Etika Dalam Praktek Keinsinyuran

  • Uploaded by: Komang Sada
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Etika Dalam Praktek Keinsinyuran as PDF for free.

More details

  • Words: 4,536
  • Pages: 26
Loading documents preview...
SEMINAR DAN RAPAT KERJA NASIONAL 2018 Yogyakarta, 26-27 Juli 2018

Etika dalam Praktek Keinsinyuran I Wayan Redana Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Program Profesi Insinyur, Universitas Udayana, Ketua PII Wilayah Bali

E-mail: [email protected]

Intisari Etika dalam praktek keinsinyuran berkaitan dengan moral, ahklak dan budi pekerti dan tidak dapat dipisahkan dari profesionalisme. PII merumuskan prinsip-prinsip etika dan tuntunan sikap dan perilaku ke dalam catur karsa dan sapta dharma. Program PSPPI memberikan mata kuliah etika profesi, sehingga cukup mendasar bahwa etika ini dapat dikembangkan bukan saja lebih luas tetapi juga lebih detail. Tujuan kajian ini adalah mengemukakan suatu sumbang saran pada etika profesi, sebagai suatu ethics study guide yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran di Universtias maupun dalam pekerjaan profesi keinsinyuran se hari-hari. Etika profesi insinyur, tidak hanya akan menjadi milik insinyur, akan tetapi akan mengikat kepada dunia usaha, organisasi, perusahan secara luas. Etika profesi seharusnya menjadi tuntunan bagi pemegang saham dan pemilik perusahan, direktur dan manajemen, pemasok dan rekanan, pesaing, pekerja, dan masyarakat luas. Harus disadari, pelanggaran tata nilai, dan penyelewengan tata nilai, terjadi pada setiap level pekerjaan setiap hari. Untuk itu, untuk membangun kejujuran dan kepercayaan, etika profesi ini harus dibangun melalui budaya dengan memberi contoh yang baik dan sangat penting dikembangkan.

Kata Kunci: etika, moral, keinsinyuran.

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Etika profesi termuat dalam catur karsa dan sapta dharma dari PII dan merupakan mata kuliah di Program PSPPI, karenanya sangat perlu dikembangkan. Etika menyangkut kepada tatanilai dan moral, berkaitan dengan dilemma moral: dilemma konstruktif dan dilemma destruktif. Etika profesi tidak bisa dipisahkan dengan professionalisme. Profesional mempunyai makna berprofesi atau bersifat profesi atau bekerja menurut standar profesi. Seorang professional mengemban tanggung jawab, karena masyarakat akan mempunyai pengharapan lebih dan secara hukum juga mempunyai pengharapan lebih dari orang kebanyakan. Karena itu, bahan ajar etika profesi pada program profesi insinyur dan pada praktek keinsinyuran sehari-hari sangat perlu dikembangkan 1.2. Rumusan Masalah Etika secara umum merupakan studi tentang disiplin yang berkaitan dengan hak moral. Hal ini akan berkaitan dengan prinsip atau tata nilai yang pada akhirnya akan dipakai untuk menentukan kebenaran dari suatu tindakan atau perilaku. Tata nilai ini bisa sangat umum dan luas atau dapat juga dibuat sangat detail dan khusus sebagai suatu set aturan untuk menuntun kearah yang lebih mengena (imperative) sehingga dapat diterapkan di masyarakat (enforceable). Dalam beberapa hal, etika profesi sering di-interpretasikan sebagai aturan pasif. Sesungguhnya, pemahaman yang tepat adalah meng-interpretasikan esensi dari prinsip-prinsip yang mendasar pada kegiatan pengambilan keputusan sehari-hari secara dinamis. Sebagai konsekwensinya bahwa etika profesi akan menjadi standar minimum dan bahkan lebih dari itu, bahwa etika profesi akan menjadi penuntun bagi insinyur dalam kegiatan sehari-hari. Bahkan

SEMINAR DAN RAPAT KERJA NASIONAL 2018 Yogyakarta, 26-27 Juli 2018

melakukan sesuatu di luar etika profesi akan mengakibatkan kerugian secara finansial dan mempunyai konsekwensi hukum legal. Insinyur tidak akan bisa bekerja sendirian, tetapi akan melibatkan pemegang saham dan pemilik perusahan, direktur dan manajemen, pemasok dan rekanan, kompetitor, pekerja, dan masyarakat. Etika profesi diperlukan pada setiap level pekerjaan. 1.3. Tujuan Tujuan penulisan ini adalah mengemukakan suatu sumbang saran untuk membuat lebih detail etika profesi, sebagai suatu ethics study guide yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran di Universtias maupun dalam pekerjaan profesi keinsinyuran dan dapat diterapkan sehari-hari. 2. Metodologi 2.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menganalisa etika profesi keinsinyuran dan mengembangkan menjadi lebih detail. Mengembangkan “code of ethics dan code of conduct” dalam usaha memperkaya contoh tindakan yang sesuai maupun yang melawan kode etik keinsinyuran. 2.2. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder berupa tulisan kajian dan sebagainya dari persatuan insinyur Indonesia, Kemenristek dikti dan dari keinsinyuran Negara lain. 2.3. Metode Analisis Data Etika secara umum dan dilema moral dipakai bahan untuk menyusun etika profesi yang lebih detail sehingga lebih mudah untuk diterapkan sehari-hari. 3. Kajian Pustaka 3.1. Ukuran Nilai: moral, norma, dan etika Etika secara umum tidak bisa dilepaskan dari tata nilai Moral. Moral Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai akhlak, dan budi pekerti; moral adalah kondisi mental yang mempengaruhi seseorang menjadi tetap bersemangat, berani, disiplin dan sebagainya. Sementara akhlak merupakan kelakuan tabiat, tingkah laku. Realisme moral diterapkan pada pengambilan sikap keputusan pada etika dan pada nilai, hak, kewajiban dan sebagainya (Redana & Suparsa, 2014). Realisme moral menginspirasi dalam pengambilan sikap keputusan etika dalam mempertahankan objektifitas. Lawan dari moral realisme adalah relatifisme dan subjektifitas. Penerapan kebenaran moral sering menghadapi dilema, pada setiap keputusan yang diambil akan menyalahi aturan moral lainnya. Keputusan apa pun yang akan diambil, akan melakukan sesuatu yang secara etika moral salah, atau semestinya tindakan tersebut tidak boleh dilakukan. Sebaliknya, dilema dapat dipandang bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang paling baik dari alternatif keputusan yang ada. Dilema Konstruktif jauh lebih baik dari dilemma Destruktif. Secara logika matematika, argumen deduksi silogisme untuk menguji validitas dilema bisa dipakai yang pada akhirnya akan merepresentasikan matematika atau hukum alam. Dilema sederhana, sesuai logika matematika dapat dinyatakan dalam bentuk argumen: Jika p, maka q Jika tidak p, maka q Sehingga semuanya adalah q

SEMINAR DAN RAPAT KERJA NASIONAL 2018 Yogyakarta, 26-27 Juli 2018

Dilema konstruktif mempunyai bentuk argumen sbb: Jika p, maka r Jika q, maka r Tetapi bisa p atau q Sehingga semuanya r Dilema destruktif mempunyai bentuk argumen sbb: Jika p, maka q Jika p, maka r Tetapi tidak bisa q atau tidak bisa r Sehingga tidak juga bisa p Dua premis kondisional dari suatu argumen dilema disebut “horns”. Melewati atau melupakan suatu horns adalah sama dengan menolak premis disjungsi p atau q. Mengambil horns berarti melupakan satu premis kondisional. Norma Norma adalah suatu aturan perilaku atau pola perilaku difinitif, berawal dari penyerahan seseorang kepada sesuatu yang disangkakan dan dikenal adanya norma gramatikal, norma moral, norma etiquette dan sebagainya dan hampir semua perilaku manusia berdasarkan norma. Secara alami sumber dari norma, bentuk norma, merupakan ketentuan dasar etika dan filsafat. Etika Etika dalam bahasa Inggris disebut ethics yang berasal dari kata Yunani ethos yang berarti karakter. Etika merupakan konsep yang meliputi alasan praktis seperti: baik, benar, tugas, kewajiban, virtue (kebaikan), kebebasan, rasionalitas, pilihan. Juga meliputi second-order study, yaitu objektivitas, subjektivitas, relativisme, skeptisisme. Etika juga berkenaan dengan moral dan dibedakan setidaknya dua macam (Blackburn, 1996) yaitu: a. Etika deontologis mengarahkan perhatian kepada persoalan kewajaran, keadilan dan kewajiban. b. Etika teleologis, sebaliknya mengarahkan perhatian kepada kebahagiaan, kesenangan, seperti hedonisme, utilitarian, dan egoisme. Hedonisme etis menghasilkan suatu norma untuk menilai kebenaran dan kesalahan moral dari suatu tindakan. Hedonisme etis misalnya utilitarianisme aturan meyakini bahwa tindakan adalah benar jika memenuhi aturan moral tertentu, misalnya “janji harus ditepati”. Egoisme dibagi menjadi dua, yaitu : a. Egoisme etis memandang bahwa kepentingan diri yang rasional merupakan norma untuk menilai kebenaran atau kesalahan moral suatu tindakan yang akhirnya berlawanan dengan hedonisme. b. Egoisme psikologis di lain pihak memandang bahwa manusia dari kodratnya selalu mementingkan diri dan tidak pernah mampu menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri, yang berlawanan dengan altruisme yang meyakini bahwa paling tidak dalam suatu waktu menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. Etika juga dapat dipandang dari sudut: 1. Etika normatif, mengandalkan sebuah norma untuk membimbing perilaku, yaitu sebuah prinsip pengatur sebagaimana etika, agama atau politik. 2. Etika absolut, memandang bahwa paling tidak ada satu norma atau aturan moral yang mengikat semua manusia.

SEMINAR DAN RAPAT KERJA NASIONAL 2018 Yogyakarta, 26-27 Juli 2018

3. Etika relatif, lawan etika absolut dikenal sebagai: a) Relativisme etis, bahwa kebenaran atau kesalahan moral adalah tindakan berbeda dari satu budaya ke budaya yang lain atau dari satu individu ke individu yang lain. b) Relativisme kultural, bahwa norma-norma moral berbeda antara satu budaya dengan budaya yang lain dan mengesampingkan norma moral yang universal. Etis adalah cita-cita manusia yang diarahkan kepada tingkah laku dan kesusilaan. Kesusilaan berdasarkan kemerdekaan pada pilihan baik dan buruk. Bertindak baik tidak akan berguna, apabila tidak ada ketidakmatian jiwa dan ketidakmatian akan jiwa ini akan menuntut adanya Tuhan. Kembali lagi bahwa Tuhan yang dapat memberikan upah kepada manusia yang benar-benar berbuat baik. 3.2. Etika dalam Praktek Karakter mendemonstrasikan etika atau sistem nilai personal yang ideal (baik dan penting) untuk eksistensi diri dan berhubungan dengan orang lain. Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Engineering is about doing thing right, and ethics is about doing the right thing (engineers Australia). Karakter yang harus dikembangkan adalah membangun generasi yang jujur, patriotik (bagian dari olah hati), cerdas, kreatif (bagian dari olah pikir), tangguh, disiplin, sportif (bagian dari olah raga), dan peduli, toleran (bagian dari olah rasa/karsa). Gabungan dari olah pikir, olah hati, olah raga dan olah rasa/karsa akan membentuk union karakter yang sangat penting dipertahankan (Redana & Suparsa, 2014). Kebanyakan lembaga, organisasi, perusahan memerlukan membangun “code of ethics” dan “code of conduct”. Hal yang membedakan etika pada masing-masing lembaga, organisasi atau perusahan adalah focus praktek kegiatan yang berdasar kepada etika yang terpuji. Praktek yang dimaksud adalah kegiatan sehari-hari yang mengenai seluruh level masyarakat atau seluruh level organisasi, melekat atau tertanam menjadi budaya, dengan tindakan yang mengedepankan contoh-contoh tindakan yang baik. Dalam kaitannya dengan etika keinsinyuran, etika akan berjalan mulai dari pemegang saham dan pemilik perusahan, Direktur dan manajemen, pemasok dan rekanan, kompetitor, pekerja, dan masyarakat. Etika business akan menyangkut kepada kebiasaan dan tindakan dari perusahan dan semua pekerja berjalan secara professional dan bertanggung jawab secara moral. Pemimpin menjadi kunci utama tata nilai etika yang tercermin dari kepemimpinannya. Tata nilai etika ini selalu dihidupkan untuk menjadi kebiasaan dalam kepemimpinan dan juga untuk mempengaruhi orang lain untuk juga menjalankan etika ini. Untuk meneruskan tata nilai etika ini diperlukan media secara terus-menerus seperti poster, dokumen, dan budaya, oleh karena harus disadari bahwa pelanggaran tata nilai, dan penyelewengan tata nilai, terjadi pada setiap level pekerjaan setiap hari. Hal ini diperlukan untuk mengatasi kebiasaan bahwa pelanggaran tidak kentara, atau sebaliknya menjadikan etika jalur yang benar. Seorang insinyur professional diharapkan mempunyai tata nilai lebih. Seorang insinyur professional selalu bersandar kepada pengetahuan, skil dan kompetensi. Oleh karenanya, seorang professional akan selalu menjaga kejujuran dalam membangun kepercayaan. 3.3. Etika dalam Persatuan Insinyur Indonesia/PII Majelis Kehormatan Insinyur, secara organisasi mengemban tugas menegakkan kode etik dan tata laku keprofesian insinyur. Kode etik keinsinyuran seperti termuat dalam PII meliputi: Mukadimah, prinsip prinsip dasar etika dan tuntunan sikap dan perilaku:

SEMINAR DAN RAPAT KERJA NASIONAL 2018 Yogyakarta, 26-27 Juli 2018

Prinsip-prinsip Dasar – Catur Karsa: 1. Mengutamakan keluhuran budi. 2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia. 3. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. 4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesi keinsinyuran. Tuntunan Sikap dan Perilaku – Sapta Dharma, Insinyur Indonesia senantiasa: 1. Mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. 2. Bekerja sesuai dengan kompetensinya. 3. Hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan. 4. Menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dalam tanggungjawab tugasnya. 5. Membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing-masing. 6. Memegang teguh kehormatan, integritas dan martabat profesi. 7. Mengembangkan kemampuan profesionalnya. PII menilai etika anggotanya melalui bakuan kompetensi FAIP (Formulir Aplikasi Insinyur Profesional). Kode etik insinyur Indonesia dan etika profesi keinsinyuran merupakan “Unit kompetensi”, selanjutnya diurai menjadi “elemen kompetensi” yang dilanjutkan dengan “uraian kegiatan”. Elemen kompetensi etika insinyur meliputi: 1. Mengembangkan dan mewujudkan tanggungjawab kecendekiaan dan kepedulian profesi keinsinyuran kepada bangsa, negara dan komunitas internasional. 2. Menghayati serta mematuhi Kode Etik Insinyur Indonesia dan tatalaku profesi yang berlaku. 3. Memahami, menerapkan, serta mengembangkan wawasan dan kaidah-kaidah kelestarian lingkungan. 4. Mengemban tanggungjawab profesional atas tindakan dan karyanya. Untuk membiasakan diri dan memahami etika profesi, PII seharusnya mengembangkan “ethics study guide” meliputi uji kemampuan etika, dan melakukan kajian tentang kasus-kasus yang berkaitan dengan dilemma etika dan moral. Sebagai misal kasus-kasus yang sering terjadi adalah: etika integritas akademik seperti kasus mencontek, konflik kepentingan/conflict of interest, meminjamkan sertifikat kompetensi, memberikan pernyataan atau analisa tertulis yang sangat subjektif dan mengaburkan kebenaran ilmu pengetahuan, mengaburkan kebenaran ilmu pengetauhan untuk kepentingan politik tertentu dan sebagainya. 3.4. Kuliah Etika dalam PSPPI Dirjen Iptekdikti memberikan petunjuk kurikulum mata kuliah kode etik dan etika profesi insinyur yang meliputi capaian pembelajaran sebagai berikut: 1. memahami pengertian profesi, keprofesionalan, kode etik dan kode tata laku insinyur. 2. memahami kompetensi dan “body of knowledge” keinsinyuran. 3. mengenali tanggung jawab etika insinyur, kepekaan dan kepedulian akan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya, serta akuntabel. 4. memahami kode etik insinyur Indonesia. 5. mampu mendiskusi dilemma pengambilan keputusan terkait etika. 6. mampu meningkatkan kepekaan nurani dalam mengatasi ethical issues in engineering. 7. mampu menyusun rancangan (merumuskan, mempersiapkan data pendukung, pilihan solusi dan rekomendasi) pengambilan keputusan masalah kasus etika keinsinyuran Metoda perkuliahan meliputi: Tutorial, Diskusi, Tugas Kelompok (FGD), Presentasi tugas individual, Tugas bacaan/report writing; dan role play. Metoda Penilaian dilakukan dengan penilaian Dasar: contoh partisipasi mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan, Pembobotan penilaian: nilai akhir, didapat dari presentasi, tugas-tugas, berbagai diskusi, praktikum, presentasi, nilai ujian tengah semester, nilai ujian akhir semester, dst.). Isi mata kuliah antara

SEMINAR DAN RAPAT KERJA NASIONAL 2018 Yogyakarta, 26-27 Juli 2018

lain: Pendahuluan, Pemahaman dan pengertian, Etika dan keinsinyuran, Catur karsa-Sapta dharma, Studi kasus, Tools & Techniques, Penutup Kuliah etika profesi memberi ruang kepada pengembangan etika profesi insinyur. Catur karsa dan Sapta dharma perlu dikembangkan secara detail oleh akademisi bersama praktisi professional. 3.5. Pemahaman Etika melalui Tanya jawab Pemahaman etika dapat dilakukan melalui tanya jawab dan studi kasus. Tanya jawab dapat dilakukan dengan pertanyaan true-false atau pilihan ganda. Sebagai pre-tes, NSPE (National Society of Professional Engineers, USA) menyiapkan 25 pertanyaan true-false yang menyangkut uji etika profesi dengan penilaian benar 23-25 mendapat rating superior, benar 2022 mendapat rating baik dan 17-19 benar mendapat rating cukup dan benar 15 atau kurang mendapat rating jelek. Salah satu contoh pertanyaan adalah: Seorang insinyur bisa melakukan kegiatan diluar kompetensinya, sepanjang memberi tahu kepada pemberi tugas. Jawaban dari pertanyaan ini adalah Salah, bertentangan dengan sapta dharma ke 2. Seorang insinyur harus bekerja memberikan laporan kepada pemberi kerja atau klien dengan jujur dan bertanggung jawab. Jawaban dari pertanyaan ini adalah benar, sesuai dengan sapta dharma ke 3. Contoh kasus juga dapat menjelaskan etika, tindakan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Sebagai contoh: Sekolah International, atau hotel kelas International, disuatu daerah tidak mempunyai tempat parker yang cukup, sehingga membuat jalan macet. Seorang akhli transortasi bisa saja menegur pihak sekolah untuk segera mengatasi kemacetan. Respon pihak sekolah bisa beragam, marah, malu dan sebagainya. Seharusnya, pihak sekolah memikirkan cara menyelesaikan kemacetan dengan memakaiteknik-teknik yang ada di transportasi, misal dengan transit bus, dan seharusnya pihak sekolah mengucapkan terima kasih kepada akhli transportasi yang menegurnya. 4.

Hasil dan Pembahasan Sebagaimana disebutkan etika profesi insinyur berkaitan dengan pengambilan sikap keputusan sehari-hari dan terikat pada Moral. Sikap keputusan dilemma moral sebaiknya mengambil keputusan terbaik yang bisa diputuskan, karena keputusan ini akan mencerminkan trust atau kepercayaan di masyarakat. 5. a. b. c. d.

Kesimpulan dan Saran Kajian ini menyimpulkan dan menyarankan beberapa hal: Etika profesi insinyur terikat dengan moral. Dilemma moral dapat memberikan keputusan konstruktif dan menghindari keputusan destruktif. Pengetahuan etika bukanlah sesuatu yang pasif, tetapi seharusnya etika yang dapat dilaksanakan dalam mengambil keputusan sehari-hari. Etika keinsinyuran tidak akan hanya untuk insinyur, tetapi juga organisasi, perusahan, pemegang saham dan pemilik, direktur dan manajemen, pemasok dan rekanan, kompetitor, pekerja, dan masyarakat luas.

Daftar Pustaka Blackburn, Simon (1996). The Oxford Dictionary of Philosophy. Oxford University Press. NY. Engineers Australia,https://www.engineersaustralia.org.au/ Engineeers Canada (2018), https://engineerscanada.ca/ NSPE-National Society of Professional Engineers, USA (2018), https://www.nspe.org/ PII (2018). Persatuan Insinyur Indonesia, https://pii.or.id/ Redana, I Wayan, I Gusti Putu Suparsa (2014), Pengantar Teknologi Berwawasan Budaya. Udayana University Press, Denpasar.

Etika dalam Praktek Keinsinyuran I Wayan Redana Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Program Profesi Insinyur, Universitas Udayana, Ketua PII Wilayah Bali E-mail: [email protected]

DILEMA MORAL DILEMA MORAL

KONSTRUKTIF

2

DESTRUKTIF

Silogisme Dilema sederhana, sesuai logika matematika dapat dinyatakan dalam bentuk argumen:  Jika p, maka q  Jika tidak p, maka q

 Sehingga semuanya adalah q

Dilema Moral-Konstruktif vs Destruktif Dilema konstruktif mempunyai bentuk argumen sbb:

Dilema destruktif mempunyai bentuk argumen sbb:

 Jika p, maka r

 Jika p, maka q

 Jika q, maka r

 Jika p, maka r

 Tetapi bisa p atau q

 Tetapi tidak bisa q atau

 Sehingga semuanya r

tidak bisa r  Sehingga tidak juga bisa p

Dua premis kondisional dari suatu argumen dilema disebut “horns”. Melewati atau melupakan suatu horns adalah sama dengan menolak premis disjungsi p atau q. Mengambil horns berarti melupakan satu premis kondisional.

ETIKA

ETIKA

5

DEONTOLOGIS

TELEOLOGIS

KEWAJARAN KEADILAN KEWAJIBAN

HEDONISME UTILITARIAN EGOISME

ETIKA RELATIF hormati etika relatif kultural

6

ETIKA NORMATIF

ETIKA ABSOLUT

ETIKA RELATIF

NORMA MORAL DASAR

ATURAN EMAS

RELATIF ETIS

KEBERAGAMAN RESPON

ETIKA UNIVERSAL

RELATIF KULTURAL

ETIKA/KARAKTER

Olah

Olah Pikir

Hati Karakter

Olah

Olah

Raga

Rasa/ Karsa

 1. Olah Pikir meliputi: Cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu,

berpikir, terbuka, produktif, berorientasi IPTEKS, dan reflektif.  2. Olah Hati meliputi: Jujur, beriman dan bertakwa, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik.  3. Olah Raga meliputi: Tangguh, bersih dan sehat, disiplin, sportif, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih.  4. Olah Rasa/Karsa meliputi: Peduli, ramah, santun, rapi, nyaman, saling menghargai, toleran, suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.

Kode Etik Insinyur Indonesia “ Catur Karsa Sapta Dharma Insinyur Indonesia “

CATUR KARSA - Prinsip Dasar : • Mengutamakan keluhuran budi • Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia • Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan tugas & tanggung-jawabnya • Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesi keinsinyuran 9

Kode Etik Insinyur Indonesia “ Catur Karsa Sapta Dharma Insinyur Indonesia “ SAPTA DHARMA - Tujuh Tuntunan Sikap dan Perilaku Insinyur Indonesia senantiasa: • mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat • bekerja sesuai dengan kompetensinya • hanya menyatakan pendapat yg dpt dipertanggung-jawabkan • menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dalam tanggung jawab tugasnya • membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing-masing • memegang teguh kehormatan, integritas & martabat profesi • mengembangkan kemampuan profesionalnya 10

ethics study guide code of ethics code of conduct  Untuk membiasakan diri dan memahami etika profesi, PII

  

 

seharusnya mengembangkan “ethics study guide” meliputi uji kemampuan etika, dan melakukan kajian tentang kasus-kasus yang berkaitan dengan dilemma etika dan moral. Sebagai misal kasus-kasus yang sering terjadi adalah: etika integritas akademik seperti kasus mencontek, konflik kepentingan/conflict of interest, meminjamkan sertifikat kompetensi, memberikan pernyataan atau analisa tertulis yang sangat subjektif dan mengaburkan kebenaran ilmu pengetahuan, mengaburkan kebenaran ilmu pengetauhan untuk kepentingan politik tertentu dan sebagainya.

Kuliah Etika dalam PSPPI  memahami pengertian profesi, keprofesionalan, kode etik dan   

  

kode tata laku insinyur. memahami kompetensi dan “body of knowledge” keinsinyuran. mengenali tanggung jawab etika insinyur, kepekaan dan kepedulian akan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya, serta akuntabel. memahami kode etik insinyur Indonesia. mampu mendiskusi dilemma pengambilan keputusan terkait etika. mampu meningkatkan kepekaan nurani dalam mengatasi ethical issues in engineering. mampu menyusun rancangan (merumuskan, mempersiapkan data pendukung, pilihan solusi dan rekomendasi) pengambilan keputusan masalah kasus etika keinsinyuran

Pemahaman Etika melalui Tanya jawab  Pemahaman etika dapat dilakukan melalui tanya jawab dan studi kasus.

Tanya jawab dapat dilakukan dengan pertanyaan true-false atau pilihan ganda. Sebagai pre-tes, NSPE (National Society of Professional Engineers, USA) menyiapkan 25 pertanyaan true-false yang menyangkut uji etika profesi dengan penilaian benar 23-25 mendapat rating superior, benar 20-22 mendapat rating baik dan 17-19 benar mendapat rating cukup dan benar 15 atau kurang mendapat rating jelek. Salah satu contoh pertanyaan adalah:  Seorang insinyur bisa melakukan kegiatan diluar kompetensinya, sepanjang memberi tahu kepada pemberi tugas. Jawaban dari pertanyaan ini adalah Salah, bertentangan dengan sapta dharma ke 2.  Seorang insinyur harus bekerja memberikan laporan kepada pemberi kerja atau klien dengan jujur dan bertanggung jawab. Jawaban dari pertanyaan ini adalah benar, sesuai dengan sapta dharma ke 3.

Diskusi Contoh Kasus  Contoh kasus juga dapat menjelaskan etika, tindakan apa yang

boleh dan tidak boleh dilakukan. Sebagai contoh: Sekolah International, atau hotel kelas International, disuatu daerah tidak mempunyai tempat parker yang cukup, sehingga membuat jalan macet. Seorang akhli transortasi bisa saja menegur pihak sekolah untuk segera mengatasi kemacetan. Respon pihak sekolah bisa beragam, marah, malu dan sebagainya. Seharusnya, pihak sekolah memikirkan cara menyelesaikan kemacetan dengan memakaiteknik-teknik yang ada di transportasi, misal dengan transit bus, dan seharusnya pihak sekolah mengucapkan terima kasih kepada akhli transportasi yang menegurnya.

1. Engineers, in the fulfillment of their professional duties, must carefully consider the safety, health, and welfare of the public. 2. Engineers may perform services outside of their areas of competence as long as they inform their employers or clients. 3. Engineers may issue subjective and partial statements if such statements are in writing and consistent with the best interests of their employers, clients, or the public. 4. Engineers shall act for each employer or client as faithful agents or trustees. 5. Engineers shall not be required to engage in truthful acts when required to protect the public health, safety, and welfare. 6. Engineers may not be required to follow the provisions of state or federal law when such actions could endanger or compromise their employer or their clients' interests. 7. If engineers' judgment is overruled under circumstances that endanger life or property, they shall notify their employers or clients and such other authority as may be appropriate. 8. Engineers may review but shall not approve those engineering documents that are in conformity with applicable standards. 9. Engineers shall not reveal facts, data...information without the prior consent of the client or employer except as authorized or required by law or this Code. 10. Engineers shall not permit the use of their names or associates in business ventures with any person or firm that they believe is engaged in fraudulent or dishonest enterprise, unless such enterprise or activity is deemed consistent with applicable state or federal law. 11. Engineers having knowledge of any alleged violation of this Code, following a period of 30 days during which the violation is not corrected, shall report thereon to appropriate professional bodies and, when relevant, also to public authorities, and cooperate with the proper authorities in furnishing such information or assistance as may be required. 12. Engineers shall undertake assignments only when qualified by education or experience in the specific technical fields involved.

13. Engineers shall not affix their signatures to plans or documents dealing with subject matter in which they lack competence, but may affix their signatures to plans or documents not prepared under their direction and control where they have a good faith belief that such plans or documents were competently prepared by another designated party. 14. Engineers may accept assignments and assume responsibility for coordination of an entire project and shall sign and seal the engineering documents for the entire project, including each technical segment of the plans and documents. 15. Engineers shall strive to be objective and truthful in professional reports, statements or testimony, with primary consideration for the best interests of the engineers' clients or employers. The engineers' reports shall include all relevant and pertinent information in such reports, statements, or testimony, which shall bear the date on which the engineers were retained by the clients to prepare the reports. 16. Engineers may express publicly technical opinions that are founded upon knowledge of the facts and competence in the subject matter. 17. Engineers shall not issue statements, criticisms, or arguments on technical matters that are inspired or paid for by interested parties, unless they have prefaced their comments by explicitly identifying the interested parties on whose behalf they are speaking and revealing the existence of any interest the engineers may have in the matters. 18. Engineers may not participate in any matter involving a conflict of interest if it could influence or appear to influence their judgment or the quality of their services. 19. Engineers shall not accept compensation, financial or otherwise, from more than one party for services on the same project, or for services pertaining to the same project, unless the circumstances are fully disclosed and agreed to by all interested parties. 20. Engineers shall not solicit but may accept financial or other valuable consideration, directly or indirectly, from outside agents in connection with the work for which they are responsible, if such compensation is fully disclosed. 21. Engineers in public service as members, advisors, or employees of a governmental or quasi-governmental body or department may participate in decisions with respect to services solicited or provided by them or their organizations in private or public engineering practice as long as such decisions do not involve technical engineering matters for which they do not posses professional competence. 22. Engineers shall not solicit nor accept a contract from a governmental body on which a principal or officer of their organization serves as a member. 23. Engineers shall not intentionally falsify their qualifications nor actively permit written misrepresentation of their or their associate's qualifications. Engineers may accept credit for previous work performed where the work was performed during the period the engineers were employed by the previous employer. Brochures or other presentations incident to the solicitation of employment shall specifically indicate the work performed and the dates the engineers were employed by the firms. 24. Engineers shall not offer, give, solicit, nor receive, either directly or indirectly, any contribution to influence the award of a contract by a public authority, or which may be reasonably construed by the public as having the effect or intent of influencing the award of a contract unless such contribution is made in accordance with applicable federal or state election campaign finance laws and regulations. 25. Engineers shall acknowledge their errors after consulting with their employers or clients.

Exam Answers 1. False - see NSPE Code of Ethics I.1. 2. False - see NSPE Code of Ethics I.2. 3. False - see NSPE Code of Ethics I.3. 4. True - see NSPE Code of Ethics 1.4. 5. False - see NSPE Code of Ethics I.5. 6. False - see NSPE Code of Ethics I.6. 7. True - see NSPE Code of Ethics II.1.a. 8. False - see NSPE Code of Ethics II.1.b 9. True - see NSPE Code of Ethics II.1.c. 10. False - see NSPE Code of Ethics II.1.d. 11. False - see NSPE Code of Ethics II.1.f. 12. True - see NSPE Code of Ethics II.2.a. 13. False - see NSPE Code of Ethics II.2.b. 14. False - see NSPE Code of Ethics II.2.c. 15. False - see NSPE Code of Ethics II.3.a. 16. True - see NSPE Code of Ethics II.3.b. 17. True - see NSPE Code of Ethics II.3.c. 18. False - see NSPE Code of Ethics II.4.a. 19. True - see NSPE Code of Ethics II.4.b. 20. False - see NSPE Code of Ethics II.4.c. 21. False - see NSPE Code of Ethics II.4.d. 22. True - see NSPE Code of Ethics II.4.e. 23. False - see NSPE Code of Ethics II.5.a. 24. False - see NSPE Code of Ethics II.5.b. 25. False -see NSPE Code of Ethics III.1.a. Scoring Correct Answers 23 - 25 Superior 20 - 22 Good 17 - 19 Fair 15 or below Poor

Rating

Kesimpulan dan Saran Etika profesi insinyur terikat dengan moral.

 Dilemma moral dapat memberikan keputusan konstruktif dan

menghindari keputusan destruktif.  Pengetahuan etika bukanlah sesuatu yang pasif, tetapi seharusnya etika yang dapat dilaksanakan dalam mengambil keputusan seharihari.  Etika keinsinyuran tidak akan hanya untuk insinyur, tetapi juga organisasi, perusahan, pemegang saham dan pemilik, direktur dan manajemen, pemasok dan rekanan, kompetitor, pekerja, dan masyarakat luas.

TERIMA KASIH atas perhatiannya

19

Related Documents


More Documents from "Raimond Flora Lamandasa, S.H., M.Kn."