Buku Wirid (1)

  • Uploaded by: Rossnani Juaing
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Buku Wirid (1) as PDF for free.

More details

  • Words: 12,791
  • Pages: 96
Loading documents preview...
M. Yunus A. Hamid At Tijany

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah ( Wirid Wajib - Thariqah At Tijaniyah)

Diterbitkan oleh: Zawiyah Tarbiyah At Tijaniyah Klender - Jakarta Timur

َ َ‫ﺍ‬ ‫ﻻ ِﺑ ِﺫ ْﻛ ِﺭ ﷲِ َﺗ ْﻁ َﻣ ِﺋ ﱡﻥ ْﺍﻟ ُﻘﻠُ ْﻭ ُﺏ‬ (۲۸ – ‫) ﺍﻟﺭﻋﺩ‬ Ingat hanya dengan mengingat Allah hati

akan menjadi tenang. (Ar ro’d : 28)

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

3

‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﲪﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ‬ Muqaddimah

َْ ‫ا‬ ‫ِﲔ‬ َ ْ ‫ِﻦ أُﱠﻣ ِﺔ َﺳﻴﱢ ِﺪ اﻷﻧْﺒِﻴَﺎ ِء َواﻟْ ُﻤ ْﺮ َﺳﻠ‬ ْ ‫َﳊ ْﻤ ُﺪ ﷲِ اﻟﱠﺬ‬ ْ ‫ِي َﺟ َﻌﻠَﻨَﺎﻣ‬ َ ‫اﻟﺼ‬ ‫ﻼ ُة‬ ‫ﲔ َو ﱠ‬ َ ْ ‫َوَﻫ َﺪاﻧَﺎ إ َِﱃ َﻃ ِﺮْﻳـ َﻘ ِﺔ َﺧﺘْ ِﻢ اﻷَ ْوﻟِﻴَﺎ ِء اﻟْ ُﻤ َﺤ ﱠﻤ ِﺪﱢﻳـ‬ َ ‫اﻟﺴ‬ ‫ِﲔ‬ ‫َو ﱠ‬ َ ْ ‫ِﺢ ِ َﳉﻤِﻴْ ِﻊ اﻟْ َﻌﺎﻟَﻤ‬ ِ ‫ﻼ ُم َﻋﻠَﻰ َﺳﻴﱢ ِﺪﻧَﺎ ﳏَُ ﱠﻤ ٍﺪ اﻟْ َﻔﺎﺗ‬ ‫َو َﻋﻠَﻰ أَﻟِِﻪ َوأَ ْﺻ َﺤﺎﺑِ ِﻪ اﳍَْﺎ ِدﻳْ َﻦ اﻟْ ُﻤ ْﻬﺘَ ِﺪﻳْ َﻦ إ َِﱃ َﻳـ ْﻮِم اﻟ ﱢﺪﻳْ ِﻦ‬ : ‫أ ﱠﻣﺎَﺑـ ْﻌ ُﺪ‬ Alhamdulillah, dengan rahmat, nikmat, hidayah dan ‘inayah Allah SWT saat ini telah hadir di hadapan sidang pembaca sebuah buku sederhana berjudul “AURAD AL LAAZIMAH THARIQAH AT TIJANIYAH” yang secara khusus membahas wirid wajib Thariqah At Tijaniyah syarat syarat dan kaifiyahnya. Yang mana hal ini kami cetak dalam rangka memenuhi permintaan teman teman ihwan thariqah Tijani untuk memudahkan mereka

4

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

melatih dan membimbing calon ihwan dan ihwan baru dalam pengenalan dan pengamalan wirid wajib thariqah Tijani. Kami sampaikan penghargaan dan ungkapan rasa terima kasih yang setinggi tingginya kepada semua fihak yang telah membantu proses pencetakan buku ini, dan jika ada khilaf dan kekurangan dalam buku ini, justru itu adalah bagian dari kesempurnaannya. Karena setiap karya makhluk baru sempurna jika ada kurang dan khilafnya. Hanya Allah SWT yang Maha Sempurna dan lepas dari semua kekurangan. Oleh karena itu kami siap menerima tegur sapa dan koreksi dari sidang pembaca yang budiman. Selamat membaca dan semoga membawa banyak barokah dan manfaat bagi kita semua. Amiin yaa Rabbal ‘aalamiin. Jakarta. Awal Syawal 1434 H. Penulis,

5

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Daftar isi i. ii. iii. iv.

Halaman Judul ................................................. Halaman moƩo ............................................... Halaman kata pengantar ................................. Halaman DaŌar Isi ...........................................

Bab. I. 1. Sekilas tentang Thariqah At Tijaniyyah .......... 2. Keutamaan Thariqah At Tijaniyah ................... 3. Syarat syarat masuk thariqah At Tijaniyah ...... 4. Kewajiban Ikhwan Thariqah At Tijaniyah ........ 5. Larangan atas Ikhwan Thariqah At Tijaniyah ... 6. Peraturan melakukan dzikir ............................ 7. Syarat-syarat membaca Jauharatul Kamal ....... 8. Hal hal yang menyebabkan keluar dari Thariqah At Tijaniyah ......................................

1 2 3 5

7 10 18 22 24 29 31 32

Bab. II. Adab dalam Thariqah At Tijaniyah. 1. Adab terhadap diri sendiri .............................. 37 2. Adab terhadap guru / Sayyidi Syeikh, Para Khalifah dan Muqaddam ................................. 38 3. Adab terhadap sesama ikhwan Thariqah At Tijaniyah ...................................................... 43 Bab. III. 1. Wirdus Shabah ................................................ 48 2. Wirdul Masa’ ................................................... 48

6

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

3. Waktu untuk membaca wirdus shabah dan wirdul masa’ ................................................... 49 4. Rukun wirdush Shabah dan wirdul masa’ ....... 18 5. Syarat syarat wirdush Shabah dan wirdul masa’ 19 6. Kaifiyah membaca wirdush Shabah dan wirdul masa’ .................................................... 20 Bab. IV 1. Wirid Al Wadzifah ........................................... 2. Rukun wirid Al wadzifah ................................. 3. Waktu untuk membaca wirid Al wadzifah ...... 4. Syarat syarat wirid Al wadzifah ....................... 5. Kaifiyat baca Wirid Al wadzifah .......................

21 22 23 24 25

Bab. V 1. Dzikir Hailalah ................................................. 26 2. Syarat Syarat Dzikr Al Hailalah ........................ 27 3. Kaifiyat baca Dzikr Al Hailalah ......................... 28 Bab. VI. Penutup ................................................................ 29 Lampiran .............................................................. 30

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

7

Bab. I 1. S e k i l a s t e n t a n g T h a r i q a h A t Tijaniyyah. Perlu diketahui bahwa, Thariqah At Tijaniyah adalah salah satu dari 360 thariqah yang mu’tabar (shahih) yang amaliyahnya tergolong ma’tsurat (ada dasar Al Qur’an dan Haditsnya) dan sanadnya muttashil (nyambung) sampai pada hadrat Baginda Rasulullah SAW. namun bedanya thariqah yang lain adalah Thariqah As Sufiyah (digagas oleh para ulama’ sufi /awliya’) sedangkan Thariqah At Tijaniyah adalah thariqah yang secara khusus duakui dan dinisbatkan kepada diri Baginda Nabi, Rasulullah SAW. Beliaulah penggagas dan pemilik serta penjaminnya, sedangkan Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra, adalah orang pertama yang menerima langsung dari Baginda Nabi, Rasulullah SAW. yang mana beliau dapat amanat untuk

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah 8 mengamalkannya dan menyebarkannya atas nama Rasulullah SAW.

Nama lengkap Thariqah At Tijaniyah adalah Thariqah Al Ahmadiyyah Al Muhammadiyyah Al Ibrahimiyyah Al Hanifiyyah At Tijaniyyah. Salah satu alasan mengapa disebut thariqah Al Ahmadiyyah adalah nisbat terhadap penerima amanat thariqah ini secara langsung dari Rasulullah SAW adalah Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra, sedangkan Nama Muhammadiyyah diambil dari nama pemilik Thariqah ini secara khusus yaitu Rasulullah SAW. beliau menyatakan bahwa diri beliau sendiri sebagai pemilik thariqah ini yang sekaligus bertindak sebagai mursyid tunggalnya, penanggung jawab dan penjamin atas keselamatan para pengikut dan pengamal serta simpatisannya. Alasan lain Ahmadiyyah,

dikatakan Thariqah Al sebagaimana dijelaskan

9 oleh para kibar masyayikh, karena puncak dari wirid utamanya adalah lafadz Laailaaha illallah, yang mana ini adalah wirid yang dibaca oleh Rasulullah SAW sejak beliau masih berada di alam hakekat Ahmadiyyah, dan dikatakan sebagai Thariqah Al Muhammadiyyah karena dzikir tersebut tetap dibaca dan berada dalam sirri Rasulullah SAW ketika beliau dikeluarkan dari alam hakekat Al Ahmadiyyah menuju alam hakekat Al Muhammadiyyah bathin dan senantiasa berada dalam sirri beliau sampai di alam hakekat Al Muhammadiyyah dzahir. Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Dikatakan sebagai Thariqah Al Ibrahimiyyah Al Hanifiyyah karena dzikir tersebut juga diamalkan dan disebarkan oleh tokoh pejuang tauhid paling spektakuler dalam sejarah kenabian yaitu Nabiyullah Ibrahim Al Khalil as yang terkenal juga dengan sebutan Al hanif. Kemudian lebih lanjut disebut sebagai Thariqah At Tijaniyyah karena orang yang mendapat

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah 10 amanat langsung untuk mengamalkan dan menyebarkan kepada ummat akhir zaman adalah seorang Wali Qutub akhir zaman yaitu beliau junjungan kita Sayyiduna wa Qudwatuna Al Quthbi Al Maktum wal Khatmi Al Muhammadiy Al Maklum wal Barzakhil Makhtum, Abil Abbas Ahmad bin Muhammad At Tijani ra. penjabaran lebih luas dan detail mengenai nama thariqah At Tijaniyah serta makna yang terkandung di dalamnya bisa kita baca di kitab Rimah jilid 2 pasal 43 tentang nama Thariqah At Tijaniyah.

Dalam hasil kuputusan mu’tamar Jam’iyyah Ahluth Thariqah Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah, Thariqah Tijani termasuk salah satu dari 44 thariqah yang secara resmi dinyatakan shahih atau mu’tabar oleh Nahdlatul Ulama’. 2. Keutamaan Thariqah At Tijaniyah. a. Keutamaan bagi semua orang yang menyakini kewalian Sayyidi Syeikh

11 Ahmad At Tijany dan hormat serta cinta kepada beliau juga senang dan hormat terhadap pengikut Thariqah At Tijany sampai mati, dengan catatan “ Tidak pernah merasa aman dari ancaman murka Allah Swt”. maka ia akan mendapatkan jaminan Allah SWT melalui Rasulullah SAW dengan jaminan antara lain: 1. Akan mati membawa Islam dan Iman. 2. Dimudahkan dalam sakaratul maut. 3. M e n d a p a t k e m u d a h a n d a n kebahagiaan di alam kubur. 4. Allah Swt. menjamin keamanan baginya dari semua jenis siksaan dan semua kesulitan, sejak matinya sampai masuk kedalam surga. 5. Diampuni semua dosanya yang terdahulu dan kemudian. 6. Mendapat Rahmat Allah karena semata-mata karunia Allah Swt. bukan karena kebaikan orang tersebut.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

12

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

7. Allah tidak akan menghisab / memperhitungkan amalnya dan tidak akan mengurangi sedikitpun serta tidak akan ditanya apapun tentang amalnya di hari kiamat. 8. Allah memberi naungan kepada mereka dibawah Arasy di hari kiamat. 9. Allah akan memberi kekuatan ketika melewati syirath, sehingga sampai kesurga dalam sekejap mata dengan kawalan Malaikat. 10.Diberi minum oleh Allah SWT. dari telaga Rasulullah Saw. 11. Masuk surga tanpa hisab dan tanpa disiksa dalam rombongan pertama bersama Rasulullah SAW. 12.Allah meletakkannya / memberi tempat tinggal di Illiyyiin dalam surga Firdaus dan Aden. 13.Rasulullah Saw. cinta pada orang yang cinta Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany dan dia tidak akan mati kecuali sudah menyandang predikat sebagai wali Allah.

13 14.Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany RA. cinta pada orang yang cinta kepadanya.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Untuk keutamaan no.1 s/d 14 ini Allah Swt. memberikan kepada siapa saja yang cinta dan taslim kepada Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany sampai akhir hayat walaupun tidak mengikuti / tidak mengamalkan thariqah At Tijaniyah. b. Keutamaan bagi mereka yang mengikuti/ mengamalkan Thariqah Tijany dengan baiat Shahiih akan mendapatkan keutamaan yang lebih banyak lagi diantaranya: 1. Kedua orang tuanya, istri istrinya serta anak anaknya dijamin masuk surga tanpa hisab (tanpa dihitung amalnya) dan tanpa disiksa serta diampuni dosa dosanya baik besar maupun kecil. Dengan catatan mereka itu semua orang Islam yang tidak benci dan tidak mencela Sayyidi Syeikh

14

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Ahmad bin Muhammad At Tijany ra. Lebih terjamin lagi jika mereka itu cinta kepada Sayyidi Syeikh Ahmad Bin Muhammad At Tijany RA, walaupun tidak ikut mengamalkan wirid Thariqah Tijany. 2. Rasulullah SAW menjadi sandaran utama mereka sebagaimana sabda Rasulullah SAW kepada Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijany RA pada pertemuan barzakhi dalam sadar bukan mimpi yang artinya:

َ‫ﻗ‬ ‫َﺎل َﺻﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ”ُﻓـ َﻘ َﺮ ُاء َك ُﻓـ َﻘ َﺮاﺋِﻰ‬ َ ‫ﻼﻣِﻴْﺬ‬ َ َ‫ُك ﺗ‬ َ َ‫َوﺗ‬ ‫َﻤﺎ‬ ْ ‫أﺻ َﺤﺎﺑُ َﻚ‬ ْ ‫ﻼﻣِﻴْﺬِى َو‬ َ ‫أﺻ َﺤ ِﺎﰉ »ﻓ‬ (٢٨:‫ِﺿﺎﻓَ ُﺔ؟ )اﻟﻔﻴﺾ اﻟﺮﺑﺎﱐ‬ ْ َ ‫أﺷ َﺮ ُف َﻫ ِﺬ ِﻩ اﻻ‬ “Para fuqara’ (para pengamal thariqah Tijani) itu adalah fuqara’ku, murid muridmu itu semua adalah murid muridku, sahabat sahabatmu adalah sahabat sahabatku”. Adakah tempat bersandar yang lebih mulya dari Rasulullah ?..... (Al Faidlur Rabbani : 28).

15 Ketika naza’ / sakaratul maut, R a s u l u l l a h S AW a k a n h a d i r menjemput ruhnya. Rasulullah SAW akan mendampinginya ketika ditanya oleh 2 malaikat (Munkar dan Nakiir). Imam Mahdi Al Muntadzar menjadi ihwan Thariqah At Tijaniyah, dan sebagai tanda akan datangnya Imam Mahdi Al Muntadzar yaitu jika Ihwan Thariqah At Tijaniyah sudah banyak, merata, tersebar di berbagai Negara sampai ke desa desa. Martabat atau pangkat Ihwan Thariqah Tijany lebih tinggi dari pada para wali qutub walaupun mereka hanya sebagai orang awam.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

3. 4. 5.

6.

‫ﲔ‬ َ ْ ‫ﲔ أَ ْﺻ َﺤﺎﺑِ ِﻪ َوَﺑـ‬ َ ْ ‫ إِ ﱠن َﺑـ‬:‫َﻓـ َﻌﻠ َِﻢ َﺻﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬ ‫ﺎب َﻫﺬَا ﱠ‬ َ ‫ َوﺑِﺘِﻠ‬،‫ﺎﺳﺒَ ًﺔ ﺗَﺎ َﻣ ًﺔ‬ ِ ‫أَ ْﺻ َﺤ‬ ‫ﺎﺳﺒَ ِﺔ‬ َ َ‫ْﻚ اﻟْ ُﻤﻨ‬ َ َ‫اﻟﺸﻴْ ِﺦ ُﻣﻨ‬ َ ‫ِﻦ أَ َﻛﺎﺑِ ِﺮ اﻷَﻗ‬ ِ ‫ْﻄ‬ ‫ِﲔ‬ َ ْ ‫ﺎب َواﻟْ َﻌﺎ ِرﻓ‬ ْ ‫َﻛﺎُﻧـ ْﻮا ِﻋﻨْ َﺪ اﷲِ أَ ْﻛَﺒـ ُﺮﻣ‬ ‫اث َوإ ِْن َﻛﺎُﻧـ ْﻮا ِﰱ ﱠ‬ ِ ‫ْﻮ‬ .‫ﲨﻠَ ِﺔ اﻟْ َﻌ َﻮا ِم‬ ْ ُ ‫ِﻦ‬ ْ ‫اﻟﻈﺎ ِﻫ ِﺮ ﻣ‬ َ ‫َواﻷَﻏ‬ (٢٨ : ‫)اﻟﻔﻴﺾ اﻟﺮﺑﺎﱐ‬

16

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Rasulullah Saw. Memberi tahu kepada Syeikh Ahmad At Tijany Ra. bahwa antara sahabat Rasululullah dan sahabatnya Syeikh Ahmad At Tijany mempunyai persamaan yang sempurna dan dengan kesamaan inilah ihwan Thariqah At Tijany bagi Allah Swt. lebih tinggi nilainya dari pada Qutub, Arifin dan Al Ghauts walaupun tampang dhohirnya hanyalah orang awam. (Al Faidlur Rabbani : 28) 7. Pada saat mereka berdzikir, ikut berdzikir bersama mereka 70.000 malaikat selama dzikir berlangsung dan pahala berdzikir para malaikat tersebut ditulis untuk mereka. 8. Dalam wirid lazim terdapat syighat Ismul A’ dzam cuma berbeda dengan Syighat Ismul A’dzom yang khusus untuk Nabi Saw. 9. Mendapat pahala membaca Ismul A’dzam walaupun tidak mengetahui Ismul A’dzam tersebut. 10.Tidak akan mencicipi pedih /sakitnya

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

17

prahara sakaratul maut. 11. Di akhirat mendapat tempat khusus dibawah naungan Arasy. 12.Tidak mengalami atau merasakan dahsyatnya mauqif /mahsyar, akan tetapi ihwan Tijani dikumpulkan bersama orang-orang yang aman di suatu tempat dekat pintu surga, sampai masuk kedalam surga bersama Rasulullah Saw. dan para sahabatnya dirombongan pertama. 13.Kelak di surga akan ditempatkan di tempat yang tinggi dan menjadi tetangga Rasulullah dan para sahabatnya. 14.Dan masih banyak lagi keutamaan lainnya yang belum disebutkan dalam buku ringkas ini. 3. Syarat-syarat & kewajiban dalam Thariqah At Tijaniyah. Thariqah At Tijany dalam mendidik, mengarahkan dan memelihara muridmuridnya yang dalam istilahnya disebut

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah 18 fuqara’ Tijani sedangkan jika di Indonesia lebih akrab dipanggil dengan ihwan Thariqah At Tijaniyah / Ikhwan Tijany mempunyai syarat-syarat dan peraturanperaturan, meliputi antara lain : 1. Syarat masuk Thariqah At Tijaniyah. 2. Kewajiban atas Ikhwan At Tijaniyah. 3. Larangan atas Ikhwan thariqah At Tijaniyah. 4. Peraturan dan cara melaksanakan dzikir Thariqah Tijaniyah. 5. Syarat-syarat membaca Jauharatul Kamal. 6. Hal hal yang membatalkan bai’at thariqah At Tijaniyah.

Ad 1. Syarat-syarat masuk Thariqah At Tijaniyah : a. Calon Ikhwan Tijany tidak punya atau belum mempunyai dan mengamalkan wirid thariqah lain, jika sudah punya maka wajib berhenti dulu dan tidak boleh kembali lagi selamanya. b. Orang yang mentalqin / membai’atnya

19 telah mendapat idzin yang shah untuk memberikan talkin wirid / bai’at Thariqah Tijani. c. Di talqin / mendapat idzin / bai’at mengamalkan wirid Thariqah Tijaniyah.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Keterangan : 1. Apabila calon Ikhwan Tijany itu telah masuk thariqah lain , maka ia wajib melepas atau berhenti lebih dahulu dari thariqahnya, sebab Thariqah At Tijaniyah tidak boleh dirangkap dengan thariqah lain, sebenarnya thariqah lainpun juga tidak bisa dirangkap rangkap. Karena kalau seseorang mengamalkan lebih dari satu thariqah, berarti dia mempunyai dua guru pembimbing. Yang jadi masalah disini adalah tidak mungkin satu orang diantar kehadirat Allah oleh dua pengantar (Rijalullah). Tapi satu pembimbing (Syeikh / mursyid) bisa mengantar lebih dari satu orang murid. 2. Wirid wirid umum maupun khusus selain

20

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

dari Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany ra. yang tidak tergolong sebagai wirid thariqah seperti berbagai macam hizib, wirid dan sholawat boleh diamalkan selama tidak mengganggu kewajiban thariqah. Tapi perlu diingat bahwa, guru kita Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany mempunyai amat sangat banyak wirid ikhtiyari yang beliau istiqamah membacanya tiap hari. Jadi jika untuk membaca punya guru sendiri saja tidak mampu karena banyaknya, untuk apa kita baca wirid wirid dari sumber lain. Kalau ingin tahu, sebagian wirid wirid beliau ada dalam kitab “Ahzab wa Aurad”. 3. Adapun bacaan wirid seperti RATIB HADDAD, RATIB ATHTHAS atau sejenisnya tidak boleh dibaca atau diamalkan lagi jika sudah menjadi ihwan Thariqah Tijani. Sebab pada ratib tersebut terdapat tawassul kepada para awliya’ diluar Tijani. Jika ada ihwan memaksa mengamalkan atau membaca

21 baik hanya untuk acara tertentu atau dirutinkan untuk mendapat berkahnya, maka batal bai’at Thariqah Tijaninya. 4. Ihwan Tijani tidak dilarang ikut baca tahlil maupun maulid bersama masyarakat, baik sebagai imam atau makmum. 5. Jika jadi makmum, maka hendaklah dia tawassul sendiri (tidak ikut imam) saat baca tawassul hadiah fatihah. Tapi jika dia jadi imam, maka tawassullah langsung kepada Sayyidi Syeikh Ahmad Tijani ra. dengan kalimat yang jelas / terang, karena cara tersebut bisa menjadi wasilah dakwah kita dalam memperkenalkan Thariqah Tijani dan guru kita tercinta. Jangan takut dan jangan malu. Orang lain bangga bertawassul kepada Syeikh Abdul Qadir jailani serta para wali lainnya walaupun dia tidak ada hubungan apapun dengan mereka (yakni bukan murid thariqah mereka). Sementara kita adalah murid shah Syeikh Tijani ra. dengan sanad jelas dan sambung kepada beliau. untuk apa takut dan malu?...

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

22

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

6. Adanya rasa takut menunjukkan bahwa ihwan tersebut belum cinta dan yakin sepenuhnya dengan thariqah Tijani, karena dia takut tergeser kedudukannya di masyarakat sebagai pemimpin tahlil, imam mushalla dll. dan dia lebih cinta pada jabatan tersebut ketimbang Thariqah Tijani. 7. Kami ingatkan kepada segenap ihwan, agar jangan rela menukar jaminan derajat yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat serta jaminan surga dari rasulullah SAW. yang sudah pasti bagi ihwan Tijani yang sungguh sungguh, hanya dengan sekantong berkat dan amplop recehan. Ad 2. Kewajiban Ikhwan Thariqah At Tijany : 1. Harus menjaga dan menegakkan syari’at Islam pada dirinya secara

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

kafah, dan menegakkan pula pada keluarga serta lingkungannya jika mampu. 2. Harus menjaga sholat lima waktu dengan berjama’ah bila mungkin dan wajib menjaga syarat-syarat shah dan qabulnya sholat, seperti khusyu’, bacaan yang tartil / tidak tergesa gesa, menyempurnakan tuma’ninah pada ruku’, i’tidal, sujud dan duduk diantara sujud. 3. Harus mencintai Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany selama-lamanya (sampai mati) karena wasilah kita dengan beliau dan Rasulullah SAW adalah cinta, sejauh dan sedalam apa kecintaan kita maka itulah tolok ukur derajat kita serta kedekatan kita kepada Sayyidi Syeikh ra. dan Rasulullah SAW. 4. Harus menghormati siapa saja yang ada hubungannya dengan Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany ra, terutama kepada keturunan

23

24

5. 6. 7. 8.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

beliau termasuk juga kepada para Khalifah, Muqaddam serta sesama ihwan Tijani.. Harus menghormati semua wali Allah Swt. dan semua Thariqah yang ada. Harus mantab pada Thariqah Tijani, tidak boleh ragu-ragu. Harus berbakti dan berbuat baik dengan kedua orang tuanya. Harus mengamalkan Thariqah At Tijaniyah sampai akhir hayatnya.

Ad 3. Larangan atas Ikhwan Thariqah At Tijany: 1. Mencaci, benci dan memusuhi Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijany RA. 2. Ziarah kepada wali dari thariqah lain yang bukan Tijany, baik yang masih hidup atau yang sudah wafat. 3. Memberikan ijazah wirid Thariqah At Tijaniyah pada orang lain tanpa ada izin yang syah untuk memberikan (sebelum dilantik jadi Muqaddam).

25 Meremehkan wirid Thariqah At Tijaniyah, seperti mengakhirkan waktunya tanpa udzur syar’i, atau mengerjakan secara asal asalan. (seenaknya) dan melaksanakan wirid sambil bersandar walaupun tanpa udzur, sambil lihat TV, main HP dan lain lain. Memutuskan hubungan dengan sesama tanpa ada idzin syar’i terutama dengan sesama ikhwan thariqah At Tijany. Mencela Sayyidi Syeikh Ahmad Tijani dan Thariqahnya. Berteman dan duduk bersama dengan orang yang benci Sayyidi Syeikh Ahmad Tijani dan mencela Thariqah At Tijaniyah. Merasa aman dari Makrillah (ancaman murka Allah). Yaitu berupa siksa / adzab Allah Swt. yang tampaknya rahmat atau kelihatan seperti rahmat Allah Swt. tapi sebetulnya adalah Adzab. Contohnya dapat job atau bisnis yang menyibukkan ihwan sehingga lalai dengan kewajiban thariqahnya.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

4.

5. 6. 7.

8.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah 26 Keterangan : Larangan ziarah atas murid / ikhwan thariqah bukan hanya menjadi syarat dalam Thariqah Tijany saja, thariqah lain malah lebih ketat dari thariqah Tijani. Dalam Thariqah Tijani, ziarah kepaha muqaddam lain yang tidak ikut membaiat dirinya hukumnya boleh, termasuk pula ziarah untuk bertemu dan berbicara thariqah dengan ihwan dari muqaddam lain juga boleh. Sedangkan thariqah lain ziarah kepada mursyid lain dan ziarah kepada murid dari mursyid lain itu dilarang. Cuma larangan ziarah ini di thariqah lain cenderung tidak disampaikan apa adanya (disembunyikan), sedangkan dalam Tijani wajib disampaikan terutama ketika calon ihwan mau bai’at. Para muqaddam wajib menjelaskan syarat-syarat dan kewajiban serta larangan lebih dulu dan wajib bertanya; apakah calon ihwan itu sanggup menerima dan menepati syarat-syarat tersebut atau tidak. Jika sanggup baru boleh dibai’at, jika tidak sanggup maka cukup sebagai muhibbin saja.

27 Sebelum Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany sudah ada larangan ziarah bagi murid Thariqah. Syeikh Muhyiddin Ibnu Al Araby Alhatimiy berkata : “ Seorang guru thariqah tidak mempermudah muridnya berijtima’ dengan guru lain, karena akan menimbulkan keraguan bagi si murid, tentang siapa diantara keduanya yang lebih tinggi (derajatnya) dan kepada siapa dia sebaiknya akan berguru. dan apabila timbul keragu-raguan, maka si murid dilempar oleh hati mereka sendiri. Karena itu, dia tidak akan memperoleh manfaat dari keduanya. Jadi tujuan mengatur ziarah ialah untuk menjaga kemantapan hati si murid agar ia tidak keluar dari rangkulan gurunya sampai menghasilkan kesempurnaan.” Syeikh Muhammad Al Munir dalam kitab Tuhfatus Saalikin berkata sebagai berikut: “Dan ketahuilah, melarang berziarah adalah wajib bagi guru Thariqah selama mereka (para murid) belum mencapai kesempurnaan dalam keyakinan”. Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah 28 Sayyidi Uwais bin ‘amir Alqarany adalah sebaik-baik tabi’in berdasarkan hadits shohih Muslim. Ketika Hakim bin Maryam berkata : “ Hai Uwais, marilah kita adakan hubungan dengan ziarah dan pertemuan”, maka S. Uwais Alqarany menjawab : “ Saya telah mengadakan hubungan dengan kamu dengan apa yang lebih bermanfaat dari pada hubungan ziarah dan pertemuan, yaitu doa dari kejauhan. Sebab ziarah itu mengandung unsur-unsur memperlihatkan kebolehan, berhias diri dan menampakkan yang tidak sesungguhnya. Dilain pihak, ikhwan Thariqah Tijany berkewajiban menuntut ilmu untuk menjaga ‘aqidah dan amal ibadahnya. Hal ini telah disampaikan pula oleh Sayyidi Syeikh sebagaimana dipaparkan dalam kitab Rimah yang artinya: “Ketahuilah bahwa semua orang mukallaf berkewajiban menghasilkan ilmu yang menjadikan sah ‘aqidahnya sesuai dengan madzhab ahlus sunnah wal jama’ah dan ilmuilmu yang menjadikan syah amal ibadahnya

29 sehingga cocok dengan syari’at yang suci itu. Dan wajib bagi orang yang mengikuti Thariqah para Ahlullah (wali Allah) yang benar, mencari ilmu yang mengantarkan pada kebenaran amal ibadahnya sesuai dengan salah satu madzhab Imam yang empat”. (Rimah: 1/99). Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Ad 4. Peraturan melakukan dzikir: 1. Suara dalam keadaan normal, bacaan dzikir harus terdengar oleh telinga si pembaca. 2. Harus suci dari najis, baik badan, pakaian, tempat dan apa saja yang dibawanya. 3. Harus sici dari hadats, baik dari hadats kecil maupun dari hadats besar. 4. Harus menutupi aurat sebagai mana sholat, baik bagi pria maupun wanita. 5. Tidak boleh berbicara. 6. Harus menghadap qiblat (jika wirid sendiri atau dalam shaf). 7. Harus duduk sempurna (tidak boleh

30

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

bersandar dan kaki selonjor, kecuali ‘udzur syar’i ) 8. Harus Ijtima’ dalam melaksanakan wirid Wadhifah (tiap hari) dan Hailalah sesudah shalat ‘ashar pada hari jum’at apabila di daerahnya ada ikhwan. 9. Khusus wirid lazim pagi dan sore wajib dikerjakan sendirian dan tidak boleh berjamaah. Keterangan : a. Kalau udzur boleh tidak duduk, seperti sakit atau dalam perjalanan. b. Kalau udzur boleh tidak menghadap qiblat seperti dalam perjalanan atau ijtima’. c. Kalau ada udzur, misalnya menjawab panggilan muqaddam, orang tua atau suaminya sekalipun bukan Ikhwan Tijany - boleh berbicara asalkan tidak lebih dari dua kata, kalau lebih dari dua kata maka wiridnya batal. Selain sembilan peraturan tersebut diatas, masih ada lagi ketentuan peraturan untuk kesempurnaan yaitu:

31 1. I s t i h d l a r u l q u d w a h y a i t u w a k t u melaksanakan wirid dari awal sampai akhir membayangkan seakan-akan berada dihadapan Syeikh Ahmad At Tijany dan lebih utama lagi merasa berada dihadapan Sayyidul Wujud Rasulullah SAW. dengan keyakinan bahwa beliau pembimbing kita untuk menghantarkan kita wushul ilallah. 2. Mengingat dan membayangkan makna wirid dari awal sampai akhir wirid. Kalau tidak bisa, maka supaya memperhatikan dan mendengarkan bacaan wiridnya. Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Ad 5. Syarat-syarat membaca Jauharatul Kamal : 1. Harus suci : a. Dari najis badan, pakaian, tempat dan apa saja yang dibawanya. b. Dari hadats, baik dari hadats kecil maupun dari hadats besar dan bersuci harus dengan air (wudlu), tidak boleh dengan tayamum. 2. Harus menghadap qiblat

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah 32 3. Harus duduk sempurna, tidak boleh bersandar atau kaki selonjor apalagi membaca sambil berjalan. 4. Tempatnya harus permanen dan luasnya minimal cukup untuk 7 orang. Oleh karena itu Jauharatul kamal tidak boleh dibaca di atas kendaraan baik hewan tunggangan maupun kendaraan lain seperti mobil, perahu, mushalla kapal laut (walaupun besar) juga di pesawat udara.

Kalau keempat syarat tidak terpenuhi, maka bacaan jauharatul kamal pada dzikir wadzifah diganti dengan shalawat Al faatih 20x. Ad 6. Hal hal yang menyebabkan bai’at putus dan keluar dari Thariqah At Tijaniyah: 1. Mengambil dan mengamalkan wirid thariqah lain, selain dari wirid Thariqah At Tijaniyah. 2. Ziarah pada wali diluar Thariqah At

33 Tijaniyah. Baik yang masih hidup ataupun yang sudah wafat. Berhenti / tidak membaca wirid Thariqah at Tijaniyah dengan sengaja, dan merasa tidak wajib (ingkar kewajiban). Mencaci maki dan membenci Sayyidi Syeikh Ahmad Tijani ra, atau tidak patuh / membangkang serta menolak fatwa maupun anjuran Sayyidi Syeikh Ahmat Tijani ra. dalam kemaslahatan agama bagi ihwan. Memberikan ijazah wirid / bai’at thariqah tanpa idzin yang shahih untuk memberikan (belum diangkat jadi muqaddam). Memberikan ijazah wirid / bai’at thariqah tanpa menjelaskan dulu rukun, syarat syarat serta adab Thariqah Tijani, dan calon ihwan itu tidak diberi kesempatan untuk berfikir dan mempertimbangkan akan kesiapan dirinya jika sudah masuk kedalam thariqah. (point ini khusus muqaddam). Mengingkari keterikatan dirinya dengan

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

3. 4.

5.

6.

7.

34

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Thariqah Tijani. Misalnya ihwan itu ditanya; “Apakah kamu Tijani?” lalu dia menjawab tidak tanpa ada alasan yang bisa diterima syareat. 8. Murtad – keluar dari Islam.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

35

Bab. II Adab dalam Thariqah At Tijaniyah. Disamping ada syarat-syarat dan kewajiban, satu hal yang tidak boleh dianggap remeh dan ditinggalkan dalam kehidupan ini adalah adab dan akhlak. Karena lawan dari beradab adalah biadab. Manusia menjadi makhluk yang dimulyakan salah satu sebabnya adalah karena beradab, demikian pula sebaliknya, manusia menjadi hina salah satu sebabnya adalah jika mereka tidak beradab. Demikian pula dalam thariqah Tijani, masalah adab ternyata mempunyai porsi yang tinggi untuk diperhatikan dan diamalkan. Dalam kitab Al Fathur Rabbani halaman 41 pada bab 3 dikatakan:

ِ ‫إِ ْﻋﻠ َْﻢ أَ ﱠن اﻟﺘ َﱠﻤ ﱡﺴ َﻚ ﺑِﺎﻷَ َد‬ ‫ِي ُﻳـ َﻮ ﱢﺻ ُﻞ اﻟْ ُﻤ ِﺮﻳْ ُﺪ إ َِﱃ‬ ْ ‫اب ُﻫ َﻮ اﻟﱠﺬ‬ َ َ‫ ﻓ‬،ِ‫ﻣﺎََﻳـﺒْﺘَﻐِﻴْﻪ‬ ‫ﻼ ﻳَ ِﺼ َﻞ اﻟْ ُﻤ ِﺮﻳْ ُﺪ َﺣ ْﻀ َﺮَة اﻟ ﱠﺮ ﱢب َﺟ ﱠﻞ َﺷﺄﻧُُﻪ َوُﻫ َﻮ‬

36

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

َ ‫ َوﻗ‬........ ،‫َﻋ ٌﺎر َﻋ ِﻦ اﻷَ َد ِب‬ ‫اب‬ ُ ‫َﺎل َر ِﺿ َﻲ اﷲ َﻋﻨْ ُﻪ اﻷَ َد‬ ‫ﻫِﻲ ُرْوُح ﱠ‬ ِ ‫اﻟﻄ ِﺮﻳْ ِﻖ َوأَ َﺳ‬ 41):‫ )اﻟﻔﺘﺢ اﻟﺮﺑﺎﱐ‬،ِ‫ﺎﺳﻪ‬ َ “Ketahuilah bahwa berpegang teguh pada adab adalah perkara yang dapat menyampaikan murid terhadap apa saja yang dicita citakan. Maka seorang murid tidak akan sampai kehadirat Allah Rabbul ‘alamiin yang Maha Mulya jika tanpa (memperhatikan dan mengamalkan) adab. ........ lebih jauh Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra, menyatakan bahwa “Adab adalah ruh dan azas dari pada thariqah”. (Al Fathurrabbani: 41) Adab thariqah Tijani dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu: 1. Adab terhadap diri sendiri. 2. Adab terhadap guru (Sayyidi Syeikh, para khalifah dan muqaddam). 3. Adab terhadap sesama ikhwan Tijani.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

37

Ad 1. Adab terhadap diri sendiri. Adab seorang ihwan terhadap diri sendiri maksudnya bagaimana cara menata diri sendiri agar pantas dan pas untuk menjadi ikhwan Tijani yang baik dan benar sesuai dengan azas thariqah yaitu Al Qur’an dan Al Sunnah, adab terhadap diri sendiri ini hanya satu, tapi mencakup terhadap semua adab yang ada. Yaitu ihwan Tijani wajib berpegang teguh terhadap semua ketentuan dalam agama Islam yang hanif ini, baik dalam melaksanakan semua kewajiban dan menjauhi semua larangan. Termasuk pula berusaha untuk menunaikan semua perkara sunnah (fadhailul amal) yang dianjurkan dalam agama dan menjauhi perkara perkara makruh sebagai bentuk dari sikap hati hati serta menghindari perkara mubah agar waktu tidak terbuang dalam perkara yang tidak ada manfaatnya.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah 38 Ad 2. Adab terhadap guru thariqah (Sayyidi Syeikh Ahmad Tijani ra. para Khalifah dan Muqaddam).

1. Menghormati dan mengagungkan Sayyidi Syeikh Ahmad Tijani ra. dan para khalifah serta para muqaddam thariqahnya dengan hati yang tulus, lahir dan batin. 2. Tidak boleh menentang perkataan, perbuatan dan pendapat Sayyidi Syeikh Ahmad Tijani ra, juga para khalifah dan muqaddam selama itu sesuai dengan bimbingan Sayyidi Syeikh ra. baik itu menyangkuit masalah hukum / fiqh maupun dalam masalah lainnya yang berkaitan dengan thariqah. Karena posisi pengikut yang benar adalah tunduk patuh kepada yang diikuti. 3. Mendahulukan mereka terhadap yang lain, baik dalam penghormatan, pelayanan maupun kepatuhan. 4. Tidak boleh duduk sendiri dan membiarkan mereka (para guru) dalam keadaan berdiri. Termasuk pula kita

39 tidak boleh santai di depan guru yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu. 5. Tidak boleh tidur didekatnya kecuali atas izinnya. 6. Tidak boleh berbicara atau membahas suatu masalah dihadapan guru kecuali mendapat izin darinya. 7. Tidak boleh duduk di sajadahnya dan di kursi tempat beliau mengajar. Juga tidak boleh memakai barang miliknya seperti tasbih, sorban dan lain lain. 8. Tidak boleh meremehkan perintah perintahnya. 9. Tidak boleh melakukan hal hal penting yang berkenaan dengan kepentingan pribadi diri murid kecuali atas izin gurunya, seperti bepergian, menikah, pindah rumah, dll. 10. Tidak boleh mengganggu kesibukan gurunya, seperti menyalami guru pada saat beliau sibuk menulis atau lainnya. 11. Tidak boleh berjalan sejajar dengan guru atau didepan (mendahului) guru, kecuali

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

40

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

dalam keadaan gelap atau di keramaian dengan maksud menjaganya. 12. Tidak boleh memuji muji guru di depan orang yang tidak senang kepadanya, khawatir orang itu balik mengejek dan menjelek-jelekkan beliau. 13. Selalu menjaga (istiqamah) amalan yang diberikan oleh guru, baik pada saat berdekatan maupun berjauhan. 14. Hatinya merasa selalu bersama guru dan selalu mengharap berkah darinya. Serta selalu merasakan bahwa barokah yang Allah SWT berikan kepadanya adalah berkat barokah gurunya. 15. Tidak boleh bergaul dan akrab dengan orang yang dibenci oleh gurunya. 16. Bersabar atas perlakuan guru yang sewaktu waktu kadang kala tidak menyenangkan atau tidak sesuai harapan. 17. T i d a k b o l e h m e n g g u n j i n g k a n kekurangan guru baik dalam masalah pergaulan maupun dalam masalah ibadah.

41 18. Tidak boleh menikahi perempuan mantan istri gurunya baik karena dithalaq atau ditinggal wafat. 19. Selalu berhusnu dzan (berprasangka baik) dalam segala hal terhadap gurunya, dan jangan berburuk sangka terhadapnya. Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Inti dari semuanya, seorang murid yang baik dan sungguh sungguh adalah murid yang selalu berusaha agar gurunya ridha terhadap dirinya, dan menjauhi semua yang dibenci oleh gurunya. Adab tersebut diatas wajib kita terapkan dalam kehidupan sehari hari, terutama terhadap guru besar kita bersama yaitu Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra. juga terhadap para Khalifah beliau serta para Muqaddam beliau, karena mereka semua adalah wakil Sayyidi Syeikh untuk menyampaikan amanat beliau terhapad murid muridnya. Dalam hal ketaatan kepada para muqaddam Sayyidi Syeikh ra, menyatakan:

42

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

َ ‫َوَﻋﻠَﻴْ ُﻜ ْﻢ ﺑ‬ ‫ِﻄﺎ َﻋ ِﺔ اﻟْ ُﻤ َﻘ ﱠﺪ ِم ِﰱ اﻟْﻮِْرِد َﻣ ْﻬ َﻤﺎ أََﻣ َﺮُﻛ ْﻢ ِﲟَ ْﻌ ُﺮْو ٍف أَ ْو‬ ُ ‫َات َﺑـﻴْﻨ‬ ‫ِﻜ ْﻢ )اﻟﻔﺘﺢ‬ ِْ ‫َ ﺎ َُﻛ ْﻢ َﻋ ْﻦ ُﻣﻨْ َﻜ ٍﺮ أَ ْو َﺳ َﻌﻰ‬ َ ‫َح ذ‬ ِ ‫ِﺻﻼ‬ ْ ‫ﰲإ‬ 43) :‫اﻟ ﱠﺮﺑﱠ ِﺎﱐ‬ “Dan hendaklah kalian tha’at kepada muqaddam dalam melaksanakan wirid, juga jika memerintah kamu berbuat kebajikan dan jika mencegahmu dari perbuatan mungkar (tercela) dan ketika ia berusaha memperbaiki (hubungan) baik diantara kalian”. (Al Fathur Rabbani: 43). Inti dari semua penjelasan tersebut diatas, kita dituntut untuk tunduk taat kepada para guru, terutama kepada muqaddam yang membai’at dan membimbing kita. Karena taat dengan sepenuh hati dan ikhlas adalah pintu gerbang untuk mendapatkan keridhaan para guru, dan dengan keridhaan guru tersebut maka para murid akan mendapat limpahan ridha Allah SWT dan Rasulullah SAW. dan dengan bekal keridhaan itu semua, maka murid tersebut akan mendapatkan semua yang menjadi

43 harapan dan cita citanya di hadirat Allah SWT. baik selama di dunia maupun di akhirat. Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Ad 3. Adab terhadap sesama ikhwan Tijani. Dalam kehidupan nyata, adalah sebuah keniscayaan bagi kita semua untuk berinteraksi dengan pihak lain, baik sesama muslim maupun non muslim bahkan dengan seluruh makhluk hidup lainnya. Dalam thariqah Tijani masalah ini juga mendapat porsi perhatian yang besar. Terutama sekali adab bergaul dengan sesama ikhwan Tijani, dalam hal ini terdapat banyak adab /etika yang harus kita amalkan, diantaranya: 1. Berjabat tangan ketika bertemu dan berpisah serta saling mengucapkan salam dengan penuh kehangatan dan rasa persaudaraan. Terutama pada saat berkumpul membaca wadzifah dan hailalah. Karena kedua wirid wadzifah dan hailalah itu sifatnya

44

2. 3.

4.

5. 6. 7. 8.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

adalah wirid tarbiyah, yaitu wirid yang didalamnya terkandung pendidikan untuk merekatkan persatuan dan persaudaraan. Dilarang saling membelakangi (mengucilkan) dan putus hubungan dengan sesama ikhwan Tijani. Saling kasih mengasihi baik antara yang tua maupun yang muda, yang miskin dengan yang kaya, yang alim dengan yang awam dll. Tidak mengutamakan diri sendiri hanya karena merasa mempunyai kelebihan dalam hal tertentu, misalnya kelebihan dalam ilmu atau materi. Mencintai ikhwan sebagaimana mencintai diri sendiri. Menjenguk ikhwan jika ada yang sakit dan menanyakannya jika tidak hadir atau lama tidak kelihatan.. Memandang ikhwan dengan kebaikan dan saling minta keridhaan antar sesama ikhwan. Tidak menyibukkan ikhwan dengan perkara duniawi.

45 9. Saling menghormati dan saling menyayangi antara sesama ikhwan. 10. Selalu mengajak sesama ikhwan untuk sibut mengingat Allah SWT. 11. Saling tolong menolong dan berusaha saling menyenangkan hati ikhwan. 12. Selalu berusaha menutupi kekurangan ikhwan. 13. S a l i n g m e m a a f k a n j i k a t e r j a d i kesalahan. 14. Saling mengarahkan kepada hal yang baik dan benar, dan mengajari yang lebih muda baik dalam umur maupun ilmu dengan kebaikan. Termasuk pula mengingatkan yang lebih jika ada khilaf dengan cara yang bijak dan sopan. 15. Saling berhidmat kepada sesama ikhwan walaupun hanya dengan merapikan sandal mereka. Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Dan masih banyak praktek adab kepada sesama ikhwan yang belum kami tulis di buku ringkas ini. Inti dari semuanya adalah apa saja yang dianjurkan dalam

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah 46 Islam mengenai adab terhadap sesama muslim yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah, maka itu pula anjuran adab dalam thariqah Tijani. karena Thariqah Tijani dibangun diatas azas Al Qur’an dan As Sunnah an Nabawiyah.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

47

Bab. III Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah Auraadul laazimah atau wirid wajib dalam thariqah At Tijaniyah ada 4 macam, yaitu : 1. Wirdus Shabah adalah wirid yang wajib dibaca sendiri sendiri / munfarid pada waktu pagi. 2. Wirdul masa’ adalah wirid yang wajib dibaca sendiri sendiri / munfarid pada waktu sore. 3. Wirdul Wadzifah, adalah wirid wajib yang dibaca berjamaah, minimal dibaca 1 kali dalam sehari semalam, jika mampu istiqamah berjamaah, lebih baik dibaca 2 kali dalam sehari semalam dengan waktu sama dengan wirid lazim pagi sore. 4. Dzikrul Hailalah adalah wirid wajib yang bibaca berjamaah tiap hari Jum’at, waktunya setelah shalat ashar sampai

48

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

masuk waktu maghrib. Menurut riwayat dan pendapat yang rajih, Jika dikerjakan dengan acuan waktu, minimal 1 jam falakiyah (50 menit) maksimum 1,5 jam falakiyah (75 menit). Jika dikerjakan dengan acuan jumlah; minimal 1000 kali (tidak boleh kurang) atau 1200 kali, maksimal 1600 kali. 1. Wirdus Shabah dan 2. Wirdul Masa’. Wirdus shabah (wirid yang wajib dibaca pada waktu pagi) dan Wirdul masa’ (wirid yang wajib dibaca pada waktu sore), rukunnya ada 3 (tiga) yaitu :  Istighfar yaitu kalimat “Astaghfirullah” saja, (tidak boleh ditambah dengan Al ‘Adzim dan tidak boleh dikurangi) 100x  Sholawat dengan sighat apa saja 100x (tp jika dengan Sholawat Al Fatih jauh lebih afdhal)  Hailalah (laailaaha illallah) 100x

49 a. Syarat – syarat membaca wirdus shabah dan wirdul masa’ antara lain: Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

1. Niat melaksanakan wirid karena Allah SWT. Tentukan apakah wirid (pagi atau sore, ada’an atau qadha’an) harus jelas. 2. Suci dari hadats besar dan kecil, baik dengan wudhu’ atau dengan tayammum. 3. Suci dari najis baik badan, tempat dan pakaiannya. 4. M e n u t u p a u r a t s e s u a i s y a r i a h sebagaimana kondisi shalat. 5. Tidak berbicara sejak dimulai wirid sampai selesai. 6. Menghadap kiblat jika dalam kondisi normal. Jika dalam perjalanan atau dalam hilqah (berjamaah) boleh dikerjakan sesuai kondisi. 7. Duduk dengan sempurna, kecuali jika ada udzur syar’i, seperti dalam perjalanan, sakit dan lain sebagainya. 8. Dibaca dengan suara lirih, cukup terdengar telinga sendiri, makruh jika dibaca dengan suara keras.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah 50 9. Dibaca sendiri sendiri (munfarid), tidak boleh berjamaah. 10. Bacaan wirid harus tertib urutannya, tidak boleh diubah. 11. Tidak boleh meremehkan wirid, yaitu dengan cara membaca wirid sambil duduk bersandar, tidur tiduran, duduk tidak sopan, baca sambil lihat TV, tolah toleh atau dengan mengakhirkan waktunya.

b. Waktu untuk membaca wirdus shabah dan wirdul masa’

 Waktu membaca wirdus Shabah (wirid pagi). 1. Dalam kondisi normal (ikhtiyari) waktunya sejak selesai shalat subuh sampai dengan waktu shalat dhuha. 2. Jika belum sempat maka bisa dilakukan pada waktu dharuri (terpaksa) yaitu dari akhir waktu dhuha sampai terbenam matahari (masuk waktu shalat maghrib). 3. Jika sampai dengan waktu maghrib

51 wirid shabah belum bisa dikerjakan, maka wajib diqadha’ kapan saja sejak habisnya waktu tersebut, namun lebih cepat lebih baik. 4. Jika mampu, wirid subuh bisa ditaqdim (dikerjakan sebelum waktunya) walaupun tidak ada udzur syar’i. yaitu sejak selesainya shalat isya’ dan ukuran waktu membaca Qur’an sebanyak satu juz (kurang lebih jam 9 malam) sampai dengan terbitnya fajar shadiq (masuknya waktu shalat subuh), dan wajib selesai sebelum adzan subuh. 5. Jika mentaqdim wirid subuh pada akhir malam, kemudian ketika adzan subuh belum selesai (walaipun tinggal 1 kali “Laailaaha illallaah”) maka batal taqdimnya. Tapi taqdim wirid lazim tersebut tetap harus diselesaikan, kemudian setelah shalat subuh wajib mengulanginya lagi. 6. Keutamaan baca wirid subuh dengan cara ditaqdim adalah pahalanya dilipat gandakan sebanyak 500 kali.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

52

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

 Waktu membaca wirdul masa’ (wirid sore). 1. Dalam kondisi normal (ikhtiyari), jika wirid pagi sudah selesai dikerjakan, maka waktunya sejak selesai shalat ‘ashar sampai dengan waktu shalat Isya’. 2. Jika belum sempat maka bisa dilakukan pada waktu dharuri (terpaksa) yaitu dari waktu Isya’ sampai terebit fajar shadiq (masuk waktu shalat subuh). 3. Jika sampai dengan waktu fajar wirid sore belum bisa dikerjakan, maka wajib diqadha’ kapan saja sejak habisnya waktu tersebut, namun lebih cepat lebih baik. 4. Wirid lazim sore tidak bisa ditaqdim di waktu siang hari. Tapi jika dipastikan ada udzur syar’i pada waktu sore (besoknya) seperti hajatan, bepergian atau udzur lain yang menyulitkan dan bisa mengakhirkan pelaksanaan wirid lazim sore, maka pelaksanaan wirid lazim sore bisa ditakdim (diajukan)

53 kewaktu malam sebelumnya. Caranya harus mentakdim wirid lazim pagi lebih dulu baru mentakdim wirid lazim sore.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Catatan penting: 1. Pilihan waktu antara membaca wirid lazim sore lebih dulu atau wadzifah. a. Jika dalam kondisi waktu ikhtiyari (dari habis ‘ashar sampai ‘isya’) hukumnya boleh mendahulukan baca wadzifah dari pada wirid lazim, apalagi jika karena mengejar berjamaah. b. Jika sudah berada dalam kondisi waktu dharuri (usai shalat ‘isya’) maka wajib membaca wirid lazim sore dulu baru berjamaah wadzifah. 2. Pilihan waktu antara membaca wirid lazim pagi lebih dulu atau wadzifah. a. Jika dalam kondisi waktu ikhtiyari (dari habis shalat subuh sampai berakhirnya waktu dhuha) hukumnhya boleh mendahulukan baca wadzifah dari pada wirid lazim, apalagi jika karena mengejar berjamaah.

54

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

b. Jika sudah berada dalam kondisi waktu dharuri (usai waktu dhuha), maka wajib membaca wirid lazim pagi dulu baru berjamaah wadzifah. Demikianlah, peraturan ini tetap berlaku baik bagi yang membaca wadzifah sekali dalam sehari semalam maupun bagi mereka yang istiqamah dua kali. c. Kaifiyah Membaca Wirid Lazim pagi dan sore. Sidang pembaca yang kami hormati, berikut ini kami sampaikan kaifiyah atau tata cara membaca wirid – wirid lazim Thariqah At Tijaniyah. Namun ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh para pembaca yang budiman, antara lain: 1. Ini adalah wirid Thariqah At Tijaniyah yang shahih dengan sanad yang sambung sampai Baginda Nabi, Rasulullah SAW. Oleh karena itu kami mohon kepada sidang pembaca yang belum berbai’at Thariqah At Tijaniyah, agar bersabar tidak membaca wirid ini lebih dulu jika belum

55 berbai’at dengan bai’at yang shahiih dengan sanad yang sambung sampai kepada Baginda Nabi, Rasulullah SAW. Tapi jika anda sudah mendapatkan bai’at yang shahih, maka kami persilahkan agar anda membacanya dengan tartil, khusyu’ dan istiqamah sesuai dengan syarat syarat dan rukun serta kaifiyah yang benar/mu’tabar. 2. Jika anda ingin membacanya untuk latihan, sebagai persiapan agar kelak setelah bai’at bisa membaca dengan mudah dan lancar, anda boleh membacanya dengan kaifiyah yang ada tapi tidak boleh niat membaca wirid thariqah. Niatilah dengan niat tabarruk (ingin barokah) dzikir atau taubat secara umum dulu. 3. Ketika kami hadir dalam pertemuan muqaddam seluruh dunia pada tahun 2007 dan tahun 2009, dan saat kami ziarah ke zawiyah Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani ra. Di kota Fas – Maroko, kami berjamaah wadzifah pagi dan sore serta

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

56

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

membaca dzikir Hailalah Jum’at yang dipimpin langsung oleh cucu Sayyidi Syeikh ra. Asy Syarif Sayyidi Muhammad Al Kabiir At Tijani ra. Beliau adalah Khalifah ‘Aam Thariqah At Tijaniyah saat ini. Dimana dalam kesempatan tersebut beliau menyatakan: “Ini adalah kaifiyah wirid Thariqah At Tijaniyah yang shahih, yang telah dilaksanakan dengan istiqamah oleh Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani ra. Ketika beliau masih hidup, terutama pada saat akhir hayat beliau dan tetap dilestarikan sampai saat ini tanpa ada perubahan sedikitpun”. Beliau juga sangat menganjurkan agar kita menggunakan kaifiyah ini dan menyebarkannya kepada para muqaddam dan ihwan di negara masing masing. 4. Al faqir (penulis) menyadari, mungkin diantara ihwan ada yang kaget karena kaifiyah wiridnya sedikit beda dengan yang ada di buku ini. Kami tegaskan

57 bahwa kami tidak ada maksud untuk menyalahkan kaifiyah lain yang biasa di baca dan diajarkan oleh para muqaddam terdahulu. Karena penulis sendiri menjumpai banyak kaifiyah / cara wirid yang beda beda dalam berbagai kitab Thariqah At Tijaniyah yang diterbitkan oleh zawiyah para muqaddam dari berbagai Negara di Afrika. Semuanya bisa diterima dan benar adanya, selama rukun (bacaan pokok)nya baik syighat bacaan maupun jumlahnya sama. Termasuk juga ada yang diawali dengan maqasid dan lain lain, pada prinsipnya benar dan baik semua. Tapi jika ingin yang sama persis dengan yang dipraktekkan oleh Sayyidi Syeikh Ahmad Tijani ra semasa hidupnya, dan yang sama persis dengan yang dipraktekkan di zawiyah induk di Fas sampai saat ini, ya inilah wiridnya.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah 58 I. WIRID (Wirdus Shabah dan Wirdul masa’)

1. Niat melaksanakan wirid (dibaca pelan dan dimantapkan kedalam hati):

‫ﺑِ َﻘ َﻀﺎءِ( وِْرِد‬/ ‫ﱠﻌﺒﱡ َﺪ إ َِﱃ اﷲِ َﺗـ َﻌ َﺎﱃ )ﺑِﺄَ َدا ِء‬ َ ‫َﻧـ َﻮﻳْ ُﺖ اﻟﺘـ‬ ‫ﱠ‬ ‫ﱢﺠﺎﻧِﻴَ ِﺔ َﻃﺮِﻳ َﻘ ِﺔ‬ َ ‫اﻟﻼ ِزِم‬ َ ‫ َﻣ َﺴ ًﺎء( ِﰱ َﻃ ِﺮْﻳـ َﻘﺘِﻨَﺎ اَﻟﺘ‬/ ‫ﺎﺣﺎ‬ ً َ‫)ﺻﺒ‬ ‫ِﺴﺎﺑًﺎ ﷲِ َﺗـ َﻌ َﺎﱃ‬ َْ َ ‫ﲪ ٍﺪ َو ُﺷ ْﻜ ٍﺮ إِﳝَْﺎﻧًﺎ َو ْاﺣﺘ‬ Nawaitu ta’abbuda ilallaahi ta’ala, (bi adaai / biqadha-i) wirdil laazimi, (shabaahan / masa-an) fii thariiqatina At Tijaniyati, thariiqati hamdin wa syukrin iimaanan wahtisaaban lillaahi ta’ala.

2. Baca suratul Fatihah 1x.

‫ِﻦ ﱠ‬ * ‫ﲪ ِﻦ اﻟ ﱠﺮِﺣﻴْ ِﻢ‬ َ ْ‫ِﺴ ِﻢ اﷲِ اﻟ ﱠﺮ‬ َ ‫أَ ُﻋ ْﻮُذ ﺑِﺎﷲِ ﻣ‬ ْ ‫ ﺑ‬،‫اﻟﺸﻴْ َﻄﺎ ِن اﻟ ﱠﺮِﺟﻴْ ِﻢ‬ ِ ‫ﲪ ِﻦ اﻟ ﱠﺮِﺣﻴْ ِﻢ * َﻣﻠ‬ * ‫ِﻚ َﻳـ ْﻮِم اﻟ ﱢﺪﻳْ ِﻦ‬ َ ْ‫ِﲔ * اﻟ ﱠﺮ‬ َ ْ ‫أََْﳊ ْﻤ ُﺪ ﷲِ َر ﱢب اﻟْ َﻌﺎﻟَﻤ‬ َ ‫ﺎك َﻧـ ْﻌﺒُ ُﺪ َوإِﻳﱠ‬ َ ‫إِﻳﱠ‬ َ ‫اط اﻟْ ُﻤ ْﺴﺘَﻘِﻴْ ِﻢ * ِﺻ َﺮ‬ َ ‫اﻟﺼ َﺮ‬ ‫اط‬ ‫ِﲔ * إِ ْﻫ ِﺪﻧَﺎ ﱢ‬ ُ ْ ‫ﺎك ﻧَ ْﺴﺘَﻌ‬ ‫ﱠ‬ ‫ِﻢ َوﻻ ﱠ‬ *‫ﲔ‬ َ ْ ‫َاﻟﻀﺂﻟﱢ‬ ْ ‫اﻟ ِﺬﻳْ َﻦ أَْﻧـ َﻌ ْﻤ َﺖ َﻋﻠَﻴْﻬ‬ ْ ‫ِﻢ ﻏ َْﲑِ اﻟْ َﻤ ْﻐ ُﻀ ْﻮ ِب َﻋﻠَﻴْﻬ‬ ‫أَﻣ ِْﲔ‬

‫‪59‬‬ ‫‪Lalu dianjurkan membaca maqasid‬‬ ‫‪istighfar sebagai berikut:‬‬ ‫‪Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah‬‬

‫ِﻦ ﱠ‬ ‫اﻟﺸﻴْ َﻄﺎ ِن اﻟ ﱠﺮِﺟﻴْ ِﻢ‪َ ،‬وَﻣﺎ ُﺗـ َﻘ ﱢﺪ ُﻣ ْﻮا ِﻷَْﻧـ ُﻔ ِﺴ ُﻜ ْﻢ‬ ‫أَ ُﻋ ْﻮُذ ﺑِﺎﷲِ ﻣ َ‬ ‫ِﺮ‬ ‫ﻣْ‬ ‫ِﻦ َﺧ ْﲑٍ َﲡِ ُﺪ ْوُﻩ ِﻋﻨْ َﺪ اﷲِ ُﻫ َﻮ َﺧْﻴـ ٌﺮ َوأَ ْﻋ َﻈ ُﻢ أَ ْﺟﺮاً َو ْاﺳَﺘـ ْﻐﻔ ُ‬ ‫ﰊ َو َﺳ ْﻌ َﺪﻳْ َﻚ‪،‬‬ ‫اﷲَ إِ ﱠن اﷲَ َﻏ ُﻔ ْﻮٌر اﻟ ﱠﺮِﺣﻴْ ِﻢ * ﻟَﱠﺒـﻴْ َﻚ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َرﱢ ْ‬ ‫اﳋْﻴـ ُﺮ ُﻛﻠﱡ ُﻪ ِﰲ ﻳَ َﺪﻳْ َﻚ‪َ ،‬وَﻫﺎ أَﻧَﺎذَا َﻋﺒْ ُﺪ َك ﱠ‬ ‫َو َْ‬ ‫اﻟﻀﻌِﻴْ ُﻒ اﻟ ﱠﺪﻟِﻴْ ُﻞ‬ ‫َْ‬ ‫ﲔ ﻳَ َﺪﻳْ َﻚ‪ ،‬أَُﻗـ ْﻮ ُل ُﻣ ْﺴﺘَ ِﻌْﻴـﻨًﺎ ﲝََ ْﻮﻟ َ‬ ‫ِﻚ‬ ‫اﳊﻘ ِْﲑِ‪ ،‬ﻗَﺎﺋ ٌِﻢ ﻟَ َﻚ َﺑـ ْ َ‬ ‫َوُﻗـ ﱠﻮﺗ َ‬ ‫ِﺟ َ‬ ‫ﻼﻻً ﻟَ ًﻚ ‪...‬‬ ‫ِﻚ‪ ،‬إِ ْﻣﺘِﺜَﺎﻻً ﻷَ ْﻣﺮَِك َوَﺗـ ْﻌ ِﻈﻴْ ًﻤﺎ َوإ ْ‬

‫‪3. Baca istighfar 100 x yaitu lafadz‬‬ ‫‪“Astaghfirullah” saja, “tidak boleh‬‬ ‫‪ditambah atau dikurangi !!!”.‬‬

‫ِﺮ اﷲ ‪ ١٠٠‬ﻣﺮة‬ ‫أَ ْﺳَﺘـ ْﻐﻔ ُ‬

‫‪Artinya : “ Ya Allah, berilah kami‬‬ ‫‪ampunan” lalu ditutup :‬‬ ‫‪Lalu membaca:‬‬

‫ﻼ ﺋَ‬ ‫إِ ﱠن اﷲ ََوَﻣ َ‬ ‫ِﻜﺘَ ُﻪ ﻳُ َﺼﻠﱡ ْﻮ َن َﻋﻠَﻰ اﻟﻨ ِﱠﱯ ﻳَﺎأَﱡﻳـ َﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳْ َﻦ‬ ‫أ َﻣﻨُﻮا َﺻﻠﱡ ْﻮا َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َو َﺳﻠﱢ ُﻤ ْﻮا ﺗَ ْﺴﻠِﻴْ ًﻤﺎ‪َ ،‬ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ ِوَﻋﻠَﻰ‬ ‫ﺻﺤﺒِ ِﻪ َوﺳﻠﱠ َﻢ ﺗَ ْﺴﻠِﻴْ ًﻤﺎ‪ُ ،‬ﺳﺒْ َﺤﺎ َن َرﺑﱢ َﻚ َر ﱢب اﻟْ ِﻌ ﱠﺰِة‬ ‫أﻟِِﻪ َو ْ‬

60

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

َْ ‫ َو‬،‫ﲔ‬ َ ‫َﻋ ﱠﻤﺎ ﻳَ ِﺼ ُﻔ ْﻮ َن َو َﺳ‬ ‫اﳊ ْﻤ ُﺪ ﷲ َر ﱢب‬ َ ِ‫ﻼ ٌم َﻋﻠَﻰ اﻟْ ُﻤ ْﺮَﺳﻠ‬ ،‫ِﲔ‬ َ ْ َ‫اﻟْ َﻌﺎﳌ‬ Innallaaha wamalaaikatahu yushalluuna ‘alan nabi, yaa ayyuhalladziina aamanu shalluu ‘alaihi wasallimuu tasliima. Shallallaahu ‘alaihi wa ‘alaa aalihi washahbihi wasallama tasliima. Subhaana rabbika rabbil ‘izzati ‘amma yashifuun, wasalaamun ‘alall mursaliin, walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin. Lalu baca maqasid istighfar sebagai berikut (bacaan ini tidak wajib).

‫ِﻦ ﱠ‬ ‫ َوَﻣﺎ ُﺗـ َﻘ ﱢﺪ ُﻣ ْﻮا ِﻷَْﻧـ ُﻔ ِﺴ ُﻜ ْﻢ‬،‫اﻟﺸﻴْ َﻄﺎ ِن اﻟ ﱠﺮِﺟﻴْ ِﻢ‬ َ ‫أَ ُﻋ ْﻮُذ ﺑِﺎﷲِ ﻣ‬ ‫ِﺮ‬ ْ‫ﻣ‬ ُ ‫ِﻦ َﺧ ْﲑٍ َﲡِ ُﺪ ْوُﻩ ِﻋﻨْ َﺪ اﷲِ ُﻫ َﻮ َﺧْﻴـ ٌﺮ َوأَ ْﻋ َﻈ ُﻢ أَ ْﺟﺮاً َو ْاﺳَﺘـ ْﻐﻔ‬ ،‫ﰊ َو َﺳ ْﻌ َﺪﻳْ َﻚ‬ ْ ‫اﷲَ إِ ﱠن اﷲَ َﻏ ُﻔ ْﻮٌر اﻟ ﱠﺮِﺣﻴْ ِﻢ * ﻟَﱠﺒـﻴْ َﻚ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َرﱢ‬ ‫ َوَﻫﺎ أَﻧَﺎذَا َﻋﺒْ ُﺪ َك ﱠ‬،‫اﳋْﻴـ ُﺮ ُﻛﻠﱡ ُﻪ ِﰲ ﻳَ َﺪﻳْ َﻚ‬ َْ ‫َو‬ ‫اﻟﻀﻌِﻴْ ُﻒ اﻟ ﱠﺪﻟِﻴْ ُﻞ‬ َْ َ ‫ أَُﻗـ ْﻮ ُل ُﻣ ْﺴﺘَ ِﻌْﻴـﻨًﺎ ﲝََ ْﻮﻟ‬،‫ﲔ ﻳَ َﺪﻳْ َﻚ‬ ‫ِﻚ‬ َ ْ ‫ ﻗَﺎﺋ ٌِﻢ ﻟَ َﻚ َﺑـ‬،ِ‫اﳊﻘ ِْﲑ‬ َ ‫َوُﻗـ ﱠﻮﺗ‬ َ ‫ إِ ْﻣﺘِﺜَﺎﻻً ﻷَ ْﻣﺮَِك َوَﺗـ ْﻌ ِﻈﻴْ ًﻤﺎ َوإ ِْﺟ‬،‫ِﻚ‬ ... ‫ﻼﻻً ﻟَ ًﻚ‬

61 Langsung baca istighfar 100 x yaitu lafadz “Astaghfirullah” saja, “tidak boleh ditambah atau dikurangi !!!”.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

‫ ﻣﺮة‬100 ‫ِﺮ اﷲ‬ ُ ‫أَ ْﺳَﺘـ ْﻐﻔ‬

lalu ditutup :

َ ‫ُﺳﺒْ َﺤﺎ َن َرﺑﱢ َﻚ َر ﱢب اﻟْ ِﻌ ﱠﺰِة َﻋ ﱠﻤﺎ ﻳَ ِﺼ ُﻔ ْﻮ َن َو َﺳ‬ ‫ﻼ ٌم َﻋﻠَﻰ‬ َْْ ‫ َو‬،‫ﲔ‬ ،‫ِﲔ‬ َ ْ َ‫اﳊ ْﻤ ُﺪ ﷲ َر ﱢب اﻟْ َﻌﺎﳌ‬ َ ِ‫اﻟْ ُﻤ ْﺮَﺳﻠ‬

Subhaana rabbika rabbil ‘izzati ‘amma yashifuun, wasalaamun ‘alall mursaliin, walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin.

Lalu baca maqasid shalawat sebagai berikut (bacaan ini tidak wajib).

َ‫ﻼ ﺋ‬ ‫ِﻦ ﱠ‬ َ ‫ إِ ﱠن اﷲ َ َوَﻣ‬،‫اﻟﺸﻴْ َﻄﺎ ِن اﻟ ﱠﺮِﺟﻴْ ِﻢ‬ ‫ِﻜﺘَ ُﻪ‬ َ ‫أَ ُﻋ ْﻮُذ ﺑِﺎﷲِ ﻣ‬ ‫ﻳُ َﺼﻠﱡ ْﻮ َن َﻋﻠَﻰ اﻟﻨ ِﱠﱮ ﻳَﺎ أَﱡﻳـ َﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳْ َﻦ أ َﻣﻨُﻮا َﺻﻠﱡ ْﻮا َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َو َﺳﻠﱢ ُﻤ ْﻮا‬ َْ ‫ َو‬،‫ﰊ َو َﺳ ْﻌ َﺪﻳْ َﻚ‬ ‫اﳋْﻴـ ُﺮ ُﻛﻠﱡ ُﻪ‬ ْ ‫ﺗَ ْﺴﻠِﻴْ ًﻤﺎ * ﻟَﱠﺒـﻴْ َﻚ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َرﱢ‬ ‫ َوَﻫﺎ أَﻧَﺎذَا َﻋﺒْ ُﺪ َك ﱠ‬،‫ِﰲ ﻳَ َﺪﻳْ َﻚ‬ َْ ‫اﻟﻀﻌِﻴْ ُﻒ اﻟ ﱠﺪﻟِﻴْ ُﻞ‬ ،ِ‫اﳊﻘ ِْﲑ‬ َ ‫ِﻚ َوُﻗـ ﱠﻮﺗ‬ َ ‫ أَُﻗـ ْﻮ ُل ُﻣ ْﺴﺘَ ِﻌْﻴـﻨًﺎ ﲝََ ْﻮﻟ‬،‫ﲔ ﻳَ َﺪﻳْ َﻚ‬ ،‫ِﻚ‬ َ ْ ‫ﻗَﺎﺋ ٌِﻢ ﻟَ َﻚ َﺑـ‬

62

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

َ ‫ﻼﻻً ﻟَ ًﻚ َوﻟ َِﺮُﺳ ْﻮﻟ‬ َ ‫إِ ْﻣﺘِﺜَﺎﻻً ﻷَ ْﻣﺮَِك َوَﺗـ ْﻌ ِﻈﻴْ ًﻤﺎ َوإ ِْﺟ‬ ‫ِﻚ َﺻﻠﱠﻰ‬ .‫ﺻﺤﺒِ ِﻪ َوﺳﻠﱠ َﻢ‬ ْ ‫اﷲُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ ِوَﻋﻠَﻰ أﻟِِﻪ َو‬ 4. Membaca Shalawat 100 x, dengan sighat apa saja, minimal dengan lafadz

‫ﻠﻰ َﺳﻴِﺪِﻧﺎَ ﳏَُ َﻤ ٍﺪ َوَﻋﻠَﻰ أﻟِِﻪ‬ َ ‫اَﻟﻠ ُﻬ َﻢ َﺻ ِﻞ َﻋ‬ Allaahumma shalli ‘alaa sayyidina Muhammadin wa ‘ala aalihi. Namun lebih afdhalnya baca shalawat Al Fatih 100 x - lalu ditutup :

َ ‫ُﺳﺒْ َﺤﺎ َن َرﺑﱢ َﻚ َر ﱢب اﻟْ ِﻌ ﱠﺰِة َﻋ ﱠﻤﺎ ﻳَ ِﺼ ُﻔ ْﻮ َن َو َﺳ‬ ‫ﻼ ٌم َﻋﻠَﻰ‬ َْْ ‫ َو‬،‫ﲔ‬ ،‫ِﲔ‬ َ ْ َ‫اﳊ ْﻤ ُﺪ ﷲ َر ﱢب اﻟْ َﻌﺎﳌ‬ َ ِ‫اﻟْ ُﻤ ْﺮَﺳﻠ‬ Subhaana rabbika rabbil ‘izzati ‘amma yashifuun, wasalaamun ‘alall mursaliin, walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin. Lalu membaca maqasid khusus tahlil sebagai berikut (tidak wajib)

‫‪63‬‬

‫‪Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah‬‬

‫ِﻦ ﱠ‬ ‫ﱐ أَذُْﻛ ُﺮُﻛ ْﻢ‬ ‫اﻟﺸﻴْ َﻄﺎ ِن اﻟ ﱠﺮِﺟﻴْ ِﻢ‪ ،‬ﻓَﺎذُْﻛ ُﺮْوِْ‬ ‫أَ ُﻋ ْﻮُذ ﺑِﺎﷲِ ﻣ َ‬ ‫َو ْاﺷ ُﻜ ُﺮْو ِ ْ‬ ‫ﰊ َو َﺳ ْﻌ َﺪﻳْ َﻚ‪،‬‬ ‫اﱄ َوﻻَ ﺗَ ْﻜ ُﻔ ُﺮْون * ﻟَﱠﺒـﻴْ َﻚ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َرﱢ ْ‬ ‫اﳋْﻴـ ُﺮ ُﻛﻠﱡ ُﻪ ِﰲ ﻳَ َﺪﻳْ َﻚ‪َ ،‬وَﻫﺎ أَﻧَﺎذَا َﻋﺒْ ُﺪ َك ﱠ‬ ‫َو َْ‬ ‫اﻟﻀﻌِﻴْ ُﻒ اﻟ ﱠﺪﻟِﻴْ ُﻞ‬ ‫َْ‬ ‫ﲔ ﻳَ َﺪﻳْ َﻚ‪ ،‬أَُﻗـ ْﻮ ُل ُﻣ ْﺴﺘَ ِﻌْﻴـﻨًﺎ ﲝََ ْﻮﻟ َ‬ ‫ِﻚ‬ ‫اﳊﻘ ِْﲑِ‪ ،‬ﻗَﺎﺋ ٌِﻢ ﻟَ َﻚ َﺑـ ْ َ‬ ‫َوُﻗـ ﱠﻮﺗ َ‬ ‫ِﺴﺎﺑ ِ‬ ‫ِﻖ‬ ‫ْﱯ ِﲟَﺎ أَﳍَْ ْﻤﺘَِْ‬ ‫ِﻚ‪ُْ ،‬ﳐﻠ ً‬ ‫ِﺼﺎ ﻟَ َﻚ ﻣ ْ‬ ‫ﲏ إٍﻟَﻴْ ِﻪ ﺑ َ‬ ‫ِﻦ َﻗـﻠ ِ ْ‬ ‫ِﻚ َوِﻣﻨﱠﺘ َ‬ ‫َﻀﻠ َ‬ ‫ِﻚ‪ ،‬ذ ِ‬ ‫َاﻛ ًﺮا ﻟَ َﻚ إِ ْﻣﺘِﺜَﺎﻻً ﻷَ ْﻣﺮَِك َوَﺗـ ْﻌ ِﻈﻴْ ًﻤﺎ‬ ‫ﻓْ‬ ‫َوإ ِْﺟ َ‬ ‫ﻼﻻً ﻟَ ًﻚ ‪...‬‬ ‫‪5. Membaca laailaaha illallaahu: 99 x‬‬

‫ﻵإِﻟ َﻪ إِﻻَ اﷲ‬ ‫‪Lalu ditutup dengan lafal‬‬

‫ﻵإِﻟ َﻪ إِﻻَ اﷲ ‪ ،‬ﳏَُ َﻤ ٌﺪ َرُﺳ ُ‬ ‫ﻮل اﷲ ‪َ ،‬ﻋﻠﻴَ ِﻪ َﺳ َ‬ ‫ﻼ ُم اﷲ ‪،‬‬ ‫‪Laaailaaha illallaah…, Muhammadur‬‬ ‫…‪Rasulullah…. ‘alaihi salaamullaah‬‬ ‫‪yang dibaca dengan suara keras dan‬‬ ‫‪panjang‬‬ ‫‪8. Tahtim .‬‬

64

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

َ‫ﻼ ﺋ‬ َ ‫إِ ﱠن اﷲ َ َوَﻣ‬ ‫ِﻜﺘَ ُﻪ ﻳُ َﺼﻠﱡ ْﻮ َن َﻋﻠَﻰ اﻟﻨ ِﱠﱮ ﻳَﺎأَ ﱡﻳـ َﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳْ َﻦ‬ ‫ َﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ ِوَﻋﻠَﻰ‬،‫أ َﻣﻨُﻮا َﺻﻠﱡ ْﻮا َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َو َﺳﻠﱢ ُﻤﻮا ﺗَ ْﺴﻠِﻴْ ًﻤﺎ‬ ‫ ُﺳﺒْ َﺤﺎ َن َرﺑﱢ َﻚ َر ﱢب اﻟْ ِﻌ ﱠﺰِة‬،‫ﺻﺤﺒِ ِﻪ َوﺳﻠﱠ َﻢ ﺗَ ْﺴﻠِﻴْ ًﻤﺎ‬ ْ ‫أﻟِِﻪ َو‬ َْ ‫ َو‬،‫ﲔ‬ َ ‫َﻋ ﱠﻤﺎ ﻳَ ِﺼ ُﻔ ْﻮ َن َو َﺳ‬ ‫اﳊ ْﻤ ُﺪ ﷲ َر ﱢب‬ َ ِ‫ﻼ ٌم َﻋﻠَﻰ اﻟْ ُﻤ ْﺮَﺳﻠ‬ ،‫ِﲔ‬ َ ْ َ‫اﻟْ َﻌﺎﳌ‬ Lalu ditutup dengan membaca doa dan surah al fatihah. Catatan: Dalam kitab Bughyatul Mustafid, pada wirid lazim pagi dan sore, sebelum membaca masing masing rukun wirid lazim, terdapat anjuran baca MAQASHID (sebagaimana kami tulis dalam box). Oleh karena itu, terserah kepada ikhwan, bagi yang mau membaca dipersilahkan dan bagi yang tidak mau tidak masalah, karena ini bukan perkara wajib.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

65

Bab III Wirid Wadzifah 1. Wirid Wadzifah, rukunnya ada 4 (empat) yaitu :  Istigfar (khusus wadzifah) 30x  Sholawat Al fatih 50x (tidak bisa diganti dengan shalawat lain)  Hailalah (laailaaha illallah)100x  Shalawat Jauharotul kamal 12x (bisa diganti dengan Shalawat Al Fatih 20x) bagi yang belum hafal atau sebab lain, seperti tempatnya sempit, berdzikir dikendaraan (mobil, pesawat maupun di mushalla kapal laut) atau karena bersuci dengan tayammum. 2. Syarat – syarat membaca wirid wadzifah antara lain: 1. Niat melaksanakan wirid wadzifah karena Allah SWT. Bagi yang istiqamah mengerjakan dua kali sehari semalam,

66

2. 3. 4. 5.

6.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

tentukan (untuk pagi atau sore), juga apakah ada’an atau qadha’an, bagi yang satu kali dalam sehari semalam cukup apakah untuk ada’an atau qadha’an. Suci dari hadats besar dan kecil, baik dengan wudhu’ atau dengan tayammum. Suci dari najis baik badan, tempat maupun pakaiannya. Menutup aurat sesuai syariah sebagaimana kondisi shalat. Tidak boleh membaca shalawat jauharatul kamal kecuali bersuci dengan wudhu’. Jika bersuci dengan tayammum, jauharatul kamal yang 12 kali harus diganti dengan membaca shalawat Al Fatih 20 kali. Tempatnya harus tempat permanent (rumah, mushalla, masjid atau zawiyah) dan luasnya cukup untuk 7 orang, (bukan dalam kendaraan baik darat, laut maupun udara). Kalau tempatnya tidak memenuhi syarat, maka jauharatul kamal yang 12 kali harus diganti dengan shalawat Al faatih 20 kali.

67 7. Tidak berbicara sejak dimulai wirid sampai selesai. 8. Menghadap kiblat jika dalam kondisi normal. Jika dalam perjalanan atau ketika dalam hilqah (berjamaah) boleh dikerjakan sesuai kondisi. 9. Duduk dengan sempurna, kecuali jika ada udzur syar’i, seperti dalam perjalanan, sakit dan lain sebagainya. 10. Wajib berjamaah dalam melaksanakan wirid wadzifah jika di daerah tersebut ada ikhwan dan tidak ada udzur syar’i. 11. Membaca wirid wadzifah dengan suara keras (sesuai kebutuhan) jika dikerjakan dengan berjamaah, tapi kalau baca sendirian cukup dengan suara lirih. 12. Bacaan wirid harus tertib urutannya, tidak boleh diubah. 13. Tidak boleh meremehkan wirid, yaitu dengan cara membaca wirid sambil duduk bersandar, tidur tiduran, duduk tidak sopan, baca sambil lihat TV, tolah toleh mata jelalatan atau dengan mengakhirkan waktunya. Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah 68 3. Waktu membaca wirid wadzifah (jika istiqamah 1 kali atau 2 kali dalam sehari semalam.

a. Jika istiqamah membaca satu kali dalam sehari semalam, maka waktunya adalah 24 jam, dihitung sejak masuknya waktu maghrib sampai pada waktu maghrib besok harinya. b. Jika wadzifah hari sebelumnya sudah ditunaikan, maka wadzifah pada hari itu bisa dikerjakan sejak selesainya shalat ‘ashar pada sore itu sebagaimana waktu baca wirid lazim sore. c. Afdhalnya membaca wadzifah adalah sejak sore sampai malam harinya jika istiqamah baca wadzifah 1 kali sehari. d. Jika istiqamah membaca wirid wadzifah 2 kali sehari semalam, maka waktunya sama dengan waktu baca wirid lazim pagi dan sore. e. Sebagaimana wirid lazim pagi bisa ditaqdim pada malam harinya, maka wirid wadzifah pagi juga bisa ditaqdim pada malam harinya walaupun tidak ada udzur

69 syar’i, dengan keutamaan 500 kali lipat dibaca pagi hari. f. Sedangkan wirid wadzifah sore tidak bisa ditaqdim di waktu siang hari. Tapi jika dipastikan ada udzur syar’i pada waktu sore (besoknya) seperti hajatan, bepergian atau udzur lain yang menyulitkan dan bisa mengakhirkan pelaksanaan wirid wadzifah sore, maka pelaksanaan wirid wadzifah sore bisa ditakdim (diajukan) kewaktu malam sebelumnya. Caranya harus mentakdim wirid wadzifah pagi lebih dulu baru mentakdim wirid wadzifah sore

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

*/ Kebiasaan ijtima’ baca wirid wadzifah di Zawiyah Sayyidi Syeikh di kota Fes Maroko adalah pada waktu selesai shalat ‘ashar, Maghrib dan subuh. Sedangkan setelah maghrib dan subuh biasanya dilanjutkan hataman baca Qur’an bersama sebanyak setengah juz ba’da maghrib dan setengah juz ba’da subuh. Sehingga setiap hari 1 juz dan tiap bulan hatam sekali.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah 70 4. K A I F I YA H B A C A D Z I K R U L WADZIFAH

1. Niat (dibaca pelan dan dimantapkan kedalam hati):

‫ ﺑ َﻘ َﻀﺎءِ( ذ ِْﻛ ُﺮ‬/ ‫ﻳﺖ اﻟَﺘـ َﻌﺒﱡ َﺪ إ َِﱃ اﷲِ َﺗـ َﻌ َﺎﱃ )ﺑِﺄَ َدا ِء‬ ُ ‫َﻧـ َﻮ‬ ‫ﱢﺠﺎﻧِﻴَ ِﺔ َﻃ ِﺮْﻳـ َﻘ ِﺔ‬ َ ‫اﻟْ َﻮﻇﻴِْ َﻔ ِﺔ‬ َ ‫ َﻣ َﺴ ًﺎء( ِﰱ َﻃ ِﺮْﻳـ َﻘﺘِﻨَﺎ اَﻟﺘ‬/ ‫ﺎﺣﺎ‬ ً َ‫)ﺻﺒ‬ ‫ِﺴﺎﺑًﺎ ﷲِ َﺗـ َﻌ َﺎﱃ‬ َْ َ ‫ﲪ ٍﺪ َو ُﺷ ْﻜ ٍﺮ إِﳝَْﺎﻧًﺎ َو ْاﺣﺘ‬ Nawaitu ta’abbuda ilallaahi ta’ala (bi adaai / biqadha-i) dzikrul wadzifati (sobahan / masaan), fii thariiqatina At Tijaniyati, thariiqati hamdin wa syukrin iimaanan wahtisaaban lillaahi ta’ala.

2. Baca suratul fatihah 1x

‫ِﻦ ﱠ‬ ‫ﲪ ِﻦ‬ َ ْ‫ِﺴ ِﻢ اﷲِ اﻟ ﱠﺮ‬ َ ‫أَ ُﻋ ْﻮُذ ﺑِﺎﷲِ ﻣ‬ ْ ‫ ﺑ‬،‫اﻟﺸﻴْ َﻄﺎ ِن اﻟ ﱠﺮِﺟﻴْ ِﻢ‬ * ‫ﲪ ِﻦ اﻟ ﱠﺮِﺣﻴْ ِﻢ‬ َ ْ‫ِﲔ * اﻟ ﱠﺮ‬ َ ْ ‫اﻟ ﱠﺮِﺣﻴْ ِﻢ * أََْﳊ ْﻤ ُﺪ ﷲِ َر ﱢب اﻟْ َﻌﺎﻟَﻤ‬ َ ‫ﺎك َﻧـ ْﻌﺒُ ُﺪ َوإِﻳﱠ‬ َ ‫ِﻚ َﻳـ ْﻮِم اﻟ ﱢﺪﻳْ ِﻦ * إِﻳﱠ‬ ِ ‫َﻣﻠ‬ ‫ِﲔ * إِ ْﻫ ِﺪﻧَﺎ‬ ُ ْ ‫ﺎك ﻧَ ْﺴﺘَﻌ‬ ‫اط اﻟْ ُﻤﺴﺘَﻘِﻴ ِﻢ * ِﺻﺮ َ ﱠ‬ ِ‫ِﻢ ﻏ َْﲑ‬ ‫ﱢ‬ ْ ‫اط اﻟ ِﺬﻳْ َﻦ أَْﻧـ َﻌ ْﻤ َﺖ َﻋﻠَﻴْﻬ‬ ْ ْ َ ‫اﻟﺼ َﺮ‬ َ ‫ِﻢ َوﻻ ﱠ‬ ‫ﲔ * أَﻣ ِْﲔ‬ َ ْ ‫َاﻟﻀﺂﻟﱢ‬ ْ ‫اﻟْ َﻤ ْﻐ ُﻀ ْﻮ ِب َﻋﻠَﻴْﻬ‬

71 3. Baca Istighfar (khusus wadzifah – tidak boleh diganti dengan sighat lain) sebanyak 30 x (langsung setelah Al Fatihah tanpa ada bacaan lainnya). Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

َْ ‫ِى ﻵإِﻟََﻪ إِﻻﱠ ُﻫ َﻮ‬ ‫اﳊ ﱡﻲ اﻟْ َﻘﱡﻴـ ْﻮُم‬ ْ ‫اﻟﻌ ِﻈﻴْ ِﻢ اَﻟﱠﺬ‬ َ َ‫ِﺮ اﷲ‬ ُ ‫أَْ ْﺳَﺘـ ْﻐﻔ‬

Astaghfirullaahal ‘adziimi, alladzii laailaaha illa huwal hayyul qayyuum. 4. Langsung baca shalawat Al Fatih 50 x tanpa didahului “Subhana rabbika...” dan dalam wadzifah shalawat fatih tidak boleh diganti dengan shalawat lain.

َْ ‫ِﻖ َو‬ ‫اﳋﺎﰎِِ ﻟ َِﻤﺎ‬ َ ‫ِﺢ ﻟِﻤﺎَ اُ ْﻏﻠ‬ ِ ‫اَﻟﻠّ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋﻠَﻰ َﺳﻴﱢﺪِﻧﺎَ ﳏَُ ﱠﻤ ٍﺪ اﻟْ َﻔﺎﺗ‬ َْ ‫اﳊ ﱢﻖ ﺑ‬ َْ ‫ﺎﺻ ِﺮ‬ َ ‫ِي ا َِﱃ ِﺻ َﺮاﻃ‬ ِ َ‫َﺳﺒَ َﻖ ﻧ‬ ‫ِﻚ اﻟْ ُﻤ ْﺴﺘَﻘِﻴْ ِﻢ‬ ْ ‫ِﺎﳊ ﱢﻖ َواﳍَْﺎد‬ ‫َوَﻋﻠَﻰ اَﻟِِﻪ َﺣ ﱠﻖ ﻗَ ْﺪ ِرِﻩ َوِﻣ ْﻘ َﺪا ِرِﻩ اﻟْ َﻌ ِﻈﻴْ ِﻢ‬ Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammadinil faatihi lima ughliqa, wal khatimi lima sabaqa, naashiril haqqi bil haqqi, wal haadi ilaa shiraatikal mustaqiimi,

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah 72 wa ‘alaa aalihi haqqa qadrihi wa miqdaarihil ‘adziimi.

Lalu ditutup dengan:

َ ‫ُﺳﺒْ َﺤﺎ َن َرﺑﱢ َﻚ َر ﱢب اﻟْ ِﻌ ﱠﺰِة َﻋ ﱠﻤﺎ ﻳَ ِﺼ ُﻔ ْﻮَن َو َﺳ‬ ،‫ﲔ‬ َ ِ‫ﻼٌم َﻋﻠَﻰ اﻟْ ُﻤ ْﺮَﺳﻠ‬ َْْ ‫َو‬ ،‫ِﲔ‬ َ ْ َ‫اﳊ ْﻤ ُﺪ ﷲ َر ﱢب اﻟْ َﻌﺎﳌ‬ Subhaana rabbika rabbil ‘izzati ‘amma yashifuun, wasalaamun ‘alall mursaliin, walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin. 5. Baca kalimatut Tauhid (laailaaha illallaah)

‫ ﻣﺮة‬99 ‫ﻵإِﻟ َﻪ إِﻻَ اﷲ‬ Lalu ditutup dengan lafal

َ ‫ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َﺳ‬، ‫ ﳏَُ ﱠﻤ ٌﺪ َرُﺳ ْﻮ ُل اﷲ‬، ‫ﻵإِﻟ َﻪ إِﻻَ اﷲ‬ ، ‫ﻼ ُم اﷲ‬ Laaailaaha illallaah…, Muhammadur Rasulullah…. ‘alaihi salaamullaah… yang dibaca dengan keras dan panjang 6. Baca Jauharatul Kamal 12 x.

‫‪73‬‬ ‫‪pada bacaan ke 12 dibaca dengan‬‬ ‫‪menadahkan tangan (sikap berdoa).‬‬

‫‪Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah‬‬

‫اَﻟﻠّ ُﻬ َﻢ َﺻ ﱢﻞ َو َﺳﻠﱢ ْﻢ َﻋﻠَﻰ َﻋ ْ ِ‬ ‫ﲪ ِﺔ اﻟﺮﺑﱠﺎﻧِﻴﱠ ِﺔ َواﻟْﻴﺎَُﻗـ ْﻮﺗَ ِﺔ اﻟْ ُﻤﺘَ َﺤ ﱢﻘ َﻘ ِﺔ‬ ‫ﲔ اﻟ ﱠﺮْ َ‬ ‫َْ‬ ‫اﳊﺎﺋ َ‬ ‫ِﻲ‬ ‫ِﻄ ِﺔ ِﲟَ َْﺮﻛ ِﺰ اﻟْ ُﻔ ُﻬ ْﻮِم َواﻟْ َﻤ َﻌ ِﺎﱏ َوﻧُﻮِراﻷَْ ْﻛ َﻮا ِن اﻟْ ُﻤﺘَ َﻜ ﱢﻮﻧَ ِﺔ اﻷَْ َدﻣ ْ‬ ‫َﺻ ِ‬ ‫ﺎﱐ اَﻟَْﺒـ ْﺮ ِق اﻷَْ ْﺳ َﻄ ِﻊ ِﲟُ ُﺰْو ِن اﻷَ ْرﺑَ ِﺎح اﻟْ َﻤﺎﻟِﺌَ ِﺔ‬ ‫ﺎﺣ ِﺐ ا َﳊ ﱢﻖ اﻟ ﱠﺮﺑﱠ ِْ‬ ‫اﱐ َوُﻧـ ْﻮرَِك ﱠ‬ ‫ﻟُ‬ ‫ِي‬ ‫ِﻜ ﱢﻞ ُﻣَﺘـ َﻌ ﱢﺮ ٍ‬ ‫ِﻦ اﻟْﺒُ ُﺤ ْﻮِر َواﻷَْ َو ِْ‬ ‫اﻟﻼ ِﻣ ِﻊ اﻟﱠﺬ ْ‬ ‫ض ﻣَ‬ ‫َﻣ َْﻸ َت ﺑِ ِﻪ َﻛ ْﻮﻧَ َﻚ َْ‬ ‫اﳊﺎﺋ َ‬ ‫ﺎﱐ اَﻟﻠّ ُﻬ َﻢ َﺻ ﱢﻞ‬ ‫ِﻂ ﺑِﺄ ْﻣ ِﻜﻨَ ِﺔ اﻟْ َﻤ َﻜ ِْ‬ ‫ﱵ َﺗـﺘَ َﺠﻠﱠﻰ ِﻣْﻨـ َﻬﺎ ُﻋ ُﺮْو ُش َْ‬ ‫ﲔ َْ‬ ‫َو َﺳﻠﱢ ْﻢ َﻋﻠَﻰ َﻋ ْ ِ‬ ‫اﳊ َﻘﺎﺋ ِ‬ ‫ِﻖ‬ ‫اﳊ ِﻖ اﻟﱠِْ‬ ‫ِف اﻷَْْﻗـ َﻮِم ِﺻ َﺮاﻃ َ‬ ‫ﲔ اﻟْ َﻤ َﻌﺎر ِ‬ ‫َﻋ ْ ِ‬ ‫ِﻚ اﻟﺘﱠﺎ ِم اﻷَْ ْﺳ َﻘ ِﻢ‪ ،‬اَﻟﻠّ ُﻬ َﻢ َﺻ ﱢﻞ‬ ‫اﳊ ﱢﻖ ﺑﺎَْ‬ ‫َو َﺳﻠﱢ ْﻢ َﻋﻠَﻰ َﻃﻠ َْﻌ ِﺔ َْ‬ ‫َﺎﺿﺘ ِ‬ ‫ِﻚ ِﻣﻨْ َﻚ‬ ‫ِﳊ ﱢﻖ اﻟْ َﻜﻨْ ِﺰ اﻷَْ ْﻋ َﻈ ِﻢ إِﻓ َ‬ ‫ْﺴ ِﻢ َﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َوَﻋﻠَﻰ أَﻟِِﻪ َﺻ َ‬ ‫ﻼًة‬ ‫إِﻟَﻴْ َﻚ إ َ‬ ‫ِﺣﺎ َﻃ ٍﺔ اﻟﻨٌُ ْﻮِراﻟْ ُﻤ َﻄﻠ َ‬ ‫ُﺗـ َﻌ ﱢﺮُﻓـﻨَﺎ َِﺎ إِﻳﱠﺎُﻩ‪.‬‬ ‫‪Allaahumma shalli wa sallim ‘alaa ‘ainir‬‬ ‫‪rahmatir rabbaaniyyah, wal yaquutatil‬‬ ‫‪mutahaqqiqatil haaithati bimarkazil‬‬ ‫‪fuhuumi wal ma’aani, wanuuril akwaanil‬‬ ‫‪mutakawwinatil aadami, shaahibil haqqir‬‬ ‫‪rabbaani, al barqil astha’, bimuzuunil‬‬ ‫‪arbaahil maaliati likulli muta’arridin minal‬‬

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah 74 buhuuri wal awaani, wanuurikal laami’il ladzii mala’ta bihii kaunakal haaitha biamkinatil makaani. Allaahumma shalli wa sallim ‘alaa ‘ainil haqqi allatii tatajalla minhaa ‘uruusyul haqaaiqi ‘ainil maarifil aqwam shiraatikat taamil asqam. Allaahumma shalli wa sallim ‘alaa thal’atil haqqi bil haqqi al kanzil a’dzami ifaadhatika minka ilaika ihaathatin nuuril muthalsam shallallaahu ‘alaihi wa’alaa aalihi shalaatan tu’arrifuna biha iyyaahu.

Setelah selesai membaca yang ke 12 lalu dilanjutkan dengan membaca :

‫ﱡ‬ َ ‫ﻼﺋ‬ َ ‫إِ ﱠن اﷲَ َوَﻣ‬ ‫ﱠﱯ ﻳَﺎأَﱡﻳـ َﻬﺎاﻟﱠ ِﺬﻳْ َﻦ أ َﻣُﻨـ ْﻮا َﺻﻠﱡ ْﻮا‬ ْ ِ ‫ِﻜﺘَ ُﻪ ﻳُ َﺼﻠ ْﻮ َن َﻋﻠَﻰ اﻟﻨ‬ ‫ﺻﺤﺒِ ِﻪ‬ ْ ‫ َﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ ِوَﻋﻠَﻰ أﻟِِﻪ َو‬،‫َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َو َﺳﻠﱢ ُﻤﻮا ﺗَ ْﺴﻠِﻴْ ًﻤﺎ‬ َ ‫ ُﺳﺒْ َﺤﺎ َن َرﺑﱢ َﻚ َر ﱢب اﻟْ ِﻌ ﱠﺰِة َﻋ ﱠﻤﺎ ﻳَ ِﺼ ُﻔ ْﻮَن َو َﺳ‬،‫َوﺳﻠﱠ َﻢ ﺗَ ْﺴﻠِﻴْ ًﻤﺎ‬ ‫ﻼٌم‬ َْ ‫ َو‬،‫ﲔ‬ ،‫ِﲔ‬ َ ْ َ‫اﳊ ْﻤ ُﺪ ﷲ َر ﱢب اﻟْ َﻌﺎﳌ‬ َ ِ‫َﻋﻠَﻰ اﻟْ ُﻤ ْﺮَﺳﻠ‬ Innallaaha wamalaaikatahu yushalluuna ‘alan nabi, yaa ayyuhalladziina aamanu shalluu ‘alaihi wasallimuu tasliima.

‫‪75‬‬ ‫‪Shallallaahu ‘alaihi wa ‘alaa aalihi‬‬ ‫‪washahbihi wasallama tasliima. Subhaana‬‬ ‫‪rabbika rabbil ‘izzati ‘amma yashifuun,‬‬ ‫‪wasalaamun ‘alall mursaliin, walhamdu‬‬ ‫‪lillaahi rabbil ‘aalamiin.‬‬ ‫‪Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah‬‬

‫‪Kemudian membaca kalimat tawassul‬‬ ‫‪dan doa :‬‬

‫ِﲏ إِﻟَﻴْ َﻚ ﻧِﻴَﺎﺑَ ًﺔ َﻋ ْﻦ‬ ‫ﺎﺳﻴﱢﺪ ْ‬ ‫ِي ﻳَ َﺎرُﺳ ْﻮ َل اﷲِ َﻫ ِﺬِﻩ َﻫ ِﺪﻳﱠٌﺔ ﻣ ﱢ ْ‬ ‫ﻳَ َ‬ ‫َﺳﻴﱢﺪِي ﱠ‬ ‫ﱢﺠ ِﺎﱐ َر ِﺿ َﻲ اﷲ َُﻋﻨْ ُﻪ‪،‬‬ ‫اﻟﺸﻴْ ِﺦ أَْ َ‬ ‫ﲪ َﺪ ﺑْ ِﻦ ﳏَُ َﻤ ٍﺪ اﻟﺘ َ‬ ‫ﺎﺳﻴﱢﺪِي ﻳَ َﺎرُﺳ ْﻮ َل اﷲِ َﺻﻠﱠﻰ اﷲُ‬ ‫ِﻚ َوَﻛ َﺮﻣ َ‬ ‫ﻓَﺎْﻗـَﺒـ ْﻠ َﻬﺎ ﺑِ َﻔ ْﻀﻠ َ‬ ‫ِﻚ ﻳَ َ‬ ‫ِﻚ َوأَ ْزَو ِاﺟ َﻚ َوُذ ﱢرﻳَﺘ َ‬ ‫أﺻ َﺤﺎﺑ َ‬ ‫َﻴﻚ َوَﻋﻠَﻰ أَﻟ َ‬ ‫َﻋﻠ َ‬ ‫ِﻚ‪َ .‬ﺟ َﺰى‬ ‫ِﻚ َو ْ‬ ‫ﱠﺎﺳﻴﱢ َﺪﻧَﺎ َوﻧَﺒِﱠﻴـﻨَﺎ َو َﺷ ِﻔْﻴـ َﻌﻨﺎَ ِﻋﻨْ َﺪ َرﱢﺑـﻨَﺎ َﺳﻴﱢ َﺪﻧَﺎ َوَﻣ ْﻮﻻَﻧَﺎ ﳏَُ ﱠﻤ ًﺪا‬ ‫اﷲ َﻋﻨ َ‬ ‫ﺎﺟﺎ َز ﺑِ ِﻪ ﻧَﺒِﻴًّﺎ َﻋ ْﻦ أُﱠﻣﺘِﻪِ‪َ ،‬ﺟ َﺰى‬ ‫َﺻﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ أﻓ َ‬ ‫ْﻀ َﻞ َﻣ َ‬ ‫أﰊ‬ ‫اﷲُ َﻋﻨﱠﺎ َﺳﻴﱢ َﺪﻧَﺎ َوﻗُ ْﺪ َوﺗَﻨﺎَ َواَِﻣﺎ َﻣﻨﺎَ إَِﱃ اﷲِ اﻟْ ُﻘ ْﻄ ِﺐ اﻟْ َﻤ ْﻜُﺘـ ْﻮِم ِ ْ‬ ‫ﺎﱐ َر ِﺿ َﻲ اﷲُ َﻋﻨْ ُﻪ َﺧْﻴـ ًﺮا َْ‬ ‫اﳉ َﺰاءِ‪،‬‬ ‫اﻟْ َﻌﺒﱠ ِ‬ ‫ﺎس أَْ َ‬ ‫ﱢﺠ ِْ‬ ‫ﲪ َﺪ ﺑْ ِﻦ ﳏَُ ﱠﻤ ٍﺪ اﻟﺘ َ‬ ‫َﺟ َﺰى اﷲُ َﻋﻨﱠﺎ َﺧﻠِْﻴـ َﻔ َﺔ َﺳﻴﱢ َﺪﻧﺎَ َر ِﺿ َﻲ اﷲ َﻋﻨْ ُﻪ َﺳﻴﱢﺪِى ا َْ‬ ‫َﳊ ِﺎج‬ ‫َﻋﻠِﻴًّﺎ َﺣ َﺮا ِزِم َر ِﺿ َﻲ اﷲ َﻋﻨ ُﻪ َﺧْﻴـ َﺮا َْ‬ ‫اﳉﺰاَءِ‪َ ،‬ﺟ َﺰا اﷲ َﻋﻨﱠﺎ َﺳﺎ َدَﺗـﻨَﺎ‬ ‫اﻟْ ِﻜ َاﺮِم اﻟْ ُﻤ ِﺠﻴْ ِﺰﻳْ َﻦ ﻟَﻨَﺎ َواﻟْ ُﻤﻔِﻴْ ِﺪﻳْ َﻦ ﻟَﻨﺎَ َﻋ ْﻦ َﺳﻴﱢﺪِﻧﺎَ َر ِﺿ َﻲ اﷲ َﻋﻨ ُﻪ‬

76

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

َْ ‫َﺧْﻴـ َﺮا‬ ‫ أﻟﻠّ ُﻬ َﻢ َﻏ ﱢﻤ ْﺴﻨﺎَ َوإِﻳﱠﺎ ُﻫ ْﻢ ِﰱ َداﺋ َِﺮِة اﻟ ﱢﺮ َﺿﺎ َواﻟﺮ ِْﺿ َﻮا ِن‬،ِ‫اﳉ َﺰاء‬ ‫ِﻦ َرْوَﻋَﺘـﻨَﺎ‬ ْ ‫ اَﻟﻠّ ُﻬ ﱠﻢ أَﻣ‬،ِ‫َوأَ ْﻏ ِﺮْﻗـﻨَﺎ َوإِﻳﱠﺎ ُﻫ ْﻢ ِﰱ َداﺋ َِﺮِة اﻟ َﻔ ْﻀ ِﻞ َواﻻِْ ْﻣﺘِﻨَﺎن‬ ْ ‫َوَرْوَﻋَﺘـ ُﻬ ْﻢ َوأﻗ‬ ‫ِِﻢ ﻟُ ْﻄ ًﻔﺎ َﻋﺎ ًﻣﺎ‬ ْ ‫ِﻞ َﻋْﺜـ َﺮَﺗـﻨَﺎ َوَﻋْﺜـ َﺮَﺗـ ُﻬﻢ َواﻟْ ُﻄ ْﻒ ﺑِﻨَﺎ َو‬ ِ ‫ِﻦ ا ُﳊ ُﻘ ْﻮ ِق َواﻟﺘَﺒ َِﻌ‬ ‫ِﻦ‬ َ ‫َوﻟُ ْﻄﻔﺎ‬ ً ‫ًﺧ‬ ْ ‫ﺎت ﻣ‬ َ ‫ﺎﺻﺎ َوأَﱢد َﻣﺎﳍَُ ْﻢ َﻋﻠَﻴﻨَﺎ ﻣ‬ َْ ‫ِﻚ ﻳَﺎذَا اﻟْ َﻔ ْﻀ ِﻞ‬ َ ‫ِﻚ َوِﻣﻨﱠﺘ‬ َ ‫َﻀﻠ‬ َ ‫ﲪﺘ‬ ِْ ‫ﺾ ﻓ‬ ‫اﳉ ِﺴﻴْ ِﻢ‬ ِ ‫ِﻚ ِﲟَ ْﺤ‬ َ ْ‫َﺧ َاﺰ ِء ِن َر‬ ‫َواﻟْ َﻤ ﱢﻦ اﻟْ َﻌ ِﻈﻴْ ِﻢ آﻣ ِْﲔ ُﺳﺒْ َﺤﺎ َن َرﺑﱢ َﻚ َر ﱢب اﻟْ ِﻌ ﱠﺰِة َﻋ ﱠﻤﺎ ﻳَ ِﺼ ُﻔ ْﻮ َن‬ َْ ‫ َو‬،‫ِﲔ‬ َ ‫َو َﺳ‬ ،‫ِﲔ‬ َ ْ ‫اﳊ ْﻤ ُﺪ ﷲِ َر َِب اﻟْ َﻌﺎﻟَﻤ‬ َ ْ ‫ﻼ ٌم َﻋﻠَﻰ اﻟْ ُﻤ ْﺮَﺳﻠ‬ Ya sayyidi ya Rasuulallah, haadzihi hadiyatun minni ilaika niyabatan ‘an Sayyidi Syaikh Ahmada bin Muhammad At Tijani radliyallaahu ‘anhu, faqbalhaa bifadhlika wakaramika ya sayyidii ya Rasulallah, shallallaahu ‘alaika wa’alaa aalika wa ashhabika wa azwaajika wa dzurriyyatika. Jazallaahu ‘anna sayyidana wa nabiyyana wa maulaana Muhammadan shallallaahu ‘alaihi wa sallama khairal jaza’, jazallaahu ‘anna sayyidana wa qudwatana, wa imaamana ilallaahi, Abil ‘Abbaasi Ahmad bin Muhammad At Tijany radhiyallaahu ‘anhu

77 khairal jaza’. Jazallaahu ‘anna khalifati Sayyidana radliyallaahu ‘anhu, sayyidi Al Haji Aliyan Haraazim radhiyallaahu ‘anhu khairal jaza’. Jazallaahu ‘annaa saadaatanal kiram, al mujiiziina lanaa wal mufiidiina lana ‘an sayyidi radhiyallaahu ‘anhu khairal jazaa’. Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Allahumma ghammisnaa wa iyyaahum fii daairatir ridhaa war ridwaan, wa aghriqna wa iyyaahum fii daairatil fadhli wal imtinaan. Allahumma aamin raw’atana wa raw’atahum, wa aqil ‘atsratanaa wa ‘atsratahum, waltuf binaa wa bihim luthfan ‘aaman wa luthfan khaashan, wa addi maa lahum ‘alaina minal huquuqi wat tabi’aati min hazaaini rahmatika bimahdhi fadhlika wa minnatika yaa dzal fadhlil jasiimi wal mannil ‘adziimi, aamiin….. Subhaana rabbika rabbil ‘izzati ‘amma yashifuun, wasalaamun ‘alall mursaliin, walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin.

78

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

79

Bab IV DZIKIR HAILALAH Ad 1. Kaifiah baca dzikir Hailalah. Dzikir Hailalah. adalah salah satu dzikir wajib Thariqah At Tijaniyah, yaitu membaca dzikir laailaaha illallah atau baca lafadz Ismu Dzat (Allah, Allah, Allah…) pada hari Jum’at setelah usai shalat ‘ashar sampai masuk waktu maghrib. Adapun kaifiatnya ada dua versi, yaitu : 1. Dibaca dengan dasar hitungan. Jika membaca dengan dasar hitungan atau jumlah, maka setiap ihwan wajib baca minimum 1000 kali / 1200 kali maksimum 1600 kali. Ada satu riwayat yang menyebutkan bahwa Syeikh Ibrahim Ar Riyakhi Al Tunisi mendapat ijazah baca Hailalah sebanyak 2000 kali. Jika dibaca berdasarkan jumlah maka jumlah minimum adalah 1000 kali dan tidak boleh kurang dari 1000 kali.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah 80 2. Dibaca dengan dasar waktu tanpa dihitung. Jika berdasarkan waktu maka setiap ihwan wajib membaca minimal selama 1 (satu) jam atau satu setengan jam falakiyah. (1 jam Falakiyah adalah 50 menit). Jadi minimal membaca hailalah selama 50 menit atau maksimal selama 75 menit.

Untuk Dzikir Hailalah jika tidak sempat dikerjakan pada waktu yang telah ditentukan maka dzikir tersebut tidak bisa diqadha’, BUKAN TIDAK WAJIB QADHA’. (karena waktunya hanya pada waktu ‘ashar di hari Jum’at, dan tidak bisa di waktu yang lain). Sama seperti shalat Jum’at jika ketinggalan maka tidak ada qadha’nya sepanjang zaman. (Diambil dari kitab Rimah cetakan terbaru ‘Daarul Baidha’ Maghribi’ Juz 2 halaman 469-470) ‘Maka dzikir tersebut tidak bisa diqadha’. Maksudnya khusus dzikir HAILALAH jika ditinggalkan atau ketinggalan tidak bisa diqadha’ diwaktu yang lain dimanapun dan sampai kapanpun, karena waktunya hanya

81 ada pada waktu ‘ashar hari Jum’at, tidak bisa di waktu yang lain. Dan ikhwan yang tidak membaca dzikir HAILALAH tersebut benar benar telah mengalami kerugian yang amat sangat besar baik selama di dunia maupun di akhirat. untuk itu mari kita simak penjelasan Sayyid Al Ba’qili dalam .kitab Iroatu ‘Araisy Juz 2 halaman 72, dikatakan bahwa: untuk mengimbangi kerugian yang disebabkan tidak mengerjakan Dzikir Hailalah tersebut, dianjurkan agar membaca shalawat fatih sebanyak 1000 kali dan banyak beristighfar sampai tiba hari jum’at berikutnya. Dan pahala Al Fatih 1000 kali dan istighfar tanpa batas sampai tiba hari Jum’at berikutnya inipun belum cukup untuk menutup kerugian meninggalkan Dzikir Hailalah satu kali karena lalai. Masya Allah… Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Karena pada hakekatnya, meninggalkan Dzikir Hailalah Jum’at disamping telah kehilangan kesempatan berdzikir itu sendiri, juga telah kehilangan kesempatan dalam

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah 82 pertemuan khusus dengan Rasulullah SAW yang disertai oleh Sayyidi Syeikh dan keempat Khalifah Ar Rasyidin. Dimana Rasulullah SAW telah mengharuskan bagi diri beliau untuk menghadiri majlis Dzikir Hailalah dari awal sampai selesai, sebagai apresiasi (penghormatan) atas keagungan Dzikir tersebut disisi Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Dari penjelasan para ahli yang penulis ambil dari tiga kitab THARIQAH Tijani yang mu’tabar juga dari kitab kitab lain yang tidak kami cantumkan nukilannya, maka bisa disimpulkan sebagai berikut: 1. Waktu ikhtiyari untuk Dzikrul Hailalah Jum’at adalah setelah selesai shalat ‘ashar (awal) sampai 1 jam (menurut kitab Rimah) atau 1,5 jam (menurut kitab Al Khalasatul Wafiah) menjelang adzan maghrib. 2. Pada saat waktu ikhtiyari masih ada, kita boleh membaca wirid yang lain seperti membaca wirid lazim sore dan ijtima’ untuk membaca wirid wadzifah.

83 3. Waktu dharuri untuk dzikir hailalah adalah 1,5 (satu setengah) jam menurut kitab Khalashatul Wafiah atau paling sedikit 1 (satu) jam menurut kitab Rimah dari selesai shalat ‘ashar sampai menjelang waktu adzan shalat Maghrib. 4. Jika sudah masuk waktu dharuri untuk dzikir hailalah, kita tidak boleh membaca wirid lain seperti wirid lazim dan ijtima’ untuk membaca wadzifah. Karena kedua wirid ini bisa dikerjakan di waktu lain misalnya setelah shalat maghrib., sedangkan dzikir hailalah waktunya hanya pada waktu selesai shalat ashar sampai masuk waktu maghrib di hari Jum’at saja. Jika tidak dikerjakan pada waktu tersebut tidak bisa diqadha’ di waktu lain sepanjang masa, (bukan tidak wajib qadha’). 5. Jika waktu dzikir hailalah tinggal 1 jam, lalu kita memaksakan diri membaca wadzifah lebih dulu dengan bacaan cepat, lalu baca hailalah dengan cepat Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

84

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

juga atau membaca sedikit (tidak sampai 1000 kali) maka hal tersebut tergolong tahawun (main main / tidak serius) dalam berthariqah. Adapun resikonya selain dosa dan rugi besar, yang bersangkutan terancam kena sangsi (hukuman) berupa kerusakan pada ekonomi atau badan (terkena penyakit) bahkan terancam su’ul khatimah, Na’udzubillah !!!... 6. Kalau ketinggalan waktu baca dzikir hailalah karena ‘udzur syar’i hukumnya di ma’fu (tidak dosa), tapi jika tidak ada ‘udzur syar’i hukumnya haram (dengan dosa besar) dan tergolong tahaawun juga (main main / tidak serius) dalam mengamalkan thariqah, dengan resiko sebagaimana tersebut diatas. 7. Dzikrul Jum’ah bisa dengan kalimat Laailaaha illallaah secara sempurna, atau dzikir lafadz Allah Allah Allah saja atau paduan keduanya, tanpa dihitung dalam waktu minimal 1 jam atau 1,5 jam sebelum maghrib.

85 8. Kalau dzikrul Jum’at dikerjakan dengan hitungan, maka jumlah paling sedikit adalah 1000 kali tidak boleh kurang. Jika mau membaca lebih dari 1000 kali itu afdhal, jumlahnya bisa 1200 kali, 1500 kali atau 1600 kali, ini riwayat yang paling mutawatir (banyak yang mengamalkan. bahkan menurut baberapa sumber, Syeikh Ibrahim Ak Riyahi Al Tunisi melakukan sebanyak 2000 kali, tapi kaifiah ini jarang sekali diamalkan. 9. Jika waktu ‘ashar tinggal 1,5 jam apalagi tinggal 1 jam, maka kerjakanlah Dzikir Hailalah saja dulu, sedangkan wirid wadzifah bisa dikerjakan setelah shalat maghrib. 10. Jika waktunya masih panjang (paling akhir 1.5 jam sebelum adzan maghrib), maka boleh mengerjakan wirid wadzifah berjamaah lebih dulu, lalu secepatnya diteruskan dengan berjamaah dzikir Hailalah Jum’at. a. Kebaikan dan kesempurnaan Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

86

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

seorang murid terletak pada bersih dan tulusnya hati mereka (dalam menerima) bimbingan yang ditentukan oleh gurunya, sedangkan keburukan dan kerusakan banyak terjadi akibat dari penolakan atau ketidak sukaan atas ketentuan guru yang sebenarnya itulah (obat penyakit hati) yang terbaik bagi dirinya. b. Sampai detik ditulisnya buku ini, penulis belum pernah bertemu dengan keterangan Sayyidi Syeikh yang mengatakan bahwa “jumlah dzikir hailalah jum’at boleh kurang dari seribu kali, baik untuk mereka yang mengerjakan secara berjamaah maupun sendirian”. Wallaahu a’lam!. Ad 2. Syarat – syarat membaca dzikir hailalah antara lain: 1. Niat melaksanakan dzikir hailalah karena Allah SWT.

87 Suci dari hadats besar dan kecil, baik dengan wudhu’ atau dengan tayammum. Suci dari najis baik badan, tempat maupun pakaiannya. Menutup aurat sesuai syariah sebagaimana kondisi shalat. Tidak berbicara sejak dimulai wirid sampai selesai. Menghadap kiblat jika dalam kondisi normal. Jika dalam perjalanan atau dalam hilqah (berjamaah) boleh dikerjakan sesuai kondisi. Duduk dengan sempurna, kecuali jika ada udzur syar’i, seperti dalam perjalanan, sakit dan lain sebagainya. Wajib berjamaah dalam melaksanakan dzikir hailalah jika di daerah tersebut ada ikhwan dan tidak ada udzur syar’i. Membaca dzikir hailalah dengan suara keras (sesuai kebutuhan) jika dikerjakan dengan berjamaah, tapi kalau baca sendirian cukup dengan suara lirih.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

2. 3. 4. 5. 6.

7. 8. 9.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah 88 10. Tidak boleh meremehkan wirid dengan cara membaca wirid sambil duduk bersandar, tidur tiduran, duduk tidak sopan, mata jelalatan atau dengan mengakhirkan waktunya.

Ad 3. Syarat – syarat kesempurnaan pada dzikir Hailalah. 1. Istihdlarul qudwah yaitu waktu melaksanakan wirid dari awal sampai akhir membayangkan seakan-akan berada dihadapan Syeikh Ahmad At Tijany ra. Dan lebih utama lagi jika merasa berada dihadapan Sayyidil Wujud Rasulullah Saw. Dengan keyakinan bahwa beliau pembimbing kita untuk menghantarkan kita wushul ilallah. 3. Mengigat dan membayangkan makna wirid dari awal sampai akhir. Kalau tidak bisa, maka dianjurkan agar supaya memperhatikan dan mendengarkan bacaan wiridnya dengan sempurna. 4. Membaca wirid dengan tartil (tidak terburu buru).

89 5. Diam selama beberapa saat setelah selesai membaca wirid dengan kepala menunduk dan merasakan adanya tarbiyah langsung dari Rasulullah SAW dan Sayyidi Syeikh ra. 6. Bersabar selama beberapa waktu setelah selesai wirid untuk tidak berbicara, makan dan minum, kecuali sangat mendesak. Karena asrar wirid akan menghilang pada saat mulai berbicara, makan dan minum. Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Ad 4. KAIFIYAH BACA DZIKRUL HAILALAH (ba’dal ‘Ashri yaumil Jum’ah) 1. Niat (dibaca pelan dan dimantapkan kedalam hati).

ُْ ‫َﻧـ َﻮﻳْ ُﺖ اﻟَﺘـ َﻌﺒﱡ َﺪ إ َِﱃ اﷲِ َﺗـ َﻌ َﺎﱃ ﺑِﺄَ َدا ِء ذ ِْﻛ ُﺮ اﳍَْْﻴـﻠَﻠَ ِﺔ‬ ‫اﳉ ْﻤ َﻌ ِﺔ ِﰱ‬ ِ‫ِﺴﺎﺑًﺎ ﷲ‬ ْ َ ‫ِﺠﺎﻧِﻴَ ِﺔ َﻃ ِﺮْﻳـ َﻘ ِﺔ‬ َ ‫َﻃ ِﺮْﻳـ َﻘﺘِﻨَﺎ اَﻟﺘ‬ َ ‫ﲪ ٍﺪ َو ُﺷ ْﻜ ٍﺮ إِﳝَْﺎﻧًﺎ َو ْاﺣﺘ‬ ‫َﺗـ َﻌ َﺎﱃ‬ Nawaitu ta’abbuda ilallaahi ta’ala, bi adaai

‫‪Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah‬‬ ‫‪90‬‬ ‫‪dzikrul hailalati yaumil jum’ati fii thariiqatina‬‬ ‫‪At Tijaniyati, thariiqati hamdin wa syukrin‬‬ ‫‪iimaanan wahtisaaban lillaahi ta’ala.‬‬

‫‪2. Membaca suratul Fatihah 1x.‬‬

‫ِﻦ ﱠ‬ ‫ﲪ ِﻦ اﻟ ﱠﺮِﺣﻴْ ِﻢ‬ ‫ِﺴ ِﻢ اﷲِ اﻟ ﱠﺮْ َ‬ ‫أَ ُﻋ ْﻮُذ ﺑِﺎﷲِ ﻣ َ‬ ‫اﻟﺸﻴْ َﻄﺎ ِن اﻟ ﱠﺮِﺟﻴْ ِﻢ‪ ،‬ﺑ ْ‬ ‫ﲪ ِﻦ اﻟ ﱠﺮِﺣﻴْ ِﻢ * َﻣﻠ ِ‬ ‫ِﻚ َﻳـ ْﻮِم‬ ‫ِﲔ * اﻟ ﱠﺮْ َ‬ ‫* أََْﳊ ْﻤ ُﺪ ﷲِ َر ﱢب اﻟْ َﻌﺎﻟَﻤ ْ َ‬ ‫ﺎك َﻧـ ْﻌﺒُ ُﺪ َوإِﻳﱠ َ‬ ‫اﻟ ﱢﺪﻳْ ِﻦ * إِﻳﱠ َ‬ ‫اﻟﺼ َﺮ َ‬ ‫اط‬ ‫ِﲔ * إِ ْﻫ ِﺪﻧَﺎ ﱢ‬ ‫ﺎك ﻧَ ْﺴﺘَﻌ ْ ُ‬ ‫اﻟْ ُﻤﺴﺘَﻘِﻴ ِﻢ * ِﺻﺮ َ ﱠ‬ ‫ِﻢ ﻏ َْﲑِ اﻟْ َﻤ ْﻐ ُﻀ ْﻮ ِب‬ ‫اط اﻟ ِﺬﻳْ َﻦ أَْﻧـ َﻌ ْﻤ َﺖ َﻋﻠَﻴْﻬ ْ‬ ‫ْ ْ‬ ‫َ‬ ‫ِﻢ َوﻻ ﱠ‬ ‫ﲔ * أَﻣ ِْﲔ‬ ‫َاﻟﻀﺂﻟﱢ ْ َ‬ ‫َﻋﻠَﻴْﻬ ْ‬ ‫‪3. Membaca Al Fatih 1x:‬‬

‫ِﻖ َو َْ‬ ‫اﳋﺎﰎِِ ﻟ َِﻤﺎ‬ ‫ِﺢ ﻟِﻤﺎَ اُ ْﻏﻠ َ‬ ‫اَﻟﻠّ ُﻬ ﱠﻢ َﺻ ﱢﻞ َﻋﻠَﻰ َﺳﻴﱢﺪِﻧﺎَ ﳏَُ ﱠﻤ ٍﺪ اﻟْ َﻔﺎﺗ ِ‬ ‫اﳊ ﱢﻖ ﺑ َْ‬ ‫ﺎﺻ ِﺮ َْ‬ ‫ِي ا َِﱃ ِﺻ َﺮاﻃ َ‬ ‫َﺳﺒَ َﻖ ﻧَ ِ‬ ‫ِﻚ اﻟْ ُﻤ ْﺴﺘَﻘِﻴْ ِﻢ‬ ‫ِﺎﳊ ﱢﻖ َواﳍَْﺎد ْ‬ ‫َوَﻋﻠَﻰ اَﻟِِﻪ َﺣ ﱠﻖ ﻗَ ْﺪ ِرِﻩ َوِﻣ ْﻘ َﺪا ِرِﻩ اﻟْ َﻌ ِﻈﻴْ ِﻢ‪،‬‬ ‫ُﺳﺒْ َﺤﺎ َن َرﺑﱢ َﻚ َر ﱢب اﻟْ ِﻌ ﱠﺰِة َﻋ ﱠﻤﺎ ﻳَ ِﺼ ُﻔ ْﻮَن َو َﺳ َ‬ ‫ﲔ‪،‬‬ ‫ﻼٌم َﻋﻠَﻰ اﻟْ ُﻤ ْﺮَﺳﻠِ َ‬ ‫َو َْْ‬ ‫ِﲔ‪،‬‬ ‫اﳊ ْﻤ ُﺪ ﷲ َر ﱢب اﻟْ َﻌﺎﳌَ ْ َ‬

91 Subhaana rabbika rabbil ‘izzati ‘amma yashifuun, wasalaamun ‘alall mursaliin, walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin. Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

4. Membaca “laailaaha illallah”

‫ﻵإِﻟ َﻪ إِﻻَ اﷲ‬ atau membaca lafal ( ‫ ) ﺍﻟﻠﻪ‬atau kedua duanya tanpa dihitung sampai maghrib. Kalau dihitung maka bacalah sebanyak 1600 x / 1500 x / 1200 x / paling sedikit 1000 X tidak boleh kurang, lalu akhiri dengan lafadz:

ُ ‫ ﳏَُ َﻤ ٌﺪ َرُﺳ‬، ‫ﻵإِﻟ َﻪ إِﻻَ اﷲ‬ َ ‫ َﻋﻠﻴَ ِﻪ َﺳ‬، ‫ﻮل اﷲ‬ ، ‫ﻼ ُم اﷲ‬ Laaailaaha illallaah…, Muhammadur Rasulullah…. ‘alaihi salaamullaah… yang dibaca dengan keras dan panjang Lalu diteruskan dengan membaca:

‫ﱡ‬ َ‫ﻼ ﺋ‬ َ ‫إِ ﱠن اﷲ َ َوَﻣ‬ ‫ﱠﱯ ﻳَﺎأَ ﱡﻳـ َﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳْ َﻦ أ َﻣﻨُﻮا‬ ْ ِ ‫ِﻜﺘَ ُﻪ ﻳُ َﺼﻠ ْﻮ َن َﻋﻠَﻰ اﻟﻨ‬ ‫ﺻﺤﺒِ ِﻪ‬ ْ ‫ َﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ ِوَﻋﻠَﻰ أﻟِِﻪ َو‬،‫َﺻﻠﱡ ْﻮا َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َو َﺳﻠﱢ ُﻤﻮا ﺗَ ْﺴﻠِﻴْ ًﻤﺎ‬

92

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

َ ‫ ُﺳﺒْ َﺤﺎ َن َرﺑﱢ َﻚ َر ﱢب اﻟْ ِﻌ ﱠﺰِة َﻋ ﱠﻤﺎ ﻳَ ِﺼ ُﻔ ْﻮَن َو َﺳ‬،‫َوﺳﻠﱠ َﻢ ﺗَ ْﺴﻠِﻴْ ًﻤﺎ‬ ‫ﻼٌم‬ َْ ‫ َو‬،‫ﲔ‬ ،‫ِﲔ‬ َ ْ َ‫اﳊ ْﻤ ُﺪ ﷲ َر ﱢب اﻟْ َﻌﺎﳌ‬ َ ِ‫َﻋﻠَﻰ اﻟْ ُﻤ ْﺮَﺳﻠ‬ Innallaaha wamalaaikatahu yushalluuna ‘alan nabi, yaa ayyuhalladziina aamanu shalluu ‘alaihi wasallimuu tasliima. Shallallaahu ‘alaihi wa ‘alaa aalihi washahbihi wasallama tasliima. Subhaana rabbika rabbil ‘izzati ‘amma yashifuun, wasalaamun ‘alall mursaliin, walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin. 5. Tahtim / ditutup dengan do’a.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

93

PENUTUP Alhamdulillah, penyusunan risalah kecil ini dapatlah kami selesaikan, harapan kami adalah dengan syafaat Rasulullah Saw. dan barokah serta madad dan karomah Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijany RA. semoga Allah SWT. berkenan membersihkan kotoran-kotoran yang masih melekat di hati kami, dan menggolongkan kami bersama dengan orang-orang yang berhati bersih, ikhlas karena Allah SWT. dan semoga risalah ini dapat menjadi amal jariah kami dan membawa barokah dan manfaat yang besar bagi kami pribadi, keluarga kami, para muqaddam yang membimbing kami juga kaum muslimin, khususnya Ichwan Thariqah At Tijany. Amiin…. Amiin…. Amiin….

‫ﺎﱐ * َوأَِﻣ ﱠﺪﻧَﺎ ِﲟَ َﺪ ِد‬ ِْ ‫اَﻟﻠّ ُﻬ ﱠﻢ ْاﺣ ُﺸ ْﺮﻧَﺎ‬ ِ ْ‫ﰊ اﻟْ َﻔﻴ‬ ِْ ‫ﱢﺠ‬ ْ َِ‫ﰲ ُزْﻣ َﺮِة أ‬ َ ‫ﺾ اﻟﺘ‬ ‫ﺎﱐ‬ ِْ ‫َﺧﺘْ ِﻢ اﻷَ ْوﻟِﻴَﺎ ِء اﻟْ ِﻜﺘْ َﻤ‬

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah 94 “Ya Allah Kumpulkanlah kami bersama rombongan Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany dan berilah kami karunia berkat madad (bantuan) dari Hatmul Auliya’ yang dirahasiakan ( Al Quthbi Al Maktum Ahmad bin Muhammad At Tijany)

Jakarta, Dzul Qa’dah 1434 Hijriyah.

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

95

96

Aurad Al Laazimah Thariqah At Tijaniyah

Related Documents

Buku Wirid (1)
January 2021 0
22 - Kumpulan Wirid 1 Rev
February 2021 2
Wirid Akmaliyah
January 2021 0
48 - Kumpulan Wirid 3
January 2021 0
Amalan Wirid Tarik Kekayaan
February 2021 0
Buku Hidangan Terbaru-1
January 2021 2

More Documents from "Jumansyah Abd"

Buku Wirid (1)
January 2021 0