Impingement Sindrome

  • Uploaded by: Adelia Putri Wirandani
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Impingement Sindrome as PDF for free.

More details

  • Words: 989
  • Pages: 8
Loading documents preview...
2. 1. DEFINISI. Shoulder impingement adalah menyempitnya celah diantara acromion dan tuberositas mayor caput humerus sehingga menyebabkan insertio dari tendon supraspinatus, biceps caput longum serta bursa subacromialis pada shoulder (Shoulder impingement) terjepit. Sedangkan syndrome adalah kumpulan dari gejalagejala. Maka jika dihubungkan, shoulder impingement syndrome adalah kumpulan dari gejala-gejala akibat dari menyempitnya celah diantara acromion dan tuberositas mayor caput humerus sehingga menyebabkan insertio dari tendon supraspinatus, biceps caput longum serta bursa subacromialis pada shoulder terjepit (Aimie, Beth, dkk, 2007).

2.2. ETIOLOGI. Shoulder impingement syndrome terjadi apabila rotator cuff atau bursa mengalami peradangan yang bisa disebabkan oleh penggunaan berlebihan atau cedera. Cedera paling sering terjadi pada orang yang melakukan gerakan keatas melewati kepala secara berulang-ulang (abduksi)

2. 3. DIAGNOSIS. 2. 3. 1. Anamnesis. Pada penderita shoulder impingement syndrome, nyeri merupakan gejala yang paling umum ditemukan. Tipe nyeri biasanya terjadi pada malam hari dan nyeri pada waktu siang hari berhubungan dengan penggunaan berlebihan pada bahu. Karakteristik nyeri pada shoulder impingement syndrome adalah nyeri yang hebat pada antero-posterior dan lateral bahu, sepanjang deltoid dan area biceps. Kelemahan dan kaku sendi bahu merupakan gejala nomor dua setelah nyeri. 2. 3. 2. Pemeriksaan fisik Shoulder impingement syndrome Frozen shoulder merupakan gangguan pada bursa atau tendon rotator cuff. Pada pemeriksaan fungsi gerak dasar (PFGD) aktif, pasif dan isometrik abduksi bahu maka akan ditemukan nyeri meningkat akibat adanya profokasi pada jaringan subacromial yang mengalami peradangan. Selain itu ada pemeriksaan khusus Neer impingement sign (passive painful arc manuever). Prinsip test ini adalah memaksa tuberkulum major untuk mendekat ke acromion anterior. Merotasikan tendon rotator cuff posterior (infraspinatus dan teres minor) ke bawah acromion. Pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk menentukan derajat impingement (Solomon et al., 2010) Neer impingement sign: 1. Mengekstensikan siku lengan dengan penuh. 2. Merotasikan lengan ke arah dalam (rotasi interna) dengan posisi ibu jari menyentuh sisi dari kaki. 3. Secara pasif pemeriksa memfleksikan bahu penderita secara perlahan keatas hingga mencapai sudut 180o. Derajat impingement dinilai jika penderita merasakan nyeri pada derajat ke 90 (ringan), derajat ke 60-70 (sedang), derajat ke ≤ 45 (berat). Selain itu ada juga pemeriksaan khusus lainnya Hawkin impingement sign. Prinsip test ini adalah menusuk tendon agar mendekat ke lengkung coracoacromial. Hawkin impingement sign: 1. Lengan di fleksikan ke arah depan hingga 90o. 2. Siku di fleksikan hingga 90o. 3. Pemeriksa memegang siku pasien dengan satu tangan dan tangan lainnya memegang pergelangan tangan pasien.

4. Secara pasif pemeriksa merotasikan bahu ke arah luar (rotasi eksterna). (mendekatkan m. Subscapularis ke lengkung coracoacromial) 5. Secara pasif pemeriksa merotasikan bahu ke arah dalam (rotasi interna). (mendekatkan m. Supraspinatus, m. Teres minor dan m. Infraspinatus) Interpretasi: Nyeri yang dirasakan saat bahu dirotasikan menunjukkan otot rotator cuff mana yang terkena.

Gambar 2. Neer Impingement Sign dan Hawkins Sign 2. 4. DIAGNOSIS BANDING. 2. 4. 1. BURSITIS. Umumnya merupakan akibat dari trauma, degeneratif, deposit kalsium dari “rotator cuff“. Bursa subakromion yang paling sering terkena, kemudian subdeltoid. Pada gerakan aktif abduksi terbatas. Didaerah tersebut dijumpai nyeri tekan. Gambaran radiologis, terdapat perubahan pada tulang, deposit kalsium ,atau pelebaran bursa.

2. 4. 2. RUPTUR DARI ROTATOR CUFF. Etiologi : adanya trauma akut, kronis atau idiopatik. Gambaran klinis : bila ruptur total maka timbul nyeri hebat, sedangkan bila parsial maka nyeri bersifat ringan. Drop arm tes positif, yaitu lengan sukar di abduksikan secara aktif (secara pasif dapat dikerjakan) tetapi dengan tahanan yang ringan saja lengan akan jatuh kebawah. 2. 4. 3. TENDINITIS BISIPITALIS. Penyebabnya adalah iritasi dan inflamasi tendon biseps. Pada umumnya penderita mengeluh nyeri bahu sepanjang otot biseps yang menjalar kelengan bawah, nyeri tekan pada daerah sulkus bisipitalis. Tes spesifik ; Tes Yergason menunjukkan tanda yang positif. Lengan dalam posisi abduksi dan fleksi pada siku, lakukan eksorotasi dari lengan bawah serta diberi tahanan, maka rasa sakit akan timbul pada tendon biseps.

2. 5. PENATALAKSANAAN. 2. 5. 1. KONSERVATIF. Impingement syndrome biasanya di terapi secara konservatif. Namun untuk beberapa kasus perlu dilakukan arthroscopic surgery atau open surgery. Terapi konservatif meliputi istirahat, penghentian aktifitas yang menyakitkan, dan terapi fisik. Pengobatan terapi fisik biasanya akan fokus pada mempertahankan Range of movement, meningkatkan postur, memperkuat otot bahu, dan mengurangi rasa sakit. Obat-obatan NSAID dan kompres es dapat digunakan untuk menghilangkan rasa sakit. Gabungan terapi suntikan kortikosteroid dan anestesi lokal dapat digunakan untuk impingement syndrome yang persisten. Namun jumlah total suntikan umumnya dibatasi maksimal tiga kali karena kemungkinan efek samping dari kortikosteroid tersebut (Solomon et al,. 2010).

Latihan mempertahankan Range of Movement

Gambar 3. Weighted ROM Codman pendulum stretch Latihan dengan over head pulleys ( katrol ). Bila diajarkan dengan benar, sistem katrol sangat efektif untuk membantu mencapai lingkup gerak sendi bahu dengan penuh. Peralatan : dua buah katrol digantungkan pada tiang dengan seutas tali dihubungkan dengan kedua katrol tersebut. Kedua ujung tali diberi alat agar tangan dapat menggenggam dengan baik. Posisi penderita bisa duduk, berdiri atau berbaring telentang dengan bahu terletak dibawah katrol tersebut. Dengan menarik tali pada salah satu sisi tali yang lain akan terangkat. Sendi siku diusahakan tetap dalam posisi ekstensi dan penderita tidak boleh mengangkat bahu maupun mengangkat tubuh. Gerakan dilakukan perlahan-lahan ( gambar 4 ).

Gambar 4 : Latihan dengan overhead pulley ( katrol ). Latihan untuk memperkuat otot bahu

Gambar 5. Latihan Memperkuat Otot Bahu

Latihan meningkatkan Posture

Gambar 6 : Latihan meningkatkan Posture. 2. 5. 2. OPERATIF. Terapi operatif (Open Surgery : Anterior Acromioplasty dan Coracoacromial Ligamen Ressection) dan (Arthroscopic : Acromioplasty). Namun jika dengan terapi koservatif tidak ada perbaikan selama 6 bulan maka boleh dilakukan terapi operatif. (Solomon et sl., 2010)

Daftar pustaka Aimie, Beth, et al, 2007 ”Comparasion of Manual Therapy Techniques with Therapeutic Exercise in the Treatment of Shoulder Impingement”, A Randomized Controlled Pilot Clinical, The Journal of Manual & manipulative Therapy, Vol 16, No 4. Allen E. Fongemie, MD., Daniel D. Buss, M.D., dand Sharon J. Rolnick, Ph.D., Minneapolis, Minnesota. 1998. Management of Shoulder Impingement Syndrome and Rotator Cuff Tears. American

Academy

of

Family

Physicians.

Hal:

667-674.

http://www.aafp.org/afp/1998/0215/p667.html Solomon, Warwick et al, 2010 “Apley’s System of Orthopaedic and Fractures 9 th edition “.Hodder Arnold:London. pp 341-347

Related Documents

Impingement Sindrome
March 2021 0
Sindrome Extrapiramidal
February 2021 5
Sindrome Nefrotico
February 2021 1
Sindrome Vertiginoso
February 2021 1
Sindrome Compartimental
February 2021 1

More Documents from "Jose Carlos Ordosgoitia"