Estimasi Populasi 5b

  • Uploaded by: reva
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Estimasi Populasi 5b as PDF for free.

More details

  • Words: 2,396
  • Pages: 15
Loading documents preview...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN METODE ESTIMASI POPULASI

OLEH: KELOMPOK V B REVA AULIA QORRI

(1710421014)

SAIDINA BIMA

(1710421026)

YUNI ZAHARA

(1710421030)

AQSHA INEZA

(1710422008)

ASISTEN PENANGGUNGJAWAB DWI MERYASTUTI VIKA WIDYAWATI

LABORATORIUM PENDIDIKAN IV JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2019 I. PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang Populasi dalam bidang ekologi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus (Soetjipta, 1992). Hewan merupakan salah satu makhluk hidup yang saat ini diperhatikan oleh pemerintah karena kepunahannya. Oleh karena itu, setidaknya dibutuhkan informasi mengenai jumlah populasi hewan yang hampir punah, agar kita selaku manusia dapat mengantisipasi agar hewan tersebut tidak punah dan melestarikannya. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seseorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu dalam populasi dalam satuan daerah atau satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas) yang masuk (imigrasi) dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman mofologi dalam suatu populasi alam sebaran umur, komposisi genetika dan penyebaran individu dalam populasi. Harus dicatat bahwa semua kekhasan populasi yang didaftar disini merupakan gabungan kekhasan individu yang membentuk populasi (Michael,1994) Untuk menaksir besarnya populasi hewan dapat dhitung dengan kepadatan absolute atau kepadatan relatif. Metoda yang digunakan dapat bermacam-macam tergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Ukuran dan rapatan populasi merujuk pada jumlah hewan dalam suatu daerah tertentu. Suatu sensus yang sebenarnya atau suatu prakiraan semua individu dalam daerah itu disebut sebagai rapatan absolute serta dinyatakan sebagai jumlah per satuan daerah. Cara termudah dalam pengukuran rapatan absolute adalah dengan menghitung setiap individu. Karena ini hanya mungkin untuk beberapa kasus, sampel yang mewakili populasi digambar, dan praktikan rapatan absolut dibuat atas dasar sampel-sampel tersebut (Michael,1994)

Untuk memperkirakan rapatan absolut suatu populasi sering tidak memungkinkan. Dalam hal ini, diperlukan pengetahuan mengenai rapatan relatif populasi.Dalam pengukuran seperti itu, ukuran populasi sebenarnya dapat dibuat bila fluktuasi dalam ukuran populasi pada selang waktu tertentu dipelajari Semua cara untuk pengukuran rapatan realatif bergantung pada pengumpulan sampel yang harus memiliki pemikiran tetap mengenai hubungannya terhadap ukuran populasi. Pengukuran rapatan relatif lebih condong pada suatu indeks kelimpahan daripada suatu prakiraan ukuran populasi (Suin, 2003). Tujuan diadakannya kegiatan estimasi populasi ini adalah untuk menerapkan metode Capture – Mark – Release – Recapture untuk memperkirakan besarnya populasi. Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan populasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas. Oleh sebab itu, biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Suin,1989).

I.2 Tujuan Adapun tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah untuk menaksir kepadatan populasi kumbang beras (Sitophylus oryzae) pada substrat tepung.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Populasi terdiri dari banyak individu yang tersebar pada rentangan goegrafis. Tetapi individu itu tidak selalu tersebar merata. Ada pola penyebaran, yaitu menggerombol, acak dan tersebar. Pola distribusi ini disebabkan oleh tipe tingkah laku individu yang berbeda. Disatu pihak, menggerombol sebagai akibat dari tertariknya individuindividu pada tempat yang sama, apakah karna lingkungan yang cocok atau tempat berkumpul untuk fungsi sosial. Misalnya perkawinan, dipihak lain tersebar sebagai interaksi antagonis antar individu. Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi (Hadisubroto, 1989). Menurut Suin (1989), estimasi populasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan perhitungan kepadatan suatu populasi dengan cara mempredikisikannya. Dari metoda ini dapat diperoleh analisis data sebagai berikut: Kepadatan Populasi

= Jumlah Individu Suatu Jenis Luas Areal Pengamatan

Kepadatan relative

= Kepadatan Suatu Jenis x 100% Kepadatan semua Jenis

Frekuensi Kehadiran

= Jumlah Unit Contoh Ditemukan Suatu Jenis x 100% Jumlah Semua Unit Contoh Yang Diamati

Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu menandai, melepaskan dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi. Merupakan metode yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan besarnya populasi. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam sistem daftar (Hadisubroto, 1989).

Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya dan metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi pada rumus Paterson (Naughton,1973). Dalam melakukan metode CMR, Poole (1974) menjabarkan asumsi yang harus dipenuhi yaitu, individu yang bertanda bercampur dengan individu lain yang tidak tertangkap pada periode penagkapan pertama. Selama dua periode waktu pengamatan, tidak terdapat penambahan (kelahiran atau imigrasi) ataupun pengurangan (kematian atau emigrasi) jumlah populasi. Individu yang bertanda tidak terpengaruh atau terganggu terhadap tanda yang diberikan. Kedua sampel diambil secara acak dan tiap individu mempunyai peluang yang sama untuk tertangkap. Tanda yang dipasang tidak hilang selama dilakukan studi. Penangkapan pertama tidak mempengaruhi kemungkinan individu tertangkap pada penangkapan kedua (beberapa jenis satwa menunjukkan perilaku senang tertangkap) Umumnya semua asumsi dalam studi CMRR dapat terpenuhi kecuali asumsi kedua yaitu selama dua periode waktu pengamatan, tidak terdapat penambahan (kelahiran atau imigrasi) ataupun pengurangan (kematian atau emigrasi) jumlah populasi. Asumsi tersebut jika terjadi dapat mempengaruhi data populasi sehingga tidak representatif. Individu yang bertanda tidak terpengaruh atau terganggu terhadap tanda yang diberikan. Metode CMRR dapat dilakukan selama beberapa bulan atau beberapa tahun (multiple cencus) dengan melakukan beberapa periode penangkapan. Jika hal ini dilakukan, maka akan diketahui dinamika populasi sehingga dapat diperkirakan laju kelahiran ataupun laju kematian dari suatu populasi (Krebs, 1978).

Pada metode ini dilakukan setidaknya dua sampel studi. Pertama dilakukan penangkapan dan jumlah inidividu satwa yang tertangkap diberi notasi n1. Semua satwa yang tertangkap pada sampel pertama diberi tanda kemudian dilepaskan kembali ke habitatnya. Kemudian selang beberapa waktu (bisa hari atau minggu) dilakukan penangkapan kedua, dimana jumlah individu satwa yang tertangkap pada penangkapan kedua ini diberi notasi n2, dimana sejumlah individu satwa yang tertangkap pada penangkapan kedua ini bertanda dan diberi notasi sebagai m2 (Poole, 1974). Untuk mencari nilai pendugaan populasi pada suatu kawasan dapat menggunakan rumus Chapman yang memodifikasi pendugaan Lincoln-Petersen, yakni sebagai berikut: Metode Chapman: N (Total Populasi)

= (F1+1) x (F2+1) -1 (F3+1)

Keterangan : F1 = Jumlah individu pencuplikan I F2 = Jumlah individu pencuplikan II F3 = Jumlah individu pencuplikan II yang bertanda Persamaan ini umumnya dapat berbeda pada berbagai sumber, seperti pada Introduction of Quantitative ecology yang disusun oleh Poole (1974) maupun buku sejenis yang disusun oleh (Krebs, 1974). Individu-individu yang diambil sebagai sampel haruslah acak sehingga dapat mewakili populasi. Ukuran besar kecilnya sampel sangatlah penting. Dalam hal ini semakin besar sampel maka semakin mewakili populasi. Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetika yang mendiami suatu ruangan khusus, yang

memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistic (Soetjipta,1992). Sithopilus oryzae merupakan salah satu hama gudang

yang sangat

merugikan dan sulit. Sitophilus oryzae ukuran dewasa berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyeru pai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis - garis membujur yang jelas. Terdapat 4

bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian

depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan (Kalshoven,1981).

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Ekologi Hewan tentang Metode Estimasi Populasi ini dilaksanakan pada Senin, 18 Maret 2019 di Laboratorium Pendidikan IV Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. 3.2 Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan untuk praktikum Metode Estimasi Populasi ini antara lain cat penanda (tip x), baki, penggaris. Sedangkan bahan yang digunakan ialah tepung terigu 500 gram dan kumbang beras Sitophylus oryzae. 3.3 Cara Kerja Pada praktikum Metode Estimasi Populasi dilakukan dengan memasukkan tepung beras ke dalam baki sebanyak setengahnya, kemudian lepaskan kumbang beras ke dalam wadah tersebut (jumlahnya tidak dihitung) serta diaduk sampai penyebarannya merata dalam wadah. Ratakan kumbang beras didalam wadah dan bagilah dalam petak-petak bujur sangkar ukuran 5x5 cm. Setelah itu dilakukan pencuplikan sebanyak 5 cuplikan diantara grid tersebut. Kumbang beras yang diperoleh dari penangkapan pertama ini seluruhnya ditandai bagian toraknya disebut F1. Kemudian dilepaskan kembali dan dibiarkan selama 1 jam. Setelah itu kumbang diambil kembali seperti pada pencuplikan pertama. Dihitung jumlah kumbang bertanda dan tidak bertanda sebagai F2, sedangkan kumbang yang bertanda saja sebagai F3. Metode Lincoln-Peterson : N (Total Populasi) = F1 x F2 F3

Metode Chapman: N (Total Populasi)

= (F1+1) x (F2+1) -1 (F3+1)

Keterangan : F1 = Jumlah individu pencuplikan I F2 = Jumlah individu pencuplikan II

F3 = Jumlah individu pencuplikan II yang bertanda

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil beberapa metode estimasi populasi, yaitu: Tabel 1.1 Tabel Pengamatan Estimasi Populasi No 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pencuplikan I I = 10 Ekor II = 5 Ekor III =7 Ekor IV =1 Ekor V = 6 Ekor F1 = 29 Ekor

Pencuplikan II I = 9 Ekor II = 2 Ekor III =9 Ekor IV =5 Ekor V = 8 Ekor F2 = 35 Ekor F3 = 3 Ekor

Metode Lincoln-Peterson : N (Total Populasi) =

F1 x F2 F3

=

29 x 35 3

=

338 ekor

Dari percobaan yang dilakukan dengan metode CMMR Licoln-Petersen diperoleh hasil bahwa jumlah pencuplikan pertama pada kumbang beras (Sitophilus oryzae) didapatkan sebanyak 29 ekor yang ditulis sebagai F1. Pada pencuplikan kedua didapatkan sebanyak 35 ekor yang ditulis sebagai F2. Sedangkan F3 yakni jumlah hewan hasil cuplikan kedua yang telah bertanda dijumpai sebanyak 3 ekor. Kepadatan populasi Sithopilus oryzae berdasarkan rumus Metoda Lincoln-Peterson diperoleh nilai N = 338 ekor Pada metode Licoln-Petersen hanya dilakukan satu kali penandaan pada sampel yang tertangkap dan hanya satu kali penangkapan ulang (recapture). Karena hal itu, metode Licoln-Petersen disebut sebagai metode yang paling sederhana dalam mengestimasi populasi pada populasi tertutup. Estimasi Licoln-Petersen dapat diturunkan berdasarkan asumsi awal bahwa jika sampel kedua merupakan sampel acak dari populasi hewan yang sudah ditandai dan belum ditandai, maka proporsi dari hewan yang ditandai pada sampel yang terambil pada pengambilan kedua sama dengan proporsi hewan yang sudah ditandai pada populasi hewan yang

ditandai pada populasi (Safitri dkk, 2016) Metode Chapman: N (Total Populasi)

= (F1+1) x (F2+1) -1 (F3+1) = (29+1) X (35+1) -1 3+1 = 269 Ekor

Pada metode Chapman diperoleh total populasi yaitu 269 ekor. Perbandingan pada hasil kedua metode ialah berbeda. Adanya perbedaan tersebut dikarenakan persebaran Sithopilus oryzae tidak merata dan barrier yang dibuat terlalu dalam. Pernyataan ini didukung oleh Campbell (2004), bahwasanya dua karakteristik penting pada populasi adalah kepadatan dan jarak antarindividu. Literatur tersebut menjelaskan bahwa estimasi populasi dianjurkan merata sehingga jarak antar individu tetatur. Berdasarkan Susanto (2000), pengukuran populasi dengan metode tangkap dan tangkap lagi (CMRR) makin tepat jika jumlah individu bertanda pada penangkapan pertama dan kedua tidak berbeda jauh. Metode tangkap-dan-tangkap lagi lebih cocok digunakan pada populasi yang hidup pada daerah tertutup dan populasinya bersifat stabil, kepik emas dan jengkerik Kondisi populasi seperti itu menyebabkan hewan tidak banyak yang keluar atau masuk antara penangkapan yang pertama dengan penangkapan yang kedua (Pomalingo, 2007). Pada kasus yang luar biasa kita mungkin bisa menetukan ukuran dan kepadatan populasi dengan menghitung langsung seluruh individu yang ada di dalam batas suatu populasi. Pada beberapa kasus, ukuran populasi ditaksir bukan dengan menghitung organismenya akan tetapi dengan menggunakan indikator tidak langsung, seperti jumlah sarang, atau tanda-tanda seperti kotoran atau jejak. Teknik

pengambilan sampel lainnya yang umum digunakan untuk menaksir populasi hewan yaitu metode penandaan dan penangkapan kembali (Campbell, 2004). Metode pencuplikan (Sampling) Jumlah kotak pencuplikan x jumlah kotak seluruhnya = 29 x 6 = 174 Berdasarkan metode pencuplikan atau sampling didapat hasil estimasi populasi Sithopilus oryzae yaitu, 174 ekor. Metode ini termasuk metode langsung karena pengambilan sampel dilakukan secara lansung dengan mencuplik spesies per kotak yang terdapat di baki tersebut. Berdasarkan Southwood (1971), perhitungan populasi hewan ataupun tumbuhan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara langsung dan tidak langsung dengan memperkirakan besarnya populasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang akan di hitung. Misalnya, untuk padang rumput dapat digunakan metode kuadrat untuk memperkirakan memperkirakan populasi dengan cara “track count” atau “fecal count”. Untuk hewan yang relatif mudah ditangkap, misalnya tikus, belalang dapat di perkirakan dengan metode capturemark-release-recapture (CMRR).

V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari praktikum Metode Estimasi Populasi ini adalah: 1. Estimasi populasi yang diperoleh pada metode Lincoln-Peterson ialah 338 ekor, metode Champman 269 ekor, dan metode sampling sebanyak 174 ekor

2. Perbedaan hasil estimasi setiap metode terjadi akibat adanya penyebaran spesies Sitophylus oryzae yang tidak merata dan barrier yang dibuat terlalu dalam 5.2 Saran Saran untuk praktikan selanjutnya adalah diharapkan agar praktikan agar lebih disiplin dalam praktikum agar praktikum terlaksana tepat waktu sesuai dengan jadwal. Dan sebaiknya praktikan mempersiapkan alat serta bahan untuk pengamatan di praktikum dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA Campbell, 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta Hadisubroto, T. 1989. Ekologi Dasar. DeptDikBud : Jakarta Kalshoven, L. G. E., (1981). The Pest of Crops in Indonesia. Revised and Translated By P.A. Van der laan. Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Krebs, C.J. 1974. Ecology, The Experimental Analysis of Distribution and Abundance Second Edition. Harper and Row, New York

Krebs, C.J. 1974. Ecology, The Experimental Analysis of Distribution and Abundance Second Edition. Harper and Row, New York Michael, P. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Universitas Indonesia Press : Jakarta Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press : Yogyakarta Poole, R. 1974. Introduction to Quantitative Ecology. McGraw-Hill: New York Pomalingo, Nelson.. 2007. Pengetahuan Lingkungan Edisi Revisi. Makassar: Kawasan Timur Indonesia. Safitri,G., Dasari D., Agustina F., 2016. Penerapan Metode Schnabel Dalam Mengestimasi Jumlah Anggota Populasi Tertutup. Departemen Pendidikan Matematika FMIPA UPI. Seber, G.A.F. (1973). The Estimation of Animal Abundance and Related Parameters. Bristol: J.W Arrowsmith Ltd. Soetjipta.1992. Dasar-dasar Ekologi Hewan. DeptDikBud DIKTI : Jakarta Southwood. (1971). Ecologycal Methods with Particular reference to Study of Insect Population. Chapman and Hall. Suin, N.M. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta Suin, N.M. 2003. Metoda Ekologi. Andalas University Press : Padang Susanto, P., 2000, Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional.

LAMPIRAN

Keterangan : Pengamatan Sithopilus oryzae pada estimasi populasi

Related Documents


More Documents from "mazal wimala"