peserta program studi dengan melibatkan staf pengajar terkait. 3. Melaporkan hasil seleksi dan mengembalikan peserta yang ditolak kepada fakultas. 4. Menggunakan perangkat proses pendidikan untuk pelaksanaan pendidikan, bekerja sama dengan ketua bagian, KODIK S1 dan sarana lain yang digunakan untuk pendidikan. 5. Menyelenggarakan penilaian pendidikan terhadap peserta program studi terus menerus secara objektif dengan melibatkan semua staf pengajar serta melaksanakan teguran, peringatan atau sanksi kepada peserta program studi yang bermasalah. 6. Menyusun rencana anggaran serta petanggungjawaban pelaksanaan anggaran pada pimpinan fakultas. 7. Melaksanakan tugas administrasi sehari-hari. 8. Membuat laporan berkala setiap semester mengenai: a. Calon peserta program studi yang diterima dari seluruh pelamar. b. Kemajuan tahap pendidikan yang termasuk kegagalan/penundaan, penghentian pendidikan. c. Penyelesaian pendidikan (wisuda). d. Daftar staf pengajar resmi. e. Daftar unit-unit kerja yang digunakan di RS Pendidikan. Ruang Lingkup Tugas Ketua Bagian/Departemen 1. Menetapkan staf bagian sebagai staf pengajar dengan jenjang penilai,pendidik dan pembimbing sesuai kualifikasi dalam kurikulum.

2. Menugaskan sumber daya manusia (Human Resources) staf akademik, non akademik, perawat dan lain-lain sesuai dengan tugas dan wewenangnya. 3. Mempersiapkan perangkat proses pendidikan (Learning Resources) bangsal, poliklinik, pasien, laboratorium, perpustakaan, ruang kuliah,dsb. Sesuai kebutuhan pendidikan. 4. Memantau penyelenggaraan kegiatan proses pendidikan, berkoordinasi dengan KPS. TENAGA PENGAJAR Tenaga pengajar adalah para pakar yang karena kompetensi mempunyai tugas melaksanakan tugas/pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan bidang keahlian/ilmunya serta diberi wewenang membimbing, mendidik, dan menilai para peserta program pendidikan dokter spesialis saraf di dalam proses pendidikannya. Jumlah tenaga pengajar minimal 7 (tujuh) orang dokter spesialis saraf di samping pakar di bidang lain yang terkait, dan sekurang-kurangnya 2 (dua) diantaranya dengan tingkat penilai. Penggolongan Tenaga Pengajar Penggolongan tenaga pengajar adalah sebagai berikut: Pembimbing Definisi : Pembimbing adalah tenaga pengajar yang melaksanakan pengawasan dan bimbingan terutama dalam keterampilan tetapi tidak diberi tanggung jawab atas bimbingan peningkatan bidang ilmiah (kognitif). Kualifikasi: 1. Dokter spesialis saraf yang ditugaskan sebagai tenaga pengajar dengan SK pengangkatan oleh yang berwenang. 2. Sarjana ahli bidang di luar ilmu penyakit saraf yang ditugaskan sebagai staf pengajar dengan masa kerja minimal 3 tahun dengan SK pengangkatan oleh yang berwenang.

Pendidik Definisi: Pendidik adalah tenaga pengajar yang berkemampuan sebagai pembimbing dan bertanggung jawab atas peningkatan bidang ilmiah (kognitif). Kualifikasi:

1.Dokter spesialis saraf yang berpengalaman kerja minimal 3 tahun terus menerus sebagai pembimbing di Pusat Pendidikan Dokter Spesialis Saraf yang diakui. 2.Sarjana ahli bidang di luar Ilmu Penyakit Saraf dengan masa kerja minimal 5 tahun sebagai tenaga pengajar di pusat pendidikan keahlian yang diakui. 3.Staf pengajar tamu dengan rekomendasi dari badan pendidikan yang berwenang (Badan Koordinasi Pelaksanaan PPDS). Penilai Definisi: Penilai adalah tenaga pengajar yang selain mempunyai kemampuan sebagai pendidik diberi wewenang untuk menilai hasil belajar peserta program. Staf pengajar tamu ( diluar ilmu penyakit saraf) yang diberi wewenang untuk menilai hasil belajar peserta program, dengan SK yang berwenang. Kualifikasi: 1. Dokter spesialis saraf yang berpengalaman kerja minimal 3 tahun terus menerus sebagai pembimbing di Pusat Pendidikan Dokter Spesialis Saraf yang diakui. 2. Sarjana ahli di bidang di luar ilmu penyakit saraf atau staf tamu yang berpengalaman sebagai tenaga penilai di pusat pendidikan keahlian yang diakui. 3. Dokter spesialis saraf sebagai staf pengajar yang memenuhi syarat dapat diangkat menjadi Ketua Program Studi. Tenaga Penguji Nasional Ketentuan tentang penyelenggaraan Ujian Nasional dan Kriteria serta nama Penguji Nasional ditetapkan oleh Kolegium Neurologi Nasional (KNI). Komisi Ujian Nasional (KUN) adalah suatu badan di lingkungan KNI yang menyelenggarakan Ujian Nasional Neurologi.

Tenaga Penguji Nasional Ketentuan tentang penyelenggaraan Ujian Nasional dan Kriteria serta nama Penguji Nasional ditetapkan oleh Kolegium Neurologi Indonesia (KNI). Komisi Ujian Nasional (KUN) adalah suatu badan di lingkungan KNI yang menyelenggarakan Ujian Nasional Neurologi.

Penguji pada Ujian Nasional Neurologi adalah dosen/tenaga yang pengajar penilai dengan kriteria sebagai berikut: 1. Spesialis saraf Konsultan atau Spesiali Saraf yang telah lebih dari 8 tahun bekerja di pusat pendidikan Dokter Spesiali Saraf. 2. Diusulkan kepada KNI oleh KPS dan diketahui oleh Kepala Bagian Pusat Pendidikan. 3. Dikukuhkan oleh KNI dengan SK sebagai penguji. 4. Tercatat dalam Daftar Penguji Nasional. Penguji dalam suatu Ujian Nasional berasal dari berbagai pusat pendidikan dan ditetapkan oleh KNI, yaitu 2 orang dari pusat pendidikan yang bersangkutan dan 1 orang dari pusat pendidikan lainnya. Pengembangan Tenaga Pengajar Pengembangan dan peningkatan staf pengajar dalam bidang akademik dan profesi dilaksanakan secara berkesinambungan serta disesuaikan dengan kebutuhan. Kuantitatif: 1. Penambahan jumlah staf pengajar dapat diambil dari peserta didik yang berprestasi, berminat dan berdedikasi baik. 2. Dokter Spesialis Saraf lulusan Fakultas Kedokteran Negeri atau bukan, dapat diusulkan dan diangkat menjadi tenaga pengajar/tenaga pengajr luar biasa sesuai peraturan pusat pendidikan/fakultas kedokteraan penyelenggara. Kualitatif: 1. Staf pengajar diharapkan mengikuti latihan peningkatan kemampuan memdidik. 2. Staf pengajar diberi kesempatan untuk menegembangkan diri di bidang spesialisasinya atau menempuh suatu pendidikan formal dalam bidang tertentu untuk memperoleh sebutan Dokter Spesialis Saraf Konsultan. 3. Mendorong staf pengajar mengikuti Program Pendidikan Strata III.

PESERTA DIDIK Peserta didik adalah seorang dokter yang memenuhi semua persyaratan yang telah ditetapkan dalam Penerimaan Calon Peserta Program, berusia maksimal 35 tahun dan lulus ujian seleksi yang berlaku. Jumlah maksimal peserta program per program 2 kali jumlah tenaga pengajar yang mempunyai jabatan lektor atau yang setara.

FASILITAS PENDIDIKAN Pusat pendidikan dokter spesialis saraf menggunakan dan memanfaatkan sarana Rumah Sakit Dr.Mohammad Hoesin Palembang (RS Tipe A) sebagai Rumah Sakit Pendidikan, yang mempunyai fasilitas: 1. Sarana Rawat Inap a. Mempunyai 60 tempat tidur (minimal 100 tempat tidur dengan BOR minimal 60%). b. Ruang Poliklinik Umum c. Ruang Poliklinik Khusus/Spesialistik d. Ruang Perawatan Gawat Darurat Minimal 2. Peralatan Diagnosa : a. Elektroencephalograph b. Echoencephalograph c. Elektromyograph dan Evoke Potential d. Brain CT Scan e. Trancranial Doppler Sonography f. Brain MRI 3. Layanan pendidikan spesialis : a. Departemen/Bagian Ilmu Penyakit Dalam dan Jantung. b. Departemen/Bagian Ilmu Kesehatan Anak c. Departemen/Bagian Rehabilitasi Medik d. Departemen/Bagian Psikiatri e. Departemen/Bagian Radiologi f. Departemen Bedah/Bedah Saraf g. Departemen Anestesiologi h. RSUD Sekayu Musi Banyuasin 4. Sistem Pencatatan Medik Rumah Sakit 5. Perpustakaan Bagian Neurologi (buku-buku, majalah-majalah dalam dan luar negeri sesuai dengan katalog), di samping perpustakaan fakultas. 6. Sistem Informasi Internet, Multimedia.

LAMA PENDIDIKAN Lamanya pendidikan untuk Dokter Spesialis Saraf adalah 8 semester, meliputi: ▪ 2 semester : kualifikasi ▪ 4 semester : pendalaman ▪ 2 semester : akhir Program Magister Neurosains diintegrasikan selama 4 semester, dan dilaksanakan di awal semester.

Proporsal penelitian akhir/Tesis diajukan pada semester ke 6, diseminarkan, diperbaiki dan disetujui paling lambat pada semester 8, atau sebelumnya. KETENTUAN TENTANG PENELITIAN AKHIR 1 2 3 4 5

Tesis akhir adalah milik pusat Pendidikan ditempat PPDS tersebut melakukan penelitiannya. Pembimbing adalah Peneliti Utama-nya. Judul-judul penelitian ditentukan oleh Pusat Penelitian bersangkutan Penelitian diawali dengan pengajuan proposal dan ujian. Setelah lulus, peserta program melakukan penelitian sesuai dengan rentetan didalam proposal. Selanjutnya peserta mengajukan seminar hasil penelitian pada akhir semester.

PELAKSANAAN PENDIDIKAN Seperti telah diuraikan dalam bab pendahuluan bahwa program pendidikan dikelompokkan menjadi 3 yaitu: 1 2 3

PPDS dengan pembobotan Neurosains PPDS / Magister Neurosains PPDS / Magister Epidemiologi Klinik

FK UNSRI mengikuti bentuk kurikulum yang pertama, dimana pelaksanaanya diawali dengan pendidikan dasar dan dilanjutkan dengan keterampilan klinik. Seluruh kegiatan mengacu paada kurikulum yang ditentukan dengan Basis kompetensi. Peserta didik mencatat semua kegiatan pendidikan didalam Buku Kegiatan Ilmiah Calon Dokter Spesialis Saraf (log book) yang disahkan oleh Kepala Bagian dan KPS.

KEGIATAN AKADEMIK 1

KULIAH Program pendidikan spesialis saraf di mulai dengan mengikuti kuliah, yang dilaksanakan dapat bersama-sama program spesialis lain. MATA KULIAH DASAR KLINIK (pada semester 1) :  Epidemiologi Klinik dan Evidence-based medicine  Farmakologi klinik  Biomolekuler  Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Etika Profesi  Metodologi Penelitian  Biostatistik dan komputer statistik  Genetika Kedokteran  Ilmu Administrasi Kesehatan  Pengetahuan dasar Laboratorium Klinik  Neuroanatomi Neurofisiologi  Neurofarmakologi

     

Diagnosis fisik penyakit saraf Diagnosis laboratorium penyakit saraf Patofisiologi penyakit saraf Penyakit non neurologi yang menimbulkan komplikasi Neuro Vasculer I Neuro infeksi I

MATA KULIAH ILMU PENYAKIT SARAF (pada semester II) :    

Neuro Vasculer II Neuro Infeksi II Dasar - dasar neurp imaging Neuroemergenci

MATA KULIAH ILMU PENYAKIT SARAF (pada semester III,dst)                 2

Cedera Kepala Cedera Medula Spinalis Neurobehavior Pain + sefalgia Neurootologi Gangguan gerak EEG Gangguan saraf tepi, otonom dan otot ENMG, EMG, Evoked Potensial Neurooftalmologi Neuropediatri Neurosurgeri Neurointensif Neuropsikiatri TCD dan Carotid dopler Neuroendokrin, Neuroimonologi, Neurohematologi

PROPOSAL Proposal penelitian merupakan kegiatan akademik yang direncanakan dan disusun menurut kaidah penulisan ilmiah agar dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan penelitian tesis. Tujuan :  Menerapkan metodelogi penelitian  Mendaopatkan pengalaman dan keterampilan menulis usulan penelitian ilmiah  Sebagai dasar melakukan penelitian ilmiah untuk penelitian tesis ditahap berikutnya

3

JOURNAL READING Journal reading adalah kegiatan akademik melalui pembahasan makalah ilmiah didepan forum. Tujuan : Mendapat kemampuan menganalisis makalah ilmiah secara kritis (critical appraisal) sesuai tata cara baku, sehingga dapat menyimpulkan bobot (mutu penulisan ) makalah dan substansi yang terkandung didalamnya.

4

REFERAT Referat ialah kegiatan akademik dengan cara mensarikan beberapa makalah ilmiah yang relevan menjadi satu topic bahasan dalam bentuk penulisan sari ilmiah atau review article. Tujuannya :  Mendapatkan kemampuan memilih bermacam makalah ilmiah yang bermutu untuk disarikan.  Mendapat kemampuan menerapkan critical appraisal beberapa makalah ilmiah untuk mendapatkan kesimpulan.  Mendapatkan kemampuan menulis ringkasan dari berbagai makalah menjadi suatu makalah ilmiah baru.

5

SARI PUSTAKA Sari pustaka ialah pendalaman akademik dengan cara menyarikan berbagai makalah ilmiah menjadi suatu karya ilmiah tulis yang disusun menurut kaidah penulisan ilmiah. Tujuannya :  Mendapatkan pengalaman, pengetahuan dan keterampilan membaca, menilai dan menganalisis makalah ilmiah.  Mendapatkan keterampilan menulis kembali ringkasan berbagai makalah ilmiah yang baku.  Mendapatkan berbagai pokok bahasan, topic, masalah, kesimpulan yang mungkin dapat diteliti lebih lanjut sebagai penelitian ilmiah untuk menyusun tesis.  Mengiatkan keterampilan menyajikan dan mendiskusikan makalah tersebut di depan forum ilmiah.

6

PELAKSANAAN PENELITIAN Pelaksanaan penelitian adalah kegiatan akademik yang menggunakan penalaran ilmiah dan memenuhi persyaratan metodelogi disiplin Neurologi. Ketentuan umum:  Penelitian menggunakan metode kuantitatif atau kualitatif atau keduanya.  Segera setelah proposal penelitian dinyatakan lulus, penelitian telah dapat dilaksanakan selambat-lambatnya awal semester VII.

7

PENULISAN TESIS

Penulisan Tesis merupakan kegiatan akademik dengan cara mengolah hasil kegiatan penelitian dalam bentuk karya tulis yang bersifat teoritis konseptual berdasarkan analisis data sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program studi. Ketentuan umum:  Tesis dituliskan dalam bahasa Indonesia dengan abstrak dalam bahasa Indonesia dan inggris.  Beban penulisan Tesis 8-10 SKS termasuk seminar proposal penelitian dan atau seminar hasil penelitian  Pembimbing Tesis ditentukan oleh coordinator bagian masing-masing fakultas yang bersangkutan.  Tesis yang sudah disusun dan disetujui oleh pembimbing dilaporkan kepada KPS untuk dijadwalkan ujiannya.

KEGIATAN PROFESI SAJIAN KASUS (PRSESENTASI KASUS). Sajian kasus adalah kegiatan profesi dalam bentuk menyajikan satu kasus untuk dibahas di forum ilmiah. Tujuannya: 1. Mendapatkan kemampuan menyusun suatu kasus dalam satu makalah sajian kasus menurut tatacara baku. 2. Mempunyai kemampuan menyajikan satu kasus di forum ilmiah. 3. Mendalami substansi kasus tersebut.

Ketentuan Umum:   

Kasus dipilih oleh pembimbing atau dokter ruangan selaku pembimbing, boleh juga dipilih peserta didik setelah mendapat persetujuan. Kasus akan disajikan harus dilaporkan kepada KPS untuk dijadwalkan penyajiannya. Kasus yang dipilih diutamakan kasus sulit, kasus problematic, kasus kematian dan kasus yang jarang dijumpai.

TUGAS PRESENTASI Dalam menjalani pendidikannya peserta didik berkewajiban menyelesaikan tugas presentasi ilmiah yang secara ringkas tergambar pada table dibawah ini : NO 1.

TUGAS Presentasi kasus /

URAIAN Kasus yang cukup problematic baik

JUMLAH 7

Kasus terpadu / kasus kematian (English) Presentasi jurnal (english)

dalam hal diagnosis, terapi maupun prognosis. Jenis kasus bervariasi sesuai dengan sub-bagian yang ada. Jurnal yang telah dikaji secara kritis metodologinya. Jenis bervariasi sesuai sub-bagian yang ada.

6.

Presentasi pada pertemuan Regional Presentasi pada pertemuan Nasional Proposal Penelitian Referat

7.

Tesis akhir

8.

Mini Penelitian

Jenis presentasi bervariasi, diutamakan regional yang akan menjadi tesis akhir Jenis presentasi bervariasi, diutamakan nasional yang akan menjadi tesis akhir Menyampaikan rencana penelitian yang akan dikerjakan Dapat berbentuk overview atau metaanalisis Menyampaikan hasil penelitian sesuai proposal Menyampaikan hasil penelitian berupa penelitian deskriptif

2.

3.

4.

5.

7

1

2

1 2 1 1

STASE NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

STASE Bangsal Poliklinik dan rawat Darurat (IRD) ENMG, evoked potensial EEG Neurosurgery Neuroradiologi Neuropsikiatri TCD Ilmu Penyakit Dalam(endokrin, hematologi,neuroimunologi, neurovasculer) Neuropediatri

LAMA STASE (bulan) 18 6 3 3 1 1 2 1 2 2

11. 12. 13 14

Neuroofthalmologi Neurorehabilitasi Neurointensif Konsulen dan Rumah Sakit jaringan JUMLAH

1 1 1 6 48 bulan

GARIS BESAR KURIKULUM DAN KEGIATAN PENDIDIKAN 1. Pengetahuan teori dasar dan dasar Neurologi 2. Pengetahuan teori klinik umum Dasar-dasar dan pengetahuan klinik penyakit saraf 3. Pengetahuan Teori Klinik Khusus a. Masalah Penyakit Saraf yang sering terjadi b. Masalah Penyakit Saraf gawat yang sering terjadi c. Masalah Penyakit Saraf gawat yang jarang terjadi d. Masalah Penyakit Saraf yang jarang terjadi e. Masalah Penyakit Saraf lainnya 4. Keterampilan a. Klinis Neurologi b. Menggunakan alat diagnostik c. Perawatan medik d. Kedaruratan Neurologi 5. Tanggung jawab a. Dokter Jaga b. Tanggung jawab di masing-masing stase 6. Kegiatan ilmiah a. Mengikuti pertemuan ilmiah b. Menyajikan karya tulis 7. Kegiatan mendidik mahasiswa Kedokteran dan Keperawatan 8. Teori Penelitian Dasar, Lanjutan dan Penulisan Tesis. BENTUK PENGALAMAN BELAJAR PROGRAM STUDI ILMU PENYAKIT SARAF 1. Kuliah pasca sarjana Bagi peserta program semester I dan II diwajibkan mengikuti kuliah umum neurologi untuk mahasiswa. 2. Mengikuti penyajian naskah ilmiah 3. Menyusun dan menyajikan naskah ilmiah 4. Mengikuti kegiatan mendidik mahasiswa 5. Konsultasi rujukan 6. Tugas baca 7. Diskusi kelompok dan bimbingan di sub bagian 8. Mengikuti simposium keahlian, penataran dan sebagainya 9. Tugas Bangsal 10. Tugas Jaga 11. Tugas Poliklinik 12. Tugas Lapangan 13. Tugas Laboratorium

14. Menyusun dan mengajukan laporan kasus 15. Tindakan darurat 16. Tugas stase di bagian/sub bagian a. Sub-bagian/sub spesialisasi neurologi b. Bagian Anak c. Bagian Psikiatri d. Perawatan Intensif e. Bagian Penyakit Dalam f. Bagian Radiologi g. EEG h. EMG, ENMG dan Evoked Potensial i. Bagian Bedah saraf j. Bagian Ilmu Penyakit Mata k. Bagian Rehabilitasi Medik 17. Pengalaman kerja mandiri di Rumah Sakit lain (RS swasta/RS tipe yang lebih rendah, tipe B/C). Dalam hal ini di Rumah Sakit Umum daerahSekayu Kabupaten Musi Banyuasin

TAHAPAN PENDIDIKAN Program Pendidikan Dokter Spesialis Saraf dibagi dalam 4 tahapan pendidikan. Masingmasing tahap mempunyai tujuan pendidikan dan dicapai melalui pengalaman dan pensisikan tertentu.

Kompetensi tiap tahap pendidikan : Tahap I 1. Mampu menjelaskan teori dasar sistem/organ saraf pusat (SSP) dan tepi (SST) pada tahap embrional, perkembangan, sehat dan sakit, serta pengetahuan klinis umum lainnya yang berhubungan dengan konsep dasar teori tersebut 2. Mampu melakukan pemeriksaan fungsi SSP?SST dan membuat diagnosis kasus-kasus saraf dalam keadaan sehat dan sakit, serta hubungan sebab akibat dengan sistem/organ tubuh lainnya pada tata laksana klinis neurologis. 3. Mampu menghayati dan mengamalkan secara kritis-analitis, rasional-ilmiah konsepkonsep yang mendasari teori tersebut. 4. Mampu menjelaskan konsep neuro-biomolekuler pada masalah sumber daya manusia berdasarkan konsep neurologi dasar 5. Mampu menjelaskan teori klinis SSP/SST faali dan patologi 6. Mampu menjelaskan teori klinis khusus dalam bidang neurologi perkembangan, neuro-pediatri, neuro-imunologi, neuro-farmakologi, neuro-fisiologi, neuro-patologi, neuro-behavior, neuro-oftalmologi, neuro-otologi, neuro-endokrinologi, neuroonkologi, neuro-biomolekuler, neuro imaging, nauro restorasi/rehabilitasi, serta menerapkan kedokteran komunitas dalam masyarakat sesuai Sistem Kesehatan Nasional danUU Kesehatan No. 23 tahun 1992 Tahap IIA

1. Mampu menjelaskan teori klinis kedaruratan neurologi dan antisipasi awal terhadap ancaman kedaruratan sistem/organ tubuh lainnya 2. Mampu menjelaskan teori cara-cara penunjang diagnosis pada neurologi 3. Mampu menjelaskan kelayakan dan kesulitan tindakan operasi kasus-kasus neurologi 4. Mampu melaksanakan pemberian anestesi local/analgesic di bidang neurologi 5. Mampu melaksanakan biopsy otot dan saraf 6. Mampu melakukan tindakan punksi di bidang neurologi 7. Mampu menghayati secara kritis-analitis dan rasional teori-teori tersebut dengan menggunakan fasilitas kepustakaan 8. Mampu menuliskan rujukan kepustakaan yang dapat diajukan pada pertemuan ilmiah atau dipublikasikan dalam majalah ilmiah 9. Mampu menyusun dan menyajikan laporan kasus dalam pertemuan ilmiah 10. Mampu membimbing tahap I Tahap IIB 1. Mampu memecahkan masalah neurologi secara tuntas 2. Mampu menjawab konsultasi disiplin lain secara tepat dan bertanggung jawab 3. Mampu melakukan upaya neurodiagnostik dan menginterprestasikan secara tepat 4. Mampu menjelaskan semua masalah neurologis secara tepat pada semua tingkat pengetahuan yang ada dalam masyarakat 5. Mampu mengawasi, mengarahkan prilaku dan sikap serta tindakan yang dilakukan yuniornya (tahap I) Tahap III 1. Mampu menjadi otoritas penanganan kasus neurologi secara paripurna 2. Mampu mengelola dan dapat dipertanggungjawabkan semua aktifitas tim jaga, tim ruangan dan tim rawat jalan 3. Mampu melaksanakan tugas sebagai spesialis saraf dan bertanggung jawab terhadap pembimbingnya 4. Mampu melakukan dan melaksanakan program promosi, prevensi, kuratif, rehabilitasi dan berorientasi secara individual dan masyarakat 5. Mampu menjadi coordinator tim pelaksana tugas fungsional neurologi sesuai dengan SKN, UU Kesehatan No 23/ 1994, UU Pendidikan Nasional No.2/1989 6. Mampu menyelesaikan penelitian akhir untuk penyusunan tesis. CARA PENCAPAIAN TAHAPAN 1. Tahap I, IIA, IIB Rumusan umum perilaku yang ingin dicapai pada tahap pendidikan ini adalah : Memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap untuk dapat menghadapi masalah neurologi yang sering terdapat dalam masyarakat. Cara pencapaian tahap ini : Isi Kurikulum dan Kegiatan A. Pengetahuan teori dasar B. Pengetahuan teori klinik C. Pengetahuan teori klinik khusus : 1. Masalah neurologi yang sering

Bentuk Pengalaman Belajar a. Kuliah pasca sarjana b. Penyajian naskah ilmiah c. Menyusun da menyajikan naskah ilmiah

D. E. F. G.

terjadi 2. Masalah neurologi gawat yang jarang terjadi Ketrampilan Tanggung jawab Kegiatan ilmiah Teori penelitian dasar, lanjutan dan penulisan tesis

d. Mengikuti kegiatan dalam pendidikan mahasiswa e. Konsultasi rujukan f. Tugas baca g. Diskusi kelompok dan bimbingan h. Mengikuti simposium, penataran dan sebagainya i. Tugas bangsal j. Tugas jaga k. Tugas poliklinik l. Tugas lapangan m. Tugas laboratorium n. Menyusun dan mengajukan laporan kasus o. Tindakan darurat p. Tugas stase di Bagian/sub bagian q. Tugas kerja mandiri

2. Tahap III Rumusan masalah perilaku yang ingin dicapai pada tahap pendidikan ini adalah : Melengkapi pengetahuan dan keterampilan bidang neurologi khusus yang telah didapat pada tahap I dan II, sehingga dapat memberikan dan mengembangkan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan optimal, serta dapat melaksanakan penelitian dan pendidikan dalam bidang neurologi. Cara pencapaian tahap ini : A.

B. C. D. E.

Isi Kurikulum dan Kegiatan Pengetahuan teori klinik khusus : 1. Masalah neurologi yang sering terjadi 2. Masalah neurologi gawat yang jarang terjadi Keterampilan Tanggung jawab Kegiatan Ilmiah Kegiatan Mendidik

a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o.

KURIKULUM PENDIDIKAN

Bentuk Pengalaman Belajar Menyusun dan menyajikan naskah ilmiah Mengikuti kegiatan dalam pendidikan mahasiswa Konsultasi rujukan Tugas baca Diskusi kelompok dan bimbingan Mengikuti simposium, penataran dan sebagainya Tugas bangsal Tugas jaga Tugas poliklinik Tugas lapangan Tugas laboratorium Menyusun dan mengajukan laporan kasus Tindakan darurat Tugas stase di bagian/ sub-bagian Tugas kerja mandiri

Kurikulum Pendidikan yang dipakai Pada tahun 2011 ini adalah kurikulum Program Pendidikan Dokter Spesialis Saraf Tahun 2010, yang tertuang dalam buku kurikulum Pendidkan Dokter Spesialis Saraf FK UNSRI Tahun 2010.

Related Documents


More Documents from "tri aditya"

Buku Panduan Neuro 1
March 2021 0
Surat Lamaran Kimia
January 2021 0
Akreditasi Pelayanan Ugd
February 2021 0
Lifting Lug Sample
January 2021 1
P00b
February 2021 4