Kejang Demam Pada Anak

  • Uploaded by: Nadiah Ismail
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kejang Demam Pada Anak as PDF for free.

More details

  • Words: 1,539
  • Pages: 4
Loading documents preview...
KEJANG DEMAM A. Pengertian -Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal >38°C) yg disebabkan oleh proses ekstraktranium tanpa adanya infeksi system saraf pusat, gangguan elektrolit atau metabolik lain. -Kejang disertai demam pada bayi usia < 1 bulan bukan merupakan kejang demam. Kejang demam maksimal terjadi 16 jam setelah timbul demam. -Kejang yang didahului demam dan dialami anak < 6 bulan atau > 5 tahun pikirkan: infeksi SSP atau epilepsi yang terjadi bersamaan dengan kejang - KD menetap diatas umur 6 th, pertimbangkan febrile seizure plus (FS+)

B. Epidemiologi -Kelainan neurologis yg sering dijumpai pada anak, terutama umur 6 bln- 5thn jarang terjadi sebelum usia 6 bulan maupun sesudah 3 tahun. o o - 75% dari anak dengan demam ≥ 39 C, 25% dari anak dengan demam >40 C -terjadinya kejang karena demam bergantung pd umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat, factor hereditas (ambang kejang diturunkan oleh gen dominan) -Peranan faktor gen, sehubungan dengan mutasi receptor GABA. Lokasi gen: 19q, 8q 13-23 dan 2q 23-24 -Anak yg orangtuanya menderita kejang 41,7% akan berisiko, sdgkan anak normal hny 3%.

C. Klasifikasi Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Livingstone), yaitu: 1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut : Ø Kejang berlangsung singkat, < 15 menit Ø Kejang umum tonik dan atau klonik Ø Umumnya berhenti sendiri Ø tidak berulang dalam satu periode demam 2. Kejang demam kompleks (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut : Ø Kejang lama > 15 menit Ø Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial Ø Berulang atau lebih dari 1 kali dalam satu periode demam. Ø Biasanya ada kelainan neurologi pasca kejang

D. Manifestasi Klinis -Terjadi 24 jam pertama demam, singkat, dengan sifat bangkitan tonik-klonik, tonik, klonik, fokal/ akinetik -Setelah serangan anak tidak member reaksi apapun, bbrp detik/menit kemudian, anak sadar tanpa adanya kelainan syaraf.

E. Patologi dan patofisiologi -Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1º C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan peningkatan kebutuhan oksigen sampai 20%. Jadi pada kenaikan suhu tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion Kalium dan Natrium melalui membran sel, dengan akibat lepasnya muatan listrik yang demikian besar sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel sekitar dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah kenaikan suhu sampai 38 C sudah terjadi kejang, namun pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu diatas 40 C. -Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai dengan apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis laktat -Faktor yang terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga berakibat meningkatnya permeabilitas vascular dan udem otak serta kerusakan sel neuron. Kerusakan anatomi dan fisiologi yang bersifat menetap bisa terjadi di daerah medial lobus temporalis setelah ada serangan kejang yang berlangsung lama. Hal ini diduga kuat sebagai faktor yang bertanggung jawab terhadap terjadinya epilepsi Sumber: IKA anak UI

F. Diagnosa -Pedoman untuk membuat diagnosa kejang demam sederhana yaitu: 1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun 2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit 3. Kejang bersifat umum 4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam 5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang demam normal 6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukan kelainan 7. Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali a. Anamnesa Ø Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran dan lamanya kejang. Ø Suhu sebelum atau saat kejang Ø Frekuensi dalam 24 jam atau dalam satu periode demam Ø Keadaan paska kejang Ø Penyebab demam diluar infeksi SSP : ISPA, otitis media Ø Singkirkan penyebab kejang yang lain Ø biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada anggota keluarga yang lainnya (ayah, ibu, atau saudara kandung). b. Pemeriksaan fisik: kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, tanda peningkatan TIK, tanda infeksi diluar SSP c. Pemeriksaan Neurologis: tidak didapatkan kelainan d. Pemeriksaan Laboratorium: Pemeriksaan rutin tidak dianjurkan, kecuali untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab (darah tepi, elektrolit, dan gula darah). Sumber: IKA anak UI

e. Pemeriksaan radiologi X-ray kepala, CT scan kepala atau MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa kelainan neurologis dan hanya dikerjakan atas indikasi, yaitu: 1. Kelainan neurologis fokal yang menetap, kemungkinan lesi struktural diotak 2. Terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial, ex. Papiledema 3. Paresis N. VI f. Pemeriksaan CSS/LP Tindakan pungsi lumbal untuk pemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi lumbal dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut :Ø Bayi < 12 bulan : diharuskan. Ø Bayi antara 12 – 18 bulan : dianjurkan. Ø Bayi > 18 bulan : tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda meningitis. g. Pemeriksaan EEG: Tidak direkomendasikan, kecuali pada kejang demam yang tidak khas, misalnya kejang demam kompleks pada anak usia > 6 tahun atau kejang demam fokal.

G. Diagnosa Banding -Terpapar toksin, emboli sepsis, sindroma hemolitik-uremika, ensefalopati akut, malaria, syncope, menggigil waktu demam, epilepsi mioklonik, meningitis-> LP

H. Tatalaksana a.

Penanganan pada saat kejang (Pencegahan KD lama/ prolong seizure): Pemberian diazepam rektal, dosis: -5 mg untuk anak < 3 tahun ; 7,5 mg untuk anak > 3 tahun -5 mg untuk anak BB < 10 kg ; 10 mg untuk anak BB > 10 kg -0,5-0,7 mg/kgbb/kali

b.

Pemberian obat pada saat demam (Pencegahan KD intermitten) Antipiretik -Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan -Dosis Parasetamol yang digunakan adalah 10 – 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. -Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari -Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat tidak dianjurkan Antikonvulsan -Pemakaian Diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang o pada 30%-60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu >38,5 C -Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam

c.

Pemberian obat rumat (Pencegahan KD continuous) -Indikasi: 1. Kejang lama > 15 menit 2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus 3. Kejang fokal

Sumber: IKA anak UI

-Pengobatan rumat dipertimbangkan bila: Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam; Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan; Kejang demam ≥ 4 kali per tahun - Diberikan dalam kasus selektif dan jangka waktu pendek -Antikonvulsan: Pemberian obat Fenobarbital atau Asam Valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang. Pemakaian Fenobarbital dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus - Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun Asam Valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 23 dosis, dan Fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis - Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan d.

Edukasi pada orangtua -Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. -Kecemasan dikurangi dengan cara: -Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik -Memberitahukan cara penanganan kejang -Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali -Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat

e.

Hal yang harus dilakukan saat kejang -Tetap tenang dan tidak panik -Kendorkan pakaian yang ketat -Bila tidak sadar, posisikan terlentang dengan kepala miring -Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung -Jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut -Ukur suhu, dan catat lama dan bentuk kejang -Tetap bersama pasien selama kejang -Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang berhenti -Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit/ lebih

I. Komplikasi Berupa efek samping obat, diantaranya: -Fenobarbital (30-50%) : Irritabilities, over activities, temper tantrum, aggressiveness, ngantuk, IQ menurun 7 poin -Valproate: Hepatotoxicity, reaksi menyimpang terhadap testis, valproate nampaknya lebih baik dan lebih ditoleran dari fenobarbital

J. Prognosis -Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosa baik dan tidak menyebabkan kematian. -Bila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi : Kejang demam berulang; Epilepsi; Kelainan motorik; gangguan belajar dan mental -Faktor resiko tinggi menderita epilepsi, jika: kejang demam kompleks; kelainan neurologi; riwayat epilepsi dalam keluarga -Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang: Ø Usia ketika pertama kali terserang kejang demam (kurang dari 15 bulan) Ø Sering mengalami demam Ø Riwayat keluarga yang juga menderita kejang demam Ø Jika kejang terjadi segera setelah demam atau jika suhu tubuh relatif rendah, maka besar kemungkinannya akan terjadi kembali kejang demam

K. Vaksinasi Sejauh ini tidak ada kontra indikasi untuk melakukan vaksinasi terhadap anak yang mengalami kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6 – 9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi, sedangkan setelah vaksinasi MMR 25 – 34 per 100.000 anak. Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau rektal bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter anak merekomendasikan parasetamol pada saat vaksinasi hingga 3 hari kemudian Sumber: IKA anak UI

Related Documents


More Documents from "Annisa Chastalla"