Cara Bermeditasi

  • Uploaded by: mrizki_ramadhan
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cara Bermeditasi as PDF for free.

More details

  • Words: 9,214
  • Pages: 20
Loading documents preview...
Tips Renungan Meditasi 1. Meditasi Adalah Mengamati dan Menikmati

Kekinian

Anda

Perenungan merupakan salah satu bentuk meditasi yg paling dikenal. Saking lumrah nya, boleh jadi kita tak menyadari, bila saat merenung sebetulnya kita sedang be rmeditasi secara alamiah. Merenung bukanlah melamun atau mengkhayal. Disini ada satu objek perenungan yang jelas, yang tetap dipegang, apakah itu bersifat sekal a maupun niskala, bersifat lahiriah maupun batiniah. Dengan mengamati suatu objek dengan cermat, seksama dan penuh perhatian, kita me mperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang objek tersebut. Objek yang dian jurkannya dalam perenungan adalah objek dalam. Sayangnya, kita umumnya tidak bis a serta merta melakukannya demikian. Dalam mengawali latihan, penggunaan objek l uar terasa jauh lebih mudah. Memanfaatkan keluar-masuknya napas sebagai objek misalnya, disamping tidak sepen uhnya di luar, juga memberi efek ganda berupa ketenangan dan kesehatan. 2. Meditasi Adalah Hadir di Sini & Saat Ini Dalam bermeditasi, Anda haruslah hadir sepenuhnya di sini. Anda tak kan pernah b ermeditasi kalau pikiran kelayapan ke sana ke mari atau membumbung tinggi diterb angkan bagai angan-angan. Bukanlah meditasi yang Anda lakukan itu bilamana hanya jasad Anda saja yang hadi r disini, sementara pikiran Anda tersita oleh kenangan atau ingatan di masa lalu atau terbetot dan diseret oleh berbagai angan-angan atau kekhawatiran ke masa d epan. Hadir secara fisik maupun mental, di sini dan saat ini. Itulah meditasi. Di sini , ia juga bisa disebut dengan mengembalikan diri Anda pada diri Anda sendiri . 3. Meditasi Bukan Upaya Menjadikan Kita Sedemikian Terkondisi Kita sudah lebih dari sekedar terkondisi. Kita telah terkondisi di tempat kerja, dalam perjalanan berangkat dan pulang kantor atau sekolah, sesampai di rumahpun masih dibebani oleh berbagai permasalahan . Agaknya kurang arif bilamana kini k ita malah menghadirkan beraneka pengkondisi lagi, yang tidak benar-benar perlu d an bermanfaat bagi jiwa. Umum beranggapan bahwa, meditasi mesti begini atau begitu. Ini malah terasa serb a menyulitkan, serba membebani, sejauh mereka samasekali di luar kebiasaan kita. Sikap tubuh memang memperngaruhi kekhusukan dan ketahanan, serta berkaitan erat dengan keterpusatan pikiran. Akan tetapi, meditasi bukanlah sekedar konsentrasi . Ia merupakan aliran perhatian alamiah yang menerus terhadap objek yang dimeditas ikan, dalam jangka waktu tertentu yang dibutuhkan. Meditasi di sini justru merupakan seni melepas-beban , seni melepaskan beban yang s elama ini tersa menghimpit dan menekan, yang berupa berbagai pengkondisian yang ada maupun yang kita adakan tanpa sengaja. Akan tetapi, jangan salah, ia bukanlah sebentuk pelarian dari tanggung jawab. Ia l ebih berupa peletakan sejenak segala beban phsikis pada jarak tertentu, sampai den gan Anda terpulihkan, dan lebih bertenaga untuk menanganinya lagi. Semua ini tentu berlangsung dalam tataran mental. 04. Tak Mudah Terpengaruh Kedalaman meditasi (insight-depth), menyebabkan meditator tak mudah terpengaruhi

oleh stimulus atau rangsangan luar, yang dibawa masuk saat berlangsung berbagai kontak indriyawi. Kebiasaan reaktif selama ini, ditransformasikan menjadi proak tif. Inilah yang mententramkan; inilah yang bermanfaat langsung buat Anda. Rangsangan luar mulanya memang bisa terasa sangat menganggu; akan tetapi semakin ke dalam mereka semakin tak terasakan. Kemantapan fisik secara langsung akan me mpengaruhi ketahanan psikhis atau ketahanan mental. Inilah nantinya akan terpanc ar kembali berupa ketahanan fisik. 05. Mengenali Diri Anda Secara Lebih Baik Adakah sesuatu yang lebih aneh di dunia ini dibandingkan dengan tidak mengenali diri sendiri ? Mengenalinya bukan saja secara fisik tetapi juga secara mental ? Anda bisa saja mengenal dan mengerti dengan baik berbagai hal; namun apa artinya semua itu bila kita asing terhadap diri sendiri . Sederhana saja; apapun yang kita amati dengan seksama, tentu akan kita kenali de ngan lebih baik. Bila yang kita amati itu adalah diri kita, maka kitapun akan meng enalinya jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Nah dari perspektif ini, meditasi ini juga bisa disebut sebagai meditasi mengenal-d iri . Dengan lebih mengenalinya, kita jauh bisa lebih intim, lebih kompromistis, d an pada akhirnya lebih harmonis dengannya. Bila ditelusuri akan tampak bahwa konf lik-batin disebabkan oleh krisis pengenalan diri . Dalam batin yang harmonis, tak ad a konflik. 06. Pengekangan Jasmani Bukanlah Meditasi Bukanlah meditasi disini maksudnya tidak kondusif bagi kemajuan meditasi Anda. A nda tak pernah merasa tenang, tenteram dan damai, bila salah satu kaki Anda kese mutan. Jasmani yang dikekang, apalagi disiksa, akan mengadakan perlawanan, sekua t pengekangan atau penyiksaan itu. Walaupun rileksasi adalah pra-meditasi yang sangat bermanfaat, namun meditasi bu kanlah, untuk sekedar rileks. Badan kita bisa saja tampak rileks, namun bila pik iran bergolak dan perasaan menggelora, apa gunanya? Jauh lebih dalam lagi, medit asi menentramkan jiwa yang gundah gulana, yang diganggu oleh berbagai agitasi da n agresi eksternal maupun internal. 07. Meditasi Punya Kemiripan Dengan Konsentrasi Ketika bermeditasi, pikiran Anda terpusat pada satu objek disarankan objek dalam jadi amat mirip dengan konsentrasi . Saking miripnya, bahkan ada satu ensiklope dia yang mempersamakannya. Perbedaan mendasarnya adalah; meditasi bersifat diri s entris . Keterpusatan ditujukan pada segala fenomena yang terjadi di dalam, pada s ang diri, baik yang bersifat lahir, kasat maupun yang bersifat batiniah. Sedangk an konsentrasi, bisa mengambil objek amatan apa saja. Sebagai contoh adalah saat ini, ketika Anda membaca tulisan ini, Anda memperhati kan apa yang tampak di atas kertas bukan? Huruf demi huruf, kata demi kata dan s eterusnya sambil menangkap makna tulisan ini. Yang ini konsentrasi. Tetapi bila yang Anda amati dan perhatikan dengan seksama itu adalah bagaimana mata Anda bek erja dalam membaca atau sikap duduk maupun sikap badan Anda ketika membaca atau perasaan atau bentuk-bentuk batin ketika membaca ini. Ini berarti Anda sedang me mbangun kondisi meditative. Jadi keterpusatan bukan pada objek luar, akan tetapi pada fenomena jasmani maupu n batin ketika mengamati objek luar itu; bukan untuk menilainya. Nah, dengan dem ikian Anda senantiasa sadar terhadap setiap gerak gerik jasmani dan mental Anda, dengan tanpa memberi penilaian terhadap fenomena mental yang berlangsung, apala

gi menghakiminya. Rasanya lebih mudah melakukannya daripada menjelaskannya. Mema ng, karena meditasi adalah praktek langsung, bukan teori. 08. Bukan Mengatur Gerak

Gerik Rohani Maupun Jasmani

Dalam mengamati, kita tak mengatur gerak-gerik tubuh maupun mental kita. Hanya m engarahkan perhatian untuk memperhatikan dengan seksama semua gerak yang berlang sung. Dalam fase-fase awalnya, boleh jadi Anda lamban (mirip slow motion) di mat a orang lain. Ini memang umum terjadi. Kenapa ? Karena kita cenderung terjebak p ada memikirkan gerak itu, bukannya mengamati atau memperhatikannya saja. Bagi yang sudah terlatih, tak perlu lamban, biasa saja; seperti kebiasaan lainny a. Kita tak mengatur gerak jasmani atau mental, namun hanya memperhatikannya saj a. Bagi pemula, tentu tidak bisa langsung meloncat . Butuh waktu. Masih pada fase awal, bila meditator hampir melakukannya dengan pas, ia akan bersi kap acuh tak acuh ataupun tampak tak pedulian. Yang begini, biasanya terjadi pad a mereka yang cenderung selfish ataupun yang sedikit rendah diri. Tapi tidak kenap a, amati saja. 09. Mengutamakan Objektivitas dan Kejujuran Kita mengamati, hanya itu; tanpa menilai apa yang diamati. Bila ada interupsi be rupa penilaian, ia tak lagi objektif. Kita terkadang merasa bosan, kesal, jengke l dan lain sebagainya; amat jujur bukan ? Mengapa dan kepada siapa kita mesti be rbohong? Apa perlu berbohong bila kita melihat dengan mata atau mendengar dengan telinga, misalnya ? Ketika si pikiran terusik objektivitasnya, maka ia mulai berbohong. Tampaknya sa ja ia bermeditasi, padahal sedang melamun. Bukankah itu tidak jujur ? Oleh karen anyalah dikatakan bahwa meditasi mengutamakan objektivitas dan kejujuran (satyam ). Kejujuran luar bermula pada Kejujuran dalam. 10. Perhatikan dan Catat Saja Dalam Hati Dalam mengamati dengan seksama kita sebenarnya hanya memperhatikan saja. Tanpa p enilaian, tanpa membubuhinya dengan prasangka-prasangka, praduga-praduga, preten se, harapan, sugesti, dan sejenisnya. Bila mau, boleh dicatat fenomena batin yan g terjadi di dalam hati. Bila tak mau, tak apa-apa; bahkan lebih baik begitu. Bila telah fasih latihan kita, pemahaman-pun akan muncul dengan sendirinya. Pema haman yang bersifat lebih objektif dan apa adanya. Terbiasa begini, cepat atau l ambat, kita dapat memahami apa itu apa adanya dengan amat jelas. Apa adanya, adala h the truth itu. Sederhana bukan ? Cobalah! 11. Meditasi Punya Tahapan Seperti juga jasmani, rohani pun punya tahap-tahap perkembangannya sendiri. Demi kian juga dengan meditasi kita. Secara garis besar ia dapat dikelompokkan dalam tahap pemula, tahap antara dan tahap lanjut. Di kalangan penekun, ada yang harus mengawalinya dari tahap pra-meditasi, sejeni s penyeragaman, pengenalan atau masa orientasi. Pra-meditasi, mengarahkan kita p ada persiapan fisik dan mental. Yang sudah siap tentu tak perlu lagi. Seperti pa da kegiatan lainnya, orientasi senantiasa kita perlukan. Orientasi mengantarkan kita pada pengenalannya secara lebih baik. Disini, kita juga dapat mengukur ting kat kesiapan kita untuk memulainya. Bila ada yang perlu dipersiapkan, maka persi apkanlah dengan baik dulu. Jangan sampai kita tersendat-sendat dalam perjalanan, karena kehabisan bensin, padahal sejak tadi sudah melewati beberapa pompa bensi n. Kan sayang

Berikut adalah pendapat seorang penulis, dosen ilmu filsafat di beberapa univers itas Asia dan Eropa, yang juga berguru selama dua puluh lima tahun pada Sakya Ti rzin, pemimpin ordo Sakya dari Budhisme Tibet. The gradual development of the ability to see things as the really are through the practice of meditation, has been linkened to the development of special instrum ent by mean of which we can now see subatomic reality and the like. In the same way, if we do not develop the potential of our minds through the cultivation of right effort, right mindfulness, and right concentration, our understanding of t he real state of things will remain at best intellectual knowledge. [Peter Della Santina; The Tree of Elightenment 1997, p.63.] Dari sini kita dapat menangkap salah-satu esensi dari upaya melalui jalan medita si ini. Untuk benar-benar dicatat adalah proses yang bertahap, dalam tahapan ter tentu yang jelas dan terarah. Merujuk pada buku-buku, atau kata-kata bijak dan t untunan dari mereka yang kita percayai, memang memberi pengetahuan yang bermanfa at. Namun pengetahuan tersebut seringkali perlu ditransformasikan lagi secara ma ndiri. Jangankan buku-buku bisa mengembangkan batin Anda, seorang Guru pun hanya lah membuka gerbang kesadaran Anda saja. Tak lebih dari itu. Di dalam spasio-tempo ral ini, pentahapan pasti ada; tidak sim salabim .abrakadabra .jadi!. Tidak; tidak dem ikian prosesnya. 12. Ia Juga Punya Pola & Ritme Pola ini tergantung kita sendiri. Artinya walau memang ada pola bakunya, adakala nya tetap disesuaikan dengan pola kita. Bila tidak, bagaimana kita akan menerapk annya bagi diri sendiri? Heterogenitas mendikte pola kita masing-masing. Secara alamiah, kita juga mempunyai ritme-biologis. Para olahragawan, memulai dengan pe manasan dan seterusnya. Jadi tidak langsung khusuk; bila bisa langsung khusus, t entu baik sekali. Namun umumnya tidak demikian. Ritme, menjadikannya tidak monoton, ia juga menyebabkan tiap fase terasa baru. M enarik memang. Meditasi memang amat menarik bila ditekuni. Kita seakan menjadi h idup kembali; jauh lebih hidup dari sebelumnya; hidup dalam dunia meditative yang mengagumkan. 13. Bukan saja Alamiah, Tapi Juga Ilmiah Sangat alami, duduk santai sambil memperhatikan gerak nafas sendiri, misalnya, a mat alami, bukan? Tidak dibuat-buat, diatur atau dikontrol, harus begini atau be gitu. Sikap tubuhpun biasa-biasa saja; tak perlu jadi pemain acrobat. Bila kita memang pemain akrobat, tidak apa-apa; just go on . Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan dan menunjukkan ke-ilmiahannya. Objektifitas merupakan dasar dari dunia keilmuan. Disinilah kita terjamin untuk tidak terperangkap dogmatism. Disini pula kita memberdayakan nalar kita d engan lebih efektif. Secara tak langsung, pengembangan batin yang terjadi dari m editasi, juga akan mengurangi dan mengikis pandangan yang terkondisi oleh takhyu l. 14. Ingat ! Meditasi Adalah Olah Batin, Bukan Olah Raga Kesalahan dalam memandang Meditasi, justru berawal di sini. Memang meditasi berd ampak-samping positif terhadap kesehatan secara menyeluruh; akan tetapi, itu buk anlah tujuan pokok dari ber-meditasi. Olah-batin disebut juga praktek atau latihan spiritual atau sadhana. Akan tetapi , kita bisa terperosok ke dalam upaya peraihan kanuragan, kesaktian atau sejenis nya. Bukan itu arah yang kita tuju dalam bermeditasi. Iming-iming kanuragan atau pun kesaktian memang menggiurkan bagi kebanyakan orang. Sebagai akibatnya, banya

k yang mandek hingga disini saja. Berhati-hatilah terhadap yang satu ini! 15. Persiapkan Diri Sebelum Bermeditasi Yang ini terkait dengan tips 10 sebelumnya. Persiapan senantiasa perlu. Apa yang perlu kita persiapkan ? Diri sendiri; itu pasti. Pemahaman yang baik atas bidan g kerja, akan memberi kemudahan-kemudahan dalam mengerjakannya. Kita bisa memper oleh pengertian tentang sesuatu melalui bertanya. Apakah itu bertanya kepada pem bimbing, buku-buku, mereka yang lebih berpengalaman dan sebagainya. Tips ini, juga pantas dipandang sebagai salah satu dari bahan baku untuk fase pe rsiapan ini. Kiranya amat jelas bagi kita tentang pentingnya persiapan ini. Meng enai; tempat, pakaian, waktu dan lamanya, sambil jalan kita pun akan memahami da n menemukan kesesuaiannya dengan diri sendiri. Prinsipnya adalah, yang sesuai den gan kondisi objektif kita, adalah yang terbaik bagi kita . Oleh karenanya, kenalil ah diri Anda. 16. Hobi Yang Paling Murah Betapa tidak, Anda tak perlu menyewa tempat, alat, ongkos, membayar sewa, atau m embayar administrasi untuk memperoleh kartu keanggotaan atau sejenisnya. Diri An dalah modal dasar Anda. Oh ya ..awalnya mungkin Anda perlu menyediakan waktu khusus untuk bermeditasi. Ini d iperlukan demi pembiasaan dan pendisplinan-diri. Tetapi setelah cukup lanjut, ti dak lagi. Anda akan memahami dengan baik bahwa ia dapat dilakukan setiap saat. Ada yang me ngatakan, Bila kamu sempat bernafas, maka kamu pasti sempat bermeditasi . Sederhana dan sangat murah. 17. Menguntungkan Bagi yang Bernaluri Bisnis Bagi yang berjiwa bisnis, ini boleh juga digeluti untuk dijadikan komoditas daga ngan. Rekan saya ada yang berhasil dalam usaha seperti ini. Bayarannya ? Dollar lagi; menggiurkan bukan ? oleh karenanyalah bisnis olah-batin tampak semakin marak belakangan ini. Nah .demikianlah manusia yang punya naluri bisnis tajam; apapun bisa dijual, ia ju al untuk dinikmati hasilnya bagi dirinya sendiri. Dan itu memang masih (dianggap ) sah-sah saja di mata publik. Kehausan manusia modern akan spiritualitas, bagi para pebisnis, menghadirkan peluang bisnis yang tidak kalah menggiurkannya diban dingkan bidang bisnis lain. 18. Dijadikan Komoditas Dagangan ? Masak sekedar membimbing memperhatikan nafas saja diperdagangkan ? Saya malah agak heran mengamati fenomena itu. Lebih heran lagi, semakin mahal, a palagi bilamana diselenggarakan di hotel-hotel mewah, ia malah semakin laris; ka yak kacang goreng. Mungkin karena lebih bergengsi. Yaaah .begitulah umumnya kita-kita ini. Suka terkagum-kagum hanya pada kemasan lua rnya saja. Apalagi bilamana produk itu dipromosikan dengan gencar di media-massa . Dalam dunia bisnis, ini memang dapat dimaklumi sebagai kewajaran. Sesuatu yang mudah, murah, apalagi gratisan, malah dicurigai macam-macam dan diremehkan. 19. Kondisi Meditatif Bukanlah Anugerah Demikianlah sebetulnya; kita yang mengusahakan anugerah itu.

Sim salabim ..Anda Med

itatif! ; itu bukan rumusnya. Meditasi bukan sulap, yang untuk didemonstrasikan gu na merebut pangsa pasar dan meningkatkan nilai jual . Tak ada Guru manapun yang men ganugerahkan itu pada Anda. Metodenya, latihan awalnya, memang ada yang menginformasikan dan membimbing. Tap i, kondisi meditatif tetap merupakan upaya mandiri Anda. Ini amat penting untuk ditekankan disini. Saya tak ingin Anda dikibuli atau dikadali oleh siapapun. Tetap i bila Anda memang mau dan senang dikibuli, silahkan 20. For The Better State of Mind Sebagai bentuk seni, seni olah batin, di samping berciri keindahan juga mengkond isikan batin kita pada suasana yang lebih baik, dari sebelumnya. Dalam keadaan t enang, misalnya, kita akan bisa memecahkan berbagai persoalan hidup dengan jauh lebih baik. Status batin-meditatif , juga melahirkan inspirasi-inspirasi serta s olusi-solusi jenial bagi berbagai persoalan hidup yang kita hadapi. Nilai manfaatnya akan benar-benar Anda rasakan bilamana Anda telah demikian terb iasanya dalam status batin-meditatif ini; atau dengan kata lain, Anda telah bena r-benar menjadikannya hobi serta sahabat Anda. 21. Menentramkan Batin Kita tidak bisa membeli ketentraman batin. Yang satu ini tidak ada urusannya den gan uang atau harta-benda, pangkat, jabatan, pengaruh, kekuasaan maupun populari tas. Kepemilikan atas harta, bukanlah sesuatu yang salah menurut ajaran manapun. Namun, terbelenggu oleh kemilikan atas materi duniawi inilah yang melahirkan ko nflik internal maupun eksternal. Pemenuhan demi pemenuhan hasrat kemilikan tidak akan menyudahinya; bahkan sebaliknya, malah menumbuhkan dan memperkuat keseraka han. Kita bisa saja punya harta benda yang melimpah ruah, namun itu tidak mengurungka n untuk senantiasa dirongrong kekhawatiran kalau-kalau mereka tiba-tiba hilang a taupun menyusut. Jabatan, popularitas dan sejenisnya juga memiliki sifat yang sa ma; sama-sama mengundang kekhawatiran. Tiada ketenangan pada batin yang dipenuhi kekhawatiran dan rasa was-was. Betapapun kita tahu bahwa kita menua setiap saat, namun secara naluriah ada kece nderungan untuk menolak hukum alam itu. Kita tak segan-segan mendandani tubuh, m elatih tubuh untuk dapat mempertahankan jasmani ini dari proses penuaan. Sadarka h kita bahwa apa yang kita lakukan sebetulnya adalah melawan hukum alam ? Bila kita perhatikan dengan lebih seksama lagi, akan dipahami bahwanya ketentram an bukanlah suatu anugerah; ia adalah hasil usaha atau merupakan pahala dari per buatan kita sendiri. Ia tidak terkondisikan secara mutlak oleh iklim diluar; ikl im luar memang berpengaruh, sebatas kita mengadakan penolakan pun pengharapan te rhadapnya. Ketentraman adalah kondisi batin yang stabil, di mana gejolak di dalam teredam b etapa mestinya. Bagi seorang meditator, ketentraman batin diupayakannya secara mandiri, maksudny a ia tidak mengharapkannya datang secara otomatis ataupun tenggelam dalam kondis i batin meditatif dengan sendirinya, tanpa pengkondisian awal sama sekali 22. Sesuai Bagi yang Sibuk Kesibukan menguras banyak enerji fisik dan enerji mental Anda. Bagi yang kesibuk annya lebih banyak berupa kegiatan pikiran, kelelahan mental malah bisa mengangg u kondisi fisiknya. Oleh karenanya, bukan saja meditasi sesuai bagi mereka yang sibuk, ia bahkan merupakan kebutuhan mentalnya.

Meditasi memberi pemulihan, bahkan me-recharging lagi dengan enerji fisikal dan mental lebih. Ini harus dibuktikan sendiri. Andalah yang bermeditasi, Andalah ya ng membuktikannya, dan Anda pula yang menikmati manfaatnya. 23. Bagi Siapa Saja Pernah dan mungkin masih ada yang menyangka bahwa meditasi hanya untuk orang-ora ng tertentu yang menjalani kehidupan spiritual saja. Sangkaan tersebut jelas kel iru. Ia bagi siapa saja; bebas Sara Ia bahkan bagi semua umur tentu ada jenjangn ya- dan bagi semua jender. Jadi, bila Anda sebelumnya pernah menyangka lainnya, mulai saat ini buanglah pra sangka itu jauh-jauh dan tolong jangan ditularkan kepada siapapun. 24. Menjadikan Hidup Indah Ini bukan iklan murahan. Ia dapat dibuktikan. Secara naluriah kita mencintai kei ndahan. Keindahan dapat Anda serap dan hadirkan lagi di hati Anda, hanya bila An da siap untuk menikmatinya. Keindahan (sundaram) merupakan salah-satu sifat dari Sang Diri. Sebentuk karya seni tiada lain dari ekspresi rasa keindahan seorang seniman. Sem entara seniman, menangkap inspirasinya lewat meditasi alami (bagi yang tidak secar a khusus menekuni meditasi). Walaupun Anda bukan seniman, Andapun punya bakat untuk menyerap dan mengapresias i seni, hingga batas-batas waktu tertentu. Contohnya, Anda akan senang menyaksik an lelaki tampan atau wanita cantik, atau merasa nyaman di pegunungan atau di te pi pantai. Itulah salah satu berkah kita terlahir sebagai manusia. Penikmatan seni atau keindahan, akan lebih baik bila kita mendekatinya melalui k ondisi batin-meditatif. Hidup akan terasa jauh lebih indah, dalam kondisi batin seperti ini. Bukankah Tuhan juga dipandang sebagai Keindahan Yang Agung Itu ? 25. Mengusir Pikiran-Pikiran Negatif Pikiran negatif, banyak disebut sebagai biang kerok berbagai penyakit fisik dan mental, oleh para ahlinya. Bahkan, lebih dari delapan puluh persen gangguan fisi k, konon bermula dari pikiran negative. Ia bisa ditakuti melebihi virus HIV. Pik iran Negatif juga disebut-sebut sebagai penyebab terjadinya penuaan dini. Jadi, secara tak langsung, meditasi juga bisa berfungsi sebagai obat awet muda . Namun un tuk yang satu ini, saya harap Anda tidak mempercayainya begitu saja, kecuali set elah Anda buktikan langsung. Di sisi lain, meditasi bukan saja mengusir pikiran negatif, ia bahkan dapat menge nyahkan berbagai gejolak dari bentuk-bentuk pikiran (citta vritti). Maharshi Patanjali menegaskan, yoga citta vritti nirodhah yoga menghentikan gejola k pikiran dan gelora perasaan . Di dalam Asthanga Yoga nya, Dhyana atau meditasi m erupakan angga ketujuh, sebelum Samadhi. 26. Mengantarkan Kita Kembali Pulang Kita mengenal pepatah: setinggi-tingginya bangau terbang, ia akan pulang kembali ke sarangnya . Pulang ke rumah, merupakan aktifitas yang sangat menyenangkan, apal agi setelah kita berkelana sekian lama. Ini bukan saja bagi manusia, namun juga pada binatang sekalipun. Mungkin inilah aspek spiritual dari meditasi itu, mengantarkan kita kembali pula

ng kepada Diri Sendiri. Kebiasaan dalam mengarahkan perhatian ke luar, dan terus menerus ke luar, telah menyesatkan kita di dunia objek-objek, di dunia materi, di dunia fenomena. Ketika kesesatan ini telah sedemikian parahnya hingga kita menyangka bahwa dan men gidentasikan-diri kita sebagai materi tersebut, atau sebagai efek-efek emosional yang dimunculkannya. Semakin kita menjauh dari akar, dari pokok, kitapun semaki n bingung, semakin tersesat. Sesat di alam materi dan fenomena, telah melahirkan prasangka bahwanya memang disinilah asal kita, sehingga disini pulalah semuanya akan berakhir. Dari sinilah kita berangkat dan ke sini jualah kita akan pulang. Kita menyangka bahwa di alam inilah kita berbasis. Kita tak ingat lagi dari man a asal kita. 27. Meditasi Bukan Sekedar Teori Mengamati, mencermati secara seksama segala gerak-gerik batin sendiri dengan pen uh perhatian, merupakan sesuatu yang amat bermanfaat didalam mengembangkan kebij aksanaan (prajna) . Ketika memperhatikannya, kita tak perlu menilainya atau mend uga-duga maupun berharap atau menolak. Cukup perhatikan saja seperti apa adanya. Bila telah Anda lakukan seperti itu sesering mungkin, ia akan menjadi kebiasaan Anda. Pikiran dan perhatian Anda seakan enggan untuk memperhatikan yang di luar sana lagi. Namun sebelumnya, perlu dipahami sebaik-baiknya lagi bahwa meditasi adalah masal ah praktek langsung atau pengalaman empiris; ia bukan dalil teoritis. Bila kita te lah mempraktekkannya secara langsung, maka kita secara pasti akan memahaminya se kaligus memperoleh faedahnya. Bila Anda baca dengan seksama tulisan ini, bisa saja Anda berpraduga bahwa saya adalah seorang ahli meditasi. Itu keliru; saya sama saja seperti Anda. Tak ada n amanya ahli meditasi itu. Apapun yang kita latih dengan tekun, memberi ketrampilan yang bermanfaat bagi kita. Hanya itu. Dan saya juga bukan seorang Bikshu, Yogi, Sannyasinn pun Guru Meditasi. Sekali lagi, mohon jangan salah duga. Kita memang cenderung suka menduga-duga begini atau begitu. Sebetulnya, prilaku pikiran serupa ini, seyogyanya enyah dari benak seorang meditator; jangan polusi batin Anda sendiri dengan berbagai dugaan. Batin kita sama saja nakal -nya, oleh k arenanyalah ia perlu dilatih melalui meditasi. Apa yang saya sampaikan disini, semata-mata dari pengalaman saya yang tidak sebe rapa. 28. Meditasi Tetap Dilakukan Sendiri Meditasi harus dilaksanakan sendiri. Ini sangat penting untuk dipahami. Mengemba ngkan batin, mensucikan pikiran, ucapan dan tindakan, harus kita lakukan sendiri . Kita tak dapat bermeditasi bagi orang lain; sebaliknya, orang lainpun tidak da pat bermeditasi bagi kita. Ketika masih bayi, kita memang tidak perlu berjalan ke dapur untuk mengambil mak anan atau minuman; ibu kita akan selalu siap menyusui dan menyuapi kita. Akan te tapi kita tetap harus memakan atau meminumnya sendiri. Ibu atau orang-tua hanya menyediakan saja. Di sini, baik orang-tua maupun Guru hanya bertindak sebagai pe mbantu, memfasilitasikan segala sesuatunya bagi Anda. Bagusnya adalah, kendati m editasi mesti dilakukan secara benar-benar mandiri, namun hasilnya, berkah darip adanya, dapat dibagi-bagikan, dapat ditularkan juga kepada orang lain sebagai Ya jna. 29. Memang Perlu Pelatihan Kita tak dapat langsung duduk di hadapan setir sebuah mobil dan sim ..salabim , Anda t elah ngebut di tengah keramaian kota dengan kecepatan 60 km/jam. Tidak demikian

bukan ? Kendati Anda seorang pembalap formula-satu sekalipun, awalnya Anda masih butuh beberapa menyesuaikan-diri dengan dan mengakrabi kendaraan serta medan. Kendati batin meditatif terjadi secara spontan pada waktunya, awalnya ia perlu p ersiapan dan pelatihan. Sebagai suatu keterampilan, ia perlu pelatihan-pelatihan ; tak jauh bedanya dengan nyetir, mengetik atau keterampilan lainnya. Ia butuh p ersiapan, pengkondisian awal dan pelatihan. 30. Desa, Kala, Patra Senantiasa Penting Sepintar apapun Anda bermain sepak-bola, Anda tetap tak dapat melakukannya denga n baik di dapur. Anda butuh ruang yang cukup untuk itu. Ada tempatnya untuk mela kukan sesuatu. Anda pun tak bisa mendatangi sebuah kantor atau unit pelayanan so sial setiap waktu. Ada waktunya kapan Anda harus ke pasar, kapan Anda mandi, kap an Anda makan, Kapan Anda pergi ke tempat kerja, dan lain sebagainya. Jelas ada waktunya untuk melakukan kegiatan apapun. Di Mayapada ini, pengkondisi desa-kala-patra ruang, waktu dan kausasi tetap berlak u. Ini juga berlaku di dalam menyelenggarakan meditasi. Bilamana Anda telah cuku p maju, ia memang bisa Anda lakukan di mana saja, kapan saja dan dalam kondisi a pa saja. Akan tetapi pada tahap-tahap awal, penyesuaian-penyesuaian terhadap tem pat (desa), waktu atau jadwal (kala) dan beberapa penyesuaian terhadap pengkondi sian terkait lainnya (patra) penting untuk diperhatikan Saat brahmamuhurta, sekitar pukul 4.00 waktu setempat, dipercaya sebagai waktu y ang ideal untuk bermeditasi; bahkan antara pukul 2.00 hingga pukul 4.00. Pada bu lan mati (tilem) dan sehari sesudahnya (penanggal kaping pisan), hari ke-empatbe las setelah bulan mati (caturdasi) dan hari purnama, juga beberapa hari lain mem ang terbukti sangat kondusif bagi penyelenggaraan laku spiritual. Tempat yang secara fisikal meyejukkan, terlindung dari teriknya matahari, hembus an angin kencang dan dingin, dengan posisi lebih tinggi dari lingkungan sekitar, jauh dari keramaian, dekat dengan tempat-tempat suci, merupakan tempat-tempat yan g diminati karena juga terbukti banyak membantu kemajuan. Namun ini bukanlah berarti bahwa kita hanya berlatih di tempat atau pada waktu s eperti itu saja. Latihan sedapat mungkin kita lakukan setiap saat, di mana saja dan dalam kondisi apa saja. Seorang Guru pernah mengatakan: Bilamana Anda punya w aktu untuk bernafas, maka Andapun punya waktu untuk bermeditasi . 31. Memberi Rambu Untuk Membedakan Antara Tujuan dan Bukan Tujuan Ketenangan dan keterpusatan merupakan hasil-sampingan, yang juga bertindak sebag ai landasan dari meditasi. Mereka bukan tujuan. Padahal untuk bisa mencapai kete nangan dan keterpusatan mental saja, bukan sesuatu yang mudah. Itu sudah memberi berkah yang tidak kecil artinya. Dalam makan misalnya, kita tak perlu munafik dengan mengatakan bahwa saya makan b ukan atas suatu tujuan, namun hanya demi makan itu sendiri . Kita tak perlu bersik ap munafik dengan mengatakan bahwa meditasi kita tak punya tujuan. Bukan saja it u bohong dan omong kosong yang menggelikan, namun itu bisa sangat berbahaya. Bahaya pertama; ia bisa dengan drastis meningkatkan keangkuhan kita. Bahaya kedu a; melakukan sesuatu tanpa tujuan, tidak akan pernah mengarahkan kita pada sasar an. Jangan-jangan malah tersesat nantinya. Bahaya ketiga; dengan tanpa tujuan, k ita akan cenderung bertindak sekehendak hati, tanpa suatu sikap-mental dan disip lin tertentu. Padahal meditasi juga berarti mendisiplinkan, berarti menertibkan mental. Di dalam mental yang tertib, yang berdisiplin lebih mungkin ditemukan ke jernihan, ketentraman, ketenangan dan kedamaian, bukan sebaliknya.

Kita mesti jeli dalam melihat persoalan kita sendiri di sini. Jangan sampai kece robohan kecil, keangkuhan halus yang laten, malah jadi membesar dan menguat. And a mesti jeli dalam membedakan mana tujuan yang demi kepentingan pribadi yang ber landaskan ego, dan mana yang tanpa-ego atau kepentingan pribadi. Namun, hanya me ngandalkan pikiran dan kecerdasan saja, memberi peluang bagi si ego untuk meyerg ap dengan mudah. Kesadaran dan kewaspadaan harus selalu ditegakkan. Itulah medit asi. 32. Aliran Perhatian Secara Alami Ketika Anda mulai memasuki alam meditasi, batin meditatif, upaya (pemusatan atau konsentrasi) tanggal dengan sendirinya. Fenomena ini tak ubahnya seperti ketika Anda membuka keran air di rumah Anda. Ketika baru membukanya, terjadi upaya pen gerahan atau pemusatan tenaga ke tangan. Namun setelah Anda berhasil membukanya, air akan mengalir dengan sendirinya, tanpa perlu pengerahan tenaga lagi. Anda c ukup hanya menampung kucurannya saja bukan ? Nah inilah mengapa meditasi ada yang menyebut sebagai bukan upaya, bukan pula metod e . Di alam meditatif sebutlah demikian memang segala sesuatu mengalir dengan sendiri nya. Semuanya mengungkapkan dirinya sendiri, kemanapun si perhatian Anda arahkan . Di sinilah berbagai ide, gagasan, ilham, pawisik, wahyu atau apapun sebutan ya ng Anda berikan untuk itu bermunculan dengan sendirinya, mengalir secara alamiah . Anda samasekali tak perlu memeras otak untuk itu. Di sini, intervensi kerja ot ak justru malah menganggu. Di alam meditatif otak tidak bekerja, ia non-aktif, s ebaliknya yang hadir hanya kesadaran dan perhatian terarah yang menyertainya. 33. Mengamati Fenomena Batin Mengamati kegiatan batin memang mengasyikkan, di samping unik. Mengamati fenomen a batiniah orang-orang sekitar kita bisa saja, akan tetapi kurang bermanfaat lan gsung; bila hanya sebagai bahan perbandingan atau memperbanyak data untuk kemudi an dirangkum guna dapat menarik kesimpulan yang lebih bersifat umum untuk diguna kan dalam latihan, boleh jadi aktivitas itu bisa jadi bermanfaat. Ada tips dari yang berpengalaman dalam mengamati batinnya ankan untuk membuat sejenis buku harian yang di-breakdown jam bahkan puluhan menit. Dalam sehari bisa dibagi dalam ktif dan fase istirahat (tidur). Tentu kita tidak mungkin tidur, dan memang tidak diharapkan demikian, akan tetapi g aktivitas bawah sadar yang berupa impian segera setelah k keburu lupa.

sendiri. Beliau menyar (rinci) dalam jam demi dua fase, yakni fase a membuat catatan selama membuat catatan tentan bangun tidur agak tida

Dengan demikian dalam 24 jam sehari kita mempunyai catatan yang cukup rinci tent ang aktivitas batin kita. Misal pk. 07.00: merasa badan segar tak ada beban; pk. 07.10: jengkel karena kaos kaki digigit hewan kesayangan, padahal sedang buru-b uru berangkat kerja dan sarapannya pun itu-itu saja; pk. 07.20 07.30: kemacetan lalu lintas menjengkelkan dan hampir saja nyenggol sebuah BMW, dan seterusnya dan seterusnya. Jadi ia berupa sejenis diary dengan penekanan pada fenomena batin y ang dirasakan. Dari catatan itu, yang dibaca menjelang tidur, coba dijumlah berapa kali atau be rapa lama dalam sehari kita jengkel, marah, bingung, mumet, gembira, tak sabaran , riang, sakit hati, tersinggung, puas, berprasangka, kecewa, sedih dan lain seb againya. Tergantung kebutuhan dan tingkat ketelitian yang diharapkan, pencatatan bisa dalam kurun waktu beberapa hari, hingga kita merasa cukup untuk menyimpulk an bahwa rata-rata dalam sehari saya jengkel sekian jam, tersinggung sekian meni t dan seterusnya. Tentu mencatatnya secara periodis agar tidak menganggu kegiata n normal kita. Mencatat saat istirahat makan siang misalnya, atau saat tidak mel ayani klien misalnya.

Intinya kiya punya catatan yang cukup rinci tentang aktivitas perasaan dan pikir an, ataupun persepsi kita. Tampaknya memang agak lucu dan rikuh bila sampai dike tahui orang lain, bahwa kita sedang mencatat sesuatu yang tidak umum dilakukan o rang; akan tetapi, itu tetap bisa kita atur jadwalnya sendiri agar terasa aman n amun lengkap. Seperti juga diary, catatan tak perlu panjang-panjang, toh kita mengerti. Jangan berpikir bahwa Anda membuat catatan untuk disetorkan pada oang lain. Ini semata -mata demi kebaikan Anda sendiri. Ia akan amat membantu Anda nantinya. Ia membantu Anda dalam memahami bekerjanya batin dalam berbagai suasana spesifiknya. Tak perlu beranggapan bahwa kegiatan i ni menyita waktu hingga mengurangi produktivitas kerja Anda; toh kita tak perlu setiap saat mencatat. Kita pasti punya waktu senggang untuk beristirahat sejenak di sela-sela kesibukan kita; kita kan bukan robot . 34. Ia Tak Terpikirkan dan Tak Terkatakan Anda tak akan pernah bisa mengatakan tentang sesuatu yang tak terpikirkan, kecua li Anda ngelindur, mabuk, kesurupan atau sejenisnya. Secara sadar, itu tidak dim ungkinkan. Namun hebatnya, Anda dapat mengalami dan merasakannya. Anda dapat mer asakan sesuatu yang tak bisa Anda katakan, pun tak terpikirkan. Anda bisa merasa kan beda antara manisnya gula dibanding madu. Anda bisa merasakan beda antara ha rumnya melati dibanding cempaka. Anda dapat merasakan beda antara merdunya suara Pavaroti dan Rein Jamain. Namun tetap Anda tak dapat memaparkan seperti apa itu adanya. Kenapa ? Karena ia tak terpikirkan; karena di sana bukan pikiran kita y ang bekerja. Demikian juga ketika sang batin memasuki alam meditatif-nya Tak ada kata-kata di sana , tak ada bentuk-bentuk pemikiran di sana ; kecerdasanpun tak diperlukan disana . A nda hanya mengetahui, merasakan; tepatnya menyaksikan . Nah setelah turun dari alam meditasi inilah pikiran mulai bekerja lagi. Dan ketika An da mengingat kembali apa yang dirasakan dan dialami di sana , Anda akan mengingatny a dengan sangat jernih. Setelah itulah Anda baru merumuskannya menggunakan kecer dasan dan pikiran Anda untuk kemudian Anda ungkapkan dengan kata-kata, sesuai ga ya bahasa dan kebiasaan berbahasa Anda. Jadi bukan di sana . Ungkapan verbal hanya dibutuhkan disini, bukan di sana . 35. Berlatih Menjadi Saksi Yang Baik Dari perspektif ini, kita sesungguhnya juga bisa mengatakan bahwa meditasi adala h latihan untuk memfungsikan-diri hanya sebagai saksi.Umumnya, kita tidak becus untuk memfungsikan diri hanya sebagai saksi. Kita cenderung ditarik untuk terlib at, apakah secara pasif maupun aktif, apakah secara parsial maupun total. Kenapa ? Karena pikiran, perasaan , penalaran, ingatan-ingatan seringkali menginterupsi p roses pengamatan kita. Mereka mengotori kejernihan visi kita, Mereka menghadirka n penilaian-penilaian, prasangka-prasangka, praduga-praduga. Semua ini hanya men geruhkan batin kita. Kita tak dapat melihat dengan jernih, lengkap dan lebih men yeluruh karenanya. Ketika Anda harus menyahuti pertanyaan atau teguran dari seseorang sementara And a sedang menyaksikan sebuah film di televisi, misalnya; apa yang terjadi ? Anda melewatkan beberapa kejadian di dalamnya, selama itu; sejak teguran atau pertany aan itu Anda perhatikan sampai selesai meresponnya dan kembali lagi mengarahkan perhatian pada apa yang ditonton. Alhasil, Anda menyaksikan film itu secara kura ng lengkap. Ada banyak kejadian yang boleh jadi justru merupakan satu dialog ata u adegan yang terpenting dalam film itu lepas dari perhatian dan amatan Anda. An

da tak menyaksikan seutuhnya. Nah sekali lagi, meditasi sesungguhnya juga melatih kita untuk bisa memfungsikan d iri kita sebagai saksi yang baik saksi yang tanpa praduga, tanpa prasangka, tanp a penilaian, tanpa pembandingan apalagi penghakiman, tanpa pewarnaan, tanpa pret ensi, tanpa keberpihakan. 36. Mengembalikan Kepolosan Saksi seperti yang disebutkan tadi adalah saksi yang polos, yang lugu. Ia layakn ya anak-anak balita; bahkan mungkin selugu dan sepolos bayi. Di sini juga ada ke pasrahan total, kepasrahan yang sebenar-benarnya, Isvarapranidhana, yang tidak d ibuat-buat karena kehabisan akal atau rasa ketidak-berdayaan dan keputus-asaan. Di sini ada penerimaan yang benar-benar lapang (legawa) terhadap apa yang terjad i, apa yang dialami, apa yang disaksikan, apa yang ada. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kepolosan dan keluguan seperti ini jarang gah di batin kita bukan ? Batin kita penuh pretensi; kita melakukan sesuatu lainnya. Dalam batin seperti ini, tak pernah ada ketulusan, tak pernah ada losan. Karena pretensi tak akan pernah akur dengan kepolosan. Di mana hadir ense, kepolosan malah akan menyembunyikan dirinya.

sing yang kepo pret

Oleh karenanya, meditasi di sini memainkan peran aktifnya dalam mengembalikan la gi kepolosan itu kepada kita. Kepolosan yang mungkin telah terlalu lama kita tin ggalkan, kita abaikan begitu saja, di sebuah sudut sunyi hati yang terdalam. 37. Hidup Murni Tanpa Waktu Jiddu Krishnamurti pernah mengatakan: Bermeditasi adalah hidup murni tanpa waktu. Apa kira-kira maksudnya ? Untuk mengertinya, kita harus mengerti apa yang dimaks udkannya dengan hidup murni . Apa itu hidup murni ? Itulah hidup sebagai saksi, hidup yang benar-benar polos, seperti yang kita bicarakan sebelumnya. Itulah hidup mu rni. Ia memang tanpa waktu. Kenapa ? Memang benar, di alam fenomenal ini, apapun yang terjadi, apapun yang kita lakuk an butuh waktu. Ini tak terpungkiri. Apa yang kita sebut sebagai waktu di sini a dalah waktu fisikal, waktu mekanikal, dan bukan waktu psikologikal. Apa yang dis ebutkan sebagai waktu oleh Krishnamurti adalah waktu psikologikal ini. Ketika Anda sedang menunggu dalam suatu antrean, atau menunggu kedatangan seoran g yang sangat Anda rindukan, waktu akan terasa merangkak sangat lamban. Sebalikn ya, bilamana di suatu pagi yang cerah Anda asyik mengerjakan suatu aktivitas ter kait dengan hobi Anda misalnya, waktu terasa berjalan sangat cepat. Tiba-tiba sa ja sudah sore. Padahal sejam .ya sejam. Nah waktu yang bekerja pada saat Anda menung gu maupun terbenam dalam keasyikan inilah yang dimaksudkan. Sebagai waktu psikol ogikal. Dan dia bisa sangat relatif, tergantung suasana-hati maupun kondisi-bati n Anda pada kurun waktu tertentu. Dalam menunggu, ada harapan untuk cepat bertem u. Batin Anda tidak tentram, tidak murni. Harapan untuk cepat bertemu, menganggu ketentraman sehingga mengotori kemurniannya. Dalam kemurnian, di mana tak ada harapan-harapan, tak ada keinginan-keinginan, w aktu menjadi kehilangan kekuatannya di sini. Anda tak perlu merasa dibatasi oleh nya. Anda hanya mengalir bersamanya, dalam kekinian Anda. Tak ada cepat atau lam bat, atau deskripsi kwalitatif dualistis lainnya, yang dapat dikenakan terhadap batin yang murni. Ia hanya seperti apa adanya. Nah .. demikianlah kurang-lebih apa yang dimaksudkan oleh Krishnamurti. 38. Apa Meditasi Bisa Mengenyangkan Perut Yang Lapar ? Ada yang mengatakan bahwa hidup adalah rangkaian dari berbagai masalah, dengan b

erbagai tipe, yang tak pernah habis-habisnya. Sungguh sangat disayangkan bilaman a hidup ini hanyalah disibukkan oleh masalah-masalah remeh saja, dengan tanpa me mberi kita peluang untuk berkreasi, berapresiasi, mencipta atau menikmati. Perta nyaannya adalah, apakah meditasi bisa berbuat sesuatu tehadapnya ? Kritik yang paling tajam yang ditujukan kepada para meditator, terkait dengan pe rsoalan-persoalan hidup seperti itu, adalah: Apakah meditasi menjadikan perut say a yang lapar ini kenyang ? , atau Apakah kemiskinan bisa dientaskan hanya dengan me ditasi? . Sang Budha kurang-lebih pernah bersabda yang menyiratkan bahwa, menjawab pertanyaa n salah, sama salahnya dengan melontarkannya . Kritik bernada skeptis dan dungu se perti ini sebetulnya hanya mungkin dilontarkan oleh mereka yang samasekali tak m emahami apa itu meditasi. Atau telah memahami meditasi secara keliru, namun tak pernah mencari tahu apa meditasi itu sesungguhnya karena tidak pernah benar-bena r mempraktekkannya. Mereka akan terbelalak, melongo untuk kemudian meninggalkan saya, bilamana saya menjawab semua pertanyaan serupa dengan: Bisa, bahkan dengan a mat sangat mudah! . Dalam kemurnian, kejernihan batin, apapun yang Anda lihat, apapun yang Anda saks ikan akan menjadi jelas dengan sendirinya. Segala persoalan-persoalan akan mempe rlihatkan keterkaitannya, betapapun kompleksnya sehingga Anda dapat menetapkan s olusi-solusi serta penyikapan-penyikapan yang terbaik, yang sesuai dengan situas i dan kondisi yang ada. Kegagalan kita dalam memecahkan permasalahan umumnya tertumpu pada ketidak-mampu an kita dalam melihat persoalannya secara menyeluruh dan secara lengkap. Dalam ket idak-lengkapan dan tanpa memahami situasi dan kondisi konkrit yang ada, apapun y ang kita lakukan hanya akan mempercepat tercapainya kegagalan. Bahkan kita malah bisa memunculkan beberapa persoalan baru lainnya. Nah, di sinilah signifikansi dari meditasi dalam menjalani kehidupan kita sehari -hari yang sarat dengan berbagai persoalan ini. Hanya batin yang benar-benar ker uh, yang benar-benar gelaplah yang tidak dapat melihat manfaat meditasi dalam ke hidupan sehari-hari. 39. Aliran Perhatian Penuh Yang Menerus Batin meditatif tidak mungkin melihat secara parsial. Ia seksama dan menyeluruh. Ia juga cermat dan penuh kewaspadaan, sehingga menjadi peka dan tajam. Aliran m enerus dari perhatian yang terpusat pada suatu objek tidak memungkinkan diperole hnya amatan parsial. Di mana ada keterpusatan, ada aliran perhatian yang menerus , ada kewaspadaan, keseksamaan, ketelitian, maka di sana ada meditasi. Ke-menyeluruhan dalam meditasi inilah yang memberi Anda pengetahuan bahkan pemah aman yang lengkap dan terpercaya akan segala sesuatu. Jadi ia bukan sembarangan perenungan; dan jelas bukan auto-sugesti yang hanya merupakan bentuk lain dari p enipuan diri. Dalam kepolosan, dalam apa adanya, tak ada kebohongan, pemunafikan apalagi penipuan. 40. Ketercerapan Yang Dalam Seorang pengamat seni, pencinta benda-benda seni mempunyai kepekaan yang sangat tajam akan benda seni yang diamatinya. Di sini ia tidak saja mengamati, namun ju ga menikmati. Demikian juga dalam meditasi, Anda menikmati apa yang Anda meditas ikan, Anda ada didalamnya, di semua sisi-sisinya, di atasnya, di bawahnya. Anda adalah apa yang Anda meditasikan itu. Dalam hal ini, yang bekerja bukanlah pencerapan indriyawi lagi. Pencerapan menye luruh tiada dimungkinkan lewat indriya, kendati ia dibantu oleh pikiran dan kece

rdasan. Dalam ketercerapan ini Anda sebagai si pencerap sepenuhnya lebur dan men yatu dengan apa yang dicerap. Oleh karenayalah pengamatan Diri-Jati hanya dimungki nkan lewat meditasi. Bahkan dalam Samadhi (matangnya meditasi), Anda tidak seked ar mengenali-Nya, namun sepenuhnya menjadi Dia. 41. Bukan Pembangkitan Daya Psikis Telah disampaikan sebelumnya, konsentrasi (dharana) merupakan landasannya. Hingg a dharana, sebetulnya batin telah cukup tentram. Gejolak pikiran dan gelora pera saan tak ada lagi di sini. Inilah yang sering menyebabkan banyak orang keliru. B atin yang terpusat hanya pada satu titik konsentrasi memang tajam dan berkekuata n. Ketajaman dan kekuatannya inilah yang bisa mengundang daya-daya psikis, seper ti gejala supranatural, paranormal maupun bentuk-bentuk daya metafisikal lainnya . Ketika seseorang mendambakan yang serupa itu, ia bisa jadi juga melakoni laku sp iritual, layaknya seorang meditator atau yogi. Dari luar dan hingga fase pra-med itasi, semuanya masih tampak serupa. Namun, ,mereka hanya akan terhenti sampai d i situ saja. Kendati gejala seperti itu bukanlah apa yang dimaksudkan oleh seora ng meditator atau seorang yogi, namun mereka juga memiliki daya-daya psikis sepe rti itu. 42. Sejernih dan Sebening Kristal Ketika kacamata yang kita kenakan kotor, berdebu dan bernoda, semuanya tampil bu ram di mata kita kita. Namun, bagaimana itu bisa disadari tanpa memeriksanya, me nanggalkannya sejenak untuk dicermati ? Demikian pula halnya dengan kacamata batin ini; ia kita tanggalkan, teliti sekalig us jernihkan lewat meditasi. Batin meditatif adalah batin yang sepenuhnya sadar; sadar akan kekiniannya, sada r akan keberadaannya, sadar akan kesujatian-nya. Ia sejernih dan sebening krista l. 43. Taman Bunga Kebajikan Tanpa Pamrih Batin meditatif ibarat taman subur, di mana bunga-bunga harum inspirasi kebajikan yang beraneka warna tumbuh dan berkembang dengan maraknya. Dan seperti juga bung a-bunga itu, ia tak memilih apalagi menolak kumbang, lebah atau kupu-kupu manapu n untuk mengisap sarinya; ia tak memilih hidung dan mata manapun untuk menghirup aroma maupun menikmati kecantikannya. Dia sangat adil; Ia hanya akan memberi dan memberi. Dialah sumber kebajikan luhu r yang tanpa pamrih itu. Dia manifestasi kasih nan murni itu. 44. Langit Biru Membentang Ketika langit biru membentang di hadapan Anda, di samping, di belakang, di atas juga di bawah Anda, apa yang Anda rasakan ? Kelapangan dan keleluasaan yang tiad a terlukiskan. Keheningan, kesendirian dan kesunyian tanpa noda kesepian. Dia sana Anda benar-benar bebas menghirup, menikmati sepuas-puasnya yang ada , lelu asa berkreasi, berimajinasi dan menikmati madu lila bak Sang Penguasa Kosmis. Pe ngalaman seperti ini tak akan terlupakan. Dan itu tak pernah akan kita nikmati t anpa meditasi. 45. Bisa Sulit, Bisa Mudah Sesuatu boleh jadi sulit, namun bisa juga sederhana. Itu sepenuhnya tergantung k

ita sendiri. Salah seorang guru besar Teknik Sipil di University of New South Wa les, Australia, suatu ketika pernah mengatakan kepada saya, Kita dilengkapi akalbudi bukanlah untuk memperumit sesuatu, namun sebaliknya. Bila orang pintar meye derhanakan yang rumit, sebaliknya yang bodoh mempersulit yang sebetulnya sederha na . Kendati itu sudah saya dengar belasan tahun lalu, hingga kini masih saya inga t. Ia sungguh mengesankan. Demikian pula dengan meditasi. Anda bisa menjadikannya tampak sedemikian seram d an njelimet -nya, ataupun menjadikannya mudah dan sedemikian sederhana. Memang ada orang yang cenderung tertarik pada yang wah , yang seram-seram, yang pelik. Lebih me nggairahkan , katanya. Boleh-Boleh saja sih, asalkan bukan untuk menakut-nakuti atau untuk tujuan lain. Akan tetapi ingatlah, meditasi nyaris tak mungkin didekati t anpa kepolosan, tanpa kejujuran dan ketulusan. Ketika itu tidak hadir, ia akan m engarahkan kita menjauh atau menyimpang dari tujuan semula . Kecuali bila sejak sem ula Anda memang punya tujuan lain , Anda tentu tidak akan menyimpang dari tujuan se mula bukan ? 46. Meditasi Pranava Sebetulnya, dasar-dasar meditasi telah tertuang di dalam Bhagavad Gita. Salah sa tunya, yang terkait dengan ketentraman-hati dan kesehatan lahir maupun batin, ad alah harmonisasi nafas-kehidupan (pranayama) yang dikombinasikan dengan perafala n Pranava Om Ini terbukti amat sangat efektif dan telah dipraktekkan oleh tak terhitung banya knya manusia, bahkan para Yogi-Yogi ternama, seperti Sri Paramahansa Yogananda, Sri Swami Sivananda Saraswati, dan banyak lagi. Bagusnya adalah, ia nyaris tanpa r esiko. Kita terus menerus merafalkan Nama Tuhan (Namasmaranam) dan sekaligus jug a mendengarkan Nama-Nya (Sravanam). Simpelnya, kita cukup merafalkan di dalam hati, ANG saat menarik nafas, UNG .saat men ahan nafas, dan MANG saat menghembuskan nafas secara lepas. Tidak perlu ditahan-tah an atau dibuat-buat. Santai saja dan biarkan ia mengalir begitu saja secara alam iah. Sungguh sederhana bukan ? 47. Bak Menyuling Air Keruh Air yang keruh umumnya kita endapkan dulu. Mungkin hanya dengan mengendapkannya saja ia sudah cukup jernih dan siap dimanfaatkan. Namun bila masih sangsi untuk meminumnya langsung, kita perlu mendidihkannya sebelum diminum. Demikian juga dengan meditasi, batin yang keruh diendapkan, dijernihkan dan dist erilkan hingga batas-batas yang diperlukan, sehingga cukup aman bagi kesehatan m ental kita. Bila kita menginginkan air-murni kita bisa saja lebih jauh menyulingnya, menguap kannya habis untuk kemudian mendinginkan uapnya lagi agar menyublim, menghasilka n tetes-tetes air-murni. Melalui prinsip kerja yang sama, meditasi bisa mengantarkan kita pada KemurnianBatin, pada kesadaran Murni, yang menghuni setiap insan. 48. Perjalanan Kembali ke Diri-Jati Kesadaran ragawi merupakan pijakan awal yang akan dilampaui setahap demi setahap menuju kesadaran spiritual . Inilah pengembangan batin itu. Dalam perjalanan in i, kesadaran mental susul menyusul bersama kesadaran moral, setelah kesadaran ra gawi. Saat inilah kesadaran ragawi yang bertumpu kuat pada keterbatasan indriyaw i tampak mengambang di permukaan, bersinar dalam cahaya semu yang redup. Ia tak lagi sepenuhnya punya kekuatan untuk mendikte, seperti sebelumnya.

Berada di jenjang antara ini, baik waktu, ruang pun kausasi (desa-kala-patra) sema kin tampak jelas, seperti apa ia adanya. Sosok jiwa bisa tampak sedemikian bermo ral, humanistis dan penuh pengertian di sini, sesuai dengan kedalaman yang berha sil digapainya kembali. Ia bisa tampak bajik dan bahkan bijak. Ini bisa berlangs ung lama, bahkan seumur kelahirannya yang sekarang ini. Manakala itu terlampaui dengan selamat sebelum melepaskan jasad ini, iapun menyentuh gerbang kesadaran spi ritual yang lebih tinggi. Di sini segala fenomena fisikal, mental dan moral tampak begitu jelas; di mana m asing-masing bersinar silih berganti dengan kerdipan dan intensitas cahayanya se ndiri-sendiri. Sungguh indah. Sulit dilukiskan dengan kata-kata. Di sini, perasa an,pikiran dan intelek serta keakuan yang tiada lain adalah fenomena-fenomena me ntal tidak lagi sedemikian mendiktenya; mereka hanya tampak sebagai eksponen-eks ponen di dalam panorama batiniah yang menakjubkan untuk diamati, dan dinikmati k embali. Kini mereka telah digantikan oleh intuisi yang kian mantap, lurus dalam melangka h memasuki cemerlangnya Kesadaran Spritual. Ia boleh jadi sedemikian menyilaukan nya, sampai-sampai terasa membutakan penglihatan, sehingga sangat mengagetkan. B oleh jadi juga banyak orang dibuatnya terpana dan terkagum-kagum, sampai-sampai sudah merasa cukup puas hanya dengan memandangi kecemerlangannya itu, dan terpan a di luar gerbang . Suasana dan panorama yang sedemikian asingnya bagi kita, juga seringkali menakut kan. Keasingan dan kesendirian seringkali menakutkan. Dan ini bisa berarti pengu rungan niat atau penarikan langkah. Nah, disinilah keberanian besar sekali peran nya. Dialah yang akan menopang langkah kita dalam memasuki Kesadaran Ilahi. 49. Mengamati Dengan Seksama dan Penuh Perhatian Manakala kita mengamati sesuatu apakah sesuatu itu ada di luar maupun di dalam engan seksama dan penuh perhatian, maka diapun akan menjelaskan dirinya sendiri kepada kita. Dia seakan-akan memfungsikan dirinya sebagai guru bagi kita; ia bis a mengajari kita dengan amat jelas, lengkap namun sederhana, tentang apa dia ada nya. Umumnya, setelah kita beranjak di mana berbagai persoalan hidup yang makin menum puk silih-berganti menuntut untuk diperhatikan juga, mengamati dengan seksama dan dengan penuh perhatian secara alamiah dan sedikit demi sedikit semakin menjauh d ari kita, untuk akhirnya tidak lagi akrab dengan kita. Apa yang tadinya merupaka n sesuatu yang akrab dan alamiah, kini malah menjadi sesuatu yang nyaris tak per nah dikenal, sesuatu yang sama sekali asing lagi. Oleh karenanya, meditasi sebetulnya bukanlah sesuatu yang sama sekali asing bagi kita. Kitalah yang mengasingkannya dari hidup kita, dengan tanpa sepenuhnya dis adari. Alhasil, bukanlah sesuatu yang begitu aneh bila kita malah telah menjadik an Diri kita sebagai orang yang asing bagi diri kita sendiri. Dan untuk mengenal -Nya kembali kini terasa sulit. Kita telah terlanjur membangun tembok demi tembo k, sekat penghalang demi sekat penghalang, tabir demi tabir antara kita dan Sang Diri-Jati. 50. Bangkit Dalam Kesadaran Ketika semua itu telah benar-benar disadari sepenuhnya, Anda akan dibuatnya meras a bodoh , benar-benar bodoh, karena selama ini telah membodoh-bodohi diri sendiri. Rasa malu mendalam atas kebodohan diri ini bisa membuat Anda menangis. Namun ka li ini tangis itu bukan lagi tangis cengeng, tangisan akibat luapan emosi rendah , ia kini adalah tangis kesadaran .

d

Disini tak perlu muncul penyesalan, sejauh kebiasaan suka menyesali diri berkepa njangan juga menjadi satu fenomena mental yang juga kita tangisi. Tangisan inila h yang akan menyentak Anda bak cemeti-petir di tangan Sri Krishna. Ia membuat Anda bangkit untuk berjuang, bangkit untuk berperang, bangkit untuk menyongsong masa depan dengan gagah-berani. Kini Anda merasa seakan-akan memperoleh semangat baru, daya juang baru dan enerji baru dari dalam. Batin telah me-recharging dirinya sendiri, bersamaan dengan te rbitnya Mentari Kesadaran . Anda boleh jadi tampak sama bersemangatnya, sama bergai rahnya seperti dulu, namun kini ada satu perbedaan mendasar dibanding sebelumnya . Kini Anda ditemani oleh kesadaran, bukan lagi kebodohan. 51. Menuju Universalitas Tanpa mengenal batin Anda sendiri, Anda tak mungkin bisa memanfaatkannya secara optimal. Anda memang harus mengenalnya dulu sebelum Anda benar-benar mengembangk annya untuk bisa memanfaatkan kekuatannya. Batin yang telah dikembangkan adalah batin yang meluas, yang telah menyingkirkan sekat-sekat yang membatasinya. Batin yang telah mengembang adalah batin yang la pang, yang leluasa, yang bebas, yang tak lagi terbatasi pun berkehendak membatas i. Dan hanya apabila batin Anda telah sedemikian berkembangnyalah baru Anda berk ompeten untuk berbicara masalah universalitas. Sebelum itu, bahkan makna yang se sungguhnya dari kata universal itu sendiri belum sepenuhnya mampu dipahami. 52. Pengembangan Intuisi Intuisi dikembangkan lewat meditasi. Bahkan mereka yang terpelajarpun seringkali mengelirukannya dengan naluri. Kendati mereka sama-sama fenomena batin, yang ju ga sama-sama kita bawa bersama dengan kelahiran berjasad manusia ini, namun nalu ri merupakan sisa dari aspek kebinatangan kita. Seperti juga hawa-nafsu, naluri me ncirikan kebinatangan kita. Sebaliknya, intuisi yang dikembangkan lewat meditasi merupakan aspek kedewataan kita. Anda tidak bisa mengharapkan munculnya kedewataan, sementara enggan melepa s, apalagi malah semakin mesra dengannya. Oleh karenanya, laku spiritual (sadhan a) seperti tapa-brata dilaksanakan oleh penekun atas dasar prinsip ini. Tapa-bra ta, mengikis kebinatangan Anda. Di dalam Veda-Veda dan yogashastra- yogashastra ia diposisikan sebagai laku pensucian batin , sebagai laku peleburan dosa . 53. Mempertemukan Anda Dengan-Nya Anda boleh saja mengatakan: Saya bermeditasi untuk mencapai Tuhan, untuk menyatu dengan Tuhan . Itu bagus ; sebuah ideasi yang perfect. Akan tetapi, sadarkan Anda bahwa Anda tak bisa mencapai sesuatu yang tak Anda ketahui, yang tak terpikirkan dan tak terbayangkan Itu. Kata mencapai seringkali dikonotasikan terhadap sesuatu yang di luar sana, bahkan boleh jadi yang amat sangat jauh di atas sana. Ini satu masalah besar lainnya ba gi para pencari atau pendamba Tuhan. Kemana Anda akan mencari-Nya ? Mungkinkah Anda mencari, apalagi menemukan, sesua tu yang tak Anda ketahui samasekali ? Jangan gegabah saudaraku. Jangan terlalu m uluk-muluk dulu; ketahuilah, kenalilah, pahamilah diri Anda sendiri dulu dengan sebaik-baiknya. Setelah itulah kita akan dipertemukan dengan-Nya. 54. Kemusnahan Eksternalitas Ketika Anda merasakan diri Anda benar-benar lebur menyatu dengan alam, bukan han ya sebagai bagian dari alam namun alam ini sendiri; Anda ada tercerap dalam bati

n meditatif.

Di sini kata-kata kehilangan maknanya, oleh karenanyalah ia tak Anda perlukan la gi. Di sini Andalah ruang itu, waktu itu, kondisi juga kausalitas itu. Anda tak lagi melihat semua itu sebagai yang di luar sana. Bahkan kata di luar pun menjadi kehilangan maknanya bagi Anda. Di sini tak ada lagi eksternal maupun internal. B ila semuanya internal, apakah ada yang disebut eksternal ? Pada saat yang bersam aan, apakah kata aku , kamu dan dia masih punya makna, sejauh mereka hanya rekaan dari batin yang terkondisi ? 55. Lebur Dalam Kesatuan Seperti juga aku dan kamu lebur menjadi kita , aku dan mereka lebur menjadi sang diri kecil nan semu lebur menyatu Sang Diri Agung yang melingkupi segalany a, dalam Samadhi. Dalam Yoga Sutra Patanjali, rangkaian proses menuju peleburan ini disebut samyam a. Ia merupakan suatu aliran berkelanjutan, sejak terjadinya keterpusatan mental (dharana), aliran perhatian yang terus menerus dalam kesadaran (dhyana) dan pan unggalan itu sendiri (Samadhi). Manakala itu tercapai, maka tercapai pulalah tuju an meditasi Anda. Di sini mencapai bertransformasi menjadi menjadi . Itu bisa Anda awali dengan, apa yang disebut dengan, fase penyederhanaan . Secara e ksternal, ia bisa tampak sebagai hidup sederhana. Akan tetapi, secara internal da n justru inilah yang terpenting ia merupakan penyederhanaan dari segala bentuk k einginan. Keinginan-keinginan itulah yang melahirkan beraneka bentuk pemikiran s erta gelora perasaan. Pikiran tiada lain dari wadah beraneka bentuk mental serup a itu; ia diperlukan karena ada yang mesti diwadahi, ada yang perlu ditampung. B ersamaan dengan musnahnya keinginan, musnah pulalah si pikiran. Dan fenomena kem usnahan inilah yang disebut manonasa. Fase penyederhanaan ini diawali dengan berlatih menarik atau membalik arah perha tian ke dalam, di mana ini juga secara otomatis berarti peniadaan kontak-kontak indriyawi dan dicapainya kedamaian batin (shanti). Nah, dari sinilah sebetulnya meditasi kita ini melangkah dengan penuh kesadaran, sebagai landasannya. 56. Beberapa Ciri Kemajuan Hasrat untuk mengetahui apakah kita telah cukup maju dalam latihan kita selama in i , memang merupakan suatu hasrat yang wajar di kalangan penekun. Agaknya telah di pahami, kemajuan dalam laku spiritual tidak selamanya hanya diukur dari pengalam an-pengalaman supranatural seperti pendengaran tembus (divyasrota), penglihatan tembus (divyachaksu), membaca pikiran orang atau makhluk lain, maupun dari pengu asaan siddhi-siddhi. Kemajuan berupa perbaikan prilaku atau komposisi karakter dasar penekun dibandin g sebelumnya, seharusnya juga diposisikan sebagai indikator penting dari kemajua nnya. Aspek kemajuan ini, bukan saja terkait dengan si penekun sendiri, namun ia juga berdampak baik bagi orang-orang di sekitarnya, terutama yang berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dengan si penekun. Apa saja itu ? Mereka antara lain: kondisi batin yang seimbang, kejujuran, sikap terbuka, rasa belas kasihan, kepedulian dan tidak mementingkan diri sendiri, bebas dari atau s emakin menipisnya pretensi, keangkuhan, prasangka dan pola-pikir dogmatis, menur ut Sri Swami Shivapremananda, merupakan beberapa sifat baik yang dicapai oleh me reka yang mengalami kemajuan dalam meditasi. 57. Memahami Karakter Si Pikiran Kendati batin bukanlah semata-mata pikiran, namun dalam banyak aspek kerja batin

kami

iah, pikiran ternyata sangat dominan. Oleh karenanyalah, pengendalian-pikiran me njadi sadhana penting dalam meditasi. Untuk bisa benar-benar mengendalikannya, sebetulnya kita diharus menjinakkannya te rlebih dahulu. Sedangkan untuk dapat menjinakkannya , kita perlu mengetahui karakterkarakter dasarnya. Beberapa karakter dasarnya, erat kaitannya dengan bentuk, jen is, serta intensitas dari keinginan-keinginan kasar maupun halus yang biasa dipe rtontonkannya. Nah, semua inilah yang perlu kita amati ke dalam. Lewat pemusatan perhatian ke dalam, kewaspadaan serta kecermatan, mereka teramati dengan baik. Dengan mengamatinya secara seksama, akan kita ketahui sendiri bahwa pikiran meru pakan aspek aktif dari batin kita. Ia mudah berubah, meloncat-loncat seperti ker a serta tak jarang berontak untuk menjadi liar. Sangat sulit untuk didiamkan den gan paksa, ia malah berontak; maunya hanya berbuat sekehendak hatinya saja. Nah, mahluk seperti inilah yang harus dikendalikan dalam meditasi. Adakah yang seperti ini bisa Anda serahkan kepada orang lain untuk dikerjakan bagi Anda ? 58. Penyikapan yang Tepat Terhadap Si Pikiran Ada sebuah parabel yang sangat mengena dari Sri Swami Sivananda, dalam berurusan dengan si pikiran ini. Kisahnya begini: Seorang lelaki pergi berjalan-jalan dengan doggie nya yang cantik. Ia sedemikian ba ngganya akan doggie-nya itu. Si doggie selalu berjalan di depannya. Lelaki itu m embawa payung. Untuk menunjukkan kepada orang-orang bahwa doggie kesayangannya a kan melakukan apa saja baginya, ia menyuruh doggie-nya membawa dengan menggigit payungnya itu. Dengan bangganya si doggie-pun berjalan di depan , seraya menggig it bagian tengah dari payung itu. Tiba-tiba hujan turun. Si lelaki pembangga itu perlu menggunakan payungnya. Akan tetapi si doggie berada seratus yard di depannya. Ia berlari menghampirinya. Si doggie tidak mengerti mengapa tuannya mengejar tidak seperti biasanya; ia meras a takut, dan lari sekencang-kencangnya ke rumah. Al hasil, si lelaki pembangga i tu basah kuyup sekujur tubuhnya, sebelum sampai di rumah dan memperoleh kembali payungnya itu. Sang Jiva (baca jiwa), dibutakan oleh kebanggaan dan kebodohan dengan mempercaya kan kesadaran spritualnya pada si pikiran. Untuk beberapa lama si pikiran tampak berjalan di depan dan membimbing Sang Jiva; dan kesadaran ada dalam keadaan ter genggam kuat oleh si pikiran, namun untuk sementara waktu Sang Jiva memang meras a cukup aman dalam kondisi ini. Ada hujan lebat penderitaan dalam kehidupan duniaw i ini disertai berbagai godaan objek-objek sensasi. Sementara, si doggie-pikiran bersama dengan payung kesadaran spiritualnya terpisah amat jauh dari Sang Jiva. Bila saja payung-kesadaran spiritual tidak dipercayakan begitu saja pada si piki ran (yang tiba-tiba tak benar-benar dapat dimanfaatkan sesuai keperluan), sang J iva mesti mampu melindungi dirinya dari hujan lebat berbagai penderitaan dan cob aan-cobaan. Namun kini, dengan mempercayakan kesadaran pada pikiran, semakin cep at ia berlari untuk berlindung padanya, semakin jauh pula perlindungan yang diha rapkan itu. Oleh karenanya, bertekadlah untuk tidak sepenuhnya mempercayakan kesehatan dan k esejahteraan spiritual Anda pada si pikiran, yang tidak dapat diandalkan sepenuh nya. Ia paling tak dapat digantungi. Ia akan desersif saat cobaan-cobaan datang mendera. Belajarlah hanya mempercayai Tuhan saja. Jadikanlah Beliau sebagai pend ukung Anda satu-satunya. [Dipetik dan dialih-bahasakan dari Parables of Sivananda 59. Bukan Bagi Para Pemalas dan Pengecut

Mungkin sering kita dengar, dengan memasang ekspres

Related Documents

Cara Bermeditasi
February 2021 0
Cara Menimbang.ppt
January 2021 1
Cara Sablon Digital Kaos
January 2021 1
Cara Membaca Juz
January 2021 1
Cara Merekam Ekg
January 2021 1