Dasar Teori Ipba Fase Bulan

  • Uploaded by: Haifa Azninda
  • 0
  • 0
  • May 2022
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dasar Teori Ipba Fase Bulan as PDF for free.

More details

  • Words: 2,547
  • Pages: 8
Loading documents preview...
Fase-fase Bulan dan Sudut Elongasi Bulan I.

Pembahasan A.

Gerak dan Peredaran Bulan Bulan adalah benda langit yang paling dekat dengan bumi dan merupakan satelit bumi yang berdiameter 3.840 km. Sebagaimana bumi, bulan juga mempunyai dua gerakan yang penting. Yaitu gerak Rotasi dan Revolusi bulan.

B.

Rotasi Bulan Rotasi adalah perputaran bulan pada porosnya dari arah barat ke timur. Dalam satu kali berotasi bulan memerlukan waktu sama dengan satu kali revolusinya mengelilingi bumi. Artinya, dalam satu kali putar mengelilingi bumi bulan hanya melakukan satu kali rotasi, ini yang menyebabkan permukaan bulan yang dilihat di bumi hanya satu permukaan itu saja. Pergerakan bulan dari barat ke timur dapat kita lihat pada kedudukan bulan pada saat matahari terbenam pada suatu hari dan dibandingkan dengan hari berikutnya maka kedudukan bulan akan semakin tinggi, artinya bulan itu bergerak ke arah timur.

C.

Revolusi Bulan Revolusi adalah peredaran bulan mengelilingi bumi dari arah barat ke timur, satu kali putaran penuh revolusi bulan memerlukan waktu rata-rata 27 hari 7 jam 43,2 menit, periode waktu ini disebut waktu bulan Sideris (sideris month) atau disebut juga Syahr Nujumi. Gerakan revolusi bulan ini digunakan sebagai dasar dan pedoman dan perhitungan bulan dan tahun Qamariyah (tahun Hijriyah), akan tetapi waktu yang digunakan bukan waktu Sideris, melainkan waktu bulan Sinodis, (Synodik Month) yang disebut juga Syahr Iqtirani, yaitu waktu yang ditempuh bulan dari posisi sejajar (iqtiran) antara matahari, bulan dan bumi keposisi sejajar berikutnya. Waktu iqtiran ditempuh rata-rata 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik sama dengan 29, 53058796 hari atau dibulatkan menjadi 29,531 hari. Bidang yang dipakai bulan dalam mengelilingi bumi disebut Falakul Qamar yang memotong bidang ekliptika sebesar 05˚08′52′′. Dengan demikian, bidang edar bulan tidak berimpit dengan bidang edar bumi. Jika kedua bidang itu berhimpit maka setiap bulan akan terjadi 2 kali gerhana, yaitu gerhana matahari pada awal bulan dan gerhana bulan pada pertengahan bulan. Walau demikian, gerhana matahri atau bulan setiap tahun masih sering terjadi 3 atau 4 kali. Hal ini disebabkan kecilnya sudut potong antara dua bidang edar tersebut. Teerjadinya gerhana tersebut tidak dapat dilihat dari semua tempat di belahan bumi.

Akibat gerakan itu, maka bentuk semu bulan kadang-kadang nampak dan kadang-kadang tidak nampak. Perubahan bentuk bulan itu adalah sebagai berikut: Bulan mati(muhaq) → bulan Baru(hilal)→ Kwartir I→ bulan purnama(badr)→ Kwartir II→bulan mati lagi. Bentuk-bentuk ini disebut juga fase-fase bulan, untuk fase-fase bulan ini yang dijelaskan selanjutnya lebih dalam lagi. Selain berrevolusi mengelilingi bumi, bulan bersama bumi mengelilingi matahari dalam satu tahun dari arah barat ke timur dengan periode 365 hari 6 jam 9 menit 10,02 detik (365,256366 hari). II.

Fase-fase Bulan Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi, dan merupakan satelit alami terbesar ke-5 di Tata Surya. Bulan tidak mempunyai sumber cahaya sendiri dan cahaya Bulan sebenarnya berasal dari pantulan cahaya Matahari. Dari hari ke hari bentuk dan ukuran cahaya bulan itu berubah-rubah sesuai dengan posisi bulan terhadap matahari dan bumi. Jarak rata-rata Bumi-Bulan dari pusat ke pusat adalah 384.403 km, sekitar 30 kali diameter Bumi. Diameter Bulan adalah 3.474 km, sedikit lebih kecil dari seperempat diameter Bumi. Ini berarti volume Bulan hanya sekitar 2 persen volume Bumi dan tarikan gravitasi di permukaannya sekitar 17 persen daripada tarikan gravitasi Bumi. Bulan beredar mengelilingi Bumi sekali setiap 27,3 hari (periode orbit), dan variasi periodik dalam sistem Bumi-Bulan-Matahari bertanggungjawab atas terjadinya fase-fase Bulan yang berulang setiap 29,5 hari (periode sinodik). Fase bulan adalah bentuk bulan yang selalu berubah-ubah jika dilihat dari bumi. Fase bulan itu tergantung pada kedudukan bulan terhadap matahari dilihat dari bumi. Fase bulan disebut juga aspek bulan. Berikut ini adalah deskripsi dari masing-masing fase Bulan : a.

Fase 1 – New Moon (Bulan baru): Sisi bulan yang menghadap bumi tidak menerima cahaya dari matahari, maka, bulan tidak terlihat.

b.

Fase 2 – Waxing Crescent (Sabit Muda) : Selama fase ini, kurang dari setengah bulan yang menyala dan sebagai fase berlangsung, bagian yang menyala secara bertahap akan lebih besar.

c.

Fase 3 – Third Quarter (Kuartal III): Bulan mencapai tahap ini ketika setengah dari itu terlihat.

d.

Fase 4 – Waxing Gibbous: Awal fase ini ditandai saat bulan adalah setengah ukuran. Sebagai fase berlangsung, bagian yang daftar akan lebih besar.

e.

Fase 5 – Full Moon (Bulam purnama): Sisi bulan yang menghadap bumi cahaya dari matahari benar-benar, maka seluruh bulan terlihat. Hal ini terjadi ketika bulan berada di sisi berlawanan dari Bumi.

f.

Fase 6 – Waning Gibbous : Selama fase ini, bagian dari bulan yang terlihat dari Bumi secara bertahap menjadi lebih kecil.

g.

Fase 7 – First Quarter (Kuartal I): Bulan mencapai tahap ini ketika setengah dari itu terlihat.

h.

Fase 8 – Waning Crescent (Sabit tua): Hanya sebagian kecil dari bulan terlihat dalam fase yang secara bertahap menjadi lebih kecil. Penjelasan Sederhana FaseFase Bulan Rasanya akan lebih mudah untuk mengertikan siklus bulan dengan mengenal fase

Bulan Mati/Baru dan Bulan Purnama, Kuartal I dan Kuartal III dan fasa-fasa di antaranya. -

Bulan Mati/Baru terjadi pada saat Bulan kurang-lebih berada dalam satu garis lurus di antara Matahari dan Bumi (Kenapa lebih-kurang akan diterangkan di bawah). Seluruh permukaan bulan yang disinari matahari berada di bagian “belakang” bulan, di bagian yang tidak bisa kita lihat dari Bumi.

-

Pada Bulan Purnama, Bumi, Bulan dan Matahari kembali kurang-lebih berada dalam satu garis lurus, tetapipada posisi yang berlawanan, sedemikian rupa sehingga seluruh pemukaan bulan yang disinari matahari berhadapan dengan kita. Sisi gelapnya tersembunyi di “belakang”.

-

Kuartal I dan Kuartal III dari fasa bulan (keduanya sering disebut Bulan Setengah (Half Moon) terjadi bila posisi Bulan, Bumi dan Matahari membentuk sudut 900 sehingga kita melihat persis separuh bagian bulan yang disinari matahari dan separuh bagian lagi gelap. Dengan mengenal ke empat fasa di atas maka keempat fasa lainnya akan lebih

mudah dimengerti, karena semuanya merupakan gambaran dari proses transisi dari satu fase ke fase berikutnya Untuk memudahkan mengingat dan mengerti keempat fase lainnya itu kita istilahkan ; Sabit (Crescent), Gibbous, Waxing (membesar) dan Waning (mengecil). -

Sabit (crescent) menunjukkan fasa dimana bulan terkesan disinari kurang dari separuh permukaannya .

-

Sedangkan Gibbous menunjukkan fasa dimana bulan disinari lebih dari separuh permukaannya.

-

Waxing pada prinsipnya menunjukkan pembesaran atau perluasan penyinaran. Sedangkan Waning adalah pengecilan atau penciutan penyinaran Sehingga kita bisa mengkombinasikan istilah istilah di atas untuk menunjukan

fasa-fasa bulan, sebagai berikut : Pada saat bulan persis antara bumi dan matahari-yaitu saat ijtima’/iqtiran (yang berarti berkumpul atau bertemu), maka seluruh bagian bumi tidak menerima sinar matahari sedang persis menghadap kebumi. Akibatnya pada saat itu bulan tidak tampak dari bumi yang diistilahkan dengan Muhak atau bulan mati. Ketika bulan bergerak, maka ada bagian bulan yang menerima sinar matahari terlihat dari bumi. Bagian bulan ini yang terlihat dari bumi sangat kecil dan membentuk bulan sabit.itulah yang dikenal dengan Hilal awal bulan. Semakin jauh bulan bergerak meninggalkan ijtima’ semakin besar pula cahaya bulan yang tampak dari bumi. Sekitar tujuh hari kemudian sesudah bulan mati, bulan akan tampak dari bumi dengan bentuk setengah lingkaran. Itulah yang disebut dengan Kwartir I atau Tarbi’ awal. Pada akhirnya sampailah bulan pada titik tejauh dari matahari dan secara penuh menghadap ke matahari yang disebut dengan saat istiqbal. Pada saat istiqbal, bumi persis sedang berada antara bulan dan matahari. Bagian bulan yang sedang menerima sinar matahari hampir seluruhnya terlihat dari bumi, akibatnya bulan tampak seperti bulatan penuh yang dinamakan Badr atau bulan purnama. Setelah itu bulan bergerak terus dan bentuk bulan semakin mengecil. Sekitar tujuh hari kemudian setelah purnama bulan akan tampak dalam bentuk setengah lingkaran lagi itulah yang disebut dengan Kwartir II atau Tarbi’ Sani. Akhirnya sampailah pada saat ijtima’ kembali menjelang bulan berikutnya dimana sama sekali tidak tampak dari bumi (bulan Mati). Dengan demikian secara singkat fase-fase bulan dalam konteks perjalanan satu bulan penuh meliputi: 1.

Bulan mati (muhaq), yaitu ketika terjadi peristiwa ijtima’ antara bulan dan matahari.

2.

Hilal Awal Bulan, yaitu ketika bulan meninggalkan matahari pada hari tanggal 1,2 sampai 3

3.

Tarbi’ Awal (Kwartir I), yaitu setelah bulan meninggalkan matahari pada perempatan pertama dalam ukuran sudut/busur, fase ini terjadi pada hari tanggal 6,7 sampai 8

4.

Badr (bulan purnama), yaitu ketika terjadi peristiwa istiqbal , semua permukaan bulan menghadap matahari,fase ini terjadi pada hari tanggal 13,14, sampai 15

5.

Tarbi’ sani(Kwartir II), yaitu bulan meninggalkan matahari setelah terjadi peristiwa istiqbal. Fase ini terjadi pada hari tanggal 21,23 sampai 24

6.

Hilal Akhir Bulan, yaitu fase di mana sinar bulan berbentuk sabit (hilal) pada akhir bulan. Fase ini terjadi pada hari tanggal 27, 28 sampai 29. Akhirnya sampailah pada saat ijtima’ kembali menjelang bulan berikutnya dimana sama sekali tidak tampak dari bumi(bulan Mati). Secara sederhana dapat juga dijelaskan bahwa setelah fasa Bulan Baru (ijtima),

sinarnya mulai membesar, tapi masih kurang dari setengahnya, diistilahkan sebagai Waxing Crescent (Sabit Muda). Setelah Kuartal I (Bulan Setengah), porsi penyinarannya tetap masih bertambah sehingga lebih dari setengahnya, sehingga disebut sebagai Waxing Gibbous. Setelah mencapai Purnama, selanjutnya penyinaran akan mulai mengecil, sehingga disebut Waning Gibbous. Terus mengecil untuk mencapai Kuartal III (Bulan Setengah) untuk selanjutnya menjadi Waning Crescent (Sabit Tua) demikian seterusnya menjadi Bulan Mati atau Bulan Baru (ijtima) kembali. Perubahan bulan secara periodek itu digunakan untuk melakukan perhitungan kalender hijriyah yang dasar perhitungannya menggunakan peredaran bulan sehingga kalender ini dikenal pula dengan nama Lunar Calender atau tarikh qamariyah. III.

Sudut Elongasi Bulan Elongasi atau biasa disebut Angular Distance adalah jarak sudut antara Bulan dan Matahari. Dalam bahasa Arab disebut al-Bu’du az-Zawiy sedangkan dalam kitab Sullamun Nayyirain diistilahkan dengan Bu’du Baina an-Nayyirain . Selain melakukan rotasi, bulan juga mengelilingi bumi, bulan bersama bumi mengelilingi matahari dalam satu tahun dari arah Barat ke Timur. Dengan berputarnya benda-benda langit tersebut pada manzilah-manzilahnya masing-masing, ada beberapa fenomena alam yang sangat menarik yaitu ijtima’ sebagai penanda awal lahirnya bulan baru, konjungsi, Oposisi, dan Kuarter yang membentuk sudut elongasi masing-masing: -

Konjungsi, bila kedudukan bulan searah dengan matahari, pada saat itu bagian bulan yang menghadap bumi adalah bagian yang gelap sehingga kita tidak dapat melihat bulan bercahaya. Pada kondisi tertentu posisi konjungsi ini dapat menimbulkan terjadinya gerhana matahari. Konjungsi ini pula yang merupakan fenomena awal terjadinya pergantian bulan dalam perhitungan kalender Hijriyah

yang dalam istilah lain dikenal dengan sebutan ijtima’. Pada posisi konjungsi ini sudut elongasi bulan bernilai 0˚ -

Oposisi yaitu kedudukan bulan yang berlawanan arah dengan matahari bila dilihat dari bumi. Pada posisi inilah bulan cahayanya penuh atau bulan tampak sebagai bulan purnama. Pada posisi tertentu posisi Oposisi ini dapat menimbulkan terjadinya gerhana bulan. Pada posisi ini sudut elongasi bulan bernilai 180˚

-

Kuarter yaitu kedudukan bulan tegak lurus terhadap garis penghubung bumi matahari. Pada fase ini bulan terlihat setengan , hanya setengah bulan yang terang bila dilihat dari bumi.fase bulan Kuarter ini terjadi dua kali yaitu ketika bulan akan bertambah besar , bagian bulan yang terlihat pada kuarter pertama ini adalah dibagian barat dan ketika bulan bertambah kecil, bagian bula yang terang adalah dibagian timur. Pada kuarter pertama sudut elongasi bulan bernilai 90˚ dan kuarter kedua bernilai 270˚

IV.

Kesimpulan Bulan adalah benda langit yang paling dekat dengan bumi dan merupakan satelit bumi yang berdiameter 3.840 km. Pergerakan Bulan ada dua: -

Rotasi adalah perputaran bulan pada porosnya dari arah barat ke timur.

-

Revolusi adalah peredaran bulan mengelilingi bumi dari arah barat ke timur. Selain berrevolusi mengelilingi bumi, bulan bersama bumi mengelilingi matahari dalam satu tahun dari arah barat ke timur dengan periode 365 hari 6 jam 9 menit 10,02 detik (365,256366 hari) 

Periode waktu bulan Sideris: satu kali putaran penuh revolusi bulan memerlukan waktu rata-rata 27 hari 7 jam 43,2 menit



Periode waktu bulan Sinodis: Waktu yang ditempuh rata-rata 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik sama dengan 29,53058796 hari atau dibulatkan menjadi 29,531 hari. Fase-fase Bulan: Bulan mati(muhaq) → bulan Baru(hilal)→ Kwartir I→ bulan purnama(badr)→ Kwartir II→bulan mati lagi

Sudut Elongasi Bulan: 1.

Elongasi 0˚ ketika terjadi konjungsi

2.

Elongasi 90˚ ketika pada kwartir I

3.

Elongasi 180˚ ketika oposisi

4.

Elongasi 270˚ ketika pada kwartir II

Al-Qur’an “Dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.” (Qs Yasin (36): 39) Pengertian manzilah dalam ayat tersebut dapat dipahami sebagai kedudukan bulan sebagai bulan sabit, bulan separuh, bulan benjol dan bulan purnama. Astronomi mengenal perubahan bentuk bulan sebagai fase bulan. Proses ini sangat penting peranannya bagi

peradaban manusia

karena perubahan demi perubahan ini

berlangsung secara berkesinambungan sehingga memperlihatkan pola keteraturan tersendiri, yang dapat dimanfaatkan sebagai petunjuk system organisasi waktu atau lebih dikenal sebagai system kalender. System kalender seperti ini dikenal sebagai kalender bulan atau kalender lunar yang terdiri dari dua macam: kalender lunar murni dan lunar kombinasi. Penggunaan fase bulan sebagai acuan kalender telah dijelaskan Allah Subhanahu wataala dalam firman-nya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat ) bagi perjalanan bulan itu supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (Qs Yunus :5) “Tidaklah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai waktu yang tidak ditentukan dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs Luqman:29) “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” (Qs Ar Rahman:5) “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah,’Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji.” (Qs Al-baqarah:189)

Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari).Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi. Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi dan matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari Matahari (aphelion). Dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 - 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari). Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal. Penetapan kalender Hijriyah dilakukan pada zaman Khalifah Umar bin Khatab, yang menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah. Kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29-30 hari. Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman Allah Subhana Wata'ala: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” - At Taubah(9):36 -

Related Documents