Doktrin Allah Dt

  • Uploaded by: diaspora
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Doktrin Allah Dt as PDF for free.

More details

  • Words: 2,966
  • Pages: 7
Loading documents preview...
DOKTRIN ALLAH I.

PENTINGNYA PENGERTIAN YANG BENAR

“Apa yang timbul di dalam pikiran kita pada waktu kita memikirkan tentang Allah merupakan hal yang paling penting dan mendasar. Oleh karena itu, maka persoalan yang terpenting yang selalu dihadapi oleh manusia ialah soal Allah sendiri. Dan yang terpenting mengenai seseorang bukanlah apa yang dikatakan atau dilakukannya pada saat-saat tertentu, melainkan bagaimana pendapatnya tentang Allah, pendapat yang terdapat jauh didalam hatinya.”1 Pandangan yang benar tentang Allah merupakan dasar bukan saja dari teologi sistematis, tetapi juga dari kehidupan Kristen yang praktis. Hal ini penting untuk ibadat kita, sama pentingnya seperti sebuah fondasi suatu bangunan. Apabila fondasi itu tidak memadai atau tidak tegak lurus, maka cepat atau lambat bangunan itu akan ambruk. Hampir semua kesalahan dalam doktrin dan kegagalan dalam menerapkan etika Kristen, disebabkan pandangan yang kurang sempurna dan kurang mulia tentang Allah. II. SAMPAI SEJAUH MANA KITA DAPAT MENGENAL ALLAH ?

Mazmur 145:3 Mazmur 145:4 Mazmur 139:6

“Great is the Lord, greatly to be praised, and his greatness is unsearchable”. Kebesaran Tuhan diatas kemampuan kita untuk menyelidikinya. atau terlalu besar untuk dapat diketahui secara penuh. Kita tidak akan mampu untuk mengukur pengertian Tuhan.

Yesaya 55:9 Roma 11:33 I Kor 2:11 Dari ayat-ayat diatas dapat kita simpulkan bahwa kebesaran Allah, pengertian Allah, pengetahuan Allah, kekayaan, hikmat, penghakiman dan jalan-jalan Allah adalah diatas kemampuan kita untuk mengertinya secara penuh. Kita tidak dapat mengerti secara penuh atau tuntas (incomprehensible (unable to be fully understood )) tentang Allah. Karena Allah infinite (tidak terbatas) dan kita finite (terbatas). Bagaimana mungkin keberadaan yang terbatas dapat mengerti yang tidak terbatas ?. John Calvin menggunakan analogi Allah berbicara kepada kita dengan menggunakan “bahasa bayi” seperti seorang ibu yang sedang berbicara kepada bayinya. Allah telah mengakomodasikan diriNya pada waktu berkomunikasi dengan kita yang fana dan lebih rendah dari Dia dengan “bahasa bayi” 2 Namun ini tidak berarti bahwa manusia yang terbatas tidak dapat mengerti apa-apa tentang Allah atau segala pengertian dan pengetahuan kita tentang Allah bersifat relatif. Kita dapat mengenal Allah sejauh Allah menyatakannya diriNya kepada kita (Mat 11:27). Alkitab dapat membuat kita mengerti dengan benar penyataan Allah melalui alam semesta dan AnakNya. Kita dapat mengerti tentang kasih Allah, hikmat, pengetahuan, keadilan Allah, namun kita akan pernah dapat untuk mengerti kasih Allah secara tuntas (exhaustively). Alkitab mengatakannya sebagai 1 2

A.W. Tozer, Mengenal Yang Mahakudus (terj.; Bandung: Kalam Hidup, 1961)6 R.C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen (terj.; Malang: SAAT, 1997 )39 1

berikut : “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya (Ulangan 29:29). Hal ini seharusnya berarti, tidak seorangpun manusia yang merasa cukup mengetahui Allah. Namun sebaliknya seharusnya kita selalu memiliki suatu kerinduan yang membara untuk semakin hari kita dapat semakin mengenal Allah. Orang yang lapar dan haus kebenaran adalah disebut berbahagia (Mat. 5:6). Paulus dalam Kol. 1:9-10 berdoa agar jemaat di Kolese bertumbuh terus-menerus dalam pengetahuan yang benar tentang Allah. Nabi Yeremia menegaskan tujuan hidup seseorang adalah untuk memahami dan mengenal Allah dengan benar. Beginilah Firman TUHAN: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan, dan kebenaran di bumi …. (Yer 9:23-24) ( III. NAMA - NAMA ALLAH3 A. Perjanjian Lama 1. El, Elohim, dan Elyon

Nama yang paling sederhana yang dengannya Allah disebut dalam PL adalah nama El, yang sangat mungkin berasal dari kata ul, yang berarti menjadi yang pertama, menjadi tuan, dan juga berarti kuat dan berkuasa. Nama ‘Elohim’ mungkin juga berasal dari akar kata lh yang berarti “dilingkupi ketakutan”; dan dengan demikian menunjuk kepada Allah sebagai Dia yang kuat dan berkuasa, atau merupakan obyek dari rasa takut. Dalam Pentateuch, nama ini sangat sering digunakan dalam kaitannya dengan Allah sebagai Pencipta. Dalam Kej 1 - 3 hampir seluruhnya digunakan nama ini. 4 Nama ‘Elyon’ diturunkan dari kata lh juga, dan nama Elyon memberi penekanan arti “ke atas”, ‘ditinggikan’ dan menunjuk Allah sebagai Dia yang tinggi dan dimuliakan (Kej 14:19-20; Yes 14:14). Nama-nama ini belum merupakan sebuah nomina propria dalam arti katanya yang paling sempit, sebab nama itu juga dipakai untuk menunjuk kepada berhala (Maz 96:5), untuk menunjuk manusia (Kel 7:1) dan tentang penguasa (Hak 5:8; Maz 82:1). Dalam PL, tercatat ada 2570 kali. 2. Shaddai dan El-Shaddai

Nama Shaddai diturunkan dari kata shadad yang artinya penuh kuasa, dan menunjuk kepada Allah sebagai pemilik kuasa disurga dan di bumi atau kata shad yang artinya tuan. Nama ini menekankan bahwa Allah sebagai subyek dari semua kekuatan di alam dan memakai segala sesuatu yang ada di alam sebagai alat atau sarana bagi karya anugerah ilahi. Allah adalah Allah yang Mahabesar. Namun berbeda dengan Elohim, nama ini menyatakan Allah sebagai sumber berkat dan kedamaian. Dengan nama inilah Allah datang kepada Abraham (Kel 6:2) 3. Adonai

Nama Adonai sangat erat hubungannya dengan nama El, Elohim atau Elyon. Kata Adonai mungkin diturunkan dari kata Ugarit dun atau adan yang keduanya berarti menghakimi, memerintah, dan dengan demikian menunjuk kepada Allah sebagai penguasa yang kuat, kepada siapa semuanya harus berhadapan, dan kepadanya manusia adalah hamba. Hampir seluruh penggunaan kata ini di Alkitab berbentuk jamak. Bila dipakai tentang hubungan Allah terhadap manusia kata ini mengandung makna otoritas mutlak dari Allah . . 4. Yahwe 3

Studi Lanjut lihat : Charles C. Ryrie, Teologia Dasar I (Yogyakarta: Andi, 1986) 60-67; Louis Berkhof, Teologi Sistematika: Doktrin Allah (terj.; Jakarta:LRII, 1993)70-76. 4 T.E. McComiskey, Names of God dalam EDT p. 467 2

Nama ini dianggap sebagai nama yang paling sakral dan paling diagungkan diantara nama-nama yang lain, sebagai Allah yang tidak mungkin berubah. Orang Yahudi mempunyai rasa takut tersendiri untuk menyebut nama ini, karena mereka selalu ingat kepada Im. 24:16 yang berbunyi: “Siapa yang menghujat nama Tuhan pastilah ia dihukum mati dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaat itu. Baik orang asing maupun orang Israel asli, bila ia menghujat nama Tuhan haruslah dihukum.” Asal kata dan pengucapan dari kata ini yang sesungguhnya sebenarnya tidak diketahui lagi. Kitab Pentateuch menghubungkan kata ini dengan kata kerja bahasa Ibrani haya yang berarti “adalah” atau “berada” (Kel. 3:13-15). Dalam pengertian ini nama Yahwe, berarti mengandung jaminan bahwa Allah akan menjadi milik umat Israel pada jaman Musa, sama seperti Allah menjadi Allah bagi Bapa leluhur mereka. Nama ini menekankan kesetiaan perjanjian Allah, dan merupakan nama diri Allah yang eksklusif (hanya untuk Allah Israel). B. Perjanjian Baru 1. Theos

Nama “Theos”(setara dengan El; Elohim dan Elyon) adalah nama yang paling umum dari Allah. Nama ‘Elyon’ sering disejajarkan dengan Allah Mahatinggi (hupistos Theos) (Mar 5:7; Luk 1:32, 35, 76; Kis 7:48, 16:17; Ibr 7:1) . Nama Shaddai dan El shaddai disejajarkan dengan Yang Mahakuasa (Pantokrator) dan Allah, Yang Mahakuasa (Theos Pantokrator) (2Kor 6:18; Wah 1:8; 4:8; 11:17; 15:3; 16:7,14). Hal yang menarik, theos dalam PB, sering muncul dalam bentuk genetif yang menyatakan milik, seperti mou, sou, hemon, humon. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa di dalam Kristus, Allah dapat dianggap Allah dari segala umatNya atau anakanakNya. 2. Kurios

Perjanjian Baru menerjemahkan kata Adonay dengan Kurios, yang diturunkan dari kata kuros yang berarti kuasa. Nama ini tidak mempunyai konotasi yang tepat sama dengan Yahwe, tetapi menunjuk Allah sebagai Yang Maha kuasa, Tuhan, Pemilik, Penguasa yang memiliki kekuasaan resmi dan juga otoritas. Kata ini tidak hanya dipakai untuk menunjuk Allah, tetapi juga menunjuk Kristus (Maz 110:1). 3. Bapa (Pater)

Sering dikatakan bahwa PB menyebut Allah dengan sebutan baru, yaitu Bapa. Hal ini salah. Nama Bapa sebenarnya muncul berulang kali dalam PL untuk menunjukkan pertama, hubungan antara Allah dan Israel. (Ul. 32:6; Maz 103:13; Yes 63:16; 64:8; Yer 3:4,19). Kedua memproklamasikan bahwa Israel adalah anak Allah (Kel 4:22; Ul 14:1; Yes 1:2). Dalam PB, nama Bapa menunjuk kepada Bapa sebagai pencipta dan sumber dari segala sesuatu (I Kor 8:6; Ef 3:15). Dan juga untuk menunjukkan hubungan yang khusus dimana pribadi pertama dari Allah Tritunggal berelasi dengan Kristus, sebagai Anak Allah. IV. SIFAT / KESEMPURNAAN ALLAH A. Pengertian Sifat/Kesempurnaan Allah 1. Bicara tentang sifat5 Allah, maka kita bicara tentang kualitas dan keberadaan Allah yang membuat Dia ada sebagaimana Dia ada. Adanya beberapa macam sifat Allah ini bukanlah bagian-bagian komponen dari Allah. Setiap kesempurnaanNya menguraikan keseluruhan keberadaanNya. Shed berpendapat: “keseluruhan keberadaan / hakekat Allah adalah dalam 5

Sifat adalah merupakan terjemahan dari attribute (Eng) yang oleh Kamus Teologi Inggris - Indonesia karya Henk ten Napel (Jakarta: BPK, 1996) di definisikan sifat yang inheren. Hampir semua buku terjemahan, memakai kata ‘sifat’, kecuali misalnya. terj. LRII, Berkhof - atribut. Dalam KBBI: Sifat: 1. Rupa dan keadaan yang tampak pada suatu benda, watak, tanda lahiriah. 2. Peri keadaan yang menurut kodratnya ada pada sesuatu; 3. Ciri khas yang ada pd sesuatu (u/ membedakan dari yang lain). Hakiki: sifat khas yang mutlak perlu ada pada suatu hal shg membuat hal itu sebagaimanan adanya.; Hakekat: itisari/ dasar; Natur: asli,; pembawaan, sifat, watak.

3

setiap sifat, dan keseluruhan sifat didalam keberadaan”.6 Grudem berpendapat: “Attribute is simply a way of describing one aspect of God’s being. God is unity, God’s whole being includes all of his attributes”. 2. Ketika Alkitab berbicara bahwa Allah adalah kasih (I Yoh 4:8) dan di bagian yang lain Allah adalah adil, hal ini tidaklah berarti bahwa Allah sebagian adalah kasih dan bagian lainnya adalah adil. Atau hal ini juga tidaklah berarti Allah lebih kasih dibandingkan adil atau sebaliknya. Alkitab tidak pernah menonjolkan sebuah atribut lebih penting dibandingkan lainnya Allah keberadaannya adalah kasih dan juga Allah keberadaannya adalah adil. Walau Allah mungkin menunjukkan satu sifat pada waktu tertentu, namun tidak ada sifat yang berdiri sendiri atau yang lebih unggul daripada yang lain. Apabila Allah menunjukkan murkaNya, Ia tetap kasih adanya. Ketika Ia menunjukkan kadihNya Ia tidak melepaskan kekudusanNya. 3. Sifat-sifat Allah diberitahukan kepada kita melalui penyataan. Manusia tidak memberi sifatsifat itu kepada Allah; tetapi Allah menyatakannya kepada manusia. 4. Ketika manusia mungkin dapat mendaftarkan sebanyak mungkin sifat Allah, namun Allah lebih dari seluruh jumlah total kesempurnaanNya yang dapat kita mengerti. B.

Klasifikasi Sifat/Kesempurnaan Allah

Dalam sejarah teologia sistimatik, ada beberapa ahli yang telah mencoba membuat klasifikasi dari sifat Allah. Klasifikasi ini mempunyai tujuan agar manusia dapat lebih memahami (secara relasional) dan mengingat tentang sifat Allah. Namun karena Allah tidak terbatas dan pemikiran manusia sangat terbatas, maka wajar bila tidak ada satu cara klasifikasi yang disepakati. Dalam makalah ini penulis cenderung untuk mengikuti cara klasifikasi yang paling umum yaitu yang membagi dalam dua kategori: pertama sifat-sifat Allah yang tidak ada pada makhluk ciptaan (incommunicable); kedua sifat-sifat Allah yang ada pada makhluk ciptaan (communicable). Pembagian ini tetaplah tidak sempurna, karena tidak ada sifat yang secara penuh communicable dan juga sebaliknya. B.1. INCOMMUNICABLE ATRIBUTES (ALLAH sebagai Yang Mutlak) a. Allah adalah self-exixtent. Baca dan selidiki ayat-ayat berikut Kis. 17:24-25 Wahyu 4:11 Maz. 90:2 Kel. 3:14

“ I will be what I will be”

Allah tidak bergantung atau tidak membutuhkan pada sesuatu atau seseorang yang lain diluar diriNya. Dasar dari keberadaan Allah (God’s being) tidak terletak didalam yang lain, karena tidak ada yang lain yang lebih tinggi dari diriNya. God is absolutely independent and self suffeicient. b. Allah adalah kekal, maha hadir, maha tahu Kel 3:14 Yoh 8:58 Wahyu 1:8; 4:8 Maz. 90:4; 2Pet 3:8 Maz 139:7-10 6

Allah juga tidak dibatasi oleh tempat.

Studi lanjut tentang hubungan sifat dengan being Allah, lih. Berkhof, 54-64.

4

Allah adalah yang awal dan yang akhir. Allah tidak dibatasi oleh waktu. Waktu tidak memiliki efek pada keberadaanNya, kesempurnaanNya, kehendakNya atau janjiNya. Allah tidak pernah belajar suatu yang baru atau melupakan sesuatu. Allah mengetahui segala sesuatu yang lampau, saat ini dan akan datang sama jelasnya. Sifat ini merupakan dasar gagasan bahwa penyataan diri Allah adalah lengkap. Seandainya Allah hanya mengetahui sebagian, kebenaranNya bersifat sementara saja. Kemahatahuan Allah juga merupakan dasar pekerjaan Roh Kudus yang menyingkapkan pikiran dan kebenaran Allah dalam Alkitab dan dengan demikian menjamin keterandalan dan finalitasnya (Yoh 16:13). c. Allah tidak berubah (immutable) Maz. 102:26-28 Ibrani 1:10-12 Yak 1:17 Mal. 3:6 Bil 23:19 Mat 5:18; 24:35 Allah tidak berubah didalam keberadaanNya, sifatNya, kesempurnaan, keinginan, tujuan dan janjiNya. Allah tidak pernah kehilangan integritas diri. Tindakan Allah tidaklah pernah bertentangan dengan atributnya. Hermann Bavinck berkata “ The fact that God is unchanging in his being is of the utmost importance for maintaining the Creator / creature distinction, and for our worship of God.” Aplikasi: Coba bayangkan apa yang terjadi jika Allah dapat berubah. d. Kesatuan Allah. Dibagi dalam dua pengertian:  Unitas Singularitatis: Istilah ini mengandung pengertian bahwa hanya ada satu keberadaan Ilahi, dan semua keberadaan yang lain ada dan melalui serta kepadaNya. (IRaj 8:60; I Kor 8:6; I Tim 2:5; Kel 15:11).  Unitas Simplicitatis : Istilah ini mengandung pengertian adanya kesatuan yang mendalam dan kualitatif dari Keberadaan Ilahi. Hal ini juga berarti bahwa Allah tidak tersusun atas berbagai bahan dan juga tidak dapat dibagi-bagi. Pengertian ini juga menunjukkan bahwa ketiga pribadi dalam Allah Tritunggal bukanlah tiga bagian yang olehnya keberadaan Allah tersusun. B.2. COMMUNICABLE ATRIBUTES (Allah sebagai Roh yang Berpribadi) Apabila sifat-sifat Allah yang dibicarakan sebelumnya menekankan keberadaan Allah yang absolut, maka sekarang akan dibahas sifat-sifat yang menekankan natur pribadiNya. Berkhof membagi dalam 4 kategori, a. Spiritualitas Allah b. Sifat-sifat Intelektual : Hikmat, Kebijaksanaan (Omniscience), Kebenaran (Truthfulness) c. Sifat-sifat Moral: Kebaikan, Kesucian, Kebenaran (Righteousness) d. Sifat-sifat Kedaulatan: Kehendak Allah yang berdaulat; Kuasa Allah yang berdaulat. Karena adanya keterbatasan waktu maka dalam makalah ini hanya dibahas sebagian kecil dari sifat-sifat diatas. a. Spiritualitas Allah Alkitab memberi kita pengertian bahwa “ Allah adalah Roh” (Yoh 4:24). Alkitab tidak semata-mata berkata bahwa Allah adalah suatu roh, tetapi bahwa Ia adalah Roh. Hal ini berarti 5

bahwa Allah memiliki keberadaan substansial milikNya sendiri dan berbeda dengan dunia, tidak bersifat materi, tidak terlihat, dan tanpa penyusunan atau perluasan. (I Tim 1:17; I Tim 6:15,16). b. Allah adalah Kudus Kata kudus dalam Alkitab memiliki dua arti khusus. Pertama, berarti “keterpisahan” atau “keberbedaan”. Pada waktu kita katakan bahwa Allah kudus, kita diperhadapkan pada perbedaan yang mendalam antara Allah dengan semua ciptaan. Kekudusan Allah menunjuk pada kemuliaanNya yang bersifat transenden, kemahaan-Nya yang tidak tertandingi oleh siapapun atau apapun juga, dan ini semua menyebabkan Dia layak untuk menerima penghormatan dan penyembahan kita. Kedua, arti kudus menunjuk pada kemurnian dan kebenaran tindakan Allah. Allah melakukan apa saja yang benar. Allah selalu bertindak benar karena naturNya kudus. Allah terpisah total dari dosa dan kejahatan.7 c. Allah adalah Mahakuasa Kemahakuasaan berarti Allah berkuasa atas semua ciptaanNya. Tidak ada satu ciptaan pun yang berdiri di luar penguasaan Allah yang berdaulat. Dalam Lukas 1:37, “ Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”. Hal ini berarti aoa yang tidak mungkin bagi manusia selalu mungkin bagi Allah. Allah dapat melakukan apa saja yang dikehendakiNya. Tidak ada sesuatupun yang dapat membatasi kuasaNya. Namun, kuasa Allah tetap dibatasi oleh siapa dan apa Dia. Misalnya Dosa adalah sesuatu yang tidak mungkin dilakukan Allah. d. Allah adalah Kasih Allah adalah kasih (I Yoh 4:8) adalah definisi Alkitab yang paling dikenal tentang Allah. Dalam I Yoh 4:9: “dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu Allah telah mengutus AnakNya yang tunggal ke dalam dunia … “. Kata agape di dalam Alkitab dipakai untuk menekankan kasih yang berhubungan dengan obyek yang tidak layak, yaitu orang yang tidak berhak atas kesetiaan kekasihnya. Dalam PL, ada kesaksian tentang hal ini berhubungan dengan kasih Allah kepada Israel ( Ul 7:7-8) dan kasih Hosea kepada istrinya yang tidak setia ( Hosea 3:1). e. Allah adalah Cemburu 8 Ketika Tuhan membawa bangsa Israel keluar dari Mesir menuju Sinai, kecemburuan Tuhan merupakan salah satu fakta pertama tentang diriNya yang Dia ajarkan kepada mereka. (lih. Perintah kedua dari 10 Perintah Allah, Kel 20:5; Kel 34:5-7; band. Nahum 1:2). Pengungkapan nama yang tidak disangka-sangka ini adalah satu kwalitas dalam diri Tuhan yang sejauh ini nampaknya tidak konsisten dengan pengungkapan namaNya yang sebelumnya. Apa artinya ?. Ada beberapa hal yang perlu diingat berkaitan dengan hal ini. Pertama, Pernyataan Alkitab mengenai cemburu Tuhan adalah anthropomorphisme (mendeskripsikan Tuhan dalam bahasa manusia). Hal ini berarti segala motivasi dan kualitas manusia akibat pengaruh dosa, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Allah. Allah cemburu tetapi juga benar, kudus, mahatahu, kasih dll. Allah cemburu bukan disebabkan suatu gabungan frustasi dan iri hati, namun suatu kecemburuan yang terpuji untuk memelihara suatu yang demikian berharga. Kedua, secara konsisten Alkitab memperlihatkan kecemburuan Tuhan adalah sebagai salah satu aspek dari perjanjian kasih Tuhan dengan umatNya. Perjanjian Lama, memandang perjanjian Tuhan sebagai pernikahan Tuhan dengan Israel. (Yeh. 16:38). Perjanjian ini bukanlah bersifat sementara, kebetulan atau tanpa sasaran, melainkan suatu ekspresi dari rencana kekal, yaitu satu umat yang setia dan bersama Dia dalam kemuliaan. Dan untuk menyatakan peraturan, kebenaran dan keadilanNya, maka Allah cemburu adanya. Yeh. 39:25: “ CemburuKu timbul untuk mempertahankan namaKu yang kudus”. 7

Bruce Milne, Mengenali Kebenaran (Jakarta:BPK, 1996)96-97 Studi lanjut lih: J.I. Packer, Knowing God ( Leicester: IVP, 1972) 151-158

8

6

SUMBER: 1. Wayne Grudem, Systematic Theology (Leicester: IVP, 1994) 2. R.C. Sproul, Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen (terj.; Malang: SAAT,1997) 3. G.R. Lewis, Attributes of God dalam Evangelical Dictionary of Theology (Walter Elwell (ed.); Grand Rapids: Baker, 1984) 4. Louis Berkhof, Teologi Sistematika 1: Doktrin Allah (terj; Jakarta: LRII, 1993) 5. A.W. Tozer, Mengenal Yang Mahakudus (terj.; Bandung: Kalam Hidup, --) 6. Charles C. Ryrie, Teologia Dasar I (terj.; Yogyakarta: Andi, 1986) 7. Bruce Milne, Mengenali Kebenaran (Jakarta:BPK, 1996 Beberapa Catatan: 1. Strong membaginya dalam Atribut yang Absolute dan Immanent. Louis Berkhof membedakan Atribut yang incommunicable dan communicable. Gill membagi dua yaitu atribut Metaphysical dan Moral. H.O. Wiley membagi atribut absolute, relative dan moral. L.S. Chafer membagi atribut personal dan constituional. Sedangkan G.R. Lewis membagi atribut Allah dalam:  Metaphysically, God is Self Existent, Eternal and Unchanging  Intellectually, God is Omniscient, Faithful and Wise  Ethically, God is Holy, Righteous and Loving  Existentially, God is Free, Authentic and Omnipotent  Emotionally, god Detests Evil, is Long-suffering, Compassionate Relationally, God is Trancendent in Being, Immanent Universally in Providential Activity and Immanent with His people in Redemptive activity.

7

Related Documents

Doktrin Allah Dt
February 2021 1
Doktrin Tentang Allah
February 2021 1
Doktrin Alkitab
February 2021 1
Doktrin Kristologi
February 2021 1
Doktrin Alkitab.docx
February 2021 1
Doktrin Eskatologi
February 2021 1

More Documents from "Anonymous jAEcgGB3"

Baptisan Roh Kudus
February 2021 0
Doktrin Allah Dt
February 2021 1
Doktrin Manusia Dan Dosa
February 2021 1