Contoh Kritik Sastra Novel

  • Uploaded by: Wahyuni
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Contoh Kritik Sastra Novel as PDF for free.

More details

  • Words: 4,096
  • Pages: 16
Loading documents preview...
CONTOH KRITIK SASTRA NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH 2

Sinopsis novel “Ketika Cinta Bertasbih 2” Judul

: Ketika Cinta Bertasbih 2

Ukuran buku

: 20,5x13,5cm

Pengarang

: Habiburrahman El Shirazy

Penerbit

: Penerbit Republika

Tahun Terbit

: Desember 2007

Jumlah halaman

: 412 halaman

Harga novel

: Rp32.500,00

Tokoh novel

:

1. Abdullah Khoirul Azzam 2. Anna Althafunnisa 3. Ayatul Khusna 4. Furqon 5. Eliana Pramesti Alam 6. Kyai Lutfi 7. Vivi 8. Ilyas 9. Bu Nafis 10. Lia Sinopsis

:

Seorang pemuda yang menjadi tulang punggung keluarga, dia lah Abdullah Khairul Azzam, seorang pemuda tampan dari sebuah desa di Jawa Tengah. Dari kecil, Azzam sudah terlihat sebagai anak yang sangat baik budi pekertinya. Bukan itu saja, Azzam juga seorang yang cerdas dan taat terhadap tuntunan agama. Atas usahanya yang gigih, dia berhasil memperoleh beasiswa untuk belajar di Universitas Al Azhar Mesir setelah dia tamat Aliyah di desanya. Azzam mulai menjalani hidupnya di Negara Mesir. Baru setahun tinggal di Kairo Azzam telah menjadi mahasiswa berprestasi peraih predikat Jayyid Jiddan (Lulus dengan Sempurna). Tetapi dibalik berita bahagia itu Azzam mendapat berita buruk, ayahnya meninggal dunia. Sebagai anak tertua Azzam menjadi tulang punggung keluarga. Dan mau

tidak mau harus bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya, mengingat adiknya masih kecil-kecil. Sementara itu, dia sendiri harus menyelesaikan studinya di Negara orang. Akhirnya dia mulai membagi waktu untuk belajar dan mencari nafkah. Ia mulai membuat tempe dan bakso yang ia pasarkan di lingkungan KBRI dia Kairo. Berkat keahlian dan keuletannya dalam memasak, Azzam menjadi populer dan dekat dengan kalangan staf KBRI di Cairo. Telah sembilan tahun lamanya Azzam menempuh pendidikan, dia belum juga lulus. Itu dikarenakan Azzam terlalu sibuk untuk membuat tempe dan bakso. Karena Azzam sering mendapat job di KBRI, kemudian dia bertemu dengan Puteri Duta Besar. Gadis itu bernama Eliana Pramesti Alam. Eliana adalah lulusan EHESS Perancis yang melanjutkan S-2 nya di American University in Cairo. Selain cerdas, Eliana juga terkenal di kalangan mahasiswa karena kecantikannya. Ia bahkan pernah diminta main di salah satu film produksi Hollywood, juga untuk Film layar lebar dan Sinetron di Jakarta. Segudang prestasi dan juga kecantikan Eliana membuat Azzam menaruh hati pada Eliana. Tetapi Azzam urung menjalin hubungan lebih dekat dengan Eliana, karena selain sifat dan kehidupannya yang sedikit bertolak belakang dengan Azzam, juga karena nasihat dari Pak Ali, supir KBRI yang sangat dekat dengan keluarga Eliana. Bahwa ada seorang gadis yang lebih cocok untuk Azzam. Pak Ali menyarankan untuk buru-buru mengkhitbah (melamar) seorang mahasiswa cantik yang tak kalah cerdasnya dengan Eliana. Dia bernama Anna Althafunnisa, S-1 dari Kuliyyatul Banaat di Alexandria dan sedang mengambil S-2 di Kuliyyatul Banaat Al Azhar – Cairo, yang juga menguasai bahasa Inggris, Arab dan Mandarin. Menurut Pak Ali, kelebihan Anna dari Eliana adalah Anna memakai jilbab dan sholehah, bapaknya seorang kyai pesantren bernama Kiai Luthfi Hakim. Ada keinginan dihati Azzam untuk menghkhitbah Anna walaupun ia belum pernah bertemu atau melihat Anna. Azzam sangat tertarik dengan kepribadian Anna yang sholehah. Karena tidak punya biaya untuk pulang ke Indonesia, Pak Ali menyarankan supaya melamar lewat pamannya yang ada di Cairo, yaitu Ustadz Mujab, ustad yang sangat dikenal Azzam. Dengan niat penuh untuk mengkhitbah Anna, dia pun datang ke ustadz Mujab. Tapi ternyata lamaran itu ditolak atas dasar status. Karena S-1 Azzam yang tidak juga selesai, dan Azzam lebih dikenal karena jualan tempe dan baso. Selain itu juga, Anna telah dikhitbah terlebih dulu oleh seorang pria bernama Furqon, sahabat Azzam yang juga mahasiswa dari keluarga kaya yang juga cerdas di mana dalam waktu dekat akan menyelesaikan S-2 nya.

Azzam cukup bisa menerima alasan itu meskipun ada rasa kecewa dihati Azzam. Tetapi Azzam menerimanya dengan lapang dada. Tetapi kemudian Furqon mendapat musibah yang sangat menghancurkan harapanharapan hidupnya. Furqon difonis menderita HIV. Hal tersebut membuatnya menghadapi dilemma antara ia harus tetap menikahi Anna yang telah dikhitbahnya, tetapi itu juga sekaligus akan dapat menghancurkan hidup Anna. Dalam keadaan yang tak diduga-duga, Azzam bertemu Anna dalam sebuah pencopetan. Dalam peristiwa itu Azzam

menolong Anna mendapatkan kembali tasnya. Sayangnya,

mereka tidak saling mengenal. Karena keduanya tidak pernah bertemu meski Azzam telah berniat mengkhitbah Anna. Sementara itu Ayyatul Husna, adik Azzam yang sering mengirim berita dari kampung, membawa kabar yang cukup meringankan

hati Azzam. Agar Azzam tidak perlu lagi

mengirim uang ke kampung dan lebih berkonsentrasi menyelesaikan kuliahnya. Karena selain Husna telah lulus kuliah di UNS, ia juga sudah bekerja sebagai Psikolog. Keahlian Husna dalam menulis sudah membuahkan hasil. Penghasilan Husna cukup dapat membiayai kebutuhan adiknya yang mengambil program D-3, serta adik bungsunya yang bernama Sarah yang masih mondok di Pesantren. Azzam yang sudah sangat rindu dengan keluarganya memutuskan untuk serius dalam belajar, hingga akhirnya berhasil lulus. Azzam pun menepati janjinya ke keluarganya untuk kembali ke kampung dan segera mencari jodoh di sana, memenuhi amanat ibunya. Walaupun sebenarnya masih terbersit sedikit harapan untuk tetap mendapatkan hati Anna. Tanpa diduga Azzam bertemu Eliana dalam pesawat dan bersama ketika sampai di bandara. Hal itu membuat wartawan tidak bisa tinggal diam. Kedekatan mereka menjadi pembicaraan publik. Hingga Eliana ikut pulang ke rumah Azzam. Warga sekitar juga ikut gempar atas kedatangan Eliana ke desanya. Tak disangka Anna adalah teman dari Ayatul Husna yang saat itu datang ke rumah Azzam. Keduanya tercengang dan Anna semakin heran karena orang yang menolong Anna mengaku bernama Abdullah tetapi sekarang dia bernama Khoirul Azzam. Sebenarnya kedatangan Anna adalah untuk memberikan undangan pernikahan kepada keluarga Husna. Seperti halnya ketika Azzam di Kairo, ketika dia membuka usaha bakso cinta di tanah airnya, Azzam memperoleh banyak pelanggan. Kesuksesan usahanya telah memenuhi semua

kebutuhnya. Yang membuatnya sebih baik dari sebelumnya. Bukan itu saja, sebagai mahasiswa lulusan Universitas Al-Azar, Azzam juga diminta kyai Lutfi untuk menyampaikan isi kitab Al-Hikam dalam tiap pengajiannya. Pernikahan Furqon dan Anna dilangsungkan juga. Tetapi pernikahan itu menoreh dilema dihati Furqon. Furqon takut kalau penyakitnya tertular kepada gadis yang dicintainya itu. furqon memutuskan untuk tidak memberikan nafkah batin kepada Anna. Hal itu justru menoreh luka dihati Anna. Anna tidak bisa menerima perlakuan Furqon. Akhirnya mereka berpisah. Ketika perceraian antara Furqon dan Anna terjadi, berita bahagia malah datang dari Azzam dan Husna. Azzam akan menikah dengan seorang dokter dari Kudus bernama Vivi. Sedangkan Husna akan menikah dengan Ilyas, santri kyai Lutfi. Tapi peristiwa kecelakaan terjadi ketika empat hari sebelum Azzam menikah. Hari itu gerimis, ketika Azzam dan ibunya pulang dari rumah kyai Lutfi untuk mengundang kyai tibatiba bus dengan keecepatan kencang menabrak motor Azzam. Dengan spontan Azzam dan ibunya terpental. Dan dalam peristiwa itulah sang ibu menemui ajalnya untuk kembali kepada Allah. Bahkan Azzam harus mengalami patah kaki yang memakan waktu lebih dari satu tahun untuk kembali pulih. Eliana akhirnya kembali kepada Azzam dan mengutarakan maksud hatinya. Tetapi semua itu sia-sia. Azzam telah mempunyai tunangan yaitu Vivi. Dalam penantian Vivi menunggu kesembuhan Azzam, Vivi malah dilamar oleh orang lain dan mengembalikan cincin tunangannya kepada Azzam. Musibah seakan datang bertubitubi menimpa Azzam. Azzam difitnah telah menjual bakso berformalin dan bangkai tikus. Tetapi hal itu dapat diselesaikan Azzam secara bisnis. Bahkan dengan adanya musibah itu Azzam dapat membuka cabang bakso cinta di beberapa kota. Hanya masalah cintanya yang belum terselesaikan. Ternyata Allah telah menyiapkan jodoh untuk setiap insan manusia. Berliku-liku jalan yang dilalui Azzam, akhirnya Azzam menemukan jodohnya melalui kyai Lutfi. Azzam dinikahkan dengan janda yang masih suci, dia adalah Anna Althafunisa putri kyai Lutfi sendiri.`

Pembahasan:

1. 2. 3. 4. a. b. c. d.

Tema : Percintaan Islami Alur : Maju Sudut pandang : Diaan orang ketiga serba tahu Kelebihan Merupakan novel best seller Banyak ilmu yang terkandung di dalamnya Cerita terlihat begitu nyata di dalam imajinasi pembaca Walaupuun secara tersurat tetapi amanatnya bisa tersampaikan dengan mudah

kepada pembaca e. Novel ini seolah menjadi setitik cahaya ditengah rasa pesismisme anak muda negeri ini untuk teguh memegang prinsip-prinsip islami dalam kehidupan mereka f. Bahasa yang digunakan lembut dan memikat, penulis mengajak pembaca untuk banyak merenung dan melihat betapa indahnya hidup dalam naungan alQuran g. Mengangkat tema cinta yang berliku dan memberikan motovasi serta pendidikan karakter bagi pembaca, khususnya anak muda dan remaja h. Memotivasi pembaca untuk berani hidup mandiri, pantang menyerah, dan berpikir maju i. Novel pembangun dan penggugah jiwa j. Memiliki unsur islami yang kuat 5. Kekurangan a. Ceritanya membuat pembaca bingung, karena konflik di akhir cerita kurang jelas dan menga mbang b. Tidak sepenuhnya yang diceritakan di dalam novel ada di kehidupann nyata. c. Novel ini terlalu terpengatuh kehiduan penulis, yang basisnya adalah keislaman, jadi kurang cocok bagi pembaca non muslim. Walaupun sebenarnya bisa ditutup dari kelebihannya yaitu sebagai novel pembangun jiwa. Struktur estetik Bahasa yang digunakan banyak menggunakan bahasa personifikasi atau perlambanagan, mengibaratkan benda-benda mati seolah hidup. Alur yang digunakan di dalam novel ini menggunakan alur maju, sedangkan latarnya tetap berpindah-pindah tetapi masih dalam satu lingkup. Teknik penokohan yang digunakan oleh penulis banyak menggunakan teknik analisis langsung, jadi penulis menggambarkan tokoh melalui percakapan-percakapan dan deskripsi. Pusat pengisahannya pada umumnya mengggunakan metode diaan orang ketiga serba tahu. Novel ini juga bersifat didaktis (mendidik), yang ditujukan kepada para pembacanya untuk memberi nasihat-nasihat tentang kehidupan. Walupun penyampaiannya secara tersurat tetapi pembacanya masih bisa dan mudah memahami apa maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang. Di dalam novel terdapat

banyak kata-kata yang romantis, melalui puisi-puisi dan deskripsi yang dituliskan oleh pengarang. Struktur ekstra estetik Bermasalah tentang kehidupan remaja yang penuh dengan lika-liku percintaan, namun yang diangkat di dalam novel ini adalah masalah cinta dari sudut pandang Islam. Caracara berpacaran di dalam Islam, atau bahkan sapai pada proses perjodohan seperti wakru melamar dan menikah dengan cara Islam. Cerita yang diungkapkan penulis di dalam novel terjadi di dalam kehidupan nyata zaman sekarang dan bukan zaman dahulu ataupun antahberantah. Pengembangan latar yang sesuai dengan keadaan masyarakat sosial zaman sekarang menjadikan cerita di dalam novel ini mudah dipahami, walaupun banyak kejadian yang mungkin terjadi secara spontan dan kurang bisa dipahhami. Banyak sekali pengaruh pengarang di dalam novel ini, seperti unsur pembangun cerita yang bernuansa Islami, tempattempat yang pernah ataupun dekan dengan pengarang. Pengarang yang basisnya adalah orang yang selalu bergulat dengan keislaman terbawa sampai pada setiap detail cerita di dalam novel.

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Kritik sastra menurut Hardjana[1] ialah bentuk tulisan yang lahir dari hasil seorang pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra. Dalam artian kritik sastra ini bukanlah hasil kerja yang sangat luar bisas, siapapun itu pembaca karya sastra bisa membuat kritik sastra yang baik, dengan catatan

ia harus terlatih kepekaan cintanya dan mempunyai nilai sastra yang tinggi.[2] Yang menjadi objek kajian kritik sastra ialah karya sastra itu sendiri. Cara seseorang memandang karya sastra itu akan berpengaruh dan memberi bentuk terhadap pendekatan yang akan digunakan dalam kritik sastra[3]. Menurut Atar Semi kritik sastra pernah dikotak-kotakkan dengan berbagai cara entah itu menurut sifat, tujuan, sejarah, atau lingkungan social geografis. Hal ini menandakan bagaimana para kritikus mencoba melakukan pendekatan melalui berbagai jalan dan ikhtiar. Dalam mengkritik sastra kita bisa mengkritik dengan beberapa pendekatan, salah satunya ialah pendekatan sosiologi[4] b. Pengertian Sosiologi Istilah sosiologi merupakan istilah yang selalu berkaitan dan berhubungan dengan masyarakat. Secara bahasa kata sosiologi berasal dari kata sosius yang berarti “kawan” dan kata Yunani logos yang berarti “kata” atau “berbicara”, dapat disimpulkan kata “sosiologi” artinya “berbicara mengenai masyarakat[5]. Adapun pengertian sosiologi secara istilah sebagaimana yang diungkapkan oleh Semi sebagai berikut[6] ; “sosiologi adalah suatu telaah yang obyektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat dan tentang social dan proses sosial itu tumbuh dan berkembang”. Menurut Sorokim sebagaimana yang dikutip Simamora, ia mendefinisikan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dan agama, keluarga dengan moral hukum dan dengan ekonomi, gerak masyakat dengan ekonomi, gerak masyarakat dngan politik dan lain sebagainya). Ciri-ciri umum dari pada semua jenis gejala-gejala sosial[7].

Sastra dan sosiologi memiliki hubungan yang kuat, yakni keduanya memiliki urusan dengan manusia, bahkan untuk sebagian masyarakat tertentu sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Disamping itu, keduanya memiliki perbedaan sebagaimana menurut Supardi yang dikutip oleh Semi, perbedaan keduanya ialah analisis ilmiah dalam sosiologi itu secara objektif, sedangkan sastra itu secara subjektif[8]. Sebagaimana contoh ketika ilmuan sosiolog yang meneliti atas objek atau masyarakat yang sama, maka kemungkinan besar hasil dari penelitian tersebut akan memiliki banyak persamaan. Sedangkan jika ada dua novelis mengarang suatu karya sastra yang objeknya sama. Sedangkan menurut Prof. Awang Salleh, jika sosiologi itu bersifat kognitif sedangkan sastra itu bersifat afektif[9]. c. Metode dan Pendekatan Pendekatan sosiologi merupakan pendekatan yang bertitik tolak dengan orientasi kepada pengarang. Atar Semi menganggap bahwa pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan suatu masyarakat. Sama halnya dengan Semi, Nyoman berpandangan bahwa pendekatan sosiologi menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu. Sosiologi sastra merupakan suatu telaah sosiologis terhadap suatu karya sastra, terdapat tiga -

klasifikasi dalam telaah ini sebagaiman yang dikutip oleh Wellek dan Warren[10] ; Sosiologi pengarang; mempermasalahkan tentang status social, idiologi politik,serta hal-hal

-

yang menyangkut pengarang. Sosiologi karya sastra, mempermasalahkan tentang suatu karya sastra; yang menjadi titik focus

telaah adalah tentang apa tujuan dan amanat yang akan dituangkan. - Sosiologi sastra, yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat. Suatu hal yang perlu dipahami dalam melakukan pendekatan sosiologi ini adalah bahwa walaupun seorang pengarang melukiskan kondisi sosial yang berada di lingkungannya, namun ia belum tentu menyuarakan keamanan masyarakatnya. Dari arti ia tidaklah mewakili atau menyalurkan keinginan-keinginan kelompok masyarakat tertentu, yang pasti pengarang menyalurkan atau mwakili hati nuraninya sendiri, dan bila ia kebetulan mengucapkan sesuatu yang bergejolak dimasyarakat, hal ini merupakan suatu kebetulan ketajaman batinnya dapat menangkap isyaratisyarat tersebut[11]. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa pendekatan sosiologis mempunyai segi yang bermanfaatdan berdaya guna yang tinggi bila para kritikus tidak melupakan atau memperhatikan segi-segi intrinsik yang membangun karya sastra, disamping memperhatikan faktor-faktor

sosiologis serta menyadari bahwa karya sastra itu diciptakan oleh suatu kreatifitas dengan memanfaatkan faktor imajinasi[12]. d. Langkah Kerja Adapun langkah kerja dalam pendekatan sosiologi menurut Mawardi ialah sebagai berikut[13]; 1. Bacalah berulang-ulang karya sastra yang hendak dikritisi. 2. Fahami secara mendalam tentang pengertian sosial budaya dan sosiologi kemasyarakatan. 3. Perhatikan tentang aspek sosial pengarang dan aspek sosial dalam karya sastra. 4. Perhatikan tanggapan khalayak pembaca atau masyarakat luas terhadap pemanfaatan aspek sosial budaya yang ada oleh pengarang dalam karyanya. 5. Perhatikan tentang falsafah pengarang, idiologi, politik, status sosial, pendidikan, agama dan budaya hidupnya. 6. Lakukan tela’ah terhadap aspek intrinsik yang berkaitan dengan perwatakan, tema dan pesan yang terdapat dalam karya sastra. 7. Watak yang mengandung nilai adalah watak yang mencerminkan kegigihan perjuangan dalam perjuangan membela masyarakat atau kebenaran sosial. 8. Tema dan pesan yang mengandung nilai sosial adalah yang mencerminkan kehendak nurani masyarakat pada masanya, dan masyarakat di masa depan. 9. Perhatikan resfon masyarakat terhadap keberadaan karya tersebut, apakah merasa terwakili batinnya atau tidak? Semakin besar keberpihakan karya sastra terhadap kepentingan masyarakat, semakin besar pula respon yang diberikan. 10. Perhatikan aspek tata nilai, budaya dan falsafah yang terdapat dalam karya sastra, melalui aspek indoktrinasi, dokma, sikap kepribadian dan proses sosial pengarang. 11. Semakin besar nilai manfaat karya sastra terhadap masyarakat, semakin tinggi nilai karya sastra tersebut. 12. Akhir penilaian : sastra sosialis/humanis atau individualis. BAB II PEMBAHASAN a. Sinopsis Novel ‘Rembulan Tenggelam di Wajahmu’ Novel ini kita diajak berkelana untuk menyelami kehidupan seseorang yang bernama Rehan yang menjadi tokoh utama di cerita ini.Sang tokoh di besarkan di sebuah Panti Asuhan selama 16 tahun. Disini dia merasa mendapat perlakuan yang tidak layak dari pengelola panti yang dia anggap sok

suci. Setelah masa 16 tahun di Panti Asuhan yang dia anggap sia-sia, Rehan memutuskan untuk pergi. Selepas dari panti Rehan menjalani kehidupan yang tidak menentu, mulai dari emperan terminal hingga ke lapak2 di pinggir rel. Hingga suatu kejadian yang akhirnya memaksa Rehan untuk berjuang bertahan hidup di Ibu kota. Memulai kehidupannya di Ibu kota, Rehan sempat bernaung di sebuah rumah singgah yang mempertemukannya dengan beberapa teman yang akhirnya disebut sebagai keluarga olehnya. Disini dia berkesempatan memperoleh pendidikan yang nantinya akan menghantarkannya menjadi salah seorang pemilik kerajaan bisnis yang disegani suatu hari kelak. Dikisahkan pula bagaimana Rehan menemukan cinta sejati nya di sebuah gerbong kereta api sewaktu di perjalanan kembali ke kota asalnya. Dia memutuskan kembali kesana untuk melupakan kenangan pahit bersama Plee yang hidup nya harus berakhir di tiang gantungan. Di kota asal nya inilah Rehan mulai menata hidupnya dengan bekerja sebagai buruh bangunan. Rehan adalah seorang pembelajar yang baik, maka tidak heran dalam waktu singkat dia mampu mendapatkan posisi sebagai kepala mandor di dalam proyek-proyek yang diikuti nya. Di kota ini juga Rehan memulai dan mengakhiri kehidupan berumahtangganya dengan seorang perempuan bernama fitri. Satu kebiasaan Rehan yang tidak pernah berubah adalah melihat rembulan. Mulai dari teras panti asuhan, di atap rumah singgah, di tower air hingga di lantai tertinggi gedung miliknya. Potongan-potongan kehidupan Rehan yang dikilas balik di novel ini adalah untuk menjawab lima pertanyaan yang terus membayangi nya. Apa saja kelima pertanyaan itu dan bagaimana jawabanjawaban atas kelima pertanyaan itu. Semua jawaban Dirangkum Tere Liye dengan sederhana. Kita diajarkan untuk melihat sesuatu diluar sudut pandang kita. Memperkaya pola pikir kita untuk selalu berpikir positif pada Tuhan. Semua hal dalam hidup kita telah Tuhan persiapkan dengan baik. Meski buku ini ditulis dengan alur mundur, tak membuat kita berpikir dua kali untuk membacanya. Hanya harus sedikit jeli. Tere Liye mengemasnya dengan baik, hingga kita dibuat penasaran sampai lembar terakhir buku ini. Bersiaplah kaget dengan kalimat-kalimat bijak yang mengantarkan kita untuk lebih memahami hidup. b. Unsur Instrinsik Novel ‘Rembulan Tenggelam di Wajahmu’ Dalam novel ini juga, terdapat beberapa unsur-unsur intrinsik yang ada dalam novel pada umumnya. Adapun analisis dari unsur-unsur intrinsik tersebut ialah sebagai berikut; - Tema Menurut Scharbach “Tema” berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘tempat meletakkan sesuatu perangkat’. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga

berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Lebih lanjut Scharbach menjelaskan bahwa tema is not synonymous with moral or message… theme does relate to meaning and purpose, in the sense. Adapun dalam novel tersebut bertemakan kisah cinta yang membutuhkan pengoebanan dan banyak ujian sebelum dan sesudah membina rumah tangga. - Alur/plot Pada dasarnya alur/plot itu sering juga disebut jalan cerita. Namun, terdapat perbedaan antara keduanya. Adapun alur itu hanya merupakan sebuah jalan cerita, sedangkan plot merupakan penggerak kejadian cerita yang didalamnya terdapat hubungan sebab akibat, dan dapat menyebabkan kejadian lain[14]. Pada awal cerita dalam novel ini beralur mundur dan pada akhir cerita berakhir campuran. a. Perkenalan Perkenalan yang secara tidak sengaja terjadi di salah gerbong kereta ketika Rehan memesan makanan dan fitri mengantarkan pesanan makanan yang di pesan Rehan ke meja orang lain secara tidak sengaja. Setelah itu dengan tersipu malu fitri menunjuk ke muka Rehan, semenjak saat itu Rehan mulai jatuh pada sesosok wanita cantik bernama fitri setiap fitri pergi selalu diikuti suatu ketika fitri diselamatkan oleh Rehan dari kejaran pencuri yang ingin mengambil tas setelah kejadian itu mereka berdua menjadi semakin dekat. b. Klimaks Pertemuan yang secara tidak sengaja di salah gerbong kereta ketika Rehan duduk di pojok dan Fitri salah mengantar makanan dengan tersipu malu. c. Antiklimaks Setelah Rehan menikah dengan Fitri dan hamil berbagai persiapan sudah dilakukan tinggal menghitung bulan usia kehamilan fitri sudah memasuki bulan ke 7 tetapi kejadian yang kurang menyenangkan menimpa ketika Fitri menunggu Rehan pulang kerja terjatuh, kejadian itu membuat mereka kehilangan anak pertamanya dan memutuskan pindah rumah dari daerah pantai. Mereka memutuskan pindah di daerah perbukitan setelah lama menunggu Fitri hamil kedua kalinya tetati kejadian itu terulang kembali Fitri kecapekan dan jatuh lagi, usia kandungan itu memasuki tuju bulan karena kandungan Fitri lemah kejadian itu berakibat fatal nyawa anak dan istrinya tidak tertolong lagi.semenjak kejadian itu Rehan tidak mempunyai gairah untuk hidup yg dia ingat hanya kesedihan di masa lalunya, bulan sudah berlalu ketika mengunjungi makam istri dan anaknya rehan bertemu Vin gadis yang selalu ceria dan selalu membersihkan makam istrinya setelah kejadian itu Rehan sedikit bisa melupakan kesedihan dimasa lalu, rasa kangennya kepada

istrinya terobati karena roti pisang yang selalu dibuatkan Fitri sama rasanya yang dibuatkan oleh Vin. - Setting Setting merupakan tempat atau terjadinya cerita. Setting itu terbagi menjadi tiga; a. Setting waktu, adapun setting waktu yang terjadi dalam novel ini ialah Pagi, siang, sore dan malam. b. Setting Tempat; kantor tempat kerja, panti asuhan, kontrakan,kantor polisi. c. Setting Suasana; hening, sepi, mengkhawatirkan dan menakutkan. - Penokohan Menurut Abrams, tokoh cerita adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan[15]. Rehan memiliki sifat yang mudah marah,setia kawan,mandiri,konsisten dan pantang menyerah a.

Diar memiliki sifat ramah,setia kawan,selalu mengalah

c. Plee memiliki sifat tidak pantang menyerah d. Fitri memiliki sifat lembut,ramah e. Vin memiliki sifat ramah,selalu ceria f. Koh Cheu sesosok yang ambisius g. Natan setia kawan, pantang menyerah - Amanat Amanat/pesan moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Amanat merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya yang disampaikan lewat cerita. Amanat/ pesan moral pada umumnya mempunyai pengertian sebagai ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan sebagainya. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang tentang nilai-nilai kebenaran[16]. Adapun amanat dalam novel ini mengingatkan bahwa hidup itu sederhana. d. Analisis Novel dengan Pendekatan Sosiologi Dalam analasis novel yang dilakukan oleh penulis dengan pendekatan sosiologi lebih menitik beratkan terhadap masalah-masalah social yang terdapat dalam novel ini. Masalah sosial dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye dapat mengungkapkan realitas sosial yang ada di tengah masyarakat. Masalah yang diungkapkan dekat dengan persoalan keseharian manusia. Masalah sosial yang dialami oleh tokoh merupakan informasi yang berharga, yang dapat dijadikan pelajaran bagi pembaca untuk mempersiapkan kehidupannya menjadi lebih baik.

Adapun masalah-masalah sosial yang ada dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye ialah sebagai berikut; -

Kejahatan, terwakilkan dalam kutipan berikut ;

“Bilah rotan itu tanpa ampun meluncur ke pantat. Satu kali. Sakit sekali. Apalagi celananya lusuh dan tipis pula. Mana bisa menahan pecutan pedas di kulit. Muka Rehan memerah menahan rasa nyeri. Dia tidak akan berteriak, teriakannya berarti kesenangan bagi penjaga Panti. Simbol kemenangan bagi penjaga Panti. Rehan mencengkram celananya lebih kencang.” -

Disorganisasi keluarga, Hal ini dapat terlihat pada kutipan berikut.

“Harusnya kubiarkan anak bangsat sepertimu tetap dijalanan! Harusnya ku tolak mentah-mentah saat bayi merahmu di antar ke Panti! Sekarang, kau membalas semua kebaikan dengan perangai bejat.” Penyebab terjadinya masalah sosial dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu disebabkan oleh faktor kebudayaan dan faktor psikologis. Faktor kebudayaan meliputi disorganisasi keluaga, kenakalan anak muda, lingkungan sosial. Sedangkan faktor psikologis adalah alkoholisme. Masalah sosial dalam novel Rembulan tenggelam di Wajahmu disebabkan oleh disorganisasi keluarga. Kurang lengkapnya keluarga yang dimilki oleh Rehan mengakibatkan ia harus tinggal di panti asuhan. Kedua orang tua Rehan meninggal karena terjadinya peristiwa kebakaran di komplek perumahan di tempat ia tinggal. Di panti asuhan setiap anak disuruh bekerja oleh penjaga panti asuhan. Hasil kerja mereka dikumpulkan oleh penjaga panti asuhan untuk memenuhi ambisinya untuk naik haji. Lingkungan sosial masyarakat sekitar juga merupakan faktor peyebab masalah sosial. Masalah lingkungan sosial yang terdapat pada novel yaitu kurangnya perhatian masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak mau peduli dengan apa yang terjadi di sekelilingnya. Menyibukkan diri masing-masing dengan urusan mereka sendiri. Ini terbukti saat Natan dipukuli oleh para preman di jalanan, masyarakat di sekitar tempat kejadian hanya melihat saja. Mereka tidak mau menyibukkan diri dengan hal yang mereka tidak anggap penting. Selain itu, pada saat Rehan yang mau berjudi karena melihat uang yang dibawa Rehan, penjaga ruko hanya diam melihat Rehan masuk. Rehan mulai belajar judi pada umur dibawah enam belas tahun. Kenakalan remaja juga menjadi pemicu terjadinya masalah sosial. Terjadinya perkelahian yang berdarah itu berawal dari perkelahian kecil yang dilakukan oleh empat pemuda tanggung. Mereka yang menganiaya anak rumah singgah yang bernama Ilham. Hal ini membuat Rehan marah.

Terjadilah perkelahian kecil antara empat pemuda tanggung itu dengan Rehan, karena tidak menerima temannya disakiti. Preman melakukan pembalasan terhadap Rehan. Pembalasan demi pembalasanpun dilakukan oleh preman.

BAB III PENUTUP a. -

Kesimpulan Sosiologi adalah suatu telaah yang obyektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat dan

tentang social dan proses sosial itu tumbuh dan berkembang. -

Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan suatu masyarakat.

-

Dalam analasis novel yang dilakukan oleh penulis dengan pendekatan sosiologi lebih menitik beratkan terhadap masalah-masalah social yang terdapat dalam novel ini. Masalah sosial dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye dapat mengungkapkan realitas sosial yang ada di tengah masyarakat.

-

Novel ini merupakan karya sastra sosialis karena didalamnya menguak berbagai permasalahan dan kondisi social masyarakat Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA Hardjana, Andre. 1994. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Nurgiyantoro, Burhan. 1995 . Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung : Angkasa Simamora, F . Analisis Sosiologi Sastra Cerita Asal Pulau Simamo. Medan : USU Reposity, Pdf Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia

Related Documents

Contoh Kritik Sastra Novel
February 2021 2
Contoh Resensi Novel
January 2021 2
Novel
February 2021 4
Novel
February 2021 4

More Documents from "anon_694633681"