Hubungan Antara Lumut, Alga Dan Paku

  • Uploaded by: Memin Seto
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hubungan Antara Lumut, Alga Dan Paku as PDF for free.

More details

  • Words: 507
  • Pages: 3
Loading documents preview...
Hubungan Kekerabatan Thallophyta, Bryophyta dan Pteridophyta Umumnya Bryophyta hidup di darat, yakni di tempat – tempat yang lembab. Namun, ada pula beberapa

jenis

diantaranya

yang hidup

di

air. Sehingga

Bryophyta

disebut

dengan Amphibious Plant. Tumbuhan Bryophyta memiliki hubungan kekerabatan dekat dengan Tallophyta. Namun selain itu Bryophyta juga memiliki hubungan kekerabatan dengan tumbuhan Pterydophyta. Dalam skala evolusi Bryophyta berada diantara ganggang hijau dan tumbuhan berpembuluh (tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji). Persamaan antara ketiga tumbuhan tersebut adalah ketiganya mempunyai pigmen fotosintesis berupa klorofil A dan B, dan pati sebagai cadangan makanan utama (Hasan dan Ariyanti, 2004). Hubungan kekerabatan dengan Thallophyta dapat terlihat pada kesamaannya dalam bentuk tubuhnya yang sederhana, bersifat taloid (bertalus), kekurangan jaringan vaskuler, dan tidak mempunyai akar. Sedangkan hubungan kekerabatan dengan Pteridophyta dapat ditunjukkan melalui gametangium yang letaknya tersembunyi, alat perkembangbiakan utamanya dengan menggunakan spora, dan bentuk arkegonium yang dimiliki oleh keduanya memiliki karakteristik seperti botol (Archegoniata). Bryophyta dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh terutama karena Bryophyta (kecuali Polytrichales) tidak mempunyai sistem pengangkut air dan makanan. Selain itu Bryophyta tidak mempunyai akar sejati, dan melekat pada substrat dengan menggunakan rhizoid. Siklus hidup Bryophyta dan tumbuhan berpembuluh juga berbeda (Hasan dan Ariyanti, 2004). Meskipun lumut memiliki hubungan yang dekat dengan Thallophyta dan Pteridophyta, tetap keduanya memiliki perbedaan. Dalam hal ini Bryophyta dianggap lebih maju dari Thallophyta, dikarenakan beberapa hal berikut. 1. Bryophyta umumnya hidup di darat, di mana tingkat adaptasi yang lebih tinggi sangat diperlukan. Sedangkan Thallophyta masih hidup di air. 2. Tubuh Bryophyta terdiri dari beberapa lapis sel-sel parenkimatis, sedangakan tubuh Thallophyta terdiri dari sel tunggal yang akan berkembang menjadi filament-filament.

3. Percabangan talus pada Bryophyta dikotomus, sedangkan pada Thallophyta masih tidak menentu. 4. Sel-sel kloroplas pada Bryophyta berkembang sangat bagus dan jumlahnya sangat banyak dalam tubuh, sedangkan pada Thallophyta jumlah kloroplas dalam masingmasing selnya hanya satu atau dua saja. 5. Bryophyta sudah memiliki akar semu (rizoid), sedangkan Thallophyta belum. 6. Gametangium/sporogonium pada Bryophyta bersifat multiselluler yang dilindungi oleh dinding sel–sel steril, sedangkan pada Thallophyta bersifat uniselluler dan tidak dilindungi. 7. Pada Bryophyta zygot dapat berkembang menjadi embrio, sedangkan Thallophyta tidak. 8. Talus Bryophyta heteromorfik, sedangkan Thallophyta talus homomorfik. 9. Pada Bryophyta sporofit berkembang baik dan tergantung pada gametofit, sedangkan pada Thallophyta sporofit hidup bebas dan tidak tergantung pada gametofit. Sedangkan hal-hal yang membedakan antara tumbuhan Bryophyta dan Pteridophyta mencakup karakteristik fisik, kelengkapan organ pembuluh, generasi yang lebih dominan, dan bentuknya. Berikut perbedaannya antara keduanya. 1. Pteridophyta mempunyai akar, batang, dan daun sejati, tetapi Bryophyta tidak memilikinya. 2. Pteridophyta juga sudah dilengkapi dengan berkas pembuluh angkut, namun tumbuhan Bryophyta t tidak mempunyai. 3. Berkas pembuluh Bryophyta bersifat non-tracheophyta, sedangkan pada Pteridophyta bersifat tracheophyta. 4. Bryophyta memiliki tubuh berbentuk tallus, sementara wujud tubuh Pteridophyta yaitu kormus. 5. Fase yang dominan pada Bryophyta ialah gametofit, sebaliknya Pteridophyta memiliki fase dominan pada waktu sporofit. 6. Fase gametofit pada Bryophyta berupa tumbuhan lumut dan fase sporofitnya berupa protonema. Sedangkan fase gametofit Pteridophyta berupa protalium dan fase sporofitnya berupa tanaman paku.

7. Pteridophyta sudah memiliki akar sejati, sedangkan Bryophyta belum. 8. Spora yang dihasilkan Bryophyta bersifat homosphore, sedangkan pada Pteridophyta spora bersifat heterosphore.

Related Documents


More Documents from "Susan Schwartz"