Formulasi Teknologi Sediaan Farmasi Steril

  • Uploaded by: Nurul Iftihan
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Formulasi Teknologi Sediaan Farmasi Steril as PDF for free.

More details

  • Words: 2,439
  • Pages: 9
Loading documents preview...
FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI STERIL SALEP MATA I.

Formulasi Asli

: Salep Mata Oksitetrasiklin dan Polimiksin B Sulfat

II. Rancangan Formula Nama Produk : Tetra-Miksin ® Salep Jumlah Produk : 100 Tube Tanggal Formulasi : 28 Juni 2015 Tanggal Produksi : 28 Oktober 2015 Nomor Registrasi : DKL 159910431 AI Nomor Batch : L 159982 Komposisi : Tiap 3,5 g mengandung: Oksitetrasiklin 1% Polimiksin B 0,1 % Chlorobutanol 0,5 % α- tokopherol 0,05 % Basis salep Paraffin Liquid 1 bagian Paraffin Kuning 8 bagian Vaselin Flavum 1 bagian

III.

Master Formula Diproduk Tanggal si Oleh Formula

Tanggal Produksi

PT. OnepHarma Kode Bahan

Dibuat Oleh

Disetujui Oleh

28 Juni 2015

28 Oktober 2015

Kelompok 1

Muhammad Rais S. Farm., Apt

Nama Bahan

Kegunaan

Per Dosis

Per Batch

01 – OT 02 – PB 03 – CB 04 – AC 05 – LP 06 – VF 07 – PK

Oksitetrasiklin Polimiksin B Chlorobutanol α- tokopherol Paraffin Liquid Vaselin Flavum Parafin Kuning

Zat aktif Zat aktif Antimikroba Antioksidan Basis Basis Basis

35 mg 35 mg 17,5 mg 1,75 mg 344,4 mg 344,4 mg 2755,2 mg

3500 mg 350 mg 1750 mg 175 mg 34, 440 mg 34, 440 mg 275,520 mg

IV. Alasan Pembuatan Produk Oksitetrasiklin adalah turunan dari tetrasiklin yang berspektrum luas. Tetrasiklin dapat digunakan pada infeksi bakteri gram negatif dan gram positif Oksitetrasiklin dihidrat atau Oksitetrasiklin HCl biasa digunakan ditablet, kapsul, dan injeksi. Sedangkan Oksitetrasiklin garam kalsium digunakan untuk suspense oral, akan ketiga jenis Oksitetrasiklin ini dapat digunakan secara topikal (Sweetman. 2009: 313). Oksitetrasiklin dihidrat dan Oksitetrasiklin HCl memiliki dosis 269,8 mg dan Oksitetrasiklin kalsium 260,3 mg setara dengan 250 mg Oksitetrasiklin. Oksitetrasiklin dan garamnya dapat digunakan secara topikal dan sering dikombinasi dengan obat lain contoh sediaannya seperti tetes mata dan tetes telinga, salep, krim,dan semprot (Sweetman. 2009: 313). Polimiksin B Sulfat digunakan secara topikal untuk pengobatan penyakit kulit, infeksi pada mata dan telinga. Polimiksin B Sulfat umumnya digunakan secara parenteral untuk bakteri gram negatif khususnya Pseudomonas aeruginosa. Polimiksin B digunakan untuk mengobati infeksi meningeal dan secara intratekal dan secara injeksi untuk mat, untuk penggunaan topikal menggunakan 0,1 % larutan atau salep (10.000 unit/ml atau pergram) yang dikombinasi dengan obat lain (Sweetman. 2009: 318). Obat mata (optalmika) adalah tetes mata (ocula guttae), salep mata (oculenta), pencuci mata (collyria) dan beberapa bentuk pemakaian khusus. Obat mata sebagai efek diagnostik dan terapeutik lokal, obat mata harus dibuat secara steril karena lapisan luar mata terdisri atas kornea yang tidak diliputi pembuluh darah, sehingga jika terkena infeksi maka tidak ada daya penangkisannya. (Rahman. 2009: 212). Obat mata Oksitetrasiklin HCl menggunakan pelarut minyak, karena memiliki waktu kontak yang panjang pada kornea (Lukas. 2011: 135). V. Alasan Penambahan Bahan 1. Oksitetrasiklin Oksitetrasiklin adalah turunan dari tetrasiklin yang berspektrum luas. Tetrasiklin dapat digunakan pada infeksi bakteri gram negatif dan gram positif Oksitetrasiklin dihidrat atau Oksitetrasiklin HCl biasa digunakan ditablet, kapsul, dan injeksi. Sedangkan Oksitetrasiklin garam kalsium digunakan untuk suspense oral, akan ketiga jenis Oksitetrasiklin ini dapat digunakan secara topical (Sweetman. 2009: 313). Tetrasiklin mempunyai mempunyai potensi setara dengan tidak kurang dari 975 μg tetrasiklin hidroklorida,(C22H24N2O8.HCl), per mg di hitung terhadap zat anhidrat (Mycek. 2009: 344). 2. Chlorobutanol Chlorobutanol digunakan pada sediaan mata atau pemberiaan secara parenteral, dalam bentuk antimikroba dengan konsentrasi sampai 0,5 %. Umumnya digunakan sebagai mata

untuk perawatan pada miosis. Chlorobutanol efektif untuk bakteri gram positif dan gram negatif dan bekerja bakteriostatik (Rowe. 2009: 166). Chlorobutanol berfungsi sebagai sedatifum (penenang) pengawet dan anastetikum lokal (Dirjen POM. 1979: 147). Chlorobutanol dari sekian banyak palet bahan pengawet yang digunakan farmasetik adalah klorbutanol (0,5%) (R.voight. 1994: 527). 3. α- tocoferol α- tocoperol berkhasiat sebagai anti oksidan dan vitamin E. (Dirjen POM. 1979: 610). α- tocoperol dikenal sebagai sumber vitamin E dan merupakan bahan yang sering diperjual belikan. α- tocoperol dapat digunakan sebagai antioksidan dengan lebih efektif sebagai antioksidan (Lahman. 1995: 1301). 4. Paraffin Liquid Paraffin liquid campuran hidrokarbon padat yang dimurnikan diperoreh dari minyak bumi, tidak berwarna atau putih atau kurang lebih massa yang tembus cahaya yang dapat digunakan untuk membuat keras atau kaku dasar salep setengah padat yang berlemak (Ansel. 2008. 503). Paraffin cair digunakan sebagai zat tambahan untuk sediaan topikal dengan konsentrasi 3,0-60,0 % (Rowe. 2009: 446). Paraffin jika digunakan 10 % dari vaselin kuning dapat digantikan dengan paraffin cair untuk menghasilkan salep lembut (Jenkins. 1957: 342). 5. Vaselin flavum Vaselin flavum basis salep digunakan yaitu, liquid paraffin 1 bagian; vas flavum 1 bagian; paraffin kuning 8 bagian. Disterilkan dengan suhu 160ºC selama 2 jam (Lukas. 2011: 136). Vaselin digunakan umumnya dalam formulasi sediaan topikal sebagai emolient basis salep konsentrasi hingga 100 % (Rowe. 2009: 331). Petrolatum merupakan campuran murni yang mengandung hidrokarbon setengah padat, penggunaan tambahan petrolaktom digabung minyak mineral sehingga diperoleh petrolatum murni dari penggolongan ini menyebabkan hilangnya antioksidan secara alami, sehingga perlu ditambahkan α- tokoferol atau antioksidan lainnya (Gennaro. 2000: 1310). VI. Uraian Bahan 1. Oksitetrasiklin (Sweetman, 2009: 312) Nama Resmi : OKSITETRASIKLIN Nama Lain : Glomycin; Hydroxytetracycline; Oksitetraciklinas; Oksitetrasiklin; Oksitetrasykliini; Oksytetracyklina; Oxitetraciclina; Oxitetraciklin; Oxitetracyklin; Oxytétracycline; Oxytetracyclinum; Oxytetracyklin; Riomitsin; Terrafungine. 4S,4aR,5S,5aR,6S,12aS-4-Dimethylamino- 1,4,4a,5,5a,6,11,12a-octahydro-3,5,6,10,12,12ahexahydroxy- 6-methylene-1,11-dioxonaphthacene-2-carboxamide. Rumus Molekul : C22H24N2O9 Berat Molekul : 460.4 Rumus Struktur : Pemerian : Serbuk hablur kuning, tidak berbau. Stabil di udara tetapi pada pemaparan dengan cahaya matahari kuat, menjadi gelap. Dalam laruta dengan pH lebih kecil dari 2, potensi berkurang dan cepat rusak dalam larutan alkali hidroksida

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 50 bagian etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dan dalam eter P. Larut dalam asam encer, larut dalam alkali disertai peruraian Stabilitas : Terhadap oksidasi atau reduksi dalam larutan mudah teroksidasi dan terhadap cahaya oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna gelap. Inkompatibilitas : Injeksi Oksitetrasiklin pada pH asam dan inkam dengan sediaan basah atau obat-obat yang tidak stabil pada pH rendah, Oksitetrasiklin dapat menghelat logam kation untuk menghasilkan kompleks yang larut dan inkam dengan larutan yang mengandung garam logam. Farmakologi : Oksitetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan menghambat sintesis protein. Hal ini dilakukan dengan cara mengikat unit ribosoma sel kuman 30 S hingga mencegah terbentuknya amino asetil RNA. Antibiotik ini dilaporkan juga berperan dalam mengikat ion Fe dan Mg. Efek Samping : Kadang-kadang terjadi iritasi lokal dan reaksi hipersensitif. Indikasi : Infeksi superfisial mata oleh mikroba yang peka terhadap obat lain. Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat ini. Dosis : Infeksi; 250 mg tiap 6 jam, dapat ditingkatkan pada infeksi berat sampai 500 mg setiap 6-8jam. Penyimpanan : Balam wadah tertutup rapat, tak tembus cahaya. Kegunaan : Zat aktif 2. Polimiksin B Sulfat (Sweetman, 2009: 312) Nama Resmi : POLIMIKSIN B SULFAS Nama Lain : Polimiksin B Sülfat; Polimiksino B Sulfatas; Polimixin-B-szulfát; Polimyksyny B siarczan; Polimyxini b sulfas; Polymyksiini-B-sulfaatti; Polymyxin B Sulfat; Polymyxin B Sulphate (BANM); Polymyxin-Bsulfát; Polymyxine B, Sulfate de; Polymyxini B sulfas. Rumus Molekul : C48H84N16O17S Berat Molekul : 1189.3426 Pemerian : Serbuk putih sampai tidak kuning gading, tidak berbau atau berbauh lemah. Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) p. Stabilitas : Larutan polimksin dalam air mempunyai pH 5-7,5 dapat disimpan selama 6-12 bulan tanpa mengalami penurunan potensi pada suhu 20-80 , kurang stabil pada pH basa karena menjadi tidak aktif. Farmakologi : Polimiksin B diabsorpsi sedikit melalui mukosa membran atau kulit yang terluka. Basirasin tidak didistribusikan ke dalam cairan serebrospinal.Ikatan plasma dengan protein sedikit. Polimiksin B diabsorbsi baik pada peritonium, minimal dari saluran cerna (kecuali pada bayi). Polimiksin tidak didistribusikan ke dalam cairan serebrospinal. Efek Samping : Hipotensi, edema wajah/bibir, rasa sesak pada dada, rasa tersengat, rash, anoreksia, mual, muntah, diare, diskrasias darah, diaforesis, blokade neuromuskular, pusing, ataksia, mengantuk, pandangan kabur. Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap basitrasin atau polimiksin B. Hindari penggunaan bersamaan dengan bloker neuromuskular. Dosis : 10.000-25.000 units/ml Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan di tempat sejuk. Kegunaan : Zat aktif 3. Alpha Tocopherol (Rowe, 2009: 31)

Nama Resmi : ALPHA TOCOPHEROL Nama Lain : Copherol F1300;(_)-3,4-dihydro-2,5,7,8-tetramethyl-2-(4,8,12trimethyltridecyl)-2H-1-benzopyran-6-ol; E307; RRR-a-tocopherolum; synthetic alpha tocopherol; all-rac-a-tocopherol; dl-a-tocopherol; 5,7,8-trimethyltocol. Rumus Molekul : C29H50O2 Berat Molekul : 430.72 Rumus Struktur : Pemerian : Alpa tokoferol adalah produk alam, tidak berwarna atau kuning kecoklatan, kental, cairan minyak. Kelarutan : Alpa Tokoferol asam suksinat tidak larut dalam air;sukar larut dalam larutn alkali;larut dalam etanol,dalam aseton dan dalam minyak nabati;sangat mudah larut dalam kloroform.Bentuk vitamin E lain tidak larut dalam air;larut dalam etanol;dapat bercampur dengan eter,dengan aseton,dengan minyak nabati dan dengan kloroform. Inkompatibilitas : α- tokoperal inkam terhadap peroksida dan ion logam khususnya besi, dan tembaga. Tokoperol biasa diabsorpsi dalam plastic. Indikasi : Vitamin E berperan antioksidan dan dapat melindungi kerusakan membrane biologis akibat radikal bebas. Mencegah degenerasi otot,rusaknya sel darah merah,menghambat menuanya sel-sel tubuh. Efek Samping : Pemakaian vitamin E dalam dosis besar untuk waktu lama dapat menyebabkan kelemahan otot, gangguan reproduksi dan gangguan saluran cerna. gejala-gejala ini hilang dalam beberapa minggu setelah asupan yang berlebihan dihentikan. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya. Dapat disimpan pada suhu 15-30° C Kegunaan : Antioksidan

4. Clorobutanol (Rowe. 2009: 166) Nama Resmi : CLOROBUTANOLUM Nama Lain : Acetone chloroform; anhydrous chlorbutol; chlorbutanol; chlorobutanolum anhydricum; chlorbutol; chloretone; Coliquifilm; Methaform; Sedaform; trichloro-tert-butanol; b,b,b-trichloro-tertbutyl alcohol; trichloro-t-butyl alcohol. Rumus Molekul : C4H7Cl3O Berat Molekul : 177.46 Pemerian : Tidak berwarnah atau Kristal putih dan berbau kamfer dan mudah menguap. Kelarutan : Praktis larut dalam kloroform, eter, methanol, dan minyak yang mudah menguap; larut dalam 1 bagian etanol 95 %; larut dalam 10 bagian gliserin; larut dalam 125 bagian air. pH : Stabil pada pH 3 tapi potensi akan menurun dengan peningkatan pH. Inkompatibilitas : inkam dengan vial plastic, bentonit, maknesium trisilikat, politilen, dan polihidroksetil metakrilat, yang telah digunakan pada lensa kontak. Penyimpanan : Serbuknya disimpan pada tempat yang tertutup rapat dan temperatur 8 – 15º C.

Kegunaan

: Antimikroba (pengawet).

5. Paraffin liquid (Rowe. 2009: 445) Nama Resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM Nama Lain : Paraffin cair Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir tidak berbau dan hamper tidak mempunyai rasa. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) p larut dalam kloroform p dan dalam eter p Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya. Kegunaan : Sebagai basis salep 6. Paraffin kuning (Rowe. 2009: 482) Nama Resmi : Paraffin kuning Nama Lain : Paraffin Kuning, Merkur; mineral jelly; petroleum jelly; Silkolene; Snow White; Soft White; vaselinum flavum; yellow petrolatum; yellow petroleum jelly. Pemerian : Berwarna kuning, transparan, memiliki massa yang lembut, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berflourosensi pada siang hari bahkan ketika dilebur Kelarutan : Praktis larut pada aseton, etanol panas atau dingin (95%), gliserin, dan air ; larut pada benzen karbondisulfida, kloroforom, eter heksan dan minyak folatil. Penyimpanan : disimpan pada wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, ditempat yang dingin dan tempat yang kering Kegunaan : Sebagai Basis

7. Vaselin flavum (Rowe, 2009: 378) Nama Resmi : VASELIN FLAVUM Nama Lain : Cera lanae; E913; lanolina; lanolin anhydrous; Protalan anhydrous; purified lanolin; refined wool fat. Rumus Molekul : Berat Molekul :Rumus Struktur :Pemerian : Lanolin berwarna kuning, berbau, jika dilebur hampir jelas, cairan kuning. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam benzene, kloroform, eter dan petrolatum, sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol mendidih (95%) praktis larut dalam air. Inkompatibilitas : Lanolin terdiri dari prooksidan, yang mana mempengaruhi stabilitas dari zat aktif utama. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Kegunaan : Basis salep.

VII. Perhitungan Bahan 1. Perhitungan konversi α- tokoperol x 3,5 = 0,00175 =1,75 mg 1 mg vitamin E 1,49 iv vitamin E 1 kapsul nature E terdiri x 100 = 0,1174497 g = 117,44 mg 2. Perhitungan pertube a. Oksitetrasiklin x 3,5 = 0,035 g = 35 mg b. Polimiksi B x 3,5 = 0,0035 g = 3,5 mg c. Chlorbutanol x 3,5 = 0,0175 g = 17,5 mg d. α- tokoperol x 3,5 = 0,00175 g = 1,75 mg Basis = 3,5 g – 0,035g – 0,0035g – 0,0175 g = 3,444 g a) vaselin flavum x 3,444 = 0,3444 g = 344,4 mg b) paraffin liquid x 3,444 = 0,3444 g =344,4 mg c) paraffin kuning x 3,144 = 2,7552 g = 2755,2 mg 3. perhitungan perbatch Oksitetrasiklin = 0,035 g x 100 = 3,5 g Polimiksi B = 0,0035 g x 100 = 0,35 g Chlorbutanol = 0,0175 g x 100 = 1,75 g α- tokoperol = 0,00175 g x 100 = 0,175 g vaselin flavum = 0,3444 g x 100 = 34,44 g paraffin liquid =0,3444 g x 100 = 34,44 g paraffin kuning = 2,7552 g x 100 = 275,52 g

VIII. Cara kerja 1. Disiapkan alat dan bahan dan disterilkan sesuai dengan metode masing-masing 2. Dileburkan paraffin cair, paraffin kuning dan vaselin flavum kemudian disaring dan disterilkan di dalam oven pada suhu 150 selama 1 jam. 3. Digerus Oksitetrasiklin dan Polimiksin B Sulfat secara aseptis dilumpang 4. Ditambah chlorbutanol dan α- tokoferol dan digerus secara aseptis dilumpang 5. Ditambahkan basis yang telah dileburkan secara aseptis kedalam lumping 6. Dimasukkan kedalam wadah secara aseptis 7. Dikemas dan di beri wadah etiket dan brosur Evaluasi salep mata memenuhi persyaratan (Dirjen POM. 1979: 20); a. Homogenitas; tidak boleh mengandung bagian yang kasar yang dapat teraba. b. Sterilitas; memenuhi syarat uji sterilitas yang tertera pada uji keamanan hayati. Uji Sterilitas

Pengujian dilakukan dengan teknik aseptic yang cocok. Percontoh, kecuali dinyatakan lain digunakan jumlah bagian percontoh yaitu pada Daftar I, tidak termasuk bagian percontoh yang digunakan untuk menetapkan efektivitas perbenihan.

Daftar I Jumlah wadah dalam bets

Jumlah bagian sampel 10 % atau 4, diambil yang lebih Kurang dari 100 besar Tidak kurang dari 100, tidak lebih 10 dari 500 Lebih dari 500

2 % atau 20, diambil yang kecil

c. Penyimpanan; dalam tube steril di tempat yang sejuk. d. Pada etiket harus juga tertera “Salep Mata”. IX.

Tabel sterilisasi alat N Macam sterilisasi o Sterilisasi dengan etanol 70% 1 selama 24 jam

2

Sterilisasi dengan autoklaf (115ºc116ºc) setara 30 menit

3

Sterilisasi dengan oven (170ºc) selama 2 jam

Alat atau bahan Botol kemasan : 7 botol Buret 25 ml : 1 Pipet ukur 2 ml Labutakar 10 ml Labu takar 25 ml Beker gelas 10 ml Beker gelas 20 ml Erlenmeyer 100 ml Alat gelas tanpa skala

DAFTAR PUSTAKA Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : DepKes RI. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : DepKes RI. Jenkins, G, L. 1957. Scoville’s The Art Of Compounding. Burger Publishing. Lachman, Leon, dkk. 2012. Teori dan Praktek Farmasi Indonesia. Jakarta : UI Press. Lukas, Stefanus. 2011. Formulasi Steril. Yogyakarta : ANDI.

Rowe, Raymond C dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. Great Britain: RPS Publishing. Sweetman, Sean C.2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-sixth Edition. Great Britain: RPS Publishing. Voight, Rudolf. 1995. Buku Pelajar Teknologi Farmasi. Yogyakarta : UGM Press.

Related Documents


More Documents from "Novia Eka Putri"