Journal Probiotik Diare

  • Uploaded by: Muzayyinatul Hayat
  • 0
  • 0
  • September 2022
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Journal Probiotik Diare as PDF for free.

More details

  • Words: 4,961
  • Pages: 22
Loading documents preview...
JOURNAL READING

“Comparative Study for Probiotics and Symbiotics Versus Placebo in Pediatrics Acute Diarrhea: Randomized Controlled Trial”

Pembimbing:

dr. Ayu Shintia Shanti, M.Biomed., Sp.A Disusun Oleh: Dila ardani (014.06.0026)

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM RSU BANGLI 2020

1

KATA PENGANTAR Puja dan Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan segala limpahan nikmat-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Journal Reading berjudul “Comparative Study For Probiotics And Symbiotics Versus Placebo In Pediatrics Acute Diarrhea: Randomized Controlled Trial”. Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, masukan dan motivasi dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen yang telah memberi arahan dan penjelasan tentang tata cara penulisan laporan ini. Penulis menyadari, penulisan ini masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram yang sedang menjalani preklinik di bagian ilmu anak). Mataram, 5 September 2020

Penulis

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………...i KATA PENGANTAR………………………………………………………….ii DAFTAR ISI……………………………………………………………………ii BAB 1 ISI JURNAL…………………………………………………………....4 BAB II TELAAH JURNAL...............................................................................20 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...iii

3

BAB I Isi Jurnal STUDI KOMPARATIF ANTARA PROBIOTIK, SIMBIOTIK, DAN PLASEBO PADA DIARE AKUT ANAK: UJI COBA TERKONTROL SECARA ACAK Oleh: Pamela Houeiss, Antoine Farah, Peter Noun, Mode AlOjaimi, Georges AbiFaresa Myriam Amm, Hala Feghali, Georges Nicolas, Gisele Nader, Marie Samarani, Peter Makhoul, Marie Claude Fadous Khalife ABSTRAK Latar Belakang: Diare akut merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak, terutama di negara berkembang yang menduduki peringkat penyebab kematian nomor dua. Probiotik dan simbiotik adalah pengobatan terbaru untuk penyakit ini, terutama pada fase akut. Tujuan kami adalah untuk membandingkan probiotik atau simbiotik dengan plasebo pada pasien diare akut, dengan mengikuti evolusi diare dalam hal waktu, jumlah buang air besar, volume tinja, serta konsistensinya. Dalam skala yang lebih besar, kami ingin menemukan intervensi yang hemat biaya serta untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas diare. Metode: 83 anak dengan rentang usia 6 bulan sampai 5 tahun, dari 3 wilayah berbeda di Pegunungan Lebanon, diacak untuk kemudian menerima intervensi berupa probiotik, symbiosis, atau plasebo sekali sehari selama 5 hari. Pasien dikeluarkan dari penelitian jika mereka memiliki riwayat penyakit kronis. Analisis statistik dilakukan pada SPSS v22.00 Hasil: Dari 120 survei yang didistribusikan kepada orang tua, 84 telah diselesaikan: 43 pasien menerima probiotik (9 menerima Lactobacillus, 21 menerima spora, dan 13 pasien menerima ragi), 24 menerima simbiotik dan 17 merupakan kontrol. Konsistensi tinja yang normal pada hari ke-4 pada kelompok probiotik dan simbiotik (P = 0,009). Lebih sedikit jumlah hari demam (P = 0,018)

4

yang diamati pada kelompok probiotik dan simbiotik (1 hari), dibandingkan dengan plasebo (4 hari). Tidak ada perbedaan gejala yang berhubungan dengan diare yang diamati pada kelompok berbeda. Kesimpulan: Probiotik dan simbiotik menormalkan konsistensi tinja pada diare anak pada hari ke-4 dan menurunkan jumlah hari demam jika dibandingkan dengan kontrol. Penelitian kami tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik antara probiotik dan simbiotik untuk pengobatan diare. Kata kunci: Diare akut; Anak-anak; Probiotik; Simbiotik PENDAHULUAN Gastroenteritis merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia, dimana ini mencapai sekitar dua miliar kasus yang dilaporkan setiap tahunnya. Kondisi ini menyebabkan nilai morbiditas dan mortalitas yang signifikan (penyebab kematian kedua), terutama di negara berkembang. Mayoritas berlangsung rata-rata selama 2 hingga 3 hari. Patofisiologi diare dijelaskan sebagai adanya gangguan siklus enterosistemik ai,r yang bertanggung jawab atas hilangnya cairan dan elektrolit yang menyebabkan dehidrasi jika tidak diberikan terapi pengganti. Larutan rehidrasi oral akan mengkompensasi kehilangan tersebut, tetapi tidak akan mengubah volume atau konsistensi tinja, serta tidak akan menormalkan flora gastrointestinal. Obat anti diare, biasanya digunakan pada orang dewasa, yang menyebabkan penurunan transit usus. Obat ini tidak disarankan pada anak-anak sebelum usia 2 tahun karena risiko efek saraf pusat (depresi pernapasan dan koma), serta risiko terjadinya ileus. Karena tujuan utama pengobatan adalah untuk mempersingkat durasi diare dan mengurangi morbiditas sambil menghindari efek samping, maka solusi lain dicari dalam kasus anak-anak, berdasarkan studi flora usus yang ada di mana-mana. Diantara solusi tersebut adalah dengan penggunaan probiotik dan simbiotik. Probiotik terdiri dari mikroorganisme usus. Banyak penelitian berfokus pada peran mujarabnya dalam mengisi kembali mikrobiota usus setelah adanya gangguan usus. Gibson dan Roberfroid memperkenalkan istilah "probiotik", yang mengacu pada "bahan tambahan atau tidak dapat dicerna, terutama polisakarida

5

yang mempengaruhi inang dengan secara selektif merangsang pertumbuhan atau aktivitas bakteri non-patogen". Simbiotik adalah kombinasi dari prebiotik dan probiotik. Beberapa penelitian membandingkan kemanjuran antara simbiotik dibandingkan dengan probiotik pada kasus diare. Mayoritas penelitian membandingkan simbiotik dengan plasebo. Dalam uji coba ini, kami membandingkan efek probiotik, simbiotik, dan plasebo pada diare akut anak-anak, dengan mempelajari efeknya pada frekuensi dan konsistensi tinja, durasi diare, dan gejala terkait. Dalam skala yang lebih besar, kami mencari solusi yang hemat biaya untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat diare.

METODE Desain penelitian Kami melakukan penelitian dengan desain prospektif, acak, tersamar ganda, terkontrol plasebo, multisenter dengan mengumpulkan data dari kuesioner yang diisi oleh orang tua dan dokter. Studi kami berlangsung dari September 2014 hingga April 2015 (musim berhentinya diare). Yang dilakukan di tiga klinik pediatrik swasta di Lebanon dan kemudian memasukkan 84 anak-anak dari berbagai bagian Pegunungan Lebanon (Jdeideh-Jeita-Jbeil). Diare akut menurut WHO didefinisikan sebagai emisi tinja encer atau berair setidaknya tiga kali per hari. Dokter anak mengevaluasi gejala dan derajat dehidrasi pada anak-anak dan meresepkan pengobatan yang tepat. Di antara pilihannya adalah antibiotik, larutan rehidrasi oral, hidrasi IV, obat anti diare, zink, dan salah satu obat yang diusulkan (probiotik, simbiotik atau plasebo) (Tabel 1). Kriteria eksklusi adalah setiap adanya penyakit usus kronis seperti penyakit celiac, cystic fibrosis, intoleransi makanan, imunodefisiensi, IBD,

6

malformasi gastrointestinal, gangguan motilitas usus, penggunaan probiotik atau simbiotik oral setiap hari, orang tua yang tidak kooperatif dalam tindak lanjut anak, dan diare sekunder akibat dari bronkiolitis, pneumonia, infeksi THT, dll. Orang tua menandatangani informed consent. Tes laboratorium dilakukan jika ada indikasi klinis. Populasi penelitian terdiri dari semua anak antara 6 bulan dan 5 tahun yang datang ke salah satu dari tiga klinik swasta tersebut dengan alasan diare akut (Gbr. 1).

Perlakuan Anak-anak dibagi secara acak menjadi lima kelompok, yaitu kelompok pertama menerima Lactobacillus (Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium lactis); kelompok kedua menerima Bacillus clausii; kelompok ketiga menerima ragi (Saccharomyces boulardii); kelompok keempat menerima simbiotik (Bacillus coagulans + fructooligosaccharides) dan kelompok terakhir menerima plasebo (Tabel 1). Semua obat ini dikemas, diberi nomor, dan dimasukkan ke dalam kotak oleh peneliti. Tiap kantong berisi lima kapsul untuk diberikan sekali sehari selama 5 hari. Kapsul dibuka sebelum diberikan. Klinisi telah mengambil sampel secara acak dan jumlah sampel didokumentasikan dalam kuesioner. Orang tua menerima kertas untuk grafik, dimana mereka harus mencatat jumlah diare per hari, waktu terjadinya, konsistensi tinja, dan gejala yang terkait (muntah, demam dan sakit perut). Diare dianggap sembuh jika anak memiliki konsistensi tinja yang normal. Pemilihan probiotik dan simbiotik dalam penelitian ini didasarkan pada suplemen yang paling banyak dipelajari dalam literatur. Mereka telah terbukti efektif dalam banyak penelitian tanpa efek samping. Pemilihan variabel yang akan diteliti didasarkan pada tinjauan sistematis (Masalah

7

Pengukuran dalam Uji Coba Penyakit Diare Akut Pediatrik) dan pada hasil studi klinis pada mikroorganisme tersebut. Konsistensi tinja didasarkan pada skala bentuk tinja Bristol yang digunakan oleh Vandenplas. Durasi pengobatan dan dosis yang diberikan sesuai anjuran. Perawatan yang diterima oleh setiap anak tetap tidak diketahui sampai analisis statistik selesai. Sampel yang digunakan untuk pengobatan diberikan secara gratis untuk mendorong

kerjasama

orang

tua.

Analisis

statistik

dilakukan

dengan

menggunakan program SPSS versi 22.00 (SPSS Inc., Chicago, IL); tabel memiliki variabel kontinu dan diskrit; seri data memiliki struktur tabel dua dimensi: satu untuk pasien dan satu lagi untuk variabel yang berbeda. Variabel diskrit dianalisis dengan metode Chi-square, variabel kontinyu dengan uji-t dan ANOVA. Nilai P < 0,05 dianggap signifikan. Kami membandingkan probiotik dengan simbiotik, kelompok intervensi dengan placebo, dan lima kelompok tersebut. HASIL Dalam penelitian kami, sebanyak 120 anak mengalami diare akut dan memenuhi kriteria inklusi. Sebanyak 16 orang tua menolak berpartisipasi karena takut mendapatkan plasebo. Sebanyak 104 anak berpartisipasi dalam penelitian ini, dengan 20 anak diantaranya mangkir dari penelitian. Para pasien dibagi menjadi lima kelompok: 9 di kelompok 1, 21 di kelompok 2, 13 di kelompok 3, 24 di kelompok 4, dan 17 pasien menerima plasebo. Karakteristik demografis sebanding. Sampel berdistribusi normal. Pada awalnya, derajat dehidrasi serupa di lima subkelompok. Tidak ada anak yang dikeluarkan dari penelitian.

Persentase laki-laki adalah sebesar 48,8% dan perempuan adalah sebesar 51,2%. Usia rata-rata adalah 24,7 bulan. Rata-rata berat badan pada kelompok probiotik adalah 13,69 kg, 13,02 kg pada kelompok simbiotik dan 15,19 kg pada

8

kelompok plasebo (Tabel 2). Anak-anak datang ke klinik rata-rata 2,5 hari sejak awal diare dan sebagian besar tidak mengalami dehidrasi (<5%). Orang tua atau dokter telah melaporkan tidak ada efek samping. Tidak ada perbedaan antara kelompok probiotik dan simbiotik dalam hal lama diare, baik dalam hitungan hari dan jam, dengan nilai P masing-masing 0,37 dan 0,61. Namun perlu dicatat bahwa rata-rata durasi diare pada kelompok probiotik (76,93 jam dan 4,05 hari) lebih tinggi dibandingkan pada kelompok simbiotik (70,43 jam dan 3,65 hari). Konsistensi tinja normal kembali terutama pada hari ke 4 pada kelompok probiotik dan simbiotik dengan P = 0,909. Dengan mengikuti perubahan harian dalam jumlah tinja yang encer, kami mencatat penurunan konstan pada kelompok probiotik lebih tinggi dari pada kelompok symbiosis, tetapi hasil ini tidak signifikan. Dalam hal gejala terkait, tidak ada perubahan signifikan yang dicatat antara kedua kelompok. Pada kelompok perlakuan, rata-rata hari diare setelah pengobatan probiotik dan simbiotik adalah selama 3,91 dibandingkan dengan 4.35 pada kelompok plasebo. Perbedaan ini tidak signifikan menurut uji-t independen dengan nilai P 0,33. Demikian pula perbandingan kelompok plasebo dengan kelompok lain menurut jumlah kejadian diare harian pada 3 hari pertama serta jumlah jam diare, hari muntah, dan hari demam menunjukkan pemulihan yang lebih cepat pada kelompok yang menerima probiotik dan simbiotik jika dibandingkan dengan plasebo. Dimana hasil ini tidak signifikan. Hubungan yang signifikan diamati antara ketiga kelompok dan konsistensi tinja pada hari ke-4, dimana anak-anak yang menerima simbiotik atau probiotik memiliki tinja dengan konsistensi normal pada hari ke-4 yang lebih sering dibandingkan mereka yang menerima plasebo dengan nilai P <0,05 (0,001). Dengan membandingkan kelima kelompok, konsistensi tinja pada hari ke2 ditemukan abnormal pada semua kelompok dan uji pasti Fisher menegaskan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara lima kelompok pasien yang diuji untuk parameter berbeda yang diamati.

9

Dengan membandingkan tiga kelompok: probiotik, simbiotik dan plasebo, satu-satunya temuan yang signifikan adalah konsistensi pada hari ke-4 pasca pengobatan. Dengan menggunakan uji ANOVA, pengurangan jumlah episode diare antara hari pertama dan hari keempat ditemukan; diare menurun terutama pada kelompok yang menerima simbiotik dan lebih rendah pada kelompok yang menerima probiotik. Kelompok plasebo mengalami penurunan jumlah episode diare paling sedikit. Penurunan ini tidak signifikan. Hal ini juga diamati dengan gejala terkait (jumlah hari demam, jumlah hari nyeri) tidak signifikan. Jadi tidak ada perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok orang yang diuji untuk parameter yang berbeda. Sebaliknya konsistensi tinja menjadi normal pada hari ke 4 dengan probiotik dan simbiotik, sedangkan anak yang mendapat plasebo selalu memiliki konsistensi lunak atau cair dengan P = 0,009. Ketika kami membagi sampel menjadi probiotik, symbiosis, dan plasebo, statistik kami menunjukkan hasil yang signifikan mengenai jumlah episode diare pada hari ke 4. Ditemukan hubungan yang signifikan antara plasebo dan probiotik di satu sisi dan antara plasebo dan simbiotik di sisi lain, dengan nilai P masingmasing 0,002 dan nilai P 0,026. Analisis menemukan adanya peningkatan ratarata diare, dari 3,37 episode pada kelompok plasebo menjadi 1,5 episode pada kelompok symbiosis, dan menjadi satu episode pada kelompok probiotik (Gambar 2).

10

Hasil ini juga diamati untuk jumlah hari demam dengan nilai P 0,026 (uji t independen). Pada kelompok plasebo, rata-rata hari demam adalah 4 hari, sedangkan pada dua kelompok lainnya hanya 1 hari dengan P = 0,018 dan 0,02 masing-masing (Gbr. 3). Jika dibandingkan dengan kelima kelompok, uji ANOVA satu arah menunjukkan hasil yang signifikan (0,012) mengenai jumlah episode diare pada hari ke 4. Dapat dikatakan bahwa rata-rata jumlah episode diare 3,37 pada kelompok placebo, sedangkan pada kelompok lain berada di antara 1 dan 1,5 dengan nilai terkecil untuk kelompok Lactobacillus (kelompok 1). Jumlah hari demam rata-rata 4 hari pada kelompok plasebo sedangkan pada kelompok lain hanya 1 - 1,5 hari dengan nilai P 0,012. Hasil durasi diare, rata-rata episode diare pada hari ke-4, dan jumlah hari demam saat membandingkan semua jenis dengan plasebo disajikan pada Gambar 4. Penundaan pengobatan awal, derajat dehidrasi, karakteristik diare tidak berpengaruh pada resolusi diare. Hanya jumlah episode diare per 24 jam sebelum pengobatan yang berperan terhadap konsistensi tinja pada hari ke-4 (P = 0.013). Konsistensi pada hari ke 4 normal seperti sebelumnya pada kelompok yang mengalami diare kurang dari tiga sebelum pengobatan. Diare yang terjadi kurang

11

dari tiga kali / 24 jam juga berkaitan dengan durasi demam yang rendah, jika dibandingkan dengan diare yang lebih dari tiga kali / 24 jam, dengan nilai P = 0,013. Mengenai jumlah diare pada hari ke-4 berdasarkan pengobatan (uji pasti Fisher), probiotik memungkinkan memberikan pengurangan yang lebih besar dari frekuensi diare pada hari ke-4 (0,5) jika dibandingkan dengan kelompok ORS saja (3,83) pada anak-anak yang datang setelah 2 hari diare dengan P = 0,003. Menurut uji-t independen, hari demam dalam kategori yang sama (anakanak yang mengalami diare setelah 2 hari diare) lebih sedikit di antara probiotik atau simbiotik (1,36 hari) jika dibandingkan pada kelompok placebo, yaitu 2,82 hari (P = 0,005). Konsistensi pada hari ke-4 selalu normal pada kelompok probiotik dan simbiotik, dimana ini tidak terjadi pada kelompok placebo, dengan P = 0,008, P = 0,004 dan P = 0,0029. DISKUSI Flora usus dapat memproteksi saluran pencernaan dari infeksi. Perubahan flora ini menyebabkan adanya ketidakseimbangan yang dimanifestasikan oleh patologi pencernaan, dan dalam kasus kami adalah diare. Diare biasanya sembuh sendiri, tetapi dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan dengan menyebabkan dehidrasi. Hipotesisnya adalah bahwa probiotik dan simbiotik yang terkait dengan ORS dapat mempercepat penyembuhan dengan bekerja pada sistem kekebalan dan flora usus, sehingga dengan demikian bertindak pada patofisiologi diare. Banyak penelitian telah menyelidiki kemanjuran probiotik dalam pengobatan diare akut, tetapi masih belum ada konsensus mengenai definisi diare akut dibandingkan dengan diare yang telah sembuh, serta dalam strain dan dosis probiotik yang harus diberikan. Studi tentang probiotik telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Banyak penelitian melihat manfaatnya, dan yang lain ingin menentukan dosis efektif. Heterogenitas dalam penelitian tersebut menghasilkan hasil yang berbeda terkait pengelolaan diare. Studi menunjukkan efek probiotik yang lebih baik pada gastroenteritis virus daripada infeksi bakteri

12

atau parasit. Mekanisme aksi terkait dengan strain yang digunakan. Ada bukti mengenai kemanjuran strain lactobacilli (misalnya Lactobacillus casei GG dan Lactobacillus reuteri ATCC 55730) dan Saccharomyces boulardii pada pasien diare. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil akhir, yaitu meliputi pola makan, lingkungan, faktor genetik, vaksinasi, usia, dll. Interval pemberian tampaknya juga penting. Dalam penelitian kami, sampel didistribusikan ke seluruh Lebanon untuk mendapatkan hasil yang dapat diandalkan terlepas dari karakteristik demografis. Efektivitas probiotik tergantung pada interaksinya dengan flora spesifik dari inang atau dengan sistem kekebalan usus. Perkembangan sistem kekebalan setelah lahir sangat bergantung pada perkembangan dan komposisi flora usus, begitupun sebaliknya. Banyak penelitian telah dilakukan dan telah membuktikan aksi probiotik dalam perlindungannya terhadap patogen dengan imunostimulasi, inilah mengapa penggunaannya dalam uji klinis telah terbukti dapat mengurangi gejala dalam hal durasi (1 hingga 1,5 hari), meningkatkan produksi antibodi antirotavirus dengan strain Lactobacillus rhamnosus GG, L. casei Shirota, L. reuteri, dan Bifidobacterium lactis. Anak kecil lebih rentan terhadap probiotik karena sistem kekebalan mereka yang belum matang dan kesederhanaan flora usus mereka. Ada 20 penelitian dari 2.751 yang dilakukan, menunjukkan bahwa probiotik menurunkan durasi diare menjadi 4 hari dan menurunkan frekuensinya pada hari ke-2. Dalam penelitian kami, hal ini tidak terjadi. Sebaliknya, jumlah tinja diare maksimal pada hari ke-2 pada lima kelompok dan peningkatannya tercatat pada hari ke-4 tetapi juga pada lima kelompok. Penurunan 0,7 - 1 hari (24 jam) pada kelompok yang menerima probiotik, terutama lactobacilli, sering dilaporkan dalam literatur. Beberapa studi menyelidiki aksi simbiotik, sementara beberapa studi mengeksplorasi aksi prebiotik. Hasil berbeda yang diperoleh dapat memiliki beberapa penjelasan. Diketahui bahwa probiotik dan prebiotik hadir dalam makanan fungsional dan kemudian anak dalam kelompok kontrol dengan diare yang menerima diet yang mengandung bahan pembantu ini dapat menunjukkan hasil sebagai pasien

13

kelompok intervensi. Ini mungkin menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan hasil yang ditemukan antara jenis prebiotic/ probiotik dan plasebo. Dalam studi prospektif acak di Prancis, sebanyak 287 anak diikuti. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok dan diberi susu berturut-turut, yoghurt, dan probiotik yang mengandung 108 cfu / mL casei. Setiap produk diberikan selama 1 bulan. Yogurt menurunkan durasi rata-rata diare 5 sampai 8 hari dan probiotik adalah 4,3 hari (P = 0,01). Beberapa penelitian membandingkan efek probiotik dan simbiotik pada diare akut pada anak-anak. Sebuah penelitian di Jawa-Indonesia, yang dilakukan pada 188 anak yang secara acak menerima probiotik atau simbiotik, menunjukkan tidak ada perbedaan antara kedua kelompok ini dalam hal durasi diare dan frekuensi diare per hari. Tidak adanya perbedaan antara probiotik dan simbiotik dapat dijelaskan oleh fakta bahwa prebiotik membutuhkan 10 sampai 14 hari untuk bekerja, sehingga karenanya, mereka terutama digunakan untuk pencegahan. Demikian pula, fructooligosaccharides (FOS) memperkuat flora mikroba dan dapat mencegah multiplikasi patogen, tetapi aksi FOS dalam pengurangan diare masih belum jelas. Fermentasi oligofruktosa di usus besar meningkatkan jumlah Bifidobacterium di usus besar, meningkatkan konsistensi tinja, dan memperpendek waktu transit gastrointestinal. Oli et al telah menunjukkan bahwa penambahan FOS ke larutan oral mempercepat pemulihan flora pada model hewan. Sebuah studi klinis tersamar ganda secara acak menyelidiki aksi oligofruktosa pada diare akut di bayi baru lahir dan bayi. Perbaikan yang signifikan dalam keparahan penyakit yang dimanifestasikan oleh demam, kebutuhan untuk konsultasi medis, dan ketidakhadiran di pusat penitipan anak diamati. Sebuah penelitian di Bangladesh yang meneliti 150 anak, yang secara acak menerima FOS selama 6 bulan menunjukkan pengurangan episode diare dan durasi episode per hari. Oli et al menunjukkan percepatan penyembuhan dengan asosiasi FOS dan larutan hidrasi oral pada hewan. Brunser et al mempelajari efek FOS pada flora mikroba pada anak-anak yang diobati dengan amoksisilin, serta adanya peningkatan Bifidobacterium yang diamati pada kelompok prebiotik. Efek pencegahan dari gangguan pencernaan yang umum dilaporkan oleh Saavedra dalam penelitian pada 140 bayi yang menerima FOS,

14

mereka

mengalami

lebih

sedikit

episode

muntah,

regurgitasi,

dan

ketidaknyamanan perut (dinilai oleh orang tua), serta juga demam yang lebih sedikit, komplikasi medis yang lebih sedikit, dan asupan antibiotik yang lebih sedikit. Oleh karena itu, kurangnya perbedaan kemanjuran antara probiotik dan simbiotik mungkin disebabkan oleh fakta bahwa prebiotik (FOS) memerlukan waktu 14 hari untuk bekerja pada flora mikroba. Dengan demikian, suplementasi anak dengan prebiotik pada diare akut tidak akan berpengaruh pada tinja selama 10 hari pertama pengobatan. Oleh karena itu, mereka paling baik dalam pencegahan daripada pengobatan. Penjelasan lain yang mungkin adalah bahwa anak-anak sudah memiliki substrat probiotik dalam sistem pencernaan mereka, dan oleh karena itu mereka tidak mendapat manfaat dari campuran ini (probiotik dan simbiotik) sehingga simbiotik mungkin lebih efektif pada anak-anak yang kekurangan gizi atau dalam kasus diare parah yang berhubungan dengan penurunan berat badan. Tidak ada perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk resolusi diare antara perbedaan probiotik yang diteliti. Ini mungkin karena fakta bahwa semua strain yang digunakan berkhasiat untuk memperpendek durasi diare dan menurunkan frekuensi diare. Studi tentang berbagai strain (Lactobacillus, Saccharomyces boulardii, Bifidobacterium) sering menunjukkan pengurangan durasi diare sekitar 24 jam dan penurunan frekuensi diare yang signifikan dari hari ke-2, serta resolusi diare pada hari ke-3 dan ke-4. Terlepas dari heterogenitas hasil dalam studi, poin umum yang dapat dicatat adalah probiotik tidak memiliki efek samping, dimana mereka mengurangi durasi diare rata-rata 24 jam (hasil dari 35 penelitian pada 4.555 pasien) dan L. GG serta S. boulardii memiliki manfaat perbaikan yang konstan dalam penelitian. Heterogenitas dalam hasil mungkin sekunder untuk metodologi, tetapi juga dapat terjadi karena faktor lain seperti strain probiotik, nomor strain, mikroorganisme hidup atau mati, dosis, infeksi rotavirus, dan tingkat keparahan diare. Heterogenitas statistik dibutuhkan dalam hal pandangan keragaman definisi diare dan kriteria penyembuhan, dalam hubungannya dengan studi probiotik,

15

manajemen, etiologi dan pengaturan studi. Sebuah meta-analisis

telah

menunjukkan bahwa heterogenitas terus ada, bahkan dalam kasus stratifikasi dalam kondisi yang disebutkan sebelumnya. Heterogenitas dalam studi ini melemahkan "basis bukti", itulah sebabnya studi dengan sampel besar dan protokol manajemen yang tepat, serta metode pengukuran yang lebih obyektif diperlukan. Sampel juga perlu dibagi menjadi beberapa subkelompok sesuai dengan elemen yang telah disebutkan yang dapat mengubah hasil. Dalam penelitian kami, usia, jenis kelamin, derajat dehidrasi, dan karakteristik diare tidak mempengaruhi perjalanan penyakit. Di sisi lain, frekuensi diare saat awal berpengaruh pada jumlah hari demam, frekuensi diare, dan konsistensi pada hari ke-4. Dengan demikian, anak yang mengalami diare kurang dari tiga kali memiliki penyakit yang tidak terlalu parah, sehingga penyembuhannya lebih cepat. Skor Vesikari yang dimodifikasi digunakan untuk menilai diare pada anak. Analisis menunjukkan bahwa setelah mengeluarkan kasus diare sedang dan berat (skor> 8), efektivitas probiotik dan simbiotik tetap tidak berubah. Vaksinasi rotavirus dan penurunan berat badan telah berperan dalam mempercepat atau memperlambat proses penyembuhan. Jadi, dengan membatasi sampel kami pada anak-anak yang divaksinasi rotavirus, hasilnya telah berubah. Dimana ditemukan peningkatan respons terhadap probiotik dan simbiotik yang diamati. Vaksin rotavirus oral yang terkait dengan Bacillus clausii meningkatkan respons dengan meningkatkan IgM spesifik dan sero-konversi IgAs. Probiotik mempotensiasi reaksi kekebalan yang dipicu oleh vaksin, kemudian memperkuat respons kekebalan terhadap antigen virus, dan dengan demikian meningkatkan pertahanan tubuh terhadapnya. Sebuah penelitian pada babi menunjukkan bahwa kelompok yang menerima dua dosis vaksin oral rotavirus dengan Lactobacillus acidophilus mengalami peningkatan LT CD8 spesifik rotavirus di ileum dan limpa dan pada laju limfosit IgG dan IgA, serta memperkuat sekresi IgG, IgA, IgM dan antibodi penetral dalam serum, jika dibandingkan dengan kelompok yang hanya menerima vaksin. Dalam sampel yang divaksinasi, probiotik dan simbiotik lebih baik daripada plasebo. Pengurangan dua episode dan tiga episode diare diperoleh pada

16

hari ke-4 dengan simbiotik dan probiotik, yang masing-masing tidak lebih baik dari yang lain. Demikian pula, penurunan jumlah hari demam dan keparahan diamati pada kelompok probiotik dan simbiotik. Dengan membandingkan kelima kelompok, frekuensi diare pada hari ke-4 pada kelompok 1 (Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium lactis) berkurang 2,3 episode dibandingkan dengan plasebo. Mikroorganisme telah terbukti efektif mengurangi jumlah hari diare sebanyak 1 hari dan jumlah diare sebanyak 40 jam dibandingkan dengan kelompok plasebo. Selanjutnya, vaksinasi terhadap rotavirus meningkatkan efek antidiare dari probiotik dan simbiotik. Berdasarkan hasil ini, vaksinasi terhadap rotavirus di negara berkembang, terutama di Afrika, dapat diusulkan untuk membatasi kematian sekunder akibat diare, meskipun investigasi berisiko berdasarkan prinsip risiko / manfaat. Demikian pula, penurunan berat badan berdampak pada konsistensi tinja dan akhirnya mengakibatkan penurunan efektivitas probiotik atau penyembuhan yang tertunda. Ini berperan dalam mengubah hasil studi. Penurunan berat badan adalah kriteria tingkat keparahan, dimana hal itu dapat menyebabkan malnutrisi dan dengan demikian memiliki periode waktu untuk pemulihan. Pengobatan yang dimulai 2 hari setelah timbulnya gejala, membuat probiotik dan simbiotik lebih efektif pada frekuensi dan konsistensi tinja pada hari ke 4. Mungkin ini adalah riwayat alami penyakit ini. Tetapi jika itu masalahnya, itu akan memberikan hasil yang sama di plasebo atau kelompok larutan hidrasi oral saja. Dalam penelitian kami, mikroorganisme yang digabungkan dengan oralit lebih efektif dalam mengurangi jumlah diare pada hari ke-3. Demikian pula, kelompok probiotik dibandingkan dengan kelompok plasebo dapat meningkatkan frekuensi diare pada hari ke-3. Jadi pengobatan dimulai 2 hari atau lebih setelah timbulnya diare, probiotik akan bekerja dan mengurangi jumlah episode diare dari hari ketiga. Hasil ini berlawanan dengan literatur yang diterbitkan, dimana ini menunjukkan bahwa awal pengobatan memiliki hasil pemulihan yang lebih baik. Efektivitas probiotik juga dipengaruhi oleh etiologi. Mikroorganisme ini terutama efektif pada diare yang berasal dari virus, terutama rotavirus, dan terkadang memerlukan kombinasi dengan terapi antibiotik untuk tindakan yang

17

lebih baik. Contohnya adalah sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa kombinasi probiotik-metronidazole memiliki hasil yang lebih baik daripada metronidazole

saja

pada

diare.

Biasanya,

etiologi

menentukan

penatalaksanaannya. Sebuah studi tentang Saccharomyces boulardii telah menunjukkan bahwa probiotik efektif terlepas dari etiologi, tetapi pada derajat yang berbeda. Penelitian lain telah menekankan pada kemanjuran probiotik yang ditunjukkan pada rotavirus gastroenteritis tetapi masih mengevaluasi kemanjurannya pada gastroenteritis lain, terutama bahwa jenis probiotik memiliki kekhususan tidak hanya dalam mekanisme kerjanya tetapi juga pada targetnya. Inilah salah satu penyebab heterogenitas yang diamati dalam studi klinis acak. Misalnya, strain Lactobacillus memiliki efek sederhana namun signifikan pada diare akut. Lactobacillus GG lebih efektif pada rotavirus dan imunomodulasi, Lactobacillus acidophilus pada diare terkait antibiotik, L. casei dan L. reuteri pada rotavirus, B. lactis pada rotavirus, diare pelancong dan vaksinasi oral, serta Saccharomyces boulardii sangat berguna dalam kombinasi antibiotik diare terkait (Clostridium difficile) dan IBD. Terkadang, memberikan probiotik saja tidak cukup. Anda harus mengobati penyebab yang mendasari. Jadi probiotik akan menjadi pembantu untuk antibiotik, larutan hidrasi, dan diet. Zink digunakan dalam penelitian kami sebagai pilihan pengobatan, tetapi tidak menunjukkan manfaat pada diare. Efektivitasnya belum terbukti. Ini adalah subjek studi di negara berkembang. Saat ini, penggunaan zink menyebabkan penurunan 25% diare dan 30% volume tinja. Hasil penelitian kami sebanding dengan beberapa penelitian dan tidak konsisten dengan yang lain. Kami menyadari bahwa kami tidak dapat memperkirakan hasil yang diperoleh di negara lain dan menerapkannya ke Lebanon. Strain yang digunakan dan dosis yang diberikan tidak disesuaikan dengan gaya hidup di tempat kita. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh faktor menyusui, kebiasaan makan, iklim, komposisi flora usus penduduk Lebanon, dan persentase infeksi rotavirus. Kelemahan penelitian ini adalah terbatasnya jumlah

18

sampel, terutama karena penelitian ini dilakukan di luar musim diare. Selain itu, evaluasi diare dan evolusinya sebagian bersifat subjektif. Dimana ini dibuat oleh orang tua dan dengan demikian dapat bervariasi dari satu kasus ke kasus lainnya. Demikian pula, kami tidak dapat memastikan kepatuhan anak terhadap pengobatan, serta pola makan anak tidak dianalisis selama diare. KESIMPULAN Data kami menunjukkan bahwa pasien anak dengan diare akut yang diberi probiotik atau simbiotik memiliki konsistensi tinja yang normal pada hari ke 4. Tidak ada perbedaan yang diamati antara pengobatan simbiotik dan probiotik untuk diare anak akut yang signifikan secara statistik, sehingga simbiotik tidak lebih unggul daripada probiotik. Diperlukan penelitian lebih lanjut pada sampel pasien yang lebih besar untuk melihat apakah hasil ini dapat direplikasi atau digandakan.

BAB II Telaah Jurnal Analisa Penulisan Jurnal

19

 Judul : Judul jurnal pada telaah ini “Comparative Study for Probiotics and Symbiotics Versus Placebo in Pediatrics Acute Diarrhea: Randomized Controlled Trial  ” , judul jurnal dibuat dengan jelas, menarik, singat dan mengambarkan isi utama penelitian  Pengarang

: Pamela Houeissa, Antoine Faraha, Peter Nouna, Mode

AlOjaimib, Georges AbiFaresa, Myriam Amma, Hala Feghalia, Georges Nicolasa, Gisele Nadera, Marie Samarania, Peter Makhoulc, Marie Claude Fadous Khalifea,  Abstrak

: Dalam jurnal ini abstrak dibuat secara singkat dan padat

memuat, yang digunakan dalam penelitian. Dijelaskan juga tujuan, metodologi yang digunakan serta hasil dalam penelitian ini. Tidak melewati syarat jumlah penggunakan kata, yaitu tidak lebih dari 250 kata dan pada abstrak di sertai kata kunci.  Desain Penelitian

: studi prospektif, random double-blind, terkontrol

plasebo, dan multisenter dengan mengumpulkan data dari kuesioner (rct)  Tempat Penelitian

: Disebutkan dengan jelas tempat penelitian tersebut

yaitu di tiga klinik pediatric swasta, lebanon.  Sampel Penelitian

: Sampel yang digunakan adalah anak usia 6 bulan

sampai 5 tahun  Hasil

: Hasil dan kesimpulan dari hasil pembahasan penelitian di

tulis secara lengkap secara naratif yang informatif, penulisan bilangan dinyatakan dengan benar, disajikan dalam bentuk gambar yang informatif.  Diskusi

: Diberikan komentar tentang jalannya penelitian, dilakukan

analisis hasil penelitian, penjelasan prosedur yang jelas dan mudah.  Ucapan terima kasih : Dalam penelitian ini tidak adanya ucapan terimakasih namun dijelaskan kepatuhan dengan pedoman etika.  Daftar Pustaka : Penulisan tidak dilakukan dengan cermat. Tidak menggunakan cara Vancouver ataupun Harvard.

Telaah jurnal metode PICO

20

1. Problem Diare akut merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak, terutama di negara berkembang (penyebab kematian kedua). Probiotik dan simbiotik adalah pengobatan terbaru untuk penyakit ini, terutama pada fase akut. 2. Intervention Anak-anak dibagi secara acak menjadi lima kelompok, yaitu kelompok pertama menerima Lactobacillus (Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium lactis); kelompok kedua menerima Bacillus clausii; kelompok ketiga menerima ragi (Saccharomyces boulardii); kelompok keempat

menerima

simbiotik

(Bacillus

coagulans

+

fructooligosaccharides) dan kelompok terakhir menerima plasebo (Tabel 1). Semua obat ini dikemas, diberi nomor, dan dimasukkan ke dalam kotak oleh peneliti. Tiap kantong berisi lima kapsul untuk diberikan sekali sehari selama 5 hari. Kapsul dibuka sebelum diberikan. Klinisi telah mengambil sampel secara acak dan jumlah sampel didokumentasikan dalam kuesioner. Kemudian bahan probiotik dan simbiotik mudah didapatkan dan tujuan dari penelitian ini untuk diterapkan 3. Comparison Sebuah penelitian di Bangladesh pada 150 anak yang secara acak menerima FOS selama 6 bulan menunjukkan pengurangan episode diare dan durasi episode per hari . Oli et al menunjukkan percepatan penyembuhan dengan asosiasi FOS dan larutan hidrasi oral pada hewan. Brunser et al mempelajari efek FOS pada flora mikroba pada anak-anak yang diobati dengan amoksisilin; peningkatan Bifidobacterium diamati pada kelompok prebiotik. 4. Outcome

21

Data menunjukkan bahwa pasien anak dengan diare akut yang diberikan probiotik atau simbiotik memiliki konsistensi feses yang normal pada hari ke 4. Tidak ada perbedaan statistik yang signifikan yang diamati antara pengobatan dengan simbiotik dan probiotik untuk diare pediatrik akut, sehingga simbiotik tidak ditemukan lebih unggul daripada probiotik. Diperlukan penelitian lebih lanjut pada sampel lebih besar pada pasien, untuk melihat apakah hasil ini dapat direplikasi atau digandakan. Critical Apprasial 1. Validity Penelitian ini valid karena metode penelitian yang digunakan pada penelitian jurnal ini menggunakan desain penelitian uji coba acak (RCT), dengan sampel yang digunakan sesuai dengan klinis dilapangan sehingga penelitian ini valid untuk di terapkan 2. Importance Apakah penelitian ini penting? Ya, Penelitian ini penting karena diare merupakan angka kematian no.2 pada anak. Pada usia anak-anak pemberian oralit saja dinilai hanya untuk mengkompensasi kehilangan cairan tetapi tidak mengurangi konsistensi dan volume tinja. antidiare blm bisa di gunakan terapi pada anak-anak. Tujuan dari pemberian probiotik dan simbiotik adalah untuk mempersingkat durasi diare dan mengurangi morbiditas. Informasi pada penelitian ini sangat penting karena dapat membantu mempercepat kejadian diare pada anak-anak mengingat kasus ini sering terjadi di lapangan. 3. Applicability Penelitian ini dapat diaplikasikan, mengingat kasus ini hampir Sama dan sering ditemukan dirumah sakit. Penelitian bisa diaplikasikan di pelayanan rumah sakit di Indonesia mengingat probiotik dan simbiotik mudah untuk didapatkan.

22

Related Documents

Kti Diare
January 2021 1
Makalah Diare
January 2021 1
Ipd Diare
January 2021 1
Askep Diare
January 2021 0
Diare Kronik
February 2021 1
Lp-askep Diare
January 2021 1

More Documents from "'sSi Bherry' Chapoenk CiLik II"