Loading documents preview...
ETIKA PROFESI dan ILMU PERILAKU Endang Hoyaranda Politeknik Kesehatan Jurusan Teknologi Laboratorium Medik Semester IV September 2018
1
1. PENDAHULUAN
2
Pertanyaan 1. Apa yang Anda harapkan dari pelajaran ini?
3
Pertanyaan 2. Mengapa Etika perlu dipelajari dalam kurikulum ATLM?
4
Pertanyaan 3. Apa itu Etika?
5
Pertanyaan 4. Bagaimana pelajaran ini akan bisa diterapkan dalam pekerjaan Anda?
6
ISI MATA KULIAH 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pendahuluan Pengantar Etika dan Etos Kerja Sistem Nilai (Values) Keputusan Etis Jenjang Kesadaran Etis Etika Profesi Studi kasus
7
2. PENGANTAR ETIKA DAN ETOS KERJA 8
MENGAPA BELAJAR ETIKA Manusia adalah mahluk sosial Manusia dewasa penting menyadari ‘do good, do no harm’
9
MENGAPA ETIKA PROFESI PERLU DIPELAJARI Tiap profesi hasilnya berdampak terhadap orang lain di luar profesinya Ahli Teknologi Laboratorium Medik (TLM) berhubungan dengan ‘nasib’ manusia Petugas kesehatan secara umum dibatasi oleh kode etik kesehatan Perlu ada ‘guidance’ bagi Analis Kesehatan untuk menjalankan tugasnya dengan baik
10
ETIKA
Adalah ilmu atau studi tentang norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa etika berbicara tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia ; tentang apa yang benar, baik dan tepat. Etika membahas, menganalisa, kemudian merumuskan objek studinya secara rasional dan masuk akal, melalui metode yang ilmiah. Karena itu etika disebut sebagai ilmu.
11
ETIKA Adalah
Segala yang bersifat ALTRUISTIK Dan tidak EGOISTIK 12
Apa bedanya ETIKA dan MORAL ?
Etika bisa dikatakan sama dengan moral, namun berasal dari bahasa yang berbeda. Etika dapat juga disebut sebagai PRINSIP-PRINSIP MORAL.
13
SUMPAH HIPPOCRATES (400 SM)
14
Sumpah Hippocrates, berlakukah di masa kini?
•
Berlakukah bagi Analis (ATLM)? Apakah kepatuhan pada etika profesi menjamin kesuksesan Analis?
•
15
Ahli Teknologi Medik yang sukses, apa cirinya?
16
Faktor-faktor penentu Kesuksesan 1. 2. 3. 4. 5.
(Tuliskan 5 faktor yang menurut Anda menjadi kunci sukses kebanyakan orang) 17
Faktor-faktor penentu Kesuksesan Kajilah isian Anda: Berapa banyak yang berupa faktor yang terkait dengan ‘sikap’? Maknanya: Sukses hidup lebih ditentukan oleh sikap ketimbang faktor lain 18
APAKAH ANDA PUAS DENGAN SIKAP DAN KEBIASAAN ANDA SAAT INI?
19
ANDA YANG BAGAIMANA YANG ANDA DAMBAKAN?
20
GAP ANALYSIS Dimana Anda berada sekarang
Dimana Anda ingin berada (tahun depan atau…) 21
Dimana Anda Ingin berada:
Apa yang Anda lakukan sekarang
Apa yang Anda pikirkan sekarang
Siapa Idola Anda?
22
You are who you think you are..
23
You are who you think you are Anonym
24
3. SISTEM NILAI (VALUES) 25
SISTEM NILAI Setiap orang mempunyai perangkat nilai, sekalipun tidak selalu disadarinya 26
NILAI
Nilai adalah hal yang diyakini Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi Nilai adalah yang memberi makna kepada hidup Nilai bukanlah sekedar keyakinan 27
Tujuh Sifat NILAI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Dihargai dan dijunjung tinggi Bersedia diakui dan dinyatakan di depan orang lain Dipilih dengan bebas Dipertimbangkan dengan sadar Dipilih dari beberapa pilihan, bukan satu-satunya Dinyatakan dalam tindakan Dinyatakan berulang-ulang 28
Bagaimana mengetahui nilai Anda ?
Catat apa yang Anda lakukan dan pikirkan dalam 24 jam Yang terbanyak itulah nilai Anda 29
Tugas: Mencari nilai diri sendiri
‘Manusia tak mungkin tidak punya nilai’
Tindakan kita mencerminkan apa nilai kita
30
Nilai Ideal dan Fungsional
Nilai Ideal adalah nilai yang murni Nilai Fungsional adalah nilai yang maksimal dapat diperjuangkan
31
Nilai Ideal dan Fungsional Persoalan Keputusan Etis adalah : Masalah bagaimana meniti jalan antara yang fungsional dan yang ideal, bagaimana tetap realistis tanpa menjadi konformis. Tetap idealis, tanpa menjadi naif dan fanatik. Tetap fungsional dalam tindakan, tetapi tetap berdiri dengan tegak dengan kedua kaki berpijak pada kehidupan nyata, sekaligus tetap memelihara ideal kita selalu menyala. Tidak menjadi idealis picik dan bukan juga kompromis murahan. 32
MOTIVASI Setiap perilaku pasti ada motivasi yang melatar-belakanginya Motivasi adalah kebutuhan yang mendorong tindakan
33
Siapakah yang dapat memotivasi diri Anda?
34
Siklus Motivasi Dorongan
Kebutuhan
Kepuasan Terhadap pemenuhan kebutuhan yang menimbulkan pengurangan ketegangan
Ketegangan untuk memenuhi kebutuhan
Tindakan kelakuan, dipengaruhi oleh dorongan
35
Siklus Demotivasi
(bila motivasi tidak menghasilkan kepuasan) Dorongan
Kebutuhan
Ketegangan untuk memenuhi kebutuhan
Kebutuhan tidak terpuaskan Kekecewaan
Demotivasi
Tindakan kelakuan, dipengaruhi oleh dorongan
Hambatan 36
Akibat Demotivasi Frustrasi Depresi Agresi Apati Fiksasi 37
Motivasi
Kunci Peningkatan Produktivitas Diri 38
Motivasi dan Kinerja
KEMAMPUAN
0%
20-30%
Area yang dipengaruhi oleh motivasi
80-90% 39
Fisiologis
Rasa Aman Sosial
Penghargaan
40 Perwujudan Diri
Tak ada seorangpun yang dapat membuat perasaan saya kerdil tanpa saya memberikan izin untuk itu Eleanor Roosevelt
41
Penemuan terbesar generasi saya adalah bahwa manusia dapat mengubah hidupnya dengan mengubah pikirannya William James, awal abad ke 20 42
Ubahlah pikiranmu maka engkau akan mengubah dunia Norman Vincent Peale 43
Our greatest glory is not in never falling, but in rising every time we fall Confucius
44
4. KEPUTUSAN ETIS 45
Apa yang membedakan manusia dengan mahluk lain ?
46
Manusia adalah mahluk ingin tahu
47
Manusia adalah mahluk bertanya :
Bertanya artinya : tidak menerima pasif begitu saja, baik keadaan dirinya maupun keadaan lingkungannya. Ia ingin tahu segala sesuatu. Bila yang diketahuinya tidak sesuai dengan yang diinginkannya, ia akan berusaha keras mengubahnya. Dan kalau itu ternyata tidak mungkin, ialah yang yang akan mengubah dirinya. Ia menyesuaikan diri.
Peradaban adalah hasil transformasi dan adaptasi 48
Pertanyaan sejalan perkembangan : 1. 2. 3.
Apa ? Mengapa ? Bagaimana seharusnya?
49
Pertanyaan : Apa ?
Jawabannya adalah : sebuah nama
Contoh : titik-titik air yang jatuh dari langit,“apakah itu?” “hujan”
Pertanyaan‘apa’adalah juga pertanyaan untuk menjawab ‘hakekat’ yang merupakan dasar ilmu filsafat.
50
Pertanyaan : Mengapa ?
Jawabannya adalah : sesuatu hasil nalar manusia. Akal mengamati, menimbang, lalu menarik kesimpulan untuk menjawab pertanyaan mengapa. Jawaban terhadap pertanyaan ‘mengapa’ adalah hakekat dari ilmu : ilmu berusaha mencari dan merumuskan hukum-hukum yang berlaku yang ada di balik peristiwa atau kenyataan tertentu.
51
Pertanyaan : Bagaimana seharusnya ?
Kalau ‘apa’ dan ‘mengapa’ merupakan pertanyaan yang bersifat statis, ingin penjelasan tentang sesuatu kenyataan, maka : Pertanyaan ‘bagaimana seharusnya’ adalah pertanyaan yang dinamis, yang ingin mengubah kenyataan. Contoh : seekor sapi yang lapar akan memakan rumput yang paling dulu ditemuinya tanpa mempertanyakan kebun siapa yang ia lahap. Ia tidak bertanya apakah itu boleh. Manusia tidak seperti itu, manusia akan bertanya terlebih dahulu : bolehkah ia? Kesadaran tentang apa yang seharusnya itulah yang menyebabkan manusia menekan nalurinya, karena kesadaran akan yang benar dan yang salah. Kesadaran itulah yang disebut KESADARAN ETIS.
52
KESADARAN ETIS Adalah kesadaran tentang normanorma yang ada pada diri manusia. Norma itulah yang mengendalikan tingkah laku manusia, yaitu norma tentang apa yang benar dan yang salah, yang baik dan jahat, yang tepat dan tidak tepat. Manusia akan berusaha untuk melakukan apa yang benar, baik dan tepat.
53
UJI TINDAKAN ETIS A. B. C. D. E. F. G. H.
Legalkah? Sejalankah dengan aturan dan pedoman? Sejalankah dengan nilai budaya tempat kerja/lingkungan? Jika saya lakukan, adakah yang merasa tidak nyaman atau merasa bersalah? Adakah sesuai dengan pernyataan misi dan janji tempat kerja atau lingkungan? Akankah saya lakukan terhadap teman atau keluarga? Adakah saya benar-benar tak keberatan hal yang sama dilakukan terhadap saya? Apakah orang yang paling beretika di sekitar saya akan melakukannya? 54
Yang seharusnya dalam etika adalah : Yang benar, yang baik dan yang tepat. Yang tidak boleh dalam etika adalah : Yang tidak benar,
yang jahat dan yang tidak tepat. 55
Cara
berfikir ETIS :
Deontologis 2. Teleologis 3. Kontekstual 1.
56
DEONTOLOGIS
Membedakan yang benar dan salah. Benar adalah mutlak. Keuntungan : memberi pegangan yang jelas. Kerugian : 1. Tidak mungkin mempunyai pegangan untuk semua hal dalam kehidupan. 2. Pelakunya bisa menjadi orang yang legalistis beku dan kaku. Hukum disini tidak lagi melayani manusia, melainkan manusia melayani hukum.
57
TELEOLOGIS
Membedakan yang baik dan yang jahat. Yang dipentingkan adalah : tujuan (teleos). Pelaku lebih mengedepankan tujuan dan akibatnya ketimbang hukumnya ; segala tindakan yang bertujuan untuk membahagiakan orang lain atau diri sendiri adalah baik. Kebaikan : tidak kaku. Keburukan : 1. Bahaya menghalalkan segala cara. 2. Hedonisme (mencari kenikmatan, kemudahan, keuntungan untuk diri sendiri). 58
KONTEKSTUAL Memilih apa yang tepat, apa yang paling bertanggung jawab. Keuntungan : paling operasional. Kerugian : bahaya kehilangan pegangan karena mudah terjebak dalam etika situasional, etika tanpa prinsip, relativisme, subyektivisme.
59
Keputusan Etis kita … Tindakan etis yang dapat dipertanggungjawabkan adalah yang benar, yang baik dan yang tepat. Jadi ketiganya dapat dan harus digunakan. Mungkinkah itu? TIDAK.
60
Keputusan Etis kita …
Keputusan etis apapun yang kita ambil tidak pernah sempurna.
61
Keputusan Etis kita …
Hal itu tetap tidak mengurangi tanggung jawab kita untuk sedapatdapatnya dengan segala kemampuan kita yang ada pada kita, mengambil keputusan yang benar, baik dan tepat. 62
TUGAS UNTUK MINGGU DEPAN Menulis Aspek kehidupan yang menimbulkan pertanyaan: apa, mengapa dan bagaimana 2. Definisi Integritas 1.
63
BERBAGAI MASALAH ETIKA DI LABORATORIUM/RS MASALAH KEJUJURAN KERJA Menjaga integritas hasil hasil atas permintaan pasien/dokter/pimpinan Tidak melaporkan kesalahan kerja/menyembunyikan kesalahan ……….
ETOS KERJA •Datang terlambat •Menggunakan waktu kerja untuk keperluan pribadi •Bekerja tidak produktif •Menerima komisi tak resmi •……….. HUBUNGAN KERJA ATASANBAWAHAN-REKAN KERJA •Kepatuhan/ Loyalitas •Like/dislike atasan •…….. 64
Apakah Etika Menjamin sukses ?
65
Apakah Etika sama dengan Hukum ?
Mengapa Hukum saja tidak cukup ? 66
Bagi mereka yang ber-etika, hukum tidak diperlukan, bagi mereka yang tidak beretika, hukum apapun tak ada gunanya Pramudya Ananta Toer
67
Menggali hati nurani: mulailah dengan mengenali diri sendiri
68
MENGENAL DIRI
Socrates : Kenalilah dirimu ! Pengenalan diri adalah awal dari kebenaran Mengapa ? Karena dari situlah orang mengenal asal dan tujuan hidupnya.
69
Hambatan mengenal diri: FENOMENA GUNUNG ES
70
Dikenal diri
JENDELA JOHARI
facade
terang
gelap
buta Dikenal orang lain 71
Penjelasan Jendela JOHARI Daerah Façade: menutup diri bagi dunia luar Daerah Gelap: tidak dikenal diri maupun orang lain Daerah Buta: tidak dikenal diri tapi dikenal orang lain Daerah Terang: dikenal diri maupun orang lain
72
5. Pengambilan Keputusan Etis dan Kesadaran Etis 73
Kesadaran Etis itu bertumbuh Lawrence Kohlberg : Kesadaran etis itu bertumbuh menurut enam jenjang.
Dari satu jenjang ke jenjang lainnya, sikap manusia semakin terbuka terhadap sekitarnya. Semakin dewasa kesadaran etis seseorang, semakin terbuka ia kepada orang lain. 74
Istilah yang digunakan dalam JENJANG KESADARAN ETIS MENURUT LAWRENCE KOHLBERG:
Konvensional Hidup bermasyarakat adalah hidup yang diatur oleh kesepakatan-kesepakatan umum mengenai apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Dalam tahapan moral konvensional, orang dewasa mematuhi kesepakatan dengan rela dan sadar. Artinya, orang menyadari bahwa kesepakatan itu benar dan baik. 75
1. Moralitas Pra-Konvensional ‘Kanak-kanak’ Jenjang pertama : Jenjang kesadaran etis kekanak-kanakan dimana orang berorientasi pada ‘hukuman’ Dalam agama Tuhan dikenal sebagai Tuhan yang Pemarah dan Pendendam
76
1. Moralitas Pra-Konvensional ‘Kanak-Kanak’ • Jenjang kedua : Jenjang kesadaran etis kekanak-kanakan dimana tindakan moral dijadikan instrumen untuk mencapai tujuan. Motivasi utama adalah : bagaimana mendapatkan kenikmatan sebesar-besarnya dan mengurangi kesakitan sedapat-dapatnya. ‘You scratch my back and I’ll scratch yours’ Ada rasa keadilan, namun dengan perhitungan. Nilai moral bersifat Instrumental. Sudah ada semacam kebebasan untuk mengambil keputusan namun belum mempertimbangkan apa yang benar atau salah, belum obyektif. Ada cinta, namun instrumental. 77
2. Moralitas Konvensional ‘Orang tua” Jenjang ketiga: Kesadaran untuk patuh pada ketentuan yang berlaku, yang dibuat oleh orang lain. Kesadaran untuk menyenangkan orang lain. Orang melakukan yang baik karena ia ingin menjadi anggota kelompok yang baik. Cinta sudah berkembang, tidak lagi manipulatif. Dalam agama : Tuhan dipatuhi karena memang seharusnya demikian. Keterbatasan : nilai moral masih bersifat setempat – setempat ; kesulitan muncul ketika terjadi perbenturan nilai atau kepentingan/loyalitas. 78
2. Moralitas Konvensional ‘Orang tua” Jenjang keempat : Nilai moral dimana hukum yang dipegang sudah lebih universal ; hukum yang obyektif. Segala sesuatu dilakukan sebagai kewajiban. Cinta menjadi lebih rasional. 79
3. Moralitas Purna Konvensional ‘Dewasa’ Jenjang kelima : Nilai moral dimana terdapat kesadaran bahwa hukum adalah kesepakatan semata ; ada keterbatasannya dan dapat diubah. Dan karena kesepakatan adalah hasil bersama, maka timbul toleransi. Karena itu akal menjadi lebih berperan. 80
3. Moralitas Purna Konvensional ‘Dewasa’ Jenjang keenam : Nilai moral yang pantang mengkhianati hati nurani dan keyakinan tentang yang baik dan yang benar. Tidak takut menentang arus. Berani menanggung kesendirian karena disisihkan, bukan untuk kepentingan pribadi melainkan untuk tegaknya harkat manusia, visi dan misi yang universal. 81
Tokoh-tokoh bermoralitas Purna Konvensional (jenjang keenam)
• • • • • •
Sukarno Moh Hatta Mahatma Gandhi Martin Luther King Budha Gautama Abraham Lincoln 82
Etika adalah penjara!
Penjara Sosial Penjara Ekonomi 83
Etika adalah Peran : • Bebas • Memilih (tindakan kita adalah siapa kita ; tindakan kita = pilihan kita) 84
ETIKA adalah RASA
85
ETIKA adalah AKAL
86
6. Etika Profesi 87
Kode Etik Profesi Adalah rambu-rambu etika yang disepakati untuk diberlakukan bagi pelaku profesi tertentu Merupakan ketentuan etik yang bilamana dipatuhi akan mengangkat citra profesi
88
Apakah PROFESI itu ?
89
Professionalism Is defined as the conduct and qualities that characterize a professional person Seorang dikatakan profesional jika: …………….. 90
Tujuan adanya Kode Etik Profesi Melakukan segala sesuatu yang baik bagi pengguna jasa Tidak melakukan yang tidak baik bagi pengguna jasa
Prinsip : 1. Altruism 2. Do good, do no harm 91
Majelis Kode Etik Adalah badan resmi dalam Organisasi Profesi yang bertindak selaku badan yudikatif bagi pelaku profesi, bekerja berdasarkan prinsip-prinsip dalam Kode Etik Profesi serta kaidah moral yang berlaku di masyarakat 92
Hak-Hak Pasien Secara universal tak tertulis • Contoh Hak Pasien yang tertulis : Patient’s Bill of Rights (Amerika Serikat) •
•
93
KEPATUHAN ANALIS KESEHATAN TERHADAP ETIKA PROFESI: apa maknanya?
Mendahulukan keselamatan pasien di atas kepentingan lain Mendahulukan hal yang semestinya dilakukan ketimbang hal yang nyaman untuk dilakukan
94
Etika Profesi Sifat Kode Etik Tujuan Kode Etik Komponen Kode Etik
95
STUDI KASUS
96
KASUS ETIKA PROFESI
KEWENANGAN VS KEMANUSIAAN Amin Sukendar adalah seorang Analis Kesehatan yang telah 15 tahun bekerja di sebuah Puskesmas di daerah Bulungan, pedalaman Mahakam. Sebagai Analis Kesehatan yang bekerja di lokasi yang jauh dari jangkauan fasilitas kota, ia terbiasa menangani masalah dengan sarana terbatas. Bahkan kadang-kadang ia harus ‘stand-by’ selama 24 jam terus menerus jika kebetulan dokter penanggungjawab dan perawat atau bidan tidak di tempat. Sejak bertahun lalu, jika dokter dan perawat berhalangan, pasien yang datang ke Puskesmas ini harus mengandalkan bantuan Amin untuk mengatasi persoalan kesehatan mereka. Meskipun beban itu berat ditanggung oleh Amin, namun ia tetap mengerjakannya demi kemanusiaan mengingat kebutuhan pasien yang perlu dibantu dan tidak memiliki tempat yang lebih baik untuk mempercayakan masalah kesehatannya. Tentu sesekali dibutuhkan juga pemberian obat yang harusnya dilakukan seorang dokter namun setelah bertahun tahun Amin melakukannya dengan berkonsultasi kepada dokter penanggungjawab, di masa terkahir ini ia sudah melakukannya secara mandiri setelah pengalamannya sulit menghubungi si dokter di kala dokter berhalangan. Bulan lalu, Amin kedatangan lagi seorang pasien yang nampaknya flu berat, sementara dokter penanggungjawab sedang menjalani cuti melahirkan di pulau Jawa, bidan sakit dan perawat sedang merawat suaminya yang sakit keras. Tentu tidak mungkin Amin membiarkan pasien itu tanpa pertolongan meskipun ia sadar sepenuhnya bahwa bukan kewenangannya untuk mengobati. Ia berusaha menghubungi dokter namun tidak berhasil. Karena sudah terbiasa dokter menyarankan penyuntikan antibiotik derivat penisilin, Amin melakukan hal yang sama. Namun ternyata pasien shock karena alergi terhadap penisiin dan nyawanya hampir saja tak terselamatkan akibat kejadian tersebut. Kebetulan saudara dari pasien itu adalah seorang dokter di kota Banjarmasin, dan atas saran dokter tersebut, Amin dilaporkan ke polisi dengan gugatan malpraktek. Jika Anda adalah bagian dari aparat hukum, bagaimana sikap Anda menghadapi kasus ini? Apakah Amin perlu dibela atau tidak dibela? Apa landasan etika nya? Apa yang perlu dilakukan untuk antisipasi di masa depan? 97
KASUS ETIKA PROFESI KESELAMATAN PASIEN VS KEPENTINGAN MASYARAKAT Sandra Sebastian adalah seorang analis kesehatan senior yang cerdas, yang bekerja di Rumah Sakit besar di daerah Bali. Dengan kecerdasannya dan keseniorannya, ia memiliki jaringan pergaulan yang cukup luas di antara para pejabat kesehatan setempat, dan ia seringkali diminta nasihatnya jika pemerintah daerah sedang mempersiapkan naskah kebijakan atau aturan di bidang laboratorium. Kejadian berikut ini terjadi pada akhir 80-an, ketika AIDS baru mulai terdengar sebagai penyakit yang mengerikan dan mematikan di dunia. Suatu kali lab tempat Sandra bekerja, dipercaya untuk melaksanakan survey Anti-HIV terhadap sejumlah pekerja seks pria dan wanita di daerah pantai Kuta. Hasilnya cukup mengejutkan, karena ternyata sekitar 15% telah memiliki antibodi HIV itu, yang berarti dalam kurun waktu sebelum 10 tahun sebagian besar di antaranya akan berkembang menjadi AIDS. Ini sangat mengkhawatirkan bagi pemerintah daerah setempat, mengingat Bali adalah daerah turis yang sangat potensial, dan jika tingginya angka Anti-HIV ini tak dikendalikan dengan ketat, niscaya penduduk Bali akan terancam semakin besar risiko tertularnya, bukan hanya dari para turis namun akan meluas kepada pasangan dan kemudian bayi yang lahir dari ibu tertular.
Suatu saat tidak lama setelah hasil survey ini digelar, lab tempat Sandra bekerja diminta oleh sebuah perusahaan asing yang beroperasi di Bali, untuk melakukan pemeriksaan General Medical Check-Up bagi karyawannya, termasuk para Ex-patriat-nya. Perusahaan ini mempekerjakan cukup banyak orang asing. Kebetulan reagens untuk melakukan survey Anti-HIV masih tersisa sedikit, dan penanggungjawab lab berinisiatif untuk melakukan pemeriksaan Anti-HIV terhadap mereka yang check-up ini, sekedar utnuk mendapatkan gambaran pola Anti-HIV di perusahaan asing dan sekadar menghabiskan reagens. Ternyata seorang asing ex-pat di antara yang diperiksa, menunjukkan Anti-HIV positif. Ini membuat para pejabat lab, termasuk Sandra dan dokter penanggungjawab sangat cemas, karena orang-orang seperti itulah yang akan semakin cepat menularkan AIDS di kalangan penduduk asli. Para petugas kesehatan Bali belum lepas dari trauma positivitas yang tinggi di kalangan pekerja seks, muncul lagi data baru ini yang sudah diduga menjadi penyebab tingginya angka kejadian Anti-HIV yang tinggi itu. Sandra kemudian segera melaporkan kejadian ini kepada pejabat Departemen Kesehatan setempat, dan Dinas Kesehatan segera memanggil pimpinan lokal perusahaan asing tersebut untuk segera mendeportasi orang asing yang tertular HIV tadi. Pertimbangannya adalah jangan sampai penduduk lokal semakin terancam penularan HIV. Orang asing tadi di-deportasi, namun yang tidak diduga adalah bahwa pimpinan perusahaan asing itu ternyata marah besar dan mengirimkan surat dari kantor pusatnya di luar negeri hingga ke Gubernur Bali, atas kekecewaannya. Pertanyaan: Apa yang sebenarnya terjadi, di mana letak kesalahan kasus ini, dan bagaimana seharusnya?98 Apa yang perlu dilakukan untuk mengantiipasi agar kejadian yang sama tak terulang?
PADA AKHIRNYA…. Bagaimana saya akan menjalankan profesi dengan beretika? 1. 2. 3.
Mulailah dengan tekad Mulailah dengan hal kecil Tambahkanlah sedikit demi sedikit dari hari ke hari
Sukses besar dihasilkan oleh sukses-sukses kecil yang terus menerus 99