Hukum Bisnis Analisis Kepailitan Pt.docx

  • Uploaded by: Diva Carissa
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hukum Bisnis Analisis Kepailitan Pt.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,078
  • Pages: 5
Loading documents preview...
NAMA

: DIVA CARISSA OCTAVIANI

NIM

: 142190068

KELAS

: EA-C KASUS PAILIT PT SARIWANGI ALGICULTURAL ESTATE AGENCY

Perusahaan teh PT Sariwangi Agricultural Estate Agency berdiri sejak tahun 1962. Kantornya berada di Gunung Putri Bogor Jawa Barat. Tahun 1970-an, Sariwangi kemudian memperkenalkan revolusi minum teh lewat produk teh celup. Saat diluncurkan, produk teh yang sukses luar biasa hingga kini ini kemudian diberi nama The Celup Sariwangi. PT Sariwangi Agricultural Estate Agency bersama perusahaan afiliasinya, PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung, didera kesulitan. Dua perusahaan tersebut terjerat utang hingga Rp1,5 triliun ke sejumlah kreditur. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui lebih dalam mengenai proses penyelesaian kepailitan yang dilakukan PT Sariwangi Agricultural Estate Agency. Dunia usaha terhentak saat majelis hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memvonis pailit PT Sariwangi Agricultural Estate Agency. Vonis pailit perusahaan yang pertama kali memperkenalkan merk teh celup SariWangi pada 1973 itu tak lain karena PT Sariwangi AEA tak mampu membayar utang senilai Rp 288,9 miliar kepada Bank Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) Indonesia. PT Sariwangi AEA pada 2013 dan 2014 melakukan beberapa investasi yang salah satunya di pasar modal. Seperti lazimnya investasi, selain berasal dari kas perusahaan, PT Sariwangi AEA juga mengajukan pinjaman atau kredit kepada beberapa pihak termasuk perbankan. Nahasnya, sejumlah investasi PT Sariwangi AEA pada 2013 hingga 2014 itu tidak memberikan imbal hasil yang baik, atau bisa dikatakan investasi yang mereka lakukan justru buntung. Akibatnya perusahaan yang berdiri sejak 1962 itu tak mampu membayar kredit yang mereka pinjam untuk investasi. Menurut catatan Bank ICBC, PT Sariwangi AEA memiliki utang plus bunga Rp 288,9 miliar. Namun di luar utang terhadap Bank ICBC itu, PT Sariwangi AEA itu juga memiliki utang lain kepada beberapa pihak yang totalnya mencapai Rp 1,05 triliun. Total utang Rp 1,05 triliun itu terdiri dari pinjaman dari lima kreditur separatis (dengan jaminan) sebesar Rp 719,03 miliar,

59 kreditur konkuren (tanpa jaminan) Rp 334,18 miliar, dan kreditur preferen (prioritas) Rp 1,21 miliar. Tidak jelas alasan mengapa perusahaan pelopor teh celup di Indonesia itu tidak membayar utangnya. Tetapi pada tahun 2015 lalu, sebenarnya PT Sariwangi AEA pernah digugat pailit oleh beberapa kreditur (pemberi utang) di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Namun PT Sariwangi AEA sebagai debitur (pihak yang diberi utang) berdamai (homologasi) dengan para kreditur -salah satunya Bank ICBC- melalui putusan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) pada Oktober 2015. Bank ICBC memiliki perjanjian dengan PT Sariwangi AEA untuk mencicil pembayaran utang plus bunga selama enam tahun setelah masa tenggang (2 tahun) pasca-homologasi. Dalam artian, PT Sariwangi harus memulai pembayaran utang kepada Bank ICBC mulai Oktober 2017 hingga enam tahun setelahnya. Rinciannya, sebanyak 2 persen dari utang pokok akan dibayar setiap tahun sejak tahun pertama hingga keempat. Selanjutnya 22,5 persen utang pokok akan dibayarkan tiap tahun pada tahun kelima dan keenam. Sisanya, sebanyak 48 persen dari sisa utang pokok akan dibayar pada tanggal jatuh tempo. Sementara untuk bunganya akan dibayarkan selama delapan tahun dengan rincian 4,75 persen akan dibayarkan pada tahun pertama dan kedua. Sebesar 5,5 persen akan dibayar pada tahun ketiga dan keempat. Dan 6,5 persen akan dibayar pada tahun kelima dan keenam. Sedangkan pada tahun ketujuh dan kedelapan Sariwangi harus membayar bunga sebesar 7,5 persen. Akibat tak kunjung membayar utangnya sesuai perjanjian, Bank ICBC kembali menggugat PT Sariwangi AEA ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada pertengahan 2018. Dalam gugatannya, Bank ICBC meminta pembatalan perjanjian damai (homologasi) antara pihak bank asal China itu dengan PT Sariwangi AEA. Dalam putusannya, majelis hakim mengabulkan gugatan Bank ICBC dan menyatakan PT Sariwangi AEA pailit. Tak hanya PT Sariwangi AEA, majelis hakim juga memutus pailit PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung juga karena tak mampu membayar utang Rp

33,82 miliar kepada Bank ICBC. Setelah dinyatakan pailit, aset kedua perusahaan itu akan dilelang dan dibagikan kepada para kreditur. Konsumen tetap bisa menikmati teh celup SariWangi. Teh celup SariWangi tetap beredar di pasaran dan tidak ada hubungannya dengan putusan pailit tersebut. Hal itu karena merk teh celup SariWangi telah diakuisisi oleh Unilever pada 1989. Tak hanya itu, sejumlah aset PT Sariwangi AEA berupa mesin-mesin juga sudah dibeli Unilever. Head of Corporate Communication Unilever Indonesia Maria Dewantini Dwianto mengatakan, produksi teh celup SariWangi akan tetap berjalan. Unilever memang sempat bekerja sama dengan PT Sariwangi AEA untuk memasok dan memproduksi teh SariWangi. Namun kerja sama tersebut sudah tidak berlanjut. Maria juga menegaskan PT Sariwangi AEA bukan anak perusahaan Unilever.

ANALISIS KASUS PT Sariwangi Agricultural Estate Agency telah terbukti lalai menjalankan kewajibannya sesuai rencana perdamaian dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terdahulu. Terlebih sepanjang persidangan, Sariwangi tak pernah datang. Sehingga, tanpa jawaban atas permohonan, Majelis Hakim mengabulkan gugatan Bank ICBC dan menyatakan PT Sariwangi AEA pailit. Menurut catatan Bank ICBC, PT Sariwangi AEA memiliki utang plus bunga Rp 288,9 miliar. Namun di luar utang terhadap Bank ICBC itu, PT Sariwangi AEA itu juga memiliki utang lain kepada beberapa pihak yang totalnya mencapai Rp 1,05 triliun. Total utang Rp 1,05 triliun itu terdiri dari pinjaman dari lima kreditur separatis (dengan jaminan) sebesar Rp 719,03 miliar, 59 kreditur konkuren (tanpa jaminan) Rp 334,18 miliar, dan kreditur preferen (prioritas) Rp 1,21 miliar. Setelah dinyatakan pailit, aset kedua perusahaan itu akan dilelang dan dibagikan kepada para kreditur. Namun, konsumen tetap bisa menikmati teh celup SariWangi. Teh celup SariWangi tetap beredar di pasaran dan tidak ada hubungannya dengan putusan pailit tersebut. Hal itu karena merk teh celup SariWangi telah diakuisisi oleh Unilever pada 1989. Setelah produk The Celup Sariwangi diakuisisi, PT Sariwangi tetap melanjutkan bisnisnya sebagai perusahaan yang bergerak di bidang trading, produksi, dan pengemasan teh. PT Sariwangi Agricultural Estate Agency masih menjual produk teh dengan merek SariWangi Teh Asli, SariWangi Teh Wangi Melati, SariWangi Teh Hijau Asli, SariWangi Gold Selection, SariMurni Teh Kantong Bundar. KESIMPULAN PT Sariwangi Agricultural Estate Agency dinyatakan pailit oleh majelis hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat karena tak mampu membayar utang senilai Rp 288,9 miliar kepada Bank Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) Indonesia. PT Sariwangi AEA pada 2013 dan 2014 melakukan beberapa investasi yang salah satunya di pasar modal. Seperti lazimnya investasi, selain berasal dari kas perusahaan, PT Sariwangi AEA juga mengajukan pinjaman atau kredit kepada beberapa pihak termasuk perbankan. Nahasnya, sejumlah investasi PT Sariwangi AEA pada 2013 hingga 2014 itu tidak memberikan imbal hasil yang baik, atau

bisa dikatakan investasi yang mereka lakukan justru buntung. Akibatnya perusahaan yang berdiri sejak 1962 itu tak mampu membayar kredit yang mereka pinjam untuk investasi. Dalam putusannya, majelis hakim mengabulkan gugatan Bank ICBC dan menyatakan PT Sariwangi AEA pailit. Setelah dinyatakan pailit, aset kedua perusahaan itu akan dilelang dan dibagikan kepada para kreditur.

Related Documents

Hukum Kepailitan
March 2021 0
Makalah Hukum Bisnis
January 2021 1
Makalah Hukum Bisnis
January 2021 1
Analisis Bisnis Market
February 2021 0

More Documents from "rosyidnurdinfauzi"