Loading documents preview...
KONSULTASI PUBLIK
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Rencana Kegiatan Pembangunan Bendungan Margatiga, Desa Negeri Jemanten, Kecamatan Margatiga, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung Februari, 2019 PT. Suropati Hidro Energi
2
Outline
Penyusun Studi AMDAL
Latar Belakang
Tujuan dan Manfaat
Gambaran Umum Kegiatan
Tahapan Pelaksana
Potensi Dampak
3
Penyusun Studi AMDAL Nama Pemrakarsa
:
Alamat
: Jl. Gatot Subroto No.57, Garuntang, Bumi Waras, Kota Bandar Lampung, Lampung 35401
Penanggung Jawab
:
Jabatan
Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung
Ir. Syarifudin :
Direktur Utama
Nama Konsultan
: PT. Suropati Hidro Energi
Alamat
: Jl. Sangkuriang A2, Cisitu Dago
No. Registrasi Kompetensi
: 0002/LPJ/AMDAL-1/LRK/KLH
Penanggung Jawab
: Drs. Billy Yoga Dewanto
Jabatan
: Direktur Utama
4
Tim Penyusun AMDAL No 1.
Nama Billy Yoga Dewanto
2.
Yuke Djulianti
3.
Siti Amalia Fajriyah
4.
Jovi Dromadon Al Caesar
5. 6. 7. 8.
Laras Dewi Girang Suldin Satriapriyaldi Danny Susilo Abrianto Wahyudi
Jabatan dalam Tim Ketua Tim Sekretaris dan Ahli Kesehatan Masyarakat Anggota Tim dan Ahli Kualitas Air Anggota Tim dan Ahli Kualitas Udara dan Kebisingan Anggota Tim dan Ahli Biologi Anggota Tim dan Ahli Transportasi Anggota Tim dan Ahli Geologi Anggota Tim dan Ahli Sosial Ekonomi
5
Latar Belakang
Pertumbuhan Penduduk
Kebutuhan Air
Irigasi Sawah
Banjir Di Kabupaten Lampung dan Kota Metro
Pembangunan Bendungan Margatiga
6
Tujuan dan Manfaat Kegiatan Tujuan Tujuan pembangunan Bendungan Margatiga Provinsi Lampung adalah untuk menyediakan kebutuhan air dalam berbagai sektor di Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro Provinsi Lampung.
Manfaat ▸
Sektor pertanian, bendungan dimanfaatkan untuk pengairan lahan pertanian dan irigasi. Bendungan dapat mengontrol dan menstabilkan aliran air.
▸
Sektor perekonomian, bendungan dapat dijadikan sebagai destinasi parawisata untuk meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.
▸
Bendungan dapat digunakan sebagai tempat penampung air untuk persediaan di musim kemarau, dan dapat mengurangi debit banjir di hilir bendungan pada waktu musim penghujan.
7
Dasar Hukum Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012, tentang Izin Lingkungan. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012, tentang Jenis Usaha dan/atau kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012, tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan.
8
Pengertian AMDAL
Menurut Pasal 1 ayat 11 UU 32 Tahun 2009)
“Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup adalah suatu kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang Penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan”
9
AMDAL Fungsi AMDAL
• Memberi masukan dalam pengambilan keputusan • Memberi pedoman upaya pencegahan, pengendalian dan pemantauan dampak/LH • Memberikan informasi & data bagi perencanaan pembangunan suatu wilayah Mengetahui sejak awal dampak positif dan negatif akibat kegiatan proyek
Manfaa t AMDAL
Menjamin aspek keberlanjutan proyek pembangunan Menghemat Penggunaan Sumber Daya Alam Kemudahan dalam memperoleh kredit bank
10
AMDAL
Tujuan Studi AMDAL
• Mengidentifikasi rencana kegiatan pembangunan yang diperkirakan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan, • Mengidentifikasi komponen atau parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak penting, • Memprakirakan dan mengevaluasi dampak penting yang timbul akibat rencana kegiatan sebagai dasar untuk menilai kelayakan lingkungan rencana kegiatan • Menyusun rencana atau langkah-langkah untuk mencegah, mengendalikan, menanggulangi dan memantau dampak penting yang akan timbul
11
Kegunaan Studi AMDAL Bagi Pemrakarsa
Sebagai masukan bagi pemrakarsa untuk mengintegrasikan upaya pencegahan dan Pengendalian dampak lingkungan ke dalam rencana teknis dan kegiatan Pedoman pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara sistematis dan komprehensif. Untuk memenuhi ketentuan-ketentuan hukum yang disyaratkan untuk memperolah surat perijinan tertentu.
Bagi Masyarakat
Mengetahui sejak dini adanya rencana kegiatan pembangunan sehingga masyarakat dapat mengantisipasi peluang atau resiko yang akan timbul Berperan secara aktif dalam mencegah dan menanggulangi dampak negatif yang akan timbul.
Bagi Pemerintah Salah satu cara penilaian permasalahan lingkungan di wilayah kerjanya dan sebagai bahan untuk penilaian kesungguhan dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
12
13
Bendungan •
Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia mendefinisikan bendungan sebagai bangunan yang berupa tanah, batu, beton, atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat juga dibagun untuk menampung limbah tambang atau lumpur
•
Pembangunan bendungan berfungsi untuk penyediaan air baku, penyediaan air irigasi, pengendalian banjir dan/atau pembangkit tenaga air.
14
Status Studi AMDAL Status Studi AMDAL: • Potensi Bendungan Margatiga telah diidentifikasi melalui Studi Bendungan Margatiga pada tahun 2003 oleh Konsultan Nippon Koei Co • Studi kelayakan melalui kegiatan Feasibility Study. Bendungan Margatiga pada tahun 2013 telah dilakukan penyusunan Detail Engineering Design (DED) Bendungan Margatiga • pada tahun 2015 melalui Review Detail Engineering Design (DED) yang dilakukan oleh PT. Virama Karya.
15
Kesesuaian Lokasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Lokasi Pembangunan : Desa Negeri Jemanten, Kecamatan Margatiga, Kabupaten Lampung Timur •
Berdasarkan Peratuan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor 04 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Timur Tahun 2011-2031, perencanaan pembangunan Bendungan Margatiga akan dilakukan di Desa Negeri Jemanten, Kecamatan Margatiga, Kabupaten Lampung Timur dan lokasi tersebut sesuai dengan Rencana Tata Ruanga yang sebelumnya telah ditetapkan.
16
Gambaran Umum Rencana Kegiatan
17
Lokasi Rencana Pembangunan Bendungan Margatiga •
Pembangunan Bendungan Margatiga di Kecamatan Margatiga memiliki tinggi sebesar 20 meter, dengan luas genangan ± 2.257 Ha dan daya tampung efektif 68.887.000 m3.
•
Belum ada jalan akses menuju lokasi rencana pembangunan bendungan Margatiga
•
Kondisi lahan merupakan lahan kebun dan lahan kosong.
Lokasi Bendungan Margatiga
18
Situasi Sekitar Pembangunan Bendungan Margatiga
Utara : - Terdapat perkebunan dan pemukiman - Jarak dari bendungan ke pemukiman 1 km
Timur : - Terdapat perkebunan dan pemukiman - Jarak dari bendungan ke pemukiman 615 m
19
Situasi Sekitar Pembangunan Bendungan Margatiga
Selatan : - Terdapat perkebunan dan pemukiman - Jarak dari bendungan ke pemukiman 400 m
Barat : - Terdapat perkebunan dan pemukiman - Jarak dari bendungan ke pemukiman 1 km
20
Deskripsi Kegiatan Data rencana kegiatan pembangunan Bendungan Margatiga: ▸
Ketinggian bendungan sebesar 20 meter dengan kapasitas bendungan sebesar 68.887.000 m³ yang diperuntukan mengairi irigasi wilayah sekitar.
▸
Melakukan inspeksi rutin dalam rangka pengamatan dan pemantaun bendungan untuk mempertimbangkan karakteristik dan perilaku bendungan beserta bangunan pelengkapnya.
▸
Kedalaman pemboran dilokasi lebih dari 5 meter, atau secara umum 2/3 kali tinggi bendungan. Kedalaman yang pasti berdasarkan hasil uji seismic dan geologi setempat.
▸
Pelapisan puncak bendungan minimum memiliki ketebalan lebih dari 20 cm, hal ini untuk mencegah kerusakan terhadap hujan, angina atau lalu lintas diatas bendungan.
21
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Tahap Pra Kontruksi
Tahap Kontruksi
• Survey dan Penetapan Lahan
• Penerimaan Tenaga Kerja
• Pembebasan Lahan
• Mobilisasi Peralatan dan Materlal
• Operasional Base Camp
• Pembersihan Lahan • Eksploitasi Quarry dan Borrow Area • Konstruksi Bangunan dan Sarana Prasarana • Kegiatan Penggenangan Bendungan
Tahap Pasca Kontruksi
Tahap Operasional
• Pemutusan Hubungan Kerja
• Pengoperasian Bendungan
• Demobilisasi Peralatan
• Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
• Penghijauan
22
Potensi Dampak Tahap Pra Konstruksi a. Survey dan Penetapan Lahan - Timbulnya keresahan sosial & kamtibmas b. Pembebasan Lahan - Alih fungsi lahan/pemanfaatan ruang - Timbulnya keresahan sosial & kamtibmas - Peningkatan pendapatan masyarakat
23
Potensi Dampak Tahap Konstruksi a. Penerimaan Tenaga Kerja - Timbulnya keresahan sosial & kamtibmas - Terbukanya kesempatan kerja - Terbukanya kesempatan berusaha - Peningkatan pendapatan masyarakat b. Operasional Basecamp - Penurunan kualitas air permukaan c. Mobilisasi Peralatan dan Material - Penurunan kualitas udara - Peningkatan tingkat kebisingan - Gangguan lalu lintas - Kerusakan sarana/prasarana jalan - Peningkatan morbiditas penyakit
24
Potensi Dampak Tahap Konstruksi d. Pembersihan Lahan - Penurunan kualitas udara - Peningkatan tingkat kebisingan - Peningkatan longsoran - Peningkatan erosi - Penurunan kualitas air permukaan - Peningkatan sedimentasi e. Eksploitasi Quarry dan Borrow Area - Penurunan kualitas udara - Peningkatan intensitas kebisingan - Penurunan kualitas air permukaan - Gangguan lalu lintas - Kerusakan sarana/prasarana jalan - Gangguan terhadap flora darat
25
Potensi Dampak Tahap Konstruksi f. Konstruksi bendungan dan Sarana Prasarana - Penurunan kualitas udara - Peningkatan intensitas kebisingan - Peningkatan longsoran - Peningkatan Erosi - Penurunan kualitas air permukaan g. Kegiatan Penggenangan Bendungan - Penurunan kualitas air permukaan - Gangguan terhadap biota perairan
26
Potensi Dampak Tahap Operasi a. Pengoperasian Bendungan - Penurunan kualitas air permukaan - Alih fungsi lahan/pemanfaatan ruang - Gangguan terhadap biota perairan - Peningkatan gulma air - Timbulnya keresahan sosial dan ketertiban masyarakat b. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Bendungan - Peningkatan sedimentasi - Peningkatan gulma air
27
Potensi Dampak Tahap Pasca Operasi a. Terputusnya Hubungan Tenaga Kerja - Terhentinya kesempatan kerja b. Demobilisasi Peralatan - Penurunan kualitas udara - Peningkatan tingkat kebisingan - Gangguan lalu lintas - Kerusakan sarana/prasarana jalan - Peningkatan morbiditas penyakit
28
29
Komponen Geo-Fisik-Kimia
▸ Fisiografi Hidrologi Kualitas Air
Aspek Kualitas Udara
Aspek Iklim
30
Komponen Geo-Fisik-Kimia Aspek Iklim a. Temperatur udara • Suhu udara rata-rata/bulan periode 2011-2015 berkisar antara 26,2 – 27,7 oC
b. Curah Hujan dan Hari Hujan rata-rata hari hujan/bulan yang tertinggi terjadi pada bulan Januari selama 22 hari dan paling terendah terjadi pada bulan September selama 3 hari ).
C. Arah dan kecepatan angin Berdasarakan data hasil pemgamatan Stasiun Klimatologi Branti pada periode 2011-2015, kecepatan angin dominan di lokasi studi dan sekitarnya berkisar antara 2,1-3,6 meter/detik
31
Komponen Geo-Fisik-Kimia Aspek Kualitas Udara
Kualitas udara di Kecamatan Marga Tiga keadaan parameter pencemar kualitas udara di Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur, masih berada di bawah baku mutu lingkungan (Keputusan Lingkungan Hidup Nomor Kep13/MENLH/3/1995
32
Komponen Geo-Fisik-Kimia Fisiografi a. Topografi Topografi, Kabupaten Lampung Timur dapat dibagi menjadi 5 (lima) daerah - Daerah berbukit sampai bergunung - Daerah berombak sampai bergelombang - Daerah dataran Alluvial, - Daerah rawa pasang surut di sepanjang pantai timur - Daerah Aliran Sungai (DAS),
b. Geologi Jenis tanah di Kabupaten Lampung Timur umumnya dalam 3 formasi geologi utama yaitu Formasi Qal, Qlv, dan Qb. Semuanya termasuk dalam formasi geologi yang tergolong muda (kuarter).
33
Komponen Geo-Fisik-Kimia Hidrologi
Kecamatan Marga Tiga merupakan dataran yang relatif datar yang dilewati oleh 6 buah sungai utama yg merupakan bagian dari DAS Sekampung yang memiliki debit rata-rata sebesar 35,21 m3/detik
34
Komponen Geo-Fisik-Kimia Kulitas air ▸
Pengukuran kualits air yang dilakukan pada badan sungai Way Sekampung meliputi beberapa titik pengukuran yang mencakup aliran Sungai Way Sekampung di Desa Gung Pasir Raya dan Desa Gunung Raya (Kecamatan Sekampung Udik, Lampung Timur).
▸
Dari hasil analisis Storet untuk masing-masing peruntukan golongan mutu air untuk kelas II dan III diketahui bahwa tingkat pencemaran antara tercemar ringan dan sedang.
35
Komponen Biologi Flora ▸
Area badan Bendungan Margatiga berada pada daerah pertanian berupa kebun campuran, kebun sayuran, dan pesawahan, dengan mayoritas kebun campuran.
▸
Pesawahan dan kebun campuran ini merupakan ekosistem dominan yang ada di areal pekerjaan baik di lokasi Quarry Area, Borrow Area, hulu, dan hilir.
▸
Berdasarkan survey primer dan literature yang tersedia, tidak terdapat jenis tumbuhan yang memiliki status konservasi di dalam daftar merah IUCN, CITES, ataupun peraturan perundang-undangan RI
36
Komponen Biologi Fauna 1. Burung Aves lebih banyak ditemukan karena mobilitas yang luas dan dapat ditemukan di berbagia macam habitat. Dari hasil pengamatan dijumpai 30 jenis burung dari 22 famili. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi pengamatan cukup mendunkung bagi kehidupan burung Dari total 30 jenis aves yang tercatat, terdapat beberapa jenis yang memiliki status konservasi penting, dan juga merupakan burung endemic. Yang merupakan burung endemic adalah Cabai jawa merupakan burung endemic Indonesia. Terdapat 6 jenis aves yang dilindungi oleh Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1990 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa yaitu Serak Jawa, Cekakak Sungai, Cekakak Jawa, Madu Sriganti, Elang Ular Bido, dan Elang Tikus. Jenis-jenis ini merupakan jenis burung yang memiliki fungsi ekologis penting dari top predator, pollinator, dan burung indicator.
Cabai Jawa
37
Komponen Biologi Fauna 2. Mamalia Hasil pemantauan didapatkan 7 jenis mamalia, yaitu musang, tupai akar, kukang, tikus, tupai tanah, bajing kelapa, dan codot. Berdasarkan peraturan IUCN (International Union for Concervation of Natur), ada 1 jenis yang memiliki status konservasi resiko keterancaman lebih atas dari Leaast Concern (resiko rendah) yaitu Kukang yang masuk ke dalam kategori vulnearable (rentan), jenis tersebut menghadapi resiko kepunahan tinggi karena memiliki peluang untuk punah 10% dalam kurun waktu 100 tahun.
Kukang
38
Komponen Biologi Fauna 3. Amphibi Dari pemantauan, tercatat sebanyak 7 jenis amphibi yang terdapat di lokasi pembangunan, yaitu kodok buduk, kodok puru kerdil, katak sawah, kodok tegalan, katak pohon bergaris, kongkang jangkrik, dan kongkang gading. Berdasarkan status konservasi national maupun internasional, tidak terdapat jenis amphibi yang masuk ke dalam kategori dilindungi, terancam punah, ataupun endemic.
Kodok puru kerdil
Kongkang jangkrik
39
Komponen Biologi Fauna 4. Reptil Pematauan reptil yang dilakukan siang hari dan malam hari tercatat sebanyak 13 jenis reptil dari 8 family. Jenis reptil yang ditemukan tidak terdapat jenis reptil endemic. Beberapa jenis merupakan predator puncak seperti biawak yang tergolong famili Varanidae. Berdasarkan peraturan tentang satwa liar, 3 jenis reptil tergolong dalam kategori CITIES, yaitu labi-labi, biawak, dan ular koros. Ketiga reptil tersebut termasuk ke dalam kategori Appendix II CITIES yang diartikan bahwa jenis-jenis tersebut dapat diperdagangkan secara internasional, tetapi dengan pembatasan kuota. Berdasarkan katgori IUCN Red list keseluruhan reptil yang ditemukan termasuk least concern. Berdasarkan peraturan dan perundang-undangan di Indonesia tidak ada jenis yang masuk kedalam kategori perlindungan.
Labi-labi
40
Komponen Biologi Fauna 5. Biota air 1) Vegetasi air Gulma perairan yang terdapat di perairan sungai yang tampak secara visual yaitu kayambang, eceng gondok, ganggang hijau air tawar, dan kiapu. 2) Nekton Nekton atau ikan merupakan konsumen dari plankton dan benthos di dalam rantai makanan. Jenis ikan yang ditemukan umumnya adalah ikan air tawar primer sepert jenis dari Famili Cyprinidae dan Siluridae, serta ikan air tawar sekunder seperti Famili Cichlidae dan jenis ikan perifer seperti Famili Channidae. Berdasarkan kategori IUCN Red list keseluruhan ikan yang ditemukan termasuk kategori least concern, yang diartikan bahwa jenis tersebut memiliki populasi yang besar dan memiliki peluang yang sangat kecil untuk punah dalam 50 tahun ke dapan,
41
Komponen Biologi Fauna 5. Biota air 3) Plankton Plankton dibedakan atas plankton nabati (phytoplankton) dan plankton hewani (zooplankton). Phytoplankton berperan sebagai produsen primer dalam jaringan rantai makanan. Zooplankton adalah plankton hewani sebagi konsumen pertama sekaligus sebagai penghubung dalam rantai makanan kepada organisme yang mempunyai tingkat tropic lebih tinggi. Berdasarkan hasil observasi, ditemukan sebanyak 25 jenis phytoplankton dan 13 jenis zooplankton. Keberadaan plankton yang tinggi ini menunjukkan bahwa perairan masih mendukung kehidupan ikan dan organisme lainnya. Karena plankton merupakan salah satu sumber pakan alami jenis ikan dan jenis udang-udangan.
42
Komponen Biologi Fauna 5. Biota air 4) Benthos Benthos mencakup biota yang menempel, merayap atau membuat lubang di dasar perairan. Benthos merupakan kelompok hewan penting yang menghubungkan transportasi energy ekosistem akuatik dan bentik. Komposisi dan kerapatan mekrobenthos di badan air biasnya stabil dari tahun ke tahun.
Filapoludina sp.
43
Rona Lingkungan Hidup Awal (Sosial) Kependudukan No.
Desa
Jumlah
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Kecamatan Batanghari 1. 2. 3. 4. 5.
Buana Sakti Balai Kencono Rejo Agung Adi Warno Purwodadi Mekar
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
2.442 3.212 2.273 2.854 1.668
259 697 669 718 277
4.181 5.517 1.203 2.284 5.578
221 388 118 141 294
6.557 2.108
573 325
Kecamatan Marga Tiga 1. 2. 3. 4. 5.
Negeri Jemanten Negeri Katon Negeri Agung Tri Sinar Sukaraja Tiga
No.
Desa
Jumlah
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
2.050 2.146 2.070 3.865 3.718 2.954 3.238 3.056
233 528 518 296 588 801 455 223
4.684
986
Kecamatan Sekampung 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Mekar Mulya Mekar Mukti Jadi Mulyo Sidomulyo Trimulyo Sidomukti Karya Mukti Girikarto
KOTA METRO Kecamatan Metro Selatan 1. Rejomulyo
Kecamatan Metro Kibang 1. 2.
Margo Toto Margo Sari
Daerah genangan Bendungan Margatiga mencakup 21 desa dari 4 kecamatan di Kabupaten Lampung Timur, serta 1 kelurahan dari 1 kecamatan di Kota Metro.
44
Rona Lingkungan Hidup Awal (Sosial) Pendidikan Data Kecamatan
Tingkat Pendidikan TK/RA
SD/MI
SMP/MTs
SMA/MA
SMK
Total
392 21
1.117 61
310 17
0 0
27 1
1.846 100
350 10
1.695 50
1.064 31
210 6
98 3
3.417 100
0 0
95 57
25 15
23 14
23 14
166 100
193 10
788 41
937 49
0 0
0 0
1.918 100
110 5
621 31
603 30
682 34
0 0
2.016 100
1. Batanghari Jumlah (Jiwa) Presentase (%)
2. Marga Tiga Jumlah (Jiwa) Presentase (%)
3. Sekampung Jumlah (Jiwa) Presentase (%)
4. Metro Kibang Jumlah (Jiwa) Presentase (%)
5. Metro Selatan Jumlah (Jiwa) Presentase (%)
Gambaran kondisi tingkat pendidikan di wilayah rencana kegiatan Pembangunan Bendungan Margatiga sangat penting untuk diketahui karena berkaitan dengan ketersediaan lapangan pekerjaan dan wirausaha yang akan terbentuk dengan dimulainya kegiatan pembangunan bendungan.
45
Rona Lingkungan Hidup Awal (Ekonomi) Tingkat Ekonomi
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kecamatan Metro Kibang Batanghari Sekampung Marga Tiga Metro Selatan Jumlah
KK 5.682 15.473 17.527 14.024 5.050 57.756
Dalam kajian tingkat ekonomi ini mempertimbangkan dari tingkat kesejahteraan keluarga dari empat kecamatan di Kab. Lampung Timur dan Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro.
Pra Sejahtera 1.707 3.870 4.257 2.808 184 12.826
Kategori Keluarga Sejahtera Sejahtera Sejahtera I II III 1.068 1.243 1.534 2.292 3.335 3.521 212 1.238 11.082 5.247 4.975 819 3.442 1.424 12.261 12.215 16.956
Pertanian Sejahtera III+ 49 990 79 1.118
Dari tabel diatas dapat dikemukakan bahwa jumlah KK yang dikategorikan kedalam golongan: Prasejahtera = 12.826 KK (22,21%) Sejahtera I = 12.261 KK (21,23%) Sejahtera II = 12.215 KK (21,14%) Sejahtera III = 16.956 KK (29,36%) Sejahtera III+ = 1.118 KK (1,94%)
Selain bermanfaat untuk ketersediaan air baku dan pengaturan debit air di DAS Way Sekampung, pembangunan bendungan ini bermanfaat juga dalam peningkatan efektivitas irigasi pertanian dan ladang di lokasi sekitar. Sehingga dapat meningkatkan potensi pertanian pangan, sayuran, dan buah-buahan di lokasi wilayah pembangunan bendungan.
46
Rona Lingkungan Hidup Awal (Budaya) Keagamaan No 1 2 3 4 5
Kecamatan Metro Kibang Batanghari Sekampung Marga Tiga Metro Selatan Total
Islam 22.340 57.296 64.776 47.162 14.588 206.162
Katholik 34 1.024 559 106 252 1.975
K.Protestan 184 412 529 544 240 1.909
Hindu 2 15 22 1.324 29 1.392
Budha 4 107 166 9 286
Lainnya 5 12 17
Dari tabel diatas dapat dikemukakan bahwa penduduk yang menganut agama: Islam = 206.162 jiwa (97,37%) Katholik = 1.975 jiwa (0,93%) Kristen Protestan = 1.909 jiwa (0,90%) Hindu = 1.392 jiwa (0,66%) Budha = 286 jiwa (0,14%) Agama lainnya = 17 jiwa (0,01%).
Jumlah 22.564 58.859 66.064 49.145 15.109 211.741
Penduduk di wilayah Kabupaten Lampung Timur terdiri atas berbagai suku (etnis) antara lain: Jawa, Sunda, Lampung, dan Bali.
47
Rona Lingkungan Hidup Awal (Kesehatan Masyarakat) Fasilitas Kesehatan No
Kecamatan
Rumah Sakit
Poliklinik
1. 2. 3. 4. 5.
Batanghari Margatiga Sekampung Metro Kibang Metro Selatan
0 0 0 0 0
0 1 0 0 1
Informasi keberadaan fasilitas, sumber daya manusia, dan penyakit dominan di lokasi kegiatan, sangatlah penting untuk meminimalisasi dan antisipasi dampak-dampak gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan.
Fasilitas Kesehatan Puskesmas Poskesdes / /Pustu Posyandu 1 1 3 2 1
Rumah Bersalin
Praktik Kesehatan
0 0 0 0 0
5 5 12 5 2
5 5 42 2 0
Sarana dan prasarana maupun tenaga kesehatan yang terdapat di lokasi rencana pembangunan ini masih sangat terbatas, meskipun masyarakat yang harus dilayani sangat banyak.
Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan No
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5.
Batanghari Margatiga Sekampung Metro Kibang Metro Selatan
Dokter Umum 0 3 2 1 1
Dokter Gigi 0 1 0 0 0
Bidan 7 11 13 2 10
Perawat / Mantri 19 5 2 1 4
Tenaga Kefarmasian 2 0 0 0 0
Lainnya 15 0 0 1 0
48
Rona Lingkungan Hidup Awal (Kesehatan Masyarakat) Prevalensi Penyakit No Nama Penyakit Kecamatan Margatiga 1. Demam Berdarah Total Kecamatan Batanghari 1. DBD 2. Malaria 3. Darah Tinggi 4. Kencing Manis 5. Asma 6. Cacar/gatal-gatal 7. Jantung 8. Diare Total
Jumlah Kasus
Persentase (%)
5 5
100 100
162 273 210 64 76 45 12 316 1.158
13,99 23,58 18,13 5,53 6,56 3,89 1,04 27,28 100
Hanya ditemukan 2 kecamatan yang memiliki data tentang penyakit di wilayah studi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di lokasi tubuh bendungan (Kecamatan Margatiga) menunjukkan demam berdarah adalah penyakit dominan di daerah tersebut. Sedangkan penyakit dominan di lokasi genangan (Kecamatan Batanghari, Kecamatan Sekampung, Kecamatan Metro Kibang, dan Kecamatan Metro Selatan) antara lain diare, malaria, darah
49
Rona Lingkungan Hidup Awal (Transportasi)
Panjang dan Kondisi Jalan No.
Kabupaten/Kota
Jalan Negara
Jalan Provinsi
Jalan Kabupaten
Jumlah
1
Kabupaten Lampung Timur
-
230,48 km
1.314,78 km
1.542,26 km
2
Kota Metro
-
30,50 km
407,66 km
438,16 km
Status Jalan No.
Kondisi Jalan
Negara
Provinsi
Kabupaten
Jumlah
1
Baik
91,99
65,67
531,22
688,88
2
Sedang
28,01
32,20
625,10
685,31
3
Rusak
13,50
15,24
158,40
187,14
4
Rusak Parah
-
65,53
560,45
634,98
Panjang jalan yang melintasi Kabupaten Lampung Timur yaitu 2.196,31 km, dimana 31,37% dalam kondisi baik, 31,20% dalam kondisi sedang, 8,52% dalam kondisi rusak, dan 28,91% dalam kondisi rusak berat. Pada tahun 2015 jalur sub-regional yang melintasi Kota Metro mengalami masalah kemacetan lalulintas, karena rasio V/C mencapai angka lebih besar dari 0,6.
Rona Lingkungan Hidup Awal (Usaha/Kegiatan di Sekitar Lokasi Perencanaan)
50
Jenis Usaha/Kegiatan No 1
Jenis Kegiatan Pertanian Sawah
Luas 2.614 Ha
Jumlah -
2
Pertanian Non-Sawah
6.824 Ha
-
3 4
Peternakan Industri
-
1938
5
Perdagangan
-
850
Keterangan Jenis tanaman Padi Sawah (Wetland) Jenis tanaman Padi Ladang (Dryland), Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Ubi Kayu, Ubi Jalar Jenis Ternak Sapi, Kerbau, Kambing, Babi, Ayam, Bebek Industri Pengolahan dan Pertambangan Perdagangan berfokus pada jenis Swalayan, Pasar Permanen, Shopping Complex, Warung, Restoran, Kedai
Pembangunan Bendungan Margatiga akan dilakukan pada sekitar areal milik masyarakat yang didominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan. Kegiatan ini akan sangat mengakibatkan terganggunya aktivitas/kegiatan masyarakat sekitar lokasi perencanaan.
51
SEKIAN & TERIMA KASIH