Handout Tata Busana_bolero Dan Gamis_mala Maulidina

  • Uploaded by: mala maulidina
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Handout Tata Busana_bolero Dan Gamis_mala Maulidina as PDF for free.

More details

  • Words: 8,440
  • Pages: 51
Loading documents preview...
248

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 8 PADANG Jalan Padang-Indarung, Cengkeh Lubuk Begalung Padang .Telp/Fax (0751)71815 Laman :www.smk8-padang.sch.id E-mail : [email protected]

HAND OUT PEMBUATAN BUSANA COSTUME MADE (BOLERO DAN GAMIS ) Kompetensi Keahlian

: Tata Busana (C3)

Mata Pelajaran

: Pembuatan Busana Costum Made

Kelas/semester

: XI/(Ganjil)

Durasi

: 45 Menit

I.

Kompetensi Dasar 3.1. Menganalisis rancangan bahan (lab sheet) bolero / rompi 4.1 Membuat rancangan bahan (lab sheet) bolero / rompi

II.

Indikator 3.1.1 Mendiskripsikan pengertian bolero / rompi 3.1.2 Mengidentifikasi jenis-jenis rompi

3.1.3 Mengemukakan pengertian rancangan bahan 3.1.4 Menganalisis rancangan bahan (labsheet) bolero / rompi

4.1.1 Merencanakan pembuatan pola dan pecah pola bolero / rompi 4.1.2 Menentukan jenis bahan bolero / rompi 4.1.3 Membuat rancangan bahan (labsheet) bolero / rompi III.

Materi Pokok 

Pengertian bolero / rompi

249

IV.



Jenis-jenis bolero / rompi



Cara membuat rancangan bahan (labsheet) bolero / rompi



Pola bolero / rompi



Prosedur cara membuat rancangan bahan (labsheet) bolero / rompi

Pengalaman Belajar 1. Siswa memperhatikan penjelasan guru 2. Siswa berdiskusi dengan kelompok BOLERO/ROMPI

1.1 Pengertian Bolero Bolero adalah semacam jaket yang pas di badan dengan ukuran setengah dada dan terbuka di bagian depan, bisa lengan pendek atau panjang. Kata bolerob erasal dari tarian Spanyol yang memiliki langkah dan berhenti yang dramatis. Bolero adalah semacam jaket yang cenderung ketat atau pas dibadan ( Pres Body ) dan terbuka dibagian depan dengan ukuran setengah dada. Bolero bisa dibuat dalam bentuk lengan pendek ataupun lengan panjang. Bolero juga bisa dimix dan match dengan kategori pakaian lainnya seperti halnya cardigan. Dan ini akan mampu memberikan penampilan yang serasi dan menarik bagi pemakainya.

250

Bolero adalah semacam blus pendek tanpa kancing juga dikenakan diatas pakaian lain sampai pinggang atau beberapa cm diatasnya. Bolero berbentu seperti jaket pendek atau seolah-olah sebuah jaket yang panjangnya berakhir diatas piggang dan mempunyai garis kurve (lengkung) dari tengah depan ke samping. Bolero adalah bagian dari pada penduduk asli (native custome) yang biasa dipakai pada banyak daerah-daerah di Eropa. Seringkali memakai bordir / sulaman atau jumbaijumbai (fringe), bahkan turun temurun sebagai warisan keluarga. Bolero aslinya dari Spanyol. Dalam abad ke-20 Bolero dipakai dengan bluose berleher tinggi serta menjumbai.dipadu dengan rok bawah yang menjela lantai. Selama tahun 1960-an dan 1970-an dihidupkan kembal, dipakai baik dengan rok bawah maupun celana. Untuk pakaian malam, bolero dari bahan velvet sangat populer. Bolero untuk siang hari telah dibuat dari banyak macam bahan, termasuk macam-macam katun, brocade, denim dan kulit. Beberapa versi dengan hiasan bisban.

1.2 Jenis-jenis Bolero 1. Bolero resmi Bolero yang dapat digunakan pada acara resmi, bolero ini sangat mudah dipadukan dengan gaun yang resmi, dapat padukan dengan warna yang senada atau warna yang kontras agar tetap memperlihatkan keindahan bolero

251

2. Bolero yang digunakan pada musim gugur atau musim dingin Biasanya jenis bolero yang seperti ini terbuat dari bahan flannel atau bahan tebal yang berbulu

3. Bolero dengan jenis maskulin atau trendi Bolero jenis ini seperti ini terbuat dari bahan levis atau bahkan ada yang terbuat dari bahan baju tentara. Cewek ataupun cowok dapat memakai bolero jenis ini 4. Bolero prom Bolero ini digunakan saat prom, dengan model nya yang elegan, terbuat dari bahan brokat atau dapat juga bahan yang transparan

5. Bolero etnik Bolero ini terbuat dari bahan atau kain kain tradisional, misalnya batik,kain tenun,rajut dan lain sebagaianya

252

5.3 kriteria dan Fungsi Bolero Kriteria bolero: 1. Jaket pendek, panjangnya di atas pinggang 2. Mempunyai garis curve (lengkung) dari tengah depan ke samping 3. Memakai hiasan bordir atau jumbai-jumbai (fringe)

253

4. Memakai lengan pendek atau panjang 5. Tanpa menggunakan kancing Fungsi bolero: Fungsi bolero adalah sebagai baju luaran (outer) pendek dan dikenakan dengan blus berkerah tinggi serta dipadu dengan rok bawah ataupun celana

5.4 Model Bolero Berikut beberapa model bolero :

254

5.5 Bentuk pola Bolero

5.6 Rancangan Bahan

255

Setelah pola selesai dibuat, langkah selanjutnya yaitu menrancang bahan. Tujuan dari merancang bahan yaitu : -

Untuk mengetahui banyak bahan yang dibutuhkan sesuai desain

busana yang akan dibuat. -

Untuk menghindari kekurangan dan kelebihan bahan.

-

Sebagai pedoman waktu menggunting agar tidak terjadi kesalahan.

-

Untuk mengetahui jumlah biaya yang diperlukan.

Sedangkan langkah dalam merancang bahan yaitu sebagai berikut : -

Buatlah semua bagian–bagian pola menurut desain dalam ukuran

skala. -

Setiap pola dilengkapi dengan tanda–tanda pola yaitu arah serat, tanda

lipatan bahan, kampuh dan sebagainya. -

Sediakan kertas yang lebarnya sama dengan lebar kain yang akan

digunakan dalam pembuatan pakaian tersebut seperti : kain dengan lebar 90 cm, 115 cm, atau kain dengan lebar 150 cm dalam ukuran skala yang sama dengan skala pola. -

Kertas pengganti kain dilipat dua menurut arah panjang serat, susun

dan tempelkan pola-pola tersebut di atas kertas pengganti kain sesuai dengan tanda–tanda pola seperti tanda arah benang, tanda lipatan kain dan sebagainya. -

Susunlah pola yang ukurannya paling besar, setelah itu baru menyusun

bagian–bagian pola yang lebih kecil dan terakhir menyusun pola yang kecil–kecil, cara ini bisa membuat kita bekerja lebih efisien dan lebih efektif. -

Jika semua pola telah diletakkan dan telah diberi tanda, ukurlah

panjang bahan yang terpakai, sehingga dapat ukuran kain yang dibutuhkan/berapa banyak kain yang terpakai. -

Hitung juga pelengkap yang dibutuhkan, seperti kain furing, ritsleting,

pita/renda, benang, kancing baju, kancing hak dan lain sebagainya (sesuai desain). -

Hitunglah berapa banyak uang yang diperlukan untuk membeli bahan

dan perlengkapan lainnya dalam pembuatan pakaian tersebut.

256

HANDOUT 2

Nama Sekolah

: SMK Negeri 8 Padang

Mata Pelajaran

: Pembuatan Busana Costume Made

Kelas/Semester

: XI/I

Kompetensi Dasar

: 3.2Menerapkan pembuatan bolero/rompi 4.2 Membuat bolero/rompi sesuai rancangan bahan

(lab sheet)Materi Pokok

I.

:Memotong Bahan

Indikator Pencapaian Kompetensi 3.2.1

Mengelompokkan alat dan bahan pembuatan bolero / rompi

3.2.2

Menjabarkan prosedur teknik pembuatan bolero / rompi

3.2.3

Menerapkan pembuatan bolero / rompi

4.2.1

Membuat pola besar bolero / rompi

4.2.2

Merencanakan pemotongan bahan bolero / rompi

4.2.3

Membuat bolero / rompi sesuai rancangan bahan (labsheet)

II. Tujuan: Melalui studiliteratur dan menggali informasi peserta didik dapat : a. Mengelompokkan apa saja alat dan bahan yang digunakan untuk membuat pola bolero/ rompi b. Menjabarkan prosedur teknik pembuatan bolero/ rompi c. Menerapkan pembuatan bolero/rompi sesuai teknik pembuatannya d. Membuat pola bolero/rompi sesuai jobsheet e. Memotong bahan bolero/rompi sesuai rancangan bahan

III. Materi Pembelajaran

257

MEMOTONG BAHAN A. Menyiapkan Tempat Kerja Tempat kerja merupakan bagian yang penting dalam suatu usaha, secara tidak langsung tempat kerja akan berpengaruh pada kesenangan, kenyamanan dan keselamatan dari para siswa/pekerja. Keadaan atau suasana yang menyenangkan (comfortable) dan aman (safe) akan menimbulkan gairah produktivitas kerja. Menyiapkan tempat kerja untuk memotong bahan berbeda dengan tempat kerja menjahit dengan tangan ataupun dengan mesin. Suatu tempat kerja yang diatur teliti dengan mengingat tertib kerja dan rasa keindahan, akan menyebabkan siswa/pekerja yang sedang melakukan kegiatan memotong bahan akan bekerja dengan perasaan senang. Tempat kerja yang dimaksud adalah yang ergonomik dengan kata lain tempat kerja yang sesuai dengan kebutuhan. Alat seperti meja potong, bahan/kain yang akan dipotong dan alat-alat potong lainnya yang diperlukan disusun sesuai dengan urutan proses kerja dalam menyelesaikan suatu potongan. Fasilitas yang harus disediakan adalah : 1.Ruang kerja untuk memotong bahan, 2.Almari tempat bahan dan tempat alat potong, 3.Tempat khusus untuk menyimpan bahan yang telah dipotong, dan 4.Tempat sampah/tempat sisa-sisa potongan Memotong bahan dengan menggunakan mesin potong membutuhkan tempat kerja yang

berbeda dengan memotong bahan menggunakan gunting biasa yang

dilakukan secara manual. Memotong bahan dengan gunting biasa tempat yang dibutuhkan cukup dengan menggunakan meja potong yang sederhana. Sedangkan untuk memotong bahan dengan mesin potong tempatnya disesuaikan dengan jenis dan besarnya mesin potong yang dipakai. Biasanya meja yang digunakan untuk memotong bahan pada produksi massal adalah: 1. Meja dengan ukuran yang lebih besar. Lebarnya minimal 1,5 m dan panjangya minimal 3 m sesuai dengan besar kecilnya kapasitas produksi, dan 2. Gunting khusus untuk konveksi empat potong untuk perorangan lebih sederhana dari pada untuk memotong secara massal. Meja potong untuk perorangan cukup dengan meja berukuran 2 m x 0,8 m. sekolah/workshop tempat bekerja untuk memotong bahan, lay outnya disesuaikan dengan jumlah siswa dan besar ruangan.

258

Jumlah siswa setiap kelas praktek berkisar antara 16 s.d 20 orang. Ukuran yang ideal untuk setiap siswa membutuhkan tempat seluas 4 s.d 5 meter bujur sangkar, karena setiap siswa membutuhkan satu meja dan satu mesin jahit serta satu loker untuk menyimpan alat-alat jahit dan alat lainnya. Semua alat haruslah tertata dengan rapi dan efisien begitu pula dengan alat-alat kecil harus tersedia dalam sebuah kotak Ruang kerja yang perlu diperhatikan adalah ruang kerja yang sesuai dengan kebutuhan, rapi dan menyenangkan sehingga tidak menimbulkan kebosanan. Untuk sebuah perusahaan konveksi yang mempunyai karyawan dalam jumlah banyak sangat diajurkan agar disediakan tempat istirahat atau tempat olahraga ringan di ruangan kerja tersebut. Tempat berbaring disebuah ruangan terpisah untuk pekerja yang ingin melemaskan otot punggung, selain dari itu juga kamar kecil dan kamar ganti atau kamar rias sekedarnya harus pula disediakan.Perlu juga disediakan sebuah kantin, mushala, dan tempat berobat.Dan yang sangat penting diperhatikan adalah kebersihan seluruh tempat kerja dan juga tempat lainnya sehingga karyawan merasa betah dan nyaman dalam melakukan aktifitas sehari-hari

B. Menyiapkan Bahan 1. Memilih bahan ahan atau tekstil mempunyai aneka ragam jenis dan sifatnya. Akibat proses pembuatan yang berlainan dan bahan mentah (asal bahan) serta zat pelarutnya yang berbeda, menyebabkan ciri-ciri dan sifat bahan bebeda pula, ada yang kaku, ada yang melansai, yang lembut, lemas,

berat, ringan, tebal, tipis,

transparan dan sebagainya. Untuk itu pembelian bahan atau tekstil harus dilakukan oleh seorang yang ahli dibidang tekstil. Pembelian kain yang sesuai dengan kebutuhan akan menghindarkan dari kelambatan dalam pemotongan. Pada waktu pembelian kain, spesifikasi mutu kain harus dinyatakan dengan jelas Di samping hal di atas, keserasian antara bahan dengan desain busana sangat perlu diperhatikan.Siluet pakaian menjadi pertimbangan sebelum kita memilih bahan, apakah sesuai untuk desain pakaian berkerut, berlipit atau mengembang. Caranya,

bahan

digantungkan

memanjang

dengan

dilipit-lipit

untuk

259

memperhatikan jatuhnya, begitu pula untuk memperhatikan kasar halusnya kita raba dan beratnya kita timang apakah syarat-syarat pada desain telah terpenuhi. Permukaan bahan (tekstur) ada empat karakter: a.Bila dilihat dari efek pantulan cahaya dari bahan misalnya berkilau atau kusam, b.Jika diraba terasa kasar atau halus, c.Kalau dipegang terasa berat, ringan, tipis dan kaku, dan d.Kesan pada penglihatan adalah mewah atau sederhana. Setiap tekstur mempunyai pengaruh terhadap penampilan suatu busana dan bentuk badan sipemakai, bahan yang berat atau tebal akan menambah bentuk. Bahan yang berkilau akan menambah besar dari pada bahan tenunan yang permukaan kusam, seperti bahan satin akan memperbesar bentuk badan dari pada bahan Cape. Maka dari itu kita perlu memilih bahan yang tepat ika suatu desain memerlukan efek mengembang, pilihlah bahan busana yang dapat membentuk gelembung dengan wajar.Sebaliknya bila suatu desain memperlihatkan kelembutan perhatikanlah jangan memakai bahan yang kaku. Bahan tekstil yang bercorak atau bermotif juga akan ikut berperan membentuk kesan tertentu pada busana atau sipemakainya. Penyesuaian karakter motif seperti garis-garis atau kotak – kotak akan memberikan kesan kaku. Maka dari itu desain mengarah kepada kesan sportif, begitu pula dengan bulatan maka lebih mengarah pada lengkung. Untuk itu dalam menyiapkan bahan perlu disesuaikan dengan desain, bentuk tubuh, usia, jenis pakaian serta kesempatan sipemakai. Dalam memotong bahan, masing masing jenis bahan memiliki cara pemotongan yang berbeda: 1. Bahan yang menyusut seperti bahan katun, santung dan sebagainya sebelum dilakukan pemotongan sebaiknya di rendam terlebih dahulu agar setelah di potong dan dicuci bahan tidak mengalami perubahan ukuran 2. Bahan yang licin sebaiknya di ratakan di atas meja dengan menyematkan pentul pada ujung atas kain atau gunakan pemberat agar bahan tidak bergeser, dan saat menggunting jangan diangkat karna bisa menyebabkan pinggiran tidak rata dan bergeser

260

3. Bahan yang bermotif perhatikan bentuk motifnya, apabila ada motif yang berukuran besar dan kecil, letakkan pola bagian badan pada motif yang besar 4. Bahan yang cepat bertiras, sebaiknya setelah di potong, pinggirannya di obras terlebih dahulu 5. Bahan motif berpola sebaiknya perhatikan bentuk pola nya dan letakkan pola nya dengan tepat agar motif nya menjadi satu kesatuan setelah terjahit 6. Bahan dengan motif pinggiran biasanya motifnya terletak pada bagian bawah busana, bagian bawah lengan atau diletakkan pada bagian tengah muka dan tengah belakang sesuai desain C. Proses Memotong 1. Tujuan pemotongan kain adalah untuk memisahkan bagian- bagian lapisan kain sesuai dengan pola pada rancangan bahan/marker.Hasil potongan kain yang baik adalah yang hasil potongannya bersih, pinggiran kain hasil potongan tidak saling menempel, tetapi terputus satu dengan yang lainnya. Kecuali bagian lipatan kain. Dalam proses memotong, ada hal yang perlu di perhatikan: a. Menyiapkan tempat dan alat-alat yang diperlukan Alat-alat yang diperlukan yaitu berupa meja potong dengan ukuruan sekitar 2m x 0,8m; gunting / alat potong; alat untuk memberi tanda seperti kapur jahit, rader, karbon jahit, pensil merah biru; dan alat bantu jarum pentul, centimetre b. Menyiapkan bahan Memilih bahan Keserasian antara bahan dengan desain perlu diperhatikan sebelum memilih bahan serta perlu diuji daya lansainya, apakah sesuai untuk model pakaian berkerut, lipit atau mengembang. Caranya, bahan digantungkan memanjang dengan dilipit-lipit untuk memperhatikan jatuhnya bahan, serta untuk memperhatikan kasar halusnya bahan bisa dengan diraba apakah syaratsyarat pada desain terpenuhi. Jika desain memerlukan efek mengembang sebaiknya pilih bahan yang dapat membentuk gelembung dengan wajar.Sebaliknya jika desain memperlihatkan tekstur lembut maka jangan memakai bahan yang kaku c. Memeriksa bahan Sebelum bahan dipotong atau digunting perlu dilakukan pemeriksaan bahan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: a. Kesesuaian bahan dengan desain,

261

b.Ukuran lebar kain agar bisa dibuat rancangan bahan, c.Pemeriksaan cacat kain seperti cacat bahan, cacat warna, ataupun cacat printing sehingga bisa ditandai dan dihindari saat menyusun pola, dan d. Apakah bahannya menyusut. Jika menyusut sebaiknya bahan direndam agar setelah dipakai dan dicuci ukuran baju tidak mengalami perubahan

2. Teknik menggunting a. Bahan dilipat dua di atas meja potong, perhatikan bagian baik dan buruk kain, meja harus rata, tidak boleh bergelembung atau berlubang b. perhatikan arah serat kain c. perhatikan lipatan kain, apabila ada pola yang harus diletakkan pada lipatan kain d. tanda arah serta kain pada pola menjadi panduan dalam meletakkan pola agar lurus. e. Gunakan bayangan cermin saat menngunting f. Pola-pola disusun dengan pedoman rancangan bahan dengan bantuan jarum pentul, g. Menggunting bahan. Jika menggunting dengan tangan kanan maka tangan kiri diletakkan di atas kain yang akan digunting, h. Bahan tidak boleh diangkat pada saat menggunting. Pola yang terlebih dahulu digunting adalah pola-pola yang besar seperti pola badan dan pola lengan.Setelah itu baru menggunting pola-pola yang kecil seperti kerah dan lapisan leher, i. Sebelum pola dilepaskan dari bahan, beri tanda-tanda pola dan batas-batas kampuh terlebih dahulu. Caranya dengan menggunakan kapur jahit, rader dan karbon jahit, pensil kapur dan sebagainya. Cara pemakaian rader yaitu jika

bahan baik keluar maka karbon dilipat dua dan bagian yang

memberikan efek bekas dibagian luar diletakkan diantara dua bahan atau bagian buruk bahan. Lalu dirader pada batas kampuh atau garis kupnat.Setelah itu baru pola dilepaskan dari kain

Hasil pemotongan yang baik, adalah pemotongan yang tepat pada tandatanda pola dan tidak terjadi perobahan bentuk. Hal ini akan memudahkan dalam menjahit dan menghasilkan

jahitan yang sesuai dengan

262

kebutuhan/ukuran. Alat potong/gunting yang digunakan adalah gunting yang tajam dan jangan dipakai gunting yang tumpul. Jangan dibiasakan menggunakan gunting kain untuk menggunting kertas atau pun yang lainnya, juga perlu dijaga gunting jangan sampai jatuh karena akan mengakibatkan pergeseran mata gunting sehingga terasa tumpul atau tidak dapat berfungsi lagi

263

HANDOUT 3

Nama Sekolah

: SMK Negeri 8 Padang

Mata Pelajaran

: Pembuatan Busana Costume Made

Kelas/Semester

: XI/I

Kompetensi Dasar

: 3.2Menerapkan pembuatan bolero/rompi 4.2 Membuat bolero/rompi sesuai rancangan bahan

(lab sheet)Materi Pokok

:teknik press dan vuring

IV. Indikator Pencapaian Kompetensi 3.2.1

Mengelompokkan alat dan bahan pembuatan bolero / rompi

3.2.2

Menjabarkan prosedur teknik pembuatan bolero / rompi

3.2.3

Menerapkan pembuatan bolero / rompi

4.2.1

Membuat pola besar bolero / rompi

4.2.2

Merencanakan pemotongan bahan bolero / rompi

4.2.3

Membuat bolero / rompi sesuai rancangan bahan (labsheet)

V. Tujuan: Melalui studiliteratur dan menggali informasi peserta didik dapat : f. Mengelompokkan apa saja alat dan bahan yang digunakan untuk membuat pola bolero/ rompi g. Menjabarkan prosedur teknik pembuatan bolero/ rompi h. Menerapkan pembuatan bolero/rompi sesuai teknik pembuatannya i. Membuat pola bolero/rompi sesuai jobsheet j. Memotong bahan bolero/rompi sesuai rancangan bahan

VI. Materi Pembelajaran

264

A. Teknik pengepressan pada pakaian Untuk mendapatkan sebuah produk pakaian yang berkualitias, baik dari segi proses

maupun

hasilnya

diperlukan

yang

namanya

tahap

pengrepressan.Pengepressan pada pakaian sendiri pada umumnya dapat dibagi kedalam dua tipe, yaitu pengepressan antara (under pressing) dan pengepressan akhir (toppressing). Pengepressan antara (under pressing) 1. pengepressan kampuh yaitu kampuh bahu dan kampuh sisi (setelah bahu dan sisi disambungkan 2. pengepressan lipit seperti lipit pantas dan lipit-lipit pakaian yang lainnya apabila ada 3. pengepressan lapisan (interlining) pada bagian tengah muka,depund,kerah dan sebagainya 4. pengepressan komponen pakaian seperti tutup saku, atau bagian-bagian lainnya sebelum dipasangkan pada pakaian.

Pengepressan Akhir Pengepressan akhir merupakan tahap pengepressan yang dilakukan setelah pakaian selesai dibuat. Pengepressan akhit dapat dikerjakan dengan alat setrika press.

B. Vuring 1. tujuan pemakaian vuring : a. Menutupi kampuh supaya tampak rapi b. Menahan bentuk pakaian supaya jatuhnya baik c. Menghindari tembus pandang dari bahan yang tipis d. Menghindari rasa kasar dan gatal dari bahan yang berbulu/kasar seperti wol e. Menyerap keringat dan memberi rasa sejuk f. Mengganti fungsi rok dalam g. Menimbulkan efek warna yang terang/gelap dari bahan utama yang warnanya kurang baik 2. memilih bahan vuring pemilihan bahan vuring hendaknya disesuaikan dengan bahan utama pakaian. Contoh bahan vuring yang sesuai dengan bahan utama pakaian :

265

Bahan vuring

Bahan utama

Batis

Katun, katun jepang

Satin

wol

Asahi

Bahan renda/brokat

Asahi

sutra

3. pembuatan pola vuring pola vuring sama dengan pola untuk bahan utama,tetapi untuk pola vuring dikurangi sesuai keinginan bentuk teknik jahitan vuringnya. Setelah itu di beri kampuh dan tanda garis pola.

4. cara menjahit vuring dua cara dapat dilaksanakan untuk menyelesaikan pakaian yang memakai vuring : Vuring lekat dan Vuring lepas a. Vuring lekat • satukan bahan utama dengan bahan vuring dan jahit menjadi satu • selesaikan/obras kampuh dengan benang yang sewarna dengan warna bahan atau diselesaikan dengan tusuk mesin biasa • vuring lekat biaanya digunakan untuk pakaian yang berbahan utama tembus terang. Warna vuring disesuaikan dengan warna bahan utama b. Vuring lepas • selesaikan jahitan/ kampuh bahan utama dan vuring secara terpisah. • Kampuh dibuka, rapikan dengan gunting kemudian di setrika • Pada bagian kampuh yang melengkung, beri “guntingan dalam” • Satukan bahan utama dan vuring, dengan bagian buruk berhadapan, untuk bahan yang tidak tembus pandang. • Untuk bahan tembus pandang bagian baik dari vuring diletakkan berhadapan dengan bagian buruk bahan utama • Vuring dan bahan utama blus melekat pada kerung lengan • Vuring dan bahan utama rok melekat pada bagian pinggang • Bagian dalam pakaian yang diselesaikan dengan vuring lepas kelihatan rapi. C. Bahan “pelapis”

266

Bahan pelapis adalah bahan yang digunakan untu mengeraskan/membentuk bagian pakaian, seperti kerah, manset, bekahan, klep saku, dan kelim blus rok dan celana. Dikenal dua macam “bahan pelapis” : 1. Vliselin adalah bahan pelapis yang dibuat dari bahan yang dimampat dan dilapisi perekat. Vliselin ada yang sangat tipis dan halus,tipis,sertatebal yang tersedia dalam berbagai warna. 2. Trubines/biasa disebut kain keras adalah bahan pelapis yang dibuat dari tenunan kapas yang dilapisi perekat. Cara pengepressan bahan pelapis yaitu : a. bahan pelapis disatukan dengan buruk kain bahan utama dengan bagian perekat bahan pelapisnya. Dengan cara pengerjaan disetrika. b. Pada saat penyetrikaan, pastikan menyetrika di sisi yang benar ke kain. Jika menyetrika di sisi yang salah, perekat pada bahan pelapis malah akan menempel pada setrika. c. Tekan secara perlahan dan pastikan semua bagian terkena gosokan setrika. d. pastikan semua sudah di setrika dengan benar dan tanpa ada kesalahan fatal. Seperti salah menempatkan bahan pelapis yang bagian perekatnya di tempelkan pada bagian baik kain. yang perlu diperhatikan agar mendapatkan hasil karya yang baik Sebelum bekerja a. Cucilah tangan sebelum memulai pekerjaan b. Pelihara kebersihan ruang dan alat kerja c. Sediakan semua peralatan yang diperlukan secara efisien Pada saat bekerja d. Bekerjalah dengan tekun dan penuh konsentrasi e. Buanglah perca dan kertas yang tidak diperlukan pada tempatnya jangan dilemparkan kelantai.

Cara menyetrika kampuh a. Setrikalah setiap kampuh pada setiap saat kampuh selesai dijahit dengan memampatnya diatas sepotong kain yang lembab b. Usahakan agar kampuh dibuat sepipih mungkin. Bukalah kampuh terbuka c. Arahkan gerakan setrika sesuai dengan arah benang lungsin

267

d. Kampuh garis princess disetrika dengan cara dimampat dari atas kea rah titik dada, dan dari bawah juga kearah titik dada.

cara menjahit bahan halus/tipis : Agar jahitan tidak berkerut, gunakan jarum dan benang yang kecil/halus, dan selipkan kertas Koran dibawah kain yang akan dijahit. Kertas Koran ini akan dilepas sesudah kampuh dijahit.

cara mengesum kelim a. Selesaikan kelim secara bertahap, setiap 5 cm tusuk kelim dimatikan dan mulai lagi dengan benang yang baru, demikian seterusnya sampai selesai, hal ini dilakukan agar kelim tidak mudah lepas, ketika di cuci dan setrika. b. sikap pada saat bekerja c. Letakkan pakaian yang sedang dijahit diatas meja kerja ketika menjahit dengan tangan(memasang kancing,mengelim dsb). Duduklah dengan punggung yang tegak lurus dan jangan jahitan diletakkan di pangkuan d. Buatlah tertib kerja sesudah selesai bekerja Perhatikan waktu yang telah digunakan selama bekerja dan catatlah jumlah waktu yang diperlukan, untuk setiap langkah/proses pekerjaan. Hal ini penting karna agar kecepatan dan ketepatan waktu dalam bekerja dapat terus meningkat.

268

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 8 PADANG Jalan Padang-Indarung, Cengkeh Lubuk Begalung Padang .Telp/Fax (0751)71815 Laman :www.smk8-padang.sch.id E-mail : [email protected]

HANDOUT PEMBUATAN BUSANA COSTUME MADE (JAS)

Nama Sekolah

: SMK Negeri 8 Padang

Mata Pelajaran

: Pembuatan Busana Costume Made

Kelas/Semester

: XI/I

Kompetensi Dasar

: 3.3Menganalisis rancangan bahan (labsheet) jas (jacket) 4.3

Membuat rancangan bahan (labsheet) jas

(jacket) (lab sheet)Materi Pokok

:Blazer

VII. Indikator Pencapaian Kompetensi 3.1.1

Mendiskripsikan sejarah jas (jacket)

3.1.2

Mendiskripsikan pengertian jas (jacket)

3.1.3

Mengelompokkan macam-macam jas (jacket)

3.1.4

Menganalisis rancangan bahan (labsheet) jas (jacket)

269

4.1.1

Merencanakan pembuatan pola dan pecah pola jas (jacket)

4.1.2

Menentukan jenis bahan jas (jacket)

4.1.3

Membuat rancangan bahan (labsheet) jas (jacket)

VIII. Tujuan: Melalui studiliteratur dan menggali informasi peserta didik dapat : k. Mengetahui sejarah jas (jacket) dan pengertian jas (jacket) l. Mengetahui apa saja macam macam jas (jacket) m. Mengetahui apa saja fungsi dari jas (jacket) n. Mengetahui bahan yang dipakai untuk membuat jas (jacket) o. Mengetahui pembuatan rancangan bahan jas (jacket) p. Dapat membuat pola dan pecah pola jas (jacket)

IX. Materi Pembelajaran A. JAS Setelan jas adalah seperangkat pakaian yang terbuat dari kain yang sama, biasanya terdiri dari setidaknya satu jaket dan celana panjang. Blazer adalah jaket yang mirip dengan jas setelan, tapi kadang kantung dengan potongan tanpa tutup dan kancing logam. Setelan jas secara tradisional dipakai dengan kemeja dan dasi, diikuti oleh mantel pinggang yang terdiri dari setelan tiga potong dan jaket. Blazer biasanya lebih santai dan bisa dicocokkan dengan celana dan / atau jins yang kontras. Setelan lebih formal, sementara blazer digunakan untuk keperluan informal. Saat berdandan untuk suatu kesempatan, seperti pesta pernikahan, lebih baik untuk mengetahui gaya berpakaian yang tepat untuk acara ini. Bagi pria, pilihan juga termasuk setelan jas dan blazer. Namun, tergantung pada acara tersebut, setelan jas dan blazer adalah dua istilah berbeda yang mengacu pada dua gaya pakaian yang berbeda. Kata suit berasal dari kata bahasa Prancis suite, yang berarti “mengikuti” atau kata kerja kata kerja Latin sequor, yang berarti “saya ikuti”. Kata-kata ini digunakan untuk setelan jas, sebagai bagian yang berbeda dari setelan jas mengikuti tekstur pakaian dan warna. Saat ini, jas paling sering dipakai untuk acara dasi hitam, pernikahan dan pertemuan. Setelan terdiri dari dua potong dari tiga potong; Dua potong termasuk mantel dan celana panjang, sementara tiga potong juga termasuk mantel pinggang.

270

Sebelumnya, jas disesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan perlengkapan orang itu, namun setelah Revolusi Industri, kebanyakan pakaian diproduksi massal dan hanya memerlukan sedikit perubahan oleh penjahit. Setelan saat ini dijual dalam tiga cara, dipesan lebih dahulu, dibuat untuk diukur dan siap pakai. Dipesan lebih dahulu adalah setelan yang dibuat dari nol oleh penjahit, memberikan kecocokan yang tepat dan memungkinkan pilihan kain pada pelanggan. Dibuat untuk diukur memiliki pola pra-buat yang dimodifikasi agar sesuai dengan pelanggan. Baju yang siap pakai sudah tersedia untuk dibeli dan dipakai, namun mungkin memerlukan beberapa penyesuaian untuk celana. Setelan secara tradisional dipakai dengan kemeja dan dasi, diikuti oleh mantel pinggang yang terdiri dari setelan tiga potong dan jaket. Kain dan warna setelan juga bisa berbeda sesuai dengan acara tersebut. Jaket ditawarkan dalam pola single breasted atau double-breasted; Jaket single breasted memiliki tumpang tindih yang sempit saat diikat, sementara jaket double breasted memiliki lipatan lebar yang tumpang tindih saat diikat. Bagi wanita, jas didesain berbeda; jaketnya lebih kecil dan biasanya single breasted dan dipasangkan dengan rok, celana dalam, dan atasan. B. BLAZER Blazer biasanya lebih santai digunakan, dibandingkan dengan jas yang untuk keperluan formal. Blazer hanya jas setelan dan bisa dicocokkan dengan celana dan / atau jeans yang kontras. Blazer lebih berat dibandingkan dengan jas setelan, karena mereka dimaksudkan sebagai jaket luar ruangan. Blazer pada awalnya digunakan sebagai bagian dari pakaian seragam untuk sekolah, maskapai penerbangan dan kapal pesiar; Tapi sekarang diasosiasikan dengan gaya. Blazer paling sering digunakan oleh klub berperahu, seperti Oxford dan Cambridge. Istilah ‘blazer’ juga dikabarkan berasal dari jaket merah yang dikenakan oleh St. John’s College, Cambridge’s Lady Margaret Boat Club. Jaket merah itu disebut karena warna merah cerah, dan mempertahankan mantel merah. Blazer bisa dipasangkan dengan kemeja dan dasi ke polo shirt leher terbuka. Banyak musisi bahkan memakai blazer tanpa baju. Blazer bisa dilapisi single breasted atau double breasted tergantung gaya, memiliki kancing gaya angkatan laut dan dua kantong olahraga. Blazer di AS dan Inggris dianggap sebagai pakaian bisnis dan pakaian informal bisnis. Jaket blazer tidak perlu mencocokkan garmen atau warna celananya. Celananya bisa lebih gelap atau lebih terang warnanya dibandingkan

271

dengan jaket dan blazer bahkan bisa dipasangkan dengan jeans. Untuk wanita, desain blazer sama, meski pengepasannya berbeda. Perbedaan terbesar antara keduanya adalah penggunaan, atau saat dimana pakaian bisa dipakai. Sementara setelan jas paling sering dikenakan pada acara-acara resmi seperti acara pernikahan, fungsi dan pertemuan bisnis, blazer lebih banyak dikenakan pada acara santai informal atau bisnis. Setelan jas biasanya dipasangkan dengan kemeja dan dasi, sedangkan blazer bisa dipasangkan dengan kemeja atau t-shirt pololeher. Setelan termasuk celana yang terbuat dari bahan yang sama, namun blazer memiliki pilihan untuk dipasangkan dengan jenis celana apapun tergantung masingmasing orang. Blazer lebih berat dan lebih berkancing dibanding jaket jas. C. PERBEDAAN JAS DAN BLAZER 1. Perbedaan Bahan Jas dan Blazer Karena fungsinya untuk acara formal, tentu saja jas memiliki bahan yang lebih tebal dan kaku. Hal ini juga mengapa jas lebih mahal dibandingkan dengan blazer. Fungsi blazer adalah untuk memberikan kesan semi-formal yang sedikit playful. Hal ini membuat bahan yang digunakan untuk blazer juga lebih fleksibel dan lentur. Untuk mudahnya, kamu juga bisa membedakan kedua jenis ini dari warna. Jas biasanya tidak memiliki warna-warna yang terlalu beragam. Hitam dan putih adalah warna jas yang paling umum. Selain itu mungkin beberapa orang suka memakai jas berwarna biru atau merah. Sebaliknya, blazer lebih seru dalam permainan warna. Bahkan ada warna kuning, pink dan hijau. Kamu bisa memadankannya dengan banyak jenis pakaian dalam berbagai warna. 2. Dapat Dilihat Dari Jahitannya Jas yang dibuat secara serius biasanya sangat unik dalam hal jahitan. Mengapa? Jas biasanya dibuat oleh penjahit sendiri sesuai dengan pesanan pelanggan. Jas hampir tidak pernah diproduksi dalam jumlah masal pada toko-toko pakaian. Bahan jas yang kaku membuatnya sulit untuk beradaptasi dengan semua bentuk tubuh jika diterapkan ukuran S, M, L dan XL.

Sangat bertolak belakang dengan blazer yang produksinya masif dan bisa kamu temui di toko-toko pakaian mana saja. Mesin jahit yang digunakan untuk blazer juga menis jahit industri. Hal ini yang biasa membuat blazer terlihat lebih

272

seragam dari pada jas. Kamu juga bisa memperhatikannya secara detil dengan melihat kualitas jahitan dan potongan model. 3. Pada Lengan Jas Pasti Memiliki Kancing Sudah menjadi standar internasional bahwa lengan jas pasti memiliki kancing pada bagian cuff-nya. Jadi ketika kamu memakainya dalam satu stel lengkap, kamu akan menemukan kancing jas bertemu dengan kancing cuff kemeja. Tetapi hal yang sama tidak berlaku untuk blazer. Tidak ada keharusan pemakaian kancing pada area lengan untuk blazer. Karena tujuannya juga untuk santai, blazer memiliki desain yang cukup minimalis. 4. Jas Tampak Lebih Pantas Dan Sopan Bila dipertanyakan mana model yang lebih pantas untuk dipakai ke acara formal dan elegan? Tentu saja jawabanya jas. Meskipun jas seakan membawa image dewasa, ini tetap menjadi pilihan pertama ketika seseorang ingin menghadiri acara formal. Kepopuleran blazer sedikit bertambah karena anak muda mulai menyukai tampilan semi-formal. Budaya memakai jas juga sedikit bergeser karena banyak yang tidak mengerti perbedaan jas dan blazer.

D. MACAM-MACAM DESAIN BLAZER/JAS WANITA Ada beberapa macam jenis desain blazer / jas wanita Menurut pemakaiannya blazer/jas diantaranya adalah: 1. Model deux pieces adalah istilah bahasa Prancis yang artinya dua potong busana

Contoh desain busana kerja model Deux Pieces 2. Model three pieces mempunyai pengertian 3 potong busana

273

Contoh desain busana kerja model Teoix Pieces 3. Singgle Breastet Blazer adalah model blazer yang bagian depanmenutup bagian kiri dengan satu baris kancing

4. Double Breasted adalah model blazer yang mempunyai penutup dengan

model kancing dua baris. E. FUNGSI JAS/BLAZER Fungsi jas adalah pakaian yang dipakai untuk menghadiri acara resmi atau formal. Seperti acara penyambutan,kenegaraan atau upacara Sedangkan fungsi blazer lebih santai, dapat digunakan untuk bekerja yang sifatnya tidak fomal/resmi ataupun menghadiri pesta F. BAHAN YANG DIPAKAI Jenis bahan yang dipilih sebaiknya bahan yang nyaman di pakai, seperti bahan yang mudah menyerap keringat, tidak mudah kusut dan mudah pemeliharaannya, diantaranya yaitu bahan gabardine, drill, wol, dan sebagainya, Bahan penunjang jas dan blazer adalah bahan pelapis yang digunakan full seluruh badan kecuali bagian lengan, bahan pelapis yang digunakan biasanya kufner dan sejenisnya, serta bahan vuring yang digunakan seluruh bagian sampai lengan untuk jas, sedangkan blazer pada bagian lengan bisa tidak menggunakan vuring. G. BAGIAN BAGIAN JAS/BLAZER

274

1. Kerah Kerah yang digunakan adalah kerah jas, panjang kerah ada yang sampai batas pinggang maupun hanya sebatas dada sesuai desin 2. Saku Saku yang digunakan adalah saku paspoal dan klep. Letak saku di bawah pinggang sedikit dua saku kiri dan kanan

3. Lengan Lengan yang digunakan berupa lengan jas, lengan reglan, lengan suai ataupun variasi variasi lengan lainnya.

4. Garis hias Garis hias berupa garis princess, garis princess potongan kupnat ke pertengahan kerung lengan maupun garis princess yang potongan kupnat ke pertengahan garis bahu. 5. Hiasan

275

Hiasan yang terdapat pada jas/balzer dapat berupa pita, renda, bisband, tindisan jahitan, kancing H. UKURAN YANG DI PAKAI 1.

Lingkar badan

2.

Lingkar pinggang

3.

Lingkar pinggul

4.

Lebar muka

5.

Panjang muka

6.

Tinggi dada

7.

Panjang punggung

8.

Lebar punggung

I. MENGAMBIL UKURAN No 1

Ukuran Lingkar badan

Cara mengukur diukur melingkari payudara melalui ketiak terus ke belakang , punggung diambil pertemuan meterannya ditambah 4 s/d 6 cm

2

Lingkar punggung

diukur pada bagian badan terkecil yaitu punggung yang diikat dengan peter ban dan diambil pertemuan meterannya

3

Lingkar pinggul

Diukur melingkari pinggul , diberi kelonggaran empat jari , kemudian ukur dari pinggang sampai batas lingkaran pinggul , untuk menentukan tinggi pinggul .

4

Lebar muka

diukur melebar di bagian dada dari garis lengan kanan sampai garis lengan kiri

5

Panjang muka

diukur dari lekuk leher sampai dengan garis pinggang

6

Tinggi dada

diukur dari garis pinggang ke puncak dada

7

Jarak dada

diukur dari puncak dada kiri ke puncak dada kanan

8

Lebar bahu

diukur dari leher ke sendi bahu .

9

Panjang pinggung

diukur dari ruas tulang leher yang menonjol di punggung teratas sampai dengan garis pinggang .

10

Lebar punggung

diukur melebar dari garis lengan kiri ke garis lengan kanan

11

Lingkar

kerung diukur sekeliling lubang lengan dengan member

276

lengan

kelonggaran dua jari .

12

Lingkar lengan

diukur sekeliling pergelangan lengan

13

Panjang lengan  Lengan pendek

diukur dari ujung bahu sampai dua centi di atas siku

 Lengan panjang diukur dari ujung bahu sampai dua centi di bawah Lingkar

sendi

pergelangan tangan 14

pergelangan tangan

Diukur melingkari pergelangan tangan

J. CONTOH MODEL BLAZER

277

278

K. CONTOH POLA JAS/BLAZER

279

280

281

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 8 PADANG Jalan Padang-Indarung, Cengkeh Lubuk Begalung Padang .Telp/Fax (0751)71815 Laman :www.smk8-padang.sch.id E-mail : [email protected]

HANDOUT PEMBUATAN BUSANA COSTUME MADE (BUSANA PESTA)

Nama Sekolah

: SMK Negeri 8 Padang

Mata Pelajaran

: Pembuatan Busana Costume Made

Kelas/Semester

: XI/I

Kompetensi Dasar

: 3.5 menganalisis rancangan bahan (lab sheet) gaun (busana pesta) 4.5 membuat rancangan bahan (lab sheet) gaun (busana pesta)

(lab sheet)Materi Pokok

:busana pesta

A. Indikator Pencapaian Kompetensi 3.5.1

Mendiskripsikan pengertian gaun (busana pesta)

3.5.2

Mengelompokkan macam-macam gaun (busana pesta)

3.5.3

Menganalisis rancangan bahan (labsheet) gaun (busana pesta)

4.5.1

Merencanakan pembuatan pola dan pecah pola gaun (busana pesta)

282

4.5.2 4.5.3

Menentukan jenis bahan gaun (busana pesta) Membuat rancangan bahan (labsheet) gaun (busana pesta)

B. Tujuan: Melalui studiliteratur dan menggali informasi peserta didik dapat : a. Menyebutkan pengertian gaun (busana pesta) b. Menjelaskan macam-macam gaun (busana pesta) c. Mengetahui cara membuat rancangan bahan gaun(busana pesta) d. Membuat pola gaun (busana pesta) sesuai desain yang dibuat e. Mengetahui procedure membuat rancangan bahan gaun (busana pesta) f. Dapat membuat rancangan bahan sesuai model desain

C. Materi Pembelajaran A. Gaun Pesta Pengertian gaun adalah sepotong pakaian yang mempunyai bagian badan atas (bodice) dan bagian bawah badan (skirt) yang disatukan garis pinggangnya. Gaun disebut juga bebe terusan. Bentuk gaun ditetapkan oleh tingkatan lebar pada pundaknya,pinggang,serta garis penyelesaian pada kelimnya. Gaun (dresses bisa dirancang pas (fitted),setengah pas (semi fitted),tidak pas/ longgar (unfitted) atau kombinasi ketiganya. Busana pesta adalah busana yang digunakan pada kesempatan pesta, dimana busana tersebut dibagi menurut waktunya yaitu pagi, siang, malam (Prapti Karomah dan Sicilia S, 1998:8-9). Menurut Enny Zuhny Khayati (1998) busana pesta malam adalah busana yang dipakai pada kesempatan pesta dari waktu matahari terbenam sampai waktu berangkat tidur, baik yang bersifat resmi maupun tidak resmi. Menurut Sri Widarwati (1993:70) busana pesta adalah busana yang dibuat dari bahan yang bagus dan hiasan yang menarik sehingga kelihatan istimewa. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan busana pesta adalah busana yang dikenakan untuk kesempatan pesta dan dibuat lebih istimewa dari busana lainnya, baik dalam hal bahan, desain, hiasan, maupun teknik jahitannya. D. Penggolongan Busana Pesta Menurut Enny Zuhny Khayati (1998) dan Sri Widarwati (1993) busana pesta dikelompokkan menjadi:

283

1. Busana Pesta Pagi Busana pesta pagi atau siang adalah busana yang dikenakan pada kesempatan pesta antara pukul 09.00-15.00. Busana pesta ini terbuat dari bahan yang bersifat halus, lembut, menyerap keringat dan tidak berkilau, sedangkan pemilihan warna sebaiknya dipilih warna yang lembut tidak terlalu gelap. 2. Busana Pesta Sore Busana pesta sore adalah busana yang dikenakan pada kesempatan sore menjelang malam. Pemilihan bahan sebaiknya bertekstur agak lembut dengan warna bahan yang cerah atau warna yang agak gelap dan tidak mencolok. 3. Busana Pesta Malam Busana pesta malam adalah busana yang dikenakan pada kesempatan pesta malam hari. Pemilihan bahan yaitu yang bertekstur lebih halus dan lembut. Mode busana kelihatan mewah atau berkesan glamour. Warna yang digunakan lebih mencolok, baik mode ataupun hiasannya lebih mewah. 4. Busana Pesta Malam Resmi Busana pesta malam resmi adalah busana yang dikenakan pada saat resmi, mode masih sederhana, biasanya berlengan tertutup sehingga kelihatan rapi dan sopan tetapi tetap terlihat mewah. 5. Busana Pesta Malam Gala Busana pesta malam gala adalah busana pesta yang dipakai pada malam hari untuk kesempatan pesta, dengan ciri-ciri mode terbuka, glamour, mewah. Misalnya : Backlees (punggung terbuka), busty look (dada terbuka), decolette look (leher terbuka) dan lain-lain. E. Karakteristik Busana Pesta Untuk menghasilkan sebuah busana pesta yang bagus dan bermutu tinggi perlu mempertimbangkan karakteristik dari busana pesta tersebut. Karakteristik busana pesta antara lain : 1. Siluet Busana Pesta Menurut Sri Widarwati (1993) siluet busana pesta adalah struktur pada desain busana yang mutlak harus dibuat dalam suatu desain. Siluet adalah garis luar (bayangan) suatu busana (Sicilia Sawitri, 1994:57). Penggolongan siluet dibagi beberapa macam : a. Bentuk Dasar Penggolongan siluet menurut bentuk dasar dibedakan menjadi 3, yaitu:

284

1)

Siluet lurus atau pipa (straigh/tabular)

2)

Siluet lonceng (bell-shape/bouffant shilouette)

3)

Siluet menonjol (bustle shilouette)

b. Pengaruh Tekstur Siluet berdasarkan pengaruh tekstur dibedakan menjadi 2 yaitu siluet tailor dan siluet draperi. c. Kesan Usia Berdasarkan kesan usia, siluet dibedakan menjadi 2 yaitu siluet dengan kesan gadis remaja (flapper shilouette) dan siluet dengan kesan dewasa (mature shilouette) d. Bermacam Huruf Berdasarkan bentuk huruf siluet dibedakan menjadi siluet A, H, I, T, Y, S, X, O, dan L. F. Bahan Busana Pesta Bahan yang digunakan untuk busana pesta biasanya dipilih bahan-bahan yang berkualitas tinggi dan mampu menimbulkan kesan mewah. Bahan-bahan tersebut antara lain bahan yang tembus terang seperti bahan brokat, tile, organdi, sifon dan lain – lain (Enny Zuhni Khayati, 1998:2). Sedangkan menurut Sri Widarwati (1993) bahan yang digunakan untuk busana pesta antara lain beledu, kain renda, lame, sutera, dan sebagainya.Busana pesta yang digunakan pada umumnya adalah bahan yang berkilau, bahan tembus terang, mewah dan mahal setelah dibuat. Menurut Enny Zuhni Khayati (1998:9) ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan busana yaitu : 1. Memilih bahan sesuai dengan desain. 2. Memilih bahan sesuai dengan kondisi si pemakai. 3. Memilih bahan sesuai dengan kesempatan. 4. Memilih bahan sesuai dengan keuangan keluarga Contoh Bahannya

285

Gambar 1. Contoh bahan Satin Bridal

Gambar 2. Contoh bahan maxmara

286 Gambar 3. Contoh bahan satin velvet

Gambar 4. Contoh bahan tafeta

Gambar 5. Contoh bahan organza dan organdi

Gambar 6. Contoh bahan tile borkat

G. Warna Busana Pesta Warna yang digunakan dalam pembuatan busana pesta biasanya kelihatan mewah dan gemerlap, untuk busana pesta malam biasanya menggunakan warna-

287

warna mencolok/cerah, warna-warna yang lembut, seperti ungu, biru muda, dan putih serta warna-warna tua/gelap, seperti merah menyala dan biru gelap (Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri, 1998). Sedangkan menurut Sri Widarwati (1993) pemilihan warna busana pesta berbeda, harus disesuaikan dengan kesempatan pestanya. Pada umumnya warna yang digunakan untuk busana pesta malam adalah yang mengandung unsur merah, hitam, keemasan, perak, atau warna-warna yang mengkilap. H. Tekstur Bahan Busana Pesta Tekstur adalah sifat permukaan dari suatu benda yang dapat dilihat dan dirasakan. Sifat-sifat permukaan tersebut antara lain: kaku, lembut, kasar, halus, tebal, tipis, dan tembus terang (transparan), (Sri Widarwati, 1993 : 14). Tekstur terdiri dari bermacam-macam yaitu tekstur kaku, tekstur kasar dan halus, tekstur lemas, tekstur tembus terang, tekstur mengkilap dan kusam (Arifah A Riyanto, 2003 : 47). Menurut Enny Zuhni Khayati (1998) tekstur bahan untuk busana pesta biasanya lembut, licin, mengkilap/kusam, tidak kaku dan tidak tebal dan juga memberikan kesan nyaman pada waktu dikenakan I. Pola Busana Pola busana merupakan suatu potongan kain atau kertas, yang dipakai sebagai contoh untuk membuat baju/busana ketika bahan digunting (Porrie Muliawan, 1992). Menurut Widjiningsih (1994:1) pola terdiri dari beberapa bagian, yaitu pola badan (blus), lengan, kerah, rok, kulot dan celana yang masih dapat diubah sesuai mode yang dikehendaki. Adapun langkah pembuatan pola adalah sebagai berikut: 1. Mengambil Ukuran Untuk memperoleh pola busana yang pas dan cocok dengan model memerlukan ukuran bagian tubuh model secara tepat dan akurat. Setiap sistem atau metode pembuatan pola kontruksi memiliki jenis kebutuhan tentang ukuran yang berbeda-beda. Sebelum melakukan pengukuran, model yang hendak diambil ukurannya harus menggunakan peter ban dan diikatkan pada bagianbagian tubuh tertentu hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil ukuran yang akuran selain itu atribut busana yang menjadikan tubuh lebih besar harus dilepas. Ukuran yang diperlukan dalam pembuatan busana pesta malam adalah sebagai berikut: a.

Lingkar Leher (L.L.) : Diukur sekeliling batas leher, dengan meletakkan jari telunjuk di lekuk leher.

288

b.

Lingkar Badan (L.B.) : Diukur sekeliling badan atas yang terbesar, melalui puncak dada, ketiak, letak sentimeter pada badan belakang harus datar dari ketiak sampai ketiak. Diukur pas dahulu, kemudian ditambah 4 cm, atau diselakan 4 jari.

c. Lingkar Pinggang (L.PL) : Diukur pas sekeliling pinggang. d. Lingkar Pinggang (LP) : Diukur sekeliling pinggang, pas dahulu, kemudian ditambah 1 cm, atau diselakan 1 jari. Untuk pinggang ban rok dan slack. Boleh dikurangi 1 cm. e. Lingkar Panggul (L.Pa.) : Diukur sekeliling badan bawah yang terbesar, ditambah 2 cm sebelah atas puncak pantat dengan sentimeter datar. Diukur pas dahulu, kemudian ditambah 4 cm atau diselakan 4 jari. f. Tinggi Panggul (T.Pa) : Diukur dari bawah ban petar pinggang sampai di bawah ban sentimeter di panggul. g. Panjang Punggung : Diukur dari tulang leher yang menonjol di tengah belakang lurus ke bawah sampai di bawah ban petar pinggang. h. Lebar Punggung : Diukur 9 cm di bawah tulang leher yang menonjol atau pertengahan jarak bahu terendah dan ketiak dari batas lengan kiri sampai batas lengan yang kanan. i. Panjang Sisi (P.S.) : Diukur dari batas ketiak ke bawah ban petar pinggang di kurangi 2 a 3 cm.

j. Lebar Muka (L.M.) : Diukur pada 5 cm di bawah lekuk leher atau pertengahan jarak bahu terendah dan ketiak dari batas lengan yang kanan sampai batas lengan yang kiri. k. Panjang Muka (P.M.) : Diukur dari lekuk di tengah muka ke bawah sampai di bawah ban petar pinggang. l. Tinggi Dada(T.D.) : Diukur dari bawah ban petar pinggang tegak lurus ke atas sampai di puncak buah dada. m. PanjangBahu(P.B.) : Diukur pada jurusan di belakang daun telinga dari batas leher ke puncak lengan, atau bahu yang terendah.

289

n. Lebar Dada (L.D.) : Diukur jarak dari kedua puncak buah dada. Ukuran ini tergantung dari (B.H.) buste-haouder atau kutang pendek yang dipakai. Ukuran ini tidak dipakai untuk konstruksi pola, hanya untuk ukuran pemeriksa. o. Panjang Lengan Blus (P.L.B.) : Diukur dari puncak lengan terus ke bawah lengan sampai melampaui tulang pergelangan lengan yang menonjol. p. Lingkar Lubang Lengan (L.L.L.) : Diukur sekeliling lubang lengan, pas dahulu ditambah 2 cm untuk lubang lengan tanpa lengan, dan ditambah 4 cm untuk lubang lengan yang akan dipasangkan lengan. q. Ukuran Uji (U.U.) : Diukur dari tengah muka di bawah ban petar serong melalui puncak buah dada ke puncak lengan terus serong ke belakang sampai di tengah belakang pada bawah petar ban. r. PanjangRok : Diukur dari batas pinggang sampai batas yang diinginkan.

J. Metode Membuat Pola Pola adalah langkah awal dalam proses pembuatan busana. Pola ada beberapa jenis yaitu pola jadi dan pola yang dibuat langsung. Pola jadi adalah pola yang sudah ada di pasaran seperti majalah atau tabloid. Jenis pola yang sudah jadi yaitu, pola standar, pola rader, pola amplop, pola cetak, pola diagram. Selain pola yang sudah ada, cara untuk mendapatkan pola dengan membuatnya sendiri. Metode pembuatan busana terdiri dari dua macam yaitu : 1. Drapping Drapping adalah cara membuat pola atau busana dengan meletakkan kertas tela sedemikian rupa di atas badan seseorang yang akan dibuatkan busananya mulai dari tengah muka menuju ke sisi dengan bantuan jarum pentul (Widjiningsih, 1990 :1).

Untuk memperoleh bentuk yang sesuai dengan bentuk badan diberikan lipit pantas (kupnaad). Metode Drapping ini hanya dapat dikerjakan untuk orang lain dan banyak dilakukan sebelum konstruksi pola berkembang.

290

Gambar 7. Drapping

2. Kontruksi Pola Konstruksi pola adalah pola yang dibuat berdasarkan ukuran yang dari bagianbagian yang diperhitungkan secara matematis dan gambar pada kertas sehingga tergambar bentuk badan muka dan belakang, rok dan lain-lain (Widjiningsih, 1994:3). Dengan konstruksi pola ini dapat dibuat bermacam-macam busana. Menurut Porrie Muliawan (1992:7) untuk memperoleh konstruksi pola yang baik harus menguasai hal-hal sebagai berikut: a. Cara mengambil macam-macam jenis ukuran harus tepat dan cermat. b. Cara menggambar bentuk tertentu seperti garis leher, garis lubang lengan harus lancar dan tidak ada keganjilan c. Perhitungan pecahan dari ukuran yang ada dalam konstruksi harus dikuasai. K. Rancangan Bahan Setelah pola selesai dibuat, langkah selanjutnya yaitu menrancang bahan. Tujuan dari merancang bahan yaitu : -

Untuk mengetahui banyak bahan yang dibutuhkan sesuai desain busana yang

akan dibuat. -

Untuk menghindari kekurangan dan kelebihan bahan.

291

-

Sebagai pedoman waktu menggunting agar tidak terjadi kesalahan.

-

Untuk mengetahui jumlah biaya yang diperlukan.

Sedangkan langkah dalam merancang bahan yaitu sebagai berikut : -

Buatlah semua bagian–bagian pola menurut desain dalam ukuran skala.

-

Setiap pola dilengkapi dengan tanda–tanda pola yaitu arah serat, tanda lipatan

bahan, kampuh dan sebagainya. -

Sediakan kertas yang lebarnya sama dengan lebar kain yang akan digunakan

dalam pembuatan pakaian tersebut seperti : kain dengan lebar 90 cm, 115 cm, atau kain dengan lebar 150 cm dalam ukuran skala yang sama dengan skala pola. -

Kertas pengganti kain dilipat dua menurut arah panjang serat, susun dan

tempelkan pola-pola tersebut di atas kertas pengganti kain sesuai dengan tanda–tanda pola seperti tanda arah benang, tanda lipatan kain dan sebagainya. -

Susunlah pola yang ukurannya paling besar, setelah itu baru menyusun

bagian–bagian pola yang lebih kecil dan terakhir menyusun pola yang kecil–kecil, cara ini bisa membuat kita bekerja lebih efisien dan lebih efektif. -

Jika semua pola telah diletakkan dan telah diberi tanda, ukurlah panjang bahan

yang terpakai, sehingga dapat ukuran kain yang dibutuhkan/berapa banyak kain yang terpakai. -

Hitung juga pelengkap yang dibutuhkan, seperti kain furing, ritsleting,

pita/renda, benang, kancing baju, kancing hak dan lain sebagainya (sesuai desain). -

Hitunglah berapa banyak uang yang diperlukan untuk membeli bahan dan

perlengkapan lainnya dalam pembuatan pakaian tersebut.

L. Teknologi Menggunting 1. Proses Memotong Tujuan pemotongan kain adalah untuk memisahkan bagian- bagian lapisan kain sesuai dengan pola pada rancangan bahan/marker.Hasil potongan kain yang baik adalah yang hasil potongannya bersih, pinggiran kain hasil potongan tidak saling menempel, tetapi terputus satu dengan yang lainnya. Kecuali bagian lipatan kain. Dalam proses memotong, ada hal yang perlu di perhatikan: a. Menyiapkan tempat dan alat-alat yang diperlukan Alat-alat yang diperlukan yaitu berupa meja potong dengan ukuruan sekitar 2m x 0,8m; gunting / alat potong; alat untuk memberi tanda seperti kapur

292

jahit, rader, karbon jahit, pensil merah biru; dan alat bantu jarum pentul, centimetre b. Menyiapkan bahan Memilih bahan Keserasian antara bahan dengan desain perlu diperhatikan sebelum memilih bahan serta perlu diuji daya lansainya, apakah sesuai untuk model pakaian

berkerut, lipit atau mengembang. Caranya, bahan

digantungkan memanjang dengan dilipit-lipit untuk memperhatikan jatuhnya bahan, serta untuk memperhatikan kasar halusnya bahan bisa dengan diraba apakah syarat-syarat pada desain terpenuhi. c. Jika desain memerlukan efek mengembang sebaiknya pilih bahan yang dapat membentuk gelembung dengan wajar.Sebaliknya jika desain memperlihatkan tekstur lembut maka jangan memakai bahan yang kaku Memeriksa bahan Sebelum bahan dipotong atau digunting perlu dilakukan pemeriksaan bahan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: 1) Kesesuaian bahan dengan desain, 2) Ukuran lebar kain agar bisa dibuat rancangan bahan, 3) Pemeriksaan cacat kain seperti cacat bahan, cacat warna, ataupun cacat printing sehingga bisa ditandai dan dihindari saat menyusun pola, dan 4) Apakah bahannya menyusut. Jika menyusut sebaiknya bahan direndam agar setelah dipakai dan dicuci ukuran baju tidak mengalami perubahan 2. Teknik menggunting a. Bahan dilipat dua di atas meja potong, perhatikan bagian baik dan buruk kain, meja harus rata, tidak boleh bergelembung atau berlubang b. perhatikan arah serat kain c. perhatikan lipatan kain, apabila ada pola yang harus diletakkan pada lipatan kain d. tanda arah serta kain pada pola menjadi panduan dalam meletakkan pola agar lurus. e. Gunakan bayangan cermin saat menngunting f. Pola-pola disusun dengan pedoman rancangan bahan dengan bantuan jarum pentul, g. Menggunting bahan. Jika menggunting dengan tangan kanan maka tangan kiri diletakkan di atas kain yang akan digunting,

293

h. Bahan tidak boleh diangkat pada saat menggunting. Pola yang terlebih dahulu digunting adalah pola-pola yang besar seperti pola badan dan pola lengan.Setelah itu baru menggunting pola-pola yang kecil seperti kerah dan lapisan leher, i. Sebelum pola dilepaskan dari bahan, beri tanda-tanda pola dan batas-batas kampuh terlebih dahulu. Caranya dengan menggunakan kapur jahit, rader dan karbon jahit, pensil kapur dan sebagainya. Cara pemakaian rader yaitu jika bahan baik keluar maka karbon dilipat dua dan bagian yang memberikan efek bekas dibagian luar diletakkan diantara dua bahan atau bagian buruk bahan. Lalu dirader pada batas kampuh atau garis kupnat.Setelah itu baru pola dilepaskan dari kain

Hasil pemotongan yang baik, adalah pemotongan yang tepat pada tanda-tanda pola dan tidak terjadi perobahan bentuk. Hal ini akan memudahkan dalam menjahit dan menghasilkan jahitan yang sesuai dengan kebutuhan/ukuran. Alat potong/gunting yang digunakan adalah gunting yang tajam dan jangan dipakai gunting yang tumpul. Jangan dibiasakan menggunakan gunting kain untuk menggunting kertas atau pun yang lainnya, juga perlu dijaga gunting jangan sampai jatuh karena akan mengakibatkan pergeseran mata gunting sehingga terasa tumpul atau tidak dapat berfungsi lagi.

M. Teknologi pelapisan/ lining Pelapisan yaitu kain untuk melapisi kain yang bahannya tipis atau kain yang terasa gatal dikulit. Linningadalah kain pelapis busana dan penutup jahitan sehingga busana tampak rapi, baik dari luar maupun bagian dari dalam. Penggunaan Linning juga berfungsi untuk menjaga agar bahan utama dari pakaian tidak cepat rusak terutama untuk pakaian dari dari bahan yang berkualitas tinggi dan harganya mahal. Dalam pemilihan linning harus disesuaikan dengan bahan pokok, bentuk busana, warna busana serta memiliki karakter hampir sama dengan bahan pokoknya. Contoh kain furing yaitu abute, asahi. Menurut Nanie Asri Yuliati (1993) teknik pemasangan linning ada dua cara yaitu :

294

1. Teknik lepas yaitu teknik pemasangan antara bagian bahan utama dengan linning dijahit sendiri-sendiri, namun pada bagian tertentu dijahit menjadi satu untuk menyatukan kedua bagian tersebut. Misalnya pada rok yang berfuring lepas disatukan pada bagian ban pinggang. 2. Teknik lekat yaitu teknik pemasangan antara bahan utama dengan linning dijahit menjadi satu, biasanya digunakan untuk menjahit bahan-bahan transparan.

N. Teknologi Pengepresan Teknologi pengepresan adalah suatu cara agar kampuh-kampuh terlihat lebih pipih dan rapi. Pengepresan ini dilakukan setiap kali selesai menjahit dengan menggunakan setrika dengan suhu yang disesuaikan dengan bahan busananya. Pada saat pengepresan untuk kain yang tipis atau mudah mengkilat sebaiknya menggunakan pelapis atau bahan lain. Untuk mendapatkan sebuah produk pakaian yang berkualitias, baik dari segi

proses

maupun

hasilnya

diperlukan

yang

namanya

tahan

pengrepressan.Pengepressan pada pakaian sendiri pada umumnya dapat dibagi kedalam dua tipe, yaitu pengepressan antara (under pressing) dan pengepressan akhir (toppressing). Pengepressan antara (under pressing) 1. pengepressan kampuh yaitu kampuh bahu dan kampuh sisi (setelah bahu dan sisi disambungkan 2. pengepressan lipit seperti lipit pantas dan lipit-lipit pakaian yang lainnya apabila ada 3. pengepressan lapisan (interlining) pada bagian tengah muka,depund,kerah dan sebagainya 4. pengepressan komponen pakaian seperti tutup saku, atau bagian-bagian lainnya sebelum dipasangkan pada pakaian. Pengepressan Akhir Pengepressan akhir merupakan tahap pengepressan yang dilakukan setelah pakaian selesai dibuat. Pengepressan akhit dapat dikerjakan dengan alat setrika press. Cara menyetrika kampuh

295

e. Setrikalah setiap kampuh pada setiap saat kampuh selesai dijahit dengan memampatnya diatas sepotong kain yang lembab f. Usahakan agar kampuh dibuat sepipih mungkin. Bukalah kampuh terbuka g. Arahkan gerakan setrika sesuai dengan arah benang lungsin h. Kampuh garis princess disetrika dengan cara dimampat dari atas kea rah titik dada, dan dari bawah juga kearah titik dada.

Tips Aman Merawat Busana Pesta 1. Biasanya busana pesta terbuat dari materi bahan halus seperti crepe, sutra, taffeta, brokat, lace georgette atau satin. Untuk bahan-bahan jenis ini sebaiknya Anda menggunakan pencucian dry clean. 2. Cara lain, rendam dalam larutan pencuci (detergent), biarkan selama 10 menit, peras lembut dan jemur menggunakan gantungan. Ketika menjemur tidak perlu di terik matahari langsung, cukup diangin-anginkan saja. 3.

Simpan dalam lemari dengan cara digantung atau dilipat, tergantung jenis bahan dan potongan baju

4. Keluarkan busana sebulan atau dua bulan sekali dari dalam lemari untuk diangin-anginkan. Cara ini dapat menghindari jamur akibat penyimpanan dalam waktu lama dalam lemari

296

Contoh model busana pesta

Gambar 8. Contoh model busana pesta

Gambar 9. Contoh model busana pesta

297

Gambar 10. Contoh model busana pesta

Gambar 11. Contoh model busana pesta

298

Gambar 11. Contoh model busana pesta

Gambar 12. Contoh model busana pesta

Related Documents


More Documents from "Shity Wiza"