Enter Kuda Kertas

  • Uploaded by: wira fadel
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Enter Kuda Kertas as PDF for free.

More details

  • Words: 14,918
  • Pages: 198
Loading documents preview...
i

Origami

Fikiran Lolahi

Origami : Kuda Kertas

i

Ku Persembahkan Untuk Mereka, Nafasku Ayah-Ibuku Anak Istriku Saudara Sedodomi dan rekan dalam kemanusiaan

Origami : Kuda Kertas

ii

Judul Novel : ORIGAMI : Kuda Kertas Penulis : Fikiran Lolahi Penerbit : Tali Arus Genre : Romantism Kritis Tahun Penerbit : 2019 Jumlah Kata : 13938 Jumlah Halaman : 190 ISBN : 15051986 Origami : Kuda Kertas

iii

Bilik Kata Inti Buku Manifeso Cinta Origami Denyut IGD Secret Admirer Biang Waktu Kongres HIKMAT Sulamadaha Saksi Mahkota Bukti Tanam Bala & Bara Belajarlah dari Prasasti

ii iii 1 11 23 59 78 104 116 134 148 158 175 Origami : Kuda Kertas

1

D

i luar sana banyak diantara kita yang mengaku memiliki cinta, namun sikap kecintaan para

pecinta itu sayangnya tidak dibarengi oleh Origami : Kuda Kertas

2 hikmah kebijaksanaan dalam diri, padahal sejatinya cinta saja tidak cukup menjadi alasan pelengkap dari mantra kebohongan mereka para pecinta yang sudah kehilangan kadar empati sosialnya itu. Carut marut, kasak dan kusuknya pararealitas kehidupan saat ini, itu kerena mereka yang mengaku memiliki cinta dalam mengerjakan sesuatu tidak sekalipun didasari oleh sikap kebijaksanaan dalam cinta. Sederhananya, kita harus mencintai cinta sebelum berbicara tentang cinta. Munafik dan penyamun kalian. Lihatlah, Di tengah kehidupan yang serba monoton ini, dihelat adu kehidupan yang Origami : Kuda Kertas

3 memamerkan

pribadi

individualistik

itu,

dipayung glamournya politik perang ala kapitalisme,

mereka

yang

mengaku

mengerjakan sesuatu atas nama cinta itu, ternyata tertidur dalam keterlelapan yang membangkitkan libido syahwat tapi mengebiri nalar nurani batin. Tidak menghasilkan apa-apa kecuali kebohongan besar. Ironisnya, dalam laku yang serba luar biasa itu, kehidupan sosial, ekonomi, budaya serta politik tersandera menjadi budak setianya berhala matrealisme ortodoks dari paduka tuan yang mulia. Akhir daripada itu tak ada lagi yang mau ambil peduli tentang kebersamaan, Origami : Kuda Kertas

4 keterbelakangan, kemiskinan dan penderitaan yang dialami oleh mereka yang marjinal dari khayalak mayoritas. Mereka sibuk hanya untuk mengusung kepentingan sendiri, sibuk mengurus dirinya sendiri. Apakah kita harus tertawa? Sungguh mata hati samar menatap kenyataan ini. Yang budayawan, yang dermawan, yang agamawan, politikus dan praktisi, pemangku-pemangku adat hingga para tetua kampung asik beronani sabda kata lengkap dengan atribut moralnya, padahal itu palsu dan menipu. Mereka takut disebut “penyamun”, maka mereka melakukan berbagai ritual, dialog, simposium, istiqosah, eksperimen tapi yang Origami : Kuda Kertas

5 dilakukan itu hanya menyisihkan sejumlah soal baru, bukan penyelesaian akhir, semakin menimbulkan kegalauan tingkat dewa. Bukankah setelah serimonial yang katanya ilmiah itu digelar, hasil korupsi makin membuncit ditiap rekening pejabat, rentenir semakin berhasrat menyetubuhi hutan-hutan kita, konflik sengketa lahan makin menebal antrean arsip kriminalisasi, komprador lokal ikut ambil bagian merusak harga komoditas, tanah longsor, banjir tak terkendali, wabah HIV AIDS, busung lapar, gempa bumi, dan serentetan peristiwa buruk lainnya. Ada apa dengan kita saat ini? Si miskin menjerit karena kelaparan, si kaya juga menjerit Origami : Kuda Kertas

6 oleh karena kekenyangan. Andaikata si kaya itu mau membagi sedikit makanannya untuk si miskin pasti keduanya tak ada yang saling menjerit kesakitan. namun begitulah undangundang hidup saat ini, rakus dan pasrah memang bukan sebuah tratak tapi etika dan moral jelas adalah sebuah pakem yang digunakan untuk mempercantik kejahatan. Kita harus sadar diri dan mulai mengerjakan sesuatu yang dahulu Lenin dengan kelompok kecilnya, Ayatollah Khomeini, Roxa Luxemburg, Tan Malaka, Samiun pernah mengerjakan itu. Kita tak bisa membiarkan mereka tertidur pulas di atas kasur yang dibeli dari hasil pajak rakyat itu. Origami : Kuda Kertas

7 Kita tak bisa membiarkan ini terus berlanjut, meregenerasi, menjadi sebuah genre dari mereka yang berkuasa. Sesuatu yang dalam mantra ilmu sosiologi merupakan dampak dikotomi antara kehidupan privat dan kehidupan publik. Mari kita pisahkan dulu kata dari dusta. Mari kita satukan batas antara identitas dari komunitas, biar semuanya jelas, biar semuanya tuntas, biar semuanya bebas biar tak ada yang ditindas. Mari menulis manifesto cinta untuk rakyat. Massa-rakyat adalah kumpulan dari individu-individu, dan manusia sebagai individu mempunyai

potensi untuk mengarahkan Origami : Kuda Kertas

8 masyarakat dan diarahkan olehnya. Karena itu, manusia sebagai individu dan manusia sebagai masyarakat yang mengaku paling banyak kadar cinta itu harus bertanggung jawab penuh atas dirinya dan atas masyarakatnya. Tak terkecuali dengan pemerintah kita. Semunafik inikah kita? Mungkin belum tersinggung hanya karena kita belum ada yang tertimpa. Ada tangis para petani, buruh, nelayan dan kaum miskin kota dibalas gelak tawa. Asik kita larut dalam kejahatan yang membabibuta. Mari kita ajungkan salam jari tengah kepada dewa kejahatan sambil menistakan kehendak di atas kehendak. Beronani tentang arti sebuah keadilan nurani. Setelah itu ajarkan Origami : Kuda Kertas

9 mereka jalan panjang yang disebut cinta. Di mana, siapa, kapan, bagaimana, mengapa dan apakah membumikan cinta itu penting? Bagaimana mungkin kita ingin membangun jika lebih banyak hanya untuk menggusur. Jika benar kalian adalah para pecinta sejati, sudahkah kalian seperti Yudistira yang menaklukkan

Drupadi

dengan

kembang

Sukandika. Seperti Bandung Bondowoso yang mau membangun Tangkuban Perahu demi cintanya kepada Roro Jonggrang, atau seperti Muqhal Shah Jahan yang membangun Rauzza-I

Munavvara untuk isteri tercintanya Arjumd Banu Bequm. Jika belum, maka jangan berbicara Origami : Kuda Kertas

10 tentang cinta apalagi mengaku sebagai pecinta sejati. Mari kita melakukan sesuatu. Pastinya bukan untuk sebuah kejahatan. Yang lama telah berakhir dan yang baru kini terlahir. Mari menulis manifesto cinta. Dan kuda kertas adalah manifesto ku. Kamu?

Origami : Kuda Kertas

11

A

pril 2008, tertanggal 09. Di senja kala itu, saat di mana luka dunia terobati dari semua nestapa

keakuaan ego. Di tapal maya bibir pantai kota itu, ada seutas ikrar penyatuan diri dilafadzkan, kimesteri terwujud pada wajah-wajah hamba Origami : Kuda Kertas

12 bumi yang sedang dililit rasa penasaran dan kasmaran. Di situlah alur perubahan jiwa yang menyeret mereka jauh ke lembah pergolakan eksistensialis bernama cinta. Dan itu yang aku puja. Diandara V Puan Semesta. Demikian nama gadis itu. Seorang eksponen sayap kiri dari gerakan feminism kota tua. Sang militan yang juga dermawan hatinya. Anak semata wayang dari seorang petani cengkeh disemenanjung selatan pulau Halu Ma Hera. Fisikawan muda yang kelak akan ku bandrol hatinya dengan cinta. Berawal dari sebuah sentuhan kecil, pertemuan yang tidak di Origami : Kuda Kertas

13

setting. Perkenalan yang tak diduga. Entah ini takdir ataukah goresan nasib, tapi yang jelas bukan sesuatu yang terlahir dari rahim bernama kebetulan. Adalah di atas jembatan kayu Resident, sebuah tempat yang mengingatkan kita pada kebiadaban para kolonialis masa lalu. Sebuah monument dari lusinan lintasan perjalanan kaum penjajah yang datang hanya untuk menjajah, menindas, serta merampok hasil kekayaan alam bumi pertiwi. Di bawah langit di atas lantai pantai ini, dijembatan yang telah diubah fungsinya oleh mahasiswa menjadi Kesekretariatan Bersama (SEKBER) itu, kami bersila sambil menikmati sepoian angin malam, Origami : Kuda Kertas

14 melepaskan penat dari segala macam rutinitas vertikal yang keras juga melelahkan jiwa dan pikiran. Malam itu langit terlihat nampak indah, gugusan planet saling berdansa. Merkurius, Venus dan Jupiter menunjukkan panorama menarik yang sangat rendah di barat laut langit tamaran. Canda tawa kami memecah disela-sela keheningan malam. Bhyon yang jago memainkan gitar memancing kami untuk bernyanyi ria, kecuali seorang gadis bermata empat. Raganya mungkin ada bersama kami, namun pikirannya liar bergelantung di mana-mana. Sekedar untuk mendikte, rupanya dia sedang dililit selusin Origami : Kuda Kertas

15 perkara. Sinyalemennya jelas terlihat. Dia seolah tak ingin diganggu, tapi sangat membutuhkan sentuhan perhatian. T I T I K. Sebagai seorang teman, tawa kita adalah tawa bersama, luka kita adalah luka kita bersama. Dari bahan seadanya, sebuah origami “Kuda Kertas”. Ini untukmu. Ujarku. Semoga kau terhibur. Permisi...!!! Sebagai orang yang sangat tertarik seluk-beluk peradaban Japinis, dia tahu betul makna dibalik sebuah Origami. Bukan hanya sekedar seni melipat kertas semata. Tetapi lebih dari itu, sebuah kepercayaan bangsa jepang bila seseorang yang mempunyai mimpi dan ada yang memberikan Origami : Kuda Kertas

16

Origami kepada orang tersebut, maka mimpinya pasti segera terwujud. Tapi aku tak tahu apa mimpinya. Aku bersama Fajar Merah bergegas meninggalkan Resident beserta segala canda resahnya. Malam berakhir hanya meninggalkan sebuah tanda. Terbangun di subuh kala itu. Di penghujung kegelapan yang hampa. Usai sholat subuh sengaja ku rapikan segala tetek-bengek : Bahan bacaan, pena, kertas, handuk mini, sikat gigi, odol dan sabun cair lengkap mengisi ranselku. Maklum tiga hari sekali baru mampir lagi ke kontrakanku yang tak jauh dari kampus. Origami : Kuda Kertas

17 Sisanya sedikit banyak ku habiskan dilokasi organisir. Seperti

biasa.

Seperti

pagi-pagi

sebelumnya. Mandi and go to champus menjadi kewajiban setiap mahasiswa di luar waktu libur, tidak terkecuali aku. Tradisi manja yang berlaku pada umumnya dikampung tak bisa disamakan dengan kehidupan rantau yang saat ini sedang dijejali. Seruput kopi palsu mungkin adalah menu terspesial kami dirumah kontrakan. Seusai jam perkuliahan mojok di warung kopi telah menjadi kebutuhan kedua setelah mengunjungi perpustakaan. Di kedai itu, selain Origami : Kuda Kertas

18 dapat mengatasi dahaga intelektual, kami juga bisa beradaptasi, berkomunikasi dan berdiskusi antar sesama mahasiswa dari berbagai fakultas. Di kedai kopi itu pula, program cuci mata dari katarak realitas sosial bisa terpenuhi, terlebih jika yang nongkrong mahasiswinya dari fakultas ekonomi, pasti banyak aktivis yang betah, meski belasan jam duduk di sana. Tapi bukan itu yang menjadi tujuan utama. Segelas kopi yang ku pesan tersaji di depan mata. Sebatang kretek ku nyalakan. Sekedar meluaskan fikiran. Ku eja, ku baca beragam kejadian yang ku lewati semalam suntuk hingga terbagun dikegelapan hampa pagi tadi. Origami : Kuda Kertas

19 Tak ada satupun yang istimewa, kecuali gadis bermata empat dengan simbol Kuda Kertas. Tapi siapa gadis itu? Rasa penasaran ini sejenak mengeledak isi kepalaku. Astagaaa… lamunanku buyar. Hari ini ada Rapat Internal organisasi : Pembentukan PANITIA KONGRES Himpunan Komunikasi Mahasiswa Tobelo (HIKMAT). Hampir luput dari ingatanku, untung saja banker ingatanku masih solid. Dari pojok itu, saya bergegas menuju ruang pertemuan, namun rapat 25 menit telah berlangsung dan itu berarti saya terlambat. Dari pada tidak sama sekali. “Belaku dalam hati”. Panitia-Pelaksana (PANPEL) Kongres sudah Origami : Kuda Kertas

20 terbentuk. Rapat akbar organisasi itu harus segera dieksekusi. Sebagai Dewan Penasehat Organisasi (DPO)

keterlibatanku

dalam

kerja-kerja

kepanitiaan adalah bukan suatu kewajiban, melainkan itu hanya sebatas tanggung jawab seorang kaders terhadap organisasi untuk secara bersama-sama ikut menyukseskan hajatan tahunan. Kali ini devisi perlengkapan menjadi pilihanku. Dari gedung pertemuan, saya dan beberapa rekan dari devisi perlengkapan berdasarkan tugas yang diberi bergegas meninggalkan ruang pertemuan. Berjalan menyusuri sudut kota yang berarsitektur seni Origami : Kuda Kertas

21

Andalusia itu. Gedung-gedung megah kokoh berdiri menambah sisi esoterik kota yang berjulukan

madani.

Masjid

Raya

AL-

MUNAWWARAH berukuran sepertiga dari Masjid Istiqlal menjadi simbol penegasan suatu komunitas yang mayoritas di Kota Ternate. Wajar, jika Ternate merupakan sebuah manuskrip lokalistik dari peradaban masyarakat

Moloko Kie Raha. Sebuah

sketsa

yang

mampu

menelanjangi realitas kongkrit dari kanvas kemunafikan jaman. Sebuah autobiografi yang tak hentihentinya memotivasi kita untuk memahami segmen hidup diantara kisah dan ketakjuban. Origami : Kuda Kertas

22 Suatu cerminan dari suatu komunitas di mana kulturnya, religi, politik, ekonomi dan sosial-nya selalu mentransformasikan nilainilai dari “Adat Se Atorang” dalam melakoni hidup dan kehidupannya.

Origami : Kuda Kertas

23

D

i atas bibir pantai yang kini telah menjadi

pusat

perbelanjaan

warga

itu

kapitalisme

menunjukkan hegemoninya menaklukan hasrat Origami : Kuda Kertas

24 dan libido dari sebuah tatanan masyarakat yang konsumerisme ini. Saya hanya bisa termanggu meratapi mentalitas anak negri yang terjajah hanya dengan image dan idiom-idiom semu. Langkah kami terhenti tepat di depan sebuah toko swalayan. Dari tempat itu, kertas karton berwarna hijaukuning, working cutter 1-500A, perekat serta kebutuhan lain dapat kami penuhi, tentunya untuk keperluan pembuatan tema Kongres nantinya. Di tengah rutinitas kepanitiaan itu,

handpone selulerku berteriak dari dalam tas. Nomor tak dikenal. “Assalammu’alaikum Wr. Wb”. Origami : Kuda Kertas

25 Terdengar manja suara si penelpon. “Apa benarrr Keyva pemilik nomor kontak ini?” Tanya si penelpon.

Waalaikumsalam.. Wr. Wb…. Ya benar. Dan kamu? Sahut ku. “Aku Putri Nalladhipa”. Nama asing di buku daftar perkenalanku.

To the point apa yang bisa ku bantu dan dari siapa nomor saya kamu dapat? Saya mencoba menyelidiki. “Apa salah bila saya hanya sekedar ingin

berkenalan” Tanya Nalla. Salah-benar itu urusan pengadilan. Tapi jawab dulu pertanyaan ku tadi. Desakku “Pertanyaan yang mana?” Ucapnya Origami : Kuda Kertas

26

Heiii bocah, jangan menelepon jika kau sedang tidur. Pura-pura amnesia lagi. Orang yang kasih nomor ke kamu..!! “Owww Itu. Yang jelas rekan kamu dong”

Iya. rekan sih rekan, tapi yang kongkrit lah. Siapa? Cewe apa cowo? “Mau tau ajaa..!! Penasaran yaaa?” Godanya. Hmmm,. Lama-lama ngesalin juga kau rupanya . “Benarrr mau tau siapa orangnya?”

Maaf,. Saya kehabisan minat untuk sekedar ingin mengetahui, simpan saja lelucon standarmu itu. Tit..tit..tit. Telepon sengaja ku matikan. Tak seberapa lama Nalla menelpon kembali. Tanduk dikepala ku serasa mau tumbuh, taring sudah memanjang laksana Origami : Kuda Kertas

27 drakula yang melihat darah segar. Huuuufffff budak sipil, sukanya memata-matai orang. Terdiam. Sikap tertutup ini memang sengaja saya lakukan, sulit berbagi terutama bagi yang asing, meskipun itu hanya berbagi cerita apalagi berbagi kepercayaan. Dan ini hal yang normal bagi kami untuk menghindari penyamaran intelejen terhadap kerja-kerja aktivis. “Kenapa diinjek teloponnya?” Tanya Nalla.

Udahh,. To the point saja. Siapa? Lagi banyak kerjaan nih. “0uduhhhhh,. Maunya..!!” Husst,. Simpan basa-basimu. Nggak lucu. “Marah Yah?” Origami : Kuda Kertas

28

Marah sih nggak, tersinggung sih iiyaaa. “Waduhhh,. Sowrrry sangat ini bro, bukannya aku sengaja menyembunyikan inisial orang itu, tapi ada perjanjian diantara kami. Pliiissss,. Mohon dipahami.” Elaknya. Baiklah kalau begitu. Saya memahami sampai ke tanah asal, tapi kita sudahi dulu komunikasinya. Bye-bye. Telepon ku akhiri. Anehh,. Tapi lumayan juga suara si bocah tadi. Gumamku. Saya kembali memeriksa bagian potongan huruf yang belum diberikan perekat, mengukir dan membuat pola, sementara panitia Origami : Kuda Kertas

29 yang lainnya sibuk dengan tugas mereka masing-masing. Lagu reggae mengiringi kerja-kerja kami.

“Kerja yang melelahkan, lagu reggae saja tidak cukup. Sepertinya ada yang kurang”. Moffad mengalihkan perhatian kami.

Lantas? Tanya Alan dawi. “K o p i t a m”. Usul Dhedat. Serentak para penikmat kopitam itu berteriak “Setuju”. Memang urusan meracik kopi Moffad jagonya, dia pandai membaca psykologi ketika kami benar-benar sedang kelelahan. Tak seberapa lama, aroma khas kopi dari dapur menabrak indera pencium kami. Satu tekwan air yang terbuat dari stenliss itu Origami : Kuda Kertas

30 dijinjingnya. Apa perlu aku yang menuangkan

kopinya digelas kalian? Tanya Moffad. Ya iyalah.!!! Sahut Allan dengan sedikit senyum khasnya.

Manja kalian. Ini bukan hotel yang segalanya dilayani Pramusaji. Kembali Moffad mencoba melepaskan simpul-simpul kelelahan diri dengan lelucon standarnya.

Setiap junior harus melayani para senior, itu sudah menjadi hukum alam. Baru segitunya udah hitung budi, ini namanya kapitalisasi jasa. Tak bisa dibiarkan. Hebatt,. Origami : Kuda Kertas

31

Rupa-rupanya digerbong kita ada Keyness muda. Heiii,. Kawan-kawan masih ingat tiga musuh utama rakyat? Fajar mencoba mendeskreditkan Moffad. “PASTI ITU” Jawab mereka. Yang Pertama..!! Tanyaku.

“KAPITALISME”. Jawab mereka. Yang Kedua..!!

“MILITERISME” Dan Yang Ketiga..!!

“SISA FEODALISME” Maka tak ada kata selain..? “L..A..W..A..N” Kompak kawan-kawan berteriak. Kami menyerang Moffad dengan sisa sampah kertas, larut dalam kelakar canda dan tawa. Origami : Kuda Kertas

32 Kebersamaan ini sejenak menepis kerinduan kami tentang kehangatan keluarga dan kampung halaman. Arah jarum jam menunjukkan pukul : 02.13 WIT dini hari. Seperempat

beban

dari

devisi

perlengkapan sudah terlihat hasilnya. Stamina mulai

mengendur

Panitia-pelaksana seiring

rasa

sudah kantuk

mengambil alih kesadaran.

“Cahyooo para canga muda totalkan tugas kita malam ini, sehari dua agenda Kongres di depan mata” Sekali lagi Moffad mencoba memotivasi. Huruf demi huruf ditempelkan di atas kain spanduk berwarna hitam dengan ukuran 6 x Origami : Kuda Kertas

33 4 meter itu sesuai dengan tema kegiatan yang telah disepakati. Proses penempelan tersisa hanya pada catatan kaki yang memuat waktu pelaksanaan kegiatan. Ketika

hendak

melanjutkan

penempelan bagian akhir, telephone selulerku kembali berteriak.

Buihhhh,. kayaknya ada yang masih lembur malam ini, Siapa juga yang menelepon sepagi ini. Di antara meladeni atau menolak saya terjebak pilihan.

Sengaja

merespon,

harapannya

barangkali ada kabar penting dari kampung. Fikirku. Origami : Kuda Kertas

34 “Salam,.” Terdengar serak kasar suara dari balik telepon.

Salam juga. Jawab ku. “Kau rupanya. Ku ingatkan, jangan berani kau dekati V lagi.” Dia mengancam dari balik telopon. Maksudnya? Belum juga dapat penjelasan. Telpon sengaja ia matikan.

Ban**at kau. Kutu loncat. Dasar jailangkung elektrik, telepon tak disuruh pergi tanpa salam. Makian ku melebar hingga menimbulkan tanya dari Fajar yang radiusnya hanya se inci. “Huwaawaawee,. Ada yang naik

pitam subuh ini,. Di teror Serdadu?” Tanya fajar. Bukan. Kali ini dari pahlawan cinta, Katanya jangan dekati pacarnya yang bernama V. Origami : Kuda Kertas

35

“Memang Iyaaa? Kamu pedekate?” Fajar menyelidik. Ahh.. Fajar ternyata tidak berbeda

dengan si jailangkung barusan. kenal saja tidak, apalagi pedekate. Russaaakkk. Udah jangan bahas itu lagi, Nggak penting. “Benar kamu nggak kenal sama tuh cewek?” Fajar kembali menyerangku dengan pertanyaan asing.

TIDAK. Pusing amat. Apa pedulinya? “Astagaaa. Itukan perempuan bermata empat yang pernah kau kasih origami “Kuda Kertas” dijembatan Resident.” Lah, masalahnya di mana? Selepas itu habis,. Masa bodoh. Mau namanya V, L, X atau apalah, bila perlu abjad latin sekalian. Persetan.. Origami : Kuda Kertas

36

Mepppet waktu kita untuk sekedar membahas alien. Warga Asing. Jauh. Bukan warga bumi. Allan bagaimana progres temanya? “Siap. Rebes Penasehat”. Alhamdulillah,. puji syukur, tak sia-sia kerja kita seharian. Mungkin lebih baik kita istrahat, malam sudah selarut pagi. Walababa,... Beralaskan

seadanya,

di

atas

tumpukan sisa potongan kertas itu, kami labuhkan kelelahan diri, menjaring mimpimimpi indah yang tersibak dibelukar narasi. Hilang,... Malam pun berlalu dengan sendirinya, membawa pergi sisa kejenuhan hening. Origami : Kuda Kertas

37 Kringgg,. Kringg,. Kring,. Jam walker merontak disela-sela fajar pagi, memotong mimpi yang belum selesai. Dua bola mataku berat seperti digantung jangkar Kapal Titanik. Moffad yang sedari malam belum juga tidur mengacaukan suasana pagi.

“Salam jari tengah kawan-kawan” Tapi tak ada satupun yang menghiraukannya. Kukkuruyuuuu,. Kukkuruyuuu,. Bernyanyi,. Berteriak, tapi kami masih saja memeluk mimpi masing-masing. Satu jurus pamungkas terakhir yang dimilikinya pun digunakan. Membisikkan lafadz Origami : Kuda Kertas

38

iqamad ditelinga kami. Dan itu ampuh. Seperti Raja Nero yang membakar kota Roma. Kami bergegas bangun.

“Ayoo bangun,. Jangan biarkan ayam jantan mematok rezeki kalian,. Jangan manjakan rasa malas kalian,. kita di sini bukan untuk bereha-eha. Ingat

derita,

kesengsaraan

dan

pengorbanan orang tua saat menyekolahkan kalian” . Ingat,. bla,.blablaaaa. Bak seorang tokoh proklamator di atas podium.

“Heii,... Sejak kapan kau jadi jurkam, kalau mau berpidato dilapangan gelora. Di sana luas. Tegas Dhedat. Origami : Kuda Kertas

39

“Nahainnahaa,. Diajak ke jalan yang benar, malah balik ngeledek. nanti IP-nya anjlok, jadi macan kampus baru tahu rasa”. Jawab Moffad. Super,. Indonesia bangga punya kamu. Hebat. Kamu berbakat Moffad, makanya di sini bukan tempat yang cocok untukmu berpidato,. Tapi… “Tappiiiii di mana?” Moffad balik bertanya. Di kebun binatang sono. Puas? Dengan mata yang masih sembab, tubuh yang sedikit pegal-pegal menjadi penyebab rasa malasku hari ini. Mungkin inilah pajak yang harus ku bayar dari over-aktivitasku beberapa hari belakangan. Terseokku ayunkan langkah kaki menuju kamar mandi. Dan. Origami : Kuda Kertas

40 Brrurrrrr. Seember air dingin menjilat sekoyong tubuh yang sedang bugil itu. Rasa

kantuk

yang

sedari

tadi

menyanderaku pergi melaju laksana seekor kuda yang terluka. Rasa malas yang mendera tubuh berganti menggigil kedinginan saat sentuhan jemari air menerobos dinding pori-pori kulit. Dan jika sudah begini ‘waktu mandi’nya lagu Jamrud menjadi mantra pengusir hantu rasa dingin.

Pintu didobrak, kepalaku nongol, astagfirullah Pak RT dat... Suaraku nyaring terdengar dari luar kamar mandi. Origami : Kuda Kertas

41

“Oii,. Yang lagi di dalam, ini bukan studio rekaman, kalo mau nyanyi, tuh dipanggung Ngara Lamo tempatnya, masih banyak yang ngantri di luar.” Ucap Allan Dawi. Husstt,. Jaga mulutmu Keponakan Tuhan. Seperti kata pepatah : Jangan salahkan ibu mengandung, salahkan bapak yang salah menaruh burung. Jangan salahkan aku yang berlama-lama di sini, salahkan dirimu yang terlalu cepat di situ. Sahutku. Mau marah silahkan, mau benci silahkan asal jan.. Salah satu lagu kembali ku nyanyikan.

“Udah,. Sriusss nihh” Sanggah Allan. OKE SIAP SENIOR. Lima menit tiga puluh detik lagi. Origami : Kuda Kertas

42

Bhaaaaaaaaa,. Selesai. Saya keluar dari kamar mandi. Senyum lebar sang Keponakan Tuhan berkibar dimukanya. Begitulah suasana kami pagi hari ketika sedang berkumpul diasrama Mahasiswa. Melaju saya bergegas menuju kamar ganti. Ku ambil pakaian dari balik daun pintu yang sudah dua hari melengket dibadanku. Warnanya tak lagi cerah. Maklum, cerahnya sudah dipagari debu dan daki diri. Rambut ikal gondrong sebahu ku biarkan terurai tanpa ditata rapi, aroma Shampoo dave tercium meski dalam jarak 40 depa, kaos hitam oblong bergambar “Bintang Merah” dan celana jeans hitam jangkis penuh tempelan sana-sini menjadi Origami : Kuda Kertas

43 pembalut auratku bagian bawah. Tas ancak yang terbuat dari kulit pohon ganemo penuh terisi perkakas kampus dan mandi. Sandal jepit andalan bermerek yeye yang telah ku beri sedikit motif batik menjadi pengalas selaput kaki. Neces,. Saatnya cabut.

Assalammu’alaikum… Teriakku memberi salam seisi asrama. Langkah ku ayunkan menuju kampus. Kembali menimba ilmu hari ini. Asik. Sebatang rokok menemani perjalanan ku. Mampuss. Rasa gembira berganti cemas. Ini hari jadwal mata kuliah “Filsafat Hukum”. Manusia jenius super disiplin. Sial,. Pimpinan Fakultas

lagi. Sendiri ku menyalahkan diri. Langkah ku Origami : Kuda Kertas

44 percepat, tapi itu sia-sia. Sepuluh menit lebih awal si tua renta itu telah mendahuluiku berdiri di depan kelas. Apapun itu mencoba memberanikan diri, siapa tahu hari ini Dewi Fortuna dipihak ku. Tok,. tok,. Tok..

Assalamu’alaikum. Salam ku beri. “Waalaikumsalam”. Kompak jawab kawankawan. “Ehmmm,. Akhirnya telat kau?” Tanya si Profesor.

I..iyaaa Pak. Jawabku terbata. “Bagus,. Bisa bantu Bapak?”

Bisa Pak. kali ini firasatku buruk. “Tolong kunci pintunya dari luar. Sekarang” Dugaanku benar. Untuk kesekian kalinya kena Origami : Kuda Kertas

45 sanksi. Sebenarnya saya masih bisa menyela, tapi dari pada harus menggugat isi kesepakatan tentang disiplin Mahasiswa-Dosen, lebih baik memilih mengalah. Dan,. Begitulah cara halus lelaki jenius itu mengusir mahasiswanya yang datang terlambat. Menurutnya : Dalam pendidikan tak ada kompenisasi apalagi toleransi. Beliau cukup disiplin, keras dan paling tegas terhadap mahasiswanya. Sikap itu selalu ia tunjukkan baik pada dirinya sendiri maupun kepada anak didiknya. Spirit melahirkan nuansa akademisnya tinggi, tanpa ada kata tetapi, menjadi alasan beliau salah satu dosen favoritku. Absen lagi hari ini di Origami : Kuda Kertas

46 kelasnya Pak Dekan. Dengan sedikit harapan yang tersisa, saya tinggalkan ruangan kelas. Seperti biasa mojok dikedai kopi milik bu Aisyah menjadi pilihanku pagi ini.

Semangat pagi Bunda.. “Pagi juga gondrong” Kopitam tabrak gula!!! “Tumben. Sepagi ini mampir diwarung Ibu. Pasti kena sanksi?” Tebak bunda. Biasa, kelas Filsafatnya si tua renta, Bunda. “Kamu sih, udah tahu dosennya disiplin masih saja datang telat” Abis lagi dapet nih. “Husss,. Emangnya kamu cewek. Pake dapet lagi. Nih kopinya biar pagimu tidak kusut”. Origami : Kuda Kertas

47

Makasih Bunda yang baik hati dengan segala hutang-piutang kami, yang setiap waktu menerima kekurangan kami, semoga bunda diberkahi banyak rejeki. Pokoknya Bunda terbaik. “Sudah, minum kopinya, sebelum lalat berdansa dipesta kolam hari ini” Canda Bunda. Tak seperti biasa, kedai kopi milik Ibu Aisyah sesepi ini, munkin karena masih terlalu pagi makanya anak-anak belum kelihatan. Tak ada kawan diskusi pagi ini. Surat cinta seorang Komunis Internasional yang seminggu lalu ku beli disalah satu toko buku ku ambil dari dalam tas. Sebuah kitab yang ditulis oleh “Tan Malaka” ini, oleh sebagian kalangan Origami : Kuda Kertas

48 dijadikan

panduan

untuk

berorganisasi.

Dijadikan alat perjuangan kelas antara yang menindas dan yang tertindas. Sebuah maha karya yang kaya dengan postulat ilmiah ilmu pasti. Dalam bait-bait surat cinta itu, Datuk Ibrahim, demikian nama lengkap sang penulis, mengajak manusia untuk berfikir. Bahwa manusia bukan hanya tumbuh, berkembang dan pada akhirnya tumbang, akan tetapi bagaimana upaya manusia itu sendiri mampu

membebaskan

diri

dari

tirani

keterkungkungan akal yang syarat akan tradisi mistikal, manipulasi realitas yang diciptakan baik

Negara,

kelompok

Borjuasi-Feodalis Origami : Kuda Kertas

49 maupun Kapitas harus dilawan. Maha dilema ide dan logika. Madilog. karya yang luar biasa.

“Rupanya si kapten kribo sudah lebih dulu di sini” Ucap Arkana yang kemudian disusul oleh ; Mandes, Eros, Boban, Syrop, Nafuk, Fidel, Fajar, Tuty, Lenny dan Fera.

“Ada tugas persentasi Filsafat Hukum dari Pak Dekan, kebetulan kita satu kelompok”. Ujar Eros. Lumayan. Kabar gembira pertama yang ku dengar pagi ini, di mana ada kesulitan pasti diiringi kemudahan. Tuhan memang maha adil. Ucap ku.“

Uhh.. Senang sekali kamu, habis dapat jatah dari Jibril?” Tanya Lenny. “Tau nih, tetiba langsung kegirangan” Tambah Toetty. Origami : Kuda Kertas

50

Bagaimana tidak senang, bisa satu kelompok dengan para Nabi Cinta. Kapan persentasinya? “Nabi Cinta.” Syrop mengelak. “Minggu depan” Terang Eros.

Teerusss,. Apa tugasku dalam kelompok ini? “Biasaaaaaa.” Arkana menyahut. Ow.. Jadi pendengar maksudnya? “Jadi Ketua kelompok dan itu sama artinya menjadi fasilitator materi. Paham?” Tegas Fera. Bagaimana kalo aku notulensi, soalnya lagi sariawan nih. Mencoba memberi tawaran. “Ohh begitu ya”? Sayangnya tidak bisa, ini sesuai hasil Pleno.” Sekali lagi Fera membentak. “Pamali tau, sehat dibilang sakit. Benaran sakit baru tahu rasa kamu”. Complain Lenny. Origami : Kuda Kertas

51

Bercanda didoain, Solidiernya mana? “Hei Budak”..!!! Teriak Comendante Mandes. “Siap Tuan” Kawan-kawan menjawab. “Siap berdiskusi”? “Siapa takut” Aurechaaa.. Salam khas yang kami gunakan dalam komunitas Slavery, sebagai tanda bahwa diskusi bebas akan segera dimulai.

“Bun,. Nasi Kuning-Telur dua porsi nggak pake sambal”. Suara lembut itu terdengar ngeri digendang telinga ku, seperti pekikan halilintar yang merobek lazuarji. Saya mengenali betul siapa pemilik suara yang membahana dari belakang. Siapa lagi jika bukan si “Kuda Kertas”, gadis bermata empat itu. Origami : Kuda Kertas

52

“Para Budak..!!” Eros mengalihkan perhatian ku yang telah tersita oleh kehadiran perempuan itu.

“Siap Tuan”…. “Lanjutkan.!!!” Tema diskusi kita pada kesempatan ini adalah “White House”. Saya coba memandu jalannya diskusi, walau sedikit gagal fokus.

Apakah ada yang dapat menjelaskan alasan mengapa orang Amerika menamakan gedung itu demikian? Tanyaku. “Rasisme” Jawab Toetty. Silahkan rasionalisasinya? “Semenjak migrasi besar-besaran bangsa Afrika menuju benua Eropa.............” Toetty mencoba beropini. Origami : Kuda Kertas

53 Dan.. Perang argumentasi meledak disela diskusi kami, menegasikan mereka yang ada dalam kedai kopi. Tapi hari ini stamina ku tak cukup lama untuk bertahan. Kepala puyeng serasa mau meledak, badanku dingin disertai rasa ngeri. Minum obat dan istirahat yang cukup mungkin adalah solusinya. Saya berpamitan, sementara rekanrekan yang lain masih melanjutkan diskusinya. Berjalan menapaki aspal Bandar Udara Sultan Babullah. Setibanya dibilik kamar kontrakan yang berukuran 4x4 itu, langsung ku periksa kotak P3K, mudah-mudah masih tersedia beberapa butir kapsul dikotak pandora. Origami : Kuda Kertas

54

Neo Rheumacyl tablet adalah dewa penolongku hari ini. Kombinasi dari 350mg

paracetamol dan 200mg ibuprofen cukup membantai nyeri otot dan nyeri sendi yang menyanderaku ditambah 1 butur trazodone pemburu insomnia akut. Apa yang aku cari tak butuh waktu lama untuk menemukannya. Dua butir dan segelas air melaju masuk kerongkongan. Di antara sadar dan terjaga, telephone selulerku berteriak. Arkana memanggil. “Assalamu’alaikum” Terdengar cemas suara Arkana.

Waalaikumsalam., Perintah? Origami : Kuda Kertas

55

“Gawat” Kata Khana. Setidaknya ada kata pengantar, biar aku lebih memahami maksud gawat itu. Letak? “Ok maaf. Salah satu eksponen feminism. Sahabat kita V dia terbaring lemas”. Siapa? “Perempuan Kuda Kertas. Dia mengalami kecelakaan saat hendak menuju kampus, dan kami yang melarikannya ke Rumah Sakit Umum Hasan Boesoeri, tepatnya di Ruang IGD ia dirawat. Kamu bisa ke sini kan?” Astajim. Rasa ibaku mendemo seisi perasaan. “Ini bersifat Instruksi. Kamu ke IGD dulu. Kami di sini semua menunggumu” Ujar khana. Origami : Kuda Kertas

56

Apes segala sial, kesehatanku memang sedang down total. Sebisanya nanti aku usahakan. Sebelumnya makasih atas informasinya. Semoga dia cepat sembuh. Doaku dalam hati. Rasa kantuk itu kembali menyerangku. Mungkin reaksi kimia dari obat trazodone yang ku telan saat kondisi perut belum terisi. Tak seberapa lama, aku kembali dibangunkan oleh pesan singkat dari Marsinah Toety:

”Lagi Stay di mana kau?” Biasa. Lagi di Blok-Black. Balasku datar. (sebutan lain untuk kamar kontrakan).

Kamu? “Aku lagi Di RSU, temani V. Main ke sini dong? Maunya begitu,. Tapi maaf seribu maaf. Origami : Kuda Kertas

57

Stamina ku juga lagi down nih. Titip salam buat Sekjen. Moga cepat sembuh. Sore meninggalkan bekas, dengan gores luka yang bertubi-tubi. Kebesaran mentari seolah redup di ufuk langit saat azan magrib mulai dikumandangkan. Malam itu jenuh ku jengkali, peluh bercampur gaduh. Ada gelisah yang membuih, bertabur diantara labil dan harap. Pena ragaku masih menulis syahadan tentang dia, tapi mengapa di saat dia terbaring lemah

aku

pun

dalam

gengaman

ketidakberdayaan raga. Syahdu bergemuruh bermahkotakan kata. dalam sabda izin maaf. Origami : Kuda Kertas

58 Andai, malam ini aku bisa menjagamu saat sakit. Lamunanku menguat membentuk pusaran mimpi tidur.

Origami : Kuda Kertas

59

A

da banyak hal yang kita tidak ketahui tentang rencana Tuhan untuk hambanya. Terkadang itu

adalah tangisan kebahagiaan, kadang itu adalah Origami : Kuda Kertas

60 senyumah buah dari penderitaan. kita adalah kita dan karena itu jangan seperti pejabat yang tiranik dan hipokrit itu. Waktu tergama pada jarak yang terjaga. Astaga. Kita telah menipu diri dan itu sudah terjadi di setiap senja dan fajar pagi. Tuhan misteri apalagi yang ingin kau bagi untuk jiwa yang hina papa ini. Dengan segelas kopitam pagi ini ku saksikan mentari merobek dinding langit. Nada pesan singkat dari handpohe

meniadakan

lamunanku. “Lama tak ku dengar kabar darimu, aku rindu

membaca puisi-puisimu”. Yb : Putri Naladhipa. Origami : Kuda Kertas

61 Demikian isi pesan singkat yang ku terima dari Nalla pagi ini.

Senang sekali ku baca sajak kata darimu pagi ini. Puji syukur. Aku masih diberkahi nikmat kesehatan. Bagaimana dengan mu wahai diri yang berlemah lembut? Segera ku balas pesan itu. ▪ “Diantara harap dan canda, Subhannallah

matahari pagi masih bertahta, itulah kabar yang bisa ku bagi untukmu. Sepagi ini apakah engkau masih bermanja dengan buku?” ▪

Aku tidak sedang bermanja dengan buku pagi ini. Karena tidak segalanya harus ditemukan hanya Origami : Kuda Kertas

62

dalam buku. Pagi ini aku sedang membaca pikiran Tuhan bersama karya-karya-NYA. Ada apa gerangan sahabatku Nalla? ▪ “Jika kau tak berkeberatan, aku ingin

mendengar narasi-narasi cinta darimu pagi ini?” ▪

Bila itu adalah pintamu, dengan senang hati. Ku nanti call U. Untuk kesekian kalinya. Rokok kembali ku nyalakan. Mungkin ada sesuatu yang ingin ia sampaikan. Fikirku. Bukankah ini kesempatan bagiku untuk mengetahui siapa orang yang telah menelantarkan nomor kontakku. Origami : Kuda Kertas

63 Semoga Nalladhipa mau berbagi tentang itu. Harapku. Bebas

merdekanya

Steveen

n

Coconutrez yang ku pasang sebagai nada dering pun berbunyi, telpon segera ku angkat.

“Allllowwww” Terdengar datar pita kontraltonya. Tapi energi suaranya menampar membran timpaniku.

Yuoweeeee.. Balasku “Sowrryy, Jika pagimu terusik.” Santai saja. Kalo lagi sibuk ngapain juga diamini pintamu tadi. “Nggak ke kampus?” Kan tanggal merah.!! Pake almanak Cina yah? “Oo iiyaa yaah,. Origami : Kuda Kertas

64

Hari Sumpah pemuda,. Benar aku lupa”. Pemuda bersumpah. Hayyoooou,.. Harinya aja udah lupa, gimana ngingatin naskahnya.!! “Eidzs,. Jangan salah dulu Bro. Mau nguji? Bollehhh,. Simak Baek-baek ya” SUMPAH PEMUDA : KAMI PUTRA PUTRI INDON...” (Tanpa disuruh Nalla dengan lantang mengucapkan Ikrar Sumpah Pemuda).

“Superrrrr kan Key?” “Pasti kamu nggak nyangka kan, cewe manja nan modis ini, yang kerjanya hanya sibuk merias diri, yang nggak tertarik sama buku-buku pendidikan ini, punya jiwa Nasionalismenya 100% Origami : Kuda Kertas

65

Plus-plus. Cap Garuda asli”. Bak kucing memuji ekornya.

Canggih juga otak nih bocah. Fakta dari mereka yang hafal secara baik dan benar Naskah Sumpah Pemuda saat ini bisa di kata sudah sangat langkah. Ucapku dalam hati. Horreeeeeeeeeeeee.,

Pemenang lomba baca indah Naskah Sumpah Pemuda tingkat Anak-anak adalah Adik kita yang manis dan lucu Putri Nalladhipa. Beri tepuk tangan yang meriah. Sengaja ku goda emosinya. “Khaaaahahaha.,

Aduh sumpah nggak kuat” Dia terbahak-bahak. Origami : Kuda Kertas

66

Mana ada sumpah nggak kuat, yang ada tuh hanya sumpah pemuda. “Sumpah nggak kuat, perut ku sakit”. Udahhh cepat ntarr kebelet lagi.. hihihi. Just sciding. Sssttt,. Udah dulu ketawanya. Awet. Mari kita masuk stadium serius.

Nalla, sejujurnya biar perkenalan kita baru seumur jagung, meski di antara kita belum terbangun sebuah komitmen, tapi itu bukan berarti menjadi alasan untuk kita berpura-pura dalam menjalin ikatan persahabatan. Aku ingin kita saling mengetahui, sekurangkurangnya identitas kita, maka mari kta pisahkan dulu kata dari dusta. Bisa kan? Origami : Kuda Kertas

67

“Criuuss yaa?” Harus? Candanya kembali meledak. “Ehem. Okey SERIUS”,. Nama lengkap ku Putri Nalladhipa, Mahasiswi semester V Fakultas Psikologi, di salah satu Universitas Ternama di Yogyakarta. Aku asli orang Maluku Utara, Sedang kamu Pijaro Keyva Akalangka, Mahasiswa Hukum semester V. Si Kapten Kribo. Betul? Dari mana sumbernya? Tanyaku “Nggak pake sumber, tinggal diklik , tekan enter dapett dehh data-datanya”. Jangan samakan aku dengan akun di dunia maya, tinggal di enter beres. Origami : Kuda Kertas

68

“Nggak nyadar? “ “Memang sudah begitu faktanya”. Siapa detektif yang sok kenal itu? Awas kamu. “Seriusssss..!!”. Memuji itu mengusik. Tegasku. “Tapi faktanya?” Itu fiktif. Bagi dong Sumbernya? “Apanya yang harus dibagi?” Itu sumber kamu yang sok kenal. “Ohh,. kalo yang itu magh tidak bisa atuh, Nalla teh sudah buat perjanjian di atas materai. Ada paktha integritas di antara kami, tumuhon atuh, hati nggak boleh dipaksa-paksa”. Dia bercanda dengan sedikit dialek sunda.

Tapi itukan bukan perjanjian linggar jati.!! Origami : Kuda Kertas

69

“Biar, Ini rahasia negara” Sejak kapan negara punya rahasia, asas bernegara saja transparansi. Debatku. “Heheheee.e” Memang ada yang lucu? “Kagak.!!” Lalu ketawa barusan? Nyindir ya?. “Sowwrry, jangan marah dulu.” Marah sih tidak tapi tersinggung nih.!! “Kata orang kamu itu seorang filsuf, bijaksana, kalem, punya jiwa toleran, de el el”. Ternyata kamu ini bukan saja pandai basa-basi, tapi tinggi juga selera humornya. Masalahnya di sini bukan Stand Up Comedy. kalo kamu hanya ingin menjalin persahabatan untuk memenuhi Origami : Kuda Kertas

70

selera humor kamu. Ini sekedar saran : jangan libatkan aku dalam proyek “Canda-tawa, karna itu aku tak berminat. “Bukan itu maksudku. Bagaimana cara menjelaskannya”

(Nampak kikuk terdengar

suara Nalla kali ini).

“Kadang kala penjelasan saja tidak cukup untuk bisa membuatmu memahami dan mengerti apa yang dirasakan orang lain.” Jadi maksud kamu, tumpul rasa peka saya? “Bukan itu maksudnya”. Nalla. Jangan libatkan rasa. Aku butuh jawaban, bukan alasan apalagi penjelasan. Tegasku. “Terkadang

lebih

baik

diam

daripada

menjelaskan apa yang kita rasakan, sebab akan Origami : Kuda Kertas

71

sangat menyakitkan ketika mereka yang bisa mendengar namun gagal memahami”. Wahhh,. berfilsafat ceritanya. Sekali lagi AKU BUTUH JAWABAN. Siapa sumbermu? “Baiklah kalo kamu memaksa” “Kronologisnya : Beberapa waktu lalu, aku berkomunikasi dengan salah satu sahabat terbaikku waktu SMU. Dia sahabat terhebat yang pernah ku miliki, kebetulan kalian itu satu kampus. “Berawal dari sebuah masalah yang sedang melilit privasiku. Seperti cewek pada umumnya, butuh teman curhat. Makanya aku tanya ke dia, ada nggak teman kamu yang bisa diajak sharing. Katanya ada, dia ahli meracik segala sesuatu Origami : Kuda Kertas

72

tentang rasa dan perasaan, pokoknya orangnya nyaman, nanti aku kirim nomor kontaknya. Dan ternyata dokter cinta yang dia maksudkan itu adalah kamu. Hanya itu. tidak lebih. Plisss,.. Jangan negativ thinking dulu”. Nah,. Sekarang jelas, saya bukan tipe orang yang kamu maksud. Watak dan karakterku juga berbanding terbalik dengan dokter cinta sebagaimana yang dia katakan. Satu hal yang ingin aku tegaskan, jika kamu masih tetap menyembunyikan

siapa

sumbermu

yang

sebenarnya, maka aku harap ini adalah akhir dari komunikasi yang penuh tipuan ini. Selebihnya kita tak usah saling kenal. Makasih Origami : Kuda Kertas

73

atas perkenalan ini sekurang-kurangnya engkau pernah membuat ku binggung. “Tapi, Semua dan segalanya tentang kamu telah ku temukan ada kebenarannya bahkan sampai detik ini, kamu memang sosok yang aku maksud. Aku akan memberitahu siapa dia, Tapi ada syaratnya : berjanjilah untuk tidak membuat perhitungan dengannya.?” Ok. Lantas apa yang harus saya lakukan agar memenuhi segala yakinanmu?. “Sebagai orang yang beragama, bagaimana jika saat kau berjanji tanganmu diletakkan di atas kitab suci?” Origami : Kuda Kertas

74

Solusi yang cantik. Deal. Saya berani terima. “Baiklah, tapi ambil dulu kitab sucinya.” Udahh. Saya berpura-pura. Dari balik telepon Nalla mulai memandu pengambilan sumpah.

“Saya Bersumpah,.” Seperti pejabat yang dilantik. Dia membacakan ikrar setelah itu aku mengikuti.

Aku sudah disumpah. Siapa? “Sabar dikit napa sih”. Gaya manjanya kambuh lagi. Tapi sejujurnya bukan sumbernya yang aku penasaran, tetapi justru dia sendiri yang jadi sumber rasa penasaranku. Saya suka cara dia membela diri, jadi ini hanya akal-akalan saja, cari masalah biar dia membela diri. Origami : Kuda Kertas

75

Tegani janjimu..!! “Mau tau?” Hufff,. Cepatan sebelum minatku menghilang. “Sumberku itu bernama V”. V? Jangan bilang....!!! Tanyaku tak percaya. “Benar. Diandara V Puan Semesta. Gadis bermata empat yang kau gantikan namanya dengan Kuda Kertas. Gadis yang saat ini sedang terbaring lemas di atas kasur rumah sakit. Dia orang yang telah memberikan nomor ponselmu. Puas?” Puas Dari mana. Enak saja. Bolum selesai urusan kita. “Apaa sihh, bukankah ini sudah jelas?” Jelas apanya? Elakku. Origami : Kuda Kertas

76

“Itu satu kesalahan terbesar kamu yang hanya bisa mendengar tapi tidak sepandai memahami. Dia “Secrets Admirer” mu. Tau.!! sudahlah semuanya akan indah jika sudah waktunya”. Bye-bye. Sang

penelpon itu berlayar tanpa

pamit. Tatapan ku kosong, kebingungan atas apa yang baru saja ku dengar, bukan jawaban yang ku dapat, justru kini pertanyaan yang menggugat. ini masalah baru, ini baru masalah. Semunafik inikah perasaan? Mungkin belum tersinggung hanya karena kita belum ditimpa, ada harap dibalas tanda tanya. Asekkk.. Origami : Kuda Kertas

77 kita larut dalam keterlelapan diri yang berkepanjangan. Mari kita ajungkan salam jari tengah ke langit lazuarji biru, sambil menistakan kehendak di atas kehendak. Selamat tinggal kelam.

Origami : Kuda Kertas

78

P

agi ini masih seperti pagi-pagi yang kemarin. Mentari masih menebari

kehadirannya

masih

sinarnya.

Entah

dirindukan

ataukah

dinafikan. Kemanakah dapat ku labuhkan Origami : Kuda Kertas

79 kegelisahan diri. Dapatkah alam berbaik hati dan membantuku melepaskan diri dari teka-teki ini, dan membawaku jauh menerobos singasana cinta, tempat di mana para bidadari dan malaikat berkumpul. Penuh cinta dan bahagia bukan labirin keterasingan. Pagi ini sekilo rasa penasaran ku jadikan bekal untuk ke kampus, seperti biasa tak ada yang berubah, senyumku masih tetap terlihat datar, penampilanku pun masih tetap urakan, asas dihatipun masih tetap sama. Tak ada renovasi hati apalagi relokasi. Hari ini hanya satu mata kuliah yang ku kontrak. Viktimologi, salah satu cabang ilmu hukum yang mempelajari tentang peran korban Origami : Kuda Kertas

80 dalam sebuah tindak pidana. Seusai mengikuti pelajaran, Warung kopi Ibu Aisyah pun menjadi tempat

alternativ

bagi

kami

untuk

menumpahkan segenap unek hasil renungan di atas closed tadi pagi. Galang

seribu

rupiah

untuk

kemerdekaan fikir menjadi alasan kopi satu gelas.

“Budak”..!! Teriak Comendante Mandes. “Siap tuan”. “Siap berdiskusi?“ “Siapa Takut”. Dan salam Aurecha,. Tema diskusi kita pada kesempatan ini adalah Badan Hukum Pendidikan (BHP). Origami : Kuda Kertas

81 Kali ini comandante mandes yang memimpin.

Kolonialisme dan imperialisme tak lagi bisa diandakan sebagai metode untuk menjajah di tengah abad milinium seperti sekarang ini, maka

dari

itu

kapitalisme

mencoba

memodivikasi diri dalam bentuk penjajahan gaya baru yang dikemas dalam bentuk yang rapi dan elegan, atau terminologi yang umum digunakan adalah Neolib dan Neokolim. Indonesia sebagai sebuah negara berkembang yang memiliki ketersediaan bahan mentah menjadi sasaran utama pihak kapitalis melalui jalur pendidikan. Mengapa

pendidikan?

asumsinya

sederhana, ketika pikiran orang indonesia Origami : Kuda Kertas

82

berhasil dicuci dan dipasok secara programatik melalui kurikulum yang sejalan dengan syahwat kapitalis, maka dengan demikian akan sangat merubah kejahatan menjadi sebuah kebijakan. Satu dari sekian banyak kejahatan yang ingin dirubah menjadi arah kebijakan adalah BHP. Sampai di sini ada yang ingin beropini? “Tentu dong”. Arkana menjawab. Pada prinsipnya BHP merupakan upaya kapitalis untuk mengambil alih tanggung jawab negara terhadap sektor pendidikan untuk segalanya diserahkan kepada pihak swasta untuk mengelola. Dengan lain kata... “Permisi. Key minta waktunya sebentar”. Fajar menyela diskusi kami. Origami : Kuda Kertas

83

Saya memberi ketukan tiga sebagai syarat mohon izin. Ada keperluan apa Jar? “Abang Genta ingin memanggilmu”

Agenda mendesak ya? “Maybe” Sambil mengangkat kedua bahu ia memberi isyarat.

Mm,. Tapi saya mohon izin dulu, nggak enak sama kawan-kawan. “Siipp.” Fasilitator mohon izin. Saya berpamitan. “Yupst,. Dipahami. Silahkan”. Jawab Mandes. Salam.. Dengan diboncengi Fajar, kami melaju menuju pintu gerbang kampus, namun dari Origami : Kuda Kertas

84 kejauhan, ada hal yang tak biasa ku lihat tertangkap oleh mata kasarku. Sebuah

pemandangan

yang

membawaku di antara rasa salah dan malu. Ternyata dia si gadis bermata empat yang menyisihkan dua pertanyaan besar dibenakku, nampak begitu renta dalam balutan verban yang membungkus cedera luka kejadian naas itu. Jar

itu kan Si Kuda Kertas? Fajar menghentikan sepeda motornya. Aku berjalan menemui V.

Bagaimana Kabar Sekjen? Pertanyaan ringan namun terasa berat ku utarakan kepadanya. “Alhamdulillah, sudah mulai baikan nih.”

Sorry,. Waktu di RSU saya tid.... Origami : Kuda Kertas

85

“Yaa nggak apa-apa kok. Doanya

cukup

mewakili.” Jawabnya pelan. Makasih atas pengertiannya. Kami permisi dulu. “Ok. Sampai Nanti”. Seraya melambaikan tangan yang masih dibalut verban. Percakapan itu berlanggsung datar. Kami pun melanjutkan perjalanan menemui Genta.

Jar,. Minta sedikit bocorannya dong. Apa maksud Abang memanggilku, saya yakin kamu pasti tahu kan? “Abang ingin memperkenalkan kamu dengan seseorang” Siapa? Origami : Kuda Kertas

86

“Bidadari” Widihhh,. Seram. Maksud kamu ini ada kaitannya dengan konsolidasi hati nurani? “Mangkanya, cari pacar biar tak dijomblangin orang” Siapa yang nyuruh.!! “Sadar nggak sih kamu, hampir separoh aktivitas kamu itu hanya belajar doang, lama-lama bukannya pintar, takutnya kamu jadi gila. Key.. Hati itu butuh etalasenya juga. Sudah cukup lama, aku tidak pernah dengar ada cewe yang masuk daftar target. Di mana kau sembunyikan naluri predatormu seperti waktu SMU dahulu, atau jangan-jangan kamu belum siap merelokasikan hati untuk yang lain?” Origami : Kuda Kertas

87

Macam dukun saja kau, sok tahu. Tak terasa Black Hourse yang kami tumpangi itu sudah menerobos pintu gerbang Universitas berbasis islam itu. Perjalanan kami disepanjang lokasi kampus itu diantar oleh tatapan keheranan para mahasiswanya. Betapa tidak, mereka yang rapi, kalem, penuh sahaja berpapasan dengan kami yang

naudzubillah . Untunglah Abang segera menemui kami di depan salah satu ruang belajar mereka, sekurang-kurangnya kehadiran Abang bersama kami menepis segala anggapan minor yang bersarang dikepala mereka. Origami : Kuda Kertas

88 “Assalamu’alaikum Wr. Wb”. Sang fanatisme itu memberi salam.

Waalaikumsalam. Balas kami. “Key,. Abang tadi yang menyuruh Fajar untuk menjemput kamu dikampus, ada hal yang ingin Abang bicarakan, tapi nantilah, kita ngopi sambil berdiskusi. Biar Afdol”. Kata Abang. Beliau menuntun kami menuju kantin. Di tengah perjalanan mataku liar memandang sekeliling. Luar biasa, mahasiswinya beningbening, tatapan mereka teduh, wajah mereka penuh cahaya. Menacupkan. Mungkin ini seperti suasana yang dilukiskan kitab-kitab suci tentang keindahan taman surga. Origami : Kuda Kertas

89 Mungkin juga ini yang menjadi alasan Fajar rajin menemui Abang. Lama-lama serara betah tinggal di lingkungan ini.

Aahaaaa,. Aku paham Jar, bukan diskusi bersama Abang yang menjadi alasan kau sering mampir di sini, tapi ada maunya. Iyaa khan? “Soudzon kamu”. Balas Fajar.

Wiiliihhhh,. Lagaknya, sejak kapan lidah kamu akrab dengan istilah Arab. “Sejak mengenal Siti Qhomariah”. Jawab Abang. Aooo. Mataku melotot penuh keheranan. Siapa perempuan itu? “Yang pasti bukan neneknya kan?. Pacarnya lah. Tidak seperti kamu. Diskusi, diskusi dan pada akhirnya jomblo juga”. Abang menghinaku. Origami : Kuda Kertas

90

“Mampuusss kamu”. Sumpah Fajar sambil tertawa. Wahh,. Kamu ini sahabat atau penjahat

Jar? Tak terasa kami sudah berada di dalam kantin.

“Mau pesan apa?” Tanya Abang. Terserah Abang saja, kami mengikuti. Jawab ku. Genta Revolusi kemudian memesan menu…

“Ohh iyaa. Gimana kabar dan studi kamu?” Hamdala sehat dan lancar Bang. “Kalo abang nggak salah ingat, terakhir kita bertemu itu diacara dialog hijrah waktu kan?” Iyaa Bang. Jawabku singkat “Permisi,. Pesanannya Bang”. Kata pramusaji kantin disela pembicaraan kami. Origami : Kuda Kertas

91 Menu Kopitam plus pisang goreng.

“Masih ingat MC-nya?” Lanjut tanya Genta Lupa.!! “Truss,. Yang kamu ingat?” Hehehehe,. (Sambil menggaruk kepala) nggak ingat sama sekali. “Astagfirullah, Fajar sebentar bawa anak ini ke dokter saraf, dia butuh reparasi otak, sudah amnesia stadium akhir kayaknya. Namanya Zahra Noushin, dia salah satu kaders Abang yang paling Abang sayangi, bagus perangainya. Pokoknya dijamin soleha?” Lahh, . Apa hubungannya MC itu dengan saya? “Itulah yang menjadi alasan mengapa abang menyuruh fajar membawa kamu ke sini”. Origami : Kuda Kertas

92

“Menurut Abang kamu itu cocok bila didampingi Noushin. Mangkanya di setiap ada kesempatan Abang selalu menceritakan sedikit banyak tentang siapa kamu. Dia mengenali cintamu jauh sebelum mengenali ragamu diacara dialog itu. Jadi kesimpulannya kau hari ini harus final tanpa kecuali”. Wellehhh,. Itu Zionisme bang, mengeksekusi tanpa permisi duluan. “Sudah bersyukur wajah pas-pasan dikasih yang cantik belagu, pantasan nggak laku-laku. Ta telpon orangnya”. Genta berjalan keluar kantin. Sejak kapan lelaki itu beralih provesi menjual jasa dibiro jodoh. Pikir ku dalam hati. Origami : Kuda Kertas

93

Jar,. kita sikat isi piring mumpun si fanatik itu lagi di luar. Pisang ludes tanpa ampas. Tak seberapa lama Abang tepat dihadapan kami, tapi kali ini dia tidak sendirian. “Ini dia orangnya.

Cakep kan?”. Puji lelaki itu. Di antara rasa penasaran dan seruan menjaga pandangan beda jenis kelamin, aku menunduk, mencoba tuk menakar, menggambar dan mengingat semua rekaman dalam lipatan ingatan.

Aurecha. Aku tahu siapa dia. Bisikku dalam hati. “Kenapa bengong? Abang tahu sekarang, kamu tersanjungkan

melihat

parasnya,

Abang

mengetahui itu dari caramu”. Origami : Kuda Kertas

94

Pemuda mana yang tidak salah tingkah jika dihadapannya berdiri seorang bidadari seperti dia. Aku membela diri. “Dhek,. Ajak pemuda berandal ini jalan-jalan”. “Iya Bang”. Angguk Noushin, sambil berjalan mendahului.

“Keyva U harus final hari ini”. Cetus si fanatik. “Kaa..(Bersamaan).

“Kamu duluan” Ajaknya kaku. Sejak kapan kamu dekat dengan Abangmu yang fanatik itu? “Sejak pertama kali masuk kampus ini, kebetulan Abang Genta itu teman dekatnya kakakku. Yahh semacam mandat untuk menjagaku di sini. Dari Abang banyak hal yang Origami : Kuda Kertas

95

bisa ku ketahui termasuk seseorang yang saat ini ada disampingku”. Begitu. Tapi kita mau ke mana? Penasaran.!! “Udahh,. Ikut aja, yang jelas aku tidak membawamu ke Kantor Polisi”. Khahahahaha.. Memangnya aku maling?. “Yaa,. Maling hati”. Sambungnya. “Nah, tujuan kita sebenarnya ke sini” Di depan gedung itu, di bawah papan berukuran 3 x 6 cm itu tertulis “PERPUSTAKAAN”. Dahi ku mengerit. Tak paham maksud Noushin. Mungkin begini tradisi para kutu buku berpacaran, segalanya harus dekat dengan ilmu pengetahuan, takut keblingjer. Tapi kita kan bukan pacaran. Origami : Kuda Kertas

96 Perasaan ku berkecamuk antara was-was dan mawas diri. Ku turuti saja ajakan tuan rumah.

“Ayooo Key? Ajak Noushin. Ku turuti ajakannya. Apa salahnya. Kebetulan keluar-masuk perpustakaan juga bagian dari hoby, maka ajakan ini bukan masalah bagiku. Diiringi dengan berjuta rasa penasaran tentang berbagai literatur kuno yang saat ini sulit kita temukan di toko-toko buku. Seperti buku The Tao of Islam, Misteri Raja Midaz menjadi alasan aku tak menolak ajakan yang langkah ini. Kebetulan

ada

koneksi,

berarti

lolos

administrasi. Pikirku. Sesampainya di pintu kedua, minat kunjunganku luntur total ketika Origami : Kuda Kertas

97 membaca sebuah pengunguman tertulis “HARAP PAKAIAN DIRAPIKAN”. Suatu tradisi kemapanan yang paling aku alergi.

Shyn,. Sorry nih, kayaknya aku nggak bisa ikut. “Kenapa?” Kita cari tempat lain aja, bisa kan? “Okeyy”. Di bawah pohon akasya, diterpa sepoi angin siang, burung-burung berkicau riang, ada hati yang didaulad lelah, ada jiwa yang keruh dari sentuhan mesra kasih sayang. Berdua kita berdiskusi tentang tema hati, saling mengisi dahaga kegelisahan batin, canda gurau. Berdiskusi

tentang

cinta

dalam

perspektif antara aku sebagai seorang pria dan Origami : Kuda Kertas

98 dia

sebagai

perempuan.

Duhai jiwa yang ada dalam genggaman kelembutan, siapakah orang yang kini bertahta dihatimu? Siang malam ku sususpi mengapa baru kali ini aku mengenalmu, di manakah engkau? Tenggelamkah dalam keagungan kalimatkalimat Tauhid. Wahai diri yang menjadi pelangi, sediakah engkau ikut bersamaku menyelami sucinya air telaga kautsar, sambil menikmati anggur merah di altar-altar keakuan diri. Wewangi cintamu kini telah menebari relung hati yang rapuh. Kapan aku bisa menjadi bahagian dari dirimu, jangan engkau tinggalkan Origami : Kuda Kertas

99 duka di saat pucuk-pucuk harapan mulai memekar. Mataku terpejam mengenang dia yang jauh di sana.

“Keyva. Kau membisu sedari tadi. Ada apa?” Eehh,. (aku terbangun dari lamunanku). Kayaknya kita harus balik ke kantin dulu menemui Fajar dan Abang, udah lama kita di sini. “Okokok,. Aku juga harus siap-siap lagi, soalnya sore nanti ada jadwal latihan”. Latihan apa? “Paduan suara untuk acara dies-natalis minggu depan”. Ohhh, semoga kegiatannya berjalan sesuai harapan..!!! Origami : Kuda Kertas

100 Kami pun melangkah menuju kantin. “Uduuuhhh senangnya yang lagi pacarannn”. Fajar menyindir kami dari kejauhan. Berdua, kami hanya tersenyum menghampiri mereka.

“Eksekusinya?” Tanya Abang. Siiip Bang. 86 Tango dikendalikan. Untuk pertama kalinya aku berbohong kepadanya.

Jar,. Kita balik ke Asrama dulu. Aku mencoba mengalihkan perhatian dari tatapan tajam Abang.

“Yahhh,. Kambuh lagi ni penyakit. Nikmati dulu saat-saat indah yang baru kamu lewati bersama, momennya antik tuh.!! Ucap Fajar Merah. Origami : Kuda Kertas

101

Huss,. Besok acara Kongres, kita harus gladi hari ini. Yukk? Makasih atas waktunya, kapan-kapan...? “Pintu selalu terbuka untukmu”. Jawan Noushyn.

Bang kami permisi dulu,. Salamualaikum,. “Titi Dj”. Dia mengingatkan. Aku membalasnya dengan isyarat melambaikan tangan. Tepatnya 15.40 WIT Black Hourse melaju menabrak angin, menerobos terik yang kian melemah d sore itu. Pergi meninggalkan nisan-nisan tanya tanpa jawaban. Dan Noushyn bukan orang yang saya percaya menjadi penjaga dan perawat singasana hati. Bukan dia. Tapi rasa syukur itu Origami : Kuda Kertas

102 tetap ku biarkan abadi dalam jiwa. Hanya dalam beberapa tarikan kami telah memasuki halaman depan benteng terakhir para serdadu changa berlindung. Di basecamp itu para panitia kelihatan sibuk mempersiapkan segala hal-ikhwal yang berkaitan dengan kebutuhan Kongres. Potensi kesalahan ditekan sekecil mungkin guna menghindari kritik pedas yang tidak konstruktif dara BARAMULI (Barisan rakyat mulut liar) itu.

“Dari mana Penasehat?” Tanya Ketua Panitia. Tadi sama si Fajar gelar silaturrahim bersama Abang. Jam berapa Gladi? “17.00 WIT Bang”. Jawab si ketupat. Origami : Kuda Kertas

103 Saya dan beberapa panitia dari devisi perlengkapan menuju lokasi, kemudian disusul oleh panitia yang lain, setelah tema kegiatan terpampang, dilanjutkan dengan gladi hingga berakhir pukul 22.04 WIT. Sampai ketemu besok. Ujar Ketua Panitia.

Origami : Kuda Kertas

104

S

eperti yang sudah direncanakan panitia,

pembukaan

Kongres

diselingi dengan dialog publik.

Kongres dibagi didua tempat. Untuk sesi dialog dilaksanakan di auditorium RRI Ternate, Origami : Kuda Kertas

105 sementara rapat pleno dan sidang-sidang komite diarahkan di auditorium Dispora Ternate. Matahari bersinar cerah, waktu menunjukkan pukul 09.20 WIT (Pagi). Di halaman luar nampak para undangan saling bertegur sapa, dari dalam ruangan terdengar pemandu acara memberi aba-aba tanda kegiatan akan segera dimulai. “Sekali lagi, para hadirin, peserta

kongres bapak/ibu para undangan diharapkan untuk dapat mengambil tempat yang telah disediakan, berhubung…. Pengunguman untuk yang kesekian kalinya. Ruangan berAc berukuran 15x40 berwarna cerah dilengkapi dengan sound-system itu kini Origami : Kuda Kertas

106 dibanjiri oleh lautan manusia, tampak dari kejauhan Ketua Panitia menertibkan forum, suasana yang tadinya gaduh kini menjadi tertib. Antrian kursi kosong kini penuh terisi para undangan. Adalah Cut lyla sosialista yang menjadi MC-nya pagi ini. “Dengan

mengucapkan

Bismillahirohmannirrahim, acara pembukaan Kongres III Himpunan Komunikasi Mahasiswa Tobelo (HIKMAT) Kota Ternate Periode 2008-2009 dengan tema : Internalisasi semangat changa dalam membangun organisasi segera dimulai. Bapak/ibu para undangan yang kami muliakan, Origami : Kuda Kertas

107

perkenangkanlah saya membacakan susunan acara. Lyla melanjutkan. •

Pembukaan



Menyanyikan lagu Indonesia Raya



Menyanyikan hymne Hikmat.



Sambutan-sambutan. Sambutan pertama akan disamp… Cut Lyla bukan hanya cantik parasnya

tetapi dia juga sangat lihai mengolah kata, wajar jika para undangan terhipnotis sabda kata yang disampaikan Lyla.

Setelah kita melewati sesi demi sesi acara pembukaan tibalah kita pada acara yang kita nantikan bersama yakni dialog publik. Telah hadir ditengah-tengah kita para narasumber : Origami : Kuda Kertas

108

1.

Bpk. Dr. A selaku Bupati Kabupaten Langit.

2. Bpk. Prof. B selaku akademisi juga sekaligus sebagai Rektor Universitas Waras. 3. Bpk. C selaku sejarawan. Mohon untuk segera mengambil tempat yang telah disediakan. Komando Lyla. ….dan kita sambut pemandu acara

dialog, sang fenomenal yang juga aktivis kaum muda, Kakanda kita Genta Revousi. Aplaus para hadirin mengiringi langkah sang moderator. Tensi forum seolah naik 190 derajat terbakar agitasi, padahal moderator belum membuka acara. nampak kegeraman di wajah Origami : Kuda Kertas

109 para BARAMULI, mereka sudah tak sabar mengajukan pertanyaan, complain, gugatan, serta kritikan. Sebuah dinamika forum yang lazim kita jumpai. Waktu pelan-pelan tetap berjalan, sinar raja hari semakin kokoh menampar wajah bumi, para audiens yang sedari pagi mengikuti jalannya seremonial kongres terlihat mulai gaduh, seiring rasa lapar mendemo zona perut. Beruntung sesi tanya jawab tersisa hanya satu pertanyaan dan itu sedang berlangsung.

Dengan berakhirnya jawaban dari penalis kita tadi, maka berakhir pula dialog publik pada kesempatan ini. Segala kelebihan Origami : Kuda Kertas

110

bersumber dari Tuhan dan segala kekurangan adalah mutlak milik kita sebagai manusia. Lebih dan kurangnya kami mohon maaf. Acara selanjutnya saya serahkan kepada saudari Lyla. Terima kasih. Ucap Abang Genta. Lyla bergegas naik ke panggung.

Bapak/ibu para undangan, mohon dicicipi alakadar yang telah disediakan oleh panitia. Dan kami menghimbau kepada seluruh Mahasiswa Tobelo agar tidak meninggalkan ruangan ini, karna akan dilanjutkan dengan sesi acara lainnya. Kongres tahunan Mahasiswa Tobelo kali nampak semarak dengan dipentaskannya salah satu grub vokal musik Yangere asal Tobelo Origami : Kuda Kertas

111 “Dimono Grub”. Alunan musik Yangera mengalun indah mengisi jamuan makan siang.

Stering Comite (SC) yang dipimpin oleh Moffad segera mengambil alih jalannya Kongres. ”Dengan

mengucapkan

bissmillahirohman

nirahim Kongres Ke III Hikmpunan Komunikasi Mahasiswa Tobelo (HIKMAT) Kota Ternate Periode 2008-2009 dengan saya nyatakan dimulai”. Tok.. Palu dijatuhkan.

Sebagaimana yang tertera dalam Scedul kegiatan tentang rapat pleno dan sidangsidang komite selanjutnya dilaksanakan tepat pukul 16.00 WIT bertempat di auditorium Dispora, maka dari itu sidang kami skorsing sampai pada waktu yang telah ditetapkan. Origami : Kuda Kertas

112 Setelah melewati waktu yang panjang, jalan yang berliku dan tentunya memerlukan ongkos konsolidasi dalam jumlah yang tidak sedikit itu, rapat pengambilan keputusan tertinggi organisasi pun selesai dilaksanakan. Allan Dawi, Sang Keponakan Tuhan secara konstitusional terpilih sebagai Ketua Umum. Otoritas organisasi selanjutnya ada dalam tampuk kekuasaannya. Upacara serah-terima antara pengurus lama dan Ketua terpilih berlangsung secara khidmad. Yang lama telah berakhir dan yang baru kini terlahir. Di penghujung acara, Ketua terpilih menyampaikan sepatah dua kata ucapan terima Origami : Kuda Kertas

113 kasih sekaligus permohonan maaf serta kepercayaan yang diberi untuk memimpin institusi menjadi bahan penyampaian Ketua Umum. Dalam tempo dua hari setelah Kongres, rapat kembali digelar. Kali ini agenda pembahasan

rapat

menyangkut

dengan

pembubaran panitia. Lokasi yang dipilih adalah pantai Sulamadaha. Sebuah tempat pariwisata Kota Ternate yang terletak sebelah utara Kota. Inti dari kegiatan ini selain dari membubarkan struktur panitia yang dibentuk khusus untuk pelaksanaan kongres berdasarkan surat keputusan juga dijadikan sarana refresing para anggota Origami : Kuda Kertas

114 organisasi setelah melaksanakan hajatan yang melelahkan itu. Proposal

mohon

perlengkapan

peralatan kemah dilayangkan kepada Badan Penanggulangan Bencana. Tepatnya hari jumat pukul 14.00 WIT tiga unit mobil Dumri milik Pemkot itu digunakan untuk mengangkut kami menuju pantai Sulamadaha. Setibanya dilokasi para petugas yang telah dibekali keahlian itu hanya dengan satu aba-aba kemah berwarna Orange berukuran besar itu selesai dipasang. Sebagian panitia tidak berpangku tangan, ada yang mencari kayu bakar untuk Origami : Kuda Kertas

115 pembuatan api unggun malam nanti, ada juga yang membersihkan lokasi. Mesin genset berkapasitas 300 watt pun telah diisi minyak. Dan Pesta Pantai pun berlanjut.

Origami : Kuda Kertas

116

D

i

langit

matahari

mulai

menyingsing ke keharibannya, senja menghilang ditelan kelam,

suara azan magrib mendengung kala itu. Origami : Kuda Kertas

117 Selamat tinggal sunrey selamat datang kelam. Penerangan dinyalakan diikuti oleh ketua panitia untuk berkumpul.

Assalammu’alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua. Ketua Panitia membuka acara.

Sebelumnya,

terima

kasih

atas

kesempatan waktu yang kalian curahkan untuk institusi, sehingga disela kesibukan aktivitas kampus, kalian masih menyempatkan diri untuk berkumpul bersama kami dalam rangka acara pembubaran panitia Kongres yang dibentuk beberapa waktu lalu. Kawan-kawan yang sangat saya hormati,. Sebagaimana agenda kita pada malam Origami : Kuda Kertas

118

ini,

maka

acara

pembubaran

panitia

dilaksanakan dalam tiga tahap, yakni : Yang pertama : KOK atau Kritik Oto kritik, Yang kedua : Kesan dan Pesan, dan Yang ketiga ; Pembubaran yang dilakukan secara simbolik dengan cara membakar arsip-arsip kepanitiaan Kongres. Kegiatan berjalan mengalir sesuai rencana baik tahap I, II dan tahap III. Suasana suka cita memayungi hati segenap anggota. Di tengah keharuan dan keheningan itu, saya mencoba menghangatkan suasana dengan sebuah ilustrasi cerita cinta antara Bogy dan Mirza. Bagaimana Setuju?

“Setuju”. Jawab kawan-kawan. Origami : Kuda Kertas

119 Kurang lebih ilustrasinya sebagai berikut :

Pada suatu masa, di tengah kehidupan manusia yang belum tersentuh kemajuan tegnologi. Hiduplah dua sejoli yang saling mencintai. Sebut saja Tn. Bogy dan Madam Mirza. Pulau mereka terpisah. Bogy menetap di sebuah pulau bernama “Rindu”, sementara Madam Mirza juga menjadi penghuni tunggal sebuah pulau bernama “Antara”. Adalah jembatan “Kasih” yang menjadi penghubung kerinduan mereka, di atas jembatan itulah segala ikrar setia dilafadzkan, cinta kasih ditotalkan. Dan di dermaga itu pula mereka melabuhkan impian hidup dan mati, namun seiring waktu berjalan, di tengah luapan rasa Origami : Kuda Kertas

120

kasmaran yang bergelora itu, naluri bumi mengisahkan lain, alam tak bisa ditebak apa maunya. Bencana dan prahara datang melanda, melahap habis jembatan kasih. Mereka kini terpisah oleh jarak yang merindukan. Dunia pun terasa hambar. Senja itu adalah duka, pantai itu adalah luka. Mentari dan rembulan tak berarti lagi, karena siang dan malam telah terkubur bersama asa. Hari-hari kelam menyelibungi mereka, di setiap fajar dan senja yang terlewati adalah duka dikedalaman hati. Kerinduan bertahta dilevel seven. Hanya beradu pandang dalam jarak yang jauh menjadi pelipur rindu hati dua bani adam yang kasmaran itu. Origami : Kuda Kertas

121

Bukan bulan, bintang dan matahari yang diharapkan melainkan kedatangan sang terkasih yang dinanti. Tuhan punya cara tersendiri mengatur ciptaanNYA. misteriNYA adalah kata lain dari sebuah keajaiban. Di tengah penantian yang tak berkesudan itu, datanglah Kapten Jack Sparaow bersama kapal Black Speardnya. Berlabuh tepat di pulau “Antara” milik Madam Mirza. Mirza yang melihat itu segera memberikan isyarat tanda S.O.S kepada Jack. Tanpa pengecualian Jack pun menghampiri Mirza, seraya berkata ; “Tak ada yang gratis dikehidupan ini. Apa yang bisa kubantu?” Origami : Kuda Kertas

122

Aku ingin menemui kekasihku. Bisakah kamu membantuku? “Itu bukan hal yang sulit bagiku. Tapi setelah aku memenuhi keinginanmu, dapatkah engkau

memenuhi

kebutuhanku?

Duhai

perempuan malang yang kesepian”. Apa kebutuhanmu? “Menjamah

lekukan

indah

tubuhmu,

bagaimana?” Hmmm,.. Mirza menghela napas panjang, sejenak menghening.

Apa masih ada pilihan selain pilihan kotor itu? “Tidak. Hanya itu yang kubutuh”. Aku bisa memenuhi kebutuhan itu, sayangnya aku telah memiliki kekasih, aku tak Origami : Kuda Kertas

123

mungkin mengkhianatinya, apalagi harus tidur denganmu malam ini. “Ssssstt,. Jack menyela perkataan Mirza. Aku butuh jawaban, bukan alasan apalagi

penjelasan. Ya atau tidak” Jack memberi opsi. Demi rasa cintaku pada Bogy, aku rela. Baik aku penuhi kebutuhannmu... Sebuah pengorbanan besar seorang kekasih untuk kekasihnya. Suatu tindakan yang cukup beresiko jika ditanggapi secara picik. Tapi inilah kebenaran dan keberanian yang berlaku dizona percintaan. Dan siul panjang menjadi tanda terpenuhinya hasrat seorang Jack yang dipungut dari kesulitan yang dimanfaatkan. Seperti biasa, Origami : Kuda Kertas

124 menikmati hak tanpa disertai dengan kewajiban adalah perbuatan yang tak dapat dibenarkan. Dan oleh karenanya Jack telah mendapatkan haknya kini giliran melaksanakan kewajibannya sendiri. Layar bibentangkan, mesin dinyalakan, sang Kapten yang baru saja memenuhi libido sexs kembali memegang kendali kapal, mengantarkan Mirza menemui kekasihnya dipulau “Rindu”. Di atas pasir putih itu, dahaga kerinduan menjadi sirna oleh oase perjumpaan. Pelukan mereka mesra, erat seolah takut perpisahan itu kembali terjadi. “Aku rindu pelukanmu, tolong jangan engkau

lepaskan”. Pinta Mirza. Origami : Kuda Kertas

125

Saat engkau jauh aku begitu khawatir akan keselamatanmu, langkahku kaku, hari hanyalah ukiran rindu yang ku cetak. Tuhan telah menyatukan kita. Malam ini engkau harus berbaring disampingku berbantal tangan sebelah kiri. Aku ingin mendengar tawa dan senyummu, kelakarmu, tangis dan bahagiamu. Duhai engkau belahan jiwaku, maukah engkau berbagi cerita tentang hari-hari yang kau lewati tanpaku? Kita baru saja berjumpa, aku tak mungkin melepaskan pelukan ini, karena aku juga sangat merindukan pelukan hangat dari mu. “Bogy Cahya Andika, permata batinku, tahukah engkau? Betapa tersiksanya aku dihelat Origami : Kuda Kertas

126

jingga penuh rindu, karena sebahagian diriku adalah jiwamu. Benarkah engkau ingin mendengarkan cerita duka ku?” Benar puanku. Bukankah aku adalah pendengar terbaikmu? Hening ini tak akan ku lewati senadapun alunan kisah yang kau tutur itu. “Baiklah”. Sambil merapal jemari Bogy, mirza pun mengalunkan tangga demi tangga nada cerita hingga akhirnya tragedi dari kesulitan yang dimanfaatkan itu hinggap ditelinga Bogy. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx Aku berdiam sejenak menunggu respon dari kawan-kawan.. Origami : Kuda Kertas

127

“Trussss?” Tanya Julka. “Lanjuttt,..” Sebagian berteriak. “Jangan hanya menyisihkan rasa penasaran dihati kami, tuntaskan ceritannya Key”. Ujar Cut lyla.

Baik.. Pertanyaanya adalah mengapa kucing berkaki empat? “Apa hubungannya?” Sanggah Moffad. “Ini Falase Gramatical Of Thingking namanya”. Allan Dawi menggugat.

Hahahahahaha,.. Kena dehh.. emangnya enak dikerjain. Mangkanya jangan terlalu serius menyimak cerita. Ini fiktif. Ayo bubar, kita rayakan akhir pekan ini dengan bersantai. Nyalakan api unggun. Origami : Kuda Kertas

128 Saya sengaja mengacaukan suasana, saatnya menghangatkan diri kalian diperapian luar. Merelaksasi hati. Mereka pun bergegas keluar. Dengan secangkir kopi hangat, ku gendong gitar osmon sambil menyusuri bibir pantai dengan kaki telanjang. Dan di atas sebuah batu persegi empat, kulabuhkan langkah sejenak duduk bersila. Sebatang rokok ku pasang.

Di pantai ini Ku nikmati nyanyian dedaunan Mengalun manis dimainkan angin Mengajak ku tuk kembali Mengenang setahun lalu Origami : Kuda Kertas

129

Kala itu mimpiku dan mimpimu masih menyatu Kala hari turun senja Kau bersandar dibahuku Kita nikmati surya tenggelam Dan kau tulis nama kita diatas pasir putih sambil kau mengucap semoga cinta kita abadi Andai saat ini kau ada disampingku Akupun tak sendiri Dan sekedar mengenang Cinta kita yang pernah ada. Alunan lagu sang Alang dinyanyikan : “Cie…ciee…

Lagi menapak tilas nih ceritanya kak, dalem bangaattt”. Alin menyapaku. Hei Lin,. Kau rupanya. Belum tidur juga? Origami : Kuda Kertas

130

“Mana bisa tidur kak, suasananya kerreen, sayang tuh kalo dilewati. Alin gabung bisa nggak?” Duduk aja, mumpun belom ada yang tersinggung. “Pacar kakak nggak ikut yah?” Emang kakak punya pacar? “Bo’onk”. Wa’yooo,. Kita happy. Saya mencoba menghindar dari pertanyaan seputar perasaan.

Mau reques lagu apa nih anak manja? “Lagu apa yah.!!! Ntar alin,… Mmm,.. O iyaa kak, tuh lagunya siapa… Pase Band judulnya Kesepian Kita”. Spesial buat siapa nih? “Adhaaa dechh, mau tau aja.!!”. Origami : Kuda Kertas

131 Hmmmm,.. Dan saya tak ingat lagi kapan waktu terakhirku diantara terjaga dan saat tertidur malam tadi, tapi hal yang pasti adalah saya telah dibangunkan oleh sentuhan lembut mentari pagi ini. Segelas air mineral menyegarkan kusutnya mukaku, sementara terlihat di dalam kemah kawan-kawan saling berebut paket sarapan.

Semangat pagi Canga-cangi.. Sengaja ku sapa mereka.

“Semangat pagi Penasehat” Alin minta kopinya dong.!! “Otjhee kak nanti Alin bawain” Origami : Kuda Kertas

132 Saya berjalan menyusuri lebatnya semak-semak, sekedar mencari tempat untuk melego sisa cairan malam dikantung kemihku,.

“Kak,. Taruh di mana kopinya nih?” Mumpun masih angat, taruh dulu dihatimu Lin. “Uhuuiii,. Gombal. Sekalian ke puncak saja kak?” Teriak Alin sambil tersenyum.

Senyummu itu Lin, ngingatin kakak sama seseorang. “Oh gitu yah,. Persis siapa?” N e n e k k u. Wajah alin memerah,. Ganas. Udah sana bantu-

bantu yang lain. Sut,.sut,. sut.. Alin berbalik menatapku. Satu kedipan. Makasih untuk kopinya pagi ini. Pahittt. Origami : Kuda Kertas

133

“Awas,. Kamu kak”. Ancam Alin. Pip…pip..pip… klakson mobil telah sampai

dilokasi

kemah,

merka

datang

menjemput kami satu jam lebih awal dari yang telah dijanjikan. Dan.. Kesimpulannya. Akhir pekan itu yang menyenangkan.

Origami : Kuda Kertas

134

H

ari ini persentasi mata kuliah Filsafat Hukum. Kami adalah kelempok pertama yang ditunjuk

oleh dosen pembimbing. Makalah kami sadur dan diskusi pun dimulai. Selepas jam kuliah, saya kebetulan berpapasan dengan gadis bermata empat dikedai kopi Bu Origami : Kuda Kertas

135 Aisyah bersama dua rekannya yang rada galak, super jutek, tapi bukan dari kelompok aktivis feminism.

Sebelumnya maaf bila kehadiranku merusak suasana makan kalian. V boleh minta waktunya sebentar? “Bolehh,. Memangnya ada apa? Mari silahkan duduk”. Gadis bermata empat itu meladeniku. Aku sekedar ingin mengkonfirmasi satu kebenaran, “Kebenaran? Apa maksudmu Key?” Ini soal seseorang. Tapi sebelumnya, benar kamu adalah sahabatnya si Nalla. Nama lengkapnya Putri Nalladhypa, salah satu Mahasiswi Jurusan Psikologi yang saat ini sedang studi di Jogja? Origami : Kuda Kertas

136

“Nalla?.. Nalla yang mana?” Jadi begini ceritanya,. Beberapa waktu yang lalu, Nalla sempat menghubungiku. Alasannya yah hanya sekedar ingin cari sahabat. Dia juga secara terbuka memberitahu dari siapa nomor ponselku ia dapat. Dan satu-satunya petunjuk dari dia, yah kamu orangnya. Kamu adalah SAKSI MAHKOTAnya. Tapi kalau kamu juga tidak kenal berarti aku nya yang salah orang, mungkin ada dua nama V dalam satu Fakultas. “Sueeerrrr, Key, aku binggung maksud kamu apa?” Mungkin bukan V kamu yang dia maksud. Ini kesalahanku. Mohon maaf yah. Origami : Kuda Kertas

137 Melihat ini salah paham, dua rekannya yang sudah sejak awal merasa terusik oleh kehadiranku pun bereaksi.

Mangkanya jadi orang itu jangan gegabah. Cetus salah satu rekannya.

Ok. Makasih atas sarannya. Dan sekali lagi maaf telah menyita waktu kalian. Permisi. Saya pamit diri. Langkah ku kosong, harga diriku ditukar oleh kesaksian palsu.

Nalllllaaa, kamu harus mempertanggungjawabkan ulah perbuatanmu. Ini penipuan. Ini penghinaan. Dan itu aku tidak terima. Gugatku dalam hati. Seketika benar kata puisi. Kata adalah Luka. Origami : Kuda Kertas

138

Perempuan yang mengaku bernama Putri Nalladhipa, kamu bukan hanya pintar menyimpan rahasia sahabat, tapi ternyata pandai juga menipu sahabat. Makasih atas segudang penghinaan yang ku peroleh karenamu”. Pesan singkat tertuju untuk nomor 085256xxxxxx

“Waduh.. Apa maksudnya nih?” Secepat kilat Nalla merespon.

Orang yang kau kata itu FIKTIF, dan yang aku paling nggak terima adalah aku dihina oleh rekan-rekannya.

Sungguh

leluconmu

membunuh bahagiaku. “Mungkin bukan waktu yang tepat bagi V membuat pengakuan”. Datar sms dari Nalla. Origami : Kuda Kertas

139

Lantas apa bedanya dengan sindikat? “Butuh waktu untuk menenangkan dirimu, saat ini emosimu sedang labil, Key”. Hufffff,. Sesederhana itukah. Nalla? Balasku singkat.

Key,. Seperti apa yang dikatakan

Lao-Tzu,

Memahami orang lain adalah kebijaksanaan, memahami diri sendiri adalah pencerahan. Dan aku sangat percaya sesuatu yang asli tidak mudah dikalahkan”. V hanya butuh waktu untuk menjelaskan teka-teki ini. Nalla mencoba meniduri emosiku. Nafas ku tarik se dalam mungkin.

Okeyyy. Aku pahami. Balasku singkat. Origami : Kuda Kertas

140 Latah aku menapaki hari. Dosa apa lagi yang telah aku perbuat hingga setiap jinggkal dari deru nafas ini adalah derita dikehariban jiwa. Apakah ini hukuman darimu Tuhan? Senja baru saja ku lewati dan kini telah kelam ku jejali. Merah hati yang ku punya kini pekat warnanya. Sungguh diri ini tidak menolak patuh atas titah-MU, tapi mengapa ribuan sayatan perih yang kau beri untuk hati yang lugu ini. Gugatanku menajam, gejolak batin liar ingin memberonntak. Tapi kepada siapa? Aku telah salah dalam menafsir bahasa cinta-MU. Dalam keputus-asaan itu, di tengah malam yang Origami : Kuda Kertas

141 tak ada fajar, sebuah pesan singkat bertamu di Nokia tipe 3600 itu.

“SALAM PEMBEBASAN” “Engkau yang sedang kalut malam ini, kawanku Pijaro Keyva Akalangka. Sekedar meminta maaf itu tidak cukup, Sejujurnya,.. Apa yang engkau kata tentang Nalla adalah benar,. Dan V yang engkau maksud juga benar. Namun, oleh karena sebab tertentu aku mengelak. Kini engkau telah mengetahui kebenarannya. Apapun yang engkau putuskan adalah titah bagiku. Tapi satu hal yang ingin aku ketahui Dengan cara apa aku menebus kesalahan ini”. YB : Diandara V Puan Semesta. Origami : Kuda Kertas

142 Bagai tersambar petir. Rasa diantara cemas dan ragu. Tapi skema, pola dan taktik apalagi kawan yang nanti kau gunakan untuk menyeret masuk dalam labirin semu buatanmu itu. Pikir ku. Segera ku balas :

SALAM PEMBEBASAN Kepadamu tuan diri yang selalu berlindung dibalik harga diri, aku hanya mengingatkan diri bagi yang punya diri. Sungguh aku tak paham makna kebebasan diri yang kau maksud itu, darimu jiwa ku latah tak berdaya. Kau hadirkan cemas di saat damaiku telah purna bersama sunyi. Lantas apa sebenarnya yang kau ingin untuk diri yang hina papa ini? Ku maafkan Origami : Kuda Kertas

143

salahmu hanya untuk satu alasan, demi rasa cintaku pada kaum ibu”. Delivered to : V 081340xxxxxx.

“Aku ingin kau yang sempurna untuk diriku yang biasa, ajari aku untuk menjadi sepertimu, agar perkenalan ini tak sampai di sini saja, untuk sekarang dan sampai di keabadian. Masihkah kita bersahabat?” Terima kasih purna, atas secercah maaf yang kau beri malam ini, sekurang-kurangnya itu telah membuatku merasa damai”. Jago juga ini bocah, diam-diam mengundangku di medan perang. Atau janganjangan. Ah. Saya tidak mau konyol soal ini. Lebih baik kehilangan benteng dari pada kalah di Origami : Kuda Kertas

144 medan juang. Tekadku. Memutuskan tali

silaturrahim adalah termasuk kemurkaan, menyambung tali silaturrahim adalah rahmat, bagaimana mungkin aku menolak rahmat dan lebih memilih murka. Tanpa pintamu bukankah kita telah bersahabat? Sengaja ku ajak dia bertempur di medan terbuka. Mari kita memulai hasil. Balasku.

“Keyva,. Aku adalah sebait diri yang belum tuntas kau tulis, maka lukis aku dengan pena resahmu, jamahi kepolosan jiwaku dengan cita rasa impimu. Ku kagumi setiap karya batinmu, maka tuntaskan pemberontakan diri bernama ego, gemakan damaimu di setiap sajak kata diri. Bukankah itu yang kita mau? Lakukan sesuka Origami : Kuda Kertas

145

tawamu, tapi setelah itu ajarkan aku jalan panjang bernama cinta, karna tanpa cintamu aku sungguh rapuh”. Dan. Tebakanku benar. Dia mau bertempur di medan terbuka. 1 proyektil telah diluncurkan. Dia menembak di kegelapan hampa. Sia-sia.

Diandara V Puan Semesta, sosok yang ku kagumi, yang mengajakku tualang tentang diri dan batin.. Tahukah engkau? Aku bukan Yudistira yang menaklukkan

Drupadi

dengan

kembang

Sukandika. Cintaku atasmu bukan cintanya Ken Arok merebut Ken Dedes. Itu karena aku tak segila cinta Ali kepada Laila. Aku percaya cintaku atasmu bukan cinta celaka seperti Bandung Bondowoso kepada ibundanya Roro Origami : Kuda Kertas

146

Jonggrang. Tapi maafkan aku, bila bersamaku nanti takdirmu tak seberuntung Arjumd Banu Bequm yang diberi Rauzza-I Munavvara (Taj Mahal) oleh Muaqal Shah Jahan. Hanya secuil cinta yang ku punya, itu pun bila kau mau. Untukmu diseberang jingga. Mari menikmati bait-bait malam. Aku mengakhiri pesan singkat bersama V. Malam terus saja menebar jubahnya yang gelap dikeluasan langit yang baru saja usai dari kabut.. sunyi bergelantung di mana-mana. Aku larut dalam menyibak lipatanlipatan kelam tentang seorang gadis bermata empat, eksponen sayap kiri yang militant, perempuan si Kuda Kertas, pemilik wajah Origami : Kuda Kertas

147 “Blacksweet” dari semenanjung selatan tanah Halu Ma Hera. Gadis yang membuat jiwaku tumpang tindih, bara dalam dadaku, darah yang selalu mengalir memompa imajiku. Perempuan yang ku kenal kelembutannya saat melakukan advokasi peristiwa ANKER (Anti Kekerasan) di RSU malam itu. Sosok yang telah merampok sisa damai dalam jiwaku.

Origami : Kuda Kertas

148

H

ari, bulan dan tahun berganti musim. Rasa ini telah berbunga, bunga

cinta

yang

telah

mendatangkan pelangi berjuta-juta kali, di mana Origami : Kuda Kertas

149 engkau bertahta kini? Darimu hati ini telah lancang merindukan sesuatu yang tak harus dirindukan. Lama tak mendengar nafasku, rasa rindu itu memaksanya menuliskan sebuah pesan singkat bersajak kerajaan untukku :

“Maha diraja yang maha mulia, menjelang beberapa waktu belakangan ini, hamba tidak mendengar kabar dari baginda. Maukah baginda memberi hamba kesempatan agar dapat bertukar kabar? Hamba berjanji untuk tidak menolak patuh untuk semua titah yang telah baginda tetapkan itu. Hamba mohon izin atas kelancangan ini”. Yb : V. Origami : Kuda Kertas

150 Antrean

panjang

kata-kata

itu

berdesakan masuk dilayar Hp bermerek Nokia 3600. Sejenak ku baca, rupa-rupanya. Segera ku balas saja pesannya.

Sahabatku V yang sedang merajut malam, beberapa waktu pekan ini, saya sedang di diplomen

parmanen

untuk

menolak

penggusuran paksa PKL dipasar rakyat, maka dari itu amat jarang kita bertatap muka dikampus. Tapi usah kau cemaskan itu. Kita masih di atas lantai bumi yang satu. Lantai bumi gamalama. Apakah yang hendak mengerakkan dirimu hingga mengirim pesan singkat untukku malam ini? Dan jika tidak berjumawa, aku ingin mengetahui keadaanmu hening ini? Origami : Kuda Kertas

151 Tak butuh waktu panjang. 1 kiriman pesan segar bersarang dikotak inboksku. Menyusul pesan-pesan sebelumnya. Tapi kali ini isi berbeda, sedikit agak sangar dari biasanya. Ada banyak penegasan di sana.

“Pijaro Keyva Akalangka, pelipur lara dalam jiwaku yang kalut, tak ada alasan yang paling mewakili kecuali rasa rindu ku terhadap mu. Dan Alhamdulillah aku masih dalam keadaan sehat wal afiat. Bila diizinkan aku ingin besok sebelum langit merah merekah, di saat senja hampir berganti kelam ku temui dirimu dibibir tapal maya kota ini. Ada maksud yang ingin ku utarakan untuk mu”. Origami : Kuda Kertas

152 Pesannya sama seperti Raja Putri Tamara, Ia mengajak kita untuk “Perang Melawan Laut”. Sesegera mungkin ku balas pesan darinya.

“Kau taburi rindu dalam desah dan asahkku, lalu di setiap kesendirianku yang terjaga oleh khayal, kau cetak rasa yang tak terdefenisikan lewat nalar dan logika ku. Kini aku berdarah dalam helai kasihmu yang membara. Dengan penuh rasa dihormati, izinmu ku penuhi. Terima kasih atas gubahan rasa malam ini. Serasa teduh. Sampai bertemu besok. Walababa. Ku akhiri saja pesan itu. “Oke. Dadawwww” Balasnya singkat. Origami : Kuda Kertas

153 Waktu seolah berputar cepat, saat yang ku nantikan kini tiba, sore itu tertanggal 09 April. Di bawah langit senja yang kian memerah itu, di tengah deburan ombak yang menjadi altar kesaksian dua bani adam yang sedang memadu kasih, sambil memandangi sketsa biru samudra raya keduanya larut dalam nuansa batin cinta.

V..!! Aku memecahkan kesunyian. Jujur ku kata, sejak perjumpaan kita di ikat oleh origami

Kuda

Kertas.

Ketika

sindikat

perkenalanku dengan Nalladipa, saat-saat di mana kita pernah terjebak sambil berlari dikejar Satpol-PP dan Aparat kepolisian dilokasi pengorganisiran, atau ketika kita mengadvokasi Origami : Kuda Kertas

154

program-program

mendesak

kerakyatan

bersama. Sejak kala itu, ideologiku berwarna cinta, tapi hati ini hanya mampu mencetak nisan-nisan rasa tanpa tuan. Waktuku terlalu sedikit berbicara tentang rasa dan perasaan, sementara jiwa ini terus mendesakku, untuk menegasikan apa yang sebenarnya ada. Bagaimana denganmu? “Ada sesuatu yang aku sembunyikan sejak kuda kertas itu kau beri. Dan tahukah engkau? Reptile Kuda Kertas itu masih ku simpan hingga saat ini. Dia telah menjadi jantung pacu kehidupan diri. Dari kejauhan ku cium watak dan perangaimu. Menyadap siapa dirimu dari mereka yang mengenalmu. Be U-nique. Dan jujur bukan saja Origami : Kuda Kertas

155

aku tertarik ingin mengenalmu tapi memilikimu adalah obsesi terbesar ku”. Aku tak ingin perjumpaan kita laksana Bulan dan Matahari, bukankah kita telah dewasa? Mengagumimu

itu

adalah

keharusanku.

Mencintaimu adalah hakikat dari diriku. Dan melakoni hidup bersamamu akan menjadi tualang terindah yang sulit aku lupakan. Ku ingin merangkai cerita bersama mu. Akan sangat aku bahagia bila dirimu memberikan selangkah lebih maju kesempatan mengenalmu. Salahkah bila aku ingin mengenapkan sisi dirimu yang ganjil itu wahai diri yang teduh bersama budi dermawannya. Origami : Kuda Kertas

156

“Key sahabat terbaik yang kelak ku impikan menjadi imam dikehidupanku. Sungguh aku akan menjadi orang yang celaka, menelantarkan keagungan cinta yang telah engkau tawarkan dibumi batinku. Jika ada tolong ajarkan

hati

ini,

bagaimana

cara

menghindarinya. Kini tak ada lagi alasan bagi ku untuk menolak kecuali menerima pinangan cinta darimu. Keyva,. AKU MENERIMAMU TANPA SYARAT, bawalah aku berlayar ke tengah samudra duniamu. Bersamamu aku yakin pasti bahagia,, because I Need U. Seketika kami dirudung bahagia. Benar legenda mengatakan : Jika kita jatuh cinta pada bagian yang lebih baik. Waktu Origami : Kuda Kertas

157 akan berhenti. Dan aku percaya. Karna sejak aku mengenalnya,

Gambar dirinya telah mati

membeku di kepalaku.

Origami : Kuda Kertas

158

K

embali ku terpojok dibilik ini. Entah untuk yang kesekian kalinya. Berkali telah ku coba

tuk mengakali ini semua, namun hasilnya tetap nisbi. Terjaga dalam ribuan pertanyaan kehidupan. Origami : Kuda Kertas

159 Ditelevisi, koran radio, hanya beritaberita tentang kebohongan yang diumbar. Para politisi kita lebih banyak mewacanakan elektabilitas partai politik mereka ketimbang rakyatnya. Para praktisi hukum sibuk menakar grativikasi seks termasuk perbuatan pidana ataukah bukan. Sementara para ekonom jebakan Universitas

Barkeley

sibuk

memasok,

mengkampanyekan image kapitalis dalam bingkisan syahwat yang rapi bernama moral. Semakin banyak mereka berbicara semakin jauh jarak antara mereka dengan rakyat. Apakah ini undang-undang hidup? Pejabat harus sejahtera maka rakyatnya harus Origami : Kuda Kertas

160 menderita. Asikk,. Biadab kalian, meninggalkan patalogi

sosial

sebagai

bahan

mentah

membangun karakter bangsa. Jika telah begini berapa lama lagi kita akan bertahan? Kaum tua yang menjadi panutan kini telah kehilangan harapan mereka. Kaum muda yang katanya produktif semakin menunjukkan ketidakjelasan

arah

perjuangan

sebagai

pemuda, kita semakin oportunis berlumur demoralisasi. Sementara generasi baru yang masih labil tak punya pegangan dan orientasi. Ironis bagaimana mungkin kita menjadi Negara yang kuat, jika bangsanya adalah para penyamun dan pecundang. Apakah kita telah kehabisan strategi-taktik perjuangan? Ataukah Origami : Kuda Kertas

161 memang kitanya saja yang tak punya mental untuk

berjuang?

Penipuan,

kekerasan,

kesengsaraan dan kejahatan yang dikemas dalam bentuk gerakan moral telah nyata kita saksikan. Bukan kita menghentikan, tetapi malah semakin menyulutkan kobarannya. Ada orang yang berjuang dengan komunitas tapi pada akhirnya mereka difitnah. Ada orang yang bergerak secara sendiri tetapi pusaran perlawanan itu terlalu kecil yang pada akhirnya menyeret sang pejuang disudut parifirial medan juang. Apakah tak ada lagi yang ideal di negeri ini? Segalanya soal isi perut. Mungkin benar kata Origami : Kuda Kertas

162 Lenin “Perut adalah lumbungnya kejahatan”. Yang kaya semakin sejahtera, yang miskin semakin sekarat. Sahabat bisa menjadi penjahat. Pendidikan semakin mahal, kesehatan juga semakin tak terjangkau harganya oleh mereka yang miskin dan terpingkirkan. Kerusakan lingkungan di mana-mana, korupsi merajalela, para elit penguasa dan pengusaha secara berjamah berselingkuh dan hasil dari berselingkuhan

itu

melahirkan

berbagai

kejahatan. Seperti kata gunawan Muhammad, kondisi kita harus tetap “Eling” kita harus tetap sadar diri, tak ada satu pun yang jatuh dari Origami : Kuda Kertas

163 langit, tak ada satu pun yang gratis di atas bumi ini. Berbagai

ketimpangan

telah

melahirkan syarat objektivnya. Syarat bagi terujudnya revolusi. Tapi tak ada satupun diantara kita yang berani mendorong ke arah perjuangan rakyat yang sejatinya. Tak banyak yang mau menggerakkan kekuatan rakyat, kecuali hanya menjadi pengunjung dilokasi organisir. Malam itu musibah melanda pemukiman rakyat. Entah itu kebakaran murni ataukah sebuah kesengajaan dari pemerintah Kota Madya. Kawasan pemukiman warga dikepul asap, memerah kobaran bara api. Dan Origami : Kuda Kertas

164 selebihnya puing-puing ingatan. Dibutuhkan 15 unit

mobil

pemadam

kebakaran

untuk

menjinakkan kobaran si jago merah. Kawasan pemukiman rakyat terpadat dalam hitungan jam tersisa hanya puing sisa asap kebakaran. Dari situ banyak orang yang kehilangan tempat tinggalnya. Kehilangan harta bendanya, banyak anak kehilangan senyumnya. Memang kebakaran itu tak sampai menelan korban jiwa, akan tetapi upaya warga puluhan tahun dalam sekejap mata menjadi siasia. Tidak tanggapnya Pemerintah terhadap penderitaan rakyat menyebabkan petaka kebakaran itu ditanggapi hanya sebatas musibah belaka hingga sampai detik ini rakyat Origami : Kuda Kertas

165 tidak memperoleh kejelasan status terkait peristiwa itu. Padahal barang bukti telah diambil alih oleh Badan Forensik Makassar. Hasil olah TKP terbukti Adanya indikasi Relokasi dengan skema Pembakaran. . Satu hal yang pasti adalah 50 unit rumah warga berhasil digantikan dengan pelebaran jalan utama perkotaan. Ini soal perebutan wilayah. Kata seorang

korban

kebakaran

dilokasi

pengungsian, sebab ini bukan untuk yang pertama kalinya. Pemerintah telah berulang kali ingin merelokasikan kami, namun kami tetap Origami : Kuda Kertas

166 menolak, dan hasil dari penolakan kami adalah PEMBAKARAN. Saya, Bon, Sam, Toetty, Dhede, Mako dan beberapa kawan termasuk V turut mendirikan posko, sekedar meringankan beban mereka yang tertimpa musibah. Kerja-kerja sosial kami lakukan, seperti

meminta

bantuan

pihak

terkait

membersihkan puing kebakaran, mengadvokasi surat-surat berharga, yang terpenting dari upaya kami adalah tetap menolak relokasi pasca pembakaran. Beberapa preman diarahkan untuk mengintimidasi kami, meneror, mengacaukan kerja-kerja kami dan pada akhirnya salah satu Origami : Kuda Kertas

167 rekan kami dianiaya. Rakyat ditipu dengan berbagai jenis sumbangan, bantuan datang silih berganti membanjiri lokasi pengungsian. Kami difitnah dan akhirnya diusir dari lokasi pendampingan itu. Sebuah pengalaman berharga yang kami terima, betapa kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir. Kepengecutan, kejahatan serta kebiadaban baru dapat dimusnahkan ketika seluruh kesadaran ekonomis berhasil diganti dengan kesadaran politik. Kesadaran berjuang massa-rakyat. Ironis. Di tengah kelelahan jiwa nalar melankolisku mengepul asap kerinduan diposko Origami : Kuda Kertas

168 pengungsian. Tentunya pada sang terkasih. Aku terjaga dilaras rasa sendu saat ia bersandar dibahuku. Dan, hening itu, dewi malam begitu cantik menghiasi warna langit, begitupun kerlip bintang gemintang, hanya deburan ombak yang kami

dengar

menutupi

teriakan-terikan

keadilan, rintihan suara derita dari korban pembakaran dilokasi pengungsian. Dengan beralaskan koran bekas, berdua kami bersila dibibir pantai tapal kota yang kini telah menjadi puing itu. Sadarkah engkau puanku? Kaki sudah sejauh ini melangkah, jejak-jejaknya pun tak terhitung berapa banyak jumlahnya. Dan malam ini aku ingin duduk disampingmu, sambil Origami : Kuda Kertas

169 mendengar tawa dan bahagiamu, mendengar jeritan para petani, buruh, nelayan dan kaum miskin kota. Mendengar

jeritan

kita

berdua.

Ingatkah engkau puanku? Betapa panik hingga tangan ku gemetar saat memberimu sesuap bubur ketika kau terbaring sakit tak berdaya dilokasi pengorganisiran itu, bubur yang untuk pertama kalinya ku buat sendiri. Saat engkau kelelahan dan tertidur puas di atas pangkuanku beralaskan sekotak kardus yang ku punggut di depan sebuah toko hanya sekedar menunggu beberapa kawan yang ditangkap pihak berwenang tak kala menggelar mimbar bebas tanpa surat izin dari kepolisian. Origami : Kuda Kertas

170 Pernah suatu saat merasa paling bersalah ketika engkau tak lagi mengetahui siapa dirimu di tengah perjalanan yang kau sendiripun tak tahu arah tujunya, kau kesurupan karena kelelahan. Lalu kita pergi mendaki gunung, melewati terjalnya bukit, menyusuri lereng, hanya untuk menegaskan betapa besar dan tingginya cinta kita. Di kota ini pula prasasti cinta kita dirikan, kita belajar dari alam tentang kepercayaan, perjuangan. Tentang cinta kasih, kejujuran dan pengorbanan. Sadarkah engkau puanku? Berapa banyak waktu yang kita habiskan hanya untuk meramu dan merawat kualitas cinta yang kita Origami : Kuda Kertas

171 miliki. Semua yang kita lewati haruskah digadaikan dengan sekilo rasa takut dan keraguan? Sungguh

aku tak mengira itu.

Kemampuan kita hanya bisa merekam lewat kata dan sajak. Yang terucap akan hilang, dan yang tertulis akan diingat. Mungkin ini juga menjadi alasan. biar kelak, ketika kita tak lagi bernafas, anak cucu kita atau siapapun mereka dapat mengetahui cerita kita. Kisah yang tersaji dalam lipatanlipatan KUDA KERTAS ini. Dikehariban malam ini, dipenghujung kerinduan semesta, kami masih bersila di sini, menghimpun diri bersama dalam barisan rakyat. Origami : Kuda Kertas

172 Masih tetap di tempat di mana kobaran api seminggu lalu telah membakar harapan warga akan kebutuhan untuk percaya pada NEGARA dan PEMERINTAH. Kehadiran mereka sejenak asing. Diandara V Puan semesta, bila tiba masa itu, akankah berdua kita bicara tentang makna NEGARA dalam RUMAH TANGGA atau justru sebaliknya. Entah.. Malam telah memberi isyarat bahwa pagi hendak tiba. Mari pulang ke POSKO KITA.

Origami : Kuda Kertas

173

D

ahulu saat kehidupan ini baru di mulai, siasat dan tipu adalah hal yang asing. Hanya ada cinta dan

kasih sayang yang di semai, semuanya mengalir mengikuti kehendak kedua insan, yakni Adam dan Siti hawa. Origami : Kuda Kertas

174 Kehidupan terasa begitu indah, penuh suka cita. Riang bahagia. Tak ada dendam yang tumbuh, tak ada permusuhan. Segalanya berjalan ideal. Ruang hati di rajut dalam balutan romantism, namun seluruh kenyamanan di kehidupan surgawi bukanlah tempat yang dimaksud Tuhan bagi kedua moyang manusia itu bermukim, bersujud patuh menyembah

tuhan

atau

melanjutkan

keturunannya melainkan bumi. Tuhan menjadikan bumi itu sebagai nikmat dan Ia meminta kesyukuran di atas nikmat itu, Sebagaimana firman-NYA : "Dan kami

jadikan dibumi lapangan penghidupanmu, tetapi sedikit sekali kamu berterima kasih". (QS. AlOrigami : Kuda Kertas

175 A'raaf ayat 10). Janji Tuhan nyata dalam kitabNYA, diprakarsai sebuah rekayasa, suatu skenario ilahiah yang tersusun rapi sebagai akibat telah memakan "buah kealpaan", maka kedua mahkluk kesayangan Tuhan ini pun harus memikul batu sandung atas laku yang mereka buat. Adam dan Siti hawa terpisah. Katanya ; Yang satu di India dan yang satu di Pakistan. Tak ada yang nyaman untuk sesuatu yang di rasa baru. Tak ada yang lebih menderita dari kenyataan bahwa mereka harus melakoni kehidupan yang begitu keras tanpa ada sesiapa yang mendampingi. Hati kedua insan sedingin malam, kesepian menghujam setiap diri, sisi Origami : Kuda Kertas

176 kimesteri dari kemesraan itu harus diamputasi dengan perpisahan. Perpisahan ini melewati ribuan senja. Sebuah riwayat menyebutkan perpisahan itu berlangsung hampir 500 tahun, ada pula yang menyatakan 300 tahun, ada juga yang berpendapat mereka terpisah selama 40 tahun sebelum dipertemukan oleh Tuhan. Dus naluri kerinduan itu menuntun pada upaya pencaharian satu diantara yang lain. Singkat kata, atas hidayah Tuhan dan bimbingan Malaikat Jibril sepasang kekasih yang di pisahkan hampir puluhan bahkan ratusan tahun itu dipertemukan di sebuah bukit yang kemudian di kenal dengan Jabal Rahmah, Origami : Kuda Kertas

177 sebelah timur Padang Arafah atau berjarak kurang lebih 20 km dari pusat Kota Makkah. Di bukit itu, tangis gembira menampar segala kerinduan. Terbukalah tabir penantiaan dalam episode perjumpaan. Dibukit inilah bukti peradaban cinta pertama di muka bumi, nisannya kerinduan bagi setiap para pecinta, simbol profan atas naluri spiritual untuk hidup sebagai sepasang kekasih dalam membangun peradaban dunia. Inilah makam sesungguhnya dari jalinan kesetiaan sejati. Dengan cemas, Hawa yang kala itu terbaring dipelukan Adam berkata : Duhai pelita jiwaku, penyemangat hari-hariku, bawalah aku Origami : Kuda Kertas

178 kembali menuju kerajaan sorga. Aku tak kuat hidup di sini. Aku tak biasa dengan kehidupan ini. Dapatkah kau lakukan itu untukku? Tanya Siti Hawa. Istri ku Siti Hawa, engkaulah pelipur lara resahku. Penyejuk iman taqwaku. Ini memang ujian yang harus kita tanggung. Bukankah buah kealpaan itu menjadi penyebab kita di sini? Jawab Adam. Kita diturunkan Tuhan untuk banyak alasan dan salah satunya agar kita memahami tentang Ilmu Sakarat. Jika engkau hendak kembali, lakukanlah apa yang dititihkan Tuhan untuk kita. Tegas Adam. Origami : Kuda Kertas

179 Sungguhkah demikian? Dengan parau Hawa bertanya. Demi orang yang darinya aku merasa bahagia, ajari aku tentang Ilmu Sakarat itu? Baiklah Istriku. Nanti, bila waktu sampai langit merah-merekah akan ku ajarkan engkau tentang Ilmu Sakarat. Kata Adam. Waktu berjalan cepat mengantarkan mentari di kolong peraduan. Ufuk mulai memerah sebelum nanti menjadi kelam. Keduanya larut dalam kebisuan, hingga Adam memecahkan keheningan dengan berucap : Kita berkelana hingga sejauh ini, lalu bertebaran di muka bumi mencari karunia ALLAH (QS. AlJumu'ah, ayat 10), maka dengarkan untuk tiga Origami : Kuda Kertas

180 perkara wahai orang yang lembut hatinya, istriku tercinta. Yang pertama : Bersujud syukur serta bersembahlah dimuka bumi ini atas nikmat dan karunia Tuhan yang dilimpahkan kepada kita. Yang kedua : Melanjutkan keturunan. Dan, Yang ketiga : Mengkampanyekan cinta di muka Bumi. Sejenak keduanya terdiam membisu menyadari dosa yang telah mereka lakukan, seraya berdoa yang dinyatakan dalam firmanNYA berikut :

"Ya Tuhan kami, kami menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Origami : Kuda Kertas

181

pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS Al-A'raaf [7] : 23). Setelah kejatuhan Adam dan Siti Hawa di bumi, tentu selain bersujud patuh atas titah Tuhannya, memperkaya rasa bersyukur dalam diri, melanjutkan keturunan, hal yang tidak kalah

pentingnya

juga

adalah

proses

mengkampanyekan cinta itu sendiri. Lantas bagaimanakah kampanye cinta itu diwujudkan? Sesal menjadi penyemangat, laku alpa di masa lalu adalah medium introspeksi menuju diri yang lebih baik. Nabi Adam AS kemudian mulai membangun bahtera keluarganya, membentuk keturunan pelanjut kekhalifaan, tercatat hampir Origami : Kuda Kertas

182 20 pasang kembar Putra-Putri lahir dari rahim Ibunda Siti Hawa. Kisah yang paling banyak diceritakan dari keturunan anak Adam adalah Qabil dan Habil. Qabil lahir berpasangan dengan Iqlima sementara Habil berpasangan dengan Labuna. Seiring waktu berjalan mereka tumbuh menjadi dewasa, tibalah waktunya Adam bertekad hendak mengawinkan anak-anaknya. Sesungguhnya perkawinan ini dilaksanakan hanya untuk dua alasan. Yang pertama : Karena kebutuhan biologis dan Yang kedua : karena tuntutan proses regenerasi. Perkawinan ini di awali dengan cara Adam melakukan perjodohan silang antara Qabil dengan Labuda serta Habil Origami : Kuda Kertas

183 dengan Iqlima, namun Qabil membantah prakarsa perjodohan ayahnya. Qabil tidak menerima kenyataan bahwa ia harus bersanding hidup bersama Labuna, Qabil lebih terobsesi paras cantik nan jelita seorang Iqlima yang tak lain adalah saudara kembarannya. Ending dari perjodohan silang ini pun ditantang oleh Qabil, sehingga atas petunjuk Tuhan, Adam kemudian menyerukan bahwa siapa diantara mereka yang paling baik kurbannya, maka dialah yang paling berhak memilih siapa kekasihnya. Ketika Tuhan menguji persembahan (kurban) cinta kedua putra Adam, Habil

yang

sopan

lagi

dermawan

itu

Origami : Kuda Kertas

184 mempersembahkan seekor domba besar hasil peternakannya, sementara Qabil yang angkuh lagi sangat kikir hanya memberikan sekantung gandum rusak serta aneka buah-buahan yang telah membusuk yang ia miliki. Kualitas pemberian itu pun dinilai oleh Tuhan, dan sudah barang tentu persembahan (kurban) dari Habillah yang di terima Tuhan. Qabil merasa tersinggung yang pada akhirnya ketersinggungan

itu

merenggut

nyawa

saudaranya sendiri. Habil mati ditangan Qabil. Ini di abadikan sebagaimana dalam firman-NYA : "Ceritakanlah kepada mereka kisah

kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang

sebenarnya,

ketika

keduanya

Origami : Kuda Kertas

185

mempersembahkan kurban. Maka, diterima dari salah seorang dan mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). la (Qabil) berkata, 'Aku pasti membunuhmu!' Berkata Habil, 'Sesungguhnya, Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa." (QS. AlMaa'idah [5] : 27) Kematian Habil menjadi tapak tertua pembunuhan pertama yang pernah manusia lakukan di planet ini. Kejahatan abadi dari perselisahan yang lahir ketika cinta di tafsir secara fisik dan picik. Ironis dan tragedi yang dipelihara. Setiap manusia pasti merasakan cinta, oleh karenanya cinta menjadi naluri alamiah manusia yang Origami : Kuda Kertas

186 dititipkan Tuhan sebagai bekal keseimbangan kosmologi. Dengan cinta batu dapat diubah menjadi istana, harmonisasi kehidupan beredar sesuai orbit kebahagiaan sejati. Tidak

mengherankan

apabila

perumpamaan orang yang sedang kasmaran, walau hanya diberikan kail ia mampu menangkap ikan yang banyak untuk di bawah pulang dan sebaliknya ketika kita memasukkan orang yang sedang patah hati ke dalam gudang makanan sekali pun niscaya dia akan mati kelaparan. Begitu besarnya vibrasi dan betapa kuat resonansi yang dipancarkan oleh cinta membuatnya melampaui bahkan menundukkan Origami : Kuda Kertas

187 segala dimensi, menaklukan ruang dari waktu. Dialah gelombang elektromagnetik yang getar pesonanya

tidak

membutuhkan

sesuatu

bernama medan rambatan. Seorang fisikawan berkata : "Cinta adalah beban alam yang di perindah oleh khayal". Sedangkan Khalil Gibran, penyair dari Lebanon, sang pujangga kesohor itu dengan lantang ia mengatakan : "Jika sudah waktunya akan ku bawa cinta menuju langit ke tujuh". Renungan-renungan cinta, motivasi serta tekad yang kuat untuk mencari kebahagiaan pasangannya menuntut setiap orang melakukan apa saja walau itu di luar batas kemampuan dan kuasa manusiawi. Origami : Kuda Kertas

188 Adalah cinta yang menyebabkan Rauzai Munaffara (makam bercahaya) atau yang biasa dikenal dengan Taj Mahal di kenang sepanjang abad. Keindahannya menjadikan Taj Mahal sebagai salah satu keajaiban dunia. Maha-karya atas cinta yang di persembahkan Kaisar Mughal Shah Jahan untuk istri tercintanya Arjumand Banu Begum atau biasa disapa dengan panggilan Mumtaz Mahal. Legenda antara Bandung Bondowo dan Roro Jongrang tentang Candi Prambanan, ada Tangkuban Perahu yang melukiskan kisah penuh syarat antara Sangkuriang dan ibundanya Dayang Sumbi. Tahukah kita tentang bangunan Origami : Kuda Kertas

189 megah yang ada di Thailand? Prasat Hit Phimai menjadi bukti kecintaan seorang wanita dari golongan bangsawan yang bernama Putri Orapima. Kastil itu dipersembahkan khusus untuk mengenang kekasihnya Pangeran Pajitt yang tewas di medan tarung, dibunuh pasukan elit istana sang ayah. Orapima menegasikan pandangan kita bahwa tidak selamanya persembahan cinta itu terlahir dan dilakukan oleh kaum lelaki semata, wanitapun bisa melakukan itu, sebagaimana yang ia lakukan di Thailand. Mengagumkan. Mereka adalah orang-orang tangguh yang mengantungkan nama besarnya di pintu gerbang kesejarahan. Mereka dikenal, mereka di Origami : Kuda Kertas

190 kenang sebagai seorang tokoh yang telah berbuat

sesuatu

tentang

cinta

dan

perjuangannya.

Origami : Kuda Kertas

191

Origami : Kuda Kertas

192

Origami : Kuda Kertas

Related Documents

Enter Kuda Kertas
January 2021 1
4. Kuda-kuda Sp2
January 2021 0
Kuda Ide Svijet
February 2021 0
Kromatografi Kertas
January 2021 1
Casting Pada Kuda
February 2021 7

More Documents from "sk bauayan"