Disaster Victim Identification (dvi)

  • Uploaded by: citra debby
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Disaster Victim Identification (dvi) as PDF for free.

More details

  • Words: 1,154
  • Pages: 30
Loading documents preview...
DISASTER VICTIM IDENTIFICATION (DVI)

Icha Artyas Annariswati, drg., M.Si

Indonesia adalah Negara yang rawan bencana

Beberapa faktor yang mempengaruhi : 





Indonesia terletak di antara pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Indo-Australia, Pasifik dan Eurasia. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut dapat memicu terjadinya gempa bumi dan tsunami di Indonesia. Indonesia juga merupakan jalur "The Pasific Ring of Fire" sehingga Indonesia memiliki banyak gunung api yang aktif, Iklim tropis di Indonesia juga dapat menyebabkan kondisi tanah tidak stabil. Perubahan iklim yang ekstrim dan curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan tanah longsor dan banjir. Faktor manusia juga turut berperan menimbulkan bencana. Hal ini sering terkait dengan timbulnya banjir ataupun longsor akibat penggundulan hutan, kecelakaan lalu lintas dan terorisme.

Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terakhir ini terjadi terjadi bencana bencana gempa dan tsunami, contohnya :  Bencana gempa dan tsunami Aceh tgl 26 Desember 2004, korban manusia yg meninggal sekitar 167.000 jiwa.  Bencana gempa Jogyakarta 27 mei 2006, korban manusia yg meninggal sekitar 6.234 jiwa.  Bencana gempa Tasikmalaya 2 September 2009, korban manusia yang meninggal sekitar 104 jiwa.  Bencana gempa Sumbar 30 September 2009, korban manusia yg meninggal sekitar 900 jiwa.

UU. No.24 Th 2007 tentang penanggulangan Bencana 



Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik, oleh faktor alam dan/atau faktor non alami maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban manusia,kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologi. Pada bencana tujuan utama penanggulangannya adalah menyelamatkan korban hidup, dilain pihak penanganan perawatan terhadap korban meninggal, khususnya yang sulit dikenal harus ditangani secara profesional.

DISASTER CHARACTERISTIC

Digolongkan berdasarkan : 1.

2. 3. 4.

5. 6.

Penyebab (nature , man made) Lama waktu (few days, weeks, months) Frekuensi ( sekali /tahun atau lebih ) Seberapa cepat (suddenly, hours, days) Seberapa besar efeknya Potensi menimbulkan masalah

KEMATIAN (MORTALITY) BERDASARKAN : 1. Tipe bencana 2. Lama waktu 3. Kesadaran masyarakat 4. Banyaknya kelompok rentan di daerah bencana itu.

Pengertian DVI 

Disaster victim identification : suatu prosedur untuk mengidentifikasi korban meninggal akibat bencana yang dapat dipertanggungjawabkan secara sah oleh hukum dan ilmiah serta mengacu pada interpol DVI guideline.



Dapat diterapkan pada saat :  bencana yang menyebakan korban massal, seperti kecelakaan bus dan pesawat, gedung yang runtuh atau terbakar, kecelakaan kapal laut dan aksi terorisme.  bencana dengan jumlah korban & skala kecil.  insiden lainnya dalam pencarian korban.

Pembentukan DVI 



Kementerian Kesehatan bersama Kepolisian RI sejak tahun 1999 melakukan kegiatan Pembentukan Tim DVI di Indonesia (Tim DVI Nasional, Tim DVI Regional dan Tim DVI Provinsi). Tim DVI Nasional berkedudukan di ibu kota Negara dan mempunyai tugas membina dan mengkoordinasikan semua usaha serta kegiatan identifikasi, sesuai aturan dan prosedur yang berlaku secara nasional maupun Internasional pada korbankorban meninggal massal akibat bencana (Disaster Victim Identification).

TUGAS UTAMA DVI Tugas Utama DVI secara umum adalah sebagai berikut: 1) Melakukan koordinasi dengan tim medis dan aparat keamanan untuk melakukan evakuasi korban meninggal dari tempat kejadian. 2) Melakukan koordinasi dengan rumah sakit setempat/rumah sakit tempat rujukan korban meninggal. 3) Melakukan identifikasi terhadap korban meninggal dengan sumber daya yang ada. 4) Membuat kesimpulan sementara terhadap hasil pemeriksaan. 5) Melaporkan hasil identifikasi kepada badan pemerintah terkait. 

PROSEDUR DVI Mengacu terhadap standar DVI Interpol. Menggunakan formulir DVI. Bisa disesuaikan dengan situasi di wilayah TKP tersebut. Mempunyai SOP dan MOU PROSEDUR DVI.

Mengapa perlu dilakukan identifikasi ? HAK ASASI MANUSIA 



 

Asuransi LEGAL ASPECT - CRIMINAL - CIVIL Keperluan agama / budaya Status pernikahan

FASE / TAHAPAN DVI : •

• • • •

FASE 1 – Scene / Tempat Kejadian Perkara (TKP) FASE 2 – Post-Mortem FASE 3 – Ante Mortem FASE 4 – Rekonsiliasi FASE 5 – Debriefing

FASE 1 – Scene / TKP  









Menetapkan prosedur DVI. Mencari dan menemukan sisa tubuh dan properti yang ada di TKP. Menggolongkan potongan tubuh berdasarkan jenis kelamin dan ras. Memasukkan potongan tubuh kedalam kantong mayat dan memberi label. Anggota harus diteliti dan membuat catatan sebelum sisa tubuh dipindahkan. Kerjasama dengan pihak terkait di TKP.

BOM BALI 2002

Pada prinsipnya untuk fase tindakan awal yang dilakukan di situs bencana, ada tiga langkah utama, yaitu : 1) to secure atau untuk mengamankan, dipimpin oleh komando DVI dimana harus mengambil langkah untuk mengamankan TKP agar TKP tidak menjadi rusak. Langkah – langkah tersebut antara lain adalah :  Memblokir pandangan situs bencana untuk orang yang tidak berkepentingan (penonton yang penasaran, wakil – wakil pers, dll), misalnya dengan memasang police line.  Menandai gerbang untuk masuk ke lokasi bencana.  Menyediakan jalur akses yang terlihat dan mudah bagi yang berkepentingan.  Menyediakan petugas yang bertanggung jawab untuk mengontrol siapa saja yang memiliki akses untuk masuk ke lokasi bencana.  Periksa semua individu yang hadir di lokasi untuk menentukan tujuan kehadiran dan otorisasi.  Data terkait harus dicatat dan orang yang tidak berwenang harus meninggalkan area bencana.

2) To Collect. Pada langkah to collect organisasi yang memimpin komando DVI harus mengumpulkan korban – korban bencana dan mengumpulkan properti yang terkait dengan korban yang mungkin dapat digunakan untuk kepentingan identifikasi korban. 3) Documentation. Pada langkah documentation organisasi yang memimpin komando DVI mendokumentasikan kejadian bencana dengan cara memfoto area bencana dan korban kemudian memberikan nomor dan label pada korban. Setelah ketiga langkah tersebut dilakukan maka korban yang sudah diberi nomor dan label dimasukkan ke dalam kantung mayat untuk kemudian dievakuasi.

FASE 2 – Post-Mortem   

  



Mendapatkan dan mencocokkan data orang hilang Melakukan pemeriksaan sidik jari korban Melakukan pemeriksaan gigi – geligi Mengambil sample DNA. Mendapatkan informasi properti. Pemeriksaan properti yang telah ditemukan. Mengumpulkan data ante mortem.

FASE 3 – Ante Mortem 

  

Membandingkan data ante mortem dengan post mortem. Mengetahui data orang hilang Mengidentifikasi jenazah. Mendapatkan informasi DNA

FASE 4 – Rekonsiliasi 

Penetapan suatu identifikasi.



Mengurus administrasi surat kemeninggalan jenasah

yang teridentifikasi. 

Melaporkan jenasah yang telah teridentifikasi dan

mengirimkan kepada keluarga.

FASE 5 – Debriefing 







Mengkorfimasi apakah hasil yang dicapai sudah memuaskan semua pihak (Tim). Meninjau kembali pelaksanaan DVI yang telah dilakukan. Mengevaluasi dampak positif dan negatif operasi DVI yang telah dilakukan. Melaporkan temuan serta memberikan masukan untuk meningkatkan operasi berikutnya.

BAGAIMANAKAH IDENTIFIKASI KORBAN MENINGGAL YANG DAPAT DIPERTANGGUNG JAWABKAN SECARA ILMIAH ?

1.

2.

Terdapat satu atau lebih identifikasi PRIMER yang telah disetujui, dengan atau tanpa identifikasi sekunder. Terdapat MINIMAL DUA data identifikasi SEKUNDER, apabila tidak terdapat identifikasi

primer.

METODE IDENTIFIKASI SEKUNDER

PRIMER SIDIK JARI

PROFIL GIGI

DNA

DATA KESEHATAN

PROPERTI

Kendala dalam menjalankan prosedur DVI Beberapa kendala yang dihadapi tim DVI dilapangan :  Kurangnya koordinasi dan komunikasi antar lintas instansi, multi disiplin ilmu, masyrakat setempat, budaya, keluarga korban, dan media massa  Sarana, prasarana serta peralatan forensik di Rumah Sakit terbatas. Pada saat kejadian, banyak RS belum siap mengantisipasinya. Oleh karena itu RS perlu mempersiapkan mempersiapkan diri dengan baik dengan menyusun Hospital Disaster Plan (HDP).  Sumber daya Manusia yang kurang  Pembiayaan

Related Documents


More Documents from "Vardian Mahardika"

At3mggjc37kcee
February 2021 0
Narxawaaqbaj
February 2021 1
Icflawaaqbaj
February 2021 1