Format Tabel.docx

  • Uploaded by: Ismail fauzi
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Format Tabel.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,223
  • Pages: 11
Loading documents preview...
Penulis Etiologi (Spence & Rapee,

Negara

Sampel

Metode Systematic review

Didapatkan bahwa faktor genetik, bilogis, tempramen, kognitif, hubungan dengan teman, pola asuh, pengalaman yang tidak menyenangkan dan budaya memepengaruhi terjadinya social anxiety disorder

Berdasarkan hasil literatur review dapat diketahui banyak terjadi gap mengenai pengetahuan mengenai etiologi dari social anxiety disorder terutama mengenai proses bagaimana etiologi dapat mengakibatkan social anxiety disorder

Australia

Systematic review

Model IAM menyediakan kerangka kerja untuk penelitian lebih lanjut terhadap terjadinya dan presistensi SAD.

Israel

Systematic review

Sejumlah faktor etiologi dan model pemeliharaan dapat diidentifikasi pada social anxiety disorder. Faktor-faktor ini bisa digabungkan ke dalam model IAM. Model IAM memberikan tambahan link baru yang akhirnya menghubungkan faktor etiologi dengan faktor spesifik lainnya yang secara teoritis dan empiris berkaitan dengan pemeliharaan SAD. Model IAM memberikan sebuah perkembangan baru tentang bagaimana faktor risiko tertentu untuk SAD pada akhirnya meningkatkan kemungkinan munculnya faktor pemeliharaan serta meningkatkan kemungkinan timbulnya gangguan. Temuan dari tinjauan ini menunjukkan bahwa wanita lebih cenderung mengalami social anxiety disorder dan memiliki tingkat keparahan klinis yang lebih tinggi. Menurut peninjauan ini, jalannya SAD tampaknya serupa untuk pria dan wanita, dan temuan pria banyak yang melakukan pengobatan dibandingkan wanita pada social anxiety disorder. Perbedaan gender dalam gangguan fungsional dan komorbiditas tidak dapat disimpulkan.

2016) The aetiology and maintenance of social anxiety disorder: A synthesis of complimentary theoretical models and formulation of a new integrated mode

(Asher, Asnaani,

&

Aderka, 2017) Gender differences in social anxiety disorder: A review

Keterangan

Australia

2016)

The etiology of social anxiety disorder: An evidence-based model (Wong & Rapee,

Hasil

Perbedaan gender dalam gangguan fungsional dan komorbiditas masih belum dapat dijelaskan, maka dari itu diperlukan penelitian lebih lanjut.

Faktor Resiko (Brook & Schmidt,

Kanada

Systematic review

2008) Social Anxiety Disorder: A Review of Environmental Risk Factors

(Pickard, Rijsdijk, Happe, & Mandy,

Specificity of Social Anxiety Disorder as a Risk Factor for Alcohol and Cannabis Dependence (Hirshfeld-becker, 2010)

Adanya faktor genetik yaitu keluarga yang memiliki gangguan kecemasan sosial merupakan faktor pencetus. Kemudian, kejadian buruk seperti pelecehan seksual, hubungan persaudaraan negatif dan perselisihan perkawinan juga ditemukan sebagai etiologi gangguan ini.

Amerika

14.541 anak

Cohort longitudinal

Western Oregon

1.709 remaja

Cohort Longitudinal

Hubungan antara gangguan kecemasan dan penggunaan alkohol serta ganja tetap akan mengalami gangguan ini, bahkan setelah mengendalikan untuk mengatasi gangguan kecemasan tersebut.

Diantara gangguan internalisasi, gangguan kecemasan berperan sebagai faktor risiko untuk onset ganja dan ketergantungan alkohol lainnya.

Amerika serikat

284 anak

Cohort longitudinal

Anak-anak gangguan mengalami keturunan

Anak muda dari orang tua yang memiliki gangguan kecemasan sosial harus dipantau secara ketat untuk tanda-tanda kecemasan sosial, dan pengobatan harus dimulai lebih awal jika

2017) Are Social and Communication Difficulties a Risk Factor for the Development of Social Anxiety? (Buckner et al., 2008)

Ada faktor lingkungan yang dapat menyebabkan gangguan kecemasan sosial pada anak, salah satunya yaitu sifat orang tua dalam mengasuh anak. Orang tua yang cemas lebih cenderung memiliki anak yang cemas, dan mediasi hubungan ini bisa melalui perilaku yang khas seperti pengawasan yang berlebihan. Kemudian, ada faktor lingkungan lain seperti kematian atau pemisahan, perselisihan perkawinan, kekerasan keluarga, pelecehan seksual dan fisik, penyakit anak-anak dan intimidasi. Kesulitan komunikasi sosial berkembang signifikan menjadi gejala kecemasan sosial. Hubungan antara kesulitan komunikasi sosial dengan kecemasan sosial terkuat dari usia 7-10 tahun.

yang sudah terkena dampak kecemasan beresiko tinggi kekambuhan gangguan, dan orang tua dengan gangguan

Penelitian ini menunjukkan bahwa kesulitan komunikasi sosial merupakan faktor risiko penting bagi perkembangan kecemasan sosial. Penelitian ini menyarankan untuk menggabungkan pelatihan keterampilan sosial di sepanjang intervensi untuk mencegah atau meredakan gejala kecemasan sosial pada masa kanak-kanak.

Familial and Temperamental Risk Factors for Social Anxiety Disorder (Knappe, BeesdoBaum, & Wittchen,

Jerman

kecemasan sosial berisiko tinggi mengalami gangguan kecemasan sosial juga.

diperlukan, jika tidak dilakukan secara preventif.

Systematic review

Kejadian traumatis, hubungan teman sebaya, defisit keterampilan sosial kognisi/informasi sosial merupakan faktor risiko untuk gangguan kecemasan sosial. Karena faktor risiko tinggi untuk onset gangguan kecemasa sosial terletak pada masa kanak-kanak atau masa awal remaja, faktor risiko keluarga kemungkinan sangat penting untuk pencegahan dan intervensi yang ditargetkan di gangguan kecemasan sosial.

Sampai saat ini, pengetahuan tentang faktor risiko dan program gangguan kecemasan sosial terlalu terbatas untuk mendapatkan strategi pencegahan dan intervensi yang tepat.

Data dikumpulkan dengan cara prospektif longitudinal. Difollow up selama 10 tahun dan diberikan informed consent tertulis. Responden diberikan informed concent dengan pertanyaan yang hanya diketahui olah responden. responden dibagi menjadi 4 kelompok usia yaitu (18-29 tahun, 30-44 tahun, 45-64 tahun, 65-96

Hasil menunjukkan sebesar 20,0% melaporkan adanya ketakutan sosial (berbicara didepan orang lain, takut bergabung dengan orang lain dll), terdapat depresi dan isolasi sosial dengan kisaran 1,2 dengan p<0,5.

2010) Familial Risk Factors in Social Anxiety Disorder: Calling for a Family-Oriented Approach for Targeted Prevention and Early Intervention Manifestasi Klinis (Knappe et al., 2011) Social Fear and Social Phobia Types Among Community Youth: Differential Clinical Features and Vulnerability Factors (Miloyan, Bulley, Pachana, & Byrne, 2014) Social Phobia Symptoms Across The Adult Lifespan

Jerman

Sampel yang digunakan berusia dalam rentang 14-24 tahun sebanyak 3021 responden

Australia

The National Epidemiologica l Survey of Alcohol and Related Conditions (NESARC) mengambil responden sebanyak 5411 orang dewasa.

Hasil menunjukkan pada wanita terdapat 761 (63%) dan pada pria terdapat 398 (37%) terkena gejala sosiophobia, dari responden sebanyak 1159 mengatakan mempunyai gelaja kecemasan sebesar 717 (62%) dengan kehidupan yang dijalani, 673% (58%) mengatakan tidak bersemangat dalam melakukan sesuatu. Pada 4 pengelompokkan usia 19-29 tahun mengatakan mengalami kecemasan/ketakutan yang berlebihan

tahun). (Versella, Piccirillo, Potter, Olino, &

Inggris

Heimberg, 2015) Anger Profiles in Social Anxiety Disorder

Responden penelitian sebanyak 136 orang dengan diagnosis SAD

&

Inggris

Social Anxiety Disorder (Poole, Lieshout, &

Kanada

Responden penelitian berjumlah 88 orang (33 pria, 55 wanita).

Jerman

Responden penelitian berjumlah 495 orang dengan rentang usia 1870 tahun yang terdiagnosa SAD

Australia

433 orangtua yang memiliki anak berusia 3-

(Leichsenring

Data dikumpulkan sebelum melakukan penanganan, dengan tekhnik randomized controlled trials (RCTs) atau open treatment. Systematic review

Leweke, 2017)

Schmidt, 2017) Exploring between shyness and social anxiety disorder (Stuhldreher et al., 2014) The costs of social anxiety disorder: The role of symptom severity and comorbidities Pencegahan Morgan, Amy J et al (2016)

ketika bertemu dengan orang banyak sebesar 23,37%. Responden penelitian masuk ke kategori level tinggi kecemasan sosial dan sebagian besar menderita depresi ringan. Pasien dengan kecemasan sosial biasanya mengalami masalah interpersonal pendendam, egois, kekhawatiran tentang mengonrol marah dan kecemasan, rasa malu, dan depresi. Pasien mengalami ketakutan kepada lingkungan sekitar. Dapat juga kejadian yang mengarah ke ketakutan. Ketakutan tersebut berhubungan dengan palpitasi, tremor, tersipu, dan berkeringat. Malu berhubungan dengan sociability. Orang yang mengalami malu yang tinggi dapat meningkatkan ketakutan sosial. Malu merupakan resiko gejala terjadinya SAD.

Studi restrospektif selama 6 bulan

Total biaya pengobatan tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan tingkat keparahan SAD. Namun biaya akan meningkat dengan tingkat keparahan gejala. Kelainan afektif komorbid dan gangguan makan memiliki efek tambahan dari SAD. Produktivitas hidup seseorang lebih rendah dengan gejala yang menonjol bahkan setelah mengendalikan komorbiditas. Program online memiliki 8 modul yang mendukung strategi agar orangtua dapat melaksanakannya pada anaknya untuk

Grup yang mendapatkan intervensi menunjukkan peningkatan yang lebih baik secara signifikan dibandingkan grup tanpa intervensi. Grup

Internet-Delivered Parenting Program for Preventing and Early Intervention of Anxiety Problems in Young Children: Randomized Controlled Trial Morgan, Rappe and Bayer (2016)

Australia

Prevention and early intervention of anxiety problems in young children: A pilot evaluation of Cool Little Kids Online Lau, Rapp and Coplan (2017)

Australia Jepang

Combining child social skills training with a parent early intervention program for inhibited preschool children

Neil and Christensen (2009)

Australia

6 tahun dengan masalah temperamen yang dipilih secara acak untuk mengikuti progran secara online selama 24 minggu. 51 orangtua dari anak berusia 3-6 tahun.

Orangtua selama 10 minggu mengikuti program dan melengkapi kuesioner di awal dan akhir program.

72 anak berusia 3-5 tahun yang diseleksi berdasarkan level keterlambatan dalam berperilaku dan memiliki orangtua dengan distress emosi tinggi. A systematic review 27 hasil penelitian, menggambarkan 20

mengatur strategi koping anaknya, mengurangi sikap overproktektif orangtua dan mendukung kebebasan anak untuk berekspresi. Orangtua mengisi kuesioner di awal program, 12 dan 24 minggu setelah program dimulai.

intervensi juga menunjukkan penurunan yang lebih baik pada gangguan kecemasan dan memiliki jumlah penderita gangguan kecemasan lebih kecil dibandingkan partisipan dari keluarga yang hidup di area yang tidak mendapatkan/kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa anak.

Orangtua pasien sangat puas dengan program ini. Hasilnya mengindikasikan bahwa program online ini dapat diterima dan berguna bagi orangtua yang memiliki anak dengan masalah temperamen.

Program ini menyampaikan kepada grup kecil orangtua tentang faktor kunci dalam mengembangkan masalah kecemasan pada anak kecil, seperti pola asuh: over protektif, gaya koping menghindari masalah dan kecemasan pada orangtua.

Keluarga secara acak menjadi grup yang diberi intervensi, dengan 6 sesi edukasi pada orangtua dan 6 sesi pelatihan sosial pada anak. Setelah 6 bulan lalu dilakukan evaluasi pada orangtua dan anak.

Anak yang berada dalam grup menunjukkan secara signifikan jumlah yang lebih sedikit mengalami gangguan kecemasan dan diagnostik yang berat dan ibu yang mengalami gejala kecemasan dan masalah hidup. Ibu juga dilaporan lebih mengurangi sikap over protektifnya kepada anak.

Hasil dari systemtic review ini adalah banyak program preventif yang efektif untuk menurunkan gejala-gejala

Program-program: 59% program yang khusus bagi remaja, 67% untuk menurunkan gejala pada kecemasan yang tidak

Efficacy and effectiveness of school-based prevention and early intervention programs for anxiety Penatalaksanaan (Yoo et al., 2015)

Korea Selatan

program individu, yang teridentifikasi di Cochrane Library, PsycInfo and PubMed databases.

kecemasan pada anak dan remaja.

spesifik dan 78% memberikan terapi kognitif (CBT).

Systematic review

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa meditasi sangat membantu dalam perkembangan status kesehatan jiwa pada anak sekolah dasar dalam sisi social anxiety, agresi dan level kortisol. Kim (2012) juga melapotkan bahwa ada peningkatan selfesteem dan penurunan level depresi dan ansietas pada anak sekolah dasar yang mengikuti meditasi di sekolah berbasis program meditasi. CBT dan terapi psikodinamik keduanya berguna dalam mengobati gangguan kecemasan sosial, tapi ada perbedaan signifikan yang mendukung CBT. Untuk CBT, tingkat respons sebanding dengan tingkat pelaporan dalam studi di Swedia dan Jerman dalam beberapa tahun terakhir. Untuk terapi psikodinamik, tingkat respons sebanding dengan tingkat pelaporan untuk farmakoterapi dan cognitive behavioral terapi kelompok.

Penelitian ini menunjukkan perkembangan pada kecemasan sosial, agresi dan stres pada anak sekolah dasar yang mendapatkan program meditasi pengurangan pikiran. Dengan mengetahui aspek emosi negatif (stres, kecemasan sosial dan agresi) dan menghapus pikiran tersebut dengan refleksi. Program meditasi efektif dalam merubah mindset negatif menjadi positif. Karena efek positif ini pada program meditasai sangat mungkin terjadi dengan durasi sesi meditasi yang pendek

The Effects of Mind Subtraction Meditation on Depression, Social Anxiety, Aggression, and Salivary Cortisol Levels of Elementary School Children in South Korea

(Leichsenring et al., 2013) Psychodynamic Therapy and Cognitive-Behavioral Therapy in Social Anxiety Disorder: A Multicenter Randomized Controlled Trial

Amerika

Di tempat rawat jalan, sebanyak 495 pasien dengan gangguan kecemasan sosial

Cohort Study Partisipan secara acak dibagi ke dalam kelompok Cognitive Behavioural Therapy (N = 209), kelompok terapi psikodinamik yang dipandu secara manual (N = 207), atau kelompok waiting list (N = 79). Penilaian dilakukan pada awal

(Craske et al., 2014)

Amerika

Randomized Controlled Trial of Cognitive Behavioral Therapy and Acceptance and Commitment Therapy for Social Phobia: Outcomes and Moderators (Kashdan et al., 2013)

1000 orang partisipan yang terdiagnosa social phobia

Polandia

Sampel awal terdiri dari 84 peserta (52 wanita) di Virginia Utara.

Distinguishing Healthy Adults From People With Social Anxiety Disorder: Evidence for the Value of Experiential Avoidance and Positive Emotions in Everyday Social Interactions

dan pada akhir pengobatan. Randomized control trial

Empat puluh satu peserta didiagnosis dengan Social Anxiety Disorder (SAD) dan 43 (51%) adalah kelompok kontrol yang sehat tanpa gangguan kejiwaan. Penelitian ini mencocokkan kelompok gender, ras, status perkawinan, dan usia. Penelitian ini menggunakan kuesioner terstruktur untuk menilai kecemasan sosial, gangguan kecemasan umum, depresi, bunuh diri,

Penelitian memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signfikan antara CBT dan ACT. Individu dengan menghindari pengalaman yang lebih tinggi yang menerima CBT bernasib lebih baik daripada mereka yang menerima ACT. CBT lebih signifikan untuk perbaikan klinis untuk fobia sosial.

Kelompok SAD melaporkan kecemasan sosial lebih banyak, emosi negatif, penghindaran eksperiensial, dan pengendalian diri dalam interaksi sosial dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kelompok SAD juga melaporkan kurang emosi positif dan perasaan memiliki. Untuk mengatasi kekhususan konstruksi, peneliti melakukan analisis tambahan yang mengendalikan adanya gangguan mood dan kegelisahan komorbiditas. peneliti menciptakan variabel berkode kontras untuk mencerminkan apakah peserta memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan kecemasan atau gangguan mood lainnya. peneliti kemudian memasukkan dua variabel ini, tidak dipusatkan, sebagai prediktor Level 2 tambahan. Untuk semua hasil, efek SAD yang mengendalikan kondisi komorbid sama dengan efek yang ditemukan tanpa kovariat ini - seperti sebelumnya, semua efek SAD signifikan

dan gejala psikotik.

(Goldin et al., 2014)

USA

Trajectrories of Change in Emotion Regulation and Social Anxiety During Cognitive-Behavioral Therapy for Social Anxiety Disorder (Slattery,

Neumann,

Jerman

Tikus laki-laki 6/grup (Charles river 30-35gr) dirawat selama 1 minggu dan di transfers ke ruang observasi sebesar 30 x 23 x 36 cm) 3 hari sebelum eksperimen.

Amerika

Penelitian dilakukan pada 21 pasien social phobia sebelum dan sesudah menyelesaikan 12 minggu pengobatan

Flor, & Zoicas, 2017) Pharmacological modulation of metabotropic glutamate receptor subtype 5 and 7 impairs extinction of social fear in a timepoint-dependent manner (Phan et al., 2013) Corticolimbic Brain Reactivity to Social Signals of Threat Before and After Sertraline Treatment in Generalized Social

Dari populasi 436 orang yang dinilai memenuhi karakteristik responden.

Kriteria yang diambil adalah CBT masa lalu atau riwayat kelainan neurologis atau kardiovaskular yang dapat berdampak pada aliran darah serebral atau psikologis Metode eksperimen. Tikus dipasang stimuli sosial. Social fear condition dilakukan menggunakan sistem kondisi ketakutan dari computer.

Peneliti membandingkan fungsi magnetic resonansi respon otak antara grup intervensi dengan 19 grup kontrol.

pada p <.001. Mengontrol kegelisahan mood dan kecemasan, SAD tetap berhubungan langsung dengan ukuran sampling kecemasan sosial dan selfdeplesi kontrol. CBT didapatkan secara efektif meningkatkan frekuensi dan meningkatkan aspek positif, menurunkan kecemasan sosial namun CBT tidak berdampak pada penekanan ekspresif. Pada penilaian CBT dalam seminggu berhasil menungkatkan frekuensi dan kognitif namun pada aspek ekspresif mengalami penurunan.

Modulasi farmakologi subtipe reseptor glutamat metabotropik 5 (mGluR5) dan 7 (mGluR7) efektif untuk mengurangi dan memfasilitasi menyembuhkan ketakutan dan kecemasan sosial. Temuan ini menunjukkan bahwa inaktivasi mGluR5 dan aktivasi mGluR7 mencegah pembentukan kenangan sosial yang traumatis. Selanjutnya, strategi pengobatan ditujukan untuk meningkatkan terapi berbasis paparan untuk gangguan kejiwaan yang terkait dengan definisi sosial. Analisis varian otak secara keseluruhan menunjuka adanya interaksi kelompok yang signifikan dalam amiglada dan korteks pre frontal ventrak medial. Pengobatan pada subjek gSP mengurangi reaktivitas amigdala ke wajah dan peningkatan aktivitas korteks prefrontal ventral medial ke wajah marah.

CBT efisien untuk menurunkan regulasi emosi dan mempengaruhi gejala klinis pada pasien dengan SAD serta meningkatkan kognitif dan penurunan tingkat keparahan gejala kecemasan sosial.

Respon pengobatan SSRI di gSP dikaitkan dengan perubahan jaringan otak limbic-paralimbic diskrit, yang merupakan mekanisme saraf dimana SSRI dapat melakukan fungsi nya.

Phobia (Gemmel et al., 2017)

SSRI sertraline. USA

Systematic review

Review ini menyoroti bagaimana caranya SSRI perinatal mempengaruhi perawatan ibu dan hasil perkembangan saraf yang berkaitan dengan perilaku sosial afiliatif pada keturunan; seperti perilaku bermain, interaksi sosial, perilaku reproduksi, dan perawatan ibu dari generasi berikutnya. Hasil mengulas bagaimana eksposur awal SSRI dapat mengubah neurobiologi seseorang, dan epigenome. Dampak SSRI pada perinatal akan memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan neurobehavioral generasi berikutnya. Kesedihan, memang memoderasi hubungan antara status penggunaan seharihari dan suicidality setelah mengendalikan berbagai variabel yang relevan (misalnya, demografi, depresi, pengaruh negatif, dan jenis kecemasan lainnya). Model keseluruhan menyumbang 59% varian dalam suicidality sehingga pengguna ganja harian dengan kecemasan sosial tinggi melaporkan suicidality tertinggi. Fobia sosial dan gejala paranoid seumur hidup dikaitkan satu sama lain secara cross-sectionally (OR = 1,80, 95% CI = 1,31-2,47). Gejala paranoid seumur hidup dikaitkan secara khusus dengan kognisi kecemasan sosial. Kognisi seumur hidup dari evaluasi negatif memprediksi terjadinya gejala paranoid, sedangkan onset fobia sosial diprediksi oleh kognisi hilangnya kontrol dan ketakutan /

Perinatal selective serotonin reuptake inhibitor medication (SSRI) effects on social behaviors, neurodevelopment and the epigenome

Dampak (Buckner, Jr, Schmidt,

Inggris

Responden berjumlah 343 orang

Study examining sebanyak 4 sesi pemberian program intervensi

United kingdom

Partisipan penelitian ini berjumlah 3.201 orang

Early developmental

& Zvolensky, 2012) Daily marijuana use and suicidality: The unique impact of social anxiety

(Schutters et al., 2012) The association between social phobia, social anxiety cognitions and paranoid symptoms

Serotonin adalah pengatur utama perkembangan neurodevelopment, perilaku sosial dan kesehatan mental. Manfaat dan risiko keterpaparan SSRI terhadap anak yang sedang berkembang dalam janin ibu saat perinatal.

Penelitian ini menunjukkan bahwa gejala paranoid dan fobia sosial memiliki kesamaan dalam profil kognitif dan temperamen yang terhambat. Penghindaran nampaknya penting dalam perkembangan fobia sosial, sedangkan penggunaan ganja dan pengalaman traumatis mungkin terjadi Menggerakkan pemikiran paranoid pada individu yang rentan.

(Ohayon

&

USA

18.980 responden

Cohort study

Inggris

Responden 129 orang

Interview diagnostik

United kingdom

Partisipan penelitian ini

cross-sectional study

Schatzberg, 2010) Social phobia depression: Prevalence comorbidity

and and

(Dryman, Gardner, Weeks, & Heimberg, 2016) Social anxiety disorder and quality of life: How fears of negative and positive evaluation relate to specific domains of life satisfaction

(Michail Birchwood, 2013)

&

penghindaran situasi sosial. Fobia sosial dan gejala paranoid seumur hidup memiliki sifat temperamental yang menghambat penghambatan perilaku, namun berbeda dalam risiko lingkungan. Prevalensi titik untuk fobia sosial itu 4,4% (interval kepercayaan 95%: 4,1-4,7%) dari sampel. Dulu lebih tinggi pada wanita (rasio odds: 1,6) dan menurun seiring bertambahnya usia. MDDs ditemukan pada 19,5% peserta dengan fobia sosial. Cooccurrence dari gangguan kecemasan lain yang tinggi dan meningkat saat MDD hadir (65,2%). Kemungkinan mengembangkan mayor episode depresif 2 tahun setelah kemunculan fobia sosial adalah 5,74. Hubungan peringkat FNE dan FPE dengan Kepuasan dan Pentingnya pada QOLI. Individu dengan SAD (N = 129) mengisi kuesioner sebelum memulai perawatan. FNE dan FPE menunjukkan hubungan yang berbeda dengan empat domain QOLI, bahkan setelah mengendalikan karakteristik demografi dan depresi komorbid. Baik FNE dan FPE dikaitkan dengan peringkat Kepuasan dengan domain QOLI, namun keduanya tidak terkait dengan peringkat Pentingnya. Temuan penelitian ini menyoroti dampak diferensial FNE dan FPE pada SAD. Menderita rasa malu (p <0,01) dan hilangnya status sosial (p <0,01)

Fobia sosial sangat lazim di populasi umum. Ini meningkatkan risiko pengembangan MDD dan memiliki komorbiditas tinggi dengan gangguan mental lainnya. Fobia sosial itu Sering hadir dalam masa depresi, lebih jelas lagi selama ini periode remisi MDD. Dokter harus mencari dan mengobati lebih banyak Secara sistematis patologi ini sering terjadi.

Temuan kami menyoroti hubungan bernuansa antara kekhawatiran akan evaluasi dan kualitas domain kehidupan. FNE menunjukkan asosiasi yang lebih kuat dengan arena kehidupan yang lebih rentan Kegagalan publik, sedangkan FPE menunjukkan asosiasi yang lebih kuat dengan arena kehidupan dengan potensi keberhasilan masyarakat. Bagi individu dengan SAD, depresi komorbid mungkin memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap kualitas hubungan interpersonal yang dekat. Penelitian masa depan yang menyelidiki komponen tambahan SAD akan memfasilitasi pengembangan intervensi yang ditargetkan, dan akhirnya, peningkatan kualitas hidup yang lebih baik untuk individu dengan SAD Temuan ini menunjukkan bahwa kognisi rasa malu yang timbul dari penyakit stigmatisasi memainkan

Social anxiety disorder and shame cognitions in psychosis

berjumlah 80 orang

meningkat secara signifikan pada orang dengan SAD (dengan atau tanpa psikosis) dibandingkan dengan yang hanya memiliki psikosis dan kontrol sehat. Individu dengan psikosis dan kecemasan sosial menunjukkan tingkat rasa malu yang jauh lebih tinggi, penolakan dan penilaian jebakan terkait dengan diagnosis dan stigma terkait mereka, dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kecemasan sosial.

peran penting dalam kecemasan sosial dalam psikosis. Intervensi psikologis dapat ditingkatkan dengan mempertimbangkan penilaian rasa malu yang khas ini saat menangani gejala kecemasan sosial dan gangguan yang terkait dalam psikosis. Investigasi lebih lanjut tentang isi kognisi rasa malu dan peran mereka dalam memotivasi penyembunyian identitas stigmatisasi 'sakit' dibutuhkan.

Related Documents

Format Smd
January 2021 3
Format Askep
February 2021 3
Format Tabel.docx
January 2021 1
Format Lamaran
January 2021 3
Format Anamnesis
January 2021 3
Fmeaav1 Format
February 2021 1

More Documents from "spdhiman"