Draft Juknis Pelayanan Imunisasi Covid-19 14 Okt 2020.pdf

  • Uploaded by: rina melani
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Draft Juknis Pelayanan Imunisasi Covid-19 14 Okt 2020.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 20,597
  • Pages: 129
Loading documents preview...
Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[1]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN IMUNISASI COVID-19

DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN 2020

[2]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[3]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Segala puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya, Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19 telah disusun. Tahun 2020 merupakan tahun yang berat bagi dunia termasuk bangsa Indonesia, COVID-19 yang tidak pernah diprediksi sebelumnya tiba-tiba muncul secara lokal di Wuhan China, dan dalam waktu yang relatif singkat telah berkembang menjadi Pandemi. Pemerintah telah menetapkan Pandemi COVID-19 sebagai bencana non alam di Indonesia pada pertengahan Maret 2020. Kondisi ini telah banyak berpengaruh tidak hanya terhadap sektor kesehatan namun juga terhadap sektorsektor penting lainnya yaitu ekonomi, pariwisata, dan pendidikan. Dampak yang paling terasa adalah pada sektor ekonomi dimana memasuki triwulan ke tiga tahun 2020 akhirnya indonesia dihadapkan pada resesi ekonomi. Kita berharap, Bangsa Indonesia akan segera bangkit dari situasi ini, sehingga segala upaya untuk memutus mata rantai penularan COVID-19 terus diakselerasi, termasuk pengembangan vaksin COVID-19. Masyarakat dunia saat ini seakan menaruh harapan besar terhadap penemuan vaksin COVID-19. Indonesia menjadikan Imunisasi sebagai bagian dari strategi penanggulangan Pandemi COVID-19. Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak lama lagi, Indonesia dapat memulai pemberian Imunisasi COVID-19. Meski demikian, masyarakat harus tetap di berikan edukasi bahwa Imunisasi COVID-19 penting, namun penerapan protokol kesehatan, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak aman (3M), juga harus tetap dilaksanakan dengan ketat. Semoga dengan adanya buku petunjuk teknis ini dapat memberikan panduan yang jelas terhadap pelayanan Imunisasi COVID-19 bagi seluruh pengelola program dan tenaga kesehatan di Indonesia. Buku ini bersifat dinamis dan akan senantiasa dilakukan penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan perkembanganperkembangan terbaru. Kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam penyusunan petunjuk teknis ini, saya sampaikan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua selama penyelenggaraan imunisasi COVID-19 di Indonesia. Salam Sehat, Sehat Indonesia Jakarta, Oktober 2020 Menteri Kesehatan,

Letjen TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad. (K) [i]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT Puji syukur dan karunia-Nya, Buku Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19 dapat disusun. Pemerintah telah

menetapkan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) sebagai bencana non-alam berupa wabah/pandemik. Pandemi COVID-19 yang terjadi juga telah memberikan dampak negatif bagi situasi kesehatan masyarakat dunia, termasuk di Indonesia.

Oleh karena itu, perlu segera dilakukan intervensi tidak hanya dari sisi penerapan protokol kesehatan namun juga diperlukan intervensi segera untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit melalui upaya menimbulkan kekebalan tubuh dengan pemberian vaksin atau imunisasi. Sebagaimana kita ketahui bahwa imunisasi merupakan upaya yang paling efektif untuk memberikan kekebalan/imunitas spesifik terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), sejarah telah mencatat bahwa semenjak ditemukannya vaksin, jutaan anak di seluruh dunia dapat diselamatkan dari kesakitan, kecacatan dan kematian akibat PD3I. Dalam rangka penanggulangan Pandemi COVID-19, juga diperlukan upaya akselerasi melalui intervensi pemberian imunisasi dengan tetap terus menerapkan protokol kesehatan. Pengembangan vaksin yang aman dan berkualitas juga telah dilakukan. Pelaksanaan pemberian pelayanan imunisasi COVID-19 diharapkan dapat menjangkau seluruh target sasaran melalui kerja sama yang baik antara sektor kesehatan, lintas sektor terkait lainnya dan seluruh komponen masyarakat sebagai bukti komitmen bersama dalam rangka memutus rantai penularan COVID-19. Buku Petunjuk Teknis ini hendaknya dibaca, dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik mungkin, sehingga kegiatan pelayanan imunisasi COVID-19 ini dapat berjalan sebaik-baiknya sesuai dengan harapan. Kami akan senantiasa melakukan penyempurnaan terhadap buku ini sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan-perkembangan terbaru. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak atas semua dedikasi dan pengabdiannya. Semoga Allah SWT senantiasa menaungi langkah kita semua untuk dapat bersama-sama berkontribusi optimal dalam menyehatkan masyarakat Indonesia. Jakarta, Oktober 2020 Direktur Jenderal P2P

dr. Achmad Yurianto

[ii]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[iii]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

DAFTAR ISI SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA .......................................... i KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL ..................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ................................................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... viii DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................................ ix DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 2 1.1. Latar Belakang ........................................................................................................... 2 1.2. Tujuan ........................................................................................................................ 3 1.3. Ruang Lingkup ........................................................................................................... 4

BAB II EPIDEMIOLOGI CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) ................................ 6 2.1. Epidemiologi .............................................................................................................. 6 2.2. Etiologi ...................................................................................................................... 7 2.3. Penularan .................................................................................................................. 7 2.4. Diagnosis dan Tatalaksana ....................................................................................... 8 2.5. Upaya Pencegahan ................................................................................................... 9 2.6. Herd Immunity dan Vaksin ......................................................................................... 9

BAB III PERSIAPAN PELAYANAN IMUNISASI COVID-19 ............................................... 15 3.1 Sasaran Kegiatan ...................................................................................................... 15 3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan............................................................................... 15 3.3 Tujuan Pemberian Imunisasi COVID-19 .................................................................... 15 3.4. Penyusunan Mikroplaning ........................................................................................ 16 3.5 Advokasi dan Penggerakan Masyarakat ................................................................... 21 3.6 Evaluasi Persiapan.................................................................................................... 23

BAB IV PELAKSANAAN PELAYANAN IMUNISASI COVID-19 ........................................ 25 4.1 Prinsip Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 ................................................................ 25 4.2 Ketentuan Ruang dan Waktu Pelayanan Imunisasi.................................................... 26

[iv]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

4.3 Public Private Mix (PPM) pada Pelaksanaan Pemberian Imunisasi COVID-19 .......... 31 4.4 Distribusi serta Manajemen Vaksin dan Logistik ........................................................ 32 4.4 Dosis and Cara Pemberian Vaksin COVID-19 ........................................................... 36 4.5 Manajemen Limbah ................................................................................................... 39

BAB V PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN KIPI.................................................. 51 5.1 Pengertian ................................................................................................................. 51 5.2 Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Vaksin COVID-19 yang Mungkin Terjadi dan Antisipasinya .............................................................................................................. 51 5.3 Mekanisme Pemantauan dan Penanggulangan KIPI................................................. 52 5.4 Kurun Waktu Pelaporan KIPI ..................................................................................... 53 5.5 Pelacakan KIPI.......................................................................................................... 53 5.6 Pengenalan dan Penanganan Anafilaktik .................................................................. 54 5.7 Langkah Penanganan:.............................................................................................. 56

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI ............................................................................ 60 6.1 Sebelum Pelaksanaan ............................................................................................... 60 6.2 Saat Pelaksanaan ...................................................................................................... 60 6.3 Sesudah Pelaksanaan ............................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 63 DAFTAR PENYUSUN DAN KONTRIBUTOR ..................................................................... 65 LAMPIRAN ....................................................................................................................... 112

[v]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis-jenis Vaksin beserta Kelebihan dan Kekurangannya.................................... 11 Tabel 2. Kandidat Vaksin yang Sudah Memasuki Uji Klinik Fase 3 ..................................... 12 Tabel 3. Kemasan Vaksin dan IP Minimal .......................................................................... 17 Tabel 4. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Pelaksana per hari ............................................. 20 Tabel 5. Contoh Perhitungan Kebutuhan Tenaga Pelaksana per Hari ............................... 21 Tabel 6. Mekanisme/Alur Pelayanan Imunisasi di Fasyankes ............................................. 27 Tabel 7. Penggolongan Vaksin Berdasarkan Sensitivitasnya Terhadap Suhu ..................... 34 Tabel 8. Contoh Strategi yang Dapat Diterapkan Untuk Menjaga Indeks Pemakaian (IP): .. 36 Tabel 9. Pilihan Vaksin, Dosis dan Interval Pemberian ....................................................... 36 Tabel 10. Contoh Pesan Kunci Imunisasi COVID-19........................................................... 47 Tabel 11. Contoh Pelaksanaan Komunikasi risiko............................................................... 48 Tabel 12. Kurun Waktu Pelaporan KIPI Berdasarkan Jenjang Administrasi Penerima Laporan............................................................................................................................... 53 Tabel 13. Langkah-langkah Dalam Pelacakan KIPI ............................................................ 54

[vi]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Persebaran kasus konfirmasi global berdasarkan region WHO per 26 September 2020, sumber: WHO. ............................................................................................................ 6 Gambar 2. Peningkatan jumlah kasus konfirmasi harian dan kumulatif Indonesia, 26 September 2020 ................................................................................................................... 7 Gambar 3. Skenario efek vaksinasi ..................................................................................... 10 Gambar 4. Mekanisme aksi kandidat vaksin COVID-19 (Pandey SC, et.al. 2020) .............. 10 Gambar 5. Jejaring Layanan Imunisasi ............................................................................... 26 Gambar 6. Alur Pelayanan Pemberian Imunisasi COVID-19 di Fasilitas Pelayanan Kesehatan........................................................................................................................... 27 Gambar 7. Contoh Pengaturan Ruang/Tempat Pelayanan Imunisasi ................................. 30 Gambar 8. Alur Jejaring Eksternal Layanan Imunisasi ........................................................ 32 Gambar 9.Contoh Penyimpanan Vaksin COVID-19 di Lemari Es Buka Atas dan Buka Depan ........................................................................................................................................... 34 Gambar 10. Penyimpanan Vaksin di Dalam Vaccine Carrier............................................... 35 Gambar 11. Status VVM Vaksin .......................................................................................... 35 Gambar 12. Penyuntikan Secara Intramuskular ................................................................. 37 Gambar 13 . Cara Penyuntikan Vaksin ............................................................................... 38 Gambar 14 . Cara Membuang Alat Suntik Habis Pakai ke Dalam Safety Box ..................... 38 Gambar 15 Skema Alur Pelaporan Hasil Cakupan Imunisasi dan Pemakaian Vaksin dan Logistik Secara Manual ....................................................................................................... 41 Gambar 16. Penggunaan RapidPro, Pelaporan Data dan Umpan Balik Cecara Real-time 43 Gambar 17. Alur Pelaporan dan Pelacakan KIPI Serius ..................................................... 52 Gambar 18. Tanda dan Gejala Anafilaktik……………………………………………………. 50 Gambar 19. Algoritme Penanganan Syok Anafilaktik Paska Imunisasi .............................. 57

[vii]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Rencana Pelatihan/Pertemuan Sosialisasi Pemberian Imunisasi COVID-19 ... 67 Lampiran 2. Format Pendataan Sasaran Imunisasi COVID-19 (Kelompok Usia 18-59 Tahun) ........................................................................................................................................... 68 Lampiran 3. Daftar Fasyankes di Wilayah Kerja Puskesmas Yang Akan Memberikan Layanan Imunisasi COVID-19 ............................................................................................. 69 Lampiran 4. Pemberian Imunisasi COVID-19 Target Sasaran ............................................ 70 Lampiran 5. Pemberian Imunisasi COVID-19 Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya ......... 71 Lampiran 6. Format Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Imunisasi COVI-19 ........................ 72 Lampiran 7 Pemberian Imunisasi COVID-19 Rencana Jadwal Supervisi ............................ 73 Lampiran 8. Pemberian Imunisasi COVID-19 Rencana Sosialisasi dan Mobilisasi Masyarakat ......................................................................................................................... 74 Lampiran 9. Pemberian Imunisasi COVID-19 Rencana Operasional Daerah Sulit .............. 75 Lampiran 10. Format Skrining Sebelum Imunisasi COVID-19 ............................................. 77 Lampiran 11. Formulir Rujukan Pemberian Imunisasi COVID-19 ........................................ 78 Lampiran 12 Checklist Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pelayanan Imunisasi Pada Masa Pandemi .................................................................................................................... 79 Lampiran 13. COVID-19 Vaccine Introduction Readiness Assessment Tool – Tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota.............................................................................................. 81 Lampiran 14. Checklist Supervisi Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tahun 2021 .............. 85 Lampiran 15. Format Pencatatan Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat Puskesmas/Fasyankes ....................................................................................................... 87 Lampiran 16. Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat Puskesmas ......................................................................................................................... 88 Lampiran 17. Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat Propinsi ........................................................................................................................................... 89 Lampiran 18. Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat Kabupaten/Kota .................................................................................................................. 90 Lampiran 19. Rapid Convenience Assessment (RCA) Untuk Pelaksanaan Imunisasi COVID19........................................................................................................................................ 91 Lampiran 20. Formulir Pelaporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Serius ............... 94 Lampiran 21. Formulir Investigasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Otopsi Verbal) ........... 96 Lampiran 22. Undangan Pemberitahuan Pemberian Vaksin COVID-19 ............................ 114 Lampiran 23. Kartu Imunisasi COVID-19 ......................................................................... 115

[viii]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

DAFTAR SINGKATAN ADS BPM COVID-19 Dirjen DPM HIV FAQ ISPA KIPI KLB ODP OTG PDP PD3I PHBS PPI RT-PCR SMS SBBK SOP SOS VAR VVM WA

= Auto Disable Syringe = Bidan Praktek Mandiri = Coronavirus Disease - 2019 = Direktur Jenderal = Dokter Praktek Mandiri = Human Immunodeficiency Virus = Frequently Asked Question = Infeksi Saluran Napas Akut = Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi = Kejadian Luar Biasa = Orang dalam Pemantauan = Orang Tanpa Gejala = Pasien dalam Pengawasan = Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi = Perilaku Hidup Bersih dan Sehat = Pencegahan dan Pengendalian Infeksi = Real Time-Polymerase Chain Reaction = Short Message Service = Surat Bukti Barang Keluar = Standar Operasional Prosedur = Sustainable Outreach Service = Vaccine Arrival Report = Vaccine Vial Monitor = WhatsApp

[ix]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

DAFTAR ISTILAH Auto Disable Syringe Cold box Cool pack

: : :

Disinfektan

:

Face shield Hand sanitizer

: :

Herd immunity

:

Imunisasi

:

KIPI

:

Pandemi

:

Puskesmas

:

RapidPro

:

Safety Box

:

Safety injection

:

Sarung tangan

:

Alat suntik sekali pakai untuk pelayanan imunisasi Alat untuk menyimpan sementara dan membawa vaksin Wadah plastik berbentuk segiempat yang diisi dengan air kemudiaan didinginkan dalam vaccine refrigerator dengan suhu -3ºC s/d +2ºC selama minimal 12 jam (dekat evaporator) Bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik atau obat untuk membasmi kuman penyakit Alat pelindung wajah Pembersih tangan yang memiliki kemampuan antibakteri atau antivirus dalam menghambat hingga membunuh bakteri/virus yang mengandung alkohol minimal 70% Konsep epidemiologis yang menggambarkan kondisi saat sejumlah orang dalam populasi memiliki cukup kekebalan terhadap suatu penyakit (kekebalan kelompok) Upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang selanjutnya disingkat KIPI adalah kejadian medik yang diduga berhubungan dengan imunisasi. Wabah yang berjangkit serempak dimana – mana meliputi daerah geografis yang luas atau ketika sebuah epidemi menyebar ke beberapa negara atau wilayah dunia Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya di wilayah kerjanya Sebuah aplikasi open-source berbasis SMS dan WhatsApp yang dikembangkan oleh UNICEF global untuk memudahkan kegiatan pemantauan dan identifikasi masalah di lapangan dengan memfasilitasi pencatatan data, pelaporan, dan pengiriman umpan balik secara real-time. Kotak Pengaman yang tahan air dan tusukan jarum untuk tempat membuang semua alat suntik bekas. Praktik penyuntikan yang aman bagi pemberi dan penerima suntikan Sarung tangan yang biasa dipakai oleh tenaga medis agar terhindar dari droplet pasien untuk mencegah terjadinya

[x]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Vaksin

:

Vaccine carrier

:

Vaccine refrigerator

:

Vaccine vial monitor

:

Vaksinasi

:

penularan kuman Produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu. Alat untuk membawa vaksin dari puskesmas ke posyandu atau tempat pelayanan imunisasi lainnya yang dapat 0 0 mempertahankan suhu 2 C s/d 8 C. Tempat yang digunakan untuk menyimpan vaksin dengan suhu 20C s/d 80C. Alat pemantau paparan suhu panas yang terdapat pada label botol vaksin. Upaya memasukkan vaksin ke tubuh seseorang untuk menghasilkan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.

[xi]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB I PENDAHULUAN

[1]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah telah menetapkan pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID19) sebagai bencana non-alam. Pemerintah telah mengumumkan kasus konfirmasi pertama COVID-19 di Indonesia pada awal Maret 2020. Dalam rentang waktu satu bulan, seluruh provinsi telah melaporkan kasus konfirmasi. Penyebaran COVID-19 tidak hanya terjadi di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan kota padat penduduk lainnya, namun telah menyebar hingga ke pedesaan di daerah terpencil. Pandemi COVID-19 memberikan tantangan besar dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia. Sampai dengan tanggal 22 September 2020, sebanyak 252.923 kasus konfirmasi COVID-19 telah dilaporkan di Indonesia dan tercatat sejumlah 9.837 orang meninggal. Pandemi COVID-19 juga berdampak terhadap sistem kesehatan Indonesia yang terlihat dari adanya penurunan kinerja pada beberapa program kesehatan. Hal ini disebabkan adanya kekhawatiran masyarakat dan petugas terhadap penularan COVID-19. Di beberapa wilayah, situasi pandemi COVID-19 bahkan berdampak pada penutupan sementara dan/atau penundaan layanan kesehatan khususnya di posyandu dan puskesmas. Hal ini sangat memprihatinkan, sebab posyandu dan puskesmas merupakan penyedia pelayanan kesehatan primer yang menjadi kekuatan utama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia. Pandemi COVID-19 juga memberi dampak besar bagi perekonomian yaitu: (1) Membuat daya beli masyarakat, yang merupakan penopang perekonomian sebesar 60 persen, jatuh cukup dalam. Hal ini dibuktikan dengan data dari BPS yang mencatatkan bahwa konsumsi rumah tangga turun dari 5,02 persen pada kuartal I tahun 2019 menjadi 2,84 persen pada kuartal 1 tahun 2020 ini; (2) Menimbulkan adanya ketidakpastian yang berkepanjangan pada dunia usaha sehingga investasi ikut melemah dan berimplikasi pada terhentinya usaha; dan (3) Seluruh dunia mengalami pelemahan ekonomi sehingga menyebabkan harga komoditas turun dan ekspor Indonesia ke beberapa negara juga terhenti. Selain itu, pandemi COVID-19 yang melanda dunia, juga memberikan dampak yang terlihat nyata dalam berbagai sektor di antaranya sektor sosial, pariwisata, dan pendidikan. Sementara itu, tingkat kerentanan masyarakat semakin meningkat disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak minimal 1 – 2 meter. Dengan demikian, tanpa intervensi kesehatan masyarakat yang cepat dan tepat, diperkirakan sebanyak 2,5 juta kasus COVID-19 akan memerlukan perawatan di rumah sakit di Indonesia dengan angka kematian yang diperkirakan mencapai 250.000 kematian. Pada situasi ini, jutaan masyarakat sangat rentan tertular COVID19.

[2]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Oleh karena itu, perlu segera dilakukan intervensi tidak hanya dari sisi penerapan protokol kesehatan namun juga diperlukan intervensi lain yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit melalui upaya pemberian imunisasi. Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien dalam mencegah beberapa penyakit berbahaya. Sejarah telah mencatat besarnya peranan imunisasi dalam menyelamatkan masyarakat dunia dari kesakitan, kecacatan bahkan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti Cacar, Polio, Tuberkulosis, Hepatitis B yang dapat berakibat pada kanker hati, Difteri, Campak, Rubela dan Sindrom Kecacatan Bawaan Akibat Rubela (Congenital Rubella Syndrome/CRS), Tetanus pada ibu hamil dan bayi baru lahir, Pneumonia (radang paru), Meningitis (radang selaput otak), Kanker Serviks yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus dan Japanese Encephalitis (JE). Dalam imunisasi terdapat konsep Herd Immunity atau Kekebalan Kelompok. Kekebalan Kelompok ini hanya dapat terbentuk apabila cakupan imunisasi pada sasaran tinggi dan merata di seluruh wilayah. Sebagian besar sasaran yang telah kebal tersebut secara tidak langsung akan turut memberikan perlindungan bagi kelompok usia lainnya, sehingga bila ada satu atau sejumlah kasus PD3I di masyarakat maka penyakit tersebut tidak akan menyebar dengan cepat dan Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat dicegah. Konsep ini merupakan bukti bahwa program imunisasi sangat efektif juga efisien karena hanya dengan menyasar kelompok rentan maka seluruh masyarakat akan dapat terlindungi. Upaya pencegahan melalui pemberian program imunisasi jika dinilai dari sisi ekonomi, akan jauh lebih hemat biaya, apabila dibandingkan dengan upaya pengobatan. Pelayanan imunisasi COVID-19 dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yaitu dengan menerapkan upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan menjaga jarak aman 1 – 2 meter, sesuai dengan Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi Pada Masa Pandemi COVID-19. Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan puskesmas harus melakukan advokasi kepada pemangku kebijakan setempat, serta berkoordinasi dengan lintas program, dan lintas sektor terkait, termasuk organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, tokoh masyarakat dan seluruh komponen masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan imunisasi COVID-19. Petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan upaya komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada masyarakat serta memantau status imunisasi setiap sasaran yang ada di wilayah kerjanya untuk memastikan setiap sasaran mendapatkan imunisasi COVID-19 lengkap sesuai dengan yang dianjurkan. Dengan upaya-upaya tersebut di atas, diharapkan kita semua dapat melaksanakan kegiatan pelayanan imunisasi COVID-19 dengan sebaik-baiknya. 1.2. Tujuan Petunjuk Teknis ini disusun sebagai acuan dalam melaksanakan persiapan, pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan imunisasi COVID-19.

[3]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

1.3. Ruang Lingkup Sasaran pengguna Petunjuk Teknis ini adalah para pengambil kebijakan, pengelola program dan logistik imunisasi serta petugas kesehatan lainnya di Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas, serta tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang memberikan layanan imunisasi COVID-19.

[4]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB II EPIDEMIOLOGI CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)

[5]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB II EPIDEMIOLOGI CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) Kluster kasus infeksi saluran pernapasan bawah yang tidak dapat dijelaskan (pneumonia of unknown etiology) sejumlah 29 kasus pertama kali dilaporkan oleh pemerintah China kepada WHO Country Office China pada tanggal 31 Desember 2019. Seiring dengan perkembangan transmisi dan jumlah kasus yang terus meningkat, maka pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Istilah COVID-19 ini sendiri merupakan akronim dari Coronavirus Disease 2019 yang diresmikan penyebutannya oleh WHO pada tanggal 11 Februari 2020. Kemudian, dengan semakin luasnya penyebaran COVID-19 ini ke negara-negara lainnya, maka pada tanggal 11 Maret 2020, WHO mendeklarasikan COVID-19 ini sebagai pandemi global. 2.1. Epidemiologi Per tanggal 26 September 2020, terdapat 32.429.965 kasus konfirmasi dan 985.823 kematian telah dilaporkan kepada WHO. Amerika Serikat (6.910.082 kasus), India (5.903.932 kasus) dan Brasil (4.657.702 kasus) merupakan penyumbang jumlah kasus terbanyak di seluruh dunia.

Gambar 1 Persebaran kasus konfirmasi global berdasarkan region WHO per 26 September 2020, sumber: WHO. Di Indonesia telah melaporkan 2 kasus pertamanya pada tanggal 2 Maret 2020. Sejak saat itu, kasus terus bertambah hingga mencapai 271.339 kasus konfirmasi dan 10.308 kematian, serta telah menjangkit di 34 provinsi yang ada di Indonesia. Case Fatality Rate (CFR) Indonesia saat ini adalah 3,8% dengan persentase kesembuhan sebesar 73,5%. CFR berdasarkan kelompok umur menggambarkan bahwa kematian tertinggi pada kelompok usia >60 tahun (CFR 14,5%) dan 46-59 tahun (CFR 6,2%).

[6]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Gambar 2 Peningkatan jumlah kasus konfirmasi harian dan kumulatif Indonesia, 26 September 2020

Saat ini, sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 Revisi ke-5, pemerikaan laboratorium untuk penemuan kasus terutama dilakukan pada kasuskasus yang memenuhi kriteria suspek, kontak erat yang menunjukkan gejala pada saat pemantauan harian, petugas kesehatan dan populasi yang tinggal di fasilias tertutup termasuk populasi rentan. Beberapa wilayah di Indonesia juga melakukan pemeriksaan swab massal sebagai salah satu upaya respon pandemi COVID-19 sesuai dengan kebijakan masing-masing daerah. 2.2. Etiologi Coronavirus merupakan single-stranded RNA virus dengan memiliki struktur yang mirip dengan mahkota (crown-like appearance) jika dilihat dengan mikroskop elektron merupakan bagian dari genus betacoronavirus. Pada awalnya virus ini disebut sebagai 2019-nCoV, yang kemudian oleh International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) ditetapkan dengan nama SARS-CoV-2 karena kemiripannya dengan SARS-CoVs yang menyebabkan epidemi SARS pada tahun 2002-2003. Virus ini seperti memiliki kesamaan dengan coronavirus lain yang sangat sensitif terhadap sinar ultraviolet (UV) dan suhu tinggi (heat). Virus ini kemungkinan dapat diinaktivasi pada suhu ≥270C dan mampu bertahan pada suhu dibawah 0oC. Selain itu, untuk inaktivasi, lapisan lemak pada virus ini dapat larut oleh cairan seperti ether, ethanol dan chlorin yang biasa terkandung pada cairan disinfektan (Cascella, et.al, 2020). 2.3. Penularan Pada awalnya penularan dicurigai merupakan hewan ke manusia, akan tetapi setelah penyelidikan lebih lanjut disimpulkan bahwa penularan virus ini adalah dari manusia ke manusia WHO menyatakan bahwa penularan utama virus ini adalah melalui droplet baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan individu yang terinfeksi yang mengeluarkan ludah atau cairan pernafasan/dropletnya yang keluar ketika batuk, bersin, bicara atau saat menyanyi (WHOa, 2020) . Droplet ini memiliki ukuran diameter 5-10um sedangkan droplet yang ≤5 um maka disebut sebagai droplet nuclei atau aerosol (WHOb,

[7]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

2014). Penularan melalui droplet dan kontak erat dengan kasus bergejala diperkuat dengan studi di China bahwa 78-85% kluster merupakan kluster rumah tangga (WHOc, 2020). Dengan masa inkubasi 3-7 hari dengan median 5.1 hari (Lauer, et.al, 2020) dan memiliki masa inkubasi terpanjang sampai dengan 12.5 hari (Li, et.al, 2020). Bukti juga menunjukkan bahwa penularan sebelum munculnya gejala (pre-symptomatic transmission) dapat terjadi (He X, et.al, 2020; Wei WE, et.al, 2020). Transmisi airborne melalui droplet nuclei (aerosol) dapat terjadi pada saat dilakukan prosedur medis yang menghasilkan aerosol (aerosol generating procedure) seperti intubasi. Saat ini masih dipelajari tentang potensi penularan melalui airborne ini pada setting yang lebih umum seperti pada ruangan tertutup yang tidak memiliki ventilasi yang cukup dan ramai. RNA SARS-CoV02 juga ditemukan pada sampel biologis lain seperti air seni dan feses. Namun sampai saat ini belum ada publikasi yang melaporkan penularan melalui feses maupun air seni ((WHOa, 2020). Pemahaman tentang mode transmisi ini penting sebagai salah satu pertimbangan utama dalam menentukan upaya pencegahan COVID-19 seperti penggunaan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari keramaian, isolasi dan karantina bagi kontak erat. Manifestasi Klinis Berdasarkan studi yang dilakukan di China terhadap 72.314 kasus, manifestasi klinis COVID-19 dapat dibagi menjadi 3 yaitu gejala ringan (81%) baik pneumonia dan/atau non-pneumonia, gejala berat (14%) dan kritis seperti gagal nafas, septic shock, gangguan (atau kegagalan) multi organ (5%) (Wu, et.al 2020). CDC melaporkan berdasarkan data dari 370.000 kasus konfirmasi di Amerika Serikat terkait manifestasi klinis sebagai berikut, batuk (50%), demam (43%), myalgia (36%), sakit kepala (34%), sesak nafas (29%), nyeri tenggorokan (20%), diare (19%), dan mual/muntah (12%). Ageusia dan anosmia oleh WHO telah dimasukkan sebagai definisi kasus probabel COVID-19 sejak 7 Agustus 2020 (WHOd,, 2020). 2.4. Diagnosis dan Tatalaksana WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) seperti pemeriksaan RT-PCR. Tes serologi untuk mendeteksi adanya antibody dapat dilakukan hanya untuk kepentingan penelitian surveilans dan epidemiologi seperti sero-survei. Pada tanggal 11 September 2020, WHO mengeluarkan panduan penggunaan pemeriksaan cepat berbasis Antigen sebagai salah satu alternatif yang dapat dipakai di situasi-situasi tertentu terutama pada wilayah yang memiliki keterbatasan akses untuk laboratorium PCR (WHOc, 2020). Saat ini belum ada terapi spesifik seperti antiviral yang direkomendasikan untuk COVID-19. Pengobatan yang diberikan adalah suportif dan simptomatik. Pemberian oksigen diindikasikan pada kasus-kasus dengan gangguan pernafasan. Ventilasi noninvasif (NIV) dan invasive mechanical ventilation (IMV) dapat diberikan sesuai dengan indikasi.

[8]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

2.5. Upaya Pencegahan Upaya-upaya pencegahan didasarkan pada mode penularan dari COVID-19. WHO merekomendasikan untuk sering mencuci tangan, menghindari kerumunan, menjaga jarak, penggunaan masker, isolasi bagi yang sakit dan karantina untuk kontak erat. Kombinasi isolasi dan pelacakan kontak dengan physical distancing dapat dengan efektif menurunkan angka penularan penyakit COVID-19 ( Kucharski, et.al 2020) 2.6. Herd Immunity dan Vaksin Konsep herd immunity (kekebalan komunitas) dalam kaitannya dengan pengendalian epidemi adalah suatu kondisi dimana sejumlah proporsi masyarakat telah memiliki kekebalan baik karena infeksi alami ataupun karena vaksin, yang mampu untuk menghentikan KLB lebih luas (Fontanet, et.al, 20200. Berapa proporsi populasi yang memiliki kekebalan untuk mencapai herd immunity dapat dihitung dengan menggunakan rumus untuk menurunkan angka reproduksi efektif (target) (Rt) <1, R target= (1-Pc)(1-Pi)Ro, dimana Pc merupakan penurunan relative terhadap infeksi karena intervensi non-farmasi, sedangkan Pi adalah proporsi individu yang kebal dan Ro adalah angka reproduksi dasar (R naught). Jika kita anggap tidak ada intervensi non-farmasi (Pc=0) maka R<1, dimana R=(1-Pi)Ro, sehingga kita bisa menghitung proporsi individu yang perlu untuk mendapatkan kekebalan adalah Pi=1-1/Ro. Penghitungan ini akan bisa berbeda disetiap wilayah tergantung dengan ada/tidaknya intervensi lain, kelompok usia dan sebagainya (Britton, et.al. 2020). Namun perlu dicatat bahwa COVID-19 ini memiliki infection fatality rate (IFR) sebesar 0,3-1,3%, sehingga konsekuensi jika menggantungkan herd immunity ini pada proses alamiah akan sangat besar, terutama kematian pada kelompok-kelompok berisiko tinggi seperti orang lanjut usia dan yang memiliki penyakit penyerta (Salje, H. et.al, 2020). Sehingga vaksin merupakan salah satu alternatif paling aman untuk mencapai herd immunity. Untuk itu perlu dilakukan prioritisasi terutama pemberian vaksin kepada kelompok-kelompok yang potensi terpapar tinggi seperti petugas kesehatan dan populasi berisiko untuk menjadi parah seperti orang lanjut usia dan orang dengan penyakit penyerta. Upaya-upaya pencegahan harus tetap dilakukan maksimal. 2.6.1. Pengembangan Vaksin COVID-19 Saat ini banyak perusahaan vaksin berupaya untuk mengembangkan vaksin COVID-19. Per tanggal 30 September 2020, menurut dokumen DRAFT landscape of COVID-19 candidate vaccines yang dilaporkan didalam website WHO, terdapat 41 kandidat vaksin yang sedang dalam tahap uji klinik dan 151 kandidat vaksin yang ada dalam tahap pre-klinik. Pemberian vaksin ini diharapkan mampu memberikan kekebalan komunitas dan mampu mengendalikan pandemic. Pengendalian pandemic dengan intervensi vaksin (intervensi farmakologis) sangat bergantung pada kapan vaksin ini diberikan. Terdapat 2 skenario pemberian vaksin dalam kaitannya dengan pengendalian pandemic. Gambar 3 dibawah ini merupakan 2 skenario pemberian vaksin. A. Menggambarkan situasi untuk COVID-19 dimana vaksin baru tersedia pada masa pandemic. B. Situasi jika vaksin sudah

[9]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

ada sejak awal pandemi (tidak sesuai untuk kondisi pandemi COVID-19 saat ini. (Speiser, Bachmann, 2020)

Gambar 3 Skenario efek vaksinasi

Gambar 4 Mekanisme aksi kandidat vaksin COVID-19 (Pandey SC, et.al. 2020) Saat ini mekanisme aksi dari kandidat vaksin yang ada dibedakan menjadi 3 yaitu 1) Recombinant virus vectors bekerja mirip seperti antigen endogenus yang memicu

[10]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

respon cell mediated immune (CMI) 2) DNA Vaccine yang memicu respon imun humoral dan respon CMI 3) mRNA vaccine yang memicu respon imun humoral (Pandey SC, et.al, 2020) Upaya telah dilakukan untuk mengeksplorasi vaksin yang ideal untuk SARS-CoV-2 yaitu berupa vaksin inaktivasi /inactivated virus vaccines, virus rekombinan, vaksin subunit, vaksin DNA dan vaksin yang dilemahkan (See R, et.al. 2020). Tabel dibawah ini tentang jenis, kelebihan dan kekurangan masing-masing vaksin (Pandey SC, et.al, 2020). Tabel 1. Jenis-jenis Vaksin beserta Kelebihan dan Kekurangannya Strategi Vaksin Berbasis nukleotida

Kandidat Platform Vaksin DNA S, M, dan N genes

Vaksin mRNA mRNA-1273 dan BNT162 encoding S protein

Vaksin Subunit

Vaksin dilemahkan

Spike glycoproteins (S), membrane protein (M), nucleoprotein (N)

yang Gene deletion dari berbagai gen

[11]

Kelebihan Sederhana, stabil, aman dan mudah untuk diproduksi, cost-effective, memicu neutralizing antibody, respon human monoclonal antibody dan cytotoxic Tlymphocyte Mudah untuk didesain, produksi yang cepat, mudah dan cost effective; lebih aman dibandingakan dengan inactivated atau protein-based vaccine karena bebas dari kontaminasi protein; memicu respon imun humoral dan seluler Profil keamanan tinggi, risiko rendah untuk menimbulkan efek samping inokulasi; antigen murni (atau fragmen tertentu dari antigen), memicu T dan B cell mediated immunity Dapat bertahan dalam periode lebih

Kekurangan Immongenisitas rendah dibandingkan dengan inactivated dan live-attenuated; memerlukan alat pemberian tambahan

Unprotected naked mRNA alone tidak stabil sehingga membutuhkan karier yang efisien dan mampu memasukkan mRNA kedalam bentuk yang injectable.

Membutuhkan adjuvant yang sesuai; costeffectiveness; immunogenicity yang rendah

Risiko berubah menjadi bentuk yang

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

esensial (S, N, E gen), nonstructural protein (nsp) encoding genes

Vaksin inaktivasi Inactivated (Inactivated virus whole killed vaccine) (WKV)

lama, menunjukkan keseluruhan viral antigen terhadap sistem imun host, efisien untuk memicu respon sytotoxic Tcell yang kuat atau Pengembangan virus cepat; efisien untuk memicu kekebalan dan perlindungan terhadap virus; efisien untuk memicu neutralizing antibody; dapat diformulasikan dengan beberapa adjuvant yang berbeda.

virulen; membutuhkan coldchain yang kuat; tidak cocok untuk infant, orang dengan immunocompromised atau lanjut usia Hipersensitivity Th2bias

Tabel dibawah ini adalah beberapa contoh kandidat vaksin yang saat ini sudah memasuki tahap uji klinik fase 3 beserta keterangan tentang dosis, waktu pemberian dan rute pemberian vaksin. Tabel 2. Kandidat Vaksin yang Sudah Memasuki Uji Klinik Fase 3 No

Produsen/ Pengembang

Platform

Dosis

Vaksin

Waktu

Rute

pemberian (hari

Pemberian

ke-) 1

Sinovac

2

Wuhan Biological

institute

Inactivated

2

0, 14

IM

of Inactivated

2

0, 21

IM

2

0, 21

IM

Product/

Sinopharm 3

Beijing Biological

Institute

of Inativated

Product/

Sinopharm 4

University of Oxford/ Astra NonZeneca

1

IM

replicating viral vector

5

Gamaleya Insitute

Research Non-

2

replicating viral vector

[12]

0, 21

IM

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

6

BioNTech/Fosum

RNA

2

0, 28

IM

Pharma/Pfizer Sumber: https://www.who.int/publications/m/item/draft-landscape-of-covid-19candidate-vaccines per 30 September. Disclaimer: Dokumen ini hanya sebagai contoh, dan bukan sebagai bentuk endorsement terhadap produk-produk yang disebutkan. Vaksin Merah Putih Indonesia melalui konsorsium riset dan Inovasi COVID-19, melalui Lembaga Biologi Molekuler Eijkman juga mengupayakan pengembangan vaksin Covid-19 merah putih. Secara paralel, upaya mendapatkan vaksin juga dilakukan melalui kerja sama dengan pengembang vaksin lain, seperti Bio Farma dengan Sinovac, Kalbe Farma dengan Genexine dan BCHT Bioteknologi Indonesia dengan Sinopharm. Vaksin Merah Putih merupakan vaksin asli Indonesia yang saat ini dikembangkan oleh Lembaga Eijkman. Vaksin merah putih ini akan menggunakan isolate virus dari Indonesia. Platform vaksin merah putih ini adalah protein rekombinan Sub-unit virus SARSCoV-2 dengan target protein S (spike) dan Protein N (Nukleokapsid).Terkait kesiapan vaksin Merah Putih, saat ini Lembaga Eijkman sedang melakukan studi preklinik yang dimulai dari awal yaitu dari identifikasi antigen, pembuatan seed vaksin, prototype, selanjutnya penyerahan ke Bio Farma untuk di upscaling, uji pre-klinik, uji klinik fase 1-3, dan selanjutnya registrasi. Rencana akan dilakukan uji klinis pada kuartal 1 pada tahun 2021 sampai dengan 2022.

[13]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB III

PERSIAPAN PELAYANAN IMUNISASI COVID-19

[14]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB III PERSIAPAN PELAYANAN IMUNISASI COVID-19 3.1 Sasaran Kegiatan Sasaran kegiatan imunisasi COVID-19 adalah kelompok rentan yang berusia 18 – 59 tahun yaitu : 1. Tenaga kesehatan dan semua petugas yang bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia 2. Kelompok prioritas lainnya yang ditetapkan berdasarkan kajian epidemiologi dan kebijakan operasional imunisasi COVID-19, diantaranya : a. Petugas pelayanan publik (essensial worker) dimana dalam pelaksanaan tugasnya berhadapan langsung dengan masyarakat misalnya TNI – Polri, petugas bandara, stasiun kereta api, pelabuhan, pemadam kebakaran, PLN, PAM yang bertugas di lapangan, dll . b. Kelompok risiko tinggi/high risk lain: ● Kelompok pekerja yang merupakan kelompok usia produktif dan berkontribusi dalam sektor perekonomian termasuk sektor pendidikan. ● Populasi lainnya: penduduk yang tinggal di tempat berisiko tinggi (rumah jompo, kawasan padat penduduk, populasi di kluster seperti asrama, pondok pesantren dan kelompok kluster lainnya. c. Kontak erat COVID-19 Kontak erat merupakan orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi COVID-19. d. Administrator pemerintahan yang terlibat dalam memberikan layanan publik. 3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Secara nasional, kegiatan pemberian imunisasi COVID-19 dilaksanakan mulai awal tahun 2021 secara bertahap dengan mempertimbangkan kajian epidemiologi, ketersediaan vaksin COVID-19 dan sarana pendukung lainnya. Pemberian imunisasi COVID-19 dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan pada tempat pelayanan sebagai berikut: 1. Puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling; 2. Fasilitas kesehatan lainnya, baik pemerintah maupun swasta, yang memberikan layanan imunisasi dan telah terdaftar di Dinas Kesehatan setempat; 3. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) beserta fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya; 4. Pos imunisasi lainnya.

3.3 Tujuan Pemberian Imunisasi COVID-19 1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19

[15]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

2.

Memutus transmisi / penularan melalui kekebalan komunitas yang terbentuk dengan cakupan pemberian imunisasi yang tinggi dan merata sehingga dapat memulihkan sektor-sektor penting dalam pembangunan nasional yang meliputi perekonomian, pendidikan, sosial budaya dan lain – lain.

3.4. Penyusunan Mikroplaning Mikroplaning adalah proses penyusunan perencanaan di masing-masing jenjang administrasi mulai dari analisis situasi, identifikasi masalah, penetapan tujuan, penentuan strategi, identifikasi sumber daya dan penyusunan dokumen perencanaan. Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting dalam pengelolaan program imunisasi. Dengan perencanaan yang baik, kegiatan pelayanan imunisasi diharapkan dapat berjalan dengan baik pula. Dalam melaksanakan kegiatan pemberian imunisasi COVID-19, mikroplaning disusun di semua tingkatan administrasi baik di pusat maupun daerah sesuai dengan tugas masing-masing dan memperhitungkan data dasar (jumlah sasaran, pos pelayanan, tenaga pelaksana, daerah sulit, dll). 3.4.1. Pemetaan dan Jadwal Pelaksanaan Kegiatan pemberian imunisasi COVID-19 harus menjangkau semua sasaran imunisasi sehingga kabupaten/kota dan puskesmas perlu melakukan pemetaan berdasarkan tingkat risiko dan kesulitannya. Dalam penyusunan mikroplaning, setiap puskesmas harus membuat jadwal pelaksanaan untuk setiap pos pelayanan termasuk jejaring fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang mencantumkan nama petugas dan supervisor, tanggal pelaksanaan, dan jumlah sasaran. Setiap kabupaten/kota harus memiliki jadwal pelaksanaan atau mikroplanning dari setiap puskesmas dan menyusun jadwal monitoring pelaksanaan dengan mencantumkan nama petugas kabupaten/kota yang bertanggung jawab sebagai supervisor. a. Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota 1) Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bersama dengan Puskesmas melakukan pendataan jumlah rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang dapat memberikan dukungan pelayanan imunisasi COVID19 termasuk kapasitas SDM dan sarana yang tersedia di setiap fasilitas pelayanan kesehatan tersebut menggunakan Lampiran 3. Pendataan dapat dilakukan dengan memanfaatkan sistem informasi yang ada atau sumber data lainnya seperti dashboard vaksinasi COVID-19. 2) Jumlah Sasaran Dinas Kesehatan Provinsi bersama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pendataan sasaran tenaga kesehatan dan petugas pendukung lainnya di seluruh rumah sakit. Selain itu, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota juga membantu Puskesmas dalam melakukan pendataan sasaran tenaga kesehatan dan petugas pendukung lainnya di FKTP jejaring Puskesmas serta sasaran prioritas lainnya. Pendataan sasaran menggunakan Lampiran 2. Pendataan sasaran dapat dilakukan sebagai berikut:

[16]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

a. Pendataan langsung, dengan dibantu oleh kader maupun relawan; b. Pendataan dengan memanfaatkan berbagai sumber data, yaitu:  Data kunjungan keluarga sehat dari PIS – PK  Data kepesertaan BPJS  Data kependudukan dari Kantor Kecamatan dan Kelurahan setempat  Dashboard vaksinasi COVID-19 3) Kebutuhan logistik. ● Kebutuhan Vaksin Vaksin yang digunakan dalam kegiatan ini adalah vaksin COVID-19 dengan perhitungan kebutuhan vaksin sebagai berikut: Vaksin COVID 19 =

Jumlah sasaran usia 18 – 59 tahun x jumlah pemberian Indeks Pemakaian

Jumlah indeks pemakaian minimal tergantung pada kemasan vaksin COVID-19 yang dipakaisebagai berikut: Tabel 3. Kemasan Vaksin dan IP Minimal Kemasan (Dosis per Vial) 5 10 20

Indeks Pemakaian Minimal* 4,5 9 18

● Kebutuhan Auto Disable Syringe (ADS) dan Safety Box Kebutuhan ADS 0,5 ml : (∑ sasaran + 5 % sebagai cadangan) x jumlah pemberian Kebutuhan Safety Box ukuran 2,5 L: ∑ ADS / 50 Kebutuhan Safety Box ukuran 2,5 L: ∑ ADS / 100 ● Kebutuhan perlengkapan anafilatik Sebagai antisipasi bila terjadi syok anafilatik, maka setiap tempat pelayanan wajib menyediakan 1 set perlengkapan anafilaktik yang mudah dijangkau dan ditempatkan di ruang pelayanan imunisasi. ● Kebutuhan logistik PPI (Prinsip Pencegahan Infeksi), termasuk di dalamnya adalah Alat Pelindung Diri (APD). Perhitungan berdasarkan rekapitulasi kebutuhan di tingkat puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. ● Kebutuhan format pencatatan dan pelaporan serta materi KIE Perhitungan berdasarkan rekapitulasi kebutuhan di tingkat puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya

[17]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

4) Ketersediaan sarana rantai vaksin (cold chain). Petugas imunisasi provinsi maupun kabupaten/kota harus melakukan inventarisasi jumlah dan kondisi cold chain (vaccine refrigerator, cool pack, cold box, vaccine carrier, dsb) termasuk alat pemantau suhu yang ada saat ini, serta kekurangannya di tingkat provinsi, kabupaten/kota maupun puskesmas, jika terjadi kekurangan perlu melakukan upaya untuk mengatasinya. Jika sarana penyimpanan vaksin dinilai kurang dan penambahan vaccine refrigerator belum memungkinkan, maka frekuensi pendistribusian vaksin dapat disesuaikan. 5) Tenaga Pelaksana Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota harus mengidentifikasi kebutuhan jumlah tenaga kesehatan sebagai pelaksana baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota, puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya serta memberi bantuan apabila terdapat kekurangan tenaga pelaksana dengan melibatkan tenaga kesehatan dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya termasuk swasta dan organisasi profesi. b.

Tingkat Puskesmas Puskesmas menyusun mikroplaning yang lebih rinci yang terdiri dari : 1) Jumlah Fasilitas Pelayananan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Puskesmas dibantu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pendataan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan pelayanan imunisasi serta telah terdaftar di Dinas Kesehatan setempat yang berada di wilayah kerja Puskesmas, termasuk kapasitas SDM dan sarana untuk mendukung pelayanan imunisasi COVID-19 dalam rangka meningkatkan jangkauan layanan imunisasi COVID-19. Pendataan menggunakan Lampiran 3. 2) Jumlah sasaran Puskesmas dibantu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pendataan sasaran tenaga kesehatan dan petugas pendukung lainnya di seluruh FKTP jejaring Puskesmas serta sasaran prioritas lainnya dengan menggunakan Lampiran 2 melalui mekanisme sebagai berikut: c. Pendataan langsung, dengan dibantu oleh kader maupun relawan; d. Pendataan dengan memanfaatkan berbagai sumber data, yaitu:  Data kunjungan keluarga sehat dari PIS – PK  Data kepesertaan BPJS  Data kependudukan dari Kantor Kecamatan dan Kelurahan setempat  Dashboard vaksinasi COVID-19 Pendataan dikelompokkan berdasarkan sasaran prioritas rencana pemberian layanan imunisasi.

[18]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

3) Kebutuhan logistik ● Kebutuhan Vaksin Vaksin yang digunakan dalam kegiatan ini adalah vaksin COVID-19 dengan perhitungan kebutuhan vaksin sebagai berikut: Vaksin COVID 19 =

Jumlah sasaran usia 18 – 59 tahun x jumlah pemberian Indeks Pemakaian

● Kebutuhan Auto Disable Syringe (ADS) dan Safety Box Kebutuhan ADS 0,5 ml : (∑ sasaran + 5 % sebagai cadangan) x jumlah pemberian Kebutuhan Safety Box ukuran 2,5 L: ∑ ADS / 50 Kebutuhan Safety Box ukuran 5 L: ∑ ADS / 100 ● Kebutuhan perlengkapan anafilatik Sebagai antisipasi bila terjadi syok anafilatik, maka setiap tempat pelayanan wajib menyediakan 1 set perlengkapan anafilaktik, oksigen, cairan dan infus set. ● Kebutuhan logistik PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi), termasuk di dalamnya adalah Alat Pelindung Diri (APD) Kebutuhan logistik Alat Pelindung Diri (APD) bagi petugas saat pelayanan imunisasi: o Masker medis = jumlah petugas x jumlah hari pemberian imunisasi (Ket: maskes medis dapat dipakai maksimal 4 jam, atau diganti lebih sering apabila basah, robek atau rusak) o Face shield (bila tersedia) = jumlah petugas o Sarung tangan (bila tersedia) = jumlah sasaran o Apron (bila tersedia) = sesuai kebutuhan o Hand sanitizer = sesuai kebutuhan o Sabun cair dan air mengalir = sesuai kebutuhan o Cairan disinfektan = sesuai kebutuhan ● Kebutuhan format pencatatan dan pelaporan serta materi KIE Perhitungan berdasarkan pada kebutuhan, melalui koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 4)

Distribusi dan vaksin Pengelola imunisasi di Puskesmas sebaiknya sudah melakukan perencanaan kebutuhan untuk imunisasi rutin dan imunisasi masal COVID-19 sebagai dasar penyesuaian perencanaan frekuensi pengambilan atau pendistribusian vaksin yang disesuaikan dengan kapasitas refrigerator. Perencanaan distribusi vaksin dan logistik, perlu mencantumkan jadwal distribusi dan perhitungan serta sumber pembiayaan yang dibutuhkan. Logistik didistribusikan sampai ke Puskesmas paling lambat satu minggu sebelum pelaksanaan

[19]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

5) Tenaga pelaksana Puskesmas harus menghitung perkiraan kebutuhan tenaga pelaksana berdasarkan estimasi jumlah jumlah sasaran, hari pelaksanaan, pos pelayanan serta jumlah sesi pelayanan per hari. Tenaga pelaksana (satu tim) pelaksana kegiatan pemberian imunisasi COVID-19 untuk tiap sesi terdiri dari: a. Petugas pendaftaran/verifikasi b. Petugas untuk mengatur alur kelancaran pelayanan c. Petugas skrining (anamnesa) dan pemeriksaan fisik sesuai dengan komorbid yang diidentifikasikan serta pemberian edukasi. d. Petugas pemberi imunisasi COVID-19 dibantu oleh petugas yang menyiapkan vaksin e. Petugas untuk melakukan pencatatan hasil imunisasi. Rangkaian pemeriksaan dan pelayanan imunisasi COVID-19 untuk satu orang diperkirakan sekitar 15 menit. Satu vaksinator (perawat, bidan, dan dokter) diperkirakan mampu memberikan pelayanan maksimal 40 - 70 sasaran per hari. Jumlah sasaran per sesi pelayanan adalah sekitar 10-15 orang. Cara perhitungan kebutuhan tenaga pelaksana yang dibutuhkan per hari:



Jumlah sasaran per hari =



Jumlah



Jumlah



Jumlah tenaga yang dibutuhkan per hari = jumlah pos imunisasi per hari x (1 vaksinator + 2 nakes lain + 2 kader). Catatan: jumlah tim dapat menyesuaikan dengan ketersediaan tenaga

sesi

pelayanan

pos

yang

direncanakan

imunisasi

per

per

hari

hari

Tabel 4. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Pelaksana per hari

Desa/Kel

Jumlah Sasaran

Jumlah hari pelaksanaan

Jumlah sesi pelayanan yang direncanakan per hari

Jumlah sasaran per hari

[20]

Jumlah pos imunisasi per hari

Jumlah tenaga yg dibutuhkan per hari

=

=

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Tabel 5. Contoh Perhitungan Kebutuhan Tenaga Pelaksana per Hari

Desa/Kel

A

B

Jumlah Sasaran

Jumlah hari pelaksan aan

1.000

10

500

10

Jumlah sasaran per hari

Jumlah sesi pelayanan yang direncanaka n per hari (asumsi jml sasaran per 1 sesi: 10 orang)

100

10

50

5

Jumlah pos/fasyank es per hari Misal: Jumlah sesi per 1 hari dalam 1 pos adalah 2.

5

3

Jumlah tenaga yg dibutuhkan per hari (1 pos minimal 1 vaksinator, 2 nakes lain dan 2 kader) 5 vaksinator 10 Nakes lain 10 kader 3 vaksinator, 6 nakes lain 6 kader

Perhitungan kebutuhan vaksin dan logistik, inventarisasi sarana cold chain dan perhitungan kebutuhan tenaga pelaksana menggunakan Lampiran 5

3.5 Pembentukan Kelompok Kerja Pelaksanaan Pemberian Imunisasi COVID-19 Pembentukan dan pengaktifan kelompok kerja sangat diperlukan dalam pelaksanaan pemberian imunisasi COVID-19. Kelompok kerja harus melibatkan seluruh lintas program di lingkungan sektor kesehatan serta lintas sektor terkait termasuk organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan dan organisasi keagamaan. Kelompok kerja dapat terdiri dari 5 bidang dengan peran dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Bidang Perencanaan, dengan uraian tugas yaitu:  Melakukan analisis situasi;  Menyusun rencana kerja kegiatan pelaksanaan imunisasi COVID-19;  Menyusun rencana anggaran dan memastikan ketersediaannya sesuai kebutuhan;  Melakukan asistensi dan koordinasi dengan Bidang Perencanaan Pokja Pelaksanaan Pemberian Imunisasi COVID-19 tingkat administrasi di bawahnya. b. Bidang Logistik  Menghitung dan menyusun usulan permintaan kebutuhan vaksin COVID-19 dan logistik lainnya;  Menyusun rencana distribusi serta memantau proses distribusi vaksin COVID-19 dan logistik lainnya;  Melakukan inventarisasi terhadap sarana dan peralatan rantai vaksin (cold chain) serta mengatasi bila terjadi kekurangan;  Melakukan koordinasi dalam mengidentifikasi kapasitas pengelolaan limbah

[21]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

medis dan mengatasi bila terjadi masalah;  Melakukan asistensi dan koordinasi dengan Bidang Logistik Pokja Pelaksanaan Pemberian Imunisasi COVID-19 tingkat administrasi di bawahnya. c. Bidang Pelaksanaan  Melakukan pendataan terhadap sasaran prioritas;  Melaksanakan pelatihan imunisasi COVID-19 untuk tenaga pelaksana imunisasi;  Melaksanakan sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan imunisasi COVID-19 kepada seluruh lintas program dan lintas sektor terkait; dan  Melakukan asistensi dan koordinasi dengan Bidang Pelaksanaan Pokja Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 tingkat administrasi di bawahnya. d. Bidang Komunikasi  Menyusun dan mengkaji materi Komunikasi Informasi, dan Edukasi (KIE) pelaksanaan imunisasi COVID-19, termasuk materi/konten untuk disebarluaskan melaui media massa dan media sosial;  Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan pihak media massa dan media sosial dalam rangka sosialisasi atau publikasi kegiatan pelaksanaan imunisasi COVID-19;  Melakukan liputan dan pendokumentasian kegiatan;  Melakukan upaya komunikasi risiko untuk mengatasi penolakan atau penyebarluasan pesan-pesan negatif; dan  Melakukan asistensi dan koordinasi dengan Bidang Komunikasi Pokja Pelaksanaan imunisasi COVID-19 tingkat administrasi di bawahnya. e. Bidang Monitoring dan Evaluasi  Melakukan pemantauan terhadap proses persiapan dan pelaksanaan imunisasi COVID-19;  Melakukan koordinasi dalam pengumpulan dan pengolahan data hasil kegiatan imunisasi COVID-19;  Melakukan penilaian cepat hasil pelaksanaan imunisasi COVID-19;  Memantau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi dan penanggulangannya;  Menyusun laporan hasil monitoring dan evaluasi imunisasi COVID-19; dan  Melakukan asistensi dan koordinasi dengan Bidang Monitoring dan Evaluasi Pokja Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 tingkat administrasi di bawahnya.

3.6 Advokasi dan Penggerakan Masyarakat a. Advokasi dan diseminasi informasi Sebelum pelaksanaan kegiatan, perlu dilakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah tingkat provinsi (Gubernur) dan kab/kota (Bupati/Walikota) serta DPRD provinsi dan kab/kota sebagai penanggung jawab daerah. Diseminasi informasi bertujuan untuk memperoleh dukungan dari lintas program dan lintas sektor terkait demi suksesnya penyelenggaraan kegiatan. Lintas program yang dapat dilibatkan antara lain: bidang Kesehatan Masyarakat, Promosi Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Bina Program, dan Farmasi. Lintas sektor terkait yang dapat dilibatkan secara aktif dalam kegiatan antara lain: Dinas

[22]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Komunikasi dan Informasi, Dinas Tenaga Kerja, Bappeda, TNI/Polri, tokoh agama/tokoh masyarakat, LSM, PKK, BKKBN, organisasi profesi, organisasi keagamaan, organisasi masyarakat, dunia usaha, dan media massa seperti koran lokal, radio RRI /swasta, TV lokal, media sosial. Informasi yang penting untuk diberikan adalah jenis imunisasi dan manfaat, tanggal pelaksanaan, lokasi pelaksanaan, melaksanakan protokol kesehatan ketika mendatangi pos imunisasi (contoh: penggunaan masker kain, jaga jarak, dll). b. Penggerakan masyarakat Penggerakan masyarakat melalui: ● Informasi melalui media cetak, media elektronik, dan media sosial tentang pelaksanaan Kegiatan Pemberian Imunisasi COVID-19 ● PKK, kader kesehatan, dan komponen masyarakat lain dengan memberitahukan kepada sasaran tentang hari, tanggal, waktu dan lokasi fasilitas pelayanan imunisasi. ● Pemberitahuan kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, pengumuman langsung melalui tempat-tempat ibadah (Mesjid, Gereja, Pura, Kelenteng, dll). ● Pemasangan media KIE di tempat-tempat yang strategis.

3.7 Evaluasi Persiapan Evaluasi persiapan dilakukan menggunakan daftar tilik readiness assessment terlampir yang akan dijelaskan secara rinci pada bab Monitoring dan Evaluasi.

[23]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB IV PELAKSANAAN PELAYANAN IMUNISASI COVID-19

[24]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB IV PELAKSANAAN PELAYANAN IMUNISASI COVID-19 4.1 Prinsip Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Prinsip – prinsip yang harus menjadi acuan dalam melaksanakan pelayanan imunisasi COVID-19 yaitu: 1. Pemberian imunisasi COVID-19 dilakukan oleh dokter, perawat atau bidan yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta yang menjadi tempat pelaksanaan pelayanaan imunisasi COVID-19. 2. Pelaksanaan pelayanan imunisasi COVID-19 tidak menganggu pelayanan imunisasi rutin dan pelayanan kesehatan lainnya; 3. Pelayanan imunisasi dapat dilakukan di puskesmas dan jaringan pelayanannya (puskesmas pembantu dan puskesmas keliling) maupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang memberikan layanan imunisasi sesuai aturan dan kebijakan pemerintah daerah setempat ; 4. Memberikan kartu undangan kepada sasaran prioritas sebelum pelaksanaan pemberian imunisasi dan setelah sasaran mendapatkan imunisasi diberikan kartu imunisasi sebagai bukti (desain undangan dan kartu imunisasi dapat dilihat pada Lampiran 22 dan 23); 5. Melakukan skrining/penapisan terhadap status kesehatan sasaran sebelum dilakukan pemberian imunisasi, baik terkait penyakit penyerta (komorbid) maupun status infeksi/penyakit COVID-19 nya ; 6. Menerapkan protokol kesehatan; serta 7. Mengoptimalkan kegiatan surveilans COVID-19 termasuk pelaporannya Pelayanan imunisasi dilaksanakan berdasarkan pertimbangan risiko dan manfaat. Dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas harus melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Melakukan penilaian dan pemetaan risiko berdasarkan analisis epidemiologi transmisi lokal COVID-19 dan besaran target sasaran; 2. Menyusun rekomendasi berlangsungnya pelaksanaan pelayanan imunisasi di wilayah kerjanya; 3. Melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah setempat untuk memperoleh dukungan dari pimpinan daerah beserta seluruh perangkat daerah baik dari segi kebijakan maupun operasional agar pelayanan imunisasi dapat berjalan dengan baik untuk memberikan perlindungan optimal kepada sasaran; 4. Melaksanakan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait termasuk organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, tokoh masyarakat, dan tokoh agama dalam pelayanan imunisasi COVID-19. 5. Melakukan monitoring intensif terhadap cakupan imunisasi COVID-19 untuk memastikan semua sasaran mendapatkan imunisasi serta surveilans untuk mendapatkan gambaran tingkat perlindungan di masyarakat dan untuk mengidentifikasi kelompok masyarakat yang berisiko tinggi.

[25]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Apabila berdasarkan penilaian dan pemetaan risiko disimpulkan bahwa pelayanan imunisasi tidak mungkin dilaksanakan, maka petugas (dibantu kader kesehatan) harus mencatat sasaran yang belum mendapatkan pelayanan imunisasi untuk diprioritaskan pada kesempatan pertama saat pelayanan imunisasi dapat diberikan. Pada puskesmas, puskesmas pembantu, serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang biasanya memberikan layanan imunisasi rutin, maka pelayanan imunisasi rutin dapat tetap dilaksanakan sesuai jadwal yang telah disusun dan menambahkan jadwal pelaksanaan imunisasi COVID-19 dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan bagi masyarakat di wilayah kerja puskesmas yang belum terjangkau oleh pelayanan dalam gedung karena berbagai alasan, seperti kesulitan menjalankan pelayanan imunisasi di puskesmas/fasyankes atau keraguan masyarakat pergi ke puskesmas/fasyankes karena khawatir akan penularan COVID-19, maka imunisasi dapat dilakukan dengan puskesmas keliling. Pemberian pelayanan imunisasi COVID-19 melibatkan peran swasta yang telah memiliki kerjasama dengan Dinas Kesehatan kabupaten/kota setempat sebagai bagian dari upaya Public Private Mix (PPM) melalui koordinasi dengan Pemerintah Daerah kabupaten/kota.

Gambar 5 Jejaring Layanan Imunisasi 4.2 Ketentuan Ruang dan Waktu Pelayanan Imunisasi Pelayanan imunisasi COVID-19 harus menerapkan protokol kesehatan, meliputi pengaturan ruangan, pengaturan waktu layanan dengan mempertimbangkan jumlah sasaran maksimal per sesi serta ketersediaan vaksinator dan kader. Pemerintah Daerah dapat membentuk tim pengawas pelaksanaan layanan imunisasi COVID-19 ini agar tetap berjalan sesuai dengan aturan protokol kesehatan. a. Ketentuan Ruang/Tempat Pelayanan Imunisasi: 1) Menggunakan ruang/tempat yang cukup luas dengan sirkulasi udara yang baik (dapat juga mendirikan tenda di lapangan terbuka). Bila menggunakan kipas angin,

[26]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

2) 3) 4) 5) 6)

letakkan kipas angin di belakang petugas kesehatan agar arah aliran udara kipas angin mengalir dari tenaga kesehatan ke sasaran imunisasi; Memastikan ruang/tempat pelayanan imunisasi bersih dengan membersihkan sebelum dan sesudah pelayanan dengan cairan disinfektan; Tersedia fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau hand sanitizer; Atur meja pelayanan antar petugas agar menjaga jarak aman 1 – 2 meter. Ruang/tempat pelayanan imunisasi hanya untuk melayani orang sehat; Sediakan tempat duduk bagi sasaran imunisasi untuk menunggu sebelum imunisasi dan 30 menit sesudah imunisasi dengan jarak aman antar tempat duduk 1 – 2 meter. Atur agar tempat/ruang tunggu sasaran yang sudah dan sebelum imunisasi terpisah. Jika memungkinkan tempat untuk menunggu 30 menit sesudah imunisasi di tempat terbuka. Meja 1

Meja 2 (disarankan >1 meja, sesuaikan dengan jumlah tenaga kesehatan yang ada)

Pendaftaran

Skrining

Pencatatan (validasi data)

Anamnesa

Meja 3 (disarankan >1 meja, sesuaikan dengan jumlah tenaga kesehatan yang ada, di dalam ruangan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan)

Edukasi Imunisasi COVID-19

Meja 4 Pencatatan Petugas mempersilakan sasaran untuk mengunggu 30 menit (antisipasi apabila ada KIPI)

Pemberian imunisasi

Gambar 6 Alur Pelayanan Pemberian Imunisasi COVID-19 di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Mekanisme/alur pelayanan baik di puskesmas, puskesmas pembantu maupun FKTP penyelenggara layanan imunisasi lainnya serta Rumah Sakit secara lebih rinci dijelaskan pada tabel 6 sebagai berikut: Tabel 6. Mekanisme/Alur Pelayanan Imunisasi di Fasyankes Meja Pelayanan

Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Klinik Imunisasi (FKTP jejaring layanan puskesmas)

Meja 1 (petugas pendaftaran)

1) Petugas pendaftaran memanggil calon penerima imunisasi ke meja 1 sesuai dengan no. urutan kedatangan 2) Petugas pendaftaran memastikan sasaran membawa undangan dan melakukan verifikasi data menggunakan lembar pendataan sasaran pada format mikroplaning Lampiran 2 (lembar ini dapat

[27]

Rumah Sakit

1) Petugas pendaftaran memanggil calon penerima imunisasi ke meja 1 sesuai dengan no. urutan kedatangan 2) Petugas pendaftaran memastikan sasaran membawa undangan atau surat pengantar rujukan bagi sasaran yang dirujuk oleh FKTP dan melakukan verifikasi data

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

di fotokopi terlebih dahulu sebelum pelayanan sebagai alat bantu verifikasi) 3) Petugas mengisi identitas di kartu imunisasi COVID-19, memberikan kartu tersebut dan mengarahkan sasaran ke Meja 2

menggunakan lembar pendataan sasaran pada format mikroplaning Lampiran 2 (lembar ini dapat di fotokopi terlebih dahulu sebelum pelayanan sebagai alat bantu verifikasi) 3) Petugas mengisi identitas di kartu imunisasi COVID-19, memberikan kartu tersebut dan mengarahkan sasaran ke Meja 2

Meja 2 (petugas kesehatan)

1) Petugas kesehatan melakukan anamnesa untuk melihat kondisi kesehatan dan mengidentifikasi penyakit penyerta (komorbid) serta melakukan pemeriksaan fisik sederhana (memeriksa suhu tubuh dan tekanan darah) menggunakan format skrining Lampiran 10 2) Petugas menentukan apakah pasien sehat atau ditunda/dirujuk 3) Sasaran yang memiliki penyakit penyerta (komorbid) tidak terkontrol dianjurkan untuk memperoleh imunisasi di Faskes Rujukan/Lanjutan oleh Dokter Ahli (diberikan surat pengantar rujukan Lampiran 11) 4) Petugas kesehatan mengisi format skrining dan menyerahkan kepada peserta 5) Sasaran yang dinyatakan sehat dan dapat diimunisasi saat ini di minta untuk melanjutkan ke Meja 3

[28]

1) Petugas kesehatan melakukan anamnesa untuk melihat kondisi kesehatan dan mengidentifikasi penyakit penyerta (komorbid) serta melakukan pemeriksaan fisik menggunakan format skrining Lampiran 10 2) Dokter ahli menentukan apakah pasien sehat/layak untuk diberikan imunisasi atau ditunda pemberian imunisasinya 3) Petugas kesehatan mengisi format skrining dan menyerahkan kepada peserta 4) Sasaran yang dinyatakan sehat dan dapat diimunisasi saat ini di minta untuk melanjutkan ke Meja 3

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Meja 3 (vaksinator)

Meja 4 (petugas pencatatan)

1) Sasaran membawa kartu imunisasi dan format skrining

1) Sasaran membawa kartu imunisasi dan format skrining

2) Peserta duduk dalam posisi yang nyaman

2) Peserta duduk dalam posisi yang nyaman

3) Petugas memberikan penjelasan singkat tentang vaksin yang akan diberikan, manfaat dan reaksi simpang (KIPI) yang mungkin akan terjadi dan upaya penanganannya

3) Petugas memberikan penjelasan singkat tentang vaksin yang akan diberikan, manfaat dan reaksi simpang (KIPI) yang mungkin akan terjadi dan upaya penanganannya

4) Petugas memberikan imunisasi secara intra muskular sesuai prinsip penyuntikan aman

4) Petugas memberikan imunisasi secara intra muskular sesuai prinsip penyuntikan aman

5) Selesai penyuntikan petugas meminta dan mengarahkan sasaran untuk ke Meja 4 dan menunggu selama 30 menit di ruang terpisah

5) Selesai penyuntikan petugas meminta dan mengarahkan sasaran untuk ke Meja 4 dan menunggu selama 30 menit di ruang terpisah

6) Pengaturan meja 3 juga perlu mempertimbangkan sasaran wanita berhijab yang membutuhkan ruang/area tertutup untuk membuka lengan baju ketika akan disuntik

6) Pengaturan meja 3 juga perlu mempertimbangkan sasaran wanita berhijab yang membutuhkan ruang/area tertutup untuk membuka lengan baju ketika akan disuntik

1) Sasaran menyerahkan kartu imunisasi dan format skrining

1) Sasaran menyerahkan kartu imunisasi dan format skrining

2) Petugas mengisi format pencatatan sesuai kartu imunisasi dan format skrining

2) Petugas mengisi format pencatatan sesuai kartu imunisasi dan format skrining

3) Petugas mengisi tanggal kembali untuk dosis kedua di kartu imunisasi dan menjelaskan kepada sasaran

3) Petugas mengisi tanggal kembali untuk dosis kedua di kartu imunisasi dan menjelaskan kepada sasaran

4) Petugas mempersilahkan untuk menunggu di ruang

4) Petugas mempersilahkan untuk menunggu di ruang

[29]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

observasi

observasi

Gambar 7 Contoh Pengaturan Ruang/Tempat Pelayanan Imunisasi Catatan : Pengaturan ruang/tempat pelayanan imunisasi dapat disesuaikan dengan situasi di fasilitas pelayanan kesehatan masing-masing dengan menerapkan prinsip PPI dan menjaga jarak aman 1 – 2 meter. Sekurang-kurangnya terdapat 1 vaksinator, 2 nakes lainnya dan 2 kader yang menjadi tim pelaksana imunisasi. b. Ketentuan Waktu Pelayanan Imunisasi: 1) Pelayanan di puskesmas tidak mengganggu jadwal pelayanan imunisasi rutin. Tentukan jadwal hari atau jam pelayanan khusus imunisasi COVID-19 di puskesmas dan sosialisasikan jadwal kepada kader dan masyarakat (dapat membuat WA grup dengan kader). 2) Jam layanan tidak perlu lama dan batasi jumlah sasaran yang dilayani dalam satu kali sesi pelayanan. Jika jumlah sasaran banyak bagi menjadi beberapa kali sesi pelayanan agar tidak terjadi penumpukan atau kerumunan orang. 3) Informasikan nomor telepon petugas kesehatan atau kader yang dapat dihubungi untuk membuat jadwal janji temu imunisasi yang akan datang. 4) Untuk layanan imunisasi COVID-19 di fasyankes lainnya seperti di RS/Klinik baik milik pemerintah maupun swasta yang telah memiliki kerjasama dengan Dinas Kesehatan kabupaten/kota setempat maka jadwal layanan dapat diatur dan disesuaikan dengan memperhatikan jadwal layanan kesehatan lainnya, pengaturan

[30]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

ruang dan alur pelayanan serta tetap memperhatikan protokol kesehatan dengan ketat.

4.3 Public Private Mix (PPM) pada Pelaksanaan Pemberian Imunisasi COVID-19 Dalam upaya peningkatan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata melalui peningkatan akses terhadap layanan imunisasi yang berkualitas dan sesuai standar, termasuk dalam rangka pelaksanaan pelayanan imunisasi COVID-19, dibutuhkan jejaring layanan imunisasi yang terintegrasi antar semua fasilitas pelayanan kesehatan yang ada baik di tingkat kecamatan, maupun kabupaten/kota. Penerapan jejaring tersebut dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sehingga diharapkan dapat meningkatkan jangkauan layanan sesuai standar nasional dan masuk dalam sistem pencatatan dan pelaporan. Pelaksanaan jejaring layanan imunisasi merupakan tanggung jawab Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan jajarannya, dengan melibatkan seluruh fasyankes baik pemerintah maupun swasta. Jejaring ini bisa menggunakan pendekatan (1) pemerintahpemerintah yaitu antara program imunisasi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan layanan imunisasi yang terdapat di fasyankes pemerintah seperti RSUD, RS TNI/Polri, dan puskesmas dan pendekatan (2) pemerintah-swasta yaitu program imunisasi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan layanan imunisasi yang terdapat di fasyankes swasta seperti RS, Bidan praktek mandiri/BPM, klinik imunisasi, dokter praktek mandiri, dll. Lingkup jejaring layanan imunisasi terdiri dari jaringan internal dan eksternal. Jejaring internal layanan imunisasi adalah jejaring seluruh program di puskesmas yang terlibat dalam layanan imunisasi baik secara langsung maupun tidak seperti program imunisasi, KIA, surveilans PD3I dan promkes. Jejaring internal ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama berbagai program yang terkait baik secara langsung maupun tidak dengan program imunisasi, menjangkau semua sasaran imunisasi sesuai kelompok usia yang tidak terjangkau melalui program imunisasi sehingga dapat memberikan imunisasi dengan tepat sesuai jenis dan usianya, serta memastikan setiap sasaran imunisasi mendapatkan layanan kesehatan yang komprehensif sesuai dengan kebutuhannya. Jejaring eksternal adalah hubungan koordinasi dan pembinaan antara pemberi layanan imunisasi oleh fasyankes dengan Tim Jejaring Layanan Imunisasi di Fasyankes Pemerintah dan Swasta, institusi/organisasi yang menaungi fasyankes tersebut maupun tenaga pelaksana imunisasinya, dengan masyarakat sebagai pengontrol jalannya jejaring tersebut.

[31]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Klinik, DPM, BPM

Gambar 8 Alur Jejaring Eksternal Layanan Imunisasi Koordinasi dilakukan untuk memastikan berfungsinya jejaring layanan imunisasi saling terintegrasi antar semua layanan, semua hasil pelayanan imunisasi tercatat dan terlaporkan dan dapat memberikan masukan kepada pemerintah khususnya kabupaten/kota terkait program imunisasi, dalam hal ini khususnya dalam pelaksanaan pelayanan imunisasi COVID-19.

4.4 4.4.1

Distribusi serta Manajemen Vaksin dan Logistik Distribusi Vaksin dan Logistik

Vaksin dan logistik yang disediakan oleh Pusat didistribusikan ke Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke Puskesmas. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang telah memiliki kerjasama dan akan memberikan layanan imunisasi COVID-19, dapat mengambil vaksin dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau puskesmas terdekat. Seluruh pihak terkait harus memastikan jadwal pengiriman vaksin dan logistik imunisasi dalam rangka menjamin ketersediaan vaksin dan logistik imunisasi pada beberapa tingkat administrasi di provinsi/kabupaten/kota serta puskesmas. Prinsip pelaksanaan tidak menganggu distribusi vaksin untuk pelayanan imunisasi rutin. Pada tingkat layanan puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya petugas disarankan untuk memantau ketersediaan stok vaksin, logistik dan APD, meninjau kapasitas rantai dingin, memastikan manajemen penyimpanan vaksin dan logistik imunisasi sesuai dengan SOP serta memodifikasi perencanaan, penerimaan dan jadwal distribusi vaksin saat diperlukan untuk menghindari beban berlebih pada rantai dingin. Hal ini merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam menjaga ketersediaan stok dan mencegah terjadinya kekosongan vaksin dan logistik imunisasi lainnya. Seluruh proses distribusi vaksin program sampai ke tingkat pelayanan harus mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar mampu memberikan kekebalan yang optimal kepada sasaran. Proses distribusi vaksin dan logistik imunisasi lainnya termasuk penyimpanan tetap dilaksanakan dengan memperhatikan protokol kesehatan serta Standar

[32]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Operasional Prosedur (SOP) manajemen rantai dingin yang berlaku. Adapun pelaksanaan hal tersebut adalah sebagai berikut: 1) Distribusi vaksin dan logistik imunisasi dilakukan dengan cara diantar oleh petugas kabupaten/kota atau dapat diambil oleh petugas puskesmas; 2) Distribusi vaksin dan logistik imunisasi dilakukan atas dasar permintaan resmi dari puskesmas dengan mempertimbangkan stok maksimum dan daya penyimpanan vaksin dan logistik di puskesmas; 3) Maksimal stok vaksin puskesmas adalah 1 bulan kebutuhan ditambah dengan 1 minggu cadangan atau dapat ditambah dengan mempertimbangkan adanya pembatasan perjalanan yang diberlakukan pemerintah setempat; 4) Distribusi vaksin wajib menggunakan cold box atau vaccine carrier disertai dengan cool pack untuk vaksin. Logistik imunisasi lainnya dapat menggunakan sarana pembawa kering lainnya; 5) Distribusi vaksin dan logistik imunisasi disertai dengan dokumen pengiriman berupa Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dan Vaccine Arrival Report (VAR); 6) Pada setiap cold box atau vaccine carrier disertai dengan indikator pembekuan; 7) Lakukan tindakan disinfeksi pada permukaan cold box atau vaccine carrier dengan menggunakan cairan disinfektan yang sesuai standar; 8) Menggunakan masker bedah/masker medis dan apabila diperlukan memakai sarung tangan pada saat penataan vaksin di vaccine refrigerator; 9) Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer sebelum dan sesudah menangani vaksin dan logistik imunisasi; 10) Pemantauan dan perekaman suhu vaccine refrigerator dilakukan 2 (kali) dalam satu hari; 11) Penyimpanan vaksin serta logistik imunisasi lainnya (Auto Disable Syringe/ADS dan Safety Box) mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku; 12) Beberapa ketentuan yang harus selalu diperhatikan dalam pemakaian vaksin secara berurutan adalah paparan vaksin terhadap panas (status VVM, masa kadaluwarsa vaksin, waktu pendistribusian/penerimaan serta ketentuan pemakaian sisa vaksin; 13) Distribusi vaksin pada fasilitas pelayanan kesehatan swasta dapat dilakukan dengan cara diantar oleh petugas puskesmas atau diambil oleh petugas fasilitas pelayanan kesehatan swasta atas dasar permintaan resmi dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan; 14) Pencatatan dan pelaporan penerimaan dan pengunaan vaksin harus tetap dilakukan dengan menggunakan format pelaporan yang telah ditetapkan. Dalam mikroplaning juga harus tercantum dengan jelas rencana distribusi logistik dan perhitungan serta sumber pembiayaan yang dibutuhkan. Logistik didistribusikan sampai ke Puskesmas paling lambat satu minggu sebelum pelaksanaan. Pertanggungjawaban biaya operasional disampaikan sesuai dengan sumber dananya, paling lambat satu minggu setelah pelaksanaan kegiatan. 4.4.2

Manajemen Vaksin dan Logistik

Penyimpanan vaksin dan logistik imunisasi dalam vaccine refrigerator harus sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam rangka menjamin kualitas vaksin tetap terjaga sampai diterima oleh sasaran. Penyimpanan vaksin untuk imunisasi rutin dengan

[33]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

target sasaran bayi dan vaksin untuk imunisasi COVID-19 dengan target sasaran orang dewasa perlu diatur secara terpisah dalam rak atau keranjang vaksin dalam rangka menghindari kesalahan pengambilan. Penyimpanan vaksin bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang belum memiliki vaccine refrigerator buka atas sesuai Pre-Kualifikasi WHO, masih dapat memanfaatkan lemari es domestik/ rumah tangga, dimana penataan vaksin dilakukan berdasarkan penggolongan sensitivitas terhadap suhu dan sesuai manajemen vaksin yang efektif. Tabel 7. Penggolongan Vaksin Berdasarkan Sensitivitasnya Terhadap Suhu

FS (Freeze Sensitive) tidak tahan beku

HS (Heat Sensitive) tidak tahan panas

Gol. vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin <00C (beku)

■ ■ ■ ■ ■ ■ ■

Hepatitis B Td DPT-HB-Hib DT TT IPV COVID-19*

Gol. vaksin yang akan rusak terhadap paparan panas yang berlebih (>340C)

■ ■ ■ ■

BCG POLIO CAMPAK MR

*Vaksin COVID-19 yang saat ini tersedia dengan platform inactivated merupakan golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin (beku) sehingga untuk penyimpanan sama seperti manajemen penyimpanan vaksin IPV. Vaksin dapat disimpan pada suhu 2 – 8⁰C dan dijauhkan dari evaporator. Untuk vaksin COVID-19 dengan platform lainnya mekanisme penyimpanan akan ditentukan kemudian.

Gambar 9.Contoh Penyimpanan Vaksin COVID-19 di Lemari Es Buka Atas dan Buka Depan

[34]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Pengelolaan vaksin pada saat pelayanan imunisasi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Petugas kesehatan atau petugas pemberi imunisasi (vaksinator) bertanggung jawab membawa vaccine carrier ke tempat pelayanan. 2. Saat pelayanan, Vaccine carrier jangan terpapar sinar matahari langsung. Pastikan Vaccine carrier dalam keadaan bersih sebelum digunakan. Vaksin yang sudah dipakai ditempatkan pada spons atau busa penutup vaccine carrier, sedangkan vaksin yang belum dipakai tetap disimpan di dalam vaccine carrier

Masukan Cool Pack

Masukan vaksin

Tutup rapat vaccine carrier

Gambar 10 . Penyimpanan Vaksin di Dalam Vaccine Carrier

3. Vaksin yang akan dipakai harus dalam kondisi baik : label masih ada, tidak terendam air, disimpan dalam suhu 2-8 oC, belum kadaluarsa dan VVM dalam kondisi A atau B.

Gambar 11. Status VVM Vaksin Keterangan: Belum ada kepastian apakah vaksin yang saat ini tersedia dilengkapi dengan VVM 4. Vaksin yang belum terbuka diberi tanda dan dibawa kembali ke ruang penyimpanan untuk disimpan di dalam vaccine refrigerator pada suhu 2 - 8oC. Vaksin tersebut didahulukan penggunaannya pada pelayanan berikutnya. 5. Penting untuk mencantumkan tanggal dan waktu pertama kali vaksin dibuka. 6. Saat sesi pelayanan sudah selesai setiap harinya, petugas bertanggung jawab mengembalikan sisa vaksin yang belum dibuka dan vaccine carrier ke ruang penyimpanan di puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan SOP, sedangkan safety box yang telah terisi disimpan di ruangan/tempat khusus yang diperuntukkan untuk menyimpan sementara limbah medis sebelum dikelola/dimusnahkan, jauh dari jangkauan pengunjung terutama anak-anak.

[35]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Vaksin harus digunakan secara efisien. Diharapkan agar dapat dicapai Indeks Pemakaian (IP) vaksin seoptimal mungkin. Tabel 8. Contoh Strategi yang Dapat Diterapkan Untuk Menjaga Indeks Pemakaian (IP): 1. Persiapan:









2. Pelaksanaan:

● ● ● ●

Lakukan pendataan sasaran sesuai yang disarankan dalam Petunjuk Teknis ini agar cukup waktu untuk membuat penjadwalan secara rinci. Sebisa mungkin penuhi daftar sasaran melalui janji temu agar hadir dalam jumlah yang sesuai IP (contoh, untuk vaksin 10 dosis, jadwalkan per 10 orang). Siapkan daftar petugas kesehatan dan kader yang akan terlibat, dan daftar tugas serta jadwal tugas agar pada hari pelaksanaan kegiatan dapat berjalan secara efisien. Libatkan kader dan anggota masyarakat lain dalam membantu mengingatkan jadwal imunisasi. Lakukan briefing pagi hari sebelum mulai pelaksanaan dan mulai koordinasikan pembagian tugas, jumlah sasaran, logistik. Buka vial satu, gunakan sampai habis sebelum membuka vial berikutnya. Selalu hindari pre-filling. Pastikan peserta imunisasi sudah hadir ditempat dan siap menerima imunisasi sebelum mengisi alat suntik. Limbah botol vaksin yang sudah dibuka, di kumpulkan dalam wadah tersendiri dan dihitung di hari sesi.

3. Lakukan evaluasi harian untuk menggaris bawahi hal-hal yang sudah berjalan dengan baik, dan mengambil pelajaran untuk perbaikan untuk sesi hari selanjutnya.

4.4

Dosis and Cara Pemberian Vaksin COVID-19

Pelaksanaan pemberian imunisasi akan tergantung dari jenis vaksin yang terbukti efektif dan aman. Vaksin COVID-19 diberikan melalui suntikan intramuskular di bagian lengan kiri atas dengan dosis 0.5 ml. Setiap sasaran akan mendapatkan dua dosis vaksin COVID-19 dari jenis vaksin yang sama, sesuai dengan waktu pemberian (hari ke-) yang ditetapkan, sehingga dapat membentuk kekebalan (antibodi) terhadap COVID-19 secara optimal dan untuk memudahkan monitoring dan evaluasi ke depan. Dosis administrasi beberapa pilihan vaksin dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 9. Pilihan Vaksin, Dosis dan Interval Pemberian Vaksin COVID-19

Asal Antigen (Platform)

Waktu Pemberian (hari ke-)* 0 dan 14

Cara Pemberian

Inactivated

Jumlah Dosis Pemberian 2

Sinovac (Biofarma) Sinopharm (Kimia Farma)

Inactivated

2

0 dan 21

I.M

 Akan ditentukan kemudian

[36]

I.M

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Langkah-langkah dan prosedur penyuntikan vaksin COVID-19: 1) Lakukan skrining/penapisan terhadap sasaran yang akan disuntik. Imunisasi COVID-19 tidak boleh diberikan pada pasien dengan kondisi imunokompromais, wanita hamil, anak berusia di bawah 18 tahun, dan kelompok usia ≥ 60 tahun mengingat belum ada data dukung keamanan vaksin. Pada sasaran yang memiliki penyakit penyerta (komorbid) yang termasuk dalam kelompok besar (hipertensi, diabetes melitus, jantung, Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) dan penyakit paru lainnya) yang tidak terkontrol, maka pemberian imunisasi harus dilakukan di RS tempat dokternya merawat atau RS lainnya yang ditunjuk. 2) Imunisasi dilakukan secara intramuskular dengan menggunakan alat suntik sekali pakai (Auto Disable Syringes/ADS) 0,5 ml (ukuran jarum 24G).

Gambar 12 Penyuntikan Secara Intramuskular 3) Pengambilan vaksin dengan cara memasukkan jarum ke dalam vial vaksin dan memastikan ujung jarum selalu berada di bawah permukaan larutan vaksin sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalam spuit. 4) Tarik torak perlahan-lahan agar larutan vaksin masuk ke dalam spuit dan keluarkan udara yang tersisa dengan cara mengetuk alat suntik dan mendorong torak sampai pada skala 0.5 ml, kemudian cabut jarum dari vial. 5) Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan alkohol swab, tunggu hingga kering. 6) Untuk penyuntikan intramuskular tidak perlu dilakukan aspirasi terlebih dahulu.

[37]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Gambar 13 Cara Penyuntikan Vaksin 7) Setelah vaksin disuntikkan, jarum ditarik keluar, kemudian ambil kapas kering baru lalu tekan pada bekas suntikan. Jika terjadi perdarahan, kapas tetap ditekan pada lokasi suntikan hingga darah berhenti. 8) Buang alat suntik habis pakai ke dalam safety box tanpa menutup kembali jarum (no recapping).

Gambar 14 . Cara Membuang Alat Suntik Habis Pakai ke Dalam Safety Box 9) Untuk mengantisipasi terjadinya kasus KIPI yang serius maka sasaran diminta untuk tetap tinggal di tempat pelayanan imunisasi selama 30 menit sesudah imunisasi dan petugas harus tetap berada di tempat pelayanan minimal 30 menit setelah sasaran terakhir diimunisasi. 10) Petugas kesehatan menerapkan protokol kesehatan selama pelayanan berlangsung dengan mengacu pada Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi Pada Masa Pandemi COVID-19. 11) Pengelolaan rantai dingin pada saat pelayanan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.

INGAT!!  PEMBERIAN vaksin dosis pertama dan dosis kedua harus dengan jenis VAKSIN YANG SAMA

 PASTIKAN tidak salah dalam mengambil vaksin  MASUKKAN alat suntik yang sudah di pakai dalam safety box  JANGAN menyentuh dan menutup kembali jarum setelah penyuntikan

[38]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Beberapa hal yang perlu juga diperhatikan sebelum melakukan pelayanan imunisasi adalah sebagai berikut: 1) Pastikan petugas kesehatan dalam kondisi sehat (tidak demam, batuk, pilek, dan lain-lain) 2) Vaksin yang akan digunakan untuk pelayanan dibawa dengan menggunakan vaccine carrier yang diisi cool pack 3) Bersihkan vaccine carrier sebelum dan sesudah pelayanan imunisasi (sebelum vaccine carrier disimpan kembali) dengan cairan disinfektan 4) Membawa vaksin, ADS, Safety Box, perlengkapan anafilaktik, dan logistik imunisasi lainnya, seperlunya, dengan memperhatikan jumlah sasaran yang telah dilakukan pendataan sebelumya 5) Menggunakan masker bedah/masker medis dan apabila tersedia juga memakai sarung tangan pada saat penataan vaksin dalam vaccine carrier Beberapa hal yang harus dikerjakan oleh petugas pelaksana imunisasi antara lain: 1) Memastikan vaksin dan peralatan rantai vaksin dalam kondisi baik. 2) Memberikan imunisasi secara aman sesuai prosedur. 3) Melakukan pengelolaan limbah imunisasi secara aman. 4) Memantau, menangani dan melaporkan kasus KIPI. 5) Melakukan pencatatan dan pelaporan hasil layanan imunisasi dan logistik yang digunakan secara lengkap pada akhir kegiatan. 6) Membina kader dalam melaksanakan tugasnya. 7) Melakukan kerjasama dengan tokoh agama/tokoh masyarakat. 8) Melakukan upaya identifikasi dan melaksanakan tindak lanjut penjangkauan sasaran yang belum mendapat imunisasi saat pelayanan. 9) Memastikan pelayanan imunisasi mematuhi protokol kesehatan untuk pencegahan penularan COVID-19. Kader kesehatan/petugas khusus bertugas membantu pelaksanaan imunisasi dalam hal: 1) Menggerakkan sasaran untuk datang ke tempat pelayanan imunisasi. 2) Mengatur alur pelayanan imunisasi. 3) Mencatat identitas sasaran dan memberi kartu imunisasi/kartu imunisasi elektronik sebagai tanda/bukti kepada sasaran yang sudah diimunisasi. 4) Melaporkan pada petugas kesehatan bila ditemukan kasus KIPI. 5) Membantu melakukan pendataan sasaran yang tidak hadir pada saat pelayanan untuk kemudian dilakukan upaya tindak lanjut penjangkauan. 4.5 Manajemen Limbah Pada setiap tempat pelayanan imunisasi harus disediakan safety box dengan jumlah yang cukup berdasarkan jumlah sasaran. Semua ADS yang telah digunakan harus dimasukan ke dalam safety box. Jangan membuang sampah lainnya ke dalam safety box. Setelah safety box terisi ¾ penuh, safety box tersebut harus diberi label, nama tempat pelayanan dan tanggal pelayanan dan harus ditempatkan di tempat yang aman dengan kondisi tertutup dan jauh dari jangkauan anak-anak dan masyarakat. Limbah lainnya seperti vial vaksin, , alkohol swab, kapas, masker medis, dan sarung tangan dibuang ke dalam kantong plastik khusus limbah medis atau kantong plastik biasa yang diberi tanda/ditulis “limbah medis”. Pisahkan (gunakan kantong plastik yang berbeda) antara vial

[39]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

vaksin dengan limbah alkohol swab, kapas, masker medis dan sarung tangan. Hal ini untuk memudahkan dalam penghitungan dan pengecekan saat terjadi KIPI. Limbah yang telah terkumpul tersebut kemudian harus dimusnahkan sesuai aturan dan prosedur yang telah ditetapkan. Limbah dari penyelenggaraan imunisasi dengan puskesmas keliling atau pelayanan kesehatan bergerak harus dibawa kembali ke puskesmas untuk kemudian dimusnahkan bersama dengan limbah imunisasi lainnya sesuai SOP yang berlaku. Limbah dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya diperlakukan sama seperti limbah imunisasi hasil pelayanan rutin. Prosedur pengolahan limbah ada beberapa macam, yaitu : 1. Limbah Medis Infeksius Tajam Ada beberapa alternatif dalam melakukan pengelolaan limbah infeksius tajam, yaitu: ● Dikubur di dalam bak beton o Safety box yang berisi alat suntik bekas dimasukkan ke dalam bak beton. o Model bak beton dengan ukuran lebar 2 x 2 meter minimal kedalaman mulai 1,5 meter, bak beton ini harus mempunyai penutup kuat dan aman ● Dibakar dengan Insinerator yang telah memperoleh ijin dari KLH o Safety box yang berisi alat suntik bekas dimasukkan ke dalam insinerator. o Model pembakaran dengan menggunakan Insinerator double Chamber dengan tujuan untuk menghindari asap yang keluar dari proses pembakaran insinerator. ● Apabila sumber daya dan sarana tersedia maka pengolahan limbah ini dapat diserahkan pada pihak ketiga dengan perjanjian kerjasama (MoU) sesuai dengan kebijakan dan ketentuan yang berlaku di wilayah kabupaten/kota masing-masing. 2. Limbah Medis Infeksius Non Tajam ● Pemusnahan limbah farmasi (sisa vaksin) dapat dilakukan dengan mengeluarkan cairan vaksin dari dalam botol atau ampul, kemudian cairan vaksin tersebut didesinfeksi terlebih dahulu dalam killing tank (tangki desinfeksi) untuk membunuh mikroorganisme yang terlibat dalam produksi. Limbah yang telah didesinfeksi dikirim atau dialirkan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) sesuai ketentuan yang berlaku. ● Sedangkan botol atau ampul yang telah kosong dikumpulkan ke dalam tempat sampah (kantong plastik) berwarna kuning selanjutnya diinsenerasi (dibakar dalam insinerator) atau menggunakan metode non insinerasi (al. autoclaving, microwave) dan dihancurkan. 4.6 Pencatatan dan Pelaporan Dalam suatu sistem yang berjalan, pencatatan dan pelaporan sangat penting dilakukan untuk dapat mendokumentasikan rangkaian proses dan hasil kegiatan. Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan harus akurat, lengkap dan tepat waktu. Pencatatan dan pelaporan dalam pelaksanaan imunisasi, selain hasil layanan berupa cakupan imunisasi juga penggunaan vaksin dan logistiknya. Berbagai sistem dan metode pencatatan dan pelaporan dapat dilakukan baik secara manual maupun elektronik yang dapat disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kemampuan daerah baik dari SDM pelaksana maupun ketersediaan fasilitas maupu geografis. Dalam pelaksanaan imunisasi COVID-19 ini,

[40]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Pencatatan dan pelaporan dilakukan dalam dua cara baik secara manual maupun secara elektronik. 4.6.1. Pencatatan dan Pelaporan Secara Manual Pencatatan dan pelaporan secara manual hasil cakupan dan pemakaian vaksin logistik menggunakan format terlampir (lampiranxxx) yang dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat puskesmas, kabupaten/kota hingga provinsi. Pencatatan dan pelaporan kegiatan pemberian imunisasi COVID-19 harus terpisah dari pencatatan dan pelaporan imunisasi rutin. Direkapitulasi setelah kegiatan berakhir dan dilaporkan setiap hari secara berjenjang. Batas waktu puskesmas melakukan pelaporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah pukul 14.00 waktu setempat, batas waktu penyampaian laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi adalah pukul 15.00 waktu setempat, dan batas waktu pelaporan dari Dinas Kesehatan Provinsi ke Kementerian Kesehatan dalam hal ini Subdit Imunisasi adalah pukul 16.00 waktu setempat. Apabila puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya memberikan layanan imunisasi pada sore atau malam hari, capaian sesi tersebut tetap dimasukkan kedalam laporan hari tersebut. Pelaporan hari tersebut diperbaharui keesokan harinya dengan menambahkan keterangan “penambahan sesi sore/malam hari”. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang telah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk memberikan pelayanan imunisasi COVID-19 pada kegiatan ini, harus mencatat dan melaporkan hasil pelayanannya kepada puskesmas menggunakan format standar yang digunakan oleh puskesmas (Lampiran 15), sementara itu, RS dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) yang melaksanakan pelayanan imunisasi COVID-19 mencatat menggunakan format standar yang digunakan oleh puskesmas, akan tetapi melaporkan hasil pelayanan imunisasi tersebut kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana institusi berada dengan menggunakan format standar yang digunakan oleh Puskesmas dan FKTP lainnya. Bagi FKTP mandiri, RS dan KKP bisa mendapatkan formform pencatatan dan pelaporan standar dengan menghubungi Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. KEMENTERIAN KESEHATAN (Subdit Imunisasi)

DINKES PROVINSI

RS dan KKP

DINKES KAB/KOTA

RS dan KKP

FKTP

PUSKESMAS

FKTP

Gambar 15 Skema Alur Pelaporan Hasil Cakupan Imunisasi dan Pemakaian Vaksin dan Logistik Secara Manual

[41]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

4.6.2 Pencatatan dan Pelaporan Secara Elektronik Dalam rangka memantau pencapaian cakupan pelaksanaan secara cepat, maka dilakukan juga pelaporan menggunakan RapidPro yang berbasis SMS atau Whatsapp. Pelaporan secara manual tetap dilakukan menggunakan format pada lampiran Petunjuk Teknis ini. RapidPro akan memfasilitasi pencatatan otomatis, pengkodean geografis, analisis dan pelaporan data agregat di tingkat puskesmas melalui SMS, WhatsApp dan web dashboard yang didedikasikan khusus untuk kegiatan ini. Laporan harian berupa ringkasan data capaian berdasarkan wilayah kerja akan dikirimkan melalui SMS secara real-time pada waktu yang telah ditentukan kepada pejabat pemerintah terkait yang sudah terdaftar sebagai penerima laporan. Data juga akan ditampilkan di dashboard http://imunisasitambahan.kemkes.go.id/ dalam bentuk peta cakupan, grafik, maupun tabel excel yang dapat di unduh dengan mudah. 1. Kriteria Pelapor Pelaporan cakupan imunisasi COVID-19 hanya dapat dilakukan oleh 1 (satu) orang penanggung jawab kegiatan imunisasi di puskesmas (misalnya Kepala Puskesmas atau wakilnya atau pengelola program imunisasi puskesmas). Hal ini diperlukan untuk menghindari duplikasi data. Data laporan hasil imunisasi harian dari FKTP penyelenggara imunisasi dimasukkan ke dalam data rekapitulasi harian puskesmas, sedangkan data hasil pelayanan imunisasi dari RS dan KKP yang masuk ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat diolah dan dipilah berdasarkan wilayah kerja puskesmas untuk kemudian dikembalikan data nya ke puskesmas dan dilaporkan melalui RapidPro. 2. Cara Pelaporan Data dapat dilaporkan pada jam 13.00-14.00 waktu setempat melalui SMS atau WhatsApp dengan mengetik kata kunci VC19 dan kirim ke nomor 93456 untuk SMS atau 081-1500-9000 untuk WhatsApp. Ilustrasi alur pelaporan ditunjukkan pada Gambar 16.

[42]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Gambar 16 Penggunaan RapidPro, Pelaporan Data dan Umpan Balik Cecara Real-time ●





Data yang dilaporkan adalah jumlah rekapitulasi total dari penerima vaksin berdasarkan kategori tertentu (jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, status kepesertaan BPJS, dan ada tidaknya komorbid) dalam 1 (satu) hari tersebut Revisi dapat dilakukan pada hari yang sama sampai dengan jam 23.59 waktu setempat dengan mengulang proses pelaporan melalui SMS atau WhatsApp dengan ketentuan sebagai berikut: - Laporan dikirimkan dari nomor handphone, lokasi puskesmas, dan hari yang sama. - Data yang dilaporkan tersebut merupakan jumlah total data kumulatif dengan data pelaporan yang dikirimkan sebelumnya di hari yang sama. Contoh: Pada jam 13.00 pelapor menyampaikan laporan hasil imunisasi hari itu sejumlah 500 orang melalui SMS atau Whatsapp RapidPro. Pada jam 13.30, pelapor mendapatkan data tambahan sebanyak 400 orang lagi telah diimunisasi. Maka, pada jam 14.00 pelapor menyampaikan revisi laporannya melalui SMS atau Whatsapp RapidPro sebanyak 500 + 400 = 900 orang. Untuk menghindari duplikasi data, hendaknya laporan dikirimkan dari nomor handphone yang sama selama Kegiatan Pemberian Imunisasi COVID-19 berlangsung. Jika dalam situasi dan kondisi tertentu mengharuskan terjadinya pergantian nomor telepon, maka pelaporan melalui nomor handphone yang berbeda diperkenankan untuk dilakukan pada hari yang berbeda (dalam sehari tidak diperkenankan ada lebih dari satu nomor handphone untuk melapor dari puskesmas yang sama).

[43]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

4.6.3 Verifikasi pencatatan dan pelaporan manual dan elektronik Dinas Kesehatan kabupaten/Kota bertugas untuk melakukan sinkronisasi dan verifikasi data yang dicatat secara manual dan elektronik. Kegiatan ini dilakukan setiap hari Minggu. Hasil verifikasi diinput kedalam sistem elektronik dan dikirim secara manual ke provinsi paling lambat pukul 15.00 waktu setempat, dan batas waktu pelaporan dari Dinas Kesehatan Provinsi ke Kementerian Kesehatan dalam hal ini Subdit Imunisasi adalah pukul 16.00 waktu setempat. Apabila tidak ada perubahan data, baik pada pelaporan manual maupun elektronik, maka diberi keterangan “tidak ada perubahan data minggu ke XX”

[44]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB V STRATEGI KOMUNIKASI

[45]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB V STRATEGI KOMUNIKASI

Krisis komunikasi dapat muncul kapan saja, penting untuk bersikap proaktif dan terbuka dalam penyampaian informasi. Tersedianya rencana komunikasi dan tim komunikasi berguna dalam mengkomunikasikan krisis secara efektif untuk memperbaiki kerusakan yang dapat berdampak buruk pada program imunisasi dan tentu saja bagi kesehatan masyarakat. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah antara lain: a. Membentuk tim komunikasi dan anggotanya, berikut peran dan tanggung jawab masing-masing termasuk juru bicara/rujukan utama b. Menyiapkan nomor kontak pejabat fungsional di fasilitas kesehatan (kepala puskemas/kepala dinas kesehatan kabupaten/kota/provinsi) yang telah ditunjuk sebagai focal point/juru bicara yang bisa dihubungi oleh media massa seandainya muncul rumor atau KIPI. c. Mengidentifikasi saluran/media komunikasi dan membangun hubungan yang baik dengan tokoh-tokoh utama media masa, terutama yang berfokus pada isu-isu kesehatan; d. Memberikan orientasi yang berdasarkan data pada media massa dan melibatkan media secara berkala, khususnya dalam merespon rumor; e. Fokus pada pentingnya upaya melakukan verifikasi berita sebelum disebarluaskan; f. Susun pesan internal dan eksternal yang relevan, buat garis besar rencana komunikasi sesuai konteksnya; Jenis risiko yang mungkin terjadi selama pelaksanaan imunisasi rutin pada masa pandemi COVID-19 juga dapat diantisipasi jauh hari sebelumnya, misalnya keraguan sasaran untuk datang ke fasilitas kesehatan karena ragu akan kualitas layanan yang akan mereka terima pada masa pandemi COVID-19 atau khawatir akan bahaya penularan COVID-19. Petugas kesehatan juga diharapkan bisa menjelaskan mengenai demam yang terjadi pasca imunisasi dan membedakannya dengan demam sebagai satu gejala utama COVID-19, sehingga bisa disiapkan pesan-pesan utama seandainya terjadi KIPI, penolakan atau keraguan. 5.1 Tujuan Strategi Komunikasi Tujuan Umum: Menumbuhkan penerimaan masyarakat secara luas terhadap imunisasi COVID-19 dengan meningkatkan pemahaman, sikap positif dan norma sosial pada imunisasi COVID-19 agar termotivasi untuk mendapatkan imunisasi COVID-19 dan mengajak orang lain untuk mendapatkannya juga.

[46]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Tujuan Khusus: 1. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keamanan, efektivitas, reaksi paska imunisasi COVID-19, dan penahapan pelaksanaan imunisasi COVID-19 2. Membekali masyarakat dengan pemahaman untuk meng-counter atau menetralisasi misinformasi/ hoaks (inoculative communication - preemptive) 3. Meningkatkan jumlah masyarakat menerima dan aktif mengajak orang lain untuk mendapatkan imunisasi COVID-19 4. Menggunakan Komunikasi Perubahan Perilaku untuk mencegah penularan kembali COVID-19 di masyarakat . 5.2 Pesan Kunci Imunisasi COVID-19 Pesan kunci harus dibuat dan disesuaikan dengan kebutuhan serta situasi kearifan lokal setempat Berikut adalah beberapa pesan kunci yang dapat digunakan. Tabel 10. Contoh Pesan Kunci Imunisasi COVID-19 TEMA 1: Efektivititas - Integrasi dengan 3M

TEMA 2: Keamanan dan Efek samping

a) 4 pertahanan komplet: jaga jarak, pakai masker, cuci tangan pakai sabun dan Vaksin COVID-19 b) Bersama akhiri pandemi dengan jaga jarak, pakai masker, cuci tangan pakai sabun, dan imunisasi COVID-19 c) Imunisasi COVID-19 meningkatkan kekebalan terhadap Virus Corona dan melengkapi jurus 3M dalam melindungi diri dan keluarga kita d) Lawan COVID-19 dengan 3M dan imunisasi COVID-19 untuk Indonesia yang kuat dan sehat.

a) Vaksin COVID-19 dibuat dengan pengawasan super ketat agar terjamin keamanannya b) Vaksin COVID-19 aman dan berkualitas c) Para ahli Indonesia mengawasi uji klinis Vaksin COVID-19 untuk keamanan dan kesehatan masyarakat Indonesia d) Adalah biasa bila ada sedikit kemerahan dan rasa pegal di lengan tempat disuntik. Tetaplah beraktivitas secara normal.

5.3 Komunikasi Antar Pribadi Tujuan Umum Memperkenalkan prinsip-prinsip komunikasi efektif bagi petugas kesehatan agar lebih terampil melakukan komunikasi antarpribadi dalam menyampaikan pesan-pesan imunisasi kepada Sasaran Imunisasi COVID-19, tokoh masyarakat/agama dll, dalam rangka meningkatkan kesadaran pentingnya imunisasi COVID-19 dalam rangka memutuskan transmisi/penularan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Tujuan Khusus 3. Memahami bahwa komunikasi non-verbal juga merupakan bagian komunikasi yang penting. 4. Mempelajari cara memotivasi sasaran mendapatkan imunisasi COVID-19 secara lengkap.

[47]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

5. Mempelajari cara menggunakan alat bantu komunikasi untuk memberikan informasi tentang imunisasi COVID-19 yang lengkap dan mudah diterima. 6. Menggunakan Komunikasi Perubahan Perilaku untuk mencegah penularan kembali COVID-19 di masyarakat Tips berkomunikasi yang baik:  Berikan perhatian sepenuhnya kepada lawan bicara atau sasaran, tanpa gangguan.  Selalu mendengarkan dengan pikiran terbuka dan tidak menyalahkan.  Mengulangi perkataan sasaran (misalnya, “Jadi maksud Bapak/Ibu adalah…. “) sebelum dengan halus memperbaiki salah paham yang mungkin terjadi.  Memanfaatkan data atau fakta dalam memberikan penjelasan tentang vaksin COVID19 atau imunisasi COVID-19  Pilih saluran komunikasi yang efektif dan paling diminati oleh masyarakat yang berada di wilayah kerja. Pergunakan alat bantu, yang dapat berupa:  Lembar Balik, yang dapat digunakan selama diskusi atau penyuluhan imunisasi di rumah tangga, acara warga dan sebagainya.  Flyer dan brosur, yang dapat diberikan kepada sasaran (masyarakat umum, atau tokoh setempat) di akhir diskusi.  Pemutaran video informasi tentang penyakit dan imunisasi COVID-19 (sambil menunggu selesai pendaftaran, menunggu 30 menit setelah mendapatkan imunisasi). 5.4 Komunikasi Risiko Komunikasi risiko merupakan pertukaran informasi, pandangan dan opini seketika (realtime), antara para ahli dan orang-orang yang menghadapi ancaman terhadap kesehatan, ekonomi atau kesejahteraan sosial mereka. Tujuan akhir dari komunikasi risiko adalah untuk memungkinkan ‘orang yang berisiko’ mengambil keputusan berdasarkan informasi, untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang yang mereka cintai. Untuk memperkuat persiapan, memastikan efektivitas, dan menghindari duplikasi, penting agar sejak awal mengidentifikasi, bertemu, merencanakan dan berkoordinasi dengan mitra pemerintah, mitra dan jaringan komunitas yang ada. Dialog harus dibuat dengan populasi yang terkena dampak dari awal mula. Pastikan ini terjadi melalui berbagai saluran, di semua tingkatan dan di sepanjang pelaksanaan. Tabel 11. Contoh Pelaksanaan Komunikasi risiko 





MISINFORMASI Intensif melakukan sosialisasi dan edukasi kepada sasaran/masyarakat Diseminasi dan edukasi kepada pihak yang berpengaruh seperti tokoh agama/masyarakat Mengedukasi media massa dan diseminasi

  

KIPI Berkomunikasi dengan keluarga yang mengalami KIPI Menyampaikan empati dan penjelasan Selama proses pelaporan dan kajian KIPI oleh Komda/Pokja PP KIPI, dilakukan pendampingan

[48]

ISU SYAR’I  Berkomunikasi dan advokasi kepada MUI dan tokoh agama  Menggandeng MUI dan tokoh agama saat sosialisasi  Jika diangkat oleh media, dilakukan klarifikasi dan tanggapan yang cepat

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19



informasi melalui media social Melakukan advokasi pada komunitas dan key opinion leader



Jika KIPI diangkat oleh media, dilakukan klarifikasi dan tanggapan yang cepat dan tepat

dan tepat

Contoh cara mengatasi berita negatif vaksin COVID-19 1. Penyebarluasan informasi tentang imunisasi COVID-19 melalui media aplikasi di android/smart phone dengan melibatkan ulama 2. Artikel ilmiah tentang vaksin COVID-19 melalui dukungan para ahli , tokoh agama dll 3. Kampanye imunisasi COVID-19 melalui media sosial (facebook, Instagram, Twitter dll). Pelatihan juru bicara untuk komunikasi risiko dan atau petugas kesehatan dapat dilakukan, dan dokumen tanya jawab/Frequently Asked Questions (FAQ) bisa disiapkan untuk antisipasi pertanyaan-pertanyaan yang umum ditanyakan masyarakat. Media briefing dapat dilakukan apabila diperlukan, tergantung keseriusan krisis yang muncul. Sementara, pemantauan pemberitaan media juga sebaiknya diterapkan sedini mungkin. Pemberian informasi tentang Imunisasi COVID-19 melalui pelayanan pesan suara otomatis dan online 24 jam sangat diperlukan dalam rangka memberikan edukasi dan mengatasi isu negatif atau informasi palsu tentang vaksin COVID-19. Selain itu juga sangat penting memberikan pengingat melalui Whatsapp atau SMS untuk imunisasi dosis selanjutnya. Ringtone imunisasi COVID-19 juga dapat dilakukan melalui kerjasama dengan lintas sektor terkait sebagai bagian edukasi kepada masyarakat terkait dengan imunisasi COVID-19 Kegiatan-kegiatan pemberian informasi dilakukan dengan melibatkan POKJA multisektor untuk meningkatkan jangkauan penyaluran informasi, terutama kelompok sasaran imunisasi COVID-19. Penyusunan strategi dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan komunikasi perlu dilakukan sejak tahap persiapan imunisasi COVID-19 dan dimonitor melalui pertemuan regular sesuai daftar tilik kesiapan (lampiran 13).

[49]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB VI PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN KIPI

[50]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB VI PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN KIPI 6.1 Pengertian KIPI merupakan kejadian medik yang diduga berhubungan dengan imunisasi. Kejadian ini dapat berupa reaksi vaksin, kesalahan prosedur, koinsiden, reaksi kecemasan, atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan. KIPI diklasifikasikan serius apabila kejadian medik akibat setiap dosis imunisasi yang diberikan menimbulkan kematian, kebutuhan untuk rawat inap, dan gejala sisa yang menetap serta mengancam jiwa. Klasifikasi serius KIPI tidak berhubungan dengan tingkat keparahan (berat atau ringan) dari reaksi KIPI yang terjadi. Vaksin yang digunakan dalam Program Imunisasi COVID-19 ini masih termasuk vaksin baru sehingga untuk menilai keamanannnya mengikuti platform khusus yaitu Adverse Event of Special Interest (AESI). AESI merupakan salah satu perhatian khusus secara ilmiah dan medis bagi sebuah produk atau program, yang memungkinkan pemantauan berkelanjutan dan komunikasi cepat dapat dilakukan oleh investigator kepada produk tersebut. Peristiwa semacam itu mungkin memerlukan investigasi lebih lanjut untuk dapat melihat karakternya dan memahaminya. Bergantung pada penyebabnya, kemungkinan juga diperlukan komunikasi cepat oleh produk yang sedang diuji terhadap pihak lain (misalnya regulator). AESI ini dapat digunakan pada vaksin yang masih dalam tahapan uji klinis namun sangat penting digunakan untuk melawan kemunculan penyakit epidemi atau pandemi.

6.2 Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Vaksin COVID-19 yang Mungkin Terjadi dan Antisipasinya Reaksi yang mungkin terjadi setelah imunisasi COVID-19 hampir sama dengan vaksin yang lain. Beberapa gejala tersebut adalah: Reaksi lokal • nyeri, kemerahan, bengkak pada tempat suntikan, • reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis. Reaksi sistemik seperti • demam, • nyeri otot seluruh tubuh (myalgia), • atralgia, • badan lemah, • sakit kepala Reaksi lain • reaksi alergi misalnya urtikaria, oedem, • reaksi anafilaksis, • syncope (pingsan)

[51]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

KIPI yang terkait kesalahan prosedur dapat terjadi, untuk itu persiapan sistem pelayanan imunisasi yang terdiri dari petugas pelaksana yang kompeten (memiliki pengetahuan cukup, terampil dalam melaksanakan imunisasi dan memiliki sikap profesional cukup sebagai tenaga kesehatan), peralatan yang lengkap dan petunjuk teknis yang jelas, harus disiapkan dengan maksimal. Kepada semua jajaran yang masuk dalam sistem ini harus memahami petunjuk teknis yang diberikan. KIPI yang tidak terkait dengan vaksin atau koinsiden harus diwaspadai. Untuk itu penapisan status kesehatan sasaran yang akan diimunisasi harus dilakukan seoptimal mungkin. Apabila diperlukan catat data sasaran yang status kesehatannya meragukan (dikonsulkan dulu ke dokter Puskesmas), untuk digunakan sebagai kelengkapan data apabila kemungkinan terjadi KIPI.

6.3 Mekanisme Pemantauan dan Penanggulangan KIPI Pemantauan kasus KIPI dimulai langsung setelah imunisasi. Puskesmas menerima laporan KIPI dari sasaran yang diimunisasi/masyarakat/kader. Apabila ditemukan dugaan KIPI serius agar segera dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk dilakukan pelacakan. Hasil pelacakan dilaporkan ke Pokja/Komda PP-KIPI untuk dilakukan analisis kejadian, tindak lanjut kasus, seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini. KIPI yang meresahkan dan menimbulkan perhatian berlebihan masyarakat, harus segera direspons, diinvestigasi dan laporannya segera dikirim langsung kepada Kementerian Kesehatan cq. Sub Direktorat Imunisasi/Komnas PP-KIPI atau melalui WA grup Komda KIPI – Focal Point, email: [email protected] dan [email protected]; website: www.keamananvaksin.kemkes.go.id. Skema alur kegiatan pelaporan dan pelacakan KIPI, mulai dari penemuan KIPI di masyarakat kemudian dilaporkan dan dilacak hingga akhirnya dilaporkan pada Menteri Kesehatan seperti skema berikut:

Gambar 17 Alur Pelaporan dan Pelacakan KIPI Serius

[52]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Keterangan: pelaporan melalui website bila tersedia Dari gambar di atas masyarakat akan melaporkan adanya KIPI ke Puskesmas, UPS atau RS. Selanjutnya UPS akan melaporkan ke Puskesmas, sementara Puskesmas dan RS akan melaporkan (Lampiran Formulir Pemantauan KIPI) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk kasus diduga KIPI serius maka Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota akan melakukan konfirmasi kebenaran kasus diduga KIPI serius tersebut berkoordinasi dengan Pokja KIPI/Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau dengan Komda PP-KIPI/Dinas Kesehatan Provinsi. Kemudian bila perlu dilakukan investigasi (Lampiran Formulir Investigasi KIPI), maka Dinas Kesehatan Provinsi akan berkoordinasi dengan Komda PPKIPI dan Balai Besar POM Provinsi serta melaporkan ke dalam website keamanan vaksin untuk dilakukan kajian oleh Komite independen (Komnas dan/atau Komda PP-KIPI).

6.4 Kurun Waktu Pelaporan KIPI Untuk mengetahui hubungan antara imunisasi dengan KIPI diperlukan pencatatan dan pelaporan dengan keterangan rinci semua reaksi simpang yang timbul setelah pemberian imunisasi yang merupakan kegiatan dari surveilans KIPI. Data yang diperoleh dipergunakan untuk menganalisis kasus dan mengambil kesimpulan. Pelaporan KIPI dilaksanakan secara bertahap dan bertingkat. Pada keadaan KIPI yang menimbulkan perhatian berlebihan/meresahkan masyarakat atau laporan kasus yang masih membutuhkan kelengkapan data, maka laporan satu kasus KIPI dapat dilaporkan beberapa kali pada masing-masing tingkat pelaporan sampai laporan memenuhi kelengkapan tersebut. Pelaporan dibuat secepatnya sehingga keputusan dapat dipakai untuk tindakan penanggulangan. Kurun waktu pelaporan dapat mengacu pada tabel di bawah ini. Tabel 12. Kurun Waktu Pelaporan KIPI Berdasarkan Jenjang Administrasi Penerima Laporan Jenjang Administrasi Kurun waktu diterimanya laporan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Pokja 24 jam dari saat penemuan kasus KIPI Dinas Kesehatan Provinsi/Komda PP-KIPI 24-72 jam dari saat penemuan kasus Sub Direktorat Imunisasi/Komnas PP-KIPI 24 jam-7 hari dari saat penemuan kasus Perbaikan mutu pelayanan diharapkan agar dilakukan sebagai tindak lanjut dan umpan balik setelah didapatkan kesimpulan penyebab berdasarkan hasil investigasi kasus KIPI.

6.5 Pelacakan KIPI Pelacakan kasus diduga KIPI mengikuti standar prinsip pelacakan yang telah ditentukan, dengan memperhatikan kaidah pelacakan kasus, vaksin, teknik dan prosedur imunisasi serta melakukan perbaikan berdasarkan temuan yang didapat.

[53]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Tabel 13. Langkah-langkah Dalam Pelacakan KIPI Langkah  Pastikan informasi pada laporan

Tindakan  Dapatkan catatan medik pasien (atau catatan klinis lain)  Periksa informasi tentang pasien dari catatan medik dan dokumen lain  Isi setiap kelengkapan yang kurang dari formulir laporan KIPI  Tentukan informasi dari kasus lain yang dibutuhkan untuk melengkapi pelacakan

 Lacak dan Tentang pasien Kumpulkan  Kronologis imunisasi saat ini yang diduga menimbulkan KIPI data  Riwayat medis sebelumnya, termasuk riwayat imunisasi sebelumnya dengan reaksi yang sama atau reaksi alergi yang lain  Riwayat keluarga dengan kejadian yang sama Tentang kejadian  Kronologis, deskripsi klinis dan setiap hasil laboratorium yang relevan dengan KIPI dan penegakan diagnosis dari kejadian ikutan  Tindakan yang didapatkan, apakah dirawat inap/jalan dan bagaimana hasilnya Tentang vaksin yang diduga menimbulkan KIPI:  Prosedur pengiriman vaksin, kondisi penyimpanan, keadaan vaccine vial monitor, dan catatan suhu pada lemari es Tentang kondisi sasaran lainnya yang mendapat vaksin yang sama:  Adakah sasaran lain yang mendapat imunisasi dari vaksin dengan nomor batch yang sama dan menimbulkan gejala yang sama  Evaluasi pelayanan imunisasi

6.6 Pengenalan dan Penanganan Anafilaktik Reaksi anafilaktik adalah KIPI paling serius yang juga menjadi risiko pada setiap pemberian obat atau vaksin. Tatalaksananya harus cepat dan tepat mulai dari penegakkan diagnosis sampai pada terapinya di tempat kejadian, dan setelah stabil baru dipertimbangkan untuk dirujuk ke RS terdekat. Setiap petugas pelaksana imunisasi harus sudah kompeten dalam menangani reaksi anafilaktik. Reaksi anafilaktik adalah reaksi hipersensitifitas generalisata atau sistemik yang terjadi dengan cepat (umumnya 5-30 menit sesudah suntikan) serius dan mengancam jiwa. Jika reaksi tersebut cukup hebat dapat menimbulkan syok yang disebut sebagai syok anafilaktik. Syok anafilaktik membutuhkan pertolongan cepat dan tepat. Gambaran atau gejala klinik suatu reaksi anafilaktik berbeda-beda sesuai dengan berat-ringannya reaksi antigen-antibodi atau tingkat sensitivitas seseorang, namun pada

[54]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

tingkat yang berat berupa syok anafilaktik gejala yang menonjol adalah gangguan sirkulasi dan gangguan respirasi. Reaksi anafilaktik biasanya melibatkan beberapa sistem tubuh, tetapi ada juga gejalagejala yang terbatas hanya pada satu sistem tubuh (contoh: gatal pada kulit) juga dapat terjadi. Tanda awal anafilaktik adalah kemerahan (eritema) menyeluruh dan gatal (urtikaria) dengan obstruksi jalan nafas atas dan/atau bawah. Pada kasus berat dapat terjadi keadaan lemas, pucat, hilang kesadaran dan hipotensi. Petugas sebaiknya dapat mengenali tanda dan gejala anafilaktik. Pada dasarnya makin cepat reaksi timbul, makin berat keadaan penderita. Penurunan kesadaran jarang sebagai manifestasi tunggal anafilaktik, ini hanya terjadi sebagai suatu kejadian lambat pada kasus berat. Denyut nadi sentral yang kuat (contoh: karotis) tetap ada pada keadaan pingsan, tetapi tidak pada keadaan anafilaktik. Gejala anafilaktik dapat terjadi segera setelah pemberian imunisasi (reaksi cepat) atau lambat seperti diuraikan dalam tabel berikut ini:

Kriteria1. Gejala muncul tiba-tiba dalam menit sampai jam, melibatkan kulit, jaringan mukosa, atau keduanya ( mis: bercak merah di seluruh tubuh, terasa gatal dan panas, bibir, lidah, dan uvula, bengkak) Ditambah sedikitnya satu dari keadaan berikut

Gejala pada pernafasan (mis: sesak napas, mengi, batuk, stridor, hipoksemia)

Tekanan darah menurun mendadak atau timbulnya gejala disfungsi organ seperti hipotonia (kolaps), inkontinensia

ATAU Kriteria 2. Dua atau lebih dari keadaan berikut yang muncul mendadak setelah pajanan alergen atau pemicu lainnya

Gejala muncul tiba-tiba dalam hitungan menit sampai jam, melibatkan kulit, jaringan mukosa, atau keduanya ( mis: bercak merah di seluruh tubuh, terasa gatal dan panas, bibir, lidah, dan uvula, bengkak)

Gejala pada pernafasan (mis: sesak napas, mengi, batuk, stridor, hipoksemia)

Tekanan darah menurun mendadak atau timbulnya gejala disfungsi organ seperti hipotonia (kolaps), inkontinensia

Gambar 18. Tanda dan gejala anafilaktik

[55]

Gejala pencernaan yang timbul mendadak ( mis: nyeri perut sampai kram,muntah)

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

ATAU Kriteria 3. Tekanan darah berkurang setelah pajanan alergen**yang diketahui untuk pasien (dalam hitungan menit sampai jam)

Bayi dan anak-anak: Tekanan darah sistolik rendah (spesifik usia) atau pengurangan tekanan darah sistolik yang lebih besar dari 30%

Dewasa: tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmhg atau lebih besar pengurangan tekanan darah sampai 30% dari batas bawah garis pasien tersebut.

Keterangan: *sebagai contoh: imunologik namun independen igE, atau non imunologik (aktivasi sel mast langsung) ** sebagai contoh : setelah sengatan serangga, berkurangnya tekanan darah dapat menjadi satu-satunya manifestasi anafilaksis atau setelah imunoterapi alergen, bercak merah gatal di seluruh tubuh dapat menjadi manifestasi awal satu-satunya dari anafilaksis *** Tekanan darah sistolik rendah pada anak diartikan sebagai tekanan darah yang kurang dari 70 mmHg untuk usia 1 bulan-1 tahun, kurang dari (70mmHg+(2xusia) untuk 1-10 tahun; dan kurang dari 90 mmHg untuk usia 11-17 tahun. Frekuensi denyut jantung normal bervariasi dari 80140x/menit untuk usia 1-2 tahun;80-120x/menit untuk usia 3 tahun; dan 70-115x/menit setelah usia 3 tahun. Pada bayi dan anak, kelainan pernafasan lebih umum terjadi daripada hipotensi dan syok, dan syok lebih sering bermanifestasi takikardia daripada hipotensi

Sekali diagnosis ditegakkan, maka harus diingat bahwa pasien berpotensi untuk menjadi fatal tanpa menghiraukan berat ringannya gejala yang muncul. Mulai tangani pasien dengan cepat dan pada saat yang sama buat rencana untuk merujuk pasien ke rumah sakit dengan cepat. Pemberian epinefrin (adrenalin) akan merangsang jantung dan melonggarkan spasme pada saluran nafas serta mengurangi edema dan urtikaria. Tetapi adrenalin dapat menyebabkan denyut jantung tidak teratur, gagal jantung (heart failure), hipertensi berat dan nekrosis jaringan jika dosis yang dipergunakan tidak tepat. Petugas harus terlatih dalam penanganan anafilaktik, memiliki kesiapan kit anafilaktik yang lengkap untuk tatalaksana reaksi anafilaktik dan memiliki akses yang cepat untuk merujuk pasien. 5.7 Langkah Penanganan: a. Nilai sirkulasi pasien, jalan nafas, pernafasan, status mental, kulit, dan berat badan (massa). b. Berikan epinefrin (adrenalin) intramuskular pada regio mid-anterolateral paha, 0,01 mg/kg larutan 1:1000 (1mg/ml), maksimum 0,5 mg (dewasa): catat waktu pemberian dosis dan ulangi 5-15 menit jika diperlukan. Kebanyakan pasien respon terhadap 1-2 dosis. c. Letakkan pasien telentang atau pada posisi paling nyaman jika terdapat distres pernafasan atau muntah; elevasi ekstremitas bawah; kejadian fatal dapat terjadi dalam beberapa detik jika pasien berdiri atau duduk tiba-tiba. d. Jika diperlukan, berikan oksigen aliran tinggi (6-8L/menit) dengan masker atau oropharyngeal airway. e. Berikan akses intravena menggunakan jarum atau kateter dengan kanula diameter besar(14-16 G), Jika diperlukan, berikan 1-2 liter cairan NaCl 0,9% (isotonik) salin dengan cepat (mis: 5-10 ml/kg pada 5-10 menit awal pada orang dewasa). f. Jika diperlukan, lakukan resusitasi kardiopulmoner dengan kompresi dada secara kontinyu dan amankan pernafasan. g. Monitor tekanan darah pasien, denyut dan fungsi jantung, status pernafasan dan oksigenasi pasien sesering mungkin dalam interval regular. h. Monitor tekanan darah pasien, denyut dan fungsi jantung, status pernafasan dan oksigenasi pasien sesering mungkin dalam interval regular. i. Catat tanda-tanda vital (kesadaran, frekuensi denyut jantung, frekuensi pernafasan, denyut nadi) setiap waktu dan catat dosis setiap pengobatan yang diberikan. Yakinkan catatan detail tersebut juga dibawa bersama pasien ketika dirujuk.

[56]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

j.

Tandai catatan/kartu imunisasi dengan jelas, sehingga pasien tersebut tidak boleh lagi mendapatkan jenis vaksin tersebut.

Isi dari Kit Anafilaktik terdiri dari :  Satu ampul epinefrin 1 : 1000  aminofilin ampul, difenhidramin vial, dexamethasone ampul  Beberapa spuit 1 mL  Beberapa infus set  beberapa kantong NaCl 0.9 % atau Dextrose 5%  Tabung Oksigen

ALUR PENANGANAN SYOK ANAFILAKSIS Miliki protokol gawat darurat yang tertulis untuk mengenal anafilaksis beserta tatalaksananya dan latih secara rutin

Nilai sirkulasi pasien, jalan nafas, pernafasan, status mental, kulit, dan berat badan (massa) Lakukan langkah 4,5,6 segera secara bersamaan Panggil bantuan tim resusitasi (jika pasien di RS) atau tim medis gawat darurat (jika pasien di luar RS/komunitas)

Injeksi epinefrin (adrenalin) intramuskular pada regio midanterolateral paha, 0,01 mg/kg larutan 1:1000 (1mg/ml), maksimum 0,5 mg (dewasa) atau 0,3 mg (anak): catat waktu pemberian dosis dan ulangi 5-15 menit jika diperlukan. Kebanyakanasien respon terhadap 1-2 dosis. Letakkan pasien telentang atau pada posisi paling nyaman jika terdapat distres pernafasan atau muntah; elevasi ekstremitas bawah; kejadian fatal dapat terjadi dalam beberapa detik jika pasien berdiri atau duduk tiba-tiba.

Jika diperlukan, berikan oksigen aliran tinggi (6-8L/menit) dengan masker atau oropharyngeal airway

Berikan akses intravena menggunakan jarum atau kateter dengan kanula diameter besar(14-16 G), Jika diperlukan, berikan 1-2 liter cairan NaCl 0,9% (isotonik) salin dengan cepat (mis: 5-10 ml/kg pada 5-10 menit awal pada orang dewasa; 10 ml/kg pada anakanak)

Jika diperlukan, lakukan resusitasi kardiopulmoner dengan kompresi dada secara kontinyu dan amankan pernafasan

Sebagai tambahan Monitor tekanan darah pasien, denyut dan fungsi jantung, status pernafasan dan oksigenasi pasien sesering mungkin dalam interval regular

DIVISI ALERGI-IMUNOLOGI KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FKUI/RSCM

Gambar 19 Algoritme Penanganan Syok Anafilaktik Paska Imunisasi

[57]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Rencana Tindak Lanjut:  Mencatat penyebab reaksi anafilaktik di rekam medis serta memberitahukan kepada pasien dan keluarga  Jangan memberikan vaksin yang sama pada imunisasi berikutnya

[58]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB VII

MONITORING DAN EVALUASI

[59]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

BAB VII MONITORING DAN EVALUASI Monitoring dan evaluasi program imunisasi dilakukan sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan oleh semua tingkat administratif. Untuk menjaga kualitas pelaksanaan kegiatan imunisasi COVID -19, pemantauan kegiatan wajib dilakukan dengan tujuan: 1. Memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan panduan standar 2. Memberikan umpan balik tepat waktu untuk perbaikan-perbaikan bilamana perlu. Pembentukan tim monitoring, disertai penyusunan peran dan tanggungjawab dan jadwal pemantauannya perlu dilakukan saat proses mikroplaning. Pada pelaksanaannya, kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan pemantauan dan pembinaan baik secara langsung maupun tidak langsung; pengiriman umpan balik kepada pengambil kebijakan, pelaksana imunisasi dan semua pihak yang terlibat; serta melalui pertemuan review/evaluasi yang rutin. Pengenalan vaksin COVID-19 di Indonesia merupakan bagian dari penanggulangan pandemi COVID-19 yang melibatkan multisektor. Untuk itu, monitoring dan evaluasi perlu dilakukan secara bersama, melibatkan pihak terkait dan secara regular.

7.1 Sebelum Pelaksanaan Untuk monitoring persiapan tingkat nasional, provinsi dan kabupaten digunakan lembar COVID-19 VIRAT. Country readiness assessment atau penilaian cepat kesiapan pelaksanaan imunisasi covid-19 ini digunakan dalam rangka menilai kesiapan pelaksanaan imunisasi COVID-19. WHO telah mengembangkan tool ini dengan beberapa kriteria penilaian yang terdiri dari komunikasi, advokasi dan pelatihan, sistem yang diperlukan dalam pencatatan dan pelaporan (data dan monitoring), koordinasi, pedoman operasional pelaksanaan (kesiapan, penerimaan masyarakat atas imunisasi COVID-19, rencana distribusi termasuk kesiapan sarana cold chain), pelatihan, monitoring dan evaluasi (termasuk surveilans COVID-19), vaksin, cold chain dan logistik, surveilans keamanan vaksin. Review rutin monitoring tool ini dilakukan sesuai dengan periode yang tertera di tool tersebut oleh POKJA Perencanaan dan Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten untuk memastikan kegiatan-kegiatan yang direncanakan tercapai di bulan yang ditentukan.

7.2 Saat Pelaksanaan Monitoring pelaksanaan bertujuan untuk memastikan kegiatan pemberian imunisasi dilaksanakan sesuai mikroplanning yang telah disusun dan SOP yang berlaku, cakupan tinggi dan berkualitas, pencatatan pelaporan KIPI dan keamanan pelaksanaan imunisasi. 7.2.1 Monitoring Pencapaian Cakupan Monitoring dan evaluasi dilakukan berdasarkan laporan rekapitulasi capaian kampanye imunisasi COVID-19 (merujuk kepada sub bab pencatatan pelaporan). Analisa dilakukan

[60]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

harian diikuti dengan umpan balik kepada pihak-pihak terkait untuk tindakan perbaikan (corrective actions) segera. Target kegiatan pemberian imunisasi COVID-19 adalah seluruh populasi sasaran imunisasi COVID-19 mendapatkan imunisasi COVID-19 lengkap. Analisa dilakukan berdasarkan capaian total, jenis kelamin, golongan umur, pekerjaan dan komorbid. Cara menghitung cakupan imunisasi adalah: Cakupan

imunisasi

COVID-19

=

Jumlah

sasaran diimunisasi Target sasaran

x

100%

Pelaksana kegiatan monitoring ini adalah pemberi layanan imunisasi, Dinas Kesehatan, Kemenkes dan mitra pembangunan. 7.2.2. Monitoring Kualitas Pelayanan Imunisasi COVID-19 Pemantauan pelaksanaan layanan imunisasi bertujuan untuk memonitor kualitas pelayanan yang dilakukan dan kendalanya dengan menggunakan Daftar Tilik (Ceklist) Supervisi Pelaksanaan. Supervisi dapat dilakukan langsung atau dengan metode daring (contoh melalui Video Call) oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kemenkes dengan melibatkan organisasi profesi, mitra pembangunan dan unsur POKJA Persiapan dan Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 lainnya. Jumlah Puskesmas yang disupervisi adalah minimal 50% dari total puskesmas, bila memungkinkan sesuai kondisi transmisi COVID-19. Pemilihan Puskesmas yang akan disupervisi berdasarkan kriteria tingkat kesulitan jangkauan (wilayah sulit dan biasa) atau berdasarkan daerah yang berisiko tinggi (tinggi transmisi COVID-19, daerah kumuh, padat penduduk, daerah sulit secara sosial dan ekonomi, dan lain-lain). Dalam supervisi semua aspek pelaksanaan dilihat sesuai dengan daftar tilik. Bila ditemukan pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai prosedur, segera dilakukan “on the job training” pada petugas. Hasil supervisi dianalisa dan didiskusikan bersama pelaksana lain yang terkait. Kemudian dilakukan pemecahan masalah dan rencana tindak lanjut bersama dengan kepala puskesmas dan petugas. Pada tingkat Kabupaten/Kota hasil supervisi dari beberapa Puskesmas direkapitulasi, dianalisis, dan dibuat rencana tindak lanjut. Kemudian dilaporkan ke atasan langsung serta diumpanbalikkan ke puskesmas melalui pertemuan khusus (dapat dilakukan secara virtual/daring) maupun tertulis. 7.2.3 Penilaian Cepat Cakupan Imunisasi Rapid Convenience Assessment (RCA) adalah penilaian cepat untuk memantau tingkat keberhasilan penyelenggaraan kegiatan di suatu lokasi yang menggunakan format Daftar Tilik RCA. RCA dapat dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Kemenkes, organisasi profesi, dan mitra pembangunan. Lokasi RCA adalah desa dengan minimal 95% jumlah sasaran terdata sudah diimunisasi pada puskesmas yang telah menyatakan menyelesaikan pelaksanaan pemberian imunisasi COVID-19. Penilaian ini dilakukan terhadap minimal 20 rumah yang memiliki sasaran kegiatan (usia 18 – 59 tahun). RCA dilaksanakan pada daerah prioritas dengan mempertimbangkan situasi penularan COVID-19, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

[61]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

7.3 Sesudah Pelaksanaan Monitoring sesudah pelaksanaan dilakukan untuk mengidentifikasi area yang belum terpenuhi target capaian imunisasi, efektifitas imunisasi terhadap penularan penyakit, dan surveilans keamanan vaksin atau post marketing vaccine surveillance. 7.3.1 Penilaian Cepat Cakupan Imunisasi Selain dilakukan pada waktu pelaksanaan berlangsung, RCA juga dilaksanakan ketika pelaksanaan kegiatan pemberian imunisasi COVID-19 telah sepenuhnya selesai dilaksanakan. Daftar Tilik dan mekanisme pelaksanaan sama dengan RCA saat pelaksanaan 7.3.2 Evaluasi Dampak Melalui Surveilans COVID-19 Evaluasi dampak merupakan kegiatan pemantauan dampak imunisasi terhadap penularan COVID-19 melalui analisa angka kesakitan, kematian dan indikator surveilans COVID-19 lainnya. Kegiatan ini dilakukan tim surveilans merujuk kepada “Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19” di kelompok rentan yang menjadi target imunisasi COVID-19 7.3.3 Post Marketing Vaccine Surveillance Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui keamanan, khasiat dan mutu vaksin yang dilakukan oleh BPOM dan Komnas KIPI, bersama dengan pihak terkait.

Buku petunjuk teknis, format-format yang terdapat pada lampiran, materi pelatihan, serta materi KIE dapat diunduh pada tautan: http://bit.ly/LampiranJuknisVC19

[62]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

DAFTAR PUSTAKA 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi 2. Kementerian Kesehatan. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Novel Corona Virus (Infeksi 2019 nCoV) sebagai Penyakit yang dapat menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya. 4. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 094/1737/BPD tanggal 27 April 2020 tentang Operasional Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dalam Pencegahan Penyebaran COVID-19 5. Surat Edaran Dirjen P2P Nomor SR.02.06/4/1332/2020 tanggal 24 Maret 2020 tentang Pelayanan Imunisasi Pada Sasaran selama masa Pandemi Corona Virus Disease 2019. 6. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease (COVID-19) Revisi ke-5 . 7. Gugus Tugas COVID-19. 2020. Kesiapsiagaan dan Layanan Esensial Yankes Primer. 8. Gugus Tugas COVID-19. 2020. Standar APD untuk Penanganan COVID-19 di Indonesia 9. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. 2020. Panduan Pelayanan Kesehatan Balita Pada Masa Tanggap Darurat COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan. 10. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2020. Petunjuk Teknis APD dalam Menghadapi Wabah COVID-19. 11. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2020. Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19. 12. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2020. Panduan Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada Masa Pandemi COVID-19 serta Adaptasi Kebiasaan Baru. 13. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2020. Panduan Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bergerak. 14. WHO. 2020. Guiding Principles for Immunization Activities for Immunization Activities during the COVID-19 Pandemic. 15. WHO. 2020. Immunization in the Context of COVID-19 Pandemic. 16. General Best Practice Guidelines for Immunization: Altered Immunocompetence. 17. Royal College of Paediatrics and Child Health. 2002. Immunization of the immunocompromised child. Best practice statement. 18. Saskatchewan. 2020. Paediatric Immunocompromised Patient. COVID-19 Information. 19. WHO – UNICEF. 2020. Community-based Health Care, including Outreach and Campaigns, in The Context of the COVID-19 Pandemic. 20. WHO. 2020. Working Draft – Leaving No One Behind: Guidance for Planning and Implementing Catch-up Vaccination.

[63]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

21. Dolan, Samantha et al. 2015. Summary of evidence on the administration of multiple injectable vaccines in infants during a single visit: safety, immunogenicity, and vaccine administration practices. Prepared for the 2015 SAGE Meeting. 22. Immunization Academy. 2020. Video of Which Protective Personal Equipment You Should Use during Immunization.

[64]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

DAFTAR PENYUSUN DAN KONTRIBUTOR Pelindung: dr. Achmad Yurianto Pengarah: drg. R. Vensya Sitohang, M. Epid Penanggung jawab: dr. Asik Surya, MPPM Penyusun: Prof. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro, dr., Sp. A(K) Prof. Dr. Samsuridjal Djauzi, dr.,Sp. PD-KAI Prof. Dr. Cissy Kartasasmita, dr., MSc, Sp. A (K), PhD Prof. Dr. Hindra Irawan Satari, dr., Sp. A (K) Prof. Dr. Soedjatmiko, dr., Sp.A(K), MPsi Dr. Kuntjoro Harimurti, Sp.PD, KGER Dr. dr. Julitasari Soendoro, M.Sc PH Subdit Imunisasi WHO Indonesia UNICEF Indonesia UNDP Indonesia CHAI Indonesia CDC

[65]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

LAMPIRAN

[66]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 1. Rencana Pelatihan/Pertemuan Sosialisasi Pemberian Imunisasi COVID-19

[67]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 2. Format Pendataan Sasaran Imunisasi COVID-19 (Kelompok Usia 18-59 Tahun)

[68]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 3. Daftar Fasyankes di Wilayah Kerja Puskesmas Yang Akan Memberikan Layanan Imunisasi COVID-19

[69]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 4. Pemberian Imunisasi COVID-19 Target Sasaran

[70]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 5. Pemberian Imunisasi COVID-19 Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya

[71]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 6. Format Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Imunisasi COVI-19

[72]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 7 Pemberian Imunisasi COVID-19 Rencana Jadwal Supervisi

[73]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 8. Pemberian Imunisasi COVID-19 Rencana Sosialisasi dan Mobilisasi Masyarakat

[74]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 9. Pemberian Imunisasi COVID-19 Rencana Operasional Daerah Sulit

[75]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[76]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 10. Format Skrining Sebelum Imunisasi COVID-19 Format Skrining Sebelum Imunisasi COVID-19 Nama Umur NIK No 1. 2. 3. 4.

5. 6

7.

8. 9. 10. 11. 12. 13.

: : :

Pertanyaan Apakah Anda demam dalam 7 hari terakhir? Apakah Anda mengalami gejala ISPA seperti batuk/pilek/sesak napas dalam 7 hari terakhir? Apakah Anda mengalami diare dalam 7 hari terakhir? Apakah ada anggota keluarga serumah yang kontak erat/suspek/konfirmasi/sedang dalam perawatan karena penyakit COVID-19? Apakah sudah diperiksa swab atau Rapid tes? Hasil swab atau rapid tes : Apakah Anda memiliki riwayat atau menderita penyakit jantung? Apakah Anda rutin berobat dan dimana berobat selama ini? Apakah Anda memiliki riwayat atau sedang menderita penyakit hipertensi/tekanan darah tinggi? Apakah Anda rutin berobat dan dimana berobat selama ini? Apakah Anda memiliki riwayat atau sedang menderita penyakit paru/TB/asma/PPOK? Apakah Anda rutin berobat dan dimana berobat selama ini? Apakah Anda memiliki riwayat penyakit atau sedang menderita penyakit ginjal? Apakah Anda memiliki riwayat penyakit atau menderita penyakit hati? Apakah Anda memiliki riwayat penyakit atau sedang mengkonsumsi obat-obatan untuk kanker? Apakah Anda memiliki riwayat penyakit atau sedang mengkonsumsi obat-obatan untuk gangguan imunologi? Apakah Anda memiliki riwayat alergi terhadap imunisasi sebelumnya? Apakah Anda sedang hamil? (Untuk WUS)

Ya

Tidak

Keterangan: • Jika terdapat jawaban Ya pada salah satu pertanyaan nomor 1 – 4, maka pemberian imunisasi ditunda • Jika terdapat jawaban Ya pada salah satu pertanyaan nomor 5 – 11, maka pemberian imunisasi sebaiknya dilakukan di rumah sakit oleh dokter ahli atau di Puskesmas bila penyakit terkontrol

Kesimpulan: Dapat diberikan imunisasi Imunisasi ditunda Dirujuk ke RS

[77]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 11. Formulir Rujukan Pemberian Imunisasi COVID-19 FORMULIR RUJUKAN PEMBERIAN IMUNISASI COVID-19 No rujukan: Rujukan sasaran imunisasi COVID-19 ke Rumah Sakit:…………………………………… Poli Tujuan: ……………………………………….. Berdasarkan hasil skrining kesehatan, dengan ini kami merujuk Bapak/Ibu untuk mendapatkan imunisasi COVID-19 dengan data sebagai berikut: Nama pasien : ………………………………………………………………………………………………. Umur : ………………………………………………………………………………………………. Alamat : ………………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………………………… ………….. Dengan alasan yang bersangkutan memiliki penyakit penyerta yaitu: 1. …………………………………… 2. …………………………………... 3. …………………………………… atau kondisi medis lain yang membutuhkan pengawasan dokter ahli dalam pemberian imunisasi COVID-19. Jakarta, …………………. 2020 Petugas kesehatan yang merujuk

(……………………………………..)

[78]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 12 Checklist Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pelayanan Imunisasi Pada Masa Pandemi Penggunaan APD

1,

Masker Bedah/Medis

Orang Petugas Kader Tua/ Kesehatan Pengantar √

2.

Masker Kain 3 lapis

-





▪ Wajib digunakan ▪ Dicuci dengan deterjen setelah pulang dari tempat pelayanan imunisasi

3.

Sarung Tangan



-

-

4.

Gown/ Apron/



-

-

▪ Dapat digunakan jika tersedia dan akan memberikan imunisasi secara oral (bOPV, rotavirus) ▪ Satu sarang tangan hanya untuk satu sasaran yang akan diimunisasi. ▪ Digunakan bila tersedia ▪ Untuk jenis gown/ apron/ yang dapat digunakan kembali (reusable), penggunaan kembali dapat dilakukan setelah pencucian pada suhu 57,2⁰C - 71⁰C- selama minimal 25 menit, kemudian didisinfeksi menggunakan klorin dengan konsentrasi 1:99

No Jenis APD

[79]

Keterangan ▪ Wajib digunakan ▪ Disposable atau sekali pakai

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

5.

Face Shield



-

-

[80]

▪ Digunakan bila tersedia ▪ Digunakan bersamaan dengan masker bedah ▪ Dapat digunakan kembali setelah dilakukan pencucian dan disinfektan oleh petugas yang telah menggunakan sarung tangan dengan cara: bagian dalam face shield dibersihkan menggunakan kain bersih yang sudah dicelupkan ke deterjen; bagian luar face shield dibersihkan menggunakan kain bersih yang sudah dicelupkan ke disinfektan (klorin), kemudian dibersihkan dengan air bersih/ alkohol untuk melepaskan residu; kemudian dikeringkan dengan cara dijemur atau dilap bersih

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 13. COVID-19 Vaccine Introduction Readiness Assessment Tool – Tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota

[81]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[82]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[83]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[84]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 14. Checklist Supervisi Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tahun 2021

CHECKLIST SUPERVISI PELAKSANAAN IMUNISASI COVID-19 TAHUN 2021 Nama supervisor :

Jabatan :

Unit organisasi :

Kab/Kota :

Puskesmas :

Tanggal :

Tipe pos pelayanan *) No.

Pos pelayanan

Desa/Kel

Kecamatan

1 2 3 4 *) Berilah tanda "X" pada kolom yang sesuai Mulai supervisi di pos pelayanan (Pk.) Selesai supervisi di pos pelayanan (Pk.) Berilah tanda "YA" (=Y), TIDAK" (=T), "TIDAK TAHU"(TT) pada kolom tipe pos pelayanan A

PENGORGANISASIAN

1

Terpasang tanda Pos Pelayanan (ada banner/poster )

2

4

Ada vaksinator terlatih dan menggunakan APD Ada petugas yang melakukan skrining dan menggunakan APD Peralatan skrining tersedia

5

Antrian yang teratur

6

Kader dan Pengunjung menggunakan masker kain Meja pelayanan antar petugas dan tempat duduk antar penunggu menjaga jarak aman 1 – 2 meter Sarana cuci tangan di pintu masuk pos imunisasi

3

7 8

2

PEMBERIAN IMUNISASI Hanya 1 vial vaksin yang dibuka pada saat pelayanan berlangsung Mencantumkan jam pembukaan vial vaksin

3

Vaksinator memberikan imunisasi dengan cara intramuskuler

4

Vaksinator tidak menyentuh jarum dan tutup botol saat mengambil vaksin dan memberikan imunisasi Vaksinator menunggu hingga usapan alkohol swab mengering sebelum melakukan penyuntikan Memberikan kartu imunisasi/mengisi kartu imunisasi elektronik kepada pengunjung yang telah diimunisasi Tidak menyiapkan suntikan sebelum target datang (prefilling) Tidak melakukan recapping Tidak menggunakan vaksin yang telah dibuka melebihi batas waktu

B 1

5 6 7 8 9

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

C 1 2 3 4

Vaksinator tidak membuang tutup jarum pada safety box Vaksinator membuang syringe yang telah digunakan ke safety box (tidak dilakukan recapping) Safety box yang terisi diberi label dan diamankan Limbah lain (plastik, kapas, vial, sarung tangan, masker medis) dimasukkan ke kantong limbah

[85]

Pusk

Klinik/RS/Fasya nkes lainnya

KKP

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

D

PENGELOLAAN KIPI

1

Format Pelaporan KIPI tersedia

2

Vaksinator mengetahui apa yang dilakukan bila terjadi KIPI (rujukan, pelaporan)

3

Apakah kit anafilaktik tersedia di pos pelayanan?

4

Apakah isi kit anafilaktik sesuai dengan standar?

E 1

SUPERVISI Apakah supervisor mengunjungi pos hari ini

1

COLD CHAIN Vaksin disimpan dalam vaccine carrier dilengkapi dengan ada 2 atau 4 kotak dingin (cool pack) sesuai dengan standard vaksin karier (vaksin karir ukuran kecil = 2 buah; ukuran besar = 4 buah)

2

Vaccine carrier dilengkapi alat pemantau suhu

3

Vaksin disimpan dalam suhu 2-8 °C (lihat alat pemantau suhu dlm vaccine carrier)

4

Saat pelayanan, vaccine carrier diletakkan di tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung Vaksin yang sudah dibuka disimpan diantara busa di dalam vaccine carrier

F

5

LOGISTIK

G 1

Jumlah vaksin memadai

2

Jumlah ADS 0,5 ml memadai

3

Safety box memadai

4

Vaksin tidak kadaluwarsa dan VVM A atau B

5

ADS tidak kadaluarsa

6

Vaksinator mengetahui tempat penyimpanan cadangan vaksin dan logistik

PENGGERAKAN MASYARAKAT/ MOBILISASI SOSIAL

H

Berapa jumlah jawaban "YA" dari 5 responden yang diwawancarai 1

Ada informasi kegiatan dari pengeras suara

2

Ada informasi kegiatan dari radio/TV

3

Ada informasi kegiatan dari petugas kesehatan atau kader

4

Mengetahui umur sasaran kegiatan

I

RUANG PENYIMPANAN VAKSIN Vaccine refrigerator dilengkapi alat pemantau suhu

1 2

Vaksin disimpan pada suhu 2-8° C

3

Ada grafik suhu (harian)

J

PENANGANAN KIPI

1

Obat-obatan dan fasilitas penanganan KIPI tersedia

2

Ada tenaga yang siap menangani KIPI

3

Ada mekanisme rujukan yang jelas

K

MANAJEMEN LIMBAH

1

Tempat limbah medis di tempat yang aman

2

Apakah ada rencana pengelolaan limbah?

Keterangan: Daftar tilik supervisi dapat diisi dan dilaporkan secara online melalui https://enketo.ona.io/x/#18Rq3kbb

[86]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 15. Format Pencatatan Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat Puskesmas/Fasyankes

[87]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 16. Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat Puskesmas

[88]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 17. Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat Propinsi

[89]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 18. Laporan Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Imunisasi COVID-19 Tingkat Kabupaten/Kota

[90]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 19. Rapid Convenience Assessment (RCA) Untuk Pelaksanaan Imunisasi COVID-19

[91]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[92]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

[93]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 20. Formulir Pelaporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Serius Isi dengan Ballpoin (tembus karbon) benar dan valid

Data diisi dengan

FORMULIR PELAPORAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) SERIUS Identitas pasien Nama : Nama Orang Tua :

: …./…./20....

Tanggal lahir : ...../...../……… ......................................... .........................................

Alamat

: .......................................................... .......................................................... RT/RW : ....../...... Kel./Desa ............................ Kec. : .......................................................... Kab/Kota : .......................................................... Prop.

Tgl. terima

: ..........................................................

Telp. : .......................................................... Kode Pos :

Jenis Kelamin 1. Laki-laki; 2. Perempuan Bagi Wanita Usia Subur (WUS) 1. Hamil

2. Tidak Hamil

Penanggung jawab (dokter Spesialis, dokter, Pimpinan) ......................................................................... Alamat Pelayanan Imunisasi (RS, Puskesmas, Klinik) ........................................................................... RT/RW : ....../...... Kel./Desa ............................ Kec.

: .........................................................

Kab/Kota: .......................................................... KU sebelum imunisasi :

Prop.

.............................................

: ..........................................................

Telp. : .......................................................... Kode Pos :

Pemberi Imunisasi : Dokter / Bidan / Perawat / .................... Vaksin-vaksin yang diberikan dalam 4 minggu terakhir No.

Jenis Vaksin

Pabrik

vvm

No. Batch

Tanggal

Jam

Pemberian Intrakutan / Subkutan / Intramuskular

Lokasi penyuntikan

Jumlah dosis

1 2 3 4 Tempat pemberian imunisasi :

1. RS; 2. Puskesmas; 3. Dokter Praktek; 4. Pustu; 5. Klinik Imunisasi (yang terdaftar)

Manifestasi kejadian ikutan (keluhan, gejala klinis) Waktu gejala timbul Keluhan & Gejala Klinis Tanggal Jam Mnt Bengkak pada lokasi penyuntikan Perdarahan pada lokasi penyuntikan Perdarahan lain.................................................... Kemerahan lokal Kemerahan tersebar Gatal Bengkak pada bibir / kelopak mata / kemaluan Bentol disertai gatal Muntah Diare Pingsan (sinkop) Kejang Sesak nafas Demam tinggi (>390 C) lebih dari satu hari Pembesaran kelenjar aksila

[94]

Lama gejala Mnt Jam Hari

Perawatan / tindakan Tindakan darurat Rawat jalan Rawat Inap (tgl....................) Dirujuk ke........................ (tgl......................... ) Kondisi saat ini (tgl……………….…) Sembuh (tgl ……………….) Meninggal (tgl ...................) Dalam perawatan: - Di rumah / mandiri - Fasilitas kesehatan

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Kelemahan/kelumpuhan otot: lengan/tungkai Kesadaran menurun Lain-lain 1. ......................................................... 2. ......................................................... 3. ......................................................... Apakah ada sasaran lain yang diimunisasi pada saat yang sama mengalami gejala serupa? Ya Tidak Apakah ada sasaran lain yang tidak diimunisasi pada saat yang sama mengalami gejala serupa? Ya Tidak Informasi kesehatan lainnya (alergi, kelainan kongenital, dalam terapi obat-obatan tertentu, komorbid lainnya)

Berita KIPI diperoleh dari Nama Hubungan dengan pasien Tanggal

: (pasien, kader, keluarga, masyarakat, .....................) : : : ...../...../..........

............................................, tanggal ...../...../.......... Tanda tangan pelapor Tanda tangan pemberi imunisasi

(............................) (........................................)

[95]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 21. Formulir Investigasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Otopsi Verbal)

FORMULIR INVESTIGASI KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (Otopsi Verbal) Wawancara dilakukan oleh : (nama, instansi, telepon, email) 1. Nama :________________________________________________________ Instansi :________________________________________________________ Telepon/Email :_______________________________________________ 2. Nama :________________________________________________________ Instansi :________________________________________________________ Telepon/Email :_______________________________________________ Tanggal : _____________________ Jam : ____________________________ Responden : 1. Nama : _____________________________ Hubungan dengan kasus KIPI : _________________________________ 2. Nama : ______________________________ Hubungan dengan kasus KIPI : __________________________________

[96]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

IDENTITAS KASUS KIPI Nama

: ____________________________________Lelaki/Perempuan

Tanggal lahir : _____/______/______ Usia

: _____Tahun________Bulan______Hari

Alamat : Jalan ………………………… Nomer ….

RT/RW ……………….

Dusun/Kampung…………….. Desa/Kelurahan ………………… Kecamatan ………………….. Kabupaten ………………………… Provinsi ……………………….… Jumlah saudara kandung: IMUNISASI Imunisasi terdahulu (lebih dari 30 hari, dari imunisasi terakhir) Imunisasi (Vaksin)

Tgl

Jam

No. Bets

ED

VVM

Cara Pemberian Jumlah Lokasi (Intra kutan, dosis penyuntikan Sub-kutan, Intra (ml) muskular)

Gejala/ Reaksi simpang

* Jika Ya: Reaksi timbul pada tgl .......................................... Gejala & Waktu timbulnya gejala ............................................................................. Diagnosis .................................... Imunisasi sekarang (dalam kurun 30 hari terakhir) : Imunisasi (Vaksin)

Tgl

Jam

No. Bets ED

VVM

[97]

Cara Pemberian (Intra muskular)

Jumlah dosis (ml)

Lokasi penyuntikan

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Tempat imunisasi :

Pemberi imunisasi :

Puskesmas

Rumah Sakit

Praktek Swasta

Klinik Imunisasi

Lain-lain: ______________

Dokter

Perawat

Bidan

KONDISI RANTAI DINGIN 1.

Apakah vaksin disimpan pada tempat yang sesuai?

2.

Apakah vaksin disimpan pada suhu yang sesuai? (2 – 80 C)

3.

Apakah dilakukan monitoring suhu dan pencatatan secara berkala? (suhu dicatat dua kali sehari dan terdapat grafik pencatatan suhu)

4.

Apakah terdapat vaksin lain selain Covid-19 (DPT-HB-Hib, DT, Td, HB Uniject) yang beku atau diduga beku di dalam tempat penyimpanan vaksin?

5.

Apakah terdapat barang selain vaksin di dalam tempat penyimpanan vaksin?

6.

Apakah vaksin disimpan bersama dengan obat lain dengan pemisahan dan penandaan yang jelas, sehingga menjamin tidak terjadi kontaminasi/kontaminasi silang? 7. Apakah terdapat vaksin yang kadaluarsa atau mengalami kerusakan fisik di dalam tempat penyimpanan vaksin dan dipisahkan serta diberi penandaan yang jelas? 8.

Apakah terdapat sisa vaksin pelayanan sebelumnya (lebih dari enam jam) di dalam tempat penyimpanan vaksin?

9.

Apakah terdapat vaksin dengan kondisi VVM C atau D di dalam tempat penyimpanan vaksin dan dipisahkan serta diberi penadaan yang jelas?

10.

Apakah tempat penyimpanan vaksin dilengkapi dengan [98]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

termometer yang berfungsi dengan baik dan terkalibrasi? (Kalibrasi minimal satu kali/tahun) 11. yang berfungsi dengan listrik padam?

Apakah terdapat generator baik untuk menjamin jika terjadi

12.

Apakah terdapat formulir pencatatan dan pelaporan termasuk formulir KIPI pada tempat pelayanan imunisasi?

13.

Apakah tersedia Kit Anafilaktik pada saat pelayanan imunisasi?

KEADAAN PASIEN SEBELUM IMUNISASI Gejala

Tidak

Ya

Jika ya, timbulnya gejala sejak : Tanggal Pukul

Demam Batuk/pilek Diare Muntah Sesak Napas Komorbid lain: - Diabetes - Hipertensi - Penyakit kardiovaskuler - Penyakit ginjal - Penyakit paru lainnya (PPOK, TBC, asma, dll) - Penyakit hati - Keganasan - Gangguan imunologi - Hamil - Lain-lain: ……………………………………….. Kondisi kesehatan: - Alergi terhadap : - telur

Ada

Tidak ada

- obat

Ada

Tidak ada

- Alergi lainnya:

Ada, sebutkan ______________

[99]

Tidak Ada

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Pengobatan saat ini: - Pemakaian obat-obat steroid

Ada

Tidak ada

- Pengobatan lainnya:

Ada

Tidak ada

Sebutkan ______________________________________________________________________ Riwayat alergi pada keluarga: ____________________________________________________

PERJALANAN MANIFESTASI KLINIS KASUS KIPI PADA PASIEN Gejala

Tidak

Ya

Bengkak di tempat suntikan Perdarahan di tempat suntikan Ruam lokal, bengkak, merah & gatal - pada kulit - pada bibir - pada mata Ruam tersebar: - pada muka - pada anterior tubuh - pada posterior tubuh - pada anggota gerak - seluruh tubuh Demam tinggi > 390 Nyeri kepala Nyeri otot Lesu Batuk/pilek Diare Muntah Sesak napas Kuning / ikterik Perdarahan Kejang Kelemahan/kelumpuhan otot lengan / tungkai Pingsan (sinkop) Penurunan kesadaran Tanda-tanda syok anafilaktik Sakit kepala Lemas & kebas seluruh tubuh [100]

Jika ya, timbulnya gejala sejak : Tanggal Pukul

Lama gejala Jam / Hari

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Pembengkakan kelj.getah bening (leher/ketiak/lipat paha) Sakit disertai kelemahan pada lengan yang disuntik Lain-lain: ………………………………. - ……………………………. - ……………………………. Identitas pelapor Gejala awal KIPI diketahui pertama kali oleh : Nama : ____________________ Hubungan dengan penderita : __________________________ Pada tanggal …………………….. jam ………… Alur penanggulangan kasus KIPI Laporan I adanya KIPI dilakukan pada tanggal …………………..… jam……… dan disampaikan kepada Nama institusi : _______________________________ Alamat : _______________________________ Tindakan yang dilakukan oleh penerima laporan pertama : Memberi pengobatan Nama obat, waktu, dosis dan cara pemberian obat: Nama obat (usahakan

Waktu pemberian

nama generik)

tanggal

dosis

Jam

Hasil pengobatan: membaik tidak ada kemajuan memburuk sembuh pada tanggal ………./…………../………… [101]

Cara pemberian

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Merujuk Waktu merujuk : tanggal…………….… jam…………. Rujukan kepada : Nama institusi : _________________________ Alamat : _________________________ Rujukan pertama KIPI tiba tanggal …………… jam ………… pada Nama

:_____________________________

Jabatan :____________________________ Nama institusi dan alamat : _____________________________ Gejala klinis/keadaan saat di tempat rujukan :

Pemeriksaan fisik:

Pemeriksaan penunjang:

A. Laboratorium:

[102]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

B. Rontgen

C. CT-Scan/MRI

D. Serologi/Swab PCR

[103]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Diagnosis : _______________________ Tindakan : Rawat Inap

Rawat Jalan

Memberi pengobatan

Nama obat, waktu, dosis dan cara pemberian obat: Nama obat (usahakan

Waktu pemberian

nama generik)

tanggal

Dosis

jam

Tindakan lain : _________________________________ Hasil pengobatan: membaik tidak ada kemajuan memburuk sembuh pada tanggal ………./…………../………… Rujukan kedua KIPI Waktu merujuk : tanggal……………………………… jam…………. Oleh: Nama

:__________________________________

Jabatan

: __________________________________

Rujukan II tiba tanggal …………… jam ………… pada [104]

Cara pemberian

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Nama institusi : ________________________________ Alamat

: ________________________________

Gejala klinis/keadaan saat di tempat rujukan :

Pemeriksaan fisik:

Pemeriksaan penunjang: A. Laboratorium:

[105]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

B. Rontgen

C. CT-Scan/MRI

D. Serologi/Swab PCR

[106]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Diagnosis : _______________________ Tindakan : Rawat Inap

Rawat Jalan

Memberi pengobatan

Nama obat, waktu, dosis dan cara pemberian obat: Nama obat (usahakan

Waktu pemberian

nama generik)

tanggal

Dosis

jam

Tindakan lain : _________________________________ Hasil pengobatan: membaik tidak ada kemajuan memburuk sembuh pada tanggal ………./…………../………… Rujukan ketiga KIPI Waktu merujuk : tanggal……………………………… jam…………. Oleh: Nama

: ___________________________________

Jabatan : ___________________________________ Rujukan III tiba tanggal …………… jam ………… pada [107]

Cara pemberian

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Nama

:_____________________________

Jabatan :_____________________________ Nama institusi dan alamat : _____________________________ Gejala klinis/keadaan saat di tempat rujukan :

Pemeriksaan fisik:

Pemeriksaan penunjang:

A. Laboratorium:

[108]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

B. Rontgen

C. CT-Scan/MRI

D. Serologi/Swab PCR

[109]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Diagnosis : _______________________ Tindakan : Rawat Inap

Rawat Jalan

Memberi pengobatan

Nama obat, waktu, dosis dan cara pemberian obat: Nama obat (usahakan

Waktu pemberian

nama generik)

tanggal

Dosis

Cara pemberian

jam

Tindakan lain : _________________________________ Hasil pengobatan: membaik tidak ada kemajuan memburuk sembuh pada tanggal ………./…………../………… HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………

[110]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

…………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………... HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG LAIN A. Rontgen

B. CT-Scan/MRI

C. Serologi/Swab PCR

[111]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

HASIL AKHIR SEMBUH SEMPURNA SEMBUH DENGAN GEJALA SISA BERUPA : MENINGGAL, tanggal …………….…………… jam …………………. KESIMPULAN DOKTER YANG MERAWAT PALING AKHIR DIAGNOSIS : 1. 2. 3. SEBAB KEMATIAN : _________________________ HASIL PEMERIKSAAN UJI VAKSIN (apabila vaksin dikirim untuk diperiksa ke PPOMN-BPOM) Petugas BPOM-Balai Besar POM Provinsi -

Nama: ……………………..

-

Institusi: ………………….

Waktu pengambilan sampel -

Tanggal: ……/……./……

-

Waktu: ………………..

Jumlah sampel*: ………………….. No Batch. : ………………………… Hasil: Tes Toksisitas: ………………….. ……….. Tes Sterilitas: ……………. ……………………..

[112]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

*Jumlah Sampel: No.

Antigen

1 Covid-19

Volume sampel (ml atau dosis) 5 ml, 10 dosis

Total sample 29 vial

TANDA TANGAN PENGISI FORMULIR INVESTIGASI

( ___________________ ) Jabatan:

( __________________ ) Jabatan :

RINCIAN KRONOLOGIS KIPI

[113]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 22. Undangan Pemberitahuan Pemberian Vaksin COVID-19

[114]

Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi COVID-19

Lampiran 23. Kartu Imunisasi COVID-19

Tampak Depan

Tampak Belakang

[115]

Related Documents


More Documents from "Yennifer Valeska"